cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
2) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit
mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB
(jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap
yang lemah.
3) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna,
berat jenis, dan PH).
4) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro, menghisap,
mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala
kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan
sempurna, lembut dan lunak.
5) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
6) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan
infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
7) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang
badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang
dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas,
lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang,
tidak menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5,
kulitkeriput. (Pantiawati, 2010)
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada BBLR adalah:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan.
2. Hipotermi berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan.
3. Ketidakefektifan pola menyusu bayi b.d. ketidakadekuatan refleks menghisap bayi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang. (NANDA, 2018)
B. RENCANA TINDAKAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
a. Tujuan: pola napas menjadi efektif
b. Kriteria hasil:
1) Pola nafas normal
2) Tidak terdapat cuping hidung
3) Tidak ada pernafasan bibir
4) Tidak mengunakan otot bantu pernafasan
5) Tekanan ekspirasi dan inspirasi normal
6) RR 40-60 x/menit
c. Rencana tindakan:
1) monitor aliran oksigen
2) monitor efektifitas terapioksigen
3) monitor kecepatan irama,kedalaman,dan kesulitan bernafas
4) catat penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi dada
5) monitor suara nafas tambahan
6) monitor pola nafas
10)auskultasi suara nafas
11) Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
12) Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
2. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh
subkutan.
a. Tujuan: suhu tubuh dalam rentang normal
b. Kriteria hasil:
1) Suhu 36-37C.
2) Kulit hangat.
3) Sianosis (-)
4) Ekstremitas hangat
c. Tindakan keperawatan:
1) Observasi tanda-tanda vital.
2) Tempatkan bayi pada incubator.
3) Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.
4) Monitor tanda-tanda Hipertermi.
5) Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.
6) Ganti pakaian setiap basah
7) Observasi adanya sianosis.
2. Ketidakefektifan pola menyusu bayi b.d. ketidakadekuatan refleks menghisap bayi
3) beratbadanmeningkat
c. Tindakan keperawatan:
1) Nic
2) Konseling laktasi (5244)
3) Monitor kemampuan bayi untuk menghisap
4) Menstimulasi refleks menghisap bayi
5) Jelaskan tanda bahwa bayi membutuhkan makan
6) Berikan informasi mengenai manfaat pemberian ASI
7) Monitor nutrisi (1160)
8) Monitor diet
9) Monitor kecenderungan turun dan naiknya berat badan
5 09.50 II Memonitor S=
kemampuan bayi O=reflek hisap masih lemah
untuk menghisap