Anda di halaman 1dari 18

RESPIRATORY DISTRESS

SYNDROME
OLEH : TIN DWI K, S.Kep.,Ns
DEFINISI
• Respiratory Distress Syndrome, (RDS) atau defisiensi
surfaktan adalah suatu gangguan perkembangan paru
yang dimulai saat lahir atau segera setelahnya,
menetap selama 48 sampai 96 jam dan sembuh
dieresis inisial dimulai (Paulette S, 2008)
• Merupakan suatu penyakit paru-paru akut pada
neonatus yang disebabkan karena kekurangan
surfaktan, terutama bayi premature, dimana suatu
membran yang tersusun atas protein dan sel-sel mati
melapisi alveoli (kantung udara tipis dalam paru-paru)
sehingga membuat kesulitan untuk terjadinya
pertukaran gas (Anik,2009)
• Penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan
kematian pada bayi prematur adalah
Respiratory Distress Syndrome ( RDS ). Sekitar
5 -10% didapatkan pada bayi kurang bulan,
50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram
(lemons et al,2001).
• Angka kejadian berhubungan dengan umur
gestasi dan berat badan dan menurun sejak
digunakan surfaktan eksogen ( Malloy &
Freeman2000).
KLASIFIKASI
Sindrom gawat nafas/ Respiratory Distress Syndrome (RDS)
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Syndrom gawat nafas Klasik/Clasik Respyratory distress syndrome
Thoraks/dada berbentuk seperti bel disebabkan karena kekurangan
aerasi (underaration). Volume paru-paru menurun, parenkhim
paru-paru memiliki pola retikulogranuler difusi, dan terdapat
gambaran broncho gram udara yang meluas ke perifer.
b. Sindrom Gawat Nafas Sedang-Berat/Moderately severe Respiratory
Distress Syndrome
Pola retikulogranuler lebih menonjol dan terdisribusi lebih merata.
Paru-paru hypoaerated. Dapat dilihat pada bronkhogram udara
meningkat.
c. Sindrom Gawat Nafas Berat/ Severe Respiratory Distress Syndrome
Terdapat retikulogranuler yang berbentuk opaque pada kedua
paru-paru area cystic pada paru-paru kanan bisa manunjukan
alveoli yang berdilatasi atau empisema interstitial pulmonal dini.
FAKTOR RESIKO
Meskipun sebagian besar bayi dengan penyakit Membran Hialin
(HMD) adalah bayi premature (Anik,2009). Terdapat faktor-faktor
lain yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit ini, seperti:
a. Bayi Caucasian atau bayi laki-laki
b. Bayi yang lahir sebelumnya juga mengalami HMD
c. Persalinan Sectio Caesaria
d. Asfiksia perinatal
e. Stress dingin/ cold stress (suatu kondisi yang menekan produksi
surfaktaan)
f. Infeksi perinatal
g. Kelahiran Kembar (bayi-bayi yang dilahirkan kembar biasanya
prematur)
h. Bayi dari ibu yang menderita Diabetes Melitus
i. Bayi dari ibu yang menderita Diabetes Melitus
Gambaran Klinis
RDS mungkin terjadi pada bayi premature dengan berat badan
• Tanda-tanda gangguan pernafasan berupa :
• Dispnue/hipernue
• Sianosis
• Retraksi suprasternal / epigastrik / intercostals
• Grunting expirasi
Didapatkan gejala lain seperti :
• Bradikardi
• Hipotensi
• Kardiomegali
• Edema terutama didaerah dorsal tangan atau kaki
• Hipotermi
• Tonus otot yang menurun
• Gambaran radiology : bercak-bercak difus
berupa infiltrate retikulogranular disertai
dengan air bronkogram.
PENATALAKSANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
- BIODATA
- RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
- PEMERIKSAAN FISIK
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
ANALISA DATA
NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
masalah yang
sedang dialami
Berisi data
pasien seperti Etiologi berisi
subjektif dan
Diisi pada saat gangguan pola tentang
data objektif
1 tanggal nafas, gangguan penyakit yang
yang didapat dari
pengkajian keseimbangan diderita
pengkajian
suhu tubuh, pasien
keperawatan
gangguan pola
aktiviatas,dll
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Inefektif pola nafas b.d adanya penumpukan lendir
pada jalan nafas.
• Gangguan perfusi jaringan b.d kurangnya oksigenasi
keotak
• Defisit volume cairan b.d meningkatnya metabolisme
• Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak
adekuat
• Resiko terjadinya infeksi pada tali pusat b.d invasi
kuman patogen kedalam tubuh
• Kecemasan ortu b.d kurang pengetahuan ortu tentang
kondisi bayi.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
N
KEPERAWATA TUJUAN PERENCANAAN
O
N
1.Observasi pola Nafas.
2.Observasi frekuensi dan bunyi nafas
3.Tempatkan kepala pada posisi
hiperekstensi.
Pola nafas efektif .
4.Observasi adanya sianosis.
Dengan Kriteria Hasil
5.Lakukan suction.
Inefektif pola :
6.Monitor dengan teliti hasil
nafas b.d •RR 30-60 x/mnt
1 pemeriksaan gas darah.
akumulasi •Sianosis (-)
7.Beri O2 sesuai program.
secret •Sesak (-)
8.Atur ventilasi ruangan tempat
•Ronchi (-)
perawatan klien.
•Whezing (-)
9.Observasi respon bayi terhadap
ventilator dan terapi O2.
10.Kolaborasi dengan tenaga medis
lainnya.
Gangguan perfusi
jaringan teratasi 1.Observasi frekwensi dan bunyi
Kriteria hasil : jantung.
Gangguan
•RR 30-60 x/mnt. 2.Observasi adanya sianosis.
perfusi jaringan
•Nadi 120-140 3.Beri oksigen sesuai kebutuhan
2 b.d kurangnya
x/mnt. 4.Kaji kesadaran bayi
oksigenasi
•Suhu 36,5-37 C 5.Observasi TTV
keotak
•Sianosis (-) 6.Kolaborasi dengan dokter untuk
•Ekstremitas pemberian therapy.
hangat
1.Observasi intake dan
output.
2.Observasi reflek menghisap
Kebutuhan nutrisi ter- dan menelan bayi.
Resiko penuhi 3.Kaji adanya sianosis pada
Gangguan nutrisi Kriteria hasil : saat bayi minum.
kurang dari •Tidak terjadi 4.Pasang NGT bila diperlukan
3
kebutuhan b.d. penurunan BB> 15 %. 5.Beri nutrisi sesuai
intake yang tidak •Muntah (-) kebutuhan bayi.
adekuat •Bayi dapat minum 6.Timbang BB tiap hari.
dengan baik 7.Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian therapy.
8.Kolaborasi dengan tim gizi
untuk pemberian diit bayi
Kecemasan berkurang
1.Jelaskan tentang kondisi bayi.
setelah dilakukan
2.Kolaborasi dengan dokter
tindakan keperawatan.
untuk memberikan penjelasan
Kecemasan Kriteria hasil :
tentang penyakit dan tindakan
Ortu b.d •Orang tua mengerti
yang akan dilakukan berkaitan
kurang tujuan yang dilakukan
dengan penyakit yang diderita
4 pengetahuan dalam pengobatan
bayi.
tentang therapy.
3.Libatkan orang tua dalam
kondisi •Orang tua tampak
perawatan bayi.
bayinya. tenang.
4.Berikan support mental.
•Orang tua
5.Berikan reinforcement atas
berpartisipasi dalam
pengertian orang tua.
pengobatan.
1.Lakukan tehnik aseptic dan
antiseptic pada saat memotong
Infeksi tali pusat tidak tali pusat.
terjadi. 2.Jaga kebersihan daerah tali
Resiko Kriteria hasil : pusat dan sekitarnya.
infeksi tali •Suhu 36-37 C 3.Mandikan bayi dengan air
5 pusat b.d •Tali pusat kering dan bersih dan hangat.
invasi kuman tidak berbau. 4.Observasi adanya perdarahan
patogen. •Tidak ada tanda- pada tali pusat.
tanda infeksi pada tali 5.Cuci tali pusat dengan sabun
pusat. dan segera keringkan bila tali
pusat kotor atau terkena feses.
6.Observasi suhu bayi.
1.Observasi suhu dan
nadi.
Volume cairan
2.Berikan cairan
terpenuhi setelah
sesuai kebutuhan.
dilakukan tindakan
Devisit volume cairan 3.Observasi tetesan
keperawatan.
6 b.d metabolisme yang infus.
Kriteria hasil :
meningkat 4.Observasi adanya
•Suhu 36-37 C
tanda-tanda dehidrasi
•Nadi 120-140 x/mnt
atau overhidrasi.
•Turgor kulit baik.
5.Kolaborasi
pemberian therapy.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai