Anda di halaman 1dari 4

RESUME KASUS POST SECTIO CAESARIA POD-0

PADA Ny. R P2A0 DENGAN CEPHALOPELVIC DISPORPOTION


DI RUANG KALIMAYA BAWAH RSUD dr. SLAMET GARUT

Ny.R berumur 22 tahun dengan status menikah sudah 4 tahun, Ny. R telah melahirkan anaknya yang kedua di RSUD
dr. Slamet Garut. Ny.R mengatakan pada awalnya akan melahhirkan di Bidan, namun pembukaannya berjalan sangat
lamban dan air ketuban sedikit, sedangkan ukuran bayi besar serta usia gestasi sudah masuk 42 minggu, sehingga
Ny.R dirujuk ke RSUD dr. Slamet Garut dan dirawat di ruang Kalimaya Bawah. Ny. R dibawa ke ruang operasi sekitar
pukul 08.00 WIB untuk dilakukan operasi sectio caesaria atas indikasi cephalopelvic disporpotion (kepala bayi
dianggap terlalu besar untuk melewati panggul ibu) dengan epidural anastesi. Sekitar pukul 10.00 WIB Ny. R dibawa
kembali ke ruangan Kalimaya Bawah, Ny.R mengatakan masih terasa lemas serta kaki terasa kaku, terdapat luka post
SC kira-kira sepanjang 12 cm pada abdomen bagian bawah, kontraksi uterus (+), TFU 1 jari di bawah pusat,
konjungtiva anemis (-), pembesaran payudara (+), kolostrum (-), linea nigra (+), striae (+), hiperpigmentasi area
abdomen dengan dada (+), area genitalia berwarna kehitaman, terdapat lochea rubra berwarna merah kehitaman dan
tidak berbau busuk sekitar ± 400 mL, Ny. R sudah 2x mengganti pampers dengan kondisi pampers pertama ½ penuh
dan pampers kedua dengan konidisi penuh (pampers dewasa memiliki daya serap 300 mL), akral dingin, kekuatan otot
kaki 1/5, TD: 90/70 mmHg, N: 60x/m, RR: 24x/m, S: 35,2⁰C, Hb: 10,9 g/dL, Ht: 32%, Leukosit: 14.880 µL. Ny.R
mengatakan menerima keadaannya yang harus dilakukan operasi SC, namun menurut Ny.R ada beberapa orang yang
beranggapan bahwa SC itu tidak mendapatkan ‘’nikmat’’ seperti nikmatnya persalinan normal. Ny.R juga mengatakan
ini merupakan operasi pertamanya sehingga ia belum tahu mengenai cara merawat luka operasi serta pantangan apa
saja yang harus dipatuhi. Ny.R mendapatkan terapi infus Ringer Laktat 20 tetes/menit, Cefotaxime 2x1 gr,
Metronidazole 3x5 mg, dan Kaltrofen 2x1 gr.

DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Keletihan berhubungan dengan perubahan perfusi jaringan yang ditandai dengan, klien mengatakan tubuhnya
terasa lemas, serta kaki terasa kaku, TD: 90/70 mmHg, N: 60x/m, S: 35,2⁰C, kekuatan otot kaki 1/1.
Intervensi Rasional
1. Evaluasi uraian klien tentang kelelahan: tingkat 1. Penting untuk menyimpulkan apakah tiingkat
keparahan, perubahan tingkat keparahan seraya kelelahan klien menetap atau bervariasi setiap saat.
waktu berlalu.
2. Nilai kemampuan klien untuk melakukan ADLs. 2. Kelelahan dapat membatasi kemampuan klien
untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan
melakukan tanggung jawab perannya dalam
keluarga dan masyarakat.
3. Evaluasi sudut pandang klien terhadap kelegaan 3. Ini akan meningkatkan partisipasi aktif dalam
kelelahan, antusias untuk ikut serta dalam strategi- perencanaan, penerapan, dan mengevaluasi terapi
strategi guna mengurangi kelelahan, dan tingkat manajemen untuk mengurangi kelelahan.
dukungan sosial keluarga. Dukungan sosial sangat penting untuk membantu
klien melakukan perubahan guna mengurangi
kelelahan.
4. Batasi rangsangan lingkungan, khususnya selama 4. Pencahayaan, kebisingan, para pengunjung, dan
waktu yang telah direncanakan untuk beristirahat dan sampah di lingkungan fisik klien dapat membatasi
tidur. relaksasi, mengganggu istirahat atau tidur, dan turut
menyebabkan kelelahan.
5. Bantu klien menyusun jadwal untuk kegiatan sehari- 5. Rencana untuk menyeimbangkan periode kegiatan
hari dan istirahat. dengan waktu istirahat dapat membantu klien
menyelesaikan kegiatan pilihan tanpa ikut mencapai
tingkat kelelahan.
6. Bantu klien dengan menetapkan prioritas untuk 6. Menetapkan prioritas adalah salah satu jenis metode
kegiatan pilihan dan tanggung jawab peran. konservasi energi yang memungkinkan klien untuk
menggunakan energi yang tersedia untuk
menyelesaikan kegiatan-kegiatan penting.
7. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup. 7. Klien membutuhkan konsumsi lemak, karbohidrat,
protein, vitamin,d an mineral yang seimbang
dengan baik guna menyediakan sumber energi.
8. Dukung klien untuk meningkatkan kegiatan fisik. 8. Gerak badan dapat mengurangi kelelahan dan
membantu klien membangun stamina untuk
melakukan kegiatan fisik.
9. Beritahu klien tanda dan gejala kelelahan karena 9. Perubahan pada denyut jantung, saturasi oksigen,
kegiatan. dan tingkat pernapasan akan mencerminkan
toleranssi klien terhadap kegiatan.

2. Resiko cedera berhubungan dengan keletihan yang ditandai dengan, klien mengatakan tubuhnya terasa lemas,
serta kaki terasa kaku, klien POD-0 (2 jam pasca SC) dibawa ke ruangan.Kekuatan otot ektremitas bawah 1/1,
akral dingin, TD 90/70 mmHg, Nadi 60x/m, resiko jatuh sedang (skor 30).
Intervensi Rasional
1. Kaji status umum klien. 1. Hal ini untuk menentukan kondisi klien yang dapat
menyebabkan cedera.
2. Mintalah keluarga atau orang lain yang signifikan 2. Ini untuk mencegah klien terjatuh.
untuk berada bersama klien untuk mencegah klien
dari terjatuh.
3. Sediakan lingkungan yang aman untuk klien. 3. Lingkungan yang aman menghindarkan klien dari
cidera yang mungkin terjadi.
4. Pasang side rail tempat tidur. 4. Side rail dapat menjaga klien dari resiko terjatuh
dari tempat tidur.
5. Siagakan klien tentang ambulasi keselamatan di 5. Pengetahuan klien tentang kondisinya sangat
rumah, termasuk penggunaan standar keselamatan penting untuk keselamatan dan pemulihan.
seperti pegangan di kamar mandi.

3. Resiko perdarahan berhubungan dengan proses kontraksi tidak berjalan dengan lancar yang ditandai dengan, klien
mengatakan mules hanya dirasakan saat selesai operasi, Hb 10,9 g/dL, Ht 32 % , TD 90/70 mmHg, Nadi: 60x/m,
klien mengganti pampers 2x dengan kondisi pampers pertama ½ penuh dan pampers kedua kondisi penuh,
banyaknya lochea sekitar ± 400 mL, bibir pucat dan agak kering.
Intervensi Rasional
1. Tentukan riwayat kesehatan klien untuk mendeteksi 1. Identifikasi dini akan kemungkinan adanya
tanda-tanda yang dapat dikaitkan dengan risiko perdarahan menjadi dasar untuk menerapkan
perdarahan. langkah-langkah pencegahan yang tepat.
2. Monitor tekanan darah dan nadi. 2. Hipotensi dan takikardi adalah mekanisme
kompensator awal yang biasanya dicatat dengan
pendarahan.
3. Amati kulit dan selaput mukosa untuk tanda-tanda 3. Penderita yang menderita trombosit menghitung atu
petechiae, memar, pembentukan hematoma, atau mengalami kerusakan proses pembekuan darah
pendarahan. dapat mengalami perdarahan ke dalam jaringan
yang tidak proporsional atas luka itu.
4. Monitor nilai Hb dan Ht. 4. Pada waktu perdarahan tidak terlihat, nilai Hb dan
Ht yang kecil dapat menjadi indikator awal
perdarahan.
5. Berikan edukasi terhadap klien tentang tindakan 5. Informasi tentang tindakan pencegahan mengurangi
pencegahan untuk mencegah trauma atau gangguan risiko perdarahan.
pada mekanisme pembekuan normal.
6. Apabila nilai-nilai laboratorium tidak normal, 6. Transfusi produk darah menggantikan faktor
berikan produk darah sesuai resep. pembeku darah; RBC meningkatkan kapasistas
pembawa oksigen; FFP menggantikan pembekuan
faktor dan inhibitor; Trombosit menyediakan
protein untuk koagulan.
7. Berikan edukadi kepada klien dan anggota keluarga 7. Evaluadi dan perawatan perdarahan oleh petugas
tentang tanda-tanda perdarahan yang perlu kesehatan mengurangi risiko komplikasi akibat
dilaporkan kepada petugas kesehatan. kehilangan darah.

8. Ajari klien langkah-langkah untuk mengurangi 8. Tinja yang keras dan kering dapat menyebabkan
sembelit seperti meningkatkan konsumsi cairan dan trauma pada membran mukosa usus besar dan
serat makanan. rektum. Meningkatkan konsumsi cairan dan serat
dapat mempermudah untuk buang air besar.
9. Berikan dukungan psikologis dan emosional kepada 9. Ini membantu dalam meyakinkan dan menenangkan
klien. klien.

4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi yang ditandai dengan klien mengatakan
ini pertama kalinya klien dioperasi, klien mengatakan belum mengetahui cara merawat luka operasi serta
pantangan yang harus dipatuhi.
Intervensi Rasional
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien 1. Tingkat pengetahuan klien perlu diedukasi terlebih
tentang proses perawatan luka dan faktor-faktor yang dahulu untuk menyesuaikan edukasi yang akan
mempengaruhinya. diberikan.
2. Jelaskan proses penyembuhan luka secara tepat. 2. Dengan menjelaskan keadaan tubuh yang normal
dan proses penyembuhan luka dengan
menggunakan bahasa yang umum dapat membuat
klien lebih paham mengenai gangguan atau
penyakit yang terjadi pada tubuhnya.
3. Edukasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses 3. Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka. proses penyembuhan luka secara dini dapat
membuat klien mempunyai bekal pengetahuan yang
cukup terutama sebelum klien pulang ke rumah
sehingga klien dapat menerapkannya di rumah.
4. Jelaskan efek yang akan ditimbulkan dari terapi atau 4. Untuk mempersiapkan klien baik secara fisik
penanganan yang akan diterima, dengan cara yang maupun mental terhadap efek samping yang
tepat. kemungkinan akan timbul setelah dilakukannya
penanganan.

5. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perbedaan kultur dan budaya yang ditandai dengan, klien
mengatakan ada beberapa orang yang beranggapan bahwa SC itu tidak mendapatkan ‘’nikmat’’ seperti nikmatnya
persalinan normal, klien mengatakan takut disepelekan oleh segelintir orang karena persalinannya tidak dilakukan
secara normal.
Intervensi Rasional
1. Terima pernyataan yang klien ungkapkan tentang 1. Perasaan tidak dikasihi, tidak layak, dan tidak
dirinya. kompeten seringkali dinyatakan oleh klien yang
sering merasa rendah diri. Klien seringkali
menunjukkan dirinya tidak dapat mengatasi situasi
saat ini.
2. Ajak klien untuk mencatat pencapaian masa lalu dan 2. Cara ini bermanfaat sewaktu memberikan
saat ini: emosional, sosial, interpersonal, intelektual, pandangan yang lebih realistis kepada klien akan
kejujuran, dan fisik. kemampuannya. Klien yang mengalamo stress
emosi seringkali lupa akan prestasi mereka di masa
lalu dalam menangangi situasi yang terkait.
3. Evaluasi sejauh mana klien merasa dikasihi dan 3. Kurangnya penghargaan terhadap pencapaian atau
dipedulikan oleh orang lain. penolakan orang lain dapat turut menimbulkan
perasaan tidak berharga. Perawatan dan dukungan
orang lain sangatlah penting untuk meningkatkan
harga diri klien.
4. Kaji bagaimana perasaan klien yang kompeten 4. Klien mungkin telah mengembangkan kesanggupan
tentang kesanggupannya untuk berkinerja serta untuk mengemban tanggung jawab pribadi kendati
memenuhi harapan orang lain dan yang ia harapkan. harga dirinya rendah. Hal ini dapat menjadi
indikator positif dari potensi klien untuk
meningkatkan harga diri dengan berhasil.
5. Berikan privasi kepada klien. 5. Pembahasan pribadi perlu dilakukan dalam suasana
dimana klien bebas menyatakan perasaan tanpa
terdengar.
6. Terapkan komunikasi mendengarkan secara aktif dan 6. Metode komunikasi ini memungkinkan klien
pertanyaan terbuka. menyuarakan minat, kekhawatiran, dan pikiran
tanpa gangguan. Teknik ini menunjukkan
kepedulian terhadap kesanggupan dan kelebihan
klien selain mengenali masalah dan kerisauan.
7. Pertimbangkan dampak yang normal dari perubahan 7. Gangguan harga diri adalah respon alami terhadap
harga diri. Yakinkan klien bahwa perubahan perubahan. Pemulihan harga diri klien terjadi
semacam itu seringkali terjadi pada rekasi emosi atau sebagai bagian dari penyesuaian diri klien untuk
perilaku yang berbeda. berubah.

8. Beri dukungan pada klien dalam upayanya untuk 8. Klien memerlukan umpan balik positif yang
memastikan otonomi, realitas, harga diri positif, berkesinambungan dan dukungan untuk mengatur
kesanggupan, dan pemecahan masalah. perilaku untuk mendorong harga diri.
9. Berilah pengarahan untuk mengurangi kecemasan. 9. Klien membutuhkan pandangan yang menempatkan
perubahan harga diri dalam konteks proses
pemulihan yang normal.
10. Didik klien tentang dampak yang negatif dari 10. Klien harus menggantikan keyakinan dan gagasan
pernyataan pribadi yang bersifat negatif. negatif dengan pikiran positif tentang diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai