Handout 3. BUDAYA PATIENT SAFETY PDF
Handout 3. BUDAYA PATIENT SAFETY PDF
PENDAHULUAN
Semua organisasi mempunyai budaya kerja masing-masing. Biasanya budaya
kerja dalam organisasi ini bisa langsung dirasakan begitu kita masuk
kedalamnya. Misalnya ketika kita masuk ke salah satu unit di rumah sakit, kita
akan bisa segera menilai apakah petugasnya ramah, siap membantu,
pelayanannya cepat, dll. Ini adalah contoh dari dimensi budaya patient safety
yang bisa dirasakan. Seperti model gunung es, dimensi budaya patient safety
yang bisa langsung dirasakan hanyalah sebagian kecil dari budaya patient safety.
Dimensi lainnya yang sulit untuk langsung diidentifikasi antara lain nilai (values)
dan asumsi-asumsi (assumptions).
BUDAYA KERJA
Schein (1992) mendefinisikan budaya kerja sebagai kebiasaan orang bekerja
dalam suatu kelompok, nilai, filosofi dan aturan-aturan dalam kelompok yang
membuat mereka bisa bekerjasama. Karakteristiknya antara lain: budaya kerja
sebagai suatu pola yang dibentuk berdasarkan asumsi-asumsi dasar; dibentuk
oleh kelompok sebagai upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul
dalam lingkungan kerja dan untuk beradaptasi dengan lingkungan eksternal;
mencerminkan tradisi yang dianggap berjalan dengan baik, diajarkan kepada
anggota-anggota baru dalam organisasi, dianggap sebagai cara terbaik untuk
berfikir, berperilaku dan berfikir.[2] Secara singkat budaya kerja adalah
bagaimana kita menyelesaikan pekerjaan ditempat kerja. Budaya kerja berperan
penting dalam keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi pelayanan
kesehatan dan juga dalam konteks patient safety.
Budaya kerja ini berada dalam tiga level, level inti, strategis, dan manifestasi. Di
tingkat inti, budaya kerja ini dipegang kuat dan seringkali berupa ideologi, nilai,
dan asumsi yang tidak tertulis. Di tingkat strategis, nilai-nilai dan pemahaman
yang ada dalam organisasi diekspresik
an untuk mencerminkan budaya yang diharapkan organisasi itu. Di tingkat
manifestasi, budaya organisasi ditunjukkan dalam perilaku dan kondisi
organisasi sehari-haro yang seringkali merupakan kompromi antara budaya
organisasi ditingkat inti dan strategis, dan mencerminkan situasi terkini.
Berdasarkan tipenya, budaya kerja dibedakan menjadi 3, yaitu budaya yang
konstruktif, pasif-defensif, dan agresif-defensif. Budaya yang konstruktif
mengutamakan interaksi antar individu dalam organisasi, saling membantu,
memiliki norma afiliasi, bisa mencapai tujuannya atau memenuhi kebutuhan
organisasi, bisa mengaktualisasi diri, humanistik, dan saling mendorong untuk
menjadi lebih baik. Individu dalam lingkungan organisasi yang berbudaya pasif-
defensif akan saling berinteraksi dengan cara yang tidak mengancam dirinya
sendiri. Umumnya konvensional, menghindari masalah, dan cenderung mudah
menyetujui keputusan pihak lain. Sebaliknya, individu dengan budaya kerja yang
agresif-defensif akan memaksakan kehendaknya untuk melindungi statusnya,
bersikap oposisi, mengutamakan kekuasaan, sangat kompetitif dan perfeksionis.
2. Edukasi
a. Kenali dampak akibat kelelahan dan kinerja
b. Pendidikan dan pelatihan patient safety
c. Melatih kerjasama antar tim
d. Meminimalkan variasi sumber pedoman klinis yang mungkin
membingungkan
3. Akuntabilitas
a. Melaporkan kejadian error
b. Meminta maaf
c. Melakukan remedial care
d. Melakukan root cause analysis
e. Memperbaiki sistem atau mengatasi masalahnya.
REFERENSI
1. After Kirk, S., et al., Evaluating safety cultures, in Patient safety - Research
into practice, B. WK, Editor. 2006, Open University Press: Maidenhead.
2. Schein, E.H., Organizational culture and leadership. 2nd ed. ed. 1992, San
Fransisco: Jossey-Bass.
3. Sandars, J. and G. Cook, ABC of patient safety. 2007, Massachusets:
Blackwell Publishing.
4. Institute of Medicine, To Err Is Human: Building a Safer Health System.
2000, Institute of Medicine: Washington DC.
5. Nieva, V. and J. Sorra, Safety Culture Assessment: A Tool for Improving
Patient Safety in Healthcare Organizations. Quality and Safety in Health
Care, 2003. 12: p. 7-23.
6. Vincent, C., Patient Safety. 2005, Edinburgh: Churchill Livingstone.
7. Ashcroft, D.M., et al., Safety culture assessment in community pharmacy:
development, face, validity, and feasibility of the manchester patient safety
assessment framework. Quality and Safety in Health Care, 2005. 14(6): p.
417-21.
8. After Morath, J. and J. Turnbull, To do no harm: ensuring patient safety in
health care organizations. 2005, San Fransisco: John Wiley & Sons.