Anda di halaman 1dari 62

PEMANFAATAN TANAMAN OBAT SEKITAR SEBAGAI OBAT

TRADISIONAL BAGI WARGA SINDANG ANOM

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran bahasa Indonesia

Oleh:

Aji Sulaeman

Yoki Muhamad I

Kelas XII MIA 4

SMAN 13 Garut

JALAN LIMBANGAN – SELAAWI


Tahun Pelajaran 2016-2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, penguasa segala kehidupan

serta Sang penentu segala garis kehidupan, karena berkat nikmat dan rahmat-Nya yang selalu

tercurah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Shalawat dan salam tetap

kita curahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari

lembah kegelapan menuju nur Ilahi.

Rasa bahagia disertai kelegaan hati kami rasakan atas telah terselesaikannya

penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah adalah salah satu bentuk karya tulis ilmiah

yang merupakan tugas dalam memenuhi syarat mengikuti ujian akhir semester mata pelajaran

bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai syarat untuk memenuhi nilai kami kemudian

menyusn dengan judil “Pemanfaatan Tanaman Obat Sekitar Sebagai Obat Tradisional

Bagi Warga Sindang Anom” di Kecamatan Bl. Limbangan Kabupaten Garut.

Banyak hambatan dan kesulitan dalam penyusunan makalah ini, namun berkat

bimbingan, petunjutk, dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya semua itu dapat kami atasi.

Akhirnya makalah ini, kami persembahkan kepada almamater dan masyarakat akademik,

mudah – mudahan makalah yang sangat sederhana dan singkat ini, dapat menjadi setitik

sumbangsih bagi semua pihak dan khusunya bagi kami sendiri.

Garut, November 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 5

B. Tujuan Penulisan Dan Penelitian ......................................................................... 6

1. TujuanUmum .................................................................................................. 6

2. TujuanKhusus ................................................................................................. 7

C. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 8

D. Perumusan Masalah .............................................................................................. 9

E. Batasan Masalah ................................................................................................... 10

F. Metedologi Dan Teknik Penelitian ....................................................................... 10

BAB II PENGOBATAN TRADISIONAL

A. Landasan Teori

1. Tanaman Obat ................................................................................................ 12


a. Mengenal Tanaman Obat ......................................................................... 12
b. Macam-macam Tanaman Obat ................................................................ 12
c. Manfaat Tanaman Obat ............................................................................ 25
d. Perkembangan Pengolahan Tanaman Obat ............................................... 28
e. Teknik Pengolahan ................................................................................... 29
2. Mengenal Pengobatan Tradisional ................................................................. 31
a. Pengertian Pengobatan Tradisional .......................................................... 31
b. Sejarah Pengobatan Tradisional ............................................................... 32
c. Manfaat Pengobatan Tradisional .............................................................. 36
d. Macam-macam Pengobatan Tradisional .................................................. 37

3
e. Perkembangan Pengobatan Tradisional .................................................... 37
f. Pengolahan Tanaman Obat Tradisional .................................................... 40
g. Keuntungan Mengonsumsi Tanaman Obat Tradisional ............................ 42
B. Data

1. Tanaman Obat Sekitar Sindang Anom ........................................................... 50


2. Pemanfaatan Tanaman Obat Sekitar Sindang Anom ..................................... 53
3. Perkembangan Pemanfaatan Tanaman Obat Warga Sindang Anom ............. 54
4. Tingkat Kesehatan Warga Sindang Anom ..................................................... 55

C. Pengolahan Data ................................................................................................... 56

D. Permasalahan ........................................................................................................ 57

E. Pemecahan Masalah .............................................................................................. 58

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 60

B. Saran ..................................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 62

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Penelitian

Warisan budaya pada intinya adalah suatu pengetahuan yang dapat berfungsi

menghadapi tantangan kehidupan. Dalam masyakarat tradisional pengetahuan

umumnya diperoleh dengan cara belajar dan mewarisinya secara turun temurun dari

satu generasi ke generasi berikutnya. Sebagai salah satu unsur kebudayaan daerah

yang bersifat unvirsal yang telah diwarisi secara turun temurun oleh masyakarakat

pendukungnya, salah satu diantaranya adalah pengetahuan yang berkenaan dengan

kesehatan khususnya pengobatan tradisional.

Pengobatan – pengobatan di Indonesia sangatlah beraneka ragam salah satu

dengan memanfaatkan tanaman obat, dengan keragaman yang Indonesia miliki

banyak jenis tanaman obat yang dapat di temukan di Indonesia menjadikan negara

kita menjadi salah satu pusat tanaman obat di dunia, itu yang menjadi alasan kami

kami mengangkat tema pengobatan tradisional di suatu daerah dan dalam contoh

cakupan kecilnya tanaman obat sekitar warga Sindang Anom tingkat kesehatan d

Sindang Anom bisa di bilang baik inilah yang kami jadikan sebagai objek penelitian

dalam penyusunan karya ilmiah kami. Adapun poin-poin yang akan kami teliti dan

bersangkutan dengan pengobatan tradisional.

Tentunya kami menjadikan daerah Sindang Anom sebagai objek penelitian

dalam karya ilmiah kami yang bertemakan pengobatan tradisional di suatu daerah

karena daerah Sindang Anom termasuk daerah yang cukup ideal dan di daerah yang

tanaman obatnya pun ada berbagai macam tersebut berbagai pengolahan tanaman

obatnya masih tradisional.

5
B. Tujuan Penelitian

Dalam tujuan penelitian karya ilmiah ini kami telah membuat klasifikasinya

dalam dua poin penting yaitu :

1. Tujuan Umum

Secara garis besar atau secara umum, penelitian yang kami lakukan

adalah untuk lebih mengenal pemanfaatan tanaman obat yang ada di suatu

daerah di Indonesia dan menjadikan daerah dimana dekat dengan tempat

tinggal kami yaitu kampung Sindang Anom sebagai objek penelitian karya

ilmiah ini, karena karya ilmiah yang berjudul Pemanfaatan Tanaman Obat

Sekitar Sebagai Obat Tradisional di suatu daerah khususnya di Daerah

Sindang Anom.

Pemanfaatan tanaman obat di setiap daerah di Indonesia dengan

pengolahannya sangatlah beraneka ragam itulah sebabnya kami

mengangkat tema pengobatan tradisional di suatu daerah dan dalam

contoh cakupan kecilnya Kampung Sindang Anom inilah yang kami

jadikan sebagai objek penelitian dalam penyusunan karya ilmiah kami

kaerna daerah Sindang Anom itu daerahnya sangat dekat untuk obejek

penelitian.

Oleh karena itu tujuan secara umum tertera demikian yakni untuk

lebih mengenal secara lebih luas dan menyeluruh mengenai pengobatan

tradisional di suatu daerah cakupan kecilnya yaitu pemanfaatan tanaman

obat sekitar sebagai obat tradisional bagi warga Sindang Anom tersebut.

6
2. Tujuan Khusus

Apabila di cermati dengan cara lebih spesifik, tujuan khusus dalam

penelitian karya ilmiah yang kami lakukan yaitu macam-macam tanaman

obat dan perkembangan pengolahan tanaman obat sebagai obat tradisional

di suatu daerah.

Bagaimana teknik pengolahan warga daerah terhadap pemanfaatan

tanaman obat di Indonesia, apakah mereka tingkat kesehatannya baik dan

mampu mengolah tanaman dengan baik atau, sebaliknya mereka tidak

dapat mengolah dengan baik tanaman obat sekitarnya tersebut sehingga

pemanfaatan tanaman obat di Indonesia dan khsusunya di kampung

Sindang Anom tidak dapat terolah secara optimal sebagaimana mestinya,

dan oleh karena itu kami melakukan penelitian. Selain itu ada tujuan –

tujuan khusus lain yang melatar belakangi penyusun karya ilmiah dengan

judul yang telah tertera dan mengangkat tema pengobatan tradisional di

suatu daerah. Pengobatan tradisional di setiap daerah di Indonesia

sangatlah beraneka ragam sebabnya kami mengangkat tema pengobatan

tradisional di suatu daerah dan dalam contoh cakupan kecilnya kampung

Sindang Anom inilah yang kami jadikan sebagai objek penelitian dalam

penyusunan karya ilmiah kami.

Juga untuk lebih mengetahui dan memahami tanaman obat di

kampung Sindang Anom dan juga sebagai informasi kepada masyarakat

umum agar mereka tahu macam-macam tanaman obat dengan

pemanfaatan tanaman obat sekitar dan teknik pengolahannya supaya

mereka dapat hidup sehat tanpa harus susah payah mengeluarkan uang

banyak.

7
C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari karya ilmiah yang Pemanfaatan Tanaman

Obat Sekitar Sebagai Obat Tradisional Bagi Warga Sindang Anom yaitu dapat

menambah pengetahuan dan pengalaman umumnya bagi pembaca dan khusunya bagi

penyusun. Sesuai dengan tema pengobatan tradisional di suatu daerah dan judul yang

telah tertera, pembaca dapat lebih mengetahui, mengenal dan memahami hinnga dapat

memanfaatkan tanaman obat di daerah sekitarnya karena karya ilmiah ini

mengupasmacam-macam tanaman obat dan perkembangan pengolahan tanaman obat

sebagai obat tradisional di suatu daerah. Bagaimana teknik pengolahan warga

daerah terhadap pemanfaatan tanaman obat di Indonesia, apakah mereka tingkat

kesehatannya baik dan mampu mengolah tanaman dengan baik atau, sebaliknya

mereka tidak dapat mengolah dengan baik tanaman obat sekitarnya tersebut

sehinggapemanfaatan tanaman obat di Indonesia dan khsusunya di kampung Sindang

Anom tidak dapat terolah secara optimal sebagaimana mestinya.

Oleh karena itu kami mengangkat tema tersebut karena kami bertujuan ingin

lebih memperkenalkan pemanfaatan tanaman obat sekitar sebagai obat tradisional,

macam – macam tanaman obat dan selain itu dapat mengolah tanaman obat tersebut

dengan baik agar khasiatnya dapat menyehatkan dan apalagi akan di untungkan

karena tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak seperti halnya warga Sindang

Anom.Sehingga lewat karya ilmiah ini pembaca dapat lebih mengetahui, mengenal,

memahami hingga pada akhirnya setiap di daerah-daerah di Indonesia dapat

memanfaatkan tanaman obat sekitarnya sebagai obat tradisional dengan baik dan

benar.

8
D. Perumusan Masalah

Dalam karya ilmiah yang bertemakan pengobatan tradisional ini, sudah pasti

cakupan masalahnya mengenai obat-obat tradisional di Indonesia khususnya tanaman

obat di suatu daerah yang daerah tersebut dijadikan objek dalam penelitian karya

ilmiah ini, karena karya ilmiah ini mengupas bagaimana teknik pengolahan warga

daerah terhadap pemanfaatan tanaman obat di Indonesia, apakah mereka tingkat

kesehatannya baik dan mampu mengolah tanaman dengan baik atau, sebaliknya

mereka tidak dapat mengolah dengan baik tanaman obat sekitarnya tersebut sehingga

pemanfaatan tanaman obat di Indonesia dan khsusunya di kampung Sindang Anom

tidak dapat terolah secara optimal sebagaimana mestinya.

Oleh karena itu kami lebih menitik beratkan masalah pada poin – poin

kekuranngan pada pemanfaatan tanaman obat sekitar sebagai obat tradisional di suatu

daerah khususnya di kampung Sindang Anom, dan adapun poin – poin permasalahan

secara garis besar atau secara umum diantaranya :

 Bagaimana teknik pengolahan tanaman obat ?

 Apa tingkat kesehatan dalam di kampung Sindang Anom sudah baik

atau sangat rendah ?

 Apakah pemanfaatan tanaman obat di kampung Sindang Anom tidak

dapat terolah secara optimal sebagaimana mestinya ?

 Apakah keuntungan yang di dapat bila mengonsumsi tanaman obat

sebagai obat tradisional ?

Dalam rumusan masalah yang telah tertera dalam beberapa poin – poin di atas

tentunya kami ingin lebih jauh tahu dalam penamnfaatan tanaman obat tradisional

sebagai obat tradisional namun yang menjadi inti permasalahan itu sesuai dengan

rumusan masalah yang telah tertera.

9
E. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam dan

selain itu karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori – teori, dan supaya

penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam maka maka penulis memandang

permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabel apa saja yang akan

diteliti, serta bagaimana hubungan variabel satu dengan variabel lain.

Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan hanya membahas

mengenai pemanfaatan, pengolahan, perkembangan tanaman obat sebagai obat

tradisional atau obat alternatif yang ada di Sindang Anom dan meneliti tingkat

kesehatan warga Sindang Anom.

Pembatasan masalah ini tentunya membuat kami sebagai penyusun dalam

penyusunan karya ilmiah tidak akan meleceng dari topik dalam penyusunan karya

ilmiah ini.

F. Metedologi Penelitian

Dalam penelitian karya ilmiah berjudul Pemanfaatan Tanaman Obat Sekitar

Sebagai Obat Tradisional Bagi Warga Sindang Anom yang kami lakukan, banyak

metode – metode penelitian yang harus di tempuh agar dapat lebih memperjelas isi

dari karya ilmiah yang kami susun. Adapun metode – metode penelitian Deskriptif.

Dan penjelasn Deskriptif tersebut yaitu penelitian deskriptif (descriptive research),

yang biasa disebut juga penelitian taksonomik (taksonomic research), seperti telah

disebutkan sebelumnya, dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai

suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah

variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit – unit yang dapat diteliti.

Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jaringan hubungan antar

10
variabel yang ada tidak maksudkan untuk menarik generasi yang menjelaskan

variabel – variabel anteseden yang menyebabkan sesuatu gejala atau kenyataan sosial.

Oleh karena itu, pada suatu penelitian deskriptif tidak menggunakan dan tidak

melakukan pengujian hipotesis (seperti yang dilakukan dalam penelitian eksplanasi)

berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan

teori – teori penyusun.

Dalam pengelolahan dan analisis data, lazimnya menggunakan pengolahan

statistik yang bersifat deskriptif (statistik deskriptif). Itulah sebabnya penyusun lebih

memilih metode deskriptif dalam penyusunan karya ilmiah ini, karena metode

tersebut cocok jika di aplikasikan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Dalam metode

deskriptiif ini seperti yang sudah dijelaskan, lebih menitik beratkan ke pencarian

informasi terhadap narasumber terkait. Dan kami juga melakukan survei pendahuluan

dengan melakukan wawancara kepada warga Sindang Anom dan melakukan beberapa

observasi tentang tingkat kesehatan di kampung tersebut.

11
BAB II

PENGOBATAN TRADISIONAL

A. Landasan Teori

1. Tanaman Obat

a. Mengenal Tanaman Obat

Sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan

pula alam sekitarnya mulai dari sejak itu pula manusia mulai mencoba

memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi keperluan alam bagi

kehidupannya, termasuk keperluan obat - obatan untuk mengatasi

masalah - masalah kesehatan. Kenyataan menunjukkan bahwa dengan

bantuan obat - obatan asal bahan alam tersebut, masyarakat dapat

mengatasi masalah - masalah kesehatan yang di hadapinya. Hal ini

menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam

khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya

dalam penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Tanaman

obat merupakan segala jenis tumbuh - tumbuhan yang mempunyai

khasiat atau kegunaan sebagai obat.

b. Macam-macam Tanaman Obat

Mengenai macam-macam tanaman obat berasal dari sumber

bahan alam khususnya tanaman yang telah memperlihatkan

khasiatnya. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tersebut

tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pemanfaatan bahan alam

sebagai obat cenderung mengalami peningkatan dengan adanya

pengobatan yang kembali pada alam yang alamiah. Menurut Siswanto,

12
(1997:3) jenis tanaman obat yang sering dibudidayakan oleh

masyarakat adalah tanaman obat yang penanaman dan pemeliharaan

mudah dilakukan dan tidak membutuhkan tempat-tempat penanaman

yang khusus atau cara menanamnya sangat mudah dan efisien tempat.

Tanaman obat tersebut juga mudah diramu sebagai obat tradisional.

Tanaman yang sering dibudidayakan oleh masyarakat adalah jenis

tanaman yang sering digunakan atau dimanfaatkan. Karena masyarakat

sudah mengenai tanaman tersebut, baik dalam pemanfaatan sebagai

obat, dan meramupun mudah dilakukan sehingga tanaman tersebut

sering dibudidayakan oleh masyarakat. Di sekitar tempat tinggal

penduduk banyak tumbuh dengan tanaman yang bermanfaat bagi

kesehatan manusia, untuk itu masyarakat dapat mengusahakan sendiri

untuk menanam tanaman tersebut di pekarangan. Misalnya seperti

jenis sayur-sayuran, tanaman obat-obatan dan tanaman buah-buahan

yang secara langsung bermanfaat bagi kehidupan masyarakat itu

sendiri. Berikut ini macam-macam tanaman obat tradisional yang dapat

digunakan jika anak sakit, yaitu:

a) Kunyit (Curcuma longa) Di daerah Jawa, kunyit banyak

digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan,

membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan

menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu:

sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik,

bahan bumbu masak, dan lain-lain. Di samping itu rimpang tanaman

kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti

mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak

13
darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah. Kunyit

mengandung minyak atsiri yang mengandung antibakteri, antioksidan,

dan anti peradangan. Berfungsi sebagai penurun panas.

b) Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis) Daun

kembang sepatu mengandung flavonoida, saponin, dan polifenol. Cara

membuat: cuci bersih daunnya, keringkan, kemudian panaskan

sebentar di atas api agar layu. Remas-remas hingga layu, beri minyak

kelapa, tempelkan pada perut dan kepala. Berfungsi sebagai kompres

pada anak yang sedang mengalami demam.

c) Bawang merah (Allium cepa L) Mengandung kandungan

minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin, kaemferol, kuersetin, dan

floroglusin. Kegunaan: mengobati demam pada anak, perut kembung,

masuk angin, kerokan, disentri, hipertensi, kutu air, bisul/luka,

payudara bengkak/mastitis, melancarkan air seni pada anak disertai

demam. Untuk menurunkan demam, parut bawang merah secukupnya,

balurkan di tubuh bayi/ anak. Cara lain untuk masuk angin anak : ambil

beberapa bawang merah, dicuci, parut kasar dan tambahkan dengan

minyak kelapa atau minyak telon secukupnya, lalu tampelkan ke ubun-

ubun, dan balur ke seluruh tubuh. Selain menurunkan panas, bawang

merah juga bisa mengobati perut kembung. Caranya, balurkan bawang

yang sudah diparut pada bagian pusar. Bisa juga menggunakan daun

jarak yang sudah dihangatkan. Olesi dengan minyak kelapa, pilin-pilin,

lalu tempelkan pada pusar si kecil.

d) Lidah buaya (Aloe vera) Berfungsi mendinginkan kulit, bisa

digunakan untuk mengobati luka bakar pada bayi dan anak. Caranya,

14
oleskan daging daun lidah buaya pada seluruh permukaan kulit yang

terkena luka bakar.

e) Mengkudu (pace) Buah mengkudu (Marinda citrifolia, Linn)

adalah termasuk jenis tanaman dari keluarga Rubiaceae. Menurut

beberapa sumber mengkudu merupakan salah satu jenis buah-buahan

yang berasal dari Asia tenggara. tanaman mengkudu mampu tumbuh

didataran rendah hingga ketinggian mencapai 1500 m dari permukaan

laut, batang pohon mengkudu dapat mencapai 3-8 meter, memiliki

bunga berbongol dan berwarna putih, buah mengkudu merupakan buah

majemuk yang masih muda berwarna hijau mengkilap serta memiliki

bintik-bintik atau totol-totol, dan saat sudah tua berwarna putih dan

berbintik bintik hitam. Secara umum buah mengkudu biasanya

dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk sayur, rujak dan juga

jus, karena selain memiki rasa yang nikmat juga mempunyai khasiat

yang bagus untuk kesehatan dan Khasiat buah mengkudu sudah

diyakini sejak dahulu. Buah mengkudu merupakan jenis buah bergizi

lengkap, zat nutrisi yang terdapat didalam buah mengkudu sangat

dibutuhkan oleh tubuh, seperti vitamin, mineral, dan protein penting

tersedia didalamnya. Selain buah, daun mengkudu juga bisa

meringankan perut kembung pada bayi. Caranya, panaskan daun

mengkudu di atas api beberapa saat, lalu oleskan minyak kelapa.

Tempelkan pada perut anak saat masih hangat, lalu ulang beberapa

kali. Untuk obat batuk Ambil 1 buah mengkudu dan 1/2 genggam daun

poo (bujanggut), cuci sampai bersih kedua bahan ramuan tersebut,

kemudian rebus dengan 2 gelas air sampai mendidih, dan airnya

15
berkurang menjadi 1 gelas. Saring ambil airnya, kemudian minum air

ramuan tersebut dua kali sehari, pagi dan sore. Sedangkan untuk Obat

demamSiapkan 1 buah rimpang kencur dan 1 buah mengkudu, Cuci

sampai bersih, kemudian rebus dengan 2 gelas air bersih sampai airnya

berkurang menjadi 1 gelas, biarkan sampai dingin, baru kemudian

saring ambil airnya, minum air ramuan tersebut 2 kali sehari pagi dan

sore.

f) Kumis kucing Merupakan tanaman obat berupa tumbuhan

berbatang basah yang tegak. Kumis kucing atau yang biasa di kenal

dalam bahasa latinya dengan nama Orthosiphon aristatus, tumbuhan ini

biasanya digunakan oleh ibu rumah tangga sebagai tanaman hias.

Tanaman ini termasuk kedalam jenis family Labiata atau Lamiaceae.

Selain sebagai tanaman hias Kumis kucing juga sudah di kenal oleh

masyarakat sebagai tanaman obat herbal yang sangat mujarab untuk

mengobati berbagai macam penyakit. Daun kumis kucing diketahui

mengandung glikosida orthosiphonin yang berkhasiat untuk

melarutkan asam urat, fosfat dan oksalat dari tubuh, terutama di

kandung kemih, empedu dan ginjal dan memperlancar pengeluaran air

kemih (diuretik). Kumis kucing bermanfaat untuk mengatasi kondisi

seperti rematik, batuk, masuk angin, sembelit, sakit pinggang, infeksi

dan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis. Daun kumis kucing

basah maupun kering bermanfaat digunakan sebagai bahan obat-

obatan yang memperlancar pengeluaran air kemih sebagai upaya

penyembuhan batuk encok, masuk angin dan sembelit. . Sebagai herbal

masuk angin cara pembuatannya sebagai berikut: ambil satu sendok

16
daun dari kumis kucing lalu rebuslah dengan menggunakan 1 gelas air,

diamkan hingga ar rebusan tinggal setengah gelas saja, kemudian

minum air rebusan kumis kucing hangat-hangat.

g) Banglai (bangle) Bangle mempunyai nama Latin Zingiber

cassumunar Roxb. Oleh masyarakat Indonesia biasa dipakai sebagai

penangkal energi jahat untuk ibu hamil dan bayi yang baru lahir. Umbi

yang wangi ini juga mampu melangsingkan tubuh, meredakan demam,

migrain, sakit kuning, cacingan, bahkan nyeri sendi Bangle tumbuh di

Asia Selatan, dari India hingga Indonesia. Bangle mengandung asam

organik yang berkhasiat diantaranya : mengurangi lemak tubuh. Selain

itu, air rebusan bangle bersifat hangat dan melapisi dinding usus. Efek

rimpang ini adalah penurun panas, peluruh kentut, peluruh dahak,

pembersih darah, pencahar, dan obat cacing. Khasiat rimpang bangle

bisa, untuk obat asma dan rematik. Khasiat lainnya, daunnya berguna

untuk perangsang nafsu makan. Selain itu untuk obat sakit perut karena

berkhasiat membersihkan darah dan sebagai peluruh kentut.

Manfaatkan bangle untuk kerokan ketika bayi susah tidur dan rewel.

Caranya, parutan rimpang bangle dibalurkan ke punggung bayi sambil

diusap-usap dan ditekan Resep bangle juga untuk gangguan sakit saat

buang air kecil. Air rendaman bangle juga bisa dimanfaatkan untuk

mengobati sakit perut karena sifatnya hangat seperti jahe. Setelah

melahirkan borehkan parutan bangle di perut gunanya untuk

mengecilkan perut sehabis melahirkan. Jika anak sering rewel pada

malam hari, banglai bisa membantu menenangkannya. Caranya

balurkan parutan banglai segal di kening dan badan anak. Dalam

17
pengobatan, bagian tanaman yang digunakan adalah rimpangnya.

Bangle digunakan sebagai obat borok, obat kejang pada anak-anak,

obat luka memar, obat pelangsing, pemulih penglihatan, obat hepatits,

obat demam, obat gangguan pada perut, penawar racun, obat pusing,

obat cacing, dan obat encok.

h) Kencur Kencur (Kaempferia galanga) populer dikenal

dengan kencur bisa digunakan untuk beragam pengobatan, salah

satunya untuk mengusir diare yang membandel.merupakan jenis

tanaman yang memiliki batang semu yang sangat pendek jenis rimpang

kencur mirip dengan kunyit. Khasiat kencur sangat luar biasa, terutama

untuk ibu-ibu rumah tangga yang biasanya memanfaatkan kencur

sebagai bumbu masakan, bahkan untuk masyarakat sunda

memanfaatkan kencur sebagai lalapan mentah. kencur juga berkhasiat

untuk menyembuhkan berbagai penyakit antara lain untuk mengobati

radang lambung, radang anak telinga, influenza pada bayi, masuk

angin, sakit kepala, batuk, diare menghilangkan darah kotor

memperlancar haid mata pegal keseleo, menghilangkan lelah. Kencur

juga bisa digunakan untuk mengobati memar karena benturan.

Caranya, rendam satu sendok makan beras. Tumbuk bersama kencur

dan beri sedikit garam. Setelah halus, tempelkan pada bagian yang

memar atau benjol.

i) Temulawak Tanaman temulawak termasuk dalam keluarga

Jahe (zingiberaceae), Temulawak ini sebagai tanaman obat asli

Indonesia memiliki banyak manfaat dan khasiat, antara lain temulawak

digunakan sebagai obat karena memiliki efek antivirus, mencegah

18
pembengkakan hati, meningkatkan produksi cairan empedu dan

mencegah terbentuknya batu empedu, mencegah jerawat, menurunkan

kandungan kolesterol dalam darah dan hati serta meningkatkan nafsu

makan. Selain itu, temulawak juga bisa meningkatkan produksi air susu

ibu, pencernaan dan memperbaiki gangguan menstruasi, mengobati

sakit kuning, diare, maag, perut kembung dan pegal-pegal. Selain itu

juga bisa dimanfaatkan untuk menurunkan lemak darah, mencegah

penggumpalan darah sebagai antioksidan dan memelihara kesehatan

dengan meningkatkan daya kekebalan tubuh

j) Keji Beling Keji beling atau orang jawa menyebutnya dengan

nama “sambaing geteh”, Tumbuhan ini memiliki banyak mineral

seperti kalium, kalsium, dan natrium serta unsur mineral lainnya.

Kegunaannya sebagai obat disentri, diare (mencret) dan obat batu

ginjal serta dapat juga sebagai penurun kolesterol. Daun keji beling

juga kerap digunakan untuk mengatasi tubuh yang gatal kena ulat atau

semut hitam, caranya dengan cara mengoleskan langsung daun keji

beling pada bagian yang gatal tersebut. Untuk mengatasi diare

(mencret), disentri, seluruh bagian dari tanaman ini direbus, selama

lebih kurang setengah jam, kemudian airnya diminum. Sama juga

prosesnya untuk mengobati batu ginjal. Daun keji beling juga dapat

mengatasi kencing manis dengan cara dimakan sebagai lalapan secara

teratur setiap hari. Daun tanaman ini selain direbus untuk diminum

airnya, juga dapat dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan

secara teratur untuk mengobai penyakit lever (sakit kuning), ambien

(wasir) dan maag dengan cara dimakan secara teratur.

19
k) Brotowali. Tanaman Brotowali adalah salah satu jenis

tanaman yang bisa digunakan untuk jamu dan obat. Brotowali

(Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal yang

mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat digunakan untuk

mengobati berbagai penyakit, melancarkan fungsi organ pernafasan,

menambah nafsu makan dan menurunkan kadar gula.Tanaman ini

terkenal akan rasanya yang pahit. Brotowali memiliki batang yang

kecil dan dapat tumbuh hingga hampir 3 meter. Daunnya tunggal dan

berbentuk seperti jantung dengan panjang hingga 12 cm dan lebar yang

dapat mencapai 10 cm. Seluruh bagian dari tanaman ini memiliki rasa

yang pahit. Tanaman ini mempunyai banyak khasiat, terutama untuk

pengobatan. Batang brotowali digunakan untuk pengobatan rematik,

memar, demam, merangsang nafsu makan, sakit kuning, cacingan, dan

batuk. Air rebusan daun brotowali dimanfaatkan untuk mencuci luka

atau penyakit kulit seperti kudis dan gatal- gatal; sedangkan air rebusan

daun dan batang untuk penyakit kencing manis.

l) Daun Sirih Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang

tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Tanaman

merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih berwarna coklat

kehijauan, berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya

akar. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan

bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan,

menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan.

Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak saat batuk.

Caranya untuk obat batuk : Rebus 15 lembar daun sirih dengan tiga

20
gelas air sampai tersisa ¾ air. Minum air rebusan tersebut dengan

menambahkan satu sendok madu. Daun sirih memiliki banyak manfaat

untuk kesehatan, salah satunya dipercaya secara tradisional dapat

membantu menghentikan perdarahan saat mimisan. Mengobati

pendarahan pada hidung / mimisan : 1 lbr daun sirih agak muda

dilumatkan, gulung sambil ditekan sehingga keluar minyaknya, setelah

itu sumbatkan pada hidung anak yang mimisen secara bergantian .

m) Jahe. Manfaat jahe terutama sebagai bahan minuman,

bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Jahe dibedakan menjadi 3

jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya

dikenal 3 varietas jahe, yaitu : jahe putih/kuning besar atau disebut juga

jahe gajah atau jahe badak. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga

jahe sunti atau jahe emprit. Ruasnya kecil, agak rata sampai agak

sedikit menggembung. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari

pada jahe gajah, Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk

diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya. Jahe merah, rimpangnya

berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil. sama seperti

jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki

kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil, sehingga cocok

untuk ramuan obat-obatan. Jahe sebagai obat tradisional dapat

digunakan untuk (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti

pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat. Untuk menghilangkan

masuk angin, perut kembung dan kolik pada anak. Caranya, 1/4 sendok

teh bubuk jahe kering dilarutkan dalam 1/2 cangkir air panas.

21
n) Jeruk Nipis Sebagai herbal alami, jeruk nipis berkhasiat

untuk menghilangkan sumbatan vital energi, obat batuk, peluruh dahak

(mukolitik), peluruh kencing (diuretik) dan keringat, serta membantu

proses pencernaan. Karena kandungan nutrisinya yang amat beragam

tersebut, buah jeruk nipis banyak dimanfaatkan sebagai obat herbal

untuk mengobati berbagai macam penyakit. Manfaat lainnya dari jeruk

nipis adalah untuk mengobati batuk. Caranya sangat mudah, yaitu anda

hanya tinggal menyediakan satu setengah sendok kecap dan juga satu

buah jeruk nipis, dan sedikit garam. Setelah itu, campurkan perasan

jeruk nipis tersebut dengan kecap dan juga garam lalu minum sebanyak

satu sendok makan. Untuk mencairkan dahak dan obat batuk anak.

Caranya, campur 1 sendok makan air perasan jeruk nipis, 3 sendok

makan madu murni, 5 sendok makan air matang, lalu di tim selama 30

menit. Takaran minum bayi antara usia 6-1 tahun : 2 kali 1/2 sendok

teh ; anak 1-3 tahun : 2 kali 1 sendok teh; anak 4-5 tahun : 2 kali 1/2

sendok teh. Cara lain, potong 1 buah jeruk nipis, peras airnya, taruh

dalam gelas /cangkir. Tambahkan kecap manis, aduk. Takaran minum

untuk anak, 3 kali 1 sendok teh per hari. Adapun untuk menyembuhkan

demam campuran jeruk nipis, bawang merah, minyak kayu putih, dan

minyak kelapa. Siapkan dua sampai empat siung bawang merah yang

telah dihaluskan lalu tambah setengah sendok minyak kayu putih dan

juga setengah sendok minyak kelapa dan ditambahkan perasan jeruk

nipis. Setelah semua bahan dicampurkan, gunakan ramuan tersebut

untuk mengkompres anggota keluarga anda yang sedang demam.

22
o) Daun pepaya. Daun pepaya ini diketahui mengandung

beberapa senyawa aktif yang memiliki efek yang sangat baik bagi

tubuh. Menurut Para peneliti menemukan bahwa daun dengan rasa

pahit ini mengandung sejumlah senyawa aktif yang sangat baik bagi

tubuh. Berkhasiat meningkatkan nafsu makan atau sebagai penambah

nafsu makan. Caranya ambil daun pepaya segar muda yang ukurannya

sebesar telapak tangan. Kemudian tambahkan sedikit garam dan air

hangat sebanyak 200 cc. Haluskan dengan cara diblender. Kemudian

saring airnya dan tambahkan madu sebanyak 2 sendok agar lebih

nikmat. Minum ramuan ini setiap harinya sampai nafsu makan normal.

Manfaat daun pepaya lainnya adalah sebagai pelancar ASI. Caranya

sederhana, cukup ambil daun pepaya muda sebanyak 3 helai. Remas

daunnya kemudian letakkan di atas api hingga daun tersebut menjadi

layu. Dalam keadaan masih hangat, tempelkan daun pepaya yang telah

diremas dan dipanaskan tersebut di srea payudara Anda kecuali puting.

Resep ini merupakan warisan nenek moyang kita yang dikenal sangat

baik memperbaiki kualitas ASI. Bagi penderita demam berdarah, atau

yang sedang mengalami gejala demam berdarah sangat disarankan

untuk mengonsumsi daun pepaya. Karena daun pepaya memiliki

kandungan yang bisa mengobati atau menetralkan gejala demam

berdarah yang disebabkan oleh nyamuk. Caranya, campur lima lembar

daun pepaya, temulawak, meniran secukupnya, dan gula merah. Rebus

hingga masak, kemudian dinginkan sebelum diminum.

p) Sambiloto Sambiloto (Andrographis paniculata) memiliki

sifat melindungi hati (hepatoprotektif), dan terbukti mampu

23
melindungi hati dari efek negatif galaktosamin dan parasetamol.

Selain berkhasiat melindungi hati, sambiloto juga dapat menekan

pertumbuhan sel kanker. Selain itu khasiat sambiloto untuk

pengobatan ini sudah diketahui sejak nenek moyang kita. Biasanya

pemanfaatan sambiloto dengan merebus daunnya untuk menurunkan

demam, mengobati luka, sakit kuning, kencing manis, pilek, infeksi

tenggorokan, saluran kemih, keputihan, menyembuhkan luka/borok

dan sebagainya.

q) Adas (fennel).Tanaman adas (Foeniculum Vulgare Mill)

merupakan jenis tanaman berkhasiat obat yang dapat hidup di dataran

rendah maupun dataran tinggi. Manfaat Adas adalah merangsang kerja

organ pencernaan, melancarkan buang angin, menghangatkan badan,

serta membantu mengeluarkan dahak. Adas juga dipercaya berkhasiat

untuk menghancurkan batu ginjal. Adas juga dapat berfungsi sebagai

penambah nafsu makan. Selain itu tanaman Adas juga bermanfaat

untuk mengatasi insomnia, batuk berdahak, serta datang bulan yang

tidak teratur. Adas dapat dipakai untuk meringankan bayi yang

menderita kolik atau yang kesakitan akibat erupsi (keluarnya) gigi.

Untuk obat masuk angin dan kolik, caranya 1 sendok teh adas

dilarutkan dengan 1 cangkir air mendidih, aduk hingga larut. Setelah

agak dingin, larutan dapat diminumkan pada bayi/anak dengan takaran

sesuai umurnya. r. Daun jambu biji (jambu klutuk, jambu batu) Untuk

diare, 3 lembar daun jambu biji muda dan segar dicuci bersih, tumbuk

halus, beri 1/2 cangkir air matang hangat, diperas dan diambil

airnya.Beri garam secukupnya sebelum diminumkan pada anak. Air

24
perasan daun jambu biji diberikan pada anak sesuaikan dengan

usianya. Dari beberapa macam tanaman tradisional yang dipaparkan di

atas, dapat dianalisis bahwa pada umumnya ada beberapa tanaman

tradisional yang sering digunakan untuk mengatasi anak sakit

diantaranya kunyit, bawang merah, banglai, jeruk nipis, temulawak

dan sebagainya.

c. Manfaat Tanaman Obat

Tumbuhan sangat banyak manfaatnya bagi kehidupan, karena

di samping sebagai sumber makanan juga dapat sebagai obat.

Kadangkadang untuk menyembuhkan suatu penyakit tidak hanya dapat

disembuhkan dengan pengobatan modern, tetapi juga disembuhkan

dengan menggunakan dari tanaman obat-obat berkasiat (Widyawati,

1999:34). Secara umum, tanaman selain berfungsi sebagai penyedia

oksigen di dunia juga memiliki banyak manfaat bagi mahluk hidup

yaitu :

a) Sebagai makanan

Tanaman saat ini menjadi salah satu penyedia bahan makanan

bagi manusia, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara

langsung tanaman menyediakan bahan makanan pokok seperti

gandum, beras dan jagung serta berbagai jenis sayuran dan buahbuahan

yang penting untuk nutrisi manusia serta budidaya lainnya seperti kopi,

teh, dan gula. Selain itu tanaman juga menjadi bahan olahan untuk

produk lain seperti mentega, minyak goreng, susu kedelai, dan yang

25
lainnya. Tanaman pun menjadi bahan makanan hewan yang juga

menjadi makanan manusia seperti daun singkong, bayam.

Sebagai produk yang bukan makanan, tanaman menghasilkan

kayu yang berguna bagi bangunan, kertas, perabot, dan sebagainya,

juga 31 sebagai bahan pembuat kain. Hasil tanaman dari jaman purba

juga bermanfaat untuk bahan bakar yaitu batu bara. Untuk dunia

kedokteran tanaman menghasilkan aspirin, morfin, quinine dan

sebagainya. Selain itu juga menghasilkan produk herbal non kimiawi

seperti ginseng, temulawak, kunyit, jahe yang digunakan untuk

pengobatan tradisional. Tanaman juga menjadi bahan utama kebutuhan

rumah tangga dan kecantikan serta menjadi bahan utama pembuatan

karet, plastik, permen karet dan bahan kimia organik yang digunakan

untuk ilmu pengetahuan dan percobaan.

a) Sebagai penggunaan estetika

Banyak sekali jenis tanaman yang beredar sebagai tanaman

hias. Tanaman obat tradisional ini dipelihara oleh berbagai pecinta

tanaman baik untuk sekedar menghiasi tempat tinggal mereka ataupun

untuk meneduhkan lingkungan, mendinginkan temperatur,

mengurangi hembusan angin, mengurangi kebisingan, menambah

privasi dan melindungi tanah dari erosi. Tanaman obat tradisional

apabila di desain dalam pot atau tempat-tempat yang artistik, maka

nilai estetikanya akan tinggi.

b) Sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan budaya

Tanaman juga berguna sebagai pendukung ilmu pengetahuan,

dunia kedokteran dan berbagai kebudayaan dunia. Seperti kita tahu

26
bahwa para ahli arkeolog dapat mengidentifikasi usia fosil, dan dunia

kedokteran tertolong dengan ditemukannya obat bius dari morfin dan

32 kokain. Tanaman juga banyak dipakai sebagai lambang beberapa

Negara dan kelompok-kelompok tertentu (http://tanaman.org diunduh

pada 28 Mei 2012)

Menurut Zein (2005 : 27), hampir setiap orang di Indonesia

pernah menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit atau

kelainan yang timbul pada tubuh selama hidupnya, baik ketika masih

bayi, kanak-kanak maupun setelah dewasa. Penggunaan tanaman obat

ini telah turun temurun diwariskan oleh nenek moyang kita, sehingga

tidak jarang orang menyimpulkan bahwa keberadaannya merupakan

warisan kebudayaan Bangsa Indonesia. Katno dan Pramono (2010 : 8)

menjelaskan obat tradisional merupakan obat jadi atau ramuan bahan

alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, 33 mineral, sediaan galenik

atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah

digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Dari sekian

banyak produk yang dihasilkan sebagai obat, yang paling banyak

adalah jamu. Jamu merupakan obat jadi atau ramuan bahan alam yang

berasal dari tumbuhan.

Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal dari

tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan

atau mineral, sehingga sebutan obat tradisional hampir selalu identik

dengan tanaman obat karena sebagian besar obat tradisional berasal

dari tanaman obat. Obat tradisional ini masih banyak digunakan oleh

27
masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah. Bahkan dari

masa ke masa mengalami perkembangan yang semakin meningkat,

terlebih dengan munculnya isu kembali ke alam (back to nature) serta

krisis yang berkepanjangan

d. Perkembangan Pengolahan Tanaman Obat

Yang di maksud dengan obat ialah semua zat baik kimiawi,

hewani maupun nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan,

meringankan atau mencegah penyakit berikut gejala-gejalanya.

Kebanyakan obat yang digunakan dimasa lampau adalah obat yang

berasal dari tanaman. Dengan cara mencoba – coba, secara empiris

orang purba mendapatkan pengalaman dengan berbagai macam daun

atau akar tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit. Pengetahuan ini

secara turun temurun disimpan dan dikembangkan, sehingga muncul

ilmu pengobatan rakyat, sebagaimana pengobatan tradisional di

Indonesia.

Obat yang pertama digunakan adalah obat yang berasal dari tanaman

yang di kenal dengan sebutan obat tradisional (jamu). Obat-obat

nabati ini di gunakan sebagai rebusan atau ekstrak dengan aktivitas

yang seringkali berbeda-beda tergantung dari asal tanaman dan cara

pembuatannya.

Hal ini dianggap kurang memuaskan, maka lambat laun ahli-

ahli kimia mulai mencoba mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung

dalam tanaman – tanaman sehingga menghasilkan serangkaian zat –

zat kimia sebagai obat misalnya efedrin dari tanaman Ephedra

28
vulgaris, atropin dari Atropa belladonna, morfin dari Papaver

somniferium, digoksin dari Digitalis lanata, reserpin dari Rauwolfia

serpentina, vinblastin dan Vinkristin adalah obat kanker dari Vinca

Rosea.

Pada permulaan abad XX mulailah dibuat obat – obat sintesis,

misalnya asetosal, di susul kemudian dengan sejumlah zat-zat

lainnya. Pendobrakan sejati baru tercapai dengan penemuan dan

penggunaan obat-obat kemoterapeutik sulfanilamid (1935) dan

penisillin (1940). Sejak tahun 1945 ilmu kimia, fisika dan kedokteran

berkembang dengan pesat dan hal ini menguntungkan sekali bagi

penyelidikan yang sistematis dari obat-obat baru.

Penemuan-penemuan baru menghasilkan lebih dari 500 macam obat

setiap tahunnya, sehingga obat-obat kuno semakin terdesak oleh obat-

obat baru. Kebanyakan obat-obat yang kini digunakan di temukan

sekitar 20 tahun yang lalu, sedangkan obat-obat kuno di tinggalkan

dan diganti dengan obat modern tersebut.

e. Teknik Pengolahan

a) Penyortiran

Penyortiran harus segera dilakukan setelah bahan selesai dipanen,

terutama untuk komoditas temu-temuan, seperti: kunyit, temulawak,

jahe dan kencur. Rimpang yang baik dengan yang busuk harus segera

dipisahkan juga tanah, pasir maupun gulma yang menempel harus

segera dibersihkan. Demikian juga untuk tanaman obat yang diambil

daunnya maupun herba (Sambiloto, pegagan), setelah dipanen

29
langsung disortir, daun yang busuk, kering maupun gulma lainnya

harus segera dipisahkan.

b) Pencucian

Setelah disortir bahan harus segera dicuci sampai bersih jangan

dibiarkan tanah berlama-lama menempel pada rimpang karena dapat

mempengaruhi mutu bahan. Pencucian harus menggunakan air bersih,

seperti : air dari mata air, sumur atau PAM. Cara pencucian dapat

dilakukan dengan cara merendam sambil disikat menggunakan sikat

yang halus. Perendaman tidak boleh terlalu lama karena zat-zat

tertentu yang terdapat dalam bahan dapat larut dalam air sehingga

mutu bahan menurun. Penyikatan diperbolehkan karena bahan yang

berasal dari rimpang pada umumnya terdapat banyak lekukan

sehingga perlu dibantu dengan sikat. Tetapi untuk bahan yang berupa

daun-daunan cukup dicuci dibak pencucian sampai bersih dan jangan

sampai direndam berlama-lama.

c) Penirisan dan Pengeringan

Selesai pencucian rimpang, daun atau herbal ditiriskan dirak-rak

pengering. Hal ini dilakukan sampai bahan tidak meneteskan air lagi.

Untuk komoditas temu-temuan pengeringan rimpang dilakukan

selama 4-6 hari dan cukup didalam ruangan saja. Setelah kering

rimpang disortir kembali sesuai dengan standar mutu perdagangan

atau mungkin dapat diolah lebih lanjut. Khusus untuk rimpang jahe,

standar perdagangan dikategorikan sbb: Mutu I : bobot 250 g/rimpang,

kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak

berjamur, Mutu II : bobot 150-249 g/rimpang, kulit tidak terkelupas,

30
tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur dan Mutu III: bobot

lebih kecil, kulit terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum

3% dan kapang maksimum 10%.

d) Penyimpanan

Jika belum diolah bahan dapat dikemas dengan menggunakan jala

plastik, kertas maupun karung goni yang terbuat dari bahan yang tidak

beracun/tidak bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan

jangan lupa beri label dan cantumkan nama bahan, bagian tanaman

yang digunakan, no/kode produksi, nama/alamat penghasil dan berat

bersih. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk ruang penyimpanan,

yaitu gudang harus bersih, ventilasi udara cukup baik, tidak bocor,

suhu gudang maksimal 30°C, kelembaban udara serendah mungkin

65% dan gudang bebas dari hewan, serangga maupun tikus dll.

e) Pengolahan

Dalam pengolahan tanaman obat perlu diperhatikan teknik

pengolahan yang baik karena menyangkut standar mutu. Hal ini ada

hubungannya dengan masalah kebersihan maupun bahan aktif.

2. Mengenal Pengobatan Tradisional

a. Pengertian Pengobatan Tradisional

Menurut WHO (2000), pengobatan tradisional adalah jumlah

total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang

berdasarkan pada teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat

yang mempunyai adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak,

digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan,

31
diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga

mental. Selain itu, pengobatan tradisional juga salah satu cabang

pengobatan alternatif yang bisa didefinisikan sebagai cara pengobatan

yang dipilih oleh seseorang bila cara pengobatan konvensional tidak

memberikan hasil yang memuaskan (Asmino, 1995).

b. Sejarah Pengobatan Tradisional

Perkembangan pengobatan dengan memanfaatkan tumbuhan

berkhasiat obat telah dicapai seiring dengan perkembangan kedokteran

barat yang telah diakui dunia internasional. Penggunaan herbal atau

tanaman obat sebagai obat dikatakan sama tuanya dengan umur

manusia itu sendiri. Sejak jaman dahulu makanan dan obat-obatan

tidak dapat dipisahkan dan banyak tumbuh-tumbuhan dimakan karena

khasiatnya yang menyehatkan.

Pada jaman mesir kuno, dimana para budak diberi ransum

bawang setiap hari untuk membantu menghilangkan banyak penyakit

demam dan infeksi yang umum terjadi pada masa itu. Sejak itu Catatan

pertama tentang penulisan tanaman obat dan berbagai khasiatnya telah

dikumpulkan oleh orang-orang mesir kuni. Dimana saat itu para

pendeta Mesir kuno telah melakukan dan mempraktekkan pengobatan

herbal. Dari abad 1500 SM telah dicatat membuat berbagai tanaman

obat, termasuk jintan dan kayu manis.

Oran-orang Yunani dan Romawi kuno juga telah melakukan

pengobatan herbal. Disaat mereka mengadakan perjaalanan ke

berbagai daratan yang baru para dokter mereka menemukan berbagai

tanaman obat baru seperti rosemary dan lavender. Hal itupun langsung

32
diperkenalkan pada berbagai daerah baru. Berbagai kebudayaan yang

lain yang memiliki sejarah penggunaan pengobatan dengan

menggunakan tanaman obat atau herbal adalah orang Cina dan India.

Di Inggris, penggunaan tanaman obat di kembangkan

bersamaan dengan didirikannya biara-biara di seluruh negeri, dan

memiliki tamanan obat masing-masing yang digunakan untuk merawat

para pendeta maupun para penduduk setempat. Pada beberapa daerah,

khususnya Wales dan Skotlandia, orang-orang Druid dan para

penyembuh Celtik memiliki tradisi lain tentang herbalisme, dimana

obat-obat dicampur adukkan dengan agama dan ritual. Semakin

berkembangnya pengetahuan herbal dan seiring dengan terciptanya

mesin cetak pada abad ke 15 telah ada pendistribusian yang pertama

tentang penulisan ” tanaman-tanaman Obat”.

Sekitar tahun 1630, John Parkinson dari London menulis

tanaman obat dari berbagai tanaman yang sangat berguna. Nicholas

Culpepper ( 1616-1654 ) dengan karyanya yang paling terkenal yaitu ”

The Complete Herbal and English Physician, Enlarged, diterbitkan

pada tahun 1649. pada tahun 1812, Henry Potter telah memulai

bisinsnya menyediakan berbagai tanaman obat dan berdagang lintah.

Disaat itulah banyak sekali pengetahuan tradisional dan cerita rakyat

tentang tanaman obat dapat ditemukan mulai dari Inggris, Eropa,

Timur Tengah, Asia, dan Amerika. Sehingga Potter terdorong untuk

menulis kembali bukunya ” Potter’s Encyclopaedia of Botanical Drug

and Preparatians “, yang sampai saat inipun masih diterbitkan.

33
Tahun 1864 National Association of Medical Herbalists

didirikan, untuk mengorganisir pelatihan para praktisi pengobatan

herbal serta mempertahankan standart-standar praktek pengobatan.

Hingga awal abad ini banyak institute telah berdiri untuk mempelajari

pengobatan herbal. Berkembangnya penampilan obat-obatan herbal

yang lebih alami telah menyebabkan tumbuhnya dukungan dan

popularitasnya. Obat-obatan herbal dapat dipandang sebagai

pendahuluan farmakologi modern, tetapi sekarang obat-obatan herbal

ini terus sebagai metode yang efektif dan lebih alami untuk

menyembuhkan dan mencegah penyakit.

Secara global, obat-obatan herbal lebih umum dipraktekkan

daripada obat-obatan konvensional. Di berbagai daerah pedesaan

pengobatan herbal terus tumbuh subur dalam berbagai cerita rakyat,

tradisi, dan praktek local. Kemajuan yang sangat pesat sampai saat ini

dimana banyak sekali para herbalis mengandalkan pengetahuan

mereka tentang obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan untuk

merawat dan mengobati penyakit.

Sejarah tanaman obat atau herbal di Indonesia berdasarkan

fakta sejarah adalah obat asli Indonesia. Catatan sejarah menunjukkan

bahwa di wilayah nusantara dari abad ke 5 sampai dengan abab ke 19,

tanaman obat merupakan sarana paling utama bagi masyarakat

tradisional kita untuk pengobatan penyakit dan pemeliharan kesehatan.

Kerajaan di wilayah nusantara seperti Sriwijaya, Mojopahit dan

Mataram mencapai beberapa puncak kejayaan dan menyisakan banyak

peninggalan yang dikagumi dunia, adalah produk masyarakat

34
tradisional yang mengandalkan pemeliharaan kesehatannya dari

tanaman obat.

Banyak jenis tanaman yang digunakan secara tunggal maupun

ramuan terbukti sebagai bahan pemelihara kesehatan. Pengetahuan

tanaman obat yang ada di wilayah Nusantara bersumber dari pewarisan

pengetahuan secara turun-temurun, dan terus-menerus diperkaya

dengan pengetahuan dari luar Nusantara, khususnya dari China dan

India. Tetapi dengan masuknya pengobatan modern di Indonesia,

dengan didirikannya sekolah dokter jawa di Jakarta pada tahun 1904,

maka secara bertahap dan sistematis penggunaan tanaman obat sebagai

obat telah ditinggalkan. Dan telah menggantungkan diri pada obat

kimia modern, penggunaan tanaman obat dianggap kuno, berbahaya

dan terbelakang.

Sebagai akibatnya masyarakat pada umumnya tidak mengenal

tanaman obat dan penggunaannya sebagai obat. Namun masih ada

sebenarnya upaya yang melestarikan dan memanfaatkan tanaman obat

dalam dokumentasinya seperti K. Heyne, menulis buku ” Tanaman

Berguna Indonesia “,. Dr. Seno Sastroamidjojo, dengan bukunya ”

Obat Asli Indonesia “. Dan beberapa upaya mengembangankan

pengetahuan tanaman obat Indonesia dan aplikasinya dalam

pengobatan. Saat ini obat herbal digunakan di klinik pengobatan

Tradisional RS.Dr.,Sutomo Surabaya dan beberapa rumah sakit besar

di Jakarta juga sudah menyediakan obat herbal.

Beberapa dekade terakhir ini terdapat kecenderungan secara

global untuk kembali ke alam. Kecenderungan untuk kembali ke alam


35
atau ” back to nature “, dalam bidang pengobatan pada herbal ini sangat

kuat di Negara-negara maju dan berpengaruh besar di Negara-negara

berkembang seperti Indonesia. Lembaga-lembaga pendidikan

pelatihan herbalpun kini telah banyak diminati masyarakat. Pentingnya

Kepedulian kita akan tanaman obat atau herbal yang telah sejak jaman

dulu kala perlu di lestarikan dan di terapkan seperti negara-negara lain

yang telah menggunakan herbal sebagai obat leluhur

c. Manfaat Pengobatan Tradisional

Dapat mengurangi stress pada pasien, akibat ketidakpastian

penyakit mengenai penyakit yang dideritanya yang seringkali sulit

diketahui dalam pengobatan konvensional. Biaya yang dibutuhkan

cukup rendah dan murah, jika dibandingkan dengan pengobatan

konvensional yang menggunakan teknologi canggih yang sangat mahal

dan rumit. Pasien dilibatkan langsung dalam menangani penyakitnya,

sehingga merasa mendapatkan penguatan dalam posisi kontrol bila ada

penyimpangan pada penanganan penyakitnya. Dapat mengurangi

trauma pasien akibat adanya perubahan kultural, yang biasanya muncul

akibat pelaksanaan ilmu-ilmu kedokteran modern pada pengobatan

konvensional.

Selain bermanfaat pada pasien, pengobatan alternatif juga

bermanfaat untuk mempromosikan identitas kebudayaan, termasuk

dalam hal ini mengenai kultur.

36
d. Macam-macam Pengobatan Tradisional

Menurut Asmino (1995), pengobatan tradisional ini terbagi

menjadi dua yaitu cara penyembuhan tradisional atau traditional

healing yang terdiri daripada pijatan, kompres, akupuntur dan

sebagainya serta obat tradisional atau traditional drugs yaitu

menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia dari alam sebagai obat

untuk menyembuhkan penyakit. Obat tradisional ini terdiri dari tiga

jenis yaitu pertama dari sumber nabati yang diambil dari bagian-bagian

tumbuhan seperti buah, daun, kulit batang dan sebagainya. Kedua, obat

yang diambil dari sumber hewani seperti bagian kelenjar-kelenjar,

tulang-tulang maupun dagingnya dan yang ketiga adalah dari sumber

mineral atau garam-garam yang bisa didapatkan dari mata air yang

keluar dari tanah contohnya, air mata air zam-zam yang terletak di

Mekah Mukarramah.

e. Perkembangan Pengobatan Tradisional

Perkembangan dunia kedokteran modern saat ini memang

tumbuh sangat pesat. Segela jenis penemuan baru dalam dunia medis

sudah bisa mengobati banyak macam penyakit, yang sebelum tidak

bisa disembuhkan. Selain itu, dukungan peralatan canggih dengan

teknologi terkini, juga membuat pelayanan kesehatan semakin bagus

dan mampu memberikan solusi terbaik bagi para pasien, separah

apapun penyakit dan kondisinya saat itu.

Tapi, meski begitu, ternyata tetap masih banyak masyarakat

yang mempercayai pengobatan tradisional di Indonesia. Bahkan, di

37
luar negeri yang menjadi sumber ilmu pengetahuan selama ini, juga

memperlihatkan perkembangan pengobatan tradisional yang cukup

signifikan. Diketahui, ada sekitar 49 persen masyarakatnya yang

memilih menggunakan pengobatan alternatif dibandingkan datang ke

dokter. Hal yang sama juga terjadi di Amerika Serikat.

Sedangkan, di Cina yang memang memiliki banyak jenis

pengobatan tradisional, terdapat sekitar 45 persen pasien penyakit

kanker dan 64 persen penderita kanker stadium lanjut, serta 56 persen

pasien penyakit saraf menggunakan terapi alternatif. Bahkan, di

Taiwan lebih banyak lagi, yaitu sekitar 90 persen pasien di negara

tersebut melakukan terapi konvensional yang dikombinasikan dengan

pengobatan tradisional Cina.

Pengobatan tradisional memang sangat diminat sebagai pilihan

pengobatan alternatif. Di Indonesia sendiri, jumlah masyarakat yang

memanfaatkan pengobatan tradisional ini terus meningkat setiap

tahunnya. Pada tahun 2001, menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional,

ada sekitar 57,7 persen penduduk Indonesia yang melakukan

pengobatan sendiri, 31,7 persen menggunakan obat tradisional, dan 9,8

persen memilih cara pengobatan tradisional.

Kemudian, pada tahun 2004, jumlah tersebut bertambah secara

drastis. Tercatat, ada sekitar 72,44 persen penduduk yang

menggunakan pengobatan sendiri, dan 32,87 persen memilih obat

tradisional. Data tersebut didukung pula dengan jumlah pengobat

tradisional di Indonesia yang mencapai 280.000 orang, menurut Dirjen

38
Bina Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Para pengobat

tradisional tersebut tergabung dalam 30 keahlian yang berbeda.

Selain itu, perkembangan pengobatan alternatif di Indonesia

juga didukung dengan ditemukannya sekitar 950 tanaman yang

memiliki fungsi penyembuhan dari 30.000 jenis tanaman yang ada di

Nusantara. Sayangnya, Indonesia belum terlalu banyak

mengembangkan pengobatan alternatif ini secara professional, berbeda

dengan di luar negeri. Bahkan, di Malaysia saja, mereka sudah banyak

mempatenkan obat-obatan tradisional.

Padahal, pengobatan tradisional ini juga bisa menjadi salah satu

pilihan terbaik bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang memiliki

keuangan yang di bawah rata-rata. Karena, kedokteran konvensional

sendiri sangat tergantung terhadap teknologi dan peralatan yang

membutuhkan biaya yang sangat mahal. Sedangkan, belum tentu pula

semua teknologi hebat tersebut bisa memecahkan masalah kesehatan

yang ada di tengah-tengah masyarakat.

Buktinya, pengobatan tradisional yang hanya dilakukan dengan

pendekatan dan metode yang sederhana, juga mampu memberikan

kesembuhan yang diharapkan oleh para pasien. Seperti, program diet

dan metode relaksasi yang dilakukan dengan pengobatan alternatif,

jauh lebih efektif dan tidak memakan banyak biaya. Selain itu,

pengobatan tradisional juga dapat meminimalisir efek samping seperti

pada pengobatan modern, asal saja dilakukan profesional.

39
Menurut sejumlah penelitian, dengan menggunakan

pengobatan alternatif, ternyata juga dapat membuat pasien lebih bisa

mengontrol penyakitnya. Apalagi, dalam pengobatan tradisional, aspek

kemanusiaan pasien jauh lebih diperhatikan. Jadi, bukan hanya sekadar

pemeriksaan, melakukan proses medis, dan pemberian resep obat saja,

seperti pada pengobatan kedokteran pada umumnya. Inilah salah satu

hal yang seharusnya diperhatikan dalam dunia kedokteran.

Meski mekanisme pengobatan tradisional di Indonesia masih

sering diperdebatkan, karena belum bisa dikelola secara profesional,

tapi berkat banyak manfaatnya yang sudah terbukti. Dipastikan akan

membuat pengobatan tradisional di Indonesia akan terus berkembang.

Seharusnya, pemerintah juga perlu memberikan perhatian khusus bagi

salah satu bidang pengobatan ini, dengan memperhatikan standar

pengobatannya yang lebih baik.

f. Pengolahan Tanaman Obat Tradisional

Di Indonesia saat ini sangat berkembang teknologi pengolahan

tanaman obat tradisional. Teknologi pengolahan untuk mendapatkan

kualitas mutu kandungan tanaman obat sangat penting. Pengolahan

tanaman sangat penting karena pengolahan yang baik akan

menghasilkan makanan yang sehat. Jika teknologi pengolahan tidak

benar maka hasilnya akan toksik bagi manusia.

Teknologi pengolahan Tanaman Obat terdiri dari beberapa

tahapan yaitu sortasi, pencucian, penirisan atau pengeringan,

40
penyimpanan dan pengolahan. Sortasi dilakukan setelah panen pada

komiditi tanaman obat. Tanaman obat yang diambil daun, rimpang atau

umbi dibersihkan dari kotoran. Bagian tanaman yang sudah dipanen

lalu dipisahkan dari bagian yang busuk, tanah, pasir maupun gulma

yang menempel harus dibersihkan. Ada beberapa tanaman yang

dihasilkan melalui umbi seperti jahe, kunyit, kencur dan keladi tikus.

Pencucian dilakukan setelah disortir. Pencucian sebaiknya

dengan menggunakan air mengalir dengan mencuci bagian tanaman

yang dipanen. Pencucian dapat dilakukan dengan air mengalir dari

mata air atau PAM. Pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam

sambil disikat dengan menggunakan air bersih. Saat dicuci tidak boleh

terlalu lama untuk menghindari zat-zat tertentu yang terdapat dalam

bahan dapat larut dalam air yang dapat mengakibatkan mutu bahan

menurun. Rimpang atau umbi diperbolehkan untuk disikat bagian

lekukannya dan bagian daun-daunan cukup dicuci sampai bersih.

Setelah pencucian umbi, rimpang dan daun ditiriskan pada rak

pengering.

Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau

menghilangkan air dari suatu bahan dengan menggunakan sinar

matahari. Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain:

memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum

diolah lebih lanjut, memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan

aroma khas pada bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.

Pengeringan Bahan dapat dilakukan diatas para-para dengan

41
menggunakan sinar matahari dan ditutupi dengan kain hitam juga dapat

dilakukan dengan kombinasi antara sinar matahari dengan alat. Bahan

Herbal yang sudah dikeringkan disebut Simplisia.

Simplisia merupakan hasil pengeringan dari tanaman obat yang

belum diolah lebih lanjut atau baru dirajang saja yang kemudian

dijemur. Dari simplisia dapat diolah menjadi berbagai macam produk,

seperti : serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental/oleoresin, ekstrak kering

maupun kapsul. Tanaman obat dapat diolah menjadi berbagai macam

produk seperti:simplisia, serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental, ekstrak

kering, instan, sirup, permen dll,sehingga dapat menambah nilai

ekonomi tanaman obat sekaligus menambah pendapatan petani.

Disamping itu produk yang telah diolah tahan lebih lama disimpan dari

pada bentuk segar. Panen dengan hasil yang berlebihan (panen raya)

harga akan turun sehingga perlu diolah lebih lanjut.

g. Keuntungan Mengonsumsi Tanaman Obat Tradisional

Keuntungan mengonsumsi Obat Tradisional Dibandingkan

obat-obat modern, memang OT/TO memiliki beberapa keuntungan,

antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan

dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu

tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai

untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.

1). Efek samping OT relatif kecil bila digunakan secara benar

dan tepat OT/TO akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan

42
tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta

penyesuai dengan indikasi tertentu.

a) Ketepatan takaran/dosis Daun sledri (Apium graviolens)

telah diteliti dan terbukti mampu menurunkan tekanan darah, tetapi

pada penggunaannya harus berhati-hati karena pada dosis berlebih

(over dosis) dapat menurunkan tekanan darah secara drastis sehingga

jika penderita tidak tahan dapat menyebabkan syok. Oleh karena itu

dianjurkan agar jangan mengkonsumsi lebih dari 1 gelas perasan sledri

untuk sekali minum. Demikian pula mentimun, takaran yang

diperbolehkan tidak lebih dari 2 biji besar untuk sekali makan. Untuk

menghentikan diare memang bisa digunakan gambir, tetapi

penggunaan lebih dari 1 ibu jari, bukan sekedar menghentikan diare

bahkan akan menimbulkan kesulitan buang air besar selama berhari-

hari (kebebelen). Sebaliknya penggunaan minyak jarak (Oleum recini)

untuk urus-urus yang tidak terukur akan menyebabkan iritasi saluran

pencernaan. Demikian juga dengan pemakaian keji beling

(Strobilantus crispus) untuk batu ginjal melebihi 2 gram serbuk (sekali

minum) bisa menimbulkan iritasi saluran kemih.

b) Ketepatan cara penggunaan Daun kecubung (Datura metel

L.) telah diketahui mengandung alkaloid turunan tropan yang bersifat

bronkodilator (dapat memperlebar saluran pernafasan) sehingga

digunakan untuk pengobatan penderita asma. Penggunaannya dengan

cara dikeringkan lalu digulung dan dibuat rokok serta dihisap (seperti

merokok). Akibat kesalahan informasi yang diperoleh atau kesalah

fahaman bahwasanya secara umum penggunaan TO secara tradisional

43
adalah direbus lalu diminum air seduhannya; maka jika hal itu

diperlakukan terhadap daun kecubung, akan terjadi keracunan karena

tingginya kadar alkaloid dalam darah. Orang Jawa menyebutnya

‘mendem kecubung’ dengan salah satu tandanya midriasis, yaitu mata

membesar.

d) Ketepatan pemilihan bahan secara benar Berdasarkan

pustaka, tanaman lempuyang ada 3 jenis, yaitu lempuyang emprit

(Zingiber amaricans L) lempuyang gajah (Zingiber zerumbert L.) dan

lempuyang wangi (Zingiber aromaticum L.). Lempuyang emprit dan

lempuyang gajah berwarna kuning berasa pahit dan secara empiris

digunakan untuk menambah nafsu makan; sedangkan lempuyang

wangi berwarna lebih putih (kuning pucat) rasa tidak pahit dan berbau

lebih harum, banyak digunakan sebagai komponen jamu pelangsing.

Kenyataannya banyak penjual simplisia yang kurang memperhatikan

hal tersebut, sehingga kalau ditanya jenisnya hanya mengatakan yang

dijual lempuyang tanpa mengetahui apakah lempuyang wangi atau

yang lain. Kerancauan serupa juga sering terjadi antara tanaman

ngokilo yang di’anggap sama’ dengan keji beling, daun sambung

nyawa dengan daun dewa, bahkan akhir-akhir ini terhadap tanaman

kunir putih, dimana 3 jenis tanaman yang berbeda (Curcuma mangga,

Curcuma zedoaria dan Kaempferia rotunda) seringkali sama-sama

disebut sebagai ‘kunir putih’ yang sempat mencuat kepermukaan

karena dinyatakan bisa digunakan untuk pengobatan penyakit kanker.

e) Ketepatan pemilihan TO/ramuan OT untuk indikasi tertentu

Kenyataan dilapangan ada beberapa TO yang memiliki khasiat empiris

44
serupa bahkan dinyatakan sama (efek sinergis). Sebaliknya untuk

indikasi tertentu diperlukan beberapa jenis TO yang memiliki efek

farmakologis saling mendukung satu sama lain (efek komplementer).

Walaupun demikian karena sesuatu hal, pada berbagai kasus ditemui

penggunaan TO tunggal untuk tujuan pengobatan tertentu. Misalnya

seperti yang terjadi sekitar tahun 1985, terdapat banyak pasien di salah

satu rumah sakit di Jawa Tengah yang sebelumnya mengkonsumsi

daun keji beling. Pada pemeriksaan laboratorium dalam urine-nya

ditemukan adanya sel-sel darah merah (dalam jumlah) melebihi

normal. Hal ini sangat dimungkinkan karena daun keji beling

merupakan diuretik kuat sehingga dapat menimbulkan iritasi pada

saluran kemih. Akan lebih tepat bagi mereka jika menggunakan daun

kumis kucing (Ortosiphon stamineus) yang efek diuretiknya lebih

ringan dan dikombinasi dengan daun tempuyung (Sonchus arvensis)

yang tidak mempunyai efek diuretik kuat tetapi dapat melarutkan batu

ginjal berkalsium. Penggunaan daun tapak dara (Vinca rosea) untuk

mengobati diabetes bukan merupakan pilihan yang tepat, sebab daun

tapak dara mengandung alkaloid vinkristin dan vinblastin yang dapat

menurunkan jumlah sel darah putih (leukosit). Jika digunakan untuk

penderita diabetes yang mempunyai jumlah leukosit normal akan

membuat penderita rentan terhadap serangan penyakit karena terjadi

penurunan jumlah leukosit yang berguna sebagai pertahanan tubuh.

2). Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam

ramuan obat tradisional/komponen bioaktif tanaman obat Dalam suatu

ramuan OT umumnya terdiri dari beberapa jenis TO yang memiliki

45
efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas

pengobatan. Formulasi dan komposisi ramuan tersebut dibuat setepat

mungkin agar tidak menimbulkan kontra indikasi, bahkan harus dipilih

jenis ramuan yang saling menunjang terhadap suatu efek yang

dikehendaki. Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan bahwa suatu

formulasi terdiri dari komponen utama sebagai unsur pokok dalam

tujuan pengobatan, asisten sebagai unsur pendukung atau penunjang,

ajudan untuk membantu menguatkan efek serta pesuruh sebagai

pelengkap atau penyeimbang dalam formulasi. Setiap unsur bisa terdiri

lebih dari 1 jenis TO sehingga komposisi OT lazimnya cukup komplek.

Misalnya suatu formulasi yang ditujukan untuk menurunkan tekanan

darah, komponennya terdiri dari : daun sledri (sebagai vasodilator),

daun apokat atau akar teki (sebagai diuretika), daun murbei atau

besaren (sebagai Ca-antagonis) serta biji pala (sebagai sedatif ringan).

Formulasi lain dimaksudkan untuk pelangsing, komponennya terdiri

dari : kulit kayu rapet dan daun jati belanda (sebagai pengelat), daun

jungrahap (sebagai diuretik), rimpang kunyit dan temu lawak (sebagai

stomakik sekaligus bersifat pencahar). Dari formulasi ini walaupun

nafsu makan ditingkatkan oleh temu lawak dan kunyit, tetapi

penyerapan sari makanan dapat ditahan oleh kulit kayu rapet dan jati

belanda. Pengaruh kurangnya defakasi dinetralisir oleh temulawak dan

kunyit sebagai pencahar, sehingga terjadi proses pelangsingan

sedangkan proses defakasi dan diuresis tetap berjalan sebagaimana

biasa. Terhadap ramuan tersebut seringkali masih diberi bahan-bahan

tambahan (untuk memperbaiki warna, aroma dan rasa) dan bahan

46
pengisi (untuk memenuhi jumlah/volume tertentu). Bahan tambahan

sering disebut sebagai Coringen, yaitu c.saporis (sebagai penyedap

rasa, misalnya menta atau kayu legi), c.odoris (penyedap aroma/bau,

misalnya biji kedawung atau buah adas) dan c.coloris (memperbaiki

warna agar lebih menarik, misalnya kayu secang, kunyit atau pandan).

Untuk bahan pengisi bisa digunakan pulosari atau adas, sekaligus ada

ramuan yang disebut ‘adas-pulowaras’ atau ‘adas-pulosari’. Untuk

sediaan yang berbentuk cairan atau larutan, seringkali masih

diperlukan zat-zat atau bahan yang berfungsi sebagai Stabilisator dan

Solubilizer. Stabilisator adalah bahan yang berfungsi menstabilkan

komponen aktif dalam unsur utama, sedangkan solubilizer untuk

menambah kelarutan zat aktif. Sebagai contoh, kurkuminoid, yaitu zat

aktif dalam kunyit yang bersifat labil (tidak stabil) pada suasana alkalis

atau netral, tetapi stabil dalam suasana asam, sehingga muncul ramuan

‘kunirasem’. Demikian juga dengan etil metoksi sinamat, suatu zat

aktif pada kencur yang agak sukar larut dalam air; untuk menambah

kelarutan diperlukan adanya ‘suspending agent’ yang berperan sebagai

solubilizer yaitu beras, sehingga dibuat ramuan ‘beraskencur’. Selain

itu beberapa contoh TO yang memiliki efek sejenis (sinergis), misalnya

untuk diuretik bisa digunakan daun keji beling, daun kumis kucing,

akar teki, daun apokat, rambut jagung dan lain sebagainya. Sedangkan

efek komplementer (saling mendukung) beberapa zat aktif dalam satu

tanaman, contohnya seperti pada herba timi (Tymus serpyllum atau

T.vulgaris) sebagai salah satu ramuan obat batuk. Herba timi diketahui

mengandung minyak atsiri (yang antara lain terdiri dari : tymol dan

47
kalvakrol) serta flavon polimetoksi. Tymol dalam timi berfungsi

sebagai ekspektoran (mencairkan dahak) dan kalvakrol sebagai anti

bakteri penyebab batuk; sedangkan flavon polimetoksi sebagai

penekan batuk non narkotik, sehingga pada tanaman tersebut sekurang-

kurangnya ada 3 komponen aktif yang saling mendukung sebagai anti

tusif. Demikian pula efek diuretik pada daun kumis kucing karena

adanya senyawa flavonoid, saponin dan kalium.

3). Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek

farmakologi Zat aktif pada tanaman obat umunya dalam bentuk

metabolit sekunder, sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan

beberapa metabolit sekunder; sehingga memungkinkan tanaman

tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Efek tersebut

adakalanya saling mendukung (seperti pada herba timi dan daun kumis

kucing), tetapi ada juga yang seakan-akan saling berlawanan atau

kontradiksi (sperti pada akar kelembak). Sebagai contoh misalnya pada

rimpang temu lawak (Curcuma xanthoriza) yang disebutkan memiliki

beberapa efek farmakologi, antara lain : sebagai anti inflamasi (anti

radang), anti hiperlipidemia (penurun lipida darah), cholagogum

(merangsang pengeluaran produksi cairan empedu), hepatoprotektor

(mencegah peradangan hati) dan juga stomakikum (memacu nafsu

makan). Jika diperhatikan setidak-tidaknya ada 2 efek yang

kontradiksi, yaitu antara anti hiperlipidemia dan stomakikum.

Bagaimana mungkin bisa terjadi pada satu tanaman, terdapat zat aktif

yang dapat menurunkan kadar lemak/kolesterol darah sekaligus dapat

bersifat memacu nafsu makan. Hal serupa juga terdapat pada tanaman

48
kelembak (Rheum officinale) yang telah diketahui mengandung

senyawa antrakinon bersifat non polar dan berfungsi sebagai laksansia

(urus-urus/pencahar); tetapi juga mengandung senyawa tanin yang

bersifat polar dan berfungsi sebagai astringent/pengelat dan bisa

menyebabkan konstipasi untuk menghentikan diare. Lain lagi dengan

buah mengkudu (Morinda citrifolia) yang pernah populer karena

disebutkan dapat untuk pengobatan berbagai macam penyakit.

Kenyataan seperti itu disatu sisi merupakan keunggulan produk obat

alam / TO/ OT; tetapi disisi lain merupakan bumerang karena alasan

yang tidak rasional untuk bisa diterima dalam pelayanan kesehatan

formal. Terlepas dari itu semua, sebenarnya merupakan ‘lahan subur’

bagi para peneliti bahan obat alam untuk berkiprah memunculkan

fenomena ilmiah yang bisa diterima dan dipertangungjawabkan

kebenaran, keamanan dan manfaatnya.

4). Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit

metabolik dan degeneratif Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit

di Indonesia (bahkan di dunia) telah mengalami pergeseran dari

penyakit infeksi (yang terjadi sekitar tahun 1970 ke bawah) ke

penyakit-penyakit metabolik degeneratif (sesudah tahun 1970 hingga

sekarang). Hal ini seiring dengan laju perkembangan tingkat ekonomi

dan peradaban manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan

ilmu dan teknologi dengan berbagai penemuan baru yang bermanfaat

dalam pengobatan dan peningkatan kesejahteraan umat manusia. Pada

periode sebelum tahun 1970-an banyak terjangkit penyakit infeksi

yang memerlukan penanggulangan secara cepat dengan mengunakan

49
antibiotika (obat modern). Pada saat itu jika hanya mengunakan OT

atau Jamu yang efeknya lambat, tentu kurang bermakna dan

pengobatannya tidak efektif. Sebaliknya pada periode berikutnya hinga

sekarang sudah cukup banyak ditemukan turunan antibiotika baru yang

potensinnya lebih tinggi sehingga mampu membasmi berbagai

penyebab penyakit infeksi. Akan tetapi timbul penyakit baru yang

bukan disebabkan oleh jasad renik, melainkan oleh gangguan

metabolisme tubuh akibat konsumsi berbagai jenis makanan yang tidak

terkendali serta gangguan faal tubuh sejalan dengan proses degenerasi.

Penyakit ini dikenal dengan sebutan penyakit metabolik dan

degeneratif. Yang termasuk penyakit metabolik antara lain : diabetes

(kecing manis), hiperlipidemia (kolesterol tinggi), asam urat, batu

ginjal dan hepatitis; sedangkan penyakit degeneratif diantaranya :

rematik (radang persendian), asma (sesak nafas), ulser (tukak

lambung), haemorrhoid (ambaien/wasir) dan pikun (Lost of memory).

Untuk menanggulangi penyakit tersebut diperlukan pemakain obat

dalam waktu lama sehinga jika mengunakan obat modern dikawatirkan

adanya efek samping yang terakumulasi dan dapat merugikan

kesehatan. Oleh karena itu lebih sesuai bila menggunakan obat

alam/OT, walaupun penggunaanya dalam waktu lama tetapi efek

samping yang ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.

B. Data

1. Tanaman Obat Sekitar Sindang Anom

50
Berdasarkan tujuan penelitian yang menjadi pokok permasalahan

yaitu pemanfaatan tanaman obat di Indonesia dan khsusunya di kampung

Sindang Anom tidak dapat terolah secara optimal sebagaimana mestinya.

Hasil identifikasi di sekitar lahan pekarangan warga Sindang. Adapun

secara lengkap jumlah tumbuhan obat yang berhasil diidentifikasi seperti

pada Tabel 1 berikut:

Bagian yang Kegunaan/Manfaat


No Nama Lokal Nama Botani
Digunakan Obat

Morinda citrifolia Buah dan


1 Mengkudu Darah tinggi
L daun

Annona muricata Buah dan


2 Sirsak Kanker
L. daun

Pleomele elliptica
3 Areuy hanjuang Daun Obat nafsu makan
N.E. Br.

Imperata exaltata Daun Obat panas


4 Alang – alang
Brongen. Akar Diare

5 Nanas Ananas comosus Buah Anti Kolesterol

Buah dan
6 Jambu kulutuk Psidium guajava Mencret
daun

7 Kelapa Cocos nucifera L. Buah Panas dalam

Gnetum gnemon
8 Melinjo Daun Sayur, emping
L.

Averrhoa blimbi Daun, bunga,


9 Belimbing Wuluh Sakit gigi, sariawan
L. dan buah

51
Akar, buah, Kolestrol
10 Pepaya Carica papaya L dan darah tinggi
daun

11 Jahe Zingiber officinale Umbi akar Penghangat tubuh

Darah tinggi,
Artocarpus Daun, kulit,
12 Sukun demam, dan
communis dan buah
menambah asi

Syzygium Biji dan


13 Cengkeh Amandel
aromaticum ranting

14 Kunyit Curcuma longa Umbi akar Maag

Batuk, bronkitis,

bisul,

menghilangkan bau

badan dan keringat,


15 Sirih Piper betle L. Daun
luka bakar,

mimisan, mata

gatal dan mata

merah

Panu, masuk angin,

gabag/campak,

radang anak

16 Laja Languas galangal Umbi akar telinga, radang

lambung, pedih,

borok, dan rempah-

rempah

17 Jeruk limo Citrus aurantifolia Buah Batuk

52
Aloe barbadensis Ambeien, typhus,
18 Lidah Buaya Daun
Mill. TBC

Jumlah tumbuhan obat yang terdapat di sekitar pekarangan warga

Sindang Anom masih sedikit dibandingkan dengan potensi tumbuhan obat

yang terdapat dalam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang

berjumlah 280 spesies.

Hal ini dikarenakan warga Sindang Anom belum tertarik

membudidayakan tumbuhan obat di lahan pekarangan rumah, masyarakat

masih menganggap nilai ekonomi yang didapatkan dari tumbuhan obat

masih sangat kecil dibandingkan dengan hasil kayu serta kurangnya

pengetahuan masyarakat cara membudidayakan tumbuhan obat di lahan

pekarangan.

2. Pemanfaatan Tanaman Obat Sekitar Sindang Anom

Pemanfaatan dalam hal ini berarti segala sesuatu segala upaya

pengolahan pengetahuan mengenai metode tanaman obat. Berdasarkan

hasil penelitian maka dapat dijelaskan bahwa bentuk – bentuk

pemanfaatan sumber daya alam yang ramah lingkungan, pemanfaatan

untuk mengobati diri sendiri, anggota keluarga atau tetangga dan sebagai

sumber ekonomi tambahan.

Pemanfaatan obat – obatan secara tradisional masih kurang

dilakukan oleh warga Sindang Anom tapi kadang mereka

memanfaatkannya untuk mengobati penyakit yang masih tergolong ringan

seperti batuk, sakit kulit, sakit perut, rematik, sesak napas, demam dan

sakit kepala.

53
Penggunaan tanaman dalam pengobatan tradisional cukup

beragam dari satu bagian atai lebih bagian tumbuhan. Dari 18 macam yang

diketahui, sebagian besar merupakan introduksi. Tingginya jumlah

tumbuhan obat introduksi juga menunjukkan tingginya interaksi warga

Sindang Snom dengan masykarakat luar. Pada tabel juga nampak bahwa

satu macam tanaman dapat menyembuhkan jenis – jenis penyakit yang

berbeda.

Dalam pengolahan tumbuhan obat, umumnya dilakukan dengan

cara yang cukup sederhana. Beberapa cara pengolahan tumbuhan obat

yang sering digunakan oleh masyarakat Kampung Sindang Anom yaitu

dengan cara direbus secara langsung atau tanpa diolah dan dengan cara

dirauh. Tumbuhan obat yang akan digunakan adalah tanaman yang

diyakini dan telah terbukti berkhasiat untuk mengobati suatu penyakit

tertentu. Warga Sindang Anom lebih sering memanfaatkan dan mengolah

tumbuhan obat dengan cara direbus. Hal ini disebabkan karena cara ini

paling mudah dilakukan jika dibandingkan dengan cara pengolahan secara

langsung atau dirauh, karena kedua cara tersebut harus melewati beberapa

tahap dalam pengolahannya.

3. Perkembangan Pemanfaatan Tanaman Obat Warga Sindang

Anom

Obat yang beredar sekarang ini tak lepas dari perkembangan obat

di masa lalu. Perlu diketahui bahwa penemuan obat jaman dahulu berawal

dari coba - mencoba yang dilakukan oleh manusia purba. Bahasa

'"EMPIRIS" .Empiris berarti berdasarkan pengalaman dan disimpan serta

54
dikembangkan secara turun - temurun hingga muncul apa yang disebut

Ilmu Pengobatan Rakyat atau yang lazimnya disebut Pengobatan

Tradisional.

Perkembangan pemanfaatan tanaman obat sendiri di warga

Sindang Anom kurang mendapat perhatian disebabkan warga Sindang

Anom sendiri lebih memilih mengonsumsi obat yang di beli dari apotek,

namun memang masih warga Sindang Anom yang memanfaatkan

tanaman obat sekitar itu juga oleh orang yang sudah tua atau orang yang

membudidayakan tanaman obat atau juga pekarangannya ada tanaman

obat.

Bagi warga yang masih memanfaatkan tanaman obat sekitar

pengolahannya pun masih sangat tradisional dengan cara pengolahan

tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat Kampung Sindang

Anom yaitu dengan cara direbus secara langsung atau tanpa diolah dan

dengan cara dirauh.

4. Tingkat Kesehatan Warga Sindang Anom

Masalah kesehatan adalah hak setiap orang dan merupakan asset

yang amat penting bagi masa depan bangsa secara umum. Masyarakat

produktif adalah masyarakat yang sehat fisik dan mentalnya. Salah satu

cara untuk mengukur status kesehatan masyarakat adalah mencermati

banyaknya masyarakat yang terserang penyakit.

Untuk kesahatan di Sindang Anom masih cukup rendah terlihat

dari data yang kami peroleh yaitu banyak perempuan dan anak yang sering

terkena penyakit biasa seperti batuk, flu, dan demam. Dan ada juga yang

55
lebih parah namun memang di daerah sana sangat dekat puskesmas. Akan

tetapi mungkin karena sering mengonsumsi obat – obat kimia yang

mungkin saja ada efek samping jadi warga Sindang Anom terkena

dampaknya meskipun penyakit yang awal telah sembuh maka kadang

terjadi penyakit lain yang muncul.

Warga Sindang Anom yang mengonsumsi tanaman obat

tradisional ternyata terlihat jarang terkena penyakit dan terlihat bugar, itu

karena bahan kandungan yang ada pada tanaman obat yang mereka

konsumsi adalah bahan alami. Dan juga mereka yang sudah tua terlihat

berumur panjang.

C. Pengolahan data

Dalam tahapan pengolahan data karya ilmiah ini penyusun akan terlebih

dahulu sedikit menjelaskan pengobatan tradisional di Sindang Anom. Pengobatan

tradisional di Sindang Anom yaitu dengan memanfaatkan tanaman obat sekitar akan

tetapi pemanfaatan tanaman obat tradisional masih kurang dilakukan oleh warga

Sindang Anom tapi kadang mereka memanfaatkannya untuk mengobati penyakit yang

masih tergolong ringan seperti batuk, sakit kulit, sakit perut, rematik, sesak napas,

demam dan sakit kepala. Dan itu juga juga orang hanya orang membudidayakan

tanaman obatlah yang memanfaatkan tanaman obat. Beberapa macam tanaman obat

sekitar itu masih sedikit dikarenakan warga Sindang Anom belum tertarik

membudidayakan tumbuhan obat di lahan pekarangan rumah, tanaman obat yang ada

di sekitar Sindang Anom diantaranya: mengkudu, sirsak, areuy hanjuang, alang –

alang, nanas, jambu kulutuk, kelapa, melinjo, belimbing wuluh, pepaya, jahe, sukun,

cengkeh, kunyit, sirih, laja, jeruk limo, dan lidah buaya.

56
Dalam pengolahan tumbuhan obat, umumnya dilakukan dengan cara yang

cukup sederhana. Beberapa cara pengolahan tumbuhan obat yang sering digunakan

oleh masyarakat Kampung Sindang Anom yaitu dengan cara direbus secara langsung

atau tanpa diolah dan dengan cara dirauh. Warga Sindang Anom lebih sering

memanfaatkan dan mengolah tumbuhan obat dengan cara direbus. Hal ini disebabkan

karena cara ini paling mudah dilakukan jika dibandingkan dengan cara pengolahan

secara langsung atau dirauh, karena kedua cara tersebut harus melewati beberapa

tahap dalam pengolahannya.

Perkembangan pemanfaatan tanaman obat sendiri di warga Sindang Anom

kurang mendapat perhatian disebabkan warga Sindang Anom sendiri lebih memilih

mengonsumsi obat yang di beli dari apotek, namun memang masih warga Sindang

Anom yang memanfaatkan tanaman obat sekitar itu juga oleh orang yang sudah tua

atau orang yang membudidayakan tanaman obat atau juga pekarangannya ada

tanaman obat. Itu menjadi berpengaruh terhadap tingkat kesehatan warga Sindang

Anom masih cukup rendah terlihat dari data yang kami peroleh yaitu banyak

perempuan dan anak yang sering terkena penyakit biasa seperti batuk, flu, dan demam,

akan tetapi warga Sindang Anom yang mengonsumsi tanaman obat tradisional

ternyata terlihat jarang terkena penyakit dan terlihat bugar.

D. Permasalahan

Dalam penelitian yang bertemakan pengobatan tradisional dalam cakupan

kecilnya pemanfaatan tanaman obat sekitar warga Sindang Anom, ada beberapa

permasalahan yang kami hadapi saat penelitian yang perlu kami tanyakan, namun ada

batasan masalah yang kami peniliti yaitu hanya membahas mengenai pemanfaatan,

pengolahan, perkembangan tanaman obat sebagai obat tradisional atau obat alternatif

57
yang ada di Sindang Anom dan meneliti tingkat kesehatan warga Sindang Anom. Dan

ada beberapa poin yang di permasalahkan antara lain:

1. Bagaimana teknik pengolahan tanaman obat yang dilakukan oleh warga

Sindang Anom ?

2. Apakah tingkatan kesehatan warga Sindang Anom sudah baik atau sangat

rendah ?, bila baik atau rendah mengapa ?

3. Bagaimanakah pemanfaatan tanaman obat di kampung Sindang Anom tidak

dapat terolah secara optimal sebagaimana mestinya ?

4. Apakah yang warga Sindang Anom mendapat keuntungan apabila mereka

mengonsumsi tanaman obat sebagai obat tradisional ?

E. Pemecahan Masalah

Dari poin – poin permasalahan yang di atas harus ada pemecahan masalah

setelah dilakukannya penelitian. Pemanfaatan dalam hal ini berarti segala sesuatu

segala upaya pengolahan pengetahuan mengenai metode tanaman obat. Berdasarkan

hasil penelitian.

Untuk pengolahan tanaman obat sekitar, umumnya dilakukan dengan cara

yang cukup sederhana. Beberapa cara pengolahan tumbuhan obat yang sering

digunakan oleh masyarakat Kampung Sindang Anom yaitu dengan cara direbus

secara langsung atau tanpa diolah dan dengan cara dirauh. Oleh karena itu,

pengolahan tanaman obat masih sangat tradisional.

Untuk kesahatan di Sindang Anom masih cukup rendah terlihat dari data yang

kami peroleh yaitu banyak perempuan dan anak yang sering terkena penyakit biasa

seperti batuk, flu, dan demam. Dan ada juga yang lebih parah. Di sebabkan warga

Sindang Anom sering mengonsumsi obat – obat kimia yang mungkin saja ada efek

samping jadi warga Sindang Anom terkena dampaknya meskipun penyakit yang awal

58
telah sembuh maka kadang terjadi penyakit lain yang muncul, Sebaiknya warga

Sindang Anom untuk memanfaatkan tanaman obat sekitar.

Pemanfaatan tanaman obat sendiri di warga Sindang Anom belum optimal

karena warga Sindang Anom sendiri lebih memilih mengonsumsi obat yang di beli

dari apotek, namun memang masih warga Sindang Anom yang memanfaatkan

tanaman obat sekitar itu juga oleh orang yang sudah tua atau orang yang

membudidayakan tanaman obat atau juga pekarangannya ada tanaman obat, jadi harus

ada sosialisasi terhadap pentingnya memanfaatkan tanaman obat.

Warga Sindang Anom di untungkan dengan memanfaatkan tanaman obat

sekitar karena bisa di manfaatkan sendiri dan bisa untuk di jual namun karena macam

tanamannya masih sedikit.

59
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan tentang pemanfaatan

tanaman obat sekitar sebagai obat tradisional bagi warga sindang anom, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tanaman obat merupakan segala jenis tumbuh – tumbuhan yang

mempunyai khasiat atau kegunaan sebagai obat. Tanaman obat di sekitar

Sindang Anom diantaranya: mengkudu, sirsak, areuy hanjuang, alang –

alang, nanas, jambu kulutuk, kelapa, melinjo, belimbing wuluh, pepaya,

jahe, sukun, cengkeh, kunyit, sirih, laja, jeruk limo, dan lidah buaya.

Tanaman obat tersebut masih sedikit.

2. Teknik pengolahan tanaman obat diantaranya : penyortiran, pencucian,

penirisan dan pengeringan, penyimpanan, dan pengolahan. Untuk

pengolahan tanaman obat sekitar, warga Sindang Anom umumnya

dilakukan dengan cara yang cukup sederhana.

3. Obat yang beredar sekarang ini tak lepas dari perkembangan obat di masa

lalu. Perlu diketahui bahwa penemuan obat jaman dahulu berawal dari

coba – mencoba yang dilakukan oleh manusia purba. Bahasa '"EMPIRIS"

.Empiris berarti berdasarkan pengalaman dan disimpan serta

dikembangkan secara turun – temurun hingga muncul apa yang disebut

Ilmu Pengobatan Rakyat atau yang lazimnya disebut Pengobatan

Tradisional. Perkembangan pemanfaatan tanaman obat sendiri di warga

Sindang Anom kurang mendapat perhatian.

60
4. Untuk kesahatan di Sindang Anom masih cukup rendah terlihat dari data

yang kami peroleh yaitu banyak perempuan dan anak yang sering terkena

penyakit biasa seperti batuk, flu, dan demam. Dan ada juga yang lebih

parah.

D. Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta ditinjau dari kesimpulan yang telah

dikemukakan di atas oleh penulis, maka penulis mencoba mengemukakan saran –

saran sebagai berikut :

1. Sebagai warga Indonesia yang memiliki keragaman tumbuhan khususnya

tanaman obat warga Sindang Anom lebih mengoptimalkan pemanfaatan

tanaman obat dan diharapkan untuk membudidayakan tanaman obat.

2. Dengan teknologi yang semakin maju seharusnya dalam pengolahan

tanaman bisa dilakukan dengan berbagai teknik pengolahan yang dapat

memaksimalkan kandungan yang terdapat dalam tanaman obat.

3. Agar tanaman obat sebagai obat tradisional mengalami perkembangan

harus ada sosialisasi.

4. Warga Sindang Anom sebaiknya lebih sering mengonsumsi tanaman obat

karena kandungannya masih alami.

61
DAFTAR PUSTAKA

Mareta, Rindha.

http://www.academia.edu/12020561/PENGOBATAN_TRADISIONAL (2 Januari

2017).

Marzuki, Arif. http://ragam-alami.blogspot.co.id/2016/01/mengenal-tanaman-obat-

keluarga-toga.html ( 2 Januari 2017).

http://pusakapusaka.com/perkembangan-pengobatan-alternatif-di-indonesia.html (8

Januari 2017).

Ayu, Prihatini. http://prihatiniayu22.blogspot.co.id/2016/08/sejarah-obat-pada-

mulanya-penggunaan.html (12 Januari 2017).

Pertiwi Akbar, Amalia.

http://www.kompasiana.com/anonim.kompasiana.com/trdadisional-atau-

modern_54f92fada33311ae068b490b (13 Januari 2017).

62

Anda mungkin juga menyukai