Tim Penyusun
Tim Pengarah
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Pemerintah Kota Depok
Tim Peneliti
Pusat Riset Perkotaan dan Wilayah (PRPW)
Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG)
Universitas Indonesia
Disclaimer
Peristilahan yang digunakan dan penyajian materi dalam laporan ini
mewakili pendapat dari tim riset PRPW tentang materi teknis revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok. Analisis, kesimpulan dan
rekomendasi yang tertulis dalam laporan ini mencerminkan pandangan
tim penyusun.
Berdasarkan hasil Peninjauan Kembali RTRW Kota Depok tahun 2012-2032, pelaksanaan
pemanfaatan ruang di Kota Depok tahun 2012-2018 memiliki nilai yang relatif rendah, yaitu dengan
nilai rerata 1,06 dari skala 3, sedangkan dari sisi dampak akibat ketidaksesuaian pemanfaatan ruang
tersebut berpotensi memberi dampak negatif bagi Kota Depok (dengan nilai rerata 2,21). Hasil
rekapitulasi penilaian peninjauan kembali yang diperoleh Pemerintah Kota Depok berada pada nilai
akhir 63,81 (< 85) yang artinya yaitu RTRW Kota Depok tahun 2012-2032 perlu direvisi.
Penyusunan Kajian Revisi Materi Teknis RTRW Kota Depok ini merupakan upaya penting dalam
rangka memperbaharui informasi terkini terkait dinamika penataan ruang serta isu-isu strategis
perkotaan lainnya yang berkembang di Kota Depok. Kegiatan ini juga dilaksanakan sebagai upaya
tindak lanjut hasil peninjauan kembali RTRW Kota Depok 2012-2032 yang telah disebutkan
sebelumnya.
Penyusunan Kajian Revisi Materi Teknis RTRW ini terselenggara melalui kolaborasi kerjasama antara
Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan dengan Center For Strategic
And Global Studies, Universitas Indonesia (UKK CSGS UI ). Kerjasama ini telah resmi berjalan
dengan dasar surat Perjanjian Kerjasama Swakelola (PKS) antara kedua belah pihak.
Laporan Pendahuluan Kajian Revisi Materi Teknis RTRW Kota Depok 2012-2032 berisikan uraian
materi yang diantaranya terdiri dari 1) Pendahuluan, 2) Pendekatan dan Metodologi, 3) Tinjauan
Penataan Ruang di Sekitar Kota Depok, 4) Gambaran Umum Kota Depok, dan 5) Strategi dan Rencana
Kerja. Akhirkata, kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan Laporan
Pendahuluan Kaijan Revisi Materi Teknis RTRW Kota Depok 2012-2032 kami ucapkan terima kasih.
Tim Penyusun
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 4
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 5
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 2
1.1 Latar belakang
encana Tata Ruang Wilayah muatan-muatan tersebut juga •
R
Melakukan update data
(RTRW) Kota merupakan perlu dimasukan kedalam RTRW terkait penyusunan rencana
sebuah rencana tata ruang Kota Depok kedepannya. Perlu tata ruang khususnya terkait
yang bersifat umum dari pemutakhiran data dan informasi, dengan lingkungan hidup. Hal
wilayah kota. Dalam dikarenakan pada waktu ini nantinya akan bermanfaat
Undang-undang Nomor 26 Tahun penyusunan RTRW Kota Depok dalam penyusunan KLHS
2007 tentang Penataan Ruang Tahun 2012 – 2032 memakai RTRW.
pemerintah mengamanatkan data dasar tahun 2010 yang saat • Menambah analisis daya
kepada pemerintah daerah untuk ini dirasa kurang signifikan. dukung daya tampung dan
melaksanakan penataan ruang Penetapan batas wilayah Kota analisis struktur ruang.
wilayah kota yang meliputi Depok dengan wilayah sekitarnya • Menyusun konsepsi rencana
perencanaan tata ruang wilayah juga mejadi acuan sesuai dengan struktur ruang untuk
kota, pemanfaatan ruang wilayah Peraturan Menteri Dalam Negeri mengatasi pelaksanaan
kota, dan pengendalian Nomor 18 Tahun 2017 tentang pemanfaatan ruang yang
pemanfaatan ruang wilayah kota. Batas Daerah Kabupaten Bogor lemah.
Rencana Tata Ruang Wilayah Dengan Kota Depok Provinsi Terdapat program
(RTRW) Kota berlaku selama 20 Jawa Barat. pembangunan struktur ruang
(dua puluh) tahun dan dapat Berdasarkan hasil PK, yang berasal dari kebijakan
dilakukan peniinjauan kembali kualitas data pada aspek Kualitas nasional yang mempengaruhi
setiap 5 tahun. Hasil Peninjauan RTRW dan jenis dan besaran tata ruang Kota Depok selama
Kembali (PK) dapat berupa pelaksanaan dan pemanfaatan tahun 2012 – 2018 dan belum
kesimpulan yang menyatakan ruang pada aspek Pelaksanaan terakomodir dalam indikasi
bahwa RTRW tersebut harus dan Pemanfaatan Ruang memiliki program RTRW Kota Depok
dicabut atau sebatas direvisi. scoring yang cukup rendah. Tahun 2012 – 2032 yaitu
Beberapa hal yang menjadi dasar Perwujudan pemanfaatan ruang program-program perwujudan
perlu direvisinya perda RTRW Kota Depok selama periode tahun sistem jaringan prasarana utama
adalah terjadi perubahan 2012 – 2018 telah terealisasi seperti rencana pembangunan
kebijakan nasional dan strategi rata-rata sekitar 33 %, dan ada infrastruktur-infrastruktur
yang mempengaruhi beberapa penggunaan lahan yang strategis nasional seperti
pemanfaatan ruang secara belum sesuai dengan rencana perumahan, TOD, LRT Jabodebek,
mendasar, atau pun perubahan pola ruang yang telah Transjabodetabek.
batas wilayah. direncanakan di dalam Rencana
Peraturan perundang- Tata Ruang Wilayah Kota Depok Berdasarkan latar belakang
undangan baru yang diterbitkan Tahun 2012 – 2032. Perlu Berdasarkan
tersebut maka, latar belakang
Dinas Pekerjaan
setelah diperdakannya RTRW dilakukan pemutakhiran guna tersebut
Umummaka, Dinas Pekerjaan
dan Penataan Ruang
Kota Depok Tahun 2012 – 2032 lahan eksisting dengan Kota Depok melakukan
Umum dan Penataan Ruang Kajian
Kota
dirasa perlu menjadi bahan memasukan data Izin Depok Naskah Akademis
melakukan Revisi
Kajian Naskah
pertimbangan, selain itu dengan Pemanfaatan Ruang (IPR). Oleh Rencana Revisi
Akademis Tata Ruang Wilayah
Rencana Tata
telah terbitnya revisi RTRWN dan karena itu rekomendasi PK untuk Kota Depok Tahun 2012 – 2032.
Ruang Wilayah Kota Depok
RTRWP Jawa Barat, maka Revisi adalah : Tahun 2012 – 2032.
- Persiapan
Tahap persiapan dilakukan untuk menentukan pembentukkan tim penyusun RTRW Kota Depok (terdiri
dari tim koordinasi dan tim peneliti dari berbagai bidang), melakukan kajian awal data sekunder
berkaitan dengan review dokumen PK RTRW Kota Depok dan pelaksanaan teknis pelaksanaan seperti
menyimpulkan data awal, metodologi, rencana kerja dan ToR FGD.
- Pelaksanaan Kajian
Proses pengkajian dilakukan untuk dasar pelaksanaan perencanaan tata ruang terhadap kebutuhan
pembangunan yang terdiri atas : (1) kajian daya dukung dan daya tampung; (2) kajian sosial dan
kependudukan; (3) kajian ekonomi; dan (4) konsep rencana struktur dan pola ruang.
- Pengumpulan Data dan Informasi
Tahap pengumpulan data dan informasi menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan dalam
pengumpulan data baik itu primer maupun sekunder. Data primer terdiri dari aspirasi masyarakat dan
observasi kondisi guna lahan, bangunan, intensitas ruang dan infrastruktur. Sedangkan data sekunder
terdiri atas peta dasar dan peta tematik serta data dan informasi statistic.
- Pengolahan dan Analisis Data
Pada tahap ini pelaksanaan dalam mengolah dan analisis data dilakukan. Gunanya adalah untuk
memunculkan isu strategis pengembangan, potensi dan masalah penataan ruang, peluang dan
tantangan, bentuk pola dan kecenderungan pengembangan dan kesesuaian kebijakan, perkiraan
kebutuhan pengembangan serta daya dukung dan daya tamping ruang.
- Penyusunan Konsep
Kegiatan pada tahap penyusunan konsep ini dimaksudkan untuk menyusun alternatif konsep rencana,
pemilihan konsep dan perumusan rencana terpilih yang hasil akhirnya akan dibukukan.
- Penyusunan dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Tentang RTRW Kota Depok
Pada kegiatan berupa penyusunan dan pembahasan rancangan ini dilakukan dalam rangka
menghasilkan naskah akademik raperda, raperda RTRW Kota Depok yang memiliki sinkronisasi dengan
materi teknis RTRW Kota Depok ke dalam bentuk pasal-pasal dan adanya pembahasan raperda RTRW
Kota Depok yang melibatkan pemerintah kabupaten/kota yang berbatasan.
M
enurut Peraturan Menteri Agraria dan kebijakan baru atau perubahan kebijakan yang
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan mendasar dan strategis dengan dampak besar
Nasional Republik Indonesia Nomor 9 atau luas terkait pembangunan yang ditetapkan
Tahun 2017 tentang Pedoman Pemantauan dan dengan peraturan perundan-undangan. Atas
Evaluasi Pemanfaatan Ruang, pelaksanaan dasar tersebut, telah dilakukan pemantauan dan
pemantauan dan evaluasi pemanfaatan ruang evaluasi pemanfaatan ruang terhadap Rencana
dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali dalam 5 Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok, dengan
(lima) tahun, atau dapat juga dilakukan lebih dari hasil kajian, evaluasi, dan penilaian Tahun 2012-
2 (dua) kali dalam 5 (lima) tahun apabila terkait 2032 untuk periode 2012-2018.
Pada hasil kajian, secara keseluruhan, perwujudan pemanfaatan ruang Kota Depok selama periode
2012-2018 telah terealisasi rata-rata hanya sekitar 33 persen, dimana untuk perwujudan rencana
struktur ruang sekitar 47 persen, perwujudan rencana pola ruang sekitar 24 persen dan perwujudan
kawasan strategis sekitar 24 persen.
Untuk hasil evaluasi kelengkapan muatan RTRW Kota Depok Tahun 2012-2032 sudah sesuai dengan
Permen ATR/BPN No. 1 tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Nasional, Provinsi dan
Kabupaten/Kota dan sebagian besar muatan RTRW Kota Depok sudah baik (nilai rerata 2,67). Untuk
kualitas data masih menunjukkan kurang baik (nilai rerata 1,67) dan perlu dilakukan updating data.
Selain itu, sekitar 35 persen peraturan perundang-undangan baru masih belum dipertimbangkan
sehingga masih banyak kebijakan baru yang perlu diacu ke depannya untuk mensinkronkannya dengan
kebijakan nasional.
Dari hasil penilaian, pelaksanaan pemanfaatan ruang di Kota Depok 2012-2018 cukup rendah (dengan
nilai rerata 1,06), sedangkan dari sisi dampak akibat ketidaksesuaian pemanfaatan ruang tersebut
berpotensi memberi dampak negatif bagi Kota Depok (dengan nilai rerata 2,21).
A. Persiapan
Tahapan persiapan dilakukan dengan penandatanganan Perjanjian Kerja
Sama Swakelola (PKS) antara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kota Depok dengan Unit Kerja Khusus Center For Strategic and Global Studies
Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia tentang Penyusunan
Naskah Akademis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok Tahun
2012-2032. Kemudian dilakukan persiapan pengumpulan data berupa data Dalam penyusunan
primer dan sekunder, dan penyusunan Terms of References (TOR) untuk dokumen Materi Teknis
Revisi RTRW Kota Depok
mengumpulkan data dan informasi melalui Focus Group Discussion (FGD) yang
Tahun 2012-2032 ini, akan
akan dilakukan minimal 3 (kali) dalam proses penyusunan dokumen revisi dilakukan pengumpulan
RTRW Kota Depok 2012-2032. data baik primer maupun
sekunder melalui tiga
metode, yaitu diantaranya
B. Pengumpulan Data sebagai berikut :
▪ Survey Lapangan
Data yang diperlukan berupa data primer dan sekunder. Pengambilan data
▪ Focus Group Discussion
primer dilakukan dengan cara observasi lapangan, survei lapangan dan (FGD)
interview dengan masyarakat, ahli, dan komunitas. Data primer yang diambil ▪ Review Literatur
berupa peta dan statistik terkait daya dukung lingkungan, data statistik
kependudukan, data statistik infrastruktur dan ekonomi, data statistik sosial
budaya, dan dokumen kebijakan yang terkait. Sedangkan untuk data sekunder
diperoleh melalui diskusi terfokus atau focus group discussion untuk
memberikan gambaran dan penajaman materi terhadap isu perkotaan yang
berkembang berkaitan dengan aspek lingkungan, infrastruktur, ekonomi dan
sosial budaya. Selain itu juga dapat menghimpun masukan dan saran tentang
aspek terkait dengan pembangunan di Kota Depok. FGD dilakukan sebanyak 3
(tiga) kali selama penyusunan dokumen revisi RTRW Kota Depok 2012-2032.
Data lainnya diperoleh melalui review literatur pada jurnal atau penelitian terkait
dengan Kota Depok.
Selain itu juga dapat menghimpun masukan dan saran tentang aspek terkait dengan pembangunan di
Kota Depok. Hasil dari diskusi juga digunakan sebagai data dan informasi serta bahan untuk analisis
dalam konsep penyusunan RTRW Kota Depok. Format acara diskusi ini berupa diskusi yang dipandu
oleh moderator. Setiap narasumber (tenaga ahli) selesai memberikan paparan akan dilanjutkan dengan
diskusi. FGD dilakukan pada minggu ke II, III dan IV bulan November 2019 sebanyak 3x pertemuan.
Peserta yang menghadiri FGD ini terdiri dari macam-macam kalangan yaitu tenaga ahli, tenaga
professional, akademisi, dan instansi terakait. Berikut adalah rencana diskusi yang akan dilakukan
dengan tenaga ahli :
SOSIAL BUDAYA
Diskusi atau focus group discussion ini diharapkan Sesi 1 :
Minggu Ke-IV dapat memberikan masukan, saran, data dan Ahli/ Profesional/ Perkembangan Kota Depok
November 2019 informasi dan juga memberikan penajaman Akademisi Bidang dan Sejarah Depok
tesrkait isu terbaru dan berkembang, serta Sejarah
Review Literatur
Mengulas literatur terkait dengan penataan ruang di Kota Depok dibutuhkan sebagai bahan masukan
sementara untuk mengetahui kondisi yang sudah diteliti sebelumnya. Literatur yang dijadikan referensi
adalah dapat berasal dari dokumen perencanaan penataan ruang Kota Depok, jurnal penelitian yang
ada kaitannya dengan tata ruang Kota Depok dan lain-lain, sebagai berikut :
C. Penyusunan Konsep
Penyusunan konsep pada revisi RTRW Kota Depok 2012-2032 hanya
berfokus pada rencana struktur dan pola ruang Kota Depok. Adapun aspek-
aspek lain dalam tahapan penyusunan pada Permen ATR/BPN No. 1 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota
• Penandatanganan
Perjanjian Kerja Sama
• Data Primer:
Swakelola (PKS) antara observasi lapangan,
Dinas Pekerjaan Umum survei instansi dan
dan Penataan Ruang interview pada
Kota Depok dengan Unit masyarakat, ahli,
Kerja Khusus Center For komunitas. Data yang
Strategic and Global diperlukan dalam • Struktur
Studies Sekolah Kajian
Stratejik dan Global
bentuk peta dan data Ruang
Universitas Indonesia
statistik mengenai
tentang Penyusunan daya dukung
Naskah Akademis lingkungan,
Rencana Tata Ruang kependudukan, • Pola Ruang
Wilayah (RTRW) Kota infrastruktur dan
Depok Tahun 2012-2032 ekonomi, dan sosial
• Persiapan pengumpulan budaya.
data primer dan sekunder • Kebijakan terkait (RTR
• Pembuatan TOR untuk KSN, RTRW, RDTR
Focus Group Discussion
• Jurnal/penelitian
kualitas lingkungan apabila terdapat dampak yang mengganggu keseimbangan ▪ Perbandingan antara
Gambar 2.2 Konsep Daya Dukung Lingkungan Sebagai Dasar Pembangunan Berkelanjutan
Sumber air berupa air permukaan pada waduk : Situ Pladen dan Situ Pondok Cina
di Kecamatan Beji, Situ Curug dan Situ Bojongsari di Kecamatan Bojongsari, Situ
Bahar, Situ Cilodong dan Situ Jaijajar di Kecamatan Cilodong, Situ Dongkelan, Situ
Gadog, Situ Jambore Cibubur, Situ Rawa Kalong dan Situ Tipar/Cidadas di
Kecamatan Cimanggis, Situ Cinere di Kecamatan Cinere, Situ Citayam dan Situ
Pasit Putih di Kecamatan Cipayung, Situ Krukut di Kecamatan Limo, Situ Pitara,
Situ Pulo dan Situ Rawa Besar di Kecamatan Pancoran Mas, Situ Pasir Putih dan
Situ Pengasinan di Kecamatan Sawangan, Situ Cilangkap, Situ Jatijajar dan Situ
Patinggi di kecamatan Tapos, Situ Ciming, Situ Pangerangan/Telaga RRI, Situ
Pengarengan, Situ UI dan Situ Sidomukti/Baru di Kecamatan Sukmajaya Kota
Depok.
Stasiun kereta api perkotaan : Stasiun Universitas Indonesia dan Stasiun Pondok
Cina di Kecamatan Beji, Stasiun Depok Baru dan Stasiun Depok di Kecamatan
Pancoran Mas, Stasiun Citayam di Kecamatan Cipayung, Stasiun Pondok Rajeg di
Kecamatan Cilodong pada Kota Depok Provinsi Jawa Barat; (Depok tasiun Depok
Baru di Kecamatan Pancoran Mas pada Kota Depok Provinsi Jawa Barat;
Sistem pengendalian banjir melalui revitalisasi dan normalisasi sungai ditetapkan
di Sungai Sunter di Das Sunter dan Sungai Angke di DAS Angke yang sebagian
wilayahnya berada di Kota Depok.
Sumber air berupa air tanah pada CAT, CAT Jakarta mencakup sebagian wilayah
Kota Depok
Komponen
RTR KSN Jabodetabekpunjur RTRW Jawa Barat Keterangan
Penataan Ruang
Mewujudkan kawasan perkotaan yang
akomodatif dalam menyediakan ruang
sebagai pusat kegiatan
perekonomian, pemerintahan, dan Mewujudkan Tata Ruang
jasa skala internasional, nasional, Wilayah Provinsi yang Efisien, Tujuan RTR KSN
maupun regional dalam koridor Berkelanjutan, dengan RTRW
Tujuan
penataan ruang yang terintegrasi dan Berdayasaing menuju Jawa Barat sudah
antar satu kawasan dengan Provinsi Jawa Barat Termaju sejalan
kawasan lainnya, berbasis daya di Indonesia
dukung lingkungan dan memiliki
keterpaduan dalam pengelolaan
kawasan.
Kebijakan penataan
ruang keduanya
sudah sejalan.
- pengendalian perkembangan Implikasinya,
kawasan perkotaan inti untuk strategi
Arah pengembangan:
membatasi penjalaran pengembangan
penyeimbangan kawasan
pertumbuhan ke kawasan harus difokuskan
konservasi dengan fungsi
Kebijakan sekitarnya; pada upaya
kawasan perkotaan berskala
Pengembangan - pengembangan sistem prasarana intensifikasi ruang
nasional dan internasional.
untuk meningkatkan keterkaitan degan konsep
antara kawasan perkotaan inti dan compact city
kawasan perkotaan di sekitarnya, bersamaan dengan
upaya konservasi
pada wilayah
resapan air dan
rawan bencana.
Pengembangan infrastruktur
strategis:
a) Perhubungan
- Angkutan Massal
Perkotaan
Struktur Ruang - Jalan tol Depok-Antasari
- Pembangunan poros
barat di jalur Palabuhan
ratu-Cikidang-Cibadak-
Bogor-Depok-Jakarta
b) SDA
Berdasarkan hasil review diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tidak
ditemukan adanya divergensi atau kebijakan yang saling bertolak belakang.
Kedua dokumen penataan ruang sudah memiliki tujuan, kebijakan dan strategi
hingga rencana struktur dan pola ruang yang sejalan. Tinjauan kebijakan diatas
berimplikasi pada fokus pengembangan wilayah Kota Depok, khususnya dalam
lingkup Kawasan Perkotaan Bodebekpunjur yaitu sebagai Kota Satelit,
penyeimbang kawasan perkotaan inti (DKI Jakarta).
B
erdasarkan Peta Pola Ruang Kota Depok 2012- Kecamatan Cinere, Kecamatan Beji dan Kecamatan
2032, kawasan budidaya merupakan kawasan Cimanggis. Tiga kecamatan tersebut terbagi menjadi 2
paling dominan yang berbatasan langsung sub pelayanan kota: SPK Cinere dan SPK Cimanggis
dengan wilayah DKI Jakarta dengan fungsi perumahan serta 1 Pusat Pelayanan Kota (PPK) Margonda.
kepadatan sedang, perumahan kepadatan rendah dan
kawasan pertahanan dan keamanan. Fungsi-fungsi Berikut ini Peta Rencana Pola Ruang SPK Cinere yang
tersebut terletak di tiga area kecamatan yaitu berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta:
Gambar 3.3 menunjukkan bahwa selain KH-1 kawasan pertahanan dan keamanan terdapat juga beberapa
fungsi seperti R-4 perumahan kepadatan rendah, SPU-1 sarana pendidikan, RTH-2 taman kota/taman lingkungan, R-3
perumahan kepadatan sedang, PL-1 Pertanian, SPU-6 sarana peribadatan, PS-1 sempadan sungai, I-4 aneka industri,
PL-1 situ dongkelan, situ tipar, PS-2 sempadan situ/danau, PL-3 pariwisata, K-1 perdagangan dan jasa tunggal serta
jalan tol jagorawi (11 fungsi budidaya dan 5 fungsi lindung).
Berdasarkan Peta Pola Ruang Kota Depok kecamatan sawangan, kecamatan bojongsari,
2012-2032, kawasan budidaya juga merupakan kecamatan limo dan kecamatan cinere. Empat
kawasan paling dominan yang berbatasan langsung kecamatan tersebut dibagi menjadi dua sub pelayanan
dengan wilayah Tangerang Selatan dengan fungsi kota yaitu SPK Sawangan dan SPK Cinere. Berikut ini
perumahan kepadatan sedang, perumahan kepadatan Peta Rencana Pola Ruang SPK Sawangan yang
rendah, kawasan resapan air serta kawasan lainnya. berbatasan langsung dengan wilayah Tangerang
Fungsi-fungsi tersebut terletak di empat area yaitu Selatan:
Berdasarkan Peta Pola Ruang Kota Depok 2012- area yaitu kecamatan tapos, kecamatan cilodong,
2032, kawasan budidaya merupakan kawasan paling kecamatan cipayung, kecamatan sawangan dan
dominan yang berbatasan langsung dengan wilayah kecamatan bojongsari. Lima kecamatan tersebut
Kabupaten Bogor. Kawasan budidaya tersebut terbagi atas 3 SPK yaitu SPK Tapos, SPK Cipayung dan
berfungsi sebagai perumahan dengan kepadatan SPK Sawangan. Berikut ini peta SPK Tapos yang
sedang dan rendah. Fungsi-fungsi tersebut terletak di 5 berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor.
Gambar 3.5.2 Menunjukkan bahwa terdapat beberapa SPK Cipayung memiliki 5 fungsi berbatasan langsung
fungsi yang mendominasi seperti R-3 perumahan dengan Kabupaten Bogor yang terdiri atas 3 fungsi
kepadatan sedang, SPU-1 sarana pendidikan, PS budidaya dan 2 fungsi lindung. Selanjutnya adalah SPK
perlindungan setempat, PB perlindungan terhadap Sawangan, berikut ini peta SPK Sawangan.
kawasan dibawahnya, K-3 perdagangan dan jasa deret.
Gambar 3.8 Menunjukkan bahwa terdapat beberapa Berdasarkan identifikasi 3 SPK yang berbatasan
fungsi yang mendominasi seperti R-4 perumahan langsung dengan Kabupaten Bogor, fungsi budidaya
kepadatan rendah, PS-1 sempadan sungai, RTH-1 hutan terdapat di bagian timur dan selatan perbatasan,
kota. Terdapat 3 fungsi dalam SPK Cipayung yang sedangkan di bagian barat terdapat fungsi lindung
berbatasan langsung dengan Kabupaten bogor. seperti sempadan sungai dan hutan kota.
Dominasi fungsi dalam SPK Cipayung adalah fungsi
lindung.
Gambar 3.9 Menunjukkan bahwa batas dengan Kabupaten Bogor terdapat hanya memiliki 1 fungsi yaitu PS-1 sempadan
sungai. Selanjutnya adalah SPK Tapos, berikut peta SPK Tapos yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi.
Gambar 3.10 Menunjukkan bahwa terdapat beberapa Terdapat 4 fungsi dalam SPK Tapos yang berbatasan
fungsi yang mendominasi seperti PB resapan air, R-4 langsung dengan Kabupaten Bekasi. Fungsi-fungsi
perumahan kepadatan rendah, K-1 perdagangan dan tersebut terdiri atas 2 fungsi budidaya dan 2 fungsi
jasa tunggal, RTH-2 taman kota/taman lingkungan. lindung.
SPK 1 Budidaya:
Cinere - Perumahan kepadatan sedang
6 Budidaya
- Perumahan kepadatan rendah
- Pertanian
- Perdagangan dan jasa tunggal Meningkatkan aksesibilitas di dalam
- Jalan raya bogor Kawasan Kota Depok melalui Kawasan
SPK - Sarana olahraga SPK Tapos dengan pusat kegiatan lokal di
Tapos - Aneka industri sekitarnya melalui keterkaitan sistem
3 Lindung jaringan transportasi primer dan fungsi
- Jalur hijau jaringan tegangan kegiatan terkait.
listrik
- Sempadan sungai
- Taman kota/taman lingkungan
3 Budidaya
- Perumahan kepadatan sedang
3 Kabupaten - Sarana pendidikan Di wilayah perbatasan belum terlihat
Bogor SPK - Perdagangan dan jasa deret tujuan SPK Cipayung yang menjadikan
Cipayung 2 Lindung SPK Cipayung sebagai Sentra Industri dan
- Perlindungan setempat Perkebunan Belimbing dan Jambu Merah
- Perlindungan terhadap kawasan
dibawahnya
1 Budidaya Peningkatan kerjasama dan pembagian
- Perumahan kepadatan rendah peran dengan provinsi atau
SPK
2 Lindung Kabupaten/Kota lain yang berbatasan
Sawangan
- Sempadan sungai untuk pengelolaan lindung berbasis
- Hutan kota Daerah Aliran Sungai.
1. Budidaya
Kabupaten Menguhubungkan Kawasan SPK Tapos
4 - Perumahan kepadatan rendah
Bekasi dengan pusat kegiatan lokal di sekitarnya
SPK - Perdagangan dan jasa tunggal
melalui keterkaitan sistem jaringan
Tapos 2. Lindung
transportasi primer dan fungsi kegiatan
- Resapan air
terkait.
- Taman kota/lingkungan
Tabel 3.11 Peta Sub Pusat Pelayanan Kota (SPK) Kota Depok
Gambar 3.10.1 menunjukkan bahwa di bagian utara terdapat SPK Cinere, SPK Margonda dan SPK
Cimanggis, di bagian timur SPK Tapos, di bagian selatan SPK Cipayung serta bagian barat SPK Sawangan.
Berikut di bawah ini tujuan dan sasaran 6 sub pusat pelayanan Kota Depok.
SPK Cipayung
Dalam RTRW Kota Depok 2011-2031, SPK Cipayung Kota Depok memiliki fungsi utama sebagai perdagangan dan
jasa skala sub wilayah kota. Selain itu juga, SPK Cipayung Kota Depok memiliki fungsi sebagai perumahan kepadatan
rendah, kawasan SNADA, industri dan RTH Kota. Fungsi tersebut akan menunjang peran SPK Cipayung dalam lingkup
Kota Depok sebagai Sub Pusat Pelayanan Kota Citayam yang berada di Kecamatan Cipayung dengan fungsi utama
sebagai pelayanan perdagangan dan jasa.
Tujuan penataan ruang SPK Cipayung adalah “Menjadikan SPK Cipayung sebagai Sentra Industri dan Perkebunan
Belimbing dan Jambu Merah”.
Penjabaran dari tujuan tersebut dituangkan ke dalam sasaran penataan ruang yang harus dicapai sebagai berikut:
a. Terwujudnya kawasan perdagangan dan jasa;
b. Terwujudnya kawasan SNADA;
c. Tersedianya ruang untuk kawasan perumahan kepadatan rendah;
d. Tersedianya ruang untuk kegiatan industri;
e. Tersedianya ruang untuk RTH Kota
f. Terwujudnya pemanfaatan ruang yang tertib dan terkendali.
SPK Margonda
Tujuan penataan ruang RDTR Kawasan PPK Margonda adalah “Menciptakan Kawasan Margonda Sebagai Kawasan
Perdagangan Regional, Jasa, Pendidikan, dan Simbol Utama Kota Depok Serta Pemicu Perkembangan Aktivitas Ekonomi”.
Prinsip-prinsip penataan ruang PPK Margonda, sebagai berikut:
- Penyelenggaraan pembangunan kota sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Yang dimaksud
dengan daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia,
makhluk hidup lain dan keseimbangan antar keduanya
- Pengamanan dan pelestarian kawasan lindung;
- Upaya pencapaian ruang terbuka hijau publik seluas 20 % (dua puluh persen) dari luas wilayah kota;
- Revitalisasi kawasan bersejarah/cagar budaya;
- Pengembangan infrastruktur yang ramah lingkungan yaitu pengembangan infrastruktur kota yang tetap
memperhatikan keutuhan dan keberlanjutan lingkungan;
- Integrasi fungsional antara sektor formal dan informal, dan;
- Terciptanya aksesibilitas yang mendukung perdagangan regional;
- Menciptakan sarana pendidikan yang memadai; dan
- Pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, melalui upaya sadar dan terencana dalam mengelola lingkungan
dengan tetap menjamin keutuhan lingkungan tersebut serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu
hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
• Strategi Pengembangan Kawasan Perumahan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Strategi pengembangan untuk kawasan perumahan
termasuk fasilitas pendukung perumahan berupa fasilitas sosial dan fasilitas umum lingkungan perumahan adalah:
a. Mendorong pengembangan perumahan secara vertikal dengan memperhatikan ketersediaan prasarana
pendukungnya
b. Meremajakan dan merehabilitasi lingkungan perumahan yang menurun kualitasnya khususnya di kawasan
kumuh;
c. Membatasi luas lantai bangunan rumah tinggal yang diperbolehkan untuk kegiatan komersil dengan kewajiban
menyediakan prasarana yang memadai.
d. Membatasi alih fungsi hunian (rumah tinggal) menjadi fungsi komersil (baik berupa toko/warung, ruko, bengkel,
klinik, juga kost) yang berada di dalam kawasan perumahan jika tidak memiliki sarana parkir yang memadai.
SPK Sawangan
Tujuan disusunnya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Sub Pusat Pelayanan (SPK) Kota Sawangan Kota
Depok adalah:
a. Sebagai arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan fisik Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Sub Pusat Pelayanan (SPK) Kota Sawangan Kota Depok;
SPK Tapos
Dasar-dasar Perumusan Tujuan Tujuan penataan kawasan merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai
sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan merupakan alasan disusunnya RDTR
tersebut, serta apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan Kawasan SPK Tapos berisi
tema yang akan direncanakan di Kawasan SPK Tapos.
Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Konsep pengembangan kawasan SPK TAPOS secara umum didasarkan pada
kebutuhan untuk:
• Memantapkan fungsi Kawasan SPK Tapos untuk mendukung fungsi Kota Depok
• Meningkatkan aksesibilitas di dalam Kawasan Kota Depok melalui Kawasan SPK Tapos dengan pusat kegiatan
lokal di sekitarnya melalui keterkaitan sistem jaringan transportasi primer dan fungsi kegiatan terkait.
• Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan kawasan dan Kota Depok secara luas
Dasar kebutuhan tersebut selanjutnya dikembangkan kedalam konsep-konsep pembangunan dan pengembangan
kawasan berdasarkan berbagai aspek penataan ruang dan pembangunan, sebagaimana dijelaskan dalam bagian
berikut.
Fungsi dan Prinsip Penataan Ruang Tujuan penataan kawasan merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan
dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan merupakan alasan disusunnya
RDTR tersebut, serta apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan Kawasan SPK Tapos
berisi tema yang akan direncanakan di Kawasan Perencanaan.
Tujuan penataan Kawasan SPK Tapos berfungsi:
• Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana jaringan prasarana, penetapan Sub
Kawasan SPK Tapos yang diprioritaskan penanganannya, penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang, penyusunan
peraturan zonasi; dan
• Menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan kawasan perkotaan dengan RTRW.
Perumusan tujuan penataan Kawasan SPK Tapos didasarkan pada:
• Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW;
• Isu strategis Kawasan SPK Tapos, yang antara lain dapat berupa potensi, masalah, dan urgensi penanganan; dan
• karakteristik Kawasan SPK Tapos.
Tabel 3.3 Perbandingan Rencana Pola Ruang Perda dan RDTR Kota Depok
No Pusat Pelayanan Perda RTRW RDTR Keterangan
a. Kantor pemerintahan; a. Zona perlindungan - Point e pada perda
b. Pendidikan tinggi, setempat; diarahkan kepada
riset dan inovasi b. Ruang terbuka hijau perumahan kepadatan
teknologi; (rth); tinggi (vertikal)
c. Perdagangan dan c. Ruang cagar budaya; sedangkan pada point e
jasa skala regional; d. Kawasan rawan menurut RDTR belum
1 PPK Margonda d. Terminal terpadu; bencana. jelas arahnya mengenai
e. Perumahan e. Zona perumahan dan tipe perumahan apa dan
kepadatan tinggi permukiman; permukiman seperti apa
(vertikal); f. Zona perdagangan yang akan mengisi zona
f. Konservasi budaya; dan jasa; PPK Margonda khususnya
dan g. Zona perkantoran bagi permukiman di
g. Rth kota. pemerintah; sempadan sungai
h. Zona ruang terbuka Ciliwung.
non hijau; - Rencana yang rancu
i. Zona pendidikan; dan antara pembangunan
j. Zona kesehatan. vertikal (rusun) dan
penanganan kawasan
kumuh pada dua zona
dalam rangka
meningkatkan quality of
life
- Rencana pengembangan
kawasan strategis dari
sudut kepentingan sosial
budaya meliputi :
- Pengembangan Kawasan
Depok Lama meliputi:
• Penataan bangunan
dan lingkungan;
• Peningkatan kualitas
lingkungan; dan
• Mempertahankan
nilai sejarah sebagai
kawasan konservasi
budaya
Kota Depok memiliki ketinggian dari atas permukaan laut yang cenderung
pendek intervalnya dengan perbedaan level kemiringan yang tidak berbeda.
Dimulai dari paling rendah yaitu 50 mdpl sampai dengan 110 m dpl, luasan wilayah
yang besar adalah wilayah dengan ketinggian 80 – 100 m dpl sebesar 121,09 Km2
(60,46%). Untuk lebih jelasnya mengenai luas wilayah berdasarkan ketinggian Kota
Depok dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2.
Kota Depok berdasarkan kondisi geologi merupakan wilayah dengan jenis batuan
yang menyusun zona ini terdiri atas :
• Breksi, lahar, tuf breksi, tuf batu apung
• Lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal,dan bongkah
• Perselingan batu pasir dan batu lempung dengan sisipan batu gamping
Pada tahun 2010, jumlah kota dengan populasi lebih dari satu juta jiwa
menjadi sebelas dengan penambahan Kota Bekasi, Tangerang, Depok dan
Tangerang Selatan. Kota-kota yang disebut terakhir merupakan kota yang
berkembang karena proses mega-urbanisasi dari Kota Jakarta, membentuk
megacities Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) dimana
aktivitas perkotaan Jakarta sudah melimpah ke wilayah pinggirannya (Khaterina,
2019). Dalam bagian ini akan diuraikan beberapa indikator terkait kependudukan
seperti Pertumbuhan, Komposisi, Sebaran Penduduk, Rentang Usia paling
dominan di Kota Depok, Mata pencaharian penduduk, kelas pekerja, Industri atau
Sektor Informal, Kemiskinan, Pengangguran, Kesehatan dan Kawasan Kumuh.
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 60
Pertumbuhan Penduduk
Berikut ini grafik pertumbuhan penduduk Kota Depok Tahun 2016-2018 yang
dimodifikasi dari sumber dokumen Kota Depok Dalam Angka, BPS Tahun 2019.
2350000
2300000
2250000
2200000
2150000
2100000
2016 2017 2018
Menurut Kota Depok Dalam Angka, BPS 2019, Pada tahun 2016 Penduduk
kota depok berjumlah 2.179.813 jiwa, kemudian pada tahun 2017 penduduk Kota
Depok mengalami kenaikan dengan total 2.254.513 jiwa, dan pada tahun 2018
mengalami kenaikan jumlah peduduk dengan total penduduk 2.330.333 jiwa.
Kenaikan rata-rata setiap tahunnya hampir mencapai 3 %. Pertumbuhan penduduk
tersebut tersebar di 11 Kecamatan. Berikut di bawah ini grafik sebaran penduduk
Kota Depok di 11 Kecamatan tahun 2018.
Sebaran Penduduk
Berikut ini grafik persebaran penduduk Kota Depok Tahun 2018 yang
dimodifikasi dari sumber dokumen Kota Depok Dalam Angka, BPS Tahun 2019.
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0
Gambar 4.2.3 menunjukkan klasifikasi luas wilayah yang dibagi atas tiga bagian
antara lain area kecil 10-18 km2, area sedang 19-26 km2, dan area besar 27-34 km2.
Masing-masing area diberi warrna berbeda agar memudahkan pembaca
memahami isi tabel. Pembagian area atas dasar ambang bawah dan ambang atas
luas wilayah di Kota Depok. Area kecil yang dimaksud adalah Kecamatan
Pancoran Mas, Cipayung, Sukmajaya, Cilodong, Beji, Limo, dan Cinere. Area
Komposisi Penduduk
Berikut ini grafik persebaran penduduk Kota Depok 2018 yang dimodifikasi
dari sumber dokumen Kota Depok Dalam Angka, BPS 2019.
71-74
65-70
60-64 75+
thn thn
thnthn0-4 thn
55-59 thn
3% 2% 1%1% 9%
4%
50-54 thn 5-9 thn
5% 8%
45-49 thn
7% 10-14 thn
7%
40-44 thn
8% 15-19 thn
8%
35-39 thn
9% 20-24 thn
9%
30-34 thn 25-29 thn
9% 9%
3%
2%
0%
20%
Berusaha Sendiri
5%
2% Berusaha dibantu tidak
tetap/tidak dibayar
Berusaha dibantu buruh
68% tetap/dibayar
Buruh/Karyawan/Pegawai
374407
328193
180224
138109
7539
Bekerja Pengangguran
1028292
1009401
969502
76025
72521
73080
Masyarakat Miskin
Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan, yang pada tahun 2050 diprediksi
mencapai 80% penduduk dunia akan tinggal di perkotaan (United Nations, 2009
pada Jha et all, 2013). Sedangkan di Asia Timur, penduduk perkotaan akan
meningkat dua kali lebih besar pada periode tahun antara 1994 dan 2025 (Jha and
Brecht, 2011 pada Jha et all, 2013). Meningkatnya penduduk perkotaan akan
berimplikasi pada meningkatnya kegiatan perkotaan dan kebutuhan ruang.
Bertambahnya kebutuhan terhadap ruang perkotaan yang dihadapkan pada
keterbatasan lahan menimbulkan penduduk menempatkan wilayah-wilayah yang
tidak sesuai untuk kegiatannya, misalnya untuk bermukim. Penduduk miskin
cenderung membuat kantong-kantong permukiman di lokasi yang bukan untuk
perumahan dan cenderung rawan karena secara ekonomi lebih terjangkau,
misalnya pada bantaran kali. Permukiman kumuh tersebar di beberapa bagian
kota. Studi yang menunjukkan bahwa penduduk rentanmenghuni permukiman
kumuh karena kedekatan dengan kesempatan dan peluang ekonomi perkotaan
90000
74286 77408
80000
70000
60000 49970 50560 52338
47950 49390
50000
40000
30000
20000
7693
10000
0
2014 2015 2016 2017 2018
Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan kualitas
hidup manusia. Di Indonesia, terdapat filosofi pendidikan yang diprakarsai oleh
Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara, menurutnya esensi pendidikan
adalah menggabungkan budaya dalam diri anak, dan memasukkan anak ke dalam
budaya sehingga anak-anak menjadi manusia. Filsafat pendidikan tersebut
disadari bahwa kemampuan alami anak untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi adalah dengan cara memberikan kebebasan berpikir seluas-luasnya,
tetapi juga menggunakan budaya yang telah teruji.
Namun dalam perkembangannya, Globalisasi yang dipengaruhi oleh
kepentingan pasar menyebabkan pendidikan tidak sepenuhnya dipandang
sebagai upaya mencerdaskan bangsa dan proses pemerdekaan manusia tetapi
mulai bergeser menuju pendidikan sebagai komoditas (Saksono dalam Suparlan,
2016). Berikut di bawah ini persentase penduduk kota depok menurut pendidikan
tertinggi yang ditamatkan tahun 2018 yang dimodifikasi dari dokumen Kota Depok
Dalam Angka, BPS 2019.
11,17
9,65
9,15
5,82
0,42
Kesehatan
Data yang berasal dari Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa terjadi
pergeseran isu kesehatan (shifting health issue) yang menunjukkan perubahan
penyebab utama dari beban penyakit menular ke penyakit tidak menular. Berikut
ini diagram pergeseran isu kesehatan menurut Kementerian Kesehatan tahun
2018.
Budaya
Sebagai Kota Otonomi Daerah, Depok memiliki berbagai peranan penting
bagi wilayah sekitarnya yaitu Pusat Kegiatan Nasional dan Kawasan Andalan
Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur karena letaknya diantara dua kota
administratif (penyangga) Jakarta dan Bogor. Berbagai peranan tersebut
nampaknya mulai mengeliminasi/ melupakan unsur-unsur Kota yang seharusnya
memperkuat identitas/citra kota Depok. Hal tersebut ikut masuk dari dampak
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 70
globalisasi dan pesatnya pembangunan di kota Depok. Sebagai kota yang
mengalami pertumbuhan pesat dari segi perpindahan penduduk (migrasi) dan
bangunan yang tidak terkendali tentunya akan mengeliminasi unsur-unsur
pembentuk kota Depok. Budaya yang dimaksud tidak hanya soal.
- Sejarah Kota Depok
Pemberian nama suatu wilayah, biasanya dikarenakan karakteristik yang
melekat atas wilayah tersebut, hasil bumi, maupun cerita rakyat yang melegenda
di masa lampau. Depok memiliki beberapa pengertian, diantaranya: Dalam kamus
Kawi˗Jawa (Winter dan Rangga Warsita, 1990), Dhepok yang berarti patapan.
Patapan berasal dari kata tapa yang berarti ‘api’. Adapun makna kata Patapan
adalah ‘Tempat untuk bertapa, tempat mengasingkan diri dari keramaian dunia
untuk jangka waktu tertentu sehingga memperoleh apa yang diinginkannya. Dalam
Baosastra Jawa, istilah depok diartikan sebagai tempat tinggal para pandita.
Menurut Kamus Malay istilah Depok merupakan duduk bersila, tanpa melakukan
apa˗apa. Dalam kamus jawa, depok berarti tapa yang berarti duduk bersila,
ataupun menuntut ilmu, apabila ditambah dengan imbuhan per dan an, menjadi
berarti tempat menuntut ilmu.
Wilayah Depok adalah sebagian wilayah tanah partikelir yang dibeli oleh
Cornelis Chastelein di era VOC (1602˗1811), Setelah Chastelein meninggal dunia
pada tanggal 28 Juni 1714, dan dia mewariskan kepada 12 budak (marga) yang
berasal dari wilayah Nusantara. 12 marga yang mendiami wilayah depok beranak
pinak, sehingga jumlah penduduknya menjadi banyak, dan membuat panas
Pemerintahan Hindia Belanda mengakui tanah partikelir tersebut menjadi
Gementee Bestuur. Wilayah tersebut memiliki pemerintahan tersendiri (republik
mini), Pembiayaan roda organisasi dibiayai oleh pajak yang ditetapkan pemerintah
republik mini tersebut, didapat dari hasil pertanian dan perkebunan.
Jalan Pemuda, kec. Pancoran Mas, adalah lokasi kediaman dari Chastelein,
dan menjadi pusat pemerin-tahan bagi wilayah Depok pada saat itu. Sehingga
banyak bangunan besar yang berdiri di kawasan tersebut dan terletak pada posisi
strategis yang dilalui sungai dan jalan, Stasiun Depok dibuka untuk (feeder station)
Batavia ˗ Buitenzorg pada abad 19, berikut ini peta lokasi stasiun depok lama dan
peta bersejarah kota depok tahun 1851-1852.
Tabel 4.8 Situ di Depok yang telah beralih fungsi hingga tahun 2018
No Nama Situ Lokasi Situ
1 Situ Pasir Putih Kecamatan Sawangan
2 Situ Kostrad Kecamatan Sukmajaya
3 Situ Rawa Baru Kecamatan Sukmajaya
4 Situ Patinggi Kecamatan Cimanggis
5 Situ Rawa Gede Kecamatan Cimanggis
6 Situ UI 2 Kecamatan Beji
7 Situ UI 3 Kecamatan Beji
8 Situ Pondok Cina UI 4 Kecamatan Beji
9 Situ Puri Cinere Kecamatan Limo
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 75
No Nama Situ Lokasi Situ
10 Situ Telaga Subur Kecamatan Limo
11 Situ Krukut Kecamatan Limo
Sumber: Depok Dalam Angka Tahun 2010 dan 2018
Selain tiga sungai besar tersebut, terdapat juga 22 sungai kecil yang
mengalir ddari selatan menuju utara (bermuara ke Laut Jawa). Pola aliran sungai
di Depok membentuk pola tulang rusuk dengan tiga sungai utama sebagai tulang
belakangnya. Kondisinya rata-rata sudah mengalami cemar semua, dan beberapa
sungai kerap meluap hingga banjir terjadi seperi yang terjadi di beberapa titik pada
DAS Ciliwung dan DAS Angke Pesanggrahan. Daftar sungai yang ada di Depok
dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Terdapat lima jaringan irigasi lintas kabupaten/kota dan dua jaringan irigasi di
wilayah Kota Depok. Jaringan irigasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Jaringan irigasi lintas kabupaten/kota meliputi :
a. DI Cisadane Empang dengan luas kurang lebih 256 Ha;
b. DI Parakanjati dengan luas kurang lebih 70 Ha;
c. DI Ciliwung/Katulampa dengan luas kurang lebih 72 Ha;
d. DI Karanji dengan luas kurang lebih 98 Ha; dan
e. DI Angke V dengan luas kurang lebih 252 Ha
2. Jaringan irigasi utuh kabupaten/kota yaitu DI Angke dengan luas
sekitar 1.242 ha
3. Jaringan irigasi di wilayah kota meliputi :
a. DI Enggram dengan luas kurang lebih 51 Ha; dan
b. DI Situ Ciriung dengan luas kurang lebih 13 Ha
Air tanah di depok terbagi menjadi dua jenis (WJEMP Depok City, 2004), yaitu air
tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal banyak ditemukan pada
sumur gali masyarakat, dengan kondisi yang cukup baik (hanya di sebagian
tempat yang cukup keruh) dan kedalaman rata-rata 10 meter. Air tanah dalam di
Depok merupakan sumber utama penyediaan air di Depok. Secara geologi berada
pada formasi genteng dan endapan vulkanik dengan potensi air sebesar 3-4
L/detik/km2, serta pada formasi aluvium dengan potensi air sebesar 5-7
L/detik/km2. Sedangkan berdasarkan peta hidrogeologi skala 100.000 lembar
Jakarta Batuan Dasar (Gambar 4.12), air tanah terdiri dari tiga jenis yaitu daerah
beririgasi, luah sumur <5 L/detik, dan luah sumur antara 5-25 L/detik (hanya
terdapat di Kecamatan Cinere). Dapat dikatakan bahwa sumber air dari tanah
untuk Kota Depok cukup besar, dan mudah untuk didapatkan karena umumnya
berada di kedalam 5-15 meter dari permukaan tanah.
Dari peta tren wetspell Kota Depok dan sebagian kota Bogor (bagian barat)
mengalami kecenderungan jumlah hari hujan dalam setahun. Disebutkan pula
dalam laporan, kenaikan tertinggi terjadi pada wilayah Depok, Bogor, dan Garut.
Hal tersebut memberikan gambaran bahwa potensi peningkatan curah hujan di
Depok perlu diantisipasi karena dapat berimbas pada timbulnya dampak bencana
seperti banjir dan bahkan longsor (seperti yang terjadi tahun 2018 di Kecamatan
Sukmajaya).
1 Banjir 12
2 Kekeringan 3
3 Puting Beliung 4
4 Longsor 6
Sumber: DIBI BNPB, 2017.
Nilai PDRB Kota Depok tahun 2017 atas dasar harga berlaku adalah
58.344,49 miliar rupiah, mengalami kenaikan sebesar 5.013,44 milyar
rupiah dari tahun 2016. Sedangkan nilai PDRB Kota Depok tahun 2017
berdasarkan harga konstan adalah 42.939,38 milyar rupiah. Nilai ini
mengalami kenaikan sebesar 2.676,15 milyar rupiah dari tahun 2016.
Berikut di bawah ini grafik nilai PDRB Kota Depok pada Gambar 4 dan
Gambar 4.21.
2017 2016
jasa lainnya
jasa pendidikan
jasa perusahaan
jasa keuangan
industri pengolahan
pertanian
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000
2017 2016
Pada tahun 2016, distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha paling besar berada pada industri pengolahan dengan
persentase 32.37 persen, diikuti dengan lapangan usaha perdagangan besar &
eceran dan konstruksi, sebesar masing-masing 21.61 persen dan 18.55 persen.
Untuk distribusi persentase PDRB atas dasar harga konstan, ketiga
lapangan usaha tersebut juga memiliki persentase yang besar, yaitu industri
pengolahan sebesar 31.99 persen, perdagangan besar & eceran sebesar 21,30
jasa lainnya
jasa kesehatan & sosial
jasa pendidikan
pemerintahan
jasa perusahaan
real estat
jasa keuangan
informasi & komunikasi
akomodasi & makanan/minuman
transportasi & pergudangan
perdagangan besar & eceran
konstruksi
pengadaan air & pengelolaan limbah
pengadaan listrik & gas
industri pengolahan
pertambangan dan penggalian
pertanian
0 5 10 15 20 25 30 35
jasa lainnya
jasa kesehatan & sosial
jasa pendidikan
pemerintahan
jasa perusahaan
real estat
jasa keuangan
informasi & komunikasi
akomodasi & makanan/minuman
transportasi & pergudangan
perdagangan besar & eceran
konstruksi
pengadaan air & pengelolaan limbah
pengadaan listrik & gas
industri pengolahan
pertambangan dan penggalian
pertanian
0 5 10 15 20 25 30 35
7,4
7,28 7,28
7,2
7
6,8
6,6 6,64
6,4
6,2
2014 2015 2016
Mobilitas Perkotaan
Menurut Lampiran III Permen No.1 Tahun 2018 bahwa data dan Informasi
terkait mobilitas perkotaan adalah seperti survey pergerakan, pengguna sarana
angkutan umum, system angkutan umum, kepemilikan kendaraan bermotor,
fasilitas pedestrian, simpul transit, serta integrase jalur jarak pendek, jarak sedang
dan jarak jauh.
Menurut Penelitian Tesis Berjudul Pengembangan Dan Implementasi
Pengukuran Indikator Untuk Menentukan Level Transit Oriented Development
(Tod) Di Kota Depok yang dilakukan oleh Subekti Sulistyaningrium tahun 2017
menjelaskan bahwa Masyarakat kota Depok memiliki beberapa pilihan moda
transportasi dalam memenuhi aktifitasnya sehari-hari. Secara umum, moda
transportasi tersebut terbagi dalam 2 (dua) jenis yaitu kendaraan pribadi dan
kendaraan umum.
Kendaraan Pribadi Jenis-jenis kendaraan pribadi yang dimiliki masyarakat
Depok terdiri dari sepeda, motor dan mobil.Pemilikan kendaraan pribadi berupa
mobil dapat menggambarkan suatu prestise pencapaian kemapanan hidup
seseorang. Alasan menggunakan kendaraan pribadi cukup beragam antara lain
faktor kemampuan dan kecepatan (menggunakan motor), faktor kemampuan dan
kenyamanan (menggunakan mobil), faktor kebutuhan olahraga atau bersantai
(sepeda). Data pertumbuhan kendaraan pribadi menurut data dari Bappeda Kota
Depok dapat terlihat dalam grafik berikut:
Biaya hidup di Kota Depok ternyata sangat tinggi yakni rata-rata Rp 6,33
juta per bulan. Dengan biaya sebesar itu, Kota Depok menempati urutan ke empat
dalam daftar peringkat 25 kota dengan biaya hidup tertinggi di Indonesia yang
dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS). Besaran biaya hidup di Kota Depok beda
tipis dengan Kota Ternate yang menempati urutan ketiga, Kota Jayapura di urutan
kedua dan Kota Jakarta pada urutan pertama. Kota Depok yang berada di daerah
penyangga Jakarta, biaya hidupnya mencapai Rp 6,33 juta per bulan2. Padahal
rata-rata daya beli masyarakat hanya Rp 700 ribu per bulan. Kondisi ini sangat
berbeda dengan kota lain yang juga sebagai daerah penyangga ibukota seperti
Kota Bekasi, Kota Bogor, dan Kota Tangerang.
P ada bagian ini akan menjelaskan lebih lanjut mengenai jadwal pelaksanaan Kajian Revisi Rencana Tata
Ruang Kota Depok. Jadwal pelaksanaan kegiatan akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan. Kurun
waktu tersebut akan dibagi ke dalam tahapan pelaksanaan yang telah dirumuskan pada bab
sebelumnya mengenai kerangka konsep, sehingga dari hasil perumusan kerangka konsep tersebut akan
terbentuk jadwal pelaksanaan pekerjaan. Berikut adalah jadwal dan uraian kegiatan dalam pengkajian revisi
tata ruang Kota Depok.
Tabel 5.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Oktober November Desember
No Aktivitas Kunci
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Tahapan Persiapan
a Persiapan Awal
b Pembentukan tim penyusun Revisi Materi Teknis RTRW Kota Depok
c Mobiisasi tim
d Kajian kebijakan dan literatur review
II Tahap Pengumpulan Data
A Data dukung dan daya tampung Kota Depok
1 Data spasial
2 Data statistik
Pemetaan wilayah potensi dan kendala pengembangan ruang Kota
3 Depok
B Data Sosial Budaya Kota Depok sebagai dasar perencanaan tata ruang
1 Sebaran kepadatan penduduk
Pengumpulan data statistik penduduk, migrasi, dan komposisi
2 penduduk lainnya
Pemetaan wilayah potensi peninggalan sejarah (urban heritage) Kota
3 Depok
Data Ekonomi Kota Depok sebagai acauan perencanaan struktur dan
C pola ruang
1 Data statistik ekonomi
2 Identifikasi sarana prasarana ekonomi
D Dokumen perencanaan tata ruang
III Tahap Pengolahan dan Analisis Data
A Analisis Kebijakan Tata Ruang
1 Divergensi dan Konvergensi kebijakan tata ruang
2 Analisis GAP kebijakan
Pemetaan rencana struktur dan pola ruang serta jaringan infrastruktur
3 RTRW Kota Depok Tahun 2012
Pemetaan rencana struktur dan pola ruang RDTR Kota Depok Tahun
4 2012
B Analisis daya dukung dan daya tampung
Analisis daya dukung lingkungan: lahan dan air (Permen LH 17/2009)
Analisis daya tampung lingkungan: kapasitas daya tammpung limbah
(Permen LH 17/2009)
Analisis risiko bencana dankerentanan perubahan iklim
Analisis Low Impact Development
C
Proyeksi jumlah distribusi dan kepadatan penduduk pada jangka
waktu perencanaan
Pola migrasi, serta mobilitas non permanen pada jangka waktu
perencanaan.
Analisis aksesibilitas bagi kelompok rentan
Analisis potensi pengembangan wisata berbasis sejarah budaya dan
lansekap alam
D Analisis ekonomi Kota Depok
Analisis perkembangan guna lahan dan properti
TAHAP PERSIAPAN akan dilaksanakan pada minggu pertama bulan Oktober kemudian dilanjutkan ke tahap
pengumpulan data selama 2 (dua) minggu setelahnya. Tahap selanjutnya adalah TAHAP PENGOLAHAN
DAN ANALISIS DATA yang dilakukan pada minggu terakhir bulan oktober dan 3 (tiga) minggu di bulan
November. TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR yang berisi tentang konsep akan dilakukan selama 3
(tiga) minggu di mulai pada awal bulan hingga minggu ke-tiga bulan Desember. Adapun mengenai TARGET
PEMBERIAN LAPORAN PENDAHULUAN akan diberikan di awal bulan November dan laporan akhir pada
minggu ke tiga bulan Desember.
TENAGA PENDUKUNG
• Melakukan pengumpulan data primer dan sekunder.
Asisten Tenaga
Tenaga • Kompilasi dan analisis data.
10 Ahli
Pendukung • Membantu tenaga ahli untuk merumuskan hasil temuan lapangan dan
laporan.
Sumber : Tim Penyusun, 2019.
O
rganisasi pelaksanaan kerja pada Kajian Pengguna jasa dalam hal ini adalah Dinas Tata
Revisi Tata Ruang Kota Depok pada Ruang dan Permukiman Kota Depok. Sementara
dasarnya menjelaskan garis hubungan penyedia atau pelaksana jasa disini adalah Pusat
kerja antara pemberi kerja (pengguna jasa) dengan Riset Perkotaan dan Wilayah (PRPW), Sekolah
pelaksana kerja (penyedia jasa). Kedua pihak Kajian Strategik dan Global (SKSG) – Universitas
tersebut dalam organisasi pelaksanaan pekerjaan Indonesia. Baik pihak penyedia maupun pelaksana
berada pada garis komando dan koordinasi yang kegiatan akan membentuk tim penyusun yang
jelas. Dalam upaya memudahkan koordinasi terdiri atas ketua tim, tenaga ahli, dan tenaga
pelaksanaan pekerjaan kedua belah pihak, baik pendukung.
pengguna jasa maupun penyedia jasa (Pelaksana
Kegiatan) telah membentuk tim pelaksana.
A. PENGGUNA JASA
Pengguna jasa dalam kegiatan Kajian Revisi Rencana Tata Ruang Kota Depok adalah Dinas Tata Ruang dan
Permukiman Kota Depok. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, pengguna jasa akan menunjuk seorang yang
selanjutnya akan membentuk Tim Teknis yang akan mendukung pelaksanaan kajian para tenaga ahli selama
masa kerjasama. Dalam Kajian Revisi Rencana Tata Ruang Kota Depok, beberapa fungsi dan peranan dari
pengguna jasa yaitu :
Tahap Analisis
▪ Mengkonfirmasi hasil
Mitra atau pelaksana kegiatan dalam kajian ini adalah Tim Tenaga Ahli di Pusat Riset Perkotaan dan
Wilayah (PRPW) yang berada di bawah naungan Unit Kerja Khusus Center For Strategic And Global
Studies, Sekolah Kajian Stratejik Dan Global, Universitas Indonesia (UKK CSGS UI). UKK CSGS UI
merupakan lembaga yang terdiri dari ketua tim (team leader), tenaga ahli, dan tenaga pendukung.
▪ Ketua Tim (team leader) bertanggung jawab secara keseluruhan kepada tim pengguna jasa,
mengkoordinasikan seluruh pekerjaan tim pelaksana pekerjaan dengan dibantu oleh sub-bidang
keahlian.
▪ Tenaga Ahli yang merupakan sub-bidang keahlian, yang dirinci berdasarkan disiplin ilmu yang
digunakan dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing.
▪ Tenaga pendukung bertugas melaksanakan tugas studio dan kesekretariatan dalam pekerjaan
ini.
Dalam Kajian Revisi Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilatyah Kota Depok, beberapa fungsi dan
peranan dari penyedia jasa dari pihak mitra, antara lain:
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Pelaksanaan Kajian Revisi Tata Ruang Kota Depok