Anda di halaman 1dari 107

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 1

Tim Penyusun

Tim Pengarah
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Pemerintah Kota Depok

Tim Peneliti
Pusat Riset Perkotaan dan Wilayah (PRPW)
Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG)
Universitas Indonesia

Hak Cipta © Dinas PUPR Kota Depok


Dilarang memperbanyak/mencopy sebagian atau keseluruhan isi laporan
dalam bentuk apapun tanpa seizin dari Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kota Depok. Setiap data, hasil analisis dan lainnya yang
diambil dari laporan ini untuk kebutuhan publikasi lain, harus
menggunakan kutipan bersumber.

Disclaimer
Peristilahan yang digunakan dan penyajian materi dalam laporan ini
mewakili pendapat dari tim riset PRPW tentang materi teknis revisi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok. Analisis, kesimpulan dan
rekomendasi yang tertulis dalam laporan ini mencerminkan pandangan
tim penyusun.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 2


Tahun 2012 - 2032

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 3


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya Laporan
Pendahuluan Revisi Materi Teknis RTRW Kota Depok. Center For Strategic And Global Studies,
Universitas Indonesia (UKK CSGS UI ) merupakan lembaga yang dipercaya untuk melakukan
kajian tersebut berdasarkan penetapan surat keputusan Direktur Sekolah Kajian Stratejik dan Global,
Universitas Indonesia dalam surat Perjanjian Kerjasama Swakelola (PKS) terkait.

Berdasarkan hasil Peninjauan Kembali RTRW Kota Depok tahun 2012-2032, pelaksanaan
pemanfaatan ruang di Kota Depok tahun 2012-2018 memiliki nilai yang relatif rendah, yaitu dengan
nilai rerata 1,06 dari skala 3, sedangkan dari sisi dampak akibat ketidaksesuaian pemanfaatan ruang
tersebut berpotensi memberi dampak negatif bagi Kota Depok (dengan nilai rerata 2,21). Hasil
rekapitulasi penilaian peninjauan kembali yang diperoleh Pemerintah Kota Depok berada pada nilai
akhir 63,81 (< 85) yang artinya yaitu RTRW Kota Depok tahun 2012-2032 perlu direvisi.

Penyusunan Kajian Revisi Materi Teknis RTRW Kota Depok ini merupakan upaya penting dalam
rangka memperbaharui informasi terkini terkait dinamika penataan ruang serta isu-isu strategis
perkotaan lainnya yang berkembang di Kota Depok. Kegiatan ini juga dilaksanakan sebagai upaya
tindak lanjut hasil peninjauan kembali RTRW Kota Depok 2012-2032 yang telah disebutkan
sebelumnya.

Penyusunan Kajian Revisi Materi Teknis RTRW ini terselenggara melalui kolaborasi kerjasama antara
Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan dengan Center For Strategic
And Global Studies, Universitas Indonesia (UKK CSGS UI ). Kerjasama ini telah resmi berjalan
dengan dasar surat Perjanjian Kerjasama Swakelola (PKS) antara kedua belah pihak.

Laporan Pendahuluan Kajian Revisi Materi Teknis RTRW Kota Depok 2012-2032 berisikan uraian
materi yang diantaranya terdiri dari 1) Pendahuluan, 2) Pendekatan dan Metodologi, 3) Tinjauan
Penataan Ruang di Sekitar Kota Depok, 4) Gambaran Umum Kota Depok, dan 5) Strategi dan Rencana
Kerja. Akhirkata, kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan Laporan
Pendahuluan Kaijan Revisi Materi Teknis RTRW Kota Depok 2012-2032 kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, November 2019

Tim Penyusun
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 4
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 5
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 2
1.1 Latar belakang
encana Tata Ruang Wilayah muatan-muatan tersebut juga •

R
Melakukan update data
(RTRW) Kota merupakan perlu dimasukan kedalam RTRW terkait penyusunan rencana
sebuah rencana tata ruang Kota Depok kedepannya. Perlu tata ruang khususnya terkait
yang bersifat umum dari pemutakhiran data dan informasi, dengan lingkungan hidup. Hal
wilayah kota. Dalam dikarenakan pada waktu ini nantinya akan bermanfaat
Undang-undang Nomor 26 Tahun penyusunan RTRW Kota Depok dalam penyusunan KLHS
2007 tentang Penataan Ruang Tahun 2012 – 2032 memakai RTRW.
pemerintah mengamanatkan data dasar tahun 2010 yang saat • Menambah analisis daya
kepada pemerintah daerah untuk ini dirasa kurang signifikan. dukung daya tampung dan
melaksanakan penataan ruang Penetapan batas wilayah Kota analisis struktur ruang.
wilayah kota yang meliputi Depok dengan wilayah sekitarnya • Menyusun konsepsi rencana
perencanaan tata ruang wilayah juga mejadi acuan sesuai dengan struktur ruang untuk
kota, pemanfaatan ruang wilayah Peraturan Menteri Dalam Negeri mengatasi pelaksanaan
kota, dan pengendalian Nomor 18 Tahun 2017 tentang pemanfaatan ruang yang
pemanfaatan ruang wilayah kota. Batas Daerah Kabupaten Bogor lemah.
Rencana Tata Ruang Wilayah Dengan Kota Depok Provinsi Terdapat program
(RTRW) Kota berlaku selama 20 Jawa Barat. pembangunan struktur ruang
(dua puluh) tahun dan dapat Berdasarkan hasil PK, yang berasal dari kebijakan
dilakukan peniinjauan kembali kualitas data pada aspek Kualitas nasional yang mempengaruhi
setiap 5 tahun. Hasil Peninjauan RTRW dan jenis dan besaran tata ruang Kota Depok selama
Kembali (PK) dapat berupa pelaksanaan dan pemanfaatan tahun 2012 – 2018 dan belum
kesimpulan yang menyatakan ruang pada aspek Pelaksanaan terakomodir dalam indikasi
bahwa RTRW tersebut harus dan Pemanfaatan Ruang memiliki program RTRW Kota Depok
dicabut atau sebatas direvisi. scoring yang cukup rendah. Tahun 2012 – 2032 yaitu
Beberapa hal yang menjadi dasar Perwujudan pemanfaatan ruang program-program perwujudan
perlu direvisinya perda RTRW Kota Depok selama periode tahun sistem jaringan prasarana utama
adalah terjadi perubahan 2012 – 2018 telah terealisasi seperti rencana pembangunan
kebijakan nasional dan strategi rata-rata sekitar 33 %, dan ada infrastruktur-infrastruktur
yang mempengaruhi beberapa penggunaan lahan yang strategis nasional seperti
pemanfaatan ruang secara belum sesuai dengan rencana perumahan, TOD, LRT Jabodebek,
mendasar, atau pun perubahan pola ruang yang telah Transjabodetabek.
batas wilayah. direncanakan di dalam Rencana
Peraturan perundang- Tata Ruang Wilayah Kota Depok Berdasarkan latar belakang
undangan baru yang diterbitkan Tahun 2012 – 2032. Perlu Berdasarkan
tersebut maka, latar belakang
Dinas Pekerjaan
setelah diperdakannya RTRW dilakukan pemutakhiran guna tersebut
Umummaka, Dinas Pekerjaan
dan Penataan Ruang
Kota Depok Tahun 2012 – 2032 lahan eksisting dengan Kota Depok melakukan
Umum dan Penataan Ruang Kajian
Kota
dirasa perlu menjadi bahan memasukan data Izin Depok Naskah Akademis
melakukan Revisi
Kajian Naskah
pertimbangan, selain itu dengan Pemanfaatan Ruang (IPR). Oleh Rencana Revisi
Akademis Tata Ruang Wilayah
Rencana Tata
telah terbitnya revisi RTRWN dan karena itu rekomendasi PK untuk Kota Depok Tahun 2012 – 2032.
Ruang Wilayah Kota Depok
RTRWP Jawa Barat, maka Revisi adalah : Tahun 2012 – 2032.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 3


1.2 Maksud & tujuan revisi rtrw
Maksud
Menyusun Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok.
Tujuan
Menyusun Kajian Materi Teknis Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pada laporan revisi RTRW Kota Depok Tahun 2012-2032 ini dibagi
menjadi dua bagian yaitu ruang lingkup wilayah perencanaan dan ruang lingkup
substansi.

Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan


Ruang lingkup perencanaan meliputi wilayah administrasi Kota Depok, dengan
batas wilayah sebagai berikut :
Utara : Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta
Selatan : Kabupaten Bogor
Timur : Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor
Barat : Kabupaten Bogor

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 4


Ruang Lingkup Substansi Pekerjaan
Secara garis besar, ruang lingkup substansi pada Revisi RTRW Kota Depok terdiri dari beberapa tahapan
yaitu sebagai berikut :

- Persiapan
Tahap persiapan dilakukan untuk menentukan pembentukkan tim penyusun RTRW Kota Depok (terdiri
dari tim koordinasi dan tim peneliti dari berbagai bidang), melakukan kajian awal data sekunder
berkaitan dengan review dokumen PK RTRW Kota Depok dan pelaksanaan teknis pelaksanaan seperti
menyimpulkan data awal, metodologi, rencana kerja dan ToR FGD.
- Pelaksanaan Kajian
Proses pengkajian dilakukan untuk dasar pelaksanaan perencanaan tata ruang terhadap kebutuhan
pembangunan yang terdiri atas : (1) kajian daya dukung dan daya tampung; (2) kajian sosial dan
kependudukan; (3) kajian ekonomi; dan (4) konsep rencana struktur dan pola ruang.
- Pengumpulan Data dan Informasi
Tahap pengumpulan data dan informasi menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan dalam
pengumpulan data baik itu primer maupun sekunder. Data primer terdiri dari aspirasi masyarakat dan
observasi kondisi guna lahan, bangunan, intensitas ruang dan infrastruktur. Sedangkan data sekunder
terdiri atas peta dasar dan peta tematik serta data dan informasi statistic.
- Pengolahan dan Analisis Data
Pada tahap ini pelaksanaan dalam mengolah dan analisis data dilakukan. Gunanya adalah untuk
memunculkan isu strategis pengembangan, potensi dan masalah penataan ruang, peluang dan
tantangan, bentuk pola dan kecenderungan pengembangan dan kesesuaian kebijakan, perkiraan
kebutuhan pengembangan serta daya dukung dan daya tamping ruang.
- Penyusunan Konsep
Kegiatan pada tahap penyusunan konsep ini dimaksudkan untuk menyusun alternatif konsep rencana,
pemilihan konsep dan perumusan rencana terpilih yang hasil akhirnya akan dibukukan.
- Penyusunan dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Tentang RTRW Kota Depok
Pada kegiatan berupa penyusunan dan pembahasan rancangan ini dilakukan dalam rangka
menghasilkan naskah akademik raperda, raperda RTRW Kota Depok yang memiliki sinkronisasi dengan
materi teknis RTRW Kota Depok ke dalam bentuk pasal-pasal dan adanya pembahasan raperda RTRW
Kota Depok yang melibatkan pemerintah kabupaten/kota yang berbatasan.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 5


1.4 Sistematika revisi rtrw kota depok
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijabarkan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan adanya Dokumen Revisi RTRW
Kota Depok, ruang lingkup wilayah perencanaan dan substansi pekerjaan dan sistematika
pembahasan Revisi RTRW Kota Depok.

BAB II METODOLOGI DAN PENDEKATAN


Bab ini secara khusus akan membahas tentang overview PK RTRW Kota Depok, prosedur penyusunan
RTRW Kota Depok berdasarkan Permen ATR No.1 Tahun 2018 dan tata ruang berbasis daya dukung
dan daya tampung lingkungan.

BAB III TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG DAN SEKTORAL TERKAIT


Pada bab ini dijelaskan mengenai arahan nasional terkait penataan ruang Kota Depok berdasarkan
Perpes No.54 Tahun 2008 yaitu tentang RTR KSN Jabodetabekpunjur dan RTRW Jawa Barat.
Selanjutnya mengenai arahan penataan ruang Kota Depok dengan kota-kota disekitarnya, arahan
pengembangan urban mobility Kota Depok, review Kota Depok Tahun 2012 berkaitan dengan struktur,
pola dan Kawasan strategis dan review RDTR 6 kawasan pelayanan.

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK


Pada bab gambaran umum, materi detail yang akan dijabarkan adalah berkaitan dengan kondisi-
kondisi umum dan karakteristik dari Kota Depook yaitu kondisi fisik alam, kondisi kependudukan dan
social budaya, kondisi fisik lingkungan dan kondisi perekonomian dan infrastruktur wilayah.

BAB V STRATEGI DAN RENCANA KERJA


Bab akhir dari laporan pendahuluan untuk Revisi RTRW Kota Depok ini adalah berkaitan dengan
rencana pekerjaan yang akan dilakukan pada saat membuat materi laporan pendahuluan, antara dan
akhir. Strategi dan rencana kerja yang dimaksud adalah jadwal pelaksanaan kajian Revisi RTRW Kota
Depok, komposisi dan penugasan tenaga ahli, organisasi dan personil serta output pekerjaan.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 6


MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 7
2.1 Hasil review pk rtrw kota depok

M
enurut Peraturan Menteri Agraria dan kebijakan baru atau perubahan kebijakan yang
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan mendasar dan strategis dengan dampak besar
Nasional Republik Indonesia Nomor 9 atau luas terkait pembangunan yang ditetapkan
Tahun 2017 tentang Pedoman Pemantauan dan dengan peraturan perundan-undangan. Atas
Evaluasi Pemanfaatan Ruang, pelaksanaan dasar tersebut, telah dilakukan pemantauan dan
pemantauan dan evaluasi pemanfaatan ruang evaluasi pemanfaatan ruang terhadap Rencana
dilakukan paling sedikit 2 (dua) kali dalam 5 Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok, dengan
(lima) tahun, atau dapat juga dilakukan lebih dari hasil kajian, evaluasi, dan penilaian Tahun 2012-
2 (dua) kali dalam 5 (lima) tahun apabila terkait 2032 untuk periode 2012-2018.

Pada hasil kajian, secara keseluruhan, perwujudan pemanfaatan ruang Kota Depok selama periode
2012-2018 telah terealisasi rata-rata hanya sekitar 33 persen, dimana untuk perwujudan rencana
struktur ruang sekitar 47 persen, perwujudan rencana pola ruang sekitar 24 persen dan perwujudan
kawasan strategis sekitar 24 persen.

Untuk hasil evaluasi kelengkapan muatan RTRW Kota Depok Tahun 2012-2032 sudah sesuai dengan
Permen ATR/BPN No. 1 tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Nasional, Provinsi dan
Kabupaten/Kota dan sebagian besar muatan RTRW Kota Depok sudah baik (nilai rerata 2,67). Untuk
kualitas data masih menunjukkan kurang baik (nilai rerata 1,67) dan perlu dilakukan updating data.
Selain itu, sekitar 35 persen peraturan perundang-undangan baru masih belum dipertimbangkan
sehingga masih banyak kebijakan baru yang perlu diacu ke depannya untuk mensinkronkannya dengan
kebijakan nasional.

Dari hasil penilaian, pelaksanaan pemanfaatan ruang di Kota Depok 2012-2018 cukup rendah (dengan
nilai rerata 1,06), sedangkan dari sisi dampak akibat ketidaksesuaian pemanfaatan ruang tersebut
berpotensi memberi dampak negatif bagi Kota Depok (dengan nilai rerata 2,21).

Berdasar pada hasil kajian, evaluasi dan penilaian tersebut, maka


rekapitulasi penilaian peninjauan kembali RTRW Kota Depok tahun 2012-
2032 diperoleh nilai akhir 63,81 (< 85) artinya bahwa RTRW Kota Depok
tahun 2012-2032 perlu direvisi.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 8


2.2 Prosedur penyusunan rtrw kota depok (PERMEN ATR
NO.1/2008)
Penyusunan Revisi RTRW Kota Depok tahun 2012-2032 dilakukan dengan mengacu pada Permen ATR/BPN
No. 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota. Secara garis besar,
prosedur penyusunan revisi RTRW Kota Depok tahun 2012-2032 adalah sebagai berikut:

A. Persiapan
Tahapan persiapan dilakukan dengan penandatanganan Perjanjian Kerja
Sama Swakelola (PKS) antara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kota Depok dengan Unit Kerja Khusus Center For Strategic and Global Studies
Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia tentang Penyusunan
Naskah Akademis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok Tahun
2012-2032. Kemudian dilakukan persiapan pengumpulan data berupa data Dalam penyusunan
primer dan sekunder, dan penyusunan Terms of References (TOR) untuk dokumen Materi Teknis
Revisi RTRW Kota Depok
mengumpulkan data dan informasi melalui Focus Group Discussion (FGD) yang
Tahun 2012-2032 ini, akan
akan dilakukan minimal 3 (kali) dalam proses penyusunan dokumen revisi dilakukan pengumpulan
RTRW Kota Depok 2012-2032. data baik primer maupun
sekunder melalui tiga
metode, yaitu diantaranya
B. Pengumpulan Data sebagai berikut :
▪ Survey Lapangan
Data yang diperlukan berupa data primer dan sekunder. Pengambilan data
▪ Focus Group Discussion
primer dilakukan dengan cara observasi lapangan, survei lapangan dan (FGD)
interview dengan masyarakat, ahli, dan komunitas. Data primer yang diambil ▪ Review Literatur
berupa peta dan statistik terkait daya dukung lingkungan, data statistik
kependudukan, data statistik infrastruktur dan ekonomi, data statistik sosial
budaya, dan dokumen kebijakan yang terkait. Sedangkan untuk data sekunder
diperoleh melalui diskusi terfokus atau focus group discussion untuk
memberikan gambaran dan penajaman materi terhadap isu perkotaan yang
berkembang berkaitan dengan aspek lingkungan, infrastruktur, ekonomi dan
sosial budaya. Selain itu juga dapat menghimpun masukan dan saran tentang
aspek terkait dengan pembangunan di Kota Depok. FGD dilakukan sebanyak 3
(tiga) kali selama penyusunan dokumen revisi RTRW Kota Depok 2012-2032.
Data lainnya diperoleh melalui review literatur pada jurnal atau penelitian terkait
dengan Kota Depok.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 9


Survey Lapangan
Metode survei lapangan yang dimaksud adalah berkaitan dengan pengambilan data primer berupa
observasi lapangan, survei instansi dan interview dengan masyarakat, ahli, komunitas. Untuk lebih
detailnya terdapat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1 Kebutuhan Data untuk Survei Lapangan


No. Tema Kebutuhan Data Bentuk Data Metode
- Data dan informasi tentang kebijakan bidang penataan
ruang terkait (RTRW Kota Depok Tahun 2012 – 2032,
1 Kebijakan RTRW Provinsi Jawa Barat dan rencana rincinya, serta
Dokumen Survei Instansi
RTRW Nasional dan rencana rincinya).
- Kebijakan penataan ruang Rencana Detail Tata Ruang
Kota Depok Tahun 2012-2032)
- Peta Rupa Bumi (RBI) 7 tema (tema penutup lahan,
hidrografi, hipsografi, bangunan, transportasi dan
utilitas, batas administrasi dan toponimi)
- Peta geomorfologi, peta topografi serta peta
kemampuan tanah
- Data citra satelit untuk memperbaharui peta dasar dan
peta tutupan lahan terkini
- Peta batas wilayah administrasi Kota Depok (tata
batas)
- Peta bidang tanah yang berisikan tentang persil lahan,
zona nilai tanah, dan informasi kepemilikannya.
- Peta wilayah sungai (WS) dan daerah aliran sungai
Peta Survei Instansi
(DAS)
- Peta klimatologi (curah hujan, angin dan temperatur)
Daya Dukung - Peta sumber air dan prasarana sumber daya air (sungai,
2 danau).
Lingkungan - Peta destinasi pariwisata
- Peta lokasi bangunan bersejarah, bernilai pusaka
budaya,
- Peta kawasan resiko bencana level kota
- Peta kawasan kepentingan hankam
- Peta jaringan infrastruktur jalan
- Peta lokasi kawasan kegiatan industri
- Peta kawasan lahan pertanian
- Data dan informasi tentang kondisi fisik lingkungan
perkotaan yang meliputi bentang alam (lansekap)
beserta ruang bawah tanah, air permukaan, kualitas
udara, serta ruang terbuka perkotaan termasuk isu dan Statistik Survei Instansi
permasalahan di dalamnya.
- Data dan informasi penggunaan lahan eksisting dan
intensitas pemanfaatan bangunan eksisting
- Data dan informasi tentang kependudukan meliputi
jumlah dan kepadatan penduduk, pertumbuhan
3 Kependudukan penduduk, tingkat migrasi permanen dan temporer,
Statistik Survei Instansi
mata pencaharian penduduk, pendapatan penduduk,
kemiskinan perkotaan, dan kualitas penduduk
(kesehatan, IPM, pendidikan).
- Data dan informasi tentang sarana dan prasarana kota
meliputi transportasi, komunikasi dan informasi. Survei Instansi
Infrastruktur dan
4 - Data dan informasi rencana induk pariwisata. Statistik dan Survei
Ekonomi - Data dan informasi tentang utilitas perkotaan, yang
meliputi ketersediaan dan akses warga kota terhadap Lapangan
energi kelistrikan, energi baru dan terbarukan, air baku

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 10


No. Tema Kebutuhan Data Bentuk Data Metode
dan air bersih, air limbah, persampahan, limbah B3 dan
drainase air kotor.
- Data dan informasi mengenai pola mobilitas perkotaan
baik berupa survei pergerakan, pengguna sarana
angkutan umum, sistem angkutan umum, kepemilikan
kendaraan bermotor, fasilitas pedestrian, simpul transit,
serta integrasi jalur jarak pendek, jarak sedang dan
jarak jauh.
- Data dan informasi tentang konektifitas informasi,
meliputi keberadaan dan pemaiakain teknologi
informasi, seperti tingkat pemakaian media digital,
internet, social media, maupun smartphone dan lain-
lain.
- Data dan informasi tentang ekonomi wilayah meliputi
data PDRB, investasi, matrik I-O/IRIO, nilai perdagangan
(ekspor/impor, domestik dan internal kota), pergerakan
ekonomi kreatif kota dan informasi ekonomi makro
maupun ekonomi mikro lainnya yang relevan.
- Data dan informasi tentang kemampuan keuangan
pembangunan daerah.
- Data dan informasi tentang RPJPD Kota Depok dan
RPJMD Kota Depok.
- Data dan informasi mengenai pasar properti perkotaan,
antara lain harga tanah, trend property, industri
konstruksi dan profil pengembang di wilayah Kota
Depok.
- Data dan informasi tentang sosial dan budaya
keruangan, yang meliputi kelompok rentan sosial
maupun kondisi sosial budaya kota lainnya termasuk Survei Instansi
5 Sosial Budaya nilai keruangan lokal. Statistik dan Survei
- Data dan informasi tentang kelembagaan
pembangunan daerah. Lapangan
- Data dan informasi mengenai profil bangunan
bersejarah dan bernilai pusaka.
Sumber : Tim Penyusun, 2019.

Focus Group Discussion (FGD)


Tujuan diadakannya diskusi atau focus group discussion adalah untuk memberikan gambaran dan
penajaman materi terhadap isu perkotaan yang berkembang berkaitan dengan aspek lingkungan,
infrastruktur, ekonomi, dan sosial budaya.

Selain itu juga dapat menghimpun masukan dan saran tentang aspek terkait dengan pembangunan di
Kota Depok. Hasil dari diskusi juga digunakan sebagai data dan informasi serta bahan untuk analisis
dalam konsep penyusunan RTRW Kota Depok. Format acara diskusi ini berupa diskusi yang dipandu
oleh moderator. Setiap narasumber (tenaga ahli) selesai memberikan paparan akan dilanjutkan dengan
diskusi. FGD dilakukan pada minggu ke II, III dan IV bulan November 2019 sebanyak 3x pertemuan.
Peserta yang menghadiri FGD ini terdiri dari macam-macam kalangan yaitu tenaga ahli, tenaga
professional, akademisi, dan instansi terakait. Berikut adalah rencana diskusi yang akan dilakukan
dengan tenaga ahli :

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 11


Tabel 2.2 Rincian Rencana Kegiatan Forum Group Discussion (FGD) :
Waktu Tujuan Pemateri Tema
LINGKUNGAN HIDUP
Diskusi atau focus group discussion ini diharapkan
dapat memberikan gambaran dan penajaman Sesi 1 :
Daya Dukung dan Daya
terhadap isu lingkungan perkotaan yang Ahli/ Profesional/
Tampung Lingkungan
berkembang, kebijakan dan program pengelolaan Akademisi Bidang
Hidup Perkotaan Kota
lingkungan yang sudah dilakukan dan kesenjangan Daya Dukung
Depok
kualitas lingkungan yang terjadi. Selain itu juga Lingkungan
dapat menghimpun masukan dan saran tentang
aspek lingkungan hidup terkait dengan
pembangunan di Kota Depok. Hasil dari diskusi
juga digunakan sebagai data dan informasi serta Sesi 2 : Sistem Lingkungan Hidup
bahan untuk analisis dalam konsep penyusunan Ahli/ Profesional/ dan Low Impact
Minggu Ke-II RTRW Kota Depok. Analisis yang berkaitan dengan Akademisi Bidang Development Perkotaan,
November 2019 lingkungan hidup, antara lain: Lingkungan Hidup Kota Depok
- Analisis daya dukung lingkungan, meliputi
lahan dan air sesuai Peraturan Kementerian
Lingkungan Hidup No.17 Tahun 2009
- Analisis daya tampung lingkungan, meliputi
kapasitas daya tampung limbah sesuai Sesi 3 :
Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup Ahli/ Profesional/ Kajian Risiko dan
No.17 Tahun 2009 Akademisi Bidang Kapasitas Wilayah Rentan
- Analisis risiko bencana dan kerentanan Lingkungan dan Bencana, Kota Depok
perubahan iklim Kebencanaan
- Analisis Low Impact Development

INFRASTRUKTUR DAN EKONOMI


Diskusi atau focus group discussion ini diharapkan
dapat memberikan masukan, saran, data dan
informasi dan juga memberikan penajaman terkait Sesi 1 : Ekonomi Regional dan
isu terbaru dan berkembang, serta permasalahan Ahli/ Profesional/ Perkotaan, Ekonomi
yang ada di Kota Depok dalam lingkup infrastruktur Akademisi Bidang Transportasi Kota Depok
dan perekonomian. Hasil dari diskusi ini akan Ekonomi
menjadi bagian dari analisis pada konsep
penyusunan RTRW Kota Depok. Adapun analisis
yang terkait, antara lain: - Laju Pertumbuhan Kota
1. Analisis ekonomi: Sesi 2 : Depok
a. Analisis perkembangan guna lahan dan Ahli/ Profesional/ - Faktor-faktor yang
Minggu Ke-III
properti Akademisi Bidang memengaruhi
November 2019
b. Analisis fungsi dan peran jasa perkotaan Ekonomi pertumbuhan Ekonomi
c. Analisis pertumbuhan ekonomi wilayah Kota Depok
d. Analisis kapasitas fiskal, kemampuan
pembiayaan daerah
2. Konsep rencana struktur dan pola ruang Kota
Depok Sesi 3 : Sektor Informal dan
a. Analisis struktur ruang melalui indeks Ahli/ Profesional/ Ekonomi Kreatif Kota
aglomerasi Akademisi Bidang Depok
b. Analisis metabolisme kota melalui jaringan Ekonomi
air, drainase, energi, dan ICT

SOSIAL BUDAYA
Diskusi atau focus group discussion ini diharapkan Sesi 1 :
Minggu Ke-IV dapat memberikan masukan, saran, data dan Ahli/ Profesional/ Perkembangan Kota Depok
November 2019 informasi dan juga memberikan penajaman Akademisi Bidang dan Sejarah Depok
tesrkait isu terbaru dan berkembang, serta Sejarah

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 12


Waktu Tujuan Pemateri Tema
permasalahan yang ada di Kota Depok dalam Sesi 2 :
lingkup sosial budaya. Hasil dari diskusi ini akan Sistem Kependudukan dan
Ahli/ Profesional/
menjadi bagian dari analisis pada konsep Komunitas Perkotaan Kota
Akademisi Bidang
penyusunan RTRW Kota Depok. Adapun analisis Depok
Kependudukan
yang terkait, antara lain:
▪ Proyeksi jumlah, distribusi dan kepadatan
penduduk pada jangka waktu perencanaan;
▪ Pola migrasi, serta mobilitas non permanen Sesi 3 :
pada jangka waktu perencanaan; Identitas Kota, Kawasan
Ahli/ Profesional/
▪ Analisis aksesibilitas bagi kelompok rentan; Heritage dan Bangunan
Akademisi Bidang
dan Cagar Budaya
Sejarah dan Budaya
▪ Analisis potensi pengembangan wisata
berbasis sejarah budaya dan lansekap alam.

Sumber : Tim Penyusun, 2019.

Review Literatur
Mengulas literatur terkait dengan penataan ruang di Kota Depok dibutuhkan sebagai bahan masukan
sementara untuk mengetahui kondisi yang sudah diteliti sebelumnya. Literatur yang dijadikan referensi
adalah dapat berasal dari dokumen perencanaan penataan ruang Kota Depok, jurnal penelitian yang
ada kaitannya dengan tata ruang Kota Depok dan lain-lain, sebagai berikut :

Tabel 2.3 Review Literatur Terkait Kondisi Kota Depok


Tema Peneliti Judul Ulasan
Proses perkembangan Depok menuju kota mandiri,
Dr. Tri Wahyuning M. ditentukan oleh berbagai macam faktor antara lain adalah
Sejarah Kota Setengah Hati
Irsyam ketersediaan kesempatan kerja dan lapangan kerja baru.
Perkembangan Di Selatan Jakarta:
(Dosen & Peneliti Depok adalah kota setengah hati yang dirancang sebagai
Kota Depok Depok 1970-1990an
Universitas Indonesia) pusat pertumbuhan sekunder dengan pusat pertumbuhan
utama berada di Bogor.
1. Dewi Nur Aini (BPKP
Pusat),
2. Harianto (Staff Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Depok tertinggi
Pengajar Departemen di Jawa Barat, tetapi ada ketimpangan dan
Ketimpangan Dan
Ilmu Ekonomi, kesenjangan gender. Tingginya pertumbuhan ekonomi
Faktor-Faktor Yang
Fakultas Ekonomi belum sepenuhnya dapat meningkatkan kesejahteraan
Mempengaruhi
Sosial dan Manajemen IPB) masyarakat melalui distribusi pendapatan yang lebih
Kualitas
Kependudukan dan merata dan meningkatnya kualitas pembangunan manusia.
Pembangunan
3. Herien Puspitawati Lima variabel yang signifikan berpengaruh terhadap
Manusia Di Kota
(Staff Pengajar variabel IPM yaitu sarana pendidikan sekolah dasar, rasio
Depok
Departemen Ilmu guru murid sekolah dasar, rasio guru murid sekolah
Keluarga dan menengah atas dan kepadatan penduduk.
Konsumen, Fakultas
Ekologi Manusia IPB)
Tingkat Kualitas Tingkat kualitas kesehatan lingkungan permukiman
Sosial Iis Iswanto, Djoko
Kesehatan kategori baik tersebar pada wilayah perkotaan (urban) dan
Ekonomi Harmantyo, Tito Latief
Lingkungan peralihan (sub urban), sedangkan tingkat kualitas

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 13


Indra (Departemen Permukiman Kota kesehatan lingkungan permukiman kategori sedang hanya
Geografi FMIPA – UI) Depok mendominasi wilayah perdesaan (rural).
Faktor sosial ekonomi memiliki pengaruh terhadap tingkat
kualitas kesehatan lingkungan permukiman. Semakin
tinggi tingkat pendidikan semakin baik pula tingkat kualitas
kesehatan lingkungan permukimannya dan sebaliknya.
Begitu juga kaitannya dengan tingkat kemiskinan, pada
wilayah dengan tingkat kemiskinannya rendah maka ada
kecenderungan yang menunjukkan tingkat kualitas
kesehatan lingkungan permukiman semakin baik dan
sebaliknya.
Masyarakat Kota Depok memiliki potensi minat yang besar
1. Tito Murbaintoro dan terhadap hunian vertikal namun tingkat keterjangkauan
Iskandar Saleh terutama MBR masih sangat rendah. Untuk meningkatkan
Model
(Kementerian keterjangkauan masyarakat dalam memiliki hunian, maka
Pengembangan
Negara Perumahan peran pemerintah sangat diperlukan terutama pemberian
Hunian Vertikal
Kondisi Hunian Rakyat RI) bantuan dan insentif kepemilikan hunian. Pembangunan
Menuju
Masyarakat 2. M. Syamsul Ma’rif perumahan juga memberikan dampak ganda (multiplier
Pembangunan
dan Surjono H. effect) terhadap pembangunan di Kota Depok dan daerah
Perumahan
Sutjahjo (Guru Besar sekitarnya. Dampak tersebut antara lain tingginya
Berkelanjutan
Sekolah Pasca pembangunan perumahan, meningkatnya pendapat
Sarjana IPB) masyarakat dan tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja
akibat pembangunan perumahan.
Pembangunan jaringan transportasi darat yang memadai
di Kota Depok telah mampu meningkatkan pertumbuhan
sektor ekonomi masyarakat, meningkatnya nilai/ harga
Kebijakan
tanah, berkembangnya usaha skala kecil, menengah dan
Manajemen
1. Muh. Kadarisman besar, terjadinya spesialisasi produk antar wilayah,
Transportasi Darat
(UMJ) terjadinya konsentrasi dan urbanisasi penduduk, terutama
dan Dampaknya
2. Aang Gunawan di daerah yang telah dibuka akses jalan dan angkutan.
Terhadap
(Univeristas Trisakti) Sehingga terjadi peningkatan pendapatan Kota Depok
Perekonomian
3. Ismiyati (UMJ) dibarengi dengan distribusi barang secara merata antar
Masyarakat di Kota
penduduk, bidang usaha yang tersebar di beberapa wilayah.
Depok
Di samping itu, terjadi peningkatan jumlah dan jenis barang
Transportasi
jadi dan jasa yang mampu dihasilkan para konsumen,
pemerintah dan kalangan industri.
1. Jam puncak pagi hari terjadi pukul 06.00 – 08.00 dan
jam puncak sore terjadi pada pukul 17.00 – 19.00.
Identifikasi Kinerja 2. Kondisi eksisting Jalan Raya Sawangan merupakan
Burniandito Sukma Beberapa Ruas jalan dengan tingkat pelayanan terburuk
Reswantomo Fakultas Jalan Raya Utama 3. Prediksi tend moda yang mengalami peningkatan
Teknik UI ) 2008 Menuju Pusat Kota terbesar adalah sepeda motor (73%), minibus (52,75%)
Depok Th. 2007 dan sedan (38,49%).
4. Pada tahun 2010 Jl. Margonda tetap merupakan jalan
dengan beban lalu lintas terbesar

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 14


5. Permasalahan transportasi : (1) tingginya angka
pertumbuhan kendaraan Kota Depok; dan (2) jumlah
angkutan umum sangat besar dibandingkan jumlah
permintaan
Jalan raya Akses UI dan jalan Tole Iskandar perlu
mendapatkan prioritas untuk segera dilakukan peningkatan
kapasitas jalan.
Dampak Lalu Lintas
Akibat Perubahan Pada jalan Margonda Raya, mengalami penambahan laju
Iyan Abriyanto (Fakultas Tata Guna Lahan volume lalu lintas tiap tahunnya seiring dengan perubahan
Teknik UI) 2010 Pada Pusat Kota tata guna lahan yan terjadi dimana mempengaruhi nilai V/C
Depok (Jln. rationya.
Margonda Raya)
1. Ketersediaan rata-rata perbulan 13,58 juta (m3/bln)
2. Kebutuhan rata-rata perbulan 2,07 juta (m3/bln)
3. Keseimbangan potensi ketersediaan air hujan dengan
Kajian Daya Dukung kebutuhan air rata-rata per bulan di Kota Depok
Jasuri Sa’at Sumber Air Hujan memberikan potensi ketersediaan sebesar 13,58 juta
Daya Dukung (Fakultas Teknik Terhadap Rencana (m3/bln) sedangkan kebutuhan sebesar 2,07 (m3/bln),
Lingkungan Departemen Sipil UI) Tata Ruang (RTRW) maka hasilnya menunjukkan nilai surplus sebesar =
2010 Kota Depok Tahun 11,51 juta (m3/bln) atau 84,8%.
2010 4. Berdasarkan analisis potensi ketersediaan air hujan
terhadap kebutuhan air sampai dengan tahun 2010
masih mencukupi, kecuali Kecamatan Beji terjadi defisit
bulan September dan Oktober.
Hambatan pelaksanaan place marketing yang dilakukan
Kota Depok berpengaruh pada pencapaian tujuannya.
Hambatan tersebut terkait dengan masih terbatasnya
sumber daya jual pariwisata Kota Depok yang bisa menarik
Analisis Pelaksaan minat kunjungan wisatawan lingkup nasional. Kota Depok
Place Marketing baru memiliki Masjid Kubah Emas yang menjadi daya tarik
Karyadi (Fakultas Ilmu Kota Depok ( Studi utama selain itu keterbatasan SDM contohnya
Pariwisata Sosial dan Politik UI) Kasus : Upaya Kota Disporparsend khususnya bidang pariwisata sangat minim
2012 Depok Menarik dan pemahaman serta kemampuan dalam menarik
Kunjungan kunjungan wisatawan juga masih kurang karena latar
Wisatawan) belakang pendidikan SDM-nya yang jarang dari bidang
pariwisata dan pemsaran. Hambatan lain adalah alokasi
anggaran Bidang Pariwisata Seni dan Budaya karena
terbatas dalam merancang dan melaksankan program-
program.
Valuasi Dan 1. Permasalahan yang ada di sistem jaringan distribusi air
Pengembangan minum PDAM Kota Depok cabang Kecamatan
Garry Rizkiandy Putra
Prasarana Air Sistem Jaringan Sukmajaya adalah dibutuhkannya tekanan pompa yang
(Fakultas Teknik UI)
Minum Distribusi Air Minum besar agar tekanan air memenuhi kebutuhan pelanggan.
2010
PDAM Kota Depok 2. Faktor penyebab permasalahannya adalah kehilangan
Kantor Cabang 3 air teknis di sistem jaringan distribusi air minum.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 15


Kecamatan 3. Bertambahnya kebutuhan air seiring dengan
Sukmajaya bertambahnya penduduk di daerah pelayanan sehingga
perlu adanya pengembangan sistem jaringan distribusi
air minum
4. Dengan menggunakan program Epanet lebih
memudahkan dalam mengevaluasi dan melakukan
pengembangan sistem jaringan distribusi air minum.
Sumber : Tim Penyusun, 2019.

C. Penyusunan Konsep
Penyusunan konsep pada revisi RTRW Kota Depok 2012-2032 hanya
berfokus pada rencana struktur dan pola ruang Kota Depok. Adapun aspek-
aspek lain dalam tahapan penyusunan pada Permen ATR/BPN No. 1 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota

Persiapan Pengumpulan data Penyusunan Konsep

• Penandatanganan
Perjanjian Kerja Sama
• Data Primer:
Swakelola (PKS) antara observasi lapangan,
Dinas Pekerjaan Umum survei instansi dan
dan Penataan Ruang interview pada
Kota Depok dengan Unit masyarakat, ahli,
Kerja Khusus Center For komunitas. Data yang
Strategic and Global diperlukan dalam • Struktur
Studies Sekolah Kajian
Stratejik dan Global
bentuk peta dan data Ruang
Universitas Indonesia
statistik mengenai
tentang Penyusunan daya dukung
Naskah Akademis lingkungan,
Rencana Tata Ruang kependudukan, • Pola Ruang
Wilayah (RTRW) Kota infrastruktur dan
Depok Tahun 2012-2032 ekonomi, dan sosial
• Persiapan pengumpulan budaya.
data primer dan sekunder • Kebijakan terkait (RTR
• Pembuatan TOR untuk KSN, RTRW, RDTR
Focus Group Discussion
• Jurnal/penelitian

dilakukan oleh pihak Pemerintah Kota Depok.

Sumber : Tim Penyusun, 2019.

Gambar 2.1 Bagan Tata Cara Penyusunan RTRW Kota

2.3 Tata ruang berbasis daya dukung dan daya tampung


lingkungan
Keterkaitan antara daya dukung lingkungan dengan penataan ruang sudah
tertuang pada UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Pada pasal 9 disebutkan “Pengelolaan lingkungan hidup wajib

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 16


dilakukan secara terpadu dengan penataan ruang”. Dari pasal tersebut dapat
diartikan bahwa seharusnya terdapat integrasi pengelolaan lingkungan hidup
dengan penataan ruang. Selain itu, dalam Pasal 15, 16 dan 17 dijelaskan bahwa
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup merupakan salah satu muatan
kajian yang mendasari penyusunan atau evaluasi rencana tata ruang wilayah
(RTRW), rencana pembangunan jangka panjang dan jangka menengah (RPJP dan
RPJM) serta kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan
dampak dan/atau risiko lingkungan hidup, melalui Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS).
Berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup
Kemudian pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang juga
No 17 Tahun 2009, daya
disebutkan di pasal 3 yaitu “Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk
dukung lingkungan hidup
terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap adalah kemampuan
lingkungan akibat pemanfaatan ruang”. Pasal 19, 22, 25, dan 28 menyebutkan lingkungan hidup untuk
bahwa rencana tata ruang wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota harus mendukung perikehidupan
manusia dan makhluk hidup
disusun dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan
lain. Ruang lingkup
hidup. Selain itu, pada Pasal 34 ayat (4) dinyatakan bahwa pemanfaatan ruang penentuan daya dukung
wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota dilaksanakan sesuai dengan lingkungan hidup dalam
standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, standar kualitas lingkungan penataan ruang yang diatur
serta daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. dalam Peraturan Menteri ini
meliputi:
▪ Penentuan kemampuan
Perhatian terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan
lahan untuk alokasi
dimaksudkan agar pemanfaatan ruang tidak sampai melampau batas-batas
pemanfaatan ruang;
kemampuan lingkungan hidup dalam mendukung dan menampung aktivitas
▪ Perbandingan antara
manusia tanpa mengakibatkan kerusakan lingkungan. Kemampuan tersebut
ketersediaan dan
mencakup kemampuan dalam menyediakan ruang, kemampuan dalam
menyediakan sumber daya alam, dan kemampuan untuk melakukan perbaikan kebutuhan lahan; dan

kualitas lingkungan apabila terdapat dampak yang mengganggu keseimbangan ▪ Perbandingan antara

ekosistem. Dalam perkembangan pembangunan, urgensi dalam perlindungan ketersediaan dan


lingkungan menjadi penting karena terus meningkatnya jumlah penduduk maupun kebutuhan air.
aktivitasnya yang artinya terjadi peningkatan kebutuhan akan sumber daya alam
dan menurunnya ketersediaan akan lahan dan air.

Lahan sebagai bagian dari ruang merupakan obyek utama dalam


perencaaan tata ruang wilayah. Lahan merupakan suatu sistem kompleks dan
memiliki sifat-sifat tertentu. Rayes (2007) berpendapat bahwa sifat lahan akan
mempengaruhi keadaan ketersediaan air, peredaran udara, perkembangan akan
kepekaan erosi, ketersedian unsur hara, sehingga membutuhkan penataan secara

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 17


baik. Perencanaan tata ruang pada umumnya berkaitan dengan perencanaan
penggunaan lahan yang bertujuan untuk mengatur ruang fisik dan menentukan
aktivitas yang sesuai di atas lahan tersebut (Ran dan Budic dalam Sadesmesli dkk.,
2017). Penggunaan lahan harus diarahkan sesuai dengan kemampuannya yang Kota Depok berada
disebabkan oleh keterbatasan daya dukung lahan. Penggunaan lahan yang salah dalam suatu daerah
aliran sungai dalam
akan memerlukan biaya tinggi untuk memperbaikinya, bahkan jika terjadi
sistem hulu-hilir lintas
degradasi yang bersifat irreversible, kerusakan yang terjadi sudah tidak bisa
provinsi pada bagian
diperbaiki lagi. Kondisi ini menjadikan daya dukung lahan merupakan hal penting tengah (middle stream).
yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan rencana tata ruang. Di lain sisi, Hal ini dalam lingkup
penyusunan rencana tata ruang wilayah yang tidak memperhatikan daya dukung ekologis sungai
meletakkan Depok pada
lingkungan hidup, dapat menimbulkan permasalahan lingkungan hidup seperti
bagian pengendali
banjir, longsor, kekeringan dan lain-lain.
aliran dimana tekanan
Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara terhadap sungai akan
mempengaruhi bagian
mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung
hilirnya. Sehingga
kegiatan manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup.
Depok dirasa perlu
Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan untuk memperhatikan
karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan. aspek lingkungannya
Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas khususnya sebagai
wilayah resapan air.
dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai. Daya dukung lingkungan hidup
Pembangunan yang
terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive terus meningkat
capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity). umumnya akan memicu
alih guna lahan yang
memperbesar laju
limpasan air (run off)
yang dapat
menimbulkan dampak
seperti banjir.

Sumber : Tim Penyusun, 2019.

Gambar 2.2 Konsep Daya Dukung Lingkungan Sebagai Dasar Pembangunan Berkelanjutan

Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam


penyusunan rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung lingkungan hidup

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 18


tidak dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan rencana
tata ruang harus memperhatikan aspek keterkaitan ekologis, efektivitas dan
efisiensi pemanfaatan ruang, serta dalam pengelolaannya memperhatikan kerja
sama antar daerah.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 19


MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 20
3.1 Rencana Tata Ruang KSN Jabodetabekpunjur: Kota
Depok sebagai Penyeimbang Kawasan Perkotaan Inti
Kawasan Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak,
Cianjur yang selanjutnya disebut Kawasan Perkotaan Jabodetabek-Punjur
merupakan kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan ekonomi yang
terdiri atas Kawasan Perkotaan inti dan Kawasan Perkotaan di Sekitarnya yang
membentuk Kawasan Metropolitan. Berdasarkan RTR KSN Jabodetabekpunjur,
Kawasan Perkotaan Depok bersama Kawasan Perkotaan Cinere di Kota Depok
termasuk dalam Kawasan perkotaan di sekitarnya yang berperan sebagai
penyeimbang (counter magnet) perkembangan Kawasan Perkotaan Inti (DKI
Jakarta). Beberapa pusat kegiatan di Kawasan Perkotaan Depok di Kota Depok,
terdiri atas:
- Pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan;
- Pusat perdagangan dan jasa skala regional;
- Pusat pelayanan pendidikan tinggi; dan
- Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang
- Dan angkutan barang regional

Rencana sistem jaringan prasarana Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur yang


terkait dengan keberadaan Kota Depok, meliputi :
a) Penyediaan sistem jaringan transportasi dengan menyediakan sarana
transportasi massal antarwilayah dalam rangka meningkatkan kualitas
dan jangkauan pelayanan pergerakan orang dan barang serta
memfungsikannya sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
b) Jalan bebes hambatan dalam kota Depok-Antasari (Desari)
c) Lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal: koridor yang
menghubungkan Manggarai-Universitas Indonesia dan terintegrasi dengan
Kawasan Perkotaan inti.

Jalan arteri primer di kawasan Kota Depok adalah Gandaria-Cilodong/ Batas


Depok; Cilodong/ Batas Depok-Batas Kota Bogor;

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 21


Jaringan jalan kolektor primer adalah Batas DKI Jakarta/Banten-Gandaria/Batas
depok/Tangerang (Ciputat-Bogor); Batas Depok/Bogor-Bogor;jalan trans yogi,
Jalan Ir. H. Juanda (Depok); z. Jalan Margonda Raya (Depok); aa. Jalan Arif
Rahman Hakim (Depok); bb. Jalan Teratai Raya (Depok); cc. Jalan Nusantara
(Depok); dd. Jalan Raya Sawangan (Depok); ee. Jalan Muchtar Raya (Depok); dan
ff. Jalan Sawangan Raya.

Sumber air berupa air permukaan pada waduk : Situ Pladen dan Situ Pondok Cina
di Kecamatan Beji, Situ Curug dan Situ Bojongsari di Kecamatan Bojongsari, Situ
Bahar, Situ Cilodong dan Situ Jaijajar di Kecamatan Cilodong, Situ Dongkelan, Situ
Gadog, Situ Jambore Cibubur, Situ Rawa Kalong dan Situ Tipar/Cidadas di
Kecamatan Cimanggis, Situ Cinere di Kecamatan Cinere, Situ Citayam dan Situ
Pasit Putih di Kecamatan Cipayung, Situ Krukut di Kecamatan Limo, Situ Pitara,
Situ Pulo dan Situ Rawa Besar di Kecamatan Pancoran Mas, Situ Pasir Putih dan
Situ Pengasinan di Kecamatan Sawangan, Situ Cilangkap, Situ Jatijajar dan Situ
Patinggi di kecamatan Tapos, Situ Ciming, Situ Pangerangan/Telaga RRI, Situ
Pengarengan, Situ UI dan Situ Sidomukti/Baru di Kecamatan Sukmajaya Kota
Depok.

Stasiun kereta api perkotaan : Stasiun Universitas Indonesia dan Stasiun Pondok
Cina di Kecamatan Beji, Stasiun Depok Baru dan Stasiun Depok di Kecamatan
Pancoran Mas, Stasiun Citayam di Kecamatan Cipayung, Stasiun Pondok Rajeg di
Kecamatan Cilodong pada Kota Depok Provinsi Jawa Barat; (Depok tasiun Depok
Baru di Kecamatan Pancoran Mas pada Kota Depok Provinsi Jawa Barat;
Sistem pengendalian banjir melalui revitalisasi dan normalisasi sungai ditetapkan
di Sungai Sunter di Das Sunter dan Sungai Angke di DAS Angke yang sebagian
wilayahnya berada di Kota Depok.

Sumber air berupa air tanah pada CAT, CAT Jakarta mencakup sebagian wilayah
Kota Depok

Zona B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 merupakan zona dengan


karakteristik sebagai kawasan yang mempunyai daya dukung lingkungan sedang
hingga rendah, tingkat pelayanan prasarana dan sarana rendah, dan merupakan
kawasan potensial resapan air. Terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan permukiman dengan kepadatan sedang hingga rendah;
b. Kawasan peruntukan agro industri;
c. Kawasan peruntukan pariwisata; dan

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 22


d. Kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan negara.
Ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Sawangan, sebagian wilayah
Kecamatan Bojongsari, sebagian wilayah Kecamatan Cipayung, sebagian wilayah
Kecamatan dan sebagian wilayah Kecamatan Cilodong pada Kota Depok;

STRUKTUR RUANG. Strategi pengembangan sistem prasarana untuk


meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan
disekitarnya, serta meningkatkan keterhubungan dalam konteks internasional dan
nasional dengan meningkatkan keterpaduan dalam penyediaan sistem prasarana
dan aksesibilitas antara kawasan perkotaan inti dan kawasan di sekitarnya untuk
mendukung terwujudnya struktur ruang yang efektif dan efisien;
b. mengembangkan jaringan jalan bebas hambatan dan memantapkan
manajemen dan rekayasa lalu lintas;
c. mengembangkan sistem transportasi massal melalui pengembangan jalur
komuter berbasis jalan dan rel, serta pengembangan prasarana transportasi
berbasis air

3.2 RTRW Provinsi Jawa Barat: Pengembangan Kawasan


Konservasi sebagai Upaya Pengendalian Pesatnya
Perkembangan Fisik Wilayah Bodebekpunjur
Berdasarkan arahan pemanfaatan ruang, wilayah Jawa Barat ditetapkan
menjadi 6 (enam) Wilayah Pengembangan (WP) yang merupakan ruang dalam
menempatkan rencana pembangunan antar wilayah dan antar sektor. Terkait Dalam Rencana Tata Ruang
Provinsi Jawa Barat, Kota
dengan hal tersebut, Kota Depok termasuk ke dalam WP Bodebekpunjur dengan
Depok termasuk dalam
tema pengembangan pengendalian perkembangan fisik wilayah. Berikut adalah Kawasan Perkotaan
Bodebek dan ditetapkan
detail rencana WP Bodebekpunjur
sebagai Pusat Kegiatan
a) Sektor unggulan yang dapat dikembangkan di WP Bodebekpunjur, meliputi Nasional (PKN) yang
pariwisata, industri manufaktur, perikanan, perdagangan, jasa, berperan menjadi pusat
koleksi dan distribusi skala
pertambangan, agribisnis dan agrowisata. internasional, nasional atau
b) Bersama dengan Kota Bogor dan Kota Bekasi, Kota Depok diarahkan sebagai beberapa provinsi,
bersamaan dengan
kota terdepan yang berbatasan dengan ibukota negara yang merupakan
Kawasan Perkotaan
bagian dari pengembangan KSN Jabodetabekpunjur untuk mendorong Bandung Raya, dan
pengembangan PKN kawasan perkotaan Jabodetabek, menjadi simpul Cirebon.

pelayanan dan jasa perkotaan, serta mengembangkan sektor perdagangan,


jasa dan industri padat tenaga kerja

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 23


c) Rencana pembangunan dan pengembangan infrastruktur wilayah yang terkait
dengan perkembangan Kota Depok antara lain:
- Infrastruktur jalan, meliputi pembangunan jalan tol Depok-Antasari
- Infrastruktur perhubungan, meliputi pembangunan dan penyelenggaraan
terminal tipe A, pengembangan KA Perkotaan Jabodetabek,
pengembangan angkutan massal perkotaan, dan peningkatan infrastruktur
antar wilayah melalui pembangunan jalan poros barat di jalur
Palabuhanratu-Cikidang-Cibadak-Bogor-Depok-Jakarta
- Infrastruktur sumberdaya air, meliputi:
a) Pembangunan Waduk Limo di Kota Depok
b) Revitalisasi dan optimalisasi fungsi waduk dan danau/situ;
c) Pengembangan infrastruktur pengendali banjir; dan
d) Peningkatan kondisi jaringan irigasi
- Infrastruktur energi, meliputi pengembangan pemanfaatan sampah
sebagai energi di TPA Depok, pengembangan pipanisasi gas regional dan
gas kota, dan pengembangan pemanfaatan energi terbarukan berupa
energi air skala kecil, energi surya, energy angin dan bio-energi
- Infrastruktur permukiman perkotaan, meliputi:
a) Pengembangan hunian vertical di kawasan perkotaan
b) Pengembangan kawasan siap bangun atau lingkungan siap bangun
c) Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh
d) Pembangunan kawasan olahraga terpadu, Rumah Sakit Tipe A , dan
pusat kebudayaan

Kota Depok merupakan wilayah dengan tingkat urbanisasi tinggi,


konsentrasi kegiatan industri, perdagangan dan jasa yang berkembang cepat.
Permukiman skala besar untuk menampung penduduk yang bekerja di
Jabodetabek juga berkembang di PKN Kawasan Perkotaan Bodebek ini. Dalam
konteks tata ruang, perkembangan ini membawa kecenderungan alih fungsi lahan
menuju kegiatan perkotaan, termasuk munculnya permukiman baru. Masalah
transportasi belum tertangani dengan baik karena prasarana jalan tidak sebanding
dengan pertumbuhan jumlah kendaraan. Penyelesaian masalah transportasi
berupa pengembangan sistem transportasi massal memerlukan dukungan
kebijakan pengendalian penggunaan kendaraan bermotor, terutama di kawasan-
kawasan pusat kota.
Pesatnya pertumbuhan di PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek
berdampak pula pada tingginya konsentrasi penduduk dan pada daya dukung dan
daya tampung lingkungan. Bahkan salah satu prioritas penanganan penataan
ruang Jawa Barat adalah meningkatkan daya dukung lingkungan melalui
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 24
perwujudan 45% kawasan lindung dan membatasi perkembangan perkotaan serta
mengintensifkan pemanfaatan lahan di sekitar PKN. Pengendalian pemanfaatan
ruang yang perlu diperhatikan terutama pada perkembangan sepanjang koridor
Jakarta-Cikampek di Pantura Jabar yang merupakan lokasi lahan sawah beririgasi
teknis, serta koridor Bodebekpunjur yang merupakan kawasan lindung. Implikasi
dari ketentuan tersebut salah satunya adalah perlunya rencana yang lebih rinci
untuk mengakomodir kebutuhan pengembangan konservasi pada penyusunan
RTR selanjutnya.
Berikut adalah simpulan perbandingan arahan pengembangan Kota Depok
berdasarkan kebijakan penataan ruang pusat dengan rencana tata ruang Kota
Depok.

Tabel 3.1 Perbandingan Arahan Pengembangan Kota Depok

Komponen
RTR KSN Jabodetabekpunjur RTRW Jawa Barat Keterangan
Penataan Ruang
Mewujudkan kawasan perkotaan yang
akomodatif dalam menyediakan ruang
sebagai pusat kegiatan
perekonomian, pemerintahan, dan Mewujudkan Tata Ruang
jasa skala internasional, nasional, Wilayah Provinsi yang Efisien, Tujuan RTR KSN
maupun regional dalam koridor Berkelanjutan, dengan RTRW
Tujuan
penataan ruang yang terintegrasi dan Berdayasaing menuju Jawa Barat sudah
antar satu kawasan dengan Provinsi Jawa Barat Termaju sejalan
kawasan lainnya, berbasis daya di Indonesia
dukung lingkungan dan memiliki
keterpaduan dalam pengelolaan
kawasan.
Kebijakan penataan
ruang keduanya
sudah sejalan.
- pengendalian perkembangan Implikasinya,
kawasan perkotaan inti untuk strategi
Arah pengembangan:
membatasi penjalaran pengembangan
penyeimbangan kawasan
pertumbuhan ke kawasan harus difokuskan
konservasi dengan fungsi
Kebijakan sekitarnya; pada upaya
kawasan perkotaan berskala
Pengembangan - pengembangan sistem prasarana intensifikasi ruang
nasional dan internasional.
untuk meningkatkan keterkaitan degan konsep
antara kawasan perkotaan inti dan compact city
kawasan perkotaan di sekitarnya, bersamaan dengan
upaya konservasi
pada wilayah
resapan air dan
rawan bencana.
Pengembangan infrastruktur
strategis:
a) Perhubungan
- Angkutan Massal
Perkotaan
Struktur Ruang - Jalan tol Depok-Antasari
- Pembangunan poros
barat di jalur Palabuhan
ratu-Cikidang-Cibadak-
Bogor-Depok-Jakarta
b) SDA

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 25


- Pembangunan waduk
limo
- Revitalisasi dan
optimalisasi fungsi
waduk dan danau/situ
- Pengembangan
infrastruktur pengendali
banjir
Kawasan suaka alam,
pelestarian alam, dan cagar
budaya:
Kawasan berdaya dukung lingkungan Arahan pola ruang
sedang-rendah, tingkat pelayanan terhadap
Kawasan perlindungan
prasarana dan sarana rendah, dan pengembangan
Pola Ruang Setempat: Situ Bojongsari
kawasan potensial resapan air: kawasan antara
Kecamatan Sawangan, Bojongsari, kedua RTR berikut
Kawasan pendidikan
Cipayung, dan Cilodong sudah sejalan
dan/atau latihan militer TNI
Angkatan Darat: Kec.
Cilodong.
Sumber : Tim Penyusun, 2019.

Berdasarkan hasil review diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tidak
ditemukan adanya divergensi atau kebijakan yang saling bertolak belakang.
Kedua dokumen penataan ruang sudah memiliki tujuan, kebijakan dan strategi
hingga rencana struktur dan pola ruang yang sejalan. Tinjauan kebijakan diatas
berimplikasi pada fokus pengembangan wilayah Kota Depok, khususnya dalam
lingkup Kawasan Perkotaan Bodebekpunjur yaitu sebagai Kota Satelit,
penyeimbang kawasan perkotaan inti (DKI Jakarta).

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 26


3.3 penataan ruang disekitar kota depok

B
erdasarkan Peta Pola Ruang Kota Depok 2012- Kecamatan Cinere, Kecamatan Beji dan Kecamatan
2032, kawasan budidaya merupakan kawasan Cimanggis. Tiga kecamatan tersebut terbagi menjadi 2
paling dominan yang berbatasan langsung sub pelayanan kota: SPK Cinere dan SPK Cimanggis
dengan wilayah DKI Jakarta dengan fungsi perumahan serta 1 Pusat Pelayanan Kota (PPK) Margonda.
kepadatan sedang, perumahan kepadatan rendah dan
kawasan pertahanan dan keamanan. Fungsi-fungsi Berikut ini Peta Rencana Pola Ruang SPK Cinere yang
tersebut terletak di tiga area kecamatan yaitu berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta:

Sumber: Materi Teknis RDTR Cinere


Gambar 3.1 Peta Rencana Pola Ruang SPK Cinere Berbatasan dengan Wilayah DKI Jakarta

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 27


Gambar 3.3.1 menunjukkan bahwa terdapat pemerintahan (7 fungsi budidaya dan 3 fungsi lindung).
beberapa fungsi yang berbatasan langsung dengan Berikut ini wilayah kecamatan Beji yang berbatasan
wilayah DKI Jakarta selain R-3 perumahan dengan dengan DKI Jakarta. Wilayah kecamatan Beji masuk
kepadatan sedang yaitu antara lain K-3 perdagangan dalam kategori kawasan pelayanan kota (PPK)
dan jasa deret, SPU-4 sarana olahraga, SPU-1 sarana Margonda.
pendidikan, rencana jaringan jalan tol, PL-1 pertanian, Berikut ini peta PPK Margonda namun dalam peta
RTH-4 jalur hijau jalan, RTH-7 taman pemakaman, RTH- tersebut masih disebut sebagai kawasan SPK
3 jaringan hijau jalan serta KT-1 perkantoran Margonda:

Sumber: Materi Teknis RDTR Margonda


Gambar 3.2 Peta Rencana Pola Ruang PPK Margonda Berbatasan dengan Wilayah DKI Jakarta
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 28
Gambar 3.2 menunjukkan bahwa terdapat beberapa budidaya berdasarkan ketentuan umum PZ kota
fungsi selain perumahan kepadatan sedang yaitu PB depok). Area selanjutnya adalah Kecamatan
kawasan resapan air, RTH ruang terbuka hijau serta Cimanggis, berikut ini area peta RDTR SPK Cimanggis
SPU-1 Sarana Pendidikan (2 fungsi lindung dan 1 berbatasan dengan wilayah DKI Jakarta.

Sumber: Materi Teknis RDTR Cimanggis


Gambar 3.3 Peta Rencana Pola Ruang SPK Cimanggis Berbatasan dengan Wilayah DKI Jakarta

Gambar 3.3 menunjukkan bahwa selain KH-1 kawasan pertahanan dan keamanan terdapat juga beberapa
fungsi seperti R-4 perumahan kepadatan rendah, SPU-1 sarana pendidikan, RTH-2 taman kota/taman lingkungan, R-3
perumahan kepadatan sedang, PL-1 Pertanian, SPU-6 sarana peribadatan, PS-1 sempadan sungai, I-4 aneka industri,
PL-1 situ dongkelan, situ tipar, PS-2 sempadan situ/danau, PL-3 pariwisata, K-1 perdagangan dan jasa tunggal serta
jalan tol jagorawi (11 fungsi budidaya dan 5 fungsi lindung).

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 29


Berdasarkan hasil identifikasi terhadap tiga area yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, Kecamatan
Cimanggis merupakan SPK yang memiliki fungsi paling banyak yaitu 16 fungsi mencakup kawasan lindung dan
budidaya, diikuti dengan SPK Cinere 10 fungsi serta SPK Margonda sebagai kawasan pusat pelayanan kota yang hanya
memiliki 3 fungsi kawasan. Sebagaimana diatur dalam ketentuan umum peraturan zonasi kota depok, kegiatan yang
diperbolehkan meliputi kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan pembangunan perkantoran pemerintahan,
pelayanan umum berupa kegiatan pendidikan tinggi, kegiatan perdagangan dan jasa skala regional, kegiatan konservasi
budaya, perumahan kepadatan tinggi, terminal terpadu dan RTH.

Berdasarkan Peta Pola Ruang Kota Depok kecamatan sawangan, kecamatan bojongsari,
2012-2032, kawasan budidaya juga merupakan kecamatan limo dan kecamatan cinere. Empat
kawasan paling dominan yang berbatasan langsung kecamatan tersebut dibagi menjadi dua sub pelayanan
dengan wilayah Tangerang Selatan dengan fungsi kota yaitu SPK Sawangan dan SPK Cinere. Berikut ini
perumahan kepadatan sedang, perumahan kepadatan Peta Rencana Pola Ruang SPK Sawangan yang
rendah, kawasan resapan air serta kawasan lainnya. berbatasan langsung dengan wilayah Tangerang
Fungsi-fungsi tersebut terletak di empat area yaitu Selatan:

Sumber: RDTR Kota Depok Tahun 2014-2019.


Gambar 3.4 Peta Rencana Pola Ruang SPK Sawangan Berbatasan dengan Wilayah Tangerang Selatan
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 30
Gambar 3.4 Menunjukkan bahwa terdapat beberapa fungsi yang mendominasi seperti R-4 perumahan kepadatan
rendah dan K-3 perdagangan dan jasa deret, batas wilayah di SPK Sawangan ini tidak memiliki fungsi lindung.
Selanjutnya adalah SPK Cinere yang berbatasan dengan wilayah Tangerang Selatan.

Sumber: RDTR Kota Depok Tahun 2014-2019.


Gambar 3.5 Peta Rencana Pola Ruang SPK Cinere Berbatasan dengan Wilayah Tangerang Selatan

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 31


Gambar 3.5 Menunjukkan bahwa hanya terdapat 1 fungsi yang mendominasi batasan wilayah antara Kota Depok dan
Tangerang yaitu R-3 perumahan kepadatan sedang. Batasan wilayah antara Kota Depok dan Kota Tangerang Selatan
hanya memiliki 3 fungsi budidaya dan tidak memiliki fungsi lindung.

Berdasarkan Peta Pola Ruang Kota Depok 2012- area yaitu kecamatan tapos, kecamatan cilodong,
2032, kawasan budidaya merupakan kawasan paling kecamatan cipayung, kecamatan sawangan dan
dominan yang berbatasan langsung dengan wilayah kecamatan bojongsari. Lima kecamatan tersebut
Kabupaten Bogor. Kawasan budidaya tersebut terbagi atas 3 SPK yaitu SPK Tapos, SPK Cipayung dan
berfungsi sebagai perumahan dengan kepadatan SPK Sawangan. Berikut ini peta SPK Tapos yang
sedang dan rendah. Fungsi-fungsi tersebut terletak di 5 berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor.

Sumber: RDTR Kota Depok Tahun 2014-2019.


Gambar 3.6 Peta Rencana Pola Ruang SPK Tapos Berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Bogor

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 32


Gambar 3.6 Menunjukkan bahwa terdapat beberapa fungsi yang mendominasi seperti R-4 perumahan kepadatan
rendah, RTH-2 taman kota/taman lingkungan, PL-1 pertanian, RTH-4 jalur hijau jaringan tegangan listrik, K-1
perdagangan dan jasa tunggal, PS-1 sempadan sungai, jalan raya bogor, SPU-4 sarana olahraga, I-4 aneka industri. SPK
Tapos memiliki 9 fungsi ruang yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor terdiri atas 6 fungsi budidaya dan
3 fungsi lindung. Wilayah selanjutnya adalah SPK Cipayung, berikut ini peta SPK Cipayung.

Sumber: RDTR Kota Depok Tahun 2014-2019.


Gambar 3.7 Peta Rencana Pola Ruang SPK Cipayung Berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Bogor

Gambar 3.5.2 Menunjukkan bahwa terdapat beberapa SPK Cipayung memiliki 5 fungsi berbatasan langsung
fungsi yang mendominasi seperti R-3 perumahan dengan Kabupaten Bogor yang terdiri atas 3 fungsi
kepadatan sedang, SPU-1 sarana pendidikan, PS budidaya dan 2 fungsi lindung. Selanjutnya adalah SPK
perlindungan setempat, PB perlindungan terhadap Sawangan, berikut ini peta SPK Sawangan.
kawasan dibawahnya, K-3 perdagangan dan jasa deret.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 33


Sumber: RDTR Kota Depok Tahun 2014-2019.
Gambar 3.8 Peta Rencana Pola Ruang SPK Sawangan Berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Bogor

Gambar 3.8 Menunjukkan bahwa terdapat beberapa Berdasarkan identifikasi 3 SPK yang berbatasan
fungsi yang mendominasi seperti R-4 perumahan langsung dengan Kabupaten Bogor, fungsi budidaya
kepadatan rendah, PS-1 sempadan sungai, RTH-1 hutan terdapat di bagian timur dan selatan perbatasan,
kota. Terdapat 3 fungsi dalam SPK Cipayung yang sedangkan di bagian barat terdapat fungsi lindung
berbatasan langsung dengan Kabupaten bogor. seperti sempadan sungai dan hutan kota.
Dominasi fungsi dalam SPK Cipayung adalah fungsi
lindung.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 34


Berdasarkan Peta Pola Ruang Kota Depok Fungsi-fungsi tersebut terletak di 2 area yaitu
2012-2032, kawasan lindung merupakan kawasan kecamatan cimanggis dan kecamatan tapos. Dua
paling dominan yang berbatasan langsung dengan kecamatan tersebut terbagi atas 2 SPK yaitu SPK
wilayah Kabupaten Bekasi. Kawasan budidaya tersebut Cimanggis dan SPK Tapos. Berikut ini peta SPK
berfungsi sebagai perumahan dengan kepadatan tinggi Cimanggis yang berbatasan dengan Kabupaten
dan rendah serta kawasan perdagangan dan jasa. Bekasi.

Sumber: RDTR Kota Depok Tahun 2014-2019.


Gambar 3.9 Peta Rencana Pola Ruang SPK Cimanggis Berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Bekasi

Gambar 3.9 Menunjukkan bahwa batas dengan Kabupaten Bogor terdapat hanya memiliki 1 fungsi yaitu PS-1 sempadan
sungai. Selanjutnya adalah SPK Tapos, berikut peta SPK Tapos yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 35


Sumber: RDTR Kota Depok Tahun 2014-2019.
Gambar 3.10 Peta Rencana Pola Ruang SPK Tapos Berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Bekasi

Gambar 3.10 Menunjukkan bahwa terdapat beberapa Terdapat 4 fungsi dalam SPK Tapos yang berbatasan
fungsi yang mendominasi seperti PB resapan air, R-4 langsung dengan Kabupaten Bekasi. Fungsi-fungsi
perumahan kepadatan rendah, K-1 perdagangan dan tersebut terdiri atas 2 fungsi budidaya dan 2 fungsi
jasa tunggal, RTH-2 taman kota/taman lingkungan. lindung.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 36


Tabel 3.2 Rekapitulasi Review Penataan Ruang Kota Depok di 1 PPK dan 5 SPK
Batas Pusat
No Fungsi Pola/Struktur Ruang Keterangan
Wilayah Pelayanan
7 Budidaya:
- Meningkatkan aksesibilitas dari dan
- Perdagangan dan jasa deret
- Perumahan kepadatan sedang menuju kawasan pendidikan,
- Rencana jaringan jalan tol perdagangan dan jasa dengan
- Perkantoran pemerintahan mengoptimalkan sistem angkutan
- Pertanian umum massal; dan
SPK - Sarana olahraga - Mengembangkan jaringan infrastruktur
Cinere - Sarana pendidikan terpadu di kawasan pendidikan, riset
3 Lindung: dan inovasi teknologi, serta
perdagangan dan jasa salah satu pusat
- Taman pemakaman
- Jalur hijau jalan pengembangan pendidikan tinggi, riset
- Jaringan hijau jalan dan teknologi.

- Menurut ketentuan umum peraturan


zonasi kota depok, kegiatan yang
1 DKI PPK diperbolehkan meliputi kegiatan
Jakarta Margonda pemanfaatan ruang untuk kegiatan
pembangunan perkantoran
pemerintahan, pelayanan umum berupa
1 Budidaya:
kegiatan pendidikan tinggi, kegiatan
- Sarana Pendidikan
perdagangan dan jasa skala regional,
kegiatan konservasi budaya, perumahan
2 Lindung:
kepadatan tinggi, terminal terpadu dan
- Resapan air
RTH.
- Ruang terbuka hijau
- Rencana pengembangan kawasan
hutan kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, diarahkan di Kawasan
Kampus Universitas Indonesia. (Perda
RTRW Jabodetabekpunjur No. 1 Tahun
2012)
11 Budidaya:
- Kawasan pertahanan dan
keamanan
- Perumahan kepadatan rendah
- Sarana pendidikan
- Perumahan kepadatan sedang
- Pertanian
Mewujudkan SPK Cimanggis Sebagai
- Sarana peribadatan
Pintu Gerbang Timur, Kawasan
SPK - Aneka industri
Perumahan Dan Pusat Pertumbuhan
Cimanggis - Pariwisata
Ekonomi Baru Skala Regional Yang
- Perdagangan dan jasa tunggal
Nyaman, Religius Dan Berkelanjutan.
- Jalan tol jagorawi
5 Lindung
- Taman kota/taman lingkungan
- Sempadan sungai
- Situ dongkelan
- Situ tipar
- Sempadan situ/danau

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 37


Batas Pusat
No Fungsi Pola/Struktur Ruang Keterangan
Wilayah Pelayanan

Mengarahkan sistem pusat perdagangan


dan jasa yang terintegrasi, melalui
2 Budidaya
SPK pendekatan superblok atau penggunaan
- Perumahan kepadatan rendah
Sawangan campuran di kawasan yang telah
Kota - Perdagangan dan jasa deret
didominasi oleh kegiatan
2 Tangerang
perdagangan/komersial.
Selatan

SPK 1 Budidaya:
Cinere - Perumahan kepadatan sedang

6 Budidaya
- Perumahan kepadatan rendah
- Pertanian
- Perdagangan dan jasa tunggal Meningkatkan aksesibilitas di dalam
- Jalan raya bogor Kawasan Kota Depok melalui Kawasan
SPK - Sarana olahraga SPK Tapos dengan pusat kegiatan lokal di
Tapos - Aneka industri sekitarnya melalui keterkaitan sistem
3 Lindung jaringan transportasi primer dan fungsi
- Jalur hijau jaringan tegangan kegiatan terkait.
listrik
- Sempadan sungai
- Taman kota/taman lingkungan
3 Budidaya
- Perumahan kepadatan sedang
3 Kabupaten - Sarana pendidikan Di wilayah perbatasan belum terlihat
Bogor SPK - Perdagangan dan jasa deret tujuan SPK Cipayung yang menjadikan
Cipayung 2 Lindung SPK Cipayung sebagai Sentra Industri dan
- Perlindungan setempat Perkebunan Belimbing dan Jambu Merah
- Perlindungan terhadap kawasan
dibawahnya
1 Budidaya Peningkatan kerjasama dan pembagian
- Perumahan kepadatan rendah peran dengan provinsi atau
SPK
2 Lindung Kabupaten/Kota lain yang berbatasan
Sawangan
- Sempadan sungai untuk pengelolaan lindung berbasis
- Hutan kota Daerah Aliran Sungai.

Khusus SPK Cimanggis yang dominan


dengan batas sempadan sungai, maka
SPK 1 Lindung diperlukan preservasi dan penataan
Cimanggis - Sempadan sungai sempadan sungai secara terintegrasi
antara pemerintah Kota Depok dan
pemerintah Kabupaten Bekasi

1. Budidaya
Kabupaten Menguhubungkan Kawasan SPK Tapos
4 - Perumahan kepadatan rendah
Bekasi dengan pusat kegiatan lokal di sekitarnya
SPK - Perdagangan dan jasa tunggal
melalui keterkaitan sistem jaringan
Tapos 2. Lindung
transportasi primer dan fungsi kegiatan
- Resapan air
terkait.
- Taman kota/lingkungan

Sumber: Modifikasi Pribadi, 2019.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 38


3.4 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok
Tahun 2012-2032
Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok
Tahun 2012 – 2032 disusun sebagai alat operasionalisasi pelaksanaan pembangunan di wilayah Kota
Depok.
RTRW Kota Depok menjadi pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kota;
d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
f. Penataan ruang kawasan strategis kota; dan
g. Penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kota.
Tujuan penataan ruang wilayah Kota Depok adalah mewujudkan kota pendidikan, perdagangan dan
jasa yang nyaman, religius dan berkelanjutan.

A. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang


Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kota Depok meliputi:
1. Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah kota
Kebijakan:
a. Pengembangan pusat-pusat pelayanan yang berhirarki yang memperkuat kegiatan pendidikan,
riset dan inovasi teknologi, perdagangan dan jasa berskala regional.
Strategi:
1) Menetapkan Hirarki Sistem Pusat Pelayanan Secara Berjenjang;
2) Mengatur Hirarki Dan Distribusí Wilayah Pelayanan Kegiatan Perdagangan Dan Jasa Skala
Lokal Hingga Skala Regional;
3) Mengoptimalkan Pengembangan Kawasan Pendidikan Tinggi Yang Sudah Ada Dan Berskala
Nasional Hingga Internasional Dan Menjadi Pusat Riset Dan Inovasi Teknologi; Dan
4) Mengembangkan Kawasan Pendidikan Terpadu Yang Terintegrasi Dengan Kawasan Sentra
Niaga Dan Budaya (Snada).
b. Pengembangan sistem jaringan prasarana perkotaan yang terdistribusi secara hirarkis
Strategi:

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 39


1) Mengembangkan Dan Menyeimbangkan Aksesibilitas Menuju Pusat-Pusat Pelayanan Di
Seluruh Wilayah Kota;
2) Menata Dan Mengembangkan Sistem Transportasi Perkotaan Berbasis Terminal, Angkutan
Jalan, Kendaraan, Parkir, Dan Jaringan Jalan Untuk Pejalan Kaki;
3) Memfasilitasi Upaya Peningkatan Kualitas Dan Kuantitas Pelayanan Kereta Api;
4) Memfasilitasi Upaya Peningkatan Kualitas Dan Jangkauan Pelayanan Listrik Dan Gas;
5) Mengembangkan Jaringan Telekomunikasi Yang Mendukung Pengembangan Cyber City;
6) Mengelola Dan Mengembangkan Ketersediaan Dan Kualitas Jaringan Sarana Prasarana
Sumber Daya Air Berbasis Daerah Aliran Sungai;
7) Menata Dan Meningkatkan Kualitas Dan Kapasitas Jaringan Drainase;
8) Mengembangkan Sistem Jaringan Air Minum;
9) Mengembangkan Jaringan Dan Pelayanan Pengolahan Limbah Secara Terpadu;
10) Meningkatkan Sistem Pengelolaan Sampah Baik Melalui Pemanfaatan Pelayanan Regional
Maupun Lokal;
11) Menyediakan Jalur Evakuasi Bencana Yang Mudah Diakses Oleh Masyarakat; Dan
12) Mengembangkan Sarana Dan Prasarana Pendukung Untuk Mengurangi Terjadinya
Kebakaran.
c. Pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan kegiatan pendidikan, riset dan
inovasi teknologi, serta perdagangan dan jasa
Strategi:
1) Meningkatkan Aksesibilitas Dari Dan Menuju Kawasan Pendidikan, Perdagangan Dan Jasa
Dengan Mengoptimalkan Sistem Angkutan Umum Massal; Dan
2) Mengembangkan Jaringan Infrastruktur Terpadu Di Kawasan Pendidikan, Riset Dan Inovasi
Teknologi, Serta Perdagangan Dan Jasa.

2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kota


a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung
Kebijakan :
1) Peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung;
Strategi:
a) Mempertahankan Kawasan Yang Berfungsi Lindung Yang Belum Berubah Fungsi
b) Mengembalikan Fungsi Kawasan Yang Berfungsi Lindung Yang Telah Berubah Fungsi;
Dan
c) Meningkatkan Nilai Konservasi Pada Kawasan Yang Berfungsi Lindung.
2) Peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang proporsional di seluruh wilayah kota
Strategi:
a) Mempertahankan fungsi dan menata ruang terbuka hijau yang telah ada;
b) Mengembalikan ruang terbuka hijau yang telah beralih fungsi;

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 40


c) Meningkatkan ketersediaan ruang terbuka hijau melalui pengadaan tanah untuk
kepentingan umum;
d) Mengukuhkan kawasan pertanian lahan basah dan beririgasi teknis sebagai kawasan
lahan pertanian pangan berkelanjutan (lp2b); dan
e) Mengembangkan kerjasama antara pemerintah daerah dengan swasta dan masyarakat
dalam penyediaan dan pengelolaan ruang terbuka hijau.
3) peningkatan kerjasama dan pembagian peran dengan provinsi atau Kabupaten/Kota lain yang
berbatasan untuk pengelolaan lindung berbasis Daerah Aliran Sungai.
Strategi:
a) Menyusun Kerjasama Dengan Perguruan Tinggi; Dan
b) Menyusun Kerjasama Dengan Wilayah Perbatasan.
b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya
Kebijakan :
1) Pengembangan kawasan pendidikan, riset dan inovasi teknologi, serta perdagangan dan jasa
dalam mendukung kesetaraan fungsi di PKN Jabodetabekpunjur.
Strategi:
a) Mengoptimalkan pengembangan dan penataan kawasan pendidikan tinggi berskala
nasional maupun internasional yang sudah ada sebagai pusat kegiatan riset dan inovasi
teknologi;
b) Mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa berskala regional;
c) Mengarahkan pengembangan pusat perdagangan dan jasa baru ke wilayah kota depok
bagian selatan, barat dan timur;
d) Menata perkembangan pusat perdagangan dan jasa di wilayah pusat kota depok;
e) Mengembangkan kawasan pendidikan terpadu yang terintegrasi dengan kawasan snada
di wilayah selatan kota depok;
f) Mewajibkan penyediaan parkir dan prasarana yang memadai bagi pengembangan
kegiatan perdagangan dan jasa;
g) Merevitalisasi kawasan pasar yang tidak tertata dan/atau menurun kualitas
pelayanannya; dan
h) Mengarahkan sistem pusat perdagangan dan jasa yang terintegrasi, melalui pendekatan
superblok atau penggunaan campuran di kawasan yang telah didominasi oleh kegiatan
perdagangan/komersial.
2) Pengelolaan pertumbuhan kawasan budi daya untuk membentuk ruang kota yang kompak
dan efisien dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Strategi:
a) Mempertahankan kawasan terbangun berkepadatan rendah di sebagian wilayah kota;
b) Mengendalikan perkembangan kawasan pusat kota;
c) Mengoptimalkan perkembangan subpusat kota;

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 41


d) Mengelola perkembangan kegiatan industri;
e) Mengendalikan jenis pemanfaatan ruang yang dapat dikembangkan sesuai daya dukung
dan daya tampung;
f) Memfasilitasi pertumbuhan kawasan perumahan secara vertikal;
g) Mengarahkan pemanfaatan ruang bawah tanah untuk kegiatan budi daya secara
terkendali;
h) Membatasi pemanfaatan air tanah untuk kegiatan budidaya; dan
i) Mewujudkan dan mengembangkan cyber city.
3) Penyediaan fasilitas keagamaan dalam setiap kegiatan pemanfaatan ruang.
Strategi:
a) Mengarahkan setiap kegiatan pemanfaatan ruang untuk menyediakan fasilitas
keagamaan sesuai standar yang berlaku; dan
b) Mengembangkan pusat kegiatan keagamaan berskala kota bagi pemeluk agama yang
jumlahnya mayoritas.
4) Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.
Strategi:
a) Mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
b) Mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan sekitar kawasan untuk menjaga
fungsi pertahanan dan keamanan;
c) Mengembangkan kawasan lindung dan atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar
kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga; dan
d) Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.
3. Kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis kota.
Kebijakan:
Pengembangan kawasan strategis kota melalui kebijakan penetapan kawasan strategis dari sudut
kepentingan ekonomi, kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya dan kawasan strategis
dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Strategi:
a) Menata kawasan agar tercapai penggunaan infrastruktur kawasan secara efisien;
b) Menata kawasan agar menjadi identitas khas jatidiri kota; dan
c) Menata kawasan agar terjaga fungsi ekologis lingkungan kota.

3.5 Review RDTR 6 Kawasan Pelayanan


Kota Depok memiliki wilayah administratif yang tersebar di 11 kecamatan. 11 kecamatan tersebut
kemudian dibagi menjadi 6 Pusat Pelayanan Kota (SPK) yang terdiri atas 1 Pusat Pelayanan Kota (PPK) dan
5 Sub Pusat Pelayanan Kota (SPK) antara lain SPK Cimanggis, SPK Cinere, SPK Cipayung, PPK Margonda,

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 42


SPK Sawangan dan SPK Tapos. Berikut di bawah ini peta zonasi pembagian 6 sub pelayanan kota di Kota
Depok:

Sumber: Modifikasi Pribadi, 2019.

Tabel 3.11 Peta Sub Pusat Pelayanan Kota (SPK) Kota Depok

Gambar 3.10.1 menunjukkan bahwa di bagian utara terdapat SPK Cinere, SPK Margonda dan SPK
Cimanggis, di bagian timur SPK Tapos, di bagian selatan SPK Cipayung serta bagian barat SPK Sawangan.
Berikut di bawah ini tujuan dan sasaran 6 sub pusat pelayanan Kota Depok.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 43


SPK Cimanggis
Berdasarkan berbagai pertimbangan diatas, selanjutnya tujuan penataan ruang Wilayah SPK Cimanggis hingga
akhir tahun perencanaan adalah sebagai berikut: “Mewujudkan Spk Cimanggis Sebagai Pintu Gerbang Timur,
Kawasan Perumahan Dan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru Skala Regional Yang Nyaman, Religius Dan
Berkelanjutan”
Tujuan penataan ruang di wilayah SPK Cimanggis tersebut merupakan formulasi yang telah mempertimbangkan:
visi misi pembangunan jangka menengah serta berbagai kebijakan pembangunan daerah yang tertuang dalam
RTRW Kota Depok; karakteristik pengembangan wilayah, isu strategis dan permasalahan yang dapat dijelaskan
melalui beberapa kata kunci sebagai berikut:
• Pintu Gerbang Timur Kota Depok: posisi geografis wilayah SPK Cimanggis sebagai gerbang masuk kota Depok
sebelah Timur dalam lingkup regional terutama setelah terkoneksinya akses Tol Jagorawi – Cijago yang salah
satu interchange nya berada di wilayah SPK Cimanggis, sekaligus pula interchange untuk akses langsung masuk
ke Kota Depok, dan akses untuk LRT.
• Kawasan Perumahan:
• Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru Skala Regional: dengan adanya pembangunan apartement di wilayah
Kabupaten Bogor, dan pembangunan Tol Cijago diharapkan dapat menumbuhkan pusat pertumbuhan ekonomi
baru skala regional di wilayah ini.
• Nyaman:
• Religius:
• Berkelanjutan: pembangunan tersebut harus memiliki prinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan keutuhan generasi masa depan. Penekanan pada pelestarian lingkungan hidup
melalui konservasi kawasan lindung dan pemakaian sumber daya alam secara bertanggung jawab.
Berdasarkan tujuan penataan ruang tersebut, selanjutnya sasaran-sasaran penataan ruang wilayah SPK Cimanggis
hingga akhir tahun perencanaan ditetapkan sebagai berikut:
• Terwujudnya Sub Pusat Pelayanan Kota sebagai gerbang masuk Kota Depok sebelah Timur yang dapat
mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi baik perdagangan dan jasa, maupun meningkatkan investasi di
sektor industri;
• Tersedianya lingkungan hunian yang layak, aman dan nyaman melalui kawasan permukiman di pusat kota serta
pengembangan perumahan kepadatan sedang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan;
• Tersedianya pusat-pusat pelayanan lingkungan yang hirarkis, terintegrasi, serta mendukung pengembangan
pusat pelayanan kota dan sub pusat pelayanan kota;
• Terjaminnya fungsi-fungsi ekologis kota melalui perlindungan terhadap kawasan sempadan sungai, dan
sempadan danau, serta melalui penyediaaan ruang terbuka hijau;
• Tersedianya akses jaringan jalan yang baik yang didukung oleh sistem drainase yang terintegrasi dengan sistem
perkotaan serta sistem manajemen transportasi kota yang berkualitas.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 44


SPK Cinere
Perumusan tujuan penataan ruang dalam penyusunan RDTR SPK Cinere didasarkan atas:
a. Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Kota Depok. Dalam hal ini salah satu arahan dalam
RTRW Kota Depok yaitu SPK Cinere ditetapkan sebagai Subpusat pelayanan kota (SPK) yaitu pusat pelayanan
ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang secara geografis melayani satu subwilayah kota..
b. Isu strategis wilayah perencanaan SPK Cinere, yang antara lain didasarkan dari potensi, masalah, dan
urgensi/keterdesakan penanganan di SPK Cinere; dan
c. Karakteristik wilayah perencanaan SPK Cinere.
Selain dasar di atas, dalam menetapkan tujuan penataan ruang SPK Cinere dirumuskan dengan mempertimbangkan
beberapa hal, yaitu :
a. Keseimbangan dan keserasian antarbagian dari wilayah SPK Cinere;
b. Fungsi dan peran SPK Cinere;
c. Potensi investasi SPK Cinere;
d. Kondisi sosial dan lingkungan SPK Cinere;
e. Peran masyarakat untuk turut serta dalam pembangunan; dan
f. Sasaran-sasaran yang merupakan ukuran tercapainya tujuan tersebut.
Berdasarkan dasar/ pertimbangan diatas, kajian kebijakan, hasil analisis, rumusan potensi, kendala dan
prospek/arahan pengembangan SPK Cinere, dirumuskan tujuan penataan ruang SPK Cinere yaitu “Mewujudkan SPK
Cinere sebagai Kawasan Pariwisata, Pendidikan Tinggi, Perdagangan dan Jasa skala subwilayah kota, perumahan
kepadatan sedang, dan ruang terbuka hijau kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan”.

Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang SPK Cinere


Tujuan penataan ruang wilayah perencanaan dalam Penyusunan RDTR SPK Cinere sebagai nilai dan/atau kualitas
terukur yang akan dicapai. Tujuan penataan ruang ini juga disesuaikan dan disinergiskan dengan arahan pencapaian
yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok. Rumusan tujuan penataan ruang penyusunan
RDTR SPK Cinere disusun dengan fungsi:
a. Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana jaringan, penetapan bagian dari wilayah
RDTR yang diprioritaskan penanganannya, dan penyusunan peraturan zonasi;
b. Menjaga konsistensi dan keserasian pembangunan kawasan perkotaan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Depok.
Untuk mencapai tujuan penataan tersebut, maka kebijakan penataan ruangnya adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan pengembangan kependudukan.
b. Kebijakan pengembangan perekonomian perkotaan.
c. Kebijakan pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan perkotaan beserta sarana dan prasarana pendukungnya.
d. Kebijakan pelestarian kawasan lindung.
e. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya.
Strategi pengembangan kependudukan, terdiri atas:
a. Membatasi perkembangan jumlah penduduk SPK Cinere

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 45


b. Mendistribusikan persebaran penduduk dengan didukung pengembangan prasarana dan sarana pada kawasan
pusat pertumbuhan baru.
Strategi dalam pengembangan perekonomian perkotaan di SPK Cinere adalah:
a. Mengembangkan kegiatan pariwisata sebagai sektor ekonomi unggulan yang didukung oleh prasarana dan sarana
pendukung.
b. Mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa yang dapat mendukung kegiatan pariwisata.
Strategi pengembangan sistem pusat-pusat pelayanan perkotaan beserta sarana dan prasarana pendukungnya
adalah:
a. Mengembangkan sistem transportasi secara intermoda sampai ke pusat permukiman.
b. Meningkatkan jumlah, mutu dan jangkauan pelayanan jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih, drainase, limbah,
dan persampahan.
Strategi pelestarian kawasan lindung meliputi:
a. Memantapkan fungsi kawasan lindung untuk keseimbangan tata air dan lingkungan hidup.
b. Memantapkan kawasan perlindungan setempat melalui upaya konservasi alam, rehabilitasi ekosistem yang rusak,
pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
c. Memantapkan fungsi dan nilai manfaatnya pada situ.
d. Mengembangkan ruang terbuka hijau kota.
e. Menangani kawasan rawan bencana banjir.
Strategi pengembangan kawasan budidaya meliputi:
a. Mengembangkan kawasan pariwisata religi dan ekowisata dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan,
pelestarian budaya dan melibatkan peran masyarakat.
b. Mengembangkan kawasan perguruan tinggi.
c. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa.
d. Mengembangkan kawasan perumahan kepadatan sedang yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukungnya.

SPK Cipayung
Dalam RTRW Kota Depok 2011-2031, SPK Cipayung Kota Depok memiliki fungsi utama sebagai perdagangan dan
jasa skala sub wilayah kota. Selain itu juga, SPK Cipayung Kota Depok memiliki fungsi sebagai perumahan kepadatan
rendah, kawasan SNADA, industri dan RTH Kota. Fungsi tersebut akan menunjang peran SPK Cipayung dalam lingkup
Kota Depok sebagai Sub Pusat Pelayanan Kota Citayam yang berada di Kecamatan Cipayung dengan fungsi utama
sebagai pelayanan perdagangan dan jasa.
Tujuan penataan ruang SPK Cipayung adalah “Menjadikan SPK Cipayung sebagai Sentra Industri dan Perkebunan
Belimbing dan Jambu Merah”.
Penjabaran dari tujuan tersebut dituangkan ke dalam sasaran penataan ruang yang harus dicapai sebagai berikut:
a. Terwujudnya kawasan perdagangan dan jasa;
b. Terwujudnya kawasan SNADA;
c. Tersedianya ruang untuk kawasan perumahan kepadatan rendah;
d. Tersedianya ruang untuk kegiatan industri;
e. Tersedianya ruang untuk RTH Kota
f. Terwujudnya pemanfaatan ruang yang tertib dan terkendali.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 46


Berdasarkan tujuan dan sasaran tersebut, maka strategi pengembangan fungsi dan peran SPK Cipayung adalah
sebagai berikut:
• Strategi Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa
Perdagangan adalah salah satu kegiatan perekonomian yang dapat menujang seuatu kawasan atau wilayah.
Strategi pengembangan untuk kawasan perdagangan dan jasa adalah
a. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa;
b. Penyediaan kawasan perdagangan dan jasa
• Strategi Pengembangan Kawasan SNADA
Strategi pengembangan kawasan SNADA merupakan pengembangan kawasan perdagangan, pelestarian budaya,
dan kawasan pendidikan terpadu.
• Strategi Pengembangan Kegiatan Pariwisata
Kebijakan pengembangan kegiatan pariwisata terkait dengan sebaran lokasi, pengendalian, penyediaan parkir dan
pemberian insentif dan disinsentif. Strategi yang diterapkan antara lain:
a. Pengembangan pusat perdagangan;
b. Penyediaan fasilitas untuk kegiatan budaya;
c. Pengembangan kawasan sekitar stasiun/terminal dengan konsep Transit Oriented Development ;
d. Penyediaan ruang terbuka hijau skala kota; dan
e. Peningkatan kerjasama dengan pihak swasta dalam pengembangan kawasan.
• Strategi Pengembangan Kawasan industri
Kawasan industri adalah suatu daerah yang didominasi oleh aktivitas industri yang mempunyai fasilitas kombinasi terdiri
dari peralatan-peralatan pabrik (industrial plants), sarana penelitian dan laboratorium untuk pengembangan, bangunan
perkantoran, bank, serta fasilitas sosial dan fasilitas umum
• Strategi Pengembangan Kawasan RTH Kota
Ruang terbuka (open spaces) merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat
pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Pengembangan kawasan ruang terbuka hijau meliputi kawasan
terbuka, seperti lapangan, taman, halaman, dan ruang terbuka lainnya. Strategi pengembangan ruang terbuka hijau
diantaranya:
- Ruang terbuka yang ada mudah dicapai oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan masyarakat.
- Meningkatkan fungsi RTH secara sosial, yaitu fasilitas untuk umum dengan fungsi rekreasi, pendidikan dan
olahraga, serta dapat menjalin komunikasi antar warga kota.
- Meningkatkan fungsi RTH sebagai paru-paru kota, melindungi sistem air, peredam bunyi, pemenuhan
kebutuhan visual, menahan perkembangan lahan terbangun/sebagai penyangga, melindungi warga kota dari
polusi udara.
- Meningkatkan fungsi RTH sebagai estetika, yaitu pengikat antar elemen gedung dalam kota, pemberi ciri dalam
membentuk wajah kota dan unsur dalam penataan arsitektur perkotaan.
• RTH memiliki fungsi sebagai berikut:
- RTH yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dimana penduduk dapat melaksanakan kegiatan berbentuk
rekreasi, berupa kegiatan rekreasi aktif seperti lapangan olahraga, dan rekreasi pasif seperti taman.
- RTH yang berfungsi sebagai tempat berkarya, yaitu tempat penduduk bermata pencaharian dari sektor
pemanfaatan tanah secara langsung, seperti pertanian pangan, kebun bunga dan usaha tanaman hias.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 47


- RTH yang berfungsi sebagai ruang pemeliharaan, yaitu ruang yang memungkinkan pengelola kota melakukan
pemeliharaan unsur-unsur perkotaan seperti jalur pemeliharaan sepanjang sungai dan selokan sebagai koridor
kota.
- RTH yang berfungsi sebagai ruang pengaman, yaitu untuk melindungi suatu objek vital atau untuk
mengamankan manusia dari suatu unsur yang dapat membahayakan, seperti jalur hijau di sepanjang jaringan
listrik tegangan tinggi, jalur sekeliling instalasi militer atau pembangkit tenaga atau wilayah penyangga.
- RTH yang berfungsi sebagai ruang untuk menunjang pelestarian dan pengamanan lingkungan alam, yaitu
sebagai wilayah konservasi atau preservasi alam untuk mengamankan kemungkinan terjadinya erosi dan
longsoran pengamanan tepi sungai, pelestarian wilayah resapan air.
- RTH yang berfungsi sebagai cadangan pengembangan wilayah terbangun kota di masa mendatang.

SPK Margonda
Tujuan penataan ruang RDTR Kawasan PPK Margonda adalah “Menciptakan Kawasan Margonda Sebagai Kawasan
Perdagangan Regional, Jasa, Pendidikan, dan Simbol Utama Kota Depok Serta Pemicu Perkembangan Aktivitas Ekonomi”.
Prinsip-prinsip penataan ruang PPK Margonda, sebagai berikut:
- Penyelenggaraan pembangunan kota sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Yang dimaksud
dengan daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia,
makhluk hidup lain dan keseimbangan antar keduanya
- Pengamanan dan pelestarian kawasan lindung;
- Upaya pencapaian ruang terbuka hijau publik seluas 20 % (dua puluh persen) dari luas wilayah kota;
- Revitalisasi kawasan bersejarah/cagar budaya;
- Pengembangan infrastruktur yang ramah lingkungan yaitu pengembangan infrastruktur kota yang tetap
memperhatikan keutuhan dan keberlanjutan lingkungan;
- Integrasi fungsional antara sektor formal dan informal, dan;
- Terciptanya aksesibilitas yang mendukung perdagangan regional;
- Menciptakan sarana pendidikan yang memadai; dan
- Pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, melalui upaya sadar dan terencana dalam mengelola lingkungan
dengan tetap menjamin keutuhan lingkungan tersebut serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu
hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
• Strategi Pengembangan Kawasan Perumahan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Strategi pengembangan untuk kawasan perumahan
termasuk fasilitas pendukung perumahan berupa fasilitas sosial dan fasilitas umum lingkungan perumahan adalah:
a. Mendorong pengembangan perumahan secara vertikal dengan memperhatikan ketersediaan prasarana
pendukungnya
b. Meremajakan dan merehabilitasi lingkungan perumahan yang menurun kualitasnya khususnya di kawasan
kumuh;
c. Membatasi luas lantai bangunan rumah tinggal yang diperbolehkan untuk kegiatan komersil dengan kewajiban
menyediakan prasarana yang memadai.
d. Membatasi alih fungsi hunian (rumah tinggal) menjadi fungsi komersil (baik berupa toko/warung, ruko, bengkel,
klinik, juga kost) yang berada di dalam kawasan perumahan jika tidak memiliki sarana parkir yang memadai.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 48


e. Mengintegrasikan sarana prasarana lingkungan perumhan antar cluster;
f. Mengembangkan system pengolahan air limbah skala komunal di kawasan perumahan teratur;
g. Mengembangkan perumahan dengan luas kavling minimal 80 m2 di kawasan PPK Margonda hingga tahun
2018, dan luas kavling minimal 120 pada tahun 2019, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.
• Strategi Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa
Pengembangan kawasan komersial meliputi pengembangan kawasan jasa, perdagangan (pasar modern dan
tradisional), dan sektor informal.
Strategi Pengembangan Kegiatan Jasa adalah:
- Memusatkan kawasan jasa di pusat kota pada lokasi yang sudah berkembang (koridor Jl. Margonda Raya, Jl.
Dewi Sartika, Jl. Arief Rahman Hakim, Jl. Ir. H. Juanda dan terusan Jl. Ir. H. Juanda, Jl. Siliwangi, Jl. Tanah Baru);
- Mendorong perkembangan kawasan jasa pada pusat kota;
- Memfasilitasi pemanfaatan ruang kantor bersama (co-working space) untuk pelaku penyedia jasa berbasis
UMKM di kawasan pusat kota;
- Mewajibkan penyediaan parkir bersama dan prasarana yang memadai bagi pengembangan kawasan jasa
sesuai dengan standar minimum yang ditetapkan; dan
- Mendorong usaha penyediaan parkir komersial oleh masyarakat atau pihak swasta.
Strategi Pengembangan Kegiatan Perdagangan adalah:
- Merevitalisasi Pasar Kemiri Muka sebagai salah satu pasar tradisional di PPK Margonda ;
- Menyelaraskan kegiatan dan pelayanan pasar modern dan pasar tradisional :
- Membatasi penyediaan toko modern di dalam kawasan perumahan ;
- Mewajibkan penyediaan parkir dan prasarana yang memadai bagi pengembangan kawasan perdagangan
sesuai dengan standar minimum yang ditetapkan; dan
- Merevitalisasi atau meremajakan kawasan pasar tradisonal yang tidak tertata dan/atau menurun kualitas
pelayanannya dengan mempertahankan kelas dan/atau skala pelayanannya;
- merelokasi pasar yang menimbulkan gangguan dan/atau tidak didukung prasarana yang memadai;
- Mendorong penyediaan parkir bersama di koridor Jl. Margonda Raya, Jl. Siliwangi, Jl. Ir. H. Juanda (dan terusan
Jl. Ir. H. Juanda), serta di Jl. Tanah Baru.
- Mendorong pengembangan kawasan pusat perdagangan komersil di lokasi-lokasi yang memiliki akses
langsung ke akses jalan tol Depok – Antasari maupun jalan Tol Cinere – Jagorawi.
Strategi Pengembangan Kegiatan Sektor Informal adalah:
- Menetapkan ruang khusus untuk sektor informal di pusat lingkungan dalam kawasan PPK Margonda;
- mengatur dan mengendalikan kegiatan sektor informal;
- membatasi pemanfaatan ruang publik untuk kegiatan sektor informal;
- mewajibkan dan memberi insentif bagi sektor formal yang menyediakan ruang untuk kegiatan sektor informal.
• Strategi Pengembangan Kawasan Perkantoran
Strategi pengembangan kawasan perkantoran pemerintahan adalah mempertahankan kawasan pemerintahan
pada lokasi yang sudah berkembang.
• Strategi Pengembangan Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau
Strategi pengembangan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) adalah sebagai berikut:
- intensifikasi dan ekstensifikasi RTNH;
- mempertahankan fungsi dan menata RTNH;
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 49
- mengembalikan fungsi RTNH yang telah beralih fungsi secara bertahap.
• Strategi Pengembangan Kawasan Pelayanan Umum
Strategi pengembangan kawasan pelayanan umum terdiri dari pengembangan kegiatan pendidikan, kegiatan
kesehatan dan kegiatan peribadatan.
Strategi Pengembangan Kegiatan Pendidikan
Kebijakan pengembangan kegiatan pendidikan terkait dengan sebaran lokasi, pengendalian, penyediaan parkir dan
pemberian insentif dan disinsentif. Strategi yang diterapkan antara lain:
- Mempertahankan keberadaan fasilitas pendidikan pada lokasi yang sudah tertata dan tidak menimbulkan
dampak negatif;
- Mengarahkan pembangunan baru maupun perluasan fasilitas pendidikan tinggi pada lokasi yang memiliki
akses langsung ke jalan utama dan tidak di dalam kawasan permukiman;
- Mendorong pembangunan fasilitas pendidikan dasar dan menengah di pusat-pusat lingkungan dan terkumpul
dengan ruang terbuka hijau/publik;
- Membatasi pembangunan fasilitas pendidikan tingkat menengah di dalam kawasan perumahan yang bukan
merupakan pusat lingkungan;
- Menata, mengendalikan dan mewajibkan penyediaan parkir yang memadai bagi kegiatan pendidikan yang
menyebabkan kemacetan lalu lintas akibat kurangnya tempat parkir yang memadai;
- Merelokasi atau mengenakan disinsentif kepada kegiatan pendidikan yang tidak mampu memenuhi kewajiban
penyediaan prasarana, sarana, dan parkir, dan/atau tidak sesuai lagi lokasinya.
Strategi Pengembangan Kegiatan Kesehatan adalah:
- Meningkatkan pelayanan kesehatan tingkat Kecamatan yang dikelola oleh Pemerintah Kota;
- Mendorong penyediaan pelayanan kesehatan swasta/perorangan berupa klinik maupun praktek dokter di pusat
lingkungan dan di dalam kawasan perumahan sesuai skala pelayanan lingkungan;
- Mengembangkan aktivitas pelayanan kesehatan yang terintegrasi dengan aktivitas komersil dengan tetap
memperhatikan daya dukung dan resiko mitigasi bencana yang mungkin terjadi.
Strategi Pengembangan Kegiatan Peribadatan adalah:
- Mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas peribadatan;
- Mengarahkan dan membatasi penyediaan fasilitas peribadatan berdasarkan ketentuan teknis penyediaan
fasilitas;
- Mempersyaratkan penyediaan parkir yang mencukupi dalam lokasi pembangunan fasilitas peribadatan.
• Strategi Pengembangan Ruang Sektor Informal
Strategi pengembangan ruang sektor informal adalah sebagai berikut:
- Mengelola pembatasan ruang publik bagi sektor informal;
- Menetapkan lokasi untuk sektor informal.

SPK Sawangan
Tujuan disusunnya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Sub Pusat Pelayanan (SPK) Kota Sawangan Kota
Depok adalah:
a. Sebagai arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan fisik Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Sub Pusat Pelayanan (SPK) Kota Sawangan Kota Depok;

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 50


b. Sebagai pedoman bagi instansi dalam pemberian perijinan kesesuaian menyusun zonasi dan pemberian
periijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan
Sasaran disusunnya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Sub Pusat Pelayanan (SPK) Kota Sawangan Kota
Depok adalah untuk:
a. Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan antar kawasan dalam RTRW Kota Depok;
b. Mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar zona dan sub zona dalam Kawasan Sub Pusat Pelayanan
(SPK) Kota Sawangan Kota Depok;
c. c. Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsional kota, baik yang dilakukan pemerintah maupun
masyarakat/swasta;
d. Mendorong investasi masyarakat di dalam Kawasan Sub Pusat Pelayanan (SPK) Kota Sawangan Kota Depok;
e. Terkoordinasinya pembangunan Kawasan Sub Pusat Pelayanan (SPK) Kota Sawangan Kota Depok antara
pemerintah dan masyarakat/swasta.

SPK Tapos
Dasar-dasar Perumusan Tujuan Tujuan penataan kawasan merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan dicapai
sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan merupakan alasan disusunnya RDTR
tersebut, serta apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan Kawasan SPK Tapos berisi
tema yang akan direncanakan di Kawasan SPK Tapos.
Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Konsep pengembangan kawasan SPK TAPOS secara umum didasarkan pada
kebutuhan untuk:
• Memantapkan fungsi Kawasan SPK Tapos untuk mendukung fungsi Kota Depok
• Meningkatkan aksesibilitas di dalam Kawasan Kota Depok melalui Kawasan SPK Tapos dengan pusat kegiatan
lokal di sekitarnya melalui keterkaitan sistem jaringan transportasi primer dan fungsi kegiatan terkait.
• Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan kawasan dan Kota Depok secara luas
Dasar kebutuhan tersebut selanjutnya dikembangkan kedalam konsep-konsep pembangunan dan pengembangan
kawasan berdasarkan berbagai aspek penataan ruang dan pembangunan, sebagaimana dijelaskan dalam bagian
berikut.
Fungsi dan Prinsip Penataan Ruang Tujuan penataan kawasan merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan
dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan merupakan alasan disusunnya
RDTR tersebut, serta apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan Kawasan SPK Tapos
berisi tema yang akan direncanakan di Kawasan Perencanaan.
Tujuan penataan Kawasan SPK Tapos berfungsi:
• Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana jaringan prasarana, penetapan Sub
Kawasan SPK Tapos yang diprioritaskan penanganannya, penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang, penyusunan
peraturan zonasi; dan
• Menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan kawasan perkotaan dengan RTRW.
Perumusan tujuan penataan Kawasan SPK Tapos didasarkan pada:
• Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW;
• Isu strategis Kawasan SPK Tapos, yang antara lain dapat berupa potensi, masalah, dan urgensi penanganan; dan
• karakteristik Kawasan SPK Tapos.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 51


Dasar Penetapan Tujuan Penataan Ruang Beberapa isu pengembangan kawasan yang kiranya perlu menjadi perhatian
dalam perumusan konsepsi Tujuan pengembangan dan penataan kawasan SPK Tapos antara lain:
• Keberadaan situ-situ sebagai catchment area & RTH
• Perkembangan kawasan perumahan baru akibat perkembangan akses transportasi kawasan dan karena nilai
positif kawasan Tapos sebagai areal permukiman: kondisi lingkungan dan air tanah yang relatif lebih baik dari
kawasan lainnya (REI, 2012)
• Lahan potensial bagi perkembangan industri, pertanian dan perikanan khususnya di wilayah Kecamatan Tapos
• Keterbatasan akses jalan
• Perkembangan kawasan permukiman dan kegiatan fungsional belum didukung dengan akses jalan
Berikut ini tabel perbandingan rencana pola ruang kota antara perda RTRW Kota Depok no 1 tahun 2015 dan arahan
pemanfaatan ruang yang dimuat dalam materi teknis masing-masing kawasan 1 pusat pelayanan kota dan 5 sub pusat
pelayanan kota

Tabel 3.3 Perbandingan Rencana Pola Ruang Perda dan RDTR Kota Depok
No Pusat Pelayanan Perda RTRW RDTR Keterangan
a. Kantor pemerintahan; a. Zona perlindungan - Point e pada perda
b. Pendidikan tinggi, setempat; diarahkan kepada
riset dan inovasi b. Ruang terbuka hijau perumahan kepadatan
teknologi; (rth); tinggi (vertikal)
c. Perdagangan dan c. Ruang cagar budaya; sedangkan pada point e
jasa skala regional; d. Kawasan rawan menurut RDTR belum
1 PPK Margonda d. Terminal terpadu; bencana. jelas arahnya mengenai
e. Perumahan e. Zona perumahan dan tipe perumahan apa dan
kepadatan tinggi permukiman; permukiman seperti apa
(vertikal); f. Zona perdagangan yang akan mengisi zona
f. Konservasi budaya; dan jasa; PPK Margonda khususnya
dan g. Zona perkantoran bagi permukiman di
g. Rth kota. pemerintah; sempadan sungai
h. Zona ruang terbuka Ciliwung.
non hijau; - Rencana yang rancu
i. Zona pendidikan; dan antara pembangunan
j. Zona kesehatan. vertikal (rusun) dan
penanganan kawasan
kumuh pada dua zona
dalam rangka
meningkatkan quality of
life
- Rencana pengembangan
kawasan strategis dari
sudut kepentingan sosial
budaya meliputi :
- Pengembangan Kawasan
Depok Lama meliputi:
• Penataan bangunan
dan lingkungan;
• Peningkatan kualitas
lingkungan; dan
• Mempertahankan
nilai sejarah sebagai
kawasan konservasi
budaya

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 52


No Pusat Pelayanan Perda RTRW RDTR Keterangan
a. Pariwisata; a. Zona perlindungan Zona perumahan hanya
b. Pendidikan tinggi; terhadap kawasan diperuntukkan untuk
c. Perdagangan dan jasa bawahannya, perumahan kepadatan
skala subwilayah kota; b. Zona perlindungan sedang, namun dalam matek
d. Perumahan kepadatan setempat, SPK Cinere tercantum
sedang; dan c. Zona Ruang Terbuka perumahan kepadatan
2 SPK Cinere e. RTH kota. Hijau (RTH) rendah dengan luas 741.25
d. Industri, Ha
e. Pelayanan sosial,
f. Pelayanan umum,
g. Perdagangan,
h. Perkantoran,
i. Pertanian,
j. Perumahan,
k. Transportasi
a. Pariwisata; a. Perumahan Dalam peta rencana pola
b. Rumah sakit tipe A; b. Perdagangan dan ruang Kota Depok belum
c. Perdagangan dan jasa jasa secara spesifik disebutkan
skala regional (jasa c. Perkantoran sarana kesehatan yang
pergudangan); d. Industri tersedia.
3 SPK Sawangan d. Agrobisnis (tanaman e. Sarana pelayanan
hias, buah, ikan hias); umum
e. Pertanian; f. Pertanian
f. Perumahan kepadatan g. Pariwisata
rendah; dan h. Pertahanan dan
g. RTH kota. keamanan
a. Perdagangan dan jasa a. Perumahan, Pengembangan Kawasan
skala subwilayah kota; b. Perdagangan dan SNADA menurut rencana
b. Perumahan kepadatan jasa, kawasan strategis seperti
rendah; c. Perkantoran, kawasan perdagangan,
c. Kawasan SNADA; d. Industri, pelestarian budaya, dan
d. Industri; dan e. Pariwisata dan kawasan pendidikan terpadu.
4 SPK Cipayung e. RTH kota rekreasi,
f. Ruang terbuka non
hijau,
g. Pelayanan umum,
militer,
h. Sektor informal serta
i. Ruang evakuasi
bencana
j. Sempadan sungai
k. RTH
a. Perdagangan dan jasa a. Sempadan sungai Terminal A yang disebutkan
skala regional; b. Sempadan situ di perda belum tertuang
b. Kawasan olahraga c. Hutan kota secara spesifik dalam
skala regional; d. RTH rencana detail tata ruang
5 SPK Tapos c. Terminal tipe A; e. Perumahan SPK Tapos
d. Industri; f. Perdagangan dan
e. Jasa pergudangan; jasa
f. Perumahan kepadatan b. Perkantoran
sedang dan kepadatan c. Industri
rendah; d. SPU
g. Pusat sosial budaya; e. Pertanian
h. Kawasan pertahanan f. Pariwisata
dan keamanan negara; g. Pertahanan dan
dan keamanan
i. RTH kota.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 53


No Pusat Pelayanan Perda RTRW RDTR Keterangan
a. Perdagangan dan jasa a. Sempadan sungai Dalam dokumen matek RDTR
skala regional; b. Sempadan danau SPK Cimanggis disebutkan
b. Industri; c. RTH tidak hanya perumahan
c. Perumahan kepadatan d. Perumahan kepadatan sedang namun
sedang; e. Perdagangan dan juga perumahan kepadatan
6 SPK Cimanggis d. Kawasan pertahanan jasa rendah
dan keamanan negara; f. Industri
dan g. SPU
e. RTH kota h. Pertanian
i. Pariwisata
j. Instalasi pengolahan
air limbah
Sumber: Dimodifikasi dari dokumen perda RTRW Kota Depok no 1 tahun 2015 dan dokumen RDTR Kota Depok.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 54


MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 55
4.1 Posisi Kota Depok di Middlestream
Sungai Ciliwung
Secara geografis Kota Depok berada di middle stream wilayah aliran Kali
Ciliwung antara Kota Bogor dan Kota Jakarta. Sebagai wilayah middle stream DAS
Ciliwung, peran Kota Depok menjadi penting dalam mengatur aliran air dari hulu
ke hilir, mengatur aliran air (run off) ke Jakarta. Sehingga karena posisi tersebut,
Kota Depok memiliki beberapa situ atau waduk yang difungsikan sebagai
katalisator air permukaan. Kota Depok berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta di
sebelah utara, Kabupaten Bogor di sebelah selatan, Kota Tangerang Selatan di
sebelah barat dan Kabupaten Bogor di sebelah timur. Untuk lebih jelas mengenai
wilayah administrasi Kota Depok dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Sumber: RDTR Kota Depok 2014 -2019.


Gambar 4.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Depok
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 56
Kota Depok mempunyai luas 200,29 Km2, yang terdiri dari 11 (sebelas)
kecamatan yaitu : Kecamatan Sawangan, Kecamatan Bojongsari, Kecamatan
Pancoran Mas, Kecamatan Cipayung, Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan
Topografi (relief) adalah
Cilodong, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Tapos, Kecamatan Beji, Kecamatan
bentuk permukaan suatu
Limo dan Kecamatan Cinere. Untuk lebih jelas mengenai luas wilayah kecamatan satuan lahan yang
di Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 4.1. dikelompokkan atau
ditentukan berdasarkan
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Depok perbedaan ketinggian
Luas (amplitudo) dari permukaan
No Kecamatan Prosentase (%) bumi (bidang datar) suatu
(Km2)
1. Kecamatan Sawangan 26,19 13,08 bentuk bentang lahan
2. Kecamatan Bojongsari 19,30 9,64 (landform).
3. Kecamatan Pancoran Mas 18,03 9,00
4. Kecamatan Cipayung 11,45 5,72
5. Kecamatan Sukmajaya 17,35 8,66
6. Kecamatan Cilodong 16,19 8,08
7. Kecamatan Cimanggis 21,58 10,77
8. Kecamatan Tapos 33,26 16,61
9. Kecamatan Beji 14,56 7,27
10. Kecamatan Limo 11,84 5,91
11. Kecamatan Cinere 10,55 5,27
Jumlah 200,29 100,00
Sumber: Kota Depok Dalam Angka, Tahun 2018.

Kota Depok memiliki ketinggian dari atas permukaan laut yang cenderung
pendek intervalnya dengan perbedaan level kemiringan yang tidak berbeda.
Dimulai dari paling rendah yaitu 50 mdpl sampai dengan 110 m dpl, luasan wilayah
yang besar adalah wilayah dengan ketinggian 80 – 100 m dpl sebesar 121,09 Km2
(60,46%). Untuk lebih jelasnya mengenai luas wilayah berdasarkan ketinggian Kota
Depok dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2.

Tabel 4.2 Luas Wilayah Kota Depok


Ketinggian Luas
No Prosentase (%)
(m dpl) (Km2)
1. 50 - 80 m dpl 18,23 9,10
2. 80 - 110 m dpl 121,09 60,46
3. > 110 m dpl 60,96 30,44
Jumlah 200,29 100,00
Sumber: Hasil Perhitungan GIS Tim Konsultan, Tahun 2019.

Kemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan relative terhadap


bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat.
Kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng semuanya akan
mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Kota Depok memiliki
kemiringan lereng landai hingga bergelombang dengan luas paling besar yaitu
kemiringan lereng landai (8-15%) seluas 94,37 Km2 (47,12%). Untuk lebih jelasnya

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 57


mengenai luas wilayah berdasarkan kemiringan lereng serta morfologi Kota Depok
dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1.

Tabel 4.3 Kemiringan Lereng Kota Depok


Luas
No Kemiringan Lereng Morfologi Prosentase (%)
(Km2)
1. 0 – 8% Datar 87,34 43,61
2. 8 – 15% Landai 94,37 47,12
3. 15 – 20% Bergelombang 18,58 9,28
Jumlah 200,29 100,00
Sumber: Hasil Perhitungan GIS Tim Konsultan, Tahun 2019.

Sumber: Sumber: RDTR Kota Depok 2014 -2019.


Gambar 4.1 Peta Ketinggian Kota Depok

Kota Depok berdasarkan kondisi geologi merupakan wilayah dengan jenis batuan
yang menyusun zona ini terdiri atas :
• Breksi, lahar, tuf breksi, tuf batu apung
• Lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal,dan bongkah
• Perselingan batu pasir dan batu lempung dengan sisipan batu gamping

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 58


• Perselingan konglomerat, batupasir, batulanau, batu lempung dengan sisa
tanaman, konglomerat batu apung dan tuf batu apung
• Tuf halus berlapis, tuf pasiran, berselingan dengan tuf konglomeratan
Berdasarkan data kondisi geologi, lapisan Tuf halus berlapis, tuf pasiran,
berselingan dengan tuf konglomeratan merupakan lapisan geologi terluas dengan
luas wilayah 155,59 km2 (77,68%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
4.4 dan Gambar 4.2.

Tabel 4.4 Kondisi Geologi Kota Depok


Luas Prosentase (%)
No Jenis Batuan
(Km2)
1. Breksi, lahar, tuf breksi, tuf batu apung 3,38 1,69
2. Lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal,dan bongkah 40,66 20,30
3. Perselingan batu pasir dan batu lempung dengan sisipan batu gamping 0,22 0,11
4. Perselingan konglomerat, batupasir, batulanau, batu lempung dengan sisa 0,44 0,22
tanaman, konglomerat batu apung dan tuf batu apung
5. Tuf halus berlapis, tuf pasiran, berselingan dengan tuf konglomeratan 155,59 77,68
Jumlah 200,29 100,00
Sumber: Hasil Perhitungan GIS Tim Konsultan, Tahun 2018.

Sumber: Sumber: RDTR Kota Depok 2014 -2019.


Gambar 4.2 Peta Kondisi Geologi Kota Depok

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 59


Berdasarkan peta sebaran tanah pada skala 1: 500.000 tahun 2002 yang
dikeluarkan oleh Puslitanak Bogor terdapat 4 (empat) jenis tanah di Kota Depok.
Menurut peta sebaran jenis tanah digital yang dikeluarkan oleh Puslitbangtanak,
Badan Litbang Departemen Pertanian (2002), jenis tanah di Kota Depok
didominasi oleh jenis tanah dari Latosol Merah dengan luas sebesar 144,70 Km2
(72,25%). Secara lebih jelas mengenai luas dan sebaran jenis tanah di Kota Depok
dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Jenis Tanah Kota Depok


Luas
No Jenis Tanah Prosentase (%)
(Km2)
1. Aluvial Coklat Kekuningan 0,90 0,45
2. Aluvial Kelabu 36,77 18,36
3. Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan Laterit Air Tana 8,11 4,05
4. Komplek Aluvial Coklat dan Aluvial Coklat Kelabuan 5,12 2,56
5. Latosol Coklat Kemerahan 4,68 2,34
6. Latosol Merah 144,70 72,25
Jumlah 200,29 100,00
Sumber: Hasil Perhitungan GIS Tim Konsultan, Tahun 2018.

4.2 Kondisi Kependudukan dan Sosial


Budaya Kota Depok
Urbanisasi dalam perspektif perencana kota terbagi atas dua yaitu pertama
perkembangan fisik kota (urban development) dan yang kedua adalah
pertumbuhan penduduk kota (urban growth) tersebut. Terdapat tiga hal yang
membentuk urbanisasi yaitu peningkatan jumlah penduduk alami, migrasi, dan
peningkatan pembangunan fisik. Seperti di kebanyakan negara berkembang di
Asia, urbanisasi di Indonesia dipicu oleh pembangunan ekonomi, terutama pada
sektor industri dan jasa, yang cenderung berlokasi pada kota-kota sedang dan
besar.

Pada tahun 2010, jumlah kota dengan populasi lebih dari satu juta jiwa
menjadi sebelas dengan penambahan Kota Bekasi, Tangerang, Depok dan
Tangerang Selatan. Kota-kota yang disebut terakhir merupakan kota yang
berkembang karena proses mega-urbanisasi dari Kota Jakarta, membentuk
megacities Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) dimana
aktivitas perkotaan Jakarta sudah melimpah ke wilayah pinggirannya (Khaterina,
2019). Dalam bagian ini akan diuraikan beberapa indikator terkait kependudukan
seperti Pertumbuhan, Komposisi, Sebaran Penduduk, Rentang Usia paling
dominan di Kota Depok, Mata pencaharian penduduk, kelas pekerja, Industri atau
Sektor Informal, Kemiskinan, Pengangguran, Kesehatan dan Kawasan Kumuh.
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 60
Pertumbuhan Penduduk
Berikut ini grafik pertumbuhan penduduk Kota Depok Tahun 2016-2018 yang
dimodifikasi dari sumber dokumen Kota Depok Dalam Angka, BPS Tahun 2019.

2350000

2300000

2250000

2200000

2150000

2100000
2016 2017 2018

Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Depok 2016-2018

(Sumber: Dimodifikasi dari Kota Depok Dalam Angka BPS, 2019)


Gambar 4.3 Pertumbuhan Jumlah Penuduk Kota Depok Tahun 2016-2018

Menurut Kota Depok Dalam Angka, BPS 2019, Pada tahun 2016 Penduduk
kota depok berjumlah 2.179.813 jiwa, kemudian pada tahun 2017 penduduk Kota
Depok mengalami kenaikan dengan total 2.254.513 jiwa, dan pada tahun 2018
mengalami kenaikan jumlah peduduk dengan total penduduk 2.330.333 jiwa.
Kenaikan rata-rata setiap tahunnya hampir mencapai 3 %. Pertumbuhan penduduk
tersebut tersebar di 11 Kecamatan. Berikut di bawah ini grafik sebaran penduduk
Kota Depok di 11 Kecamatan tahun 2018.

Sebaran Penduduk
Berikut ini grafik persebaran penduduk Kota Depok Tahun 2018 yang
dimodifikasi dari sumber dokumen Kota Depok Dalam Angka, BPS Tahun 2019.

350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0

Sebaran Jumlah Penduduk Kota Depok di 11 Kecamatan

(Sumber: Dimodifikasi dari Kota Depok Dalam Angka BPS, 2019)


Gambar 4.4 Sebaran Jumlah Penuduk Kota Depok di 11 Kecamatan 2018

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 61


Grafik di atas menunjukan sebaran penduduk di 11 kecamatan antara lain
Kecamatan Sawangan 165.631 jiwa, Kec Bojongsari 133.682 jiwa, Kec Pancoran
Mas 282.167, Kec Cipayung 171.457 jiwa, Kec Sukmajaya 311.379 jiwa, Kec
Cilodong 167.565 jiwa, Kec Cimanggis 324.343 jiwa, Kec Tapos 289.809 jiwa, Kec
Beji 222.372 jiwa, Kec Limo 117.890 jiwa, Kec Cinere 144.038 jiwa. Penduduk
dengan jumlah paling banyak berlokasi di Kecamatan Cimanggis dan Penduduk
dengan jumlah paling sedikit berlokasi di Kecamatan Limo. Berdasarkan review
surrounding antara kecamatan Cimanggis di batas wilayah DKI Jakarta atau dalam
RDTR disebut sebagai SPK Cimanggis terdapat banyak 16 fungsi yang terdiri atas
11 fungsi budidaya dan 5 fungsi lindung. Dengan sebaran penduduk tersebut, perlu
diketahui juga jenis orang yang paling dominan yang saat ini menduduki wilayah
Kota Depok. Pembahasan sebelumnya dilihat dari data pertumbuhan penduduk
per kecamatan, bagaimana dengan luas wilayah dan rata-rata penduduk yang
menduduki wilayah masing-masing per kilometer persegi. Berikut ini tabel
klasifikasi luas wilayah dan rata-rata penduduk per kilometer persegi yang
dimodifikasi berdasarkan data dari dokumen Kota Depok Dalam Angka 2019.

Tabel 4.6 Sebaran Jumlah Penuduk Kota Depok di 11 Kecamatan 2018


Luas Wilayah Penduduk Kecamatan Penduduk Rata-rata
No Kecamatan
(km2) (Jiwa) per km2 (Jiwa)
1 Sawangan 26.19 165 631 6.324
2 Bojongsari 19.30 133 682 6.926
Pancoran
3 18.03 282 167 15.649
Mas
4 Cipayung 11.45 171 457 14.974
5 Sukmajaya 17.35 311 379 17.946
6 Cilodong 16.19 167 565 10.349
7 Cimanggis 21.58 324 343 15.029
8 Tapos 33.26 289 809 8.713
9 Beji 14.56 222 372 15.272
10 Limo 11.84 117 890 9.956
11 Cinere 10.55 144 038 13.652
Area Kecil 10-18 km2

Area Sedang 19-26 km2

Area Besar 27-34 km2

(Sumber: Dimodifikasi dari Kota Depok Dalam Angka BPS, 2019)

Gambar 4.2.3 menunjukkan klasifikasi luas wilayah yang dibagi atas tiga bagian
antara lain area kecil 10-18 km2, area sedang 19-26 km2, dan area besar 27-34 km2.
Masing-masing area diberi warrna berbeda agar memudahkan pembaca
memahami isi tabel. Pembagian area atas dasar ambang bawah dan ambang atas
luas wilayah di Kota Depok. Area kecil yang dimaksud adalah Kecamatan
Pancoran Mas, Cipayung, Sukmajaya, Cilodong, Beji, Limo, dan Cinere. Area

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 62


sedang terletak pada Kecamatan Sawangan, Bojongsari, dan Cimanggis. Area
besar berlokasi di Kecamatan Tapos.

Kepadatan Penduduk rata-rata per kilometer persegi merupakan hasil kalkulasi


dari jumlah penduduk kecamatan yang dibagi dengan luas wilayah kecamatan.
Area yang paling padat berdasarkan tabel di atas adalah Kecamatan Beji,
Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Pancoran Mas. Dalam RDTR Kota Depok,
tiga kecamatan tersebut masuk dalam pusat pelayanan kota (PPK) Margonda
dengan fokus kegiatannya dalam sub bab 3.10 review RDTR 6 kawasan pelayanan
kota.

Komposisi Penduduk
Berikut ini grafik persebaran penduduk Kota Depok 2018 yang dimodifikasi
dari sumber dokumen Kota Depok Dalam Angka, BPS 2019.

71-74
65-70
60-64 75+
thn thn
thnthn0-4 thn
55-59 thn
3% 2% 1%1% 9%
4%
50-54 thn 5-9 thn
5% 8%
45-49 thn
7% 10-14 thn
7%
40-44 thn
8% 15-19 thn
8%
35-39 thn
9% 20-24 thn
9%
30-34 thn 25-29 thn
9% 9%

(Sumber: Dimodifikasi dari Kota Depok Dalam Angka BPS, 2019)


Gambar 4.5 Komposisi Jumlah Penduduk Kota Depok Menurut Umur 2018

Gambar 4.2.4 menunjukkan komposisi jumlah penduduk berdasarkan usia,


usia yang disajikan dimulai dari rentang 0-4 hingga 75+ tahun. Berdasarkan data
yang bersumber dalam dokumen Kota Depok Dalam Angka BPS 2019 terdapat 15
kelompok umur. Umur dengan jumlah penduduk paling banyak yaitu rentang usia
30-34 tahun dengan total 216.153 jiwa, diikuti dengan rentang usia 25-29 tahun
sebanyak 211.457 jiwa serta 20-24 tahun sebanyak 209.802. Adapun rentang usia
yang paling sedikit dalam komposisi jumlah penduduk kota depok 2018 yaitu 75+
tahun dengan total hanya 21.236 jiwa. Rentang usia 30-34 tahun merupakan

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 63


rentang usia yang masuk dalam kategori Y/NetGen (Millenial). Generasi Milenial
merupakan generasi produktif yang masuk dalam kategori angkatan kerja.
Sebuah kajian yang dilakukan oleh kemenpppa tahun 2017 berjudul Profil
Generasi Milenial di Indonesia menyebutkan ada sekitar 55 persen generasi
milenial yang tinggal di daerah perkotaan. Jumlah ini mengikuti pola penduduk
Indonesia pada umumnya yang mulai bergeser dari masyarakat perdesaan (rural)
ke masyarakat perkotaan (urban). Pada saat bonus demografi terjadi, generasi
milenial yang merupakan penduduk terbesar usia produktif memegang peranan
penting. Untuk itu dalam memaksimalkan bonus demografi dapat dilakukan
melalui potensi para generasi milenial.
Untuk memaksimalkan potensi generasi milenial tersebut perlu memahami
karakteristik yang dimiliki. Dengan memahami karakteristik milenials akan
memiliki urgensi tersendiri pada masa-masa bonus demografi. Terlebih lagi jika
melihat kondisi Indonesia yang sudah memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi
Asean), artinya persaingan tenaga kerja bukan hanya antar warga negara
Indonesia saja, melainkan juga dengan warga negara asing, maka
mengembangkan kompetensi, meningkatkan produktifitas, dan mengedukasi
tenaga kerja lokal menjadi mutlak harus dipenuhi.

Mata Pencaharian dan Rumah Tangga Miskin


Terdapat sebuah penelitian Skripsi UI berjudul “Adaptasi Mata Pencaharian Mata pencaharian
Dalam Meresponse Perubahan Iklim”, penelitian ini dilakukan oleh Gus Firman (livelihood) juga merupakan
salah satu faktor penting
pada tahun 2014. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa terdapat konsep
dalam menunjang kebutuhan
atau strategi yang ditawarkan dalam mengelola mata pencaharian penduduk agar hidup manusia, tanpa mata
tetap stabil. pencaharian tentu manusia
atau oknum masyarakat tidak
Konsep yang ditawarkan yaitu Sustainable Livelihood framework. Konsep dapat bertahan hidup.
tersebut berupaya menyelidiki penyebab kemiskinan dan strategi nafkah
berkelanjutan berdasarkan kondisi yang ada di masyarakat. Mata pencaharian
yang dimaksud tidak hanya menyangkut modal finansial, namun juga modal fisik,
manusia, sosial dan alam yang dikategorikan sebagai asset-aset pembentuk mata
pencaharian (livelihood assets). Dalam sub bab ini terdapat keterkaitan antara
mata pencaharian dan kemiskinan di perkotaan. Masyarakat miskin atau
kelompok minoritas cenderung memiliki akses yang buruk terhadap sumber-
sumber modal (Philips & Pittman dalam Firman, 2014). Tujuannya adalah agar
masyarakat dapat mengelola aset-aset tersebut dengan menyikapi perubahan dan
menentukkan prioritas untuk mempertahankan serta memperbaiki
penghidupannya. Masing-masing modal tersebut dapat diimplementasikan atas

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 64


jenis atau status pekerjaan apa yang akan dan sementara dilakukan baik oleh
individu maupun masyarakat.
Berikut ini grafik secara berurutan status pekerjaan utama, lapangan usaha,
dan jumlah pengangguran penduduk Kota Depok Tahun 2018 yang dimodifikasi
dari sumber dokumen Kota Depok Dalam Angka Tahun 2018.

3%
2%

0%
20%
Berusaha Sendiri
5%
2% Berusaha dibantu tidak
tetap/tidak dibayar
Berusaha dibantu buruh
68% tetap/dibayar
Buruh/Karyawan/Pegawai

Pekerja Bebas di Pertanian

Pekerja Bebas di Non


Pertanian

(Sumber: Dimodifikasi dari Kota Depok Dalam Angka BPS, 2019)


Gambar 4.6 Status Pekerjaan Utama, Lapangan Usaha dan Jumlah Pengangguran

KLASIFIKASI LAPANGAN USAHA PENDUDUK KOTA DEPOK 2018 (JIWA)

Klasifikasi Lapangan Usaha Penduduk Kota Depok 2018

374407
328193

180224
138109
7539

PERTANIAN, INDUSTRI PERDAGANGAN BESAR, JASA LAINNYA


KEHUTANAN, PENGOLAHAN ECERAN, RUMAH KEMASYARAKATAN
PERBURUAN, MAKAN DAN HOTEL
PERIKANAN

JUMLAH PENDUDUK YANG BEKERJA DAN PENGANGGURAN KOTA DEPOK TAHUN


2016-2018 (JIWA)

Bekerja Pengangguran
1028292
1009401
969502

76025
72521

73080

2016 2017 2018

(Sumber: Dimodifikasi dari Kota Depok Dalam Angka BPS, 2019)


MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 65
Berdasarkan grafik pada status pekerjaan utama yang dimodifikasi dari
dokumen Kota Depok Dalam Angka 2019 terdapat 6 status pekerjaan utama
dengan dominasi status buruh/karyawan/pegawai dengan presentase 68 persen
dari keseluruhan usia angkatan kerja. Pada grafik selanjutnya terdapat klasifikasi
lapangan usaha yang digeluti oleh penduduk Kota Depok tahun 2018. Lapangan
usaha ke-dua dominan adalah klasifikasi perdagangan besar, eceran, rumah
makan dan hotel sedangkan persentase terbanyak adalah pada klasifikasi lainnya
di luar klasifikasi yang ditetapkan.
Grafik ke-tiga menunjukkan jumlah angkatan kerja dari tahun 2016-2018
yang mengalami kenaikan setiap tahunnya sekitar 1.8 %. Adapun jumlah penduduk
pengangguran tahun 2016-2018. Pada tahun 2017, jumlah penduduk
pengangguran mengalami kenaikan 0.7 persen dan kembali turun pada tahun
2018 dengan persentase 6.64 %.
Isu pengangguran menjadi isu yang sangat penting untuk dikaji lebih. Isu
tersebut dalam bidang sosial terkait dengan kemiskinan. Sebagaimana penelitian
yang dilakukan oleh Firman pada tahun 2014 disebutkan dalam sub konsep
Livelihood assets menyatakan bahwa rendahnya akses terhadap modal terutama
pada modal finansial merupakan penyebab kemiskinan (Widodo dalam Firman,
2014). Kemiskinan yang dimaksud adalah jumlah penduduk miskin dan fakir
miskin di wilayah Kota Depok.

Masyarakat Miskin
Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan, yang pada tahun 2050 diprediksi
mencapai 80% penduduk dunia akan tinggal di perkotaan (United Nations, 2009
pada Jha et all, 2013). Sedangkan di Asia Timur, penduduk perkotaan akan
meningkat dua kali lebih besar pada periode tahun antara 1994 dan 2025 (Jha and
Brecht, 2011 pada Jha et all, 2013). Meningkatnya penduduk perkotaan akan
berimplikasi pada meningkatnya kegiatan perkotaan dan kebutuhan ruang.
Bertambahnya kebutuhan terhadap ruang perkotaan yang dihadapkan pada
keterbatasan lahan menimbulkan penduduk menempatkan wilayah-wilayah yang
tidak sesuai untuk kegiatannya, misalnya untuk bermukim. Penduduk miskin
cenderung membuat kantong-kantong permukiman di lokasi yang bukan untuk
perumahan dan cenderung rawan karena secara ekonomi lebih terjangkau,
misalnya pada bantaran kali. Permukiman kumuh tersebar di beberapa bagian
kota. Studi yang menunjukkan bahwa penduduk rentanmenghuni permukiman
kumuh karena kedekatan dengan kesempatan dan peluang ekonomi perkotaan

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 66


meskipun harus mengabaikan keselamatan terhadap bencana dan lingkungan
(Lall and Deichmann, 2009 pada Jha et all, 2013).
Berdasarkan hasil klasifikasi kolaborasi kajian Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas), Asian Development Bank dan NGO Kota Kita
tahun 2018, terdapat 99 kota di Indonesia yang memiliki penduduk miskin. 99 kota
tersebut dibagi menjadi 4 kelas kota yaitu 10 kota kecil, 58 kota sedang, 13 kota
besar, dan 18 kota metropolitan. Kota depok termasuk salah satu kota
metropolitan yang menduduki peringkat ke-16 dalam kelas kota metropolitan.
Berikut ini grafik jumlah penduduk miskin dan fakir miskin 2018 yang dimodifikasi
dari sumber dokumen Kota Depok Dalam Angka, BPS 2019.

90000
74286 77408
80000
70000
60000 49970 50560 52338
47950 49390
50000
40000
30000
20000
7693
10000
0
2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Penduduk Miskin Jumlah Fakir Maskin

(Sumber: Dimodifikasi dari Kota Depok Dalam Angka BPS, 2019)


Gambar 4.7 Jumlah Penduduk Miskin dan Fakir Miskin Tahun 2014-2016

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan


memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.
Menurut Kementerian Sosial Fakir Miskin adalah Orang yang sama sekali
tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan
memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang
mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan
pokok yang layak bagi kemanusiaan. (Kepmensos RI No. 23/HUK/1996).
Sedangkan menurut Undang-undang 13 Tahun 2011 Pasal 1 menyatakan bahwa
Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 67


mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar layak bagi kehidupan dirinya
dan/atau keluarganya.

Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan kualitas
hidup manusia. Di Indonesia, terdapat filosofi pendidikan yang diprakarsai oleh
Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara, menurutnya esensi pendidikan
adalah menggabungkan budaya dalam diri anak, dan memasukkan anak ke dalam
budaya sehingga anak-anak menjadi manusia. Filsafat pendidikan tersebut
disadari bahwa kemampuan alami anak untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi adalah dengan cara memberikan kebebasan berpikir seluas-luasnya,
tetapi juga menggunakan budaya yang telah teruji.
Namun dalam perkembangannya, Globalisasi yang dipengaruhi oleh
kepentingan pasar menyebabkan pendidikan tidak sepenuhnya dipandang
sebagai upaya mencerdaskan bangsa dan proses pemerdekaan manusia tetapi
mulai bergeser menuju pendidikan sebagai komoditas (Saksono dalam Suparlan,
2016). Berikut di bawah ini persentase penduduk kota depok menurut pendidikan
tertinggi yang ditamatkan tahun 2018 yang dimodifikasi dari dokumen Kota Depok
Dalam Angka, BPS 2019.

Persentase Penduduk Kota Depok Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan


Tahun 2018
31,51
19,12
13,16

11,17
9,65
9,15

5,82
0,42

(Sumber: Dimodifikasi dari Kota Depok Dalam Angka BPS, 2019)


Gambar 4.8 Persentase Penduduk Kota Depok Menurut Pendidikan Tertinggi Yang
Ditamatkan Tahun 2018

Gambar 4.2.7 menunjukkan persentase penduduk kota depok menurut


pendidikan tertinggi ditamatkan tahun 2018. Persentase terbanyak adalah pada
lulusan SMA/SMK/Sederajat 31.51 % diikuti dengan SMP/MTS 19.12 %.
Globalisasi telah mengakibatkan pergeseran tujuan pendidikan nasional dari
tingkat dasar sampai tingkat tinggi yang tidak lagi hanya untuk mencerdaskan

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 68


kehidupan bangsa, tetapi lebih berfokus untuk menghasilkan lulusan yang
menguasai scientia. Dengan penguasaan scientia dinilai mengarahkan peserta
didik kepada hasil yang bersifat pragmatis dan materialis, karena kurang
membekali peserta didiknya dengan semangat kebangsaan, semangat keadilan
sosial, serta sifat-sifat kemanusiaan dan moral luhur sebagai warga negara
(Saksono dalam Suparlan, 2016). Di samping itu, jumlah lulusan DIV/S1/S2/S3
masih di angka 11.17 %, Kota Depok telah berupaya mengarahkan salah satu
fungsi pola ruangnya sebagai kawasan pendidikan tinggi, riset dan inovasi
teknologi yang terlatak pada Pusat Pelayanan Kota (PPK) Margonda dan Sub
Pusat Pelayanan (SPK) Cinere.
Di sisi lain, Konsep Perguruan Tinggi sebagai pusat pertumbuhan yang
dalam RDTR diarahkan pada zona PPK Margonda dan SPK Cinere merupakan
suatu implementasi geografis dari teori konsep kutub pertumbuhan (growth pole).
Teori tersebut digunakan untuk melihat perkembangan daerah pinggiran melalui
pemusatan aktivitas utama dalam suatu kutub tertentu, sehingga akan terjadi
perubahan dari struktur ruang dan keuntungan ekonomi atau aglomerasi
pemanfaatan lahan dan bangunan pada daerah-daerah yang dipengaruhinya
(Richardson, l976). Berikut ini peta lokasi beberapa perguruan tinggi di Kota Depok.
Berikut ini peta persebaran perguruan tinggi yang berlokasi di PPK Margonda dan
SPK Cinere.

Kesehatan
Data yang berasal dari Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa terjadi
pergeseran isu kesehatan (shifting health issue) yang menunjukkan perubahan
penyebab utama dari beban penyakit menular ke penyakit tidak menular. Berikut
ini diagram pergeseran isu kesehatan menurut Kementerian Kesehatan tahun
2018.

Sumber: Kementerian Kesehatan, 2018


Gambar 4.9 Proses Pergeseran Penyebab Utama Dari Beban Penyakit Tahun 1990-2015

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 69


Berdasarkan data di atas dan pergeseran isu kesehatan tersebut, faktor
terbesar yang memengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah lingkungan.
Gambaran beberapa faktor resiko lingkungan yang dapat disajikan di bawah ini
antara lain cakupan rumah sehat, cakupan keluarga dengan sumber air minum
terlindung, cakupan jamban sehat, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),
cakupan tempat-tempat umum (TTU) dan tempat pengolahan makanan (TPM).
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka diperlukan langkah-langkah preventif.
Kota Depok juga telah memiliki program unggulan yang dapat mendukung Depok
Kota Sehat atau Smart Healthy City.
Program Unggulan Depok Kota Sehat atau Smart Healthy City Dalam rangka
mendukung Visi Misi Kota Depok dalam urusan kesehatan, ditetapkan program
unggulan Depok Kota Sehat atau Smart Healthy City. Program unggulan tersebut
terinspirasi dari konsep Smart City yaitu suatu konsep pengembangan dan
pengelolaan kota dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) untuk memonitor dan mengendalikan berbagai sumber daya yang ada di
dalam kota dengan lebih efektif dan efisien untuk memaksimalkan pelayanan
kepada warganya serta mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Konsep
smart city ini dimaksudkan untuk mempermudah segala urusan dengan dukungan
konektivitas tinggi dari pemanfaatan Teknologi Informasi (TI). Penanganan
kesehatan yang smart di Kota Depok diselenggarakan melalui salah satu program
unggulan Kota Depok, yaitu Smart Healthy City. Konsep tersebut ditujukan dalam
menyelenggarakan system kesehatan daerah (SKD) sehingga terwujud pelayanan
public di bidang kesehatan yang lebih efektif dan efisien dengan memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara optimal. Komponen pembangun
smart healthy city: a) Smart healthy citizen Smart healthy citizen adalah warga
sehat yang cerdas, yaitu masyarakat dapat mengatur jadwal kegiatan agar lebih
efektif dalam mendukung kesehatannya. Masyarakat dapat mengakses informasi
kesehatan secara mudah, cepat dan akurat dan bisa berkonsultasi secara online
terkait masalah kesehatan.

Budaya
Sebagai Kota Otonomi Daerah, Depok memiliki berbagai peranan penting
bagi wilayah sekitarnya yaitu Pusat Kegiatan Nasional dan Kawasan Andalan
Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur karena letaknya diantara dua kota
administratif (penyangga) Jakarta dan Bogor. Berbagai peranan tersebut
nampaknya mulai mengeliminasi/ melupakan unsur-unsur Kota yang seharusnya
memperkuat identitas/citra kota Depok. Hal tersebut ikut masuk dari dampak
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 70
globalisasi dan pesatnya pembangunan di kota Depok. Sebagai kota yang
mengalami pertumbuhan pesat dari segi perpindahan penduduk (migrasi) dan
bangunan yang tidak terkendali tentunya akan mengeliminasi unsur-unsur
pembentuk kota Depok. Budaya yang dimaksud tidak hanya soal.
- Sejarah Kota Depok
Pemberian nama suatu wilayah, biasanya dikarenakan karakteristik yang
melekat atas wilayah tersebut, hasil bumi, maupun cerita rakyat yang melegenda
di masa lampau. Depok memiliki beberapa pengertian, diantaranya: Dalam kamus
Kawi˗Jawa (Winter dan Rangga Warsita, 1990), Dhepok yang berarti patapan.
Patapan berasal dari kata tapa yang berarti ‘api’. Adapun makna kata Patapan
adalah ‘Tempat untuk bertapa, tempat mengasingkan diri dari keramaian dunia
untuk jangka waktu tertentu sehingga memperoleh apa yang diinginkannya. Dalam
Baosastra Jawa, istilah depok diartikan sebagai tempat tinggal para pandita.
Menurut Kamus Malay istilah Depok merupakan duduk bersila, tanpa melakukan
apa˗apa. Dalam kamus jawa, depok berarti tapa yang berarti duduk bersila,
ataupun menuntut ilmu, apabila ditambah dengan imbuhan per dan an, menjadi
berarti tempat menuntut ilmu.
Wilayah Depok adalah sebagian wilayah tanah partikelir yang dibeli oleh
Cornelis Chastelein di era VOC (1602˗1811), Setelah Chastelein meninggal dunia
pada tanggal 28 Juni 1714, dan dia mewariskan kepada 12 budak (marga) yang
berasal dari wilayah Nusantara. 12 marga yang mendiami wilayah depok beranak
pinak, sehingga jumlah penduduknya menjadi banyak, dan membuat panas
Pemerintahan Hindia Belanda mengakui tanah partikelir tersebut menjadi
Gementee Bestuur. Wilayah tersebut memiliki pemerintahan tersendiri (republik
mini), Pembiayaan roda organisasi dibiayai oleh pajak yang ditetapkan pemerintah
republik mini tersebut, didapat dari hasil pertanian dan perkebunan.
Jalan Pemuda, kec. Pancoran Mas, adalah lokasi kediaman dari Chastelein,
dan menjadi pusat pemerin-tahan bagi wilayah Depok pada saat itu. Sehingga
banyak bangunan besar yang berdiri di kawasan tersebut dan terletak pada posisi
strategis yang dilalui sungai dan jalan, Stasiun Depok dibuka untuk (feeder station)
Batavia ˗ Buitenzorg pada abad 19, berikut ini peta lokasi stasiun depok lama dan
peta bersejarah kota depok tahun 1851-1852.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 71


Sumber: http://poestahadepok.blogspot.com/p/atlas.html
Gambar 4.10 Peta Depok Tahun 1851˗1852 diterbitkan Tahun 1854 (Kiri), Peta Stasiun
Depok Lama Tahun 1899 (Kanan)

Berdasarkan gambar tersebut maka penting untuk diketahui bahwa Sisa-


sisa peninggalan dari periode kolonial yang masih bisa dilihat bentuk fisiknya
secara utuh lebih mudah untuk diidentifikasi sebagai elemen pembentuk kota
tidak seperti peninggalan dari periode pra sejarah, periode Hindu-buddha, ataupun
periode Islam. Kota Kolonial yang ada di Indonesia merupakan dampak dari
urbanisasi dari orang orang eropa yang singgah ke Indonesia, sehingga kota-kota
kolonial yang ada di Indonesia merupakan percampuran antara bentuk
kebudayaan barat dan kebudayaan lokal. Oleh karena itu, pembentukan kota-kota
kolonial di Indonesia banyak yang beradaptasi dengan keadaan lingkungan di
Indonesia.
- Kawasan Bersejarah Kota Depok
Makna dan tujuan akhir dari perencanaan kota adalah menciptakan Dunia
Umum atau The Public Domain yang berkualitas buat kemanusiaan. Dalam konteks
perencanaan kota, daerah umum menjadi ruang umum atau ruang milik rakyat.
Ruang-ruang yang ada, kadang-kadang mengalami pertentangan, gangguan, Dalam materi teknis PPK
Margonda menyatakan
ditinggalkan dan dicampur-adukkan dengan pengembangannya.
bahwa upaya pelestarian
Ruang yang terbentuk sebelumnya seakan tidak dihargai lagi keberadaanya BCB (Benda Cagar Budaya)
dan KCB (Kawasan Cagar
sehingga unsur-unsur yang ada terbuang tanpa disadari. Setiap kota memilki
Budaya) adalah kegiatan
hubungan antara satu dengan yang lainnya yang mengandung ingatan dan untuk mempertahankan
makna. Ingatan dan makna ini merupakan suatu penjabaran dari identitas yang wujud secara fisik yang
meliputi bentuk, ukuran,
dapat dikaji keberadaanya di setiap kota sehingga elemen-elemen pembentuk citra warna, dan fungsinya
dapat terpelihara. (Witzling dan Catanese dalam Puspitasari, 2017). Berbagai sehingga mendekati pada
keadaan semula.
macam tipe arsitektur yang mengandung unsur sejarah telah tertanam dalam
bawah sadar (collective memory) bagi penghuninya. Collective memory sendiri
dimaksudkan sebagai suatu gambaran akan ruang luar dan hubungannya dengan
sejarah yang telah ada dan tersusun dalam memori manusia. Memori tersebut
yang mengaitkan tempat dengan objeknya. Dengan kata lain, manusia melakukan
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 72
komunikasi intrapersonal dalam dirinya. Kota merupakan tempat dari collective
memory yang dapat memengaruhi citra kawasan kotanya.
Dalam Perencanaan kota, identitas merupakan sederetan gambar-gambar
fisik eksterior dari susunan bangunan-bangunan individu. Identitas ini
menghasilkan sensasi langsung dan ingatan akan pengalaman-pengalaman masa
lalu, yang digunakan sebagai penafsiran informasi dan sebagai pemandu tindakan.
(Rossi Dalam Puspitasari, 1997). Kawasan kota lama di area kediaman Chastelein
merupakan kawasan strategis yang telah ditetapkan dalam peta kawasan strategis
kota Depok tahun 2012-2032. Rencana pengembangan kawasan strategis dari
sudut kepentingan sosial budaya meliputi yaitu antara lain Pengembangan
Kawasan Depok Lama meliputi:
a. Penataan bangunan dan lingkungan;
b. Peningkatan kualitas lingkungan; dan
c. Mempertahankan nilai sejarah sebagai kawasan konservasi budaya

Masyarakat Kota Depok


Sebuah Penelitian Disertasi Berjudul Berkembang Dalam Bayang-Bayang
Jakarta “Belanda Depok” adalah sebutan bagi masyarakat yang tinggal di tanah
partikelir Depok yang terbentuk sekitar abad ke-18 dari berbagai etnik di Indonesia.
Dalam pembentukkan masyarakat tersebut terjadi pencampuran antaretnik di
kalangan budak yang diperjualbelikan.
Graafland dalam Wahyuning (2017) pada tahun 1891 mencatat bahwa sulit
untuk menggolongkan kaum Depokkers ini dengan orang pribumi, karean
komposisi mereka sejak awal sudah bercampur dari berbagai suku bangsa,
kemudian dengan masuknya wanita-wanita asing seperti Melayu, Sunda, Jawa,
dan Eropa, terjadi pencampuran darah (perkawinan) di antara mereka. Istilah
Belanda Depok muncul karena gaya hidup mereka yang “kebelanda-belandaan”.
Mereka mendapat persamaan hak dengan orang Eropa. Hal tersebut terjadi karena
pertama, orang-orang Belanda tersebut tumbuh bersama dengan kebiasaan
Eropa. Alasan lain mengapa mereka yang memeluk agama yang sama dengan
pihak penguasa, akan mendapatkan keistimewaan, seperti kesempatan
bersekolah, dan kemungkinan untuk bekerja di instansi pendidikan sebagai guru
agama.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 73


4.3 Kondisi fisik lingkungan
Bagian ini menjelaskan isu-isu fisik lingkungan di Kota Depok yang terjadi
saat ini dan tantangannya kedepan. Hal ini penting karena diharapkan arahan tata
ruang hasil revisi nantinya dapat memberikan perlindungan bagi lingkungan
sekaligus nilai tambah baik aspek ekonomi maupun ruang sosial.

Alih Fungsi Lahan Hijau dan Biru


Berdasarkan data GIS dari hasil pembaruan dengan citra ikonos dan validasi
lapangan, penggunaan lahan di Kota Depok tahun 2018 (Tabel 4.7) didominasi
oleh permukiman seluas 9720,29 ha (48,2%) dan ruang terbuka/kebun campuran
seluas 5526,32 ha (27,4%). Dari luas permukiman tersebut tersebar hampir merata
di seluruh kecamatan, dimana Kecamatan Tapos (12,71%), Cimanggis (11,76%),
dan Sawangan (11,13%) adalah tiga kecamatan dengan permukiman terluas.
Menariknya ruang terbuka (dan kebun campuran) di Depok masih cukup besar
yang mayoritas berada di Kecamatan Tapos (22,13%) dan Sawangan (17,74%).
Lahan sawah juga masih cukup besar tersebar dominan di tiga kecamatan yaitu
Tapos, Sawangan, dan Bojongsari.

Tabel 4.7 Penggunaan Lahan di Kota Depok Tahun 2018


Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase
Apartemen 5,99 0,030%
Gitet 6,34 0,031%
Industri 437,93 2,171%
Jalan 1629,39 8,079%
Kolam 154,95 0,768%
Kuburan 134,63 0,668%
Lapangan Golf 106,9 0,530%
Perdagangan dan Jasa 988,34 4,901%
Permukiman 9720,29 48,197%
Peternakan 0,91 0,005%
Ruang Terbuka dan Kebun Campuran 5526,32 27,402%
Sarana Pendidikan 98,11 0,486%
Sarana Peribadatan 88,7 0,440%
Sarana Perkantoran 8,95 0,044%
Sarana Pertahana Keamanan 163,67 0,812%
Sawah 837,46 4,152%
Stasiun 1,09 0,005%
Badan Air 257,83 1,278%
Grand Total 20167,8 100%
Sumber: Dinas PU Kota Depok, 2019

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 74


Jika dilihat dari sebarannya, kawasan hijau (ruang terbuka) cenderung
mulai menipis di bagian tengah Kota Depok (Kecamatan Beji, Cimanggis,
Sukmajaya, dan Pancoran Mas) namun masih cukup tersedia di bagian timur
(kawasan besar di Kecamatan Tapos) dan bagian barat (tersebar di Kecamatan
Sawangan dan Bojongsari). Selain itu juga terdapat Kawasan Taman Hutan Raya
di Pancoran Mas dengan luas 7,2 ha (pada tabel termasuk RTH), yang juga
merupakan kawasan resapan air. Namun kondisinya mulai memburuk karena
lokasinya yang berdekatan dengan permukiman padat penduduk rentan terjadi
kerusakan, dan bahkan menjadi tempat untuk membuang sampah. Perlu ada
penanganan khusus dari Pemerintah Daerah untuk memanfaatkan tahura ini
sebagai oase hijau di tengah padatnya permukiman yang sekaligus bisa dijadikan
tempat wisata/rekreasi. Namun begitu terdapat pula taman kota lainnya yang juga
memiliki fungsi ekologis sekaligus rekreasi dan masih baik kondisinya seperti di
Kawasan Kampus UI dan Taman Wiladatika Cibubur.
Isu yang berkaitan dengan penggunaan lahan lainnya adalah semakin
terkonversinya situ/danau menjadi pemanfaatan lain (permukiman dll). Tahun
2010, berdasarkan inventarisasi data dari Bappeda Kota Depok terdapat 30 situ
(tidak ada data terkait luasan), dimana tahun 2005 tercatat luas total situ sebesar
169,68 ha. Sedangkan tahun 2019, berdasarkan dokumen Kota Depok Dalam
Angka hanya tersisa 21 situ dengan luas total 152,2 ha, artinya dari tahun 2005
berkurang sekitar 17,48 ha. Konversi situ mungkin memberikan efek peningkatan
ekonomi di sekitar lahan tersebut, namun secara ekologis perubahan tersebut
menimbulkan dampak lingkungan yang besar di kemudian hari. Jasa lingkungan
yang hilang dari keberadaan situ salah satunya adalah merubah aliran air yang
sudah ada, sehingga potensi banjir pada daerah konversi tersebut meningkat. Situ
yang terkonversi di Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 4.8. Namun ada juga situ
yang pada data 2010 tidak ada informasinya, kini justru ada di daftar situ yang
berada di Depok, yaitu Situ Studio Alam.

Tabel 4.8 Situ di Depok yang telah beralih fungsi hingga tahun 2018
No Nama Situ Lokasi Situ
1 Situ Pasir Putih Kecamatan Sawangan
2 Situ Kostrad Kecamatan Sukmajaya
3 Situ Rawa Baru Kecamatan Sukmajaya
4 Situ Patinggi Kecamatan Cimanggis
5 Situ Rawa Gede Kecamatan Cimanggis
6 Situ UI 2 Kecamatan Beji
7 Situ UI 3 Kecamatan Beji
8 Situ Pondok Cina UI 4 Kecamatan Beji
9 Situ Puri Cinere Kecamatan Limo
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 75
No Nama Situ Lokasi Situ
10 Situ Telaga Subur Kecamatan Limo
11 Situ Krukut Kecamatan Limo
Sumber: Depok Dalam Angka Tahun 2010 dan 2018

Depok Sebagai Resapan Air Dan Pengendali Banjir Dalam Sistem


Hulu-Hilir Sungai
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di Depok terdapat beberapa situ
yang merupakan bagian dari badan air dalam daerah aliran sungai yang melintasi
Kota Depok. Selain situ terdapat juga kolam, yang umumnya merupakan kolam
buatan, seperti yang berada di komplek Lapangan Golf di Sawangan dan Tapos.
Terdapat tiga sistem air sungai utama yang mengalir di Kota Depok, yaitu DAS
Ciliwung, DAS Angke Pesanggrahan, dan DAS Cikeas Cileungsi (Gambar 4.11).
Dalam sistem yang lebih makro, menurut Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang
penataan KSN Jaboetabekpunjur, Kota Depok termasuk dalam arahan penyediaan
sistem air baku dan pengendali banjir. Artinya daerah aliran sungai di Depok
menjadi penting karena dilihat dari sistem hulu-hilirnya, Depok berada di tengah
(middle-stream) area tersebut. Harus sangat diperhatikan karena seperti diketahui
daerah hilirnya (Jakarta) sudah sangat tertekan oleh laju pembangunan, sehingga
Depok perlu menekan laju pembangunan di sekitar sungai di Depok agar dampak
lingkungan (banjir) tidak marak terjadi.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 76


Sumber: Buku Putih Depok, 2012
Gambar 4.11 Daerah Aliran Sungai Di Kota Depok

Selain tiga sungai besar tersebut, terdapat juga 22 sungai kecil yang
mengalir ddari selatan menuju utara (bermuara ke Laut Jawa). Pola aliran sungai
di Depok membentuk pola tulang rusuk dengan tiga sungai utama sebagai tulang
belakangnya. Kondisinya rata-rata sudah mengalami cemar semua, dan beberapa
sungai kerap meluap hingga banjir terjadi seperi yang terjadi di beberapa titik pada
DAS Ciliwung dan DAS Angke Pesanggrahan. Daftar sungai yang ada di Depok
dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Sungai yang melintasi Kota Depok


No DAS Nama Sungai Panjang (Km)
1 Kali Angke 10
2 Kali Pesanggrahan 20,75
DAS Angke Pesanggrahan
3 Kali Caringin 4,1
4 Kali Krukut 12
5 Kali Grogol 35,2
6 Kali Ciliwung 19,25
7 Kali Cikumpa 7,25
8 DAS Ciliwung Kali Sugutamu 5,5
9 Kali Karanji 1,13
10 Kali Cikaret 3,13
11 Kali Jantung -
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 77
No DAS Nama Sungai Panjang (Km)
12 Kali Laya 3,13
13 Kali Ciliwung Katulampa 14
14 Kali Cipinang 10,25
15 Kali Citatah 5,25
16 Kali Cibogo 1,88
17 Kali Cakung 22,2
18 Kali Angsana 5
19 Kali Cilangkap 7,5
20 Kali Manggis 4,25
DAS Cikeas Cileungsi
21 Kali Sunter 6
22 Kali Cikeas 12,5
Sumber: PerPres No.58/2008 dan Buku Putih Depok 2012

Terdapat lima jaringan irigasi lintas kabupaten/kota dan dua jaringan irigasi di
wilayah Kota Depok. Jaringan irigasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Jaringan irigasi lintas kabupaten/kota meliputi :
a. DI Cisadane Empang dengan luas kurang lebih 256 Ha;
b. DI Parakanjati dengan luas kurang lebih 70 Ha;
c. DI Ciliwung/Katulampa dengan luas kurang lebih 72 Ha;
d. DI Karanji dengan luas kurang lebih 98 Ha; dan
e. DI Angke V dengan luas kurang lebih 252 Ha
2. Jaringan irigasi utuh kabupaten/kota yaitu DI Angke dengan luas
sekitar 1.242 ha
3. Jaringan irigasi di wilayah kota meliputi :
a. DI Enggram dengan luas kurang lebih 51 Ha; dan
b. DI Situ Ciriung dengan luas kurang lebih 13 Ha
Air tanah di depok terbagi menjadi dua jenis (WJEMP Depok City, 2004), yaitu air
tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal banyak ditemukan pada
sumur gali masyarakat, dengan kondisi yang cukup baik (hanya di sebagian
tempat yang cukup keruh) dan kedalaman rata-rata 10 meter. Air tanah dalam di
Depok merupakan sumber utama penyediaan air di Depok. Secara geologi berada
pada formasi genteng dan endapan vulkanik dengan potensi air sebesar 3-4
L/detik/km2, serta pada formasi aluvium dengan potensi air sebesar 5-7
L/detik/km2. Sedangkan berdasarkan peta hidrogeologi skala 100.000 lembar
Jakarta Batuan Dasar (Gambar 4.12), air tanah terdiri dari tiga jenis yaitu daerah
beririgasi, luah sumur <5 L/detik, dan luah sumur antara 5-25 L/detik (hanya
terdapat di Kecamatan Cinere). Dapat dikatakan bahwa sumber air dari tanah
untuk Kota Depok cukup besar, dan mudah untuk didapatkan karena umumnya
berada di kedalam 5-15 meter dari permukaan tanah.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 78


Sumber: Buku Putih Depok, 2012
Gambar 4.12 Peta Hidrogeologi Kota Depok

Potensi Perubahan Iklim Dan Fenomena Urban Heat Island (UHI) Di


Kota Depok
Kota Depok beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan cukup kecil yang
dipengaruhi oleh angin muson. Musim kemarau jatuh pada periode April-
September dan musim hujan jatuh pada periode Oktober-Maret. Temperatur rata-
rata adalah 24,3-33ºC, kelembaban udara rata-rata 82 persen, penguapan udara
rata-rata 3,9 mm/th, kecepatan angin rata-rata 3,3 knot dan penyinaran matahari
rata-rata 49,8 persen. Curah hujan rata-rata bulanan di Kota Depok sebesar 327
mm dan banyaknya hari hujan dalam satu bulan berkisar 10 sampai 20 hari.
Jika dilihat dari data historis curah hujan, berdasarkan kajian yang
dilakukan BMKG, di Kota Depok cenderung terjadi kenaikan yang ditandai dari hasil
anaisis wetspell (jumlah hari hujan berturut-turut). Menggunakan data historis
selama 35 tahun, BMKG melakukan analisis perubahan iklim dengan parameter
curah hujan di Jawa Barat, Jakarta, dan Banten. Terdapat tiga peta yang dihasilkan,
yaitu peta tren wetspell, dryspell, dan frekuensi hujan > 60mm.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 79


Sumber: BMKG, 2013.
Gambar 4.13
Peta Trend Wetspell Di
Provinsi Jawa Barat, Jakarta
Dan Banten

Dari peta tren wetspell Kota Depok dan sebagian kota Bogor (bagian barat)
mengalami kecenderungan jumlah hari hujan dalam setahun. Disebutkan pula
dalam laporan, kenaikan tertinggi terjadi pada wilayah Depok, Bogor, dan Garut.
Hal tersebut memberikan gambaran bahwa potensi peningkatan curah hujan di
Depok perlu diantisipasi karena dapat berimbas pada timbulnya dampak bencana
seperti banjir dan bahkan longsor (seperti yang terjadi tahun 2018 di Kecamatan
Sukmajaya).

Sumber: BMKG, 2015.


Gambar 4.14
Proyeksi Perubahan Fraksi
Hujan Lebat

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 80


Penjelasan sebelumnya dipertegas dari hasil kajian proyeksi BMKG
(Gambar 4.14), dimana pada periode tahun 2032-2040 di kurun bulan SON, Kota
Depok temasuk pada fraksi hujan lebat bertambah 4-6% (sedang). Pun pada
proyeksi jumlah hari basah berturut-turut (wetspell) pada periode yang sama, Kota
Depok juga diprediksi mengalami perubahan panjang hari hujan kategori sedang
(2-4 hari).

Sumber: BMKG, 2013.


Gambar 4.15
Peta Trend Dryspell Di
Provinsi Jawa Barat,
Jakarta Dan Banten

Tren dryspell (hari tanpa hujan berturut-turut) di Kota Depok cenderung


tetap. Artinya hari tanpa hujan tidak banyak perubahan selama 35 tahun, yang
menandakan potensi terjadinya kekeringan cukup kecil di kota ini. Sedangkan
untuk proyeksinya pada periode 2032-2040, memiliki kemiripan yaitu cenderung
tidak berubah hingga meningkat pendek (0-1 hari) seperti yang terlihat pada
Gambar 4.15.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 81


Sumber: BMKG, 2015.
Gambar 4.16
Proyeksi Perubahan
Consecutive Dry Days

Untuk parameter suhu, secara umum proyeksi pada periode 2032-2040


(Gambar 4.16), terjadi peningkatan dibandikan suhu pada periode 2006-2014.
Peningkatan suhu berkisar antara 0,86-0,9ºC. Artinya pada masa mendatang perlu
peningkatan tajuk hijau kota maupun teknologi hijau untuk dapat setidaknya
menahan laju peningkatan suhu. Karena peningkatan suhu juga dapat
mempengaruhi aktivitas warga kota bahkan hingga menimbulkan dampak
kesehatan.

Sumber: BMKG, 2015.


Gambar 4.17
Proyeksi Perubahan Suhu

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 82


Dari hasil kajian yang dilakukan Januadi dkk (2018), telah terjadi fenomena
Urban Heat Island (UHI) di Kota Depok yang umumnya mengaglomerasi di wilayah
pusat ekonomi dan aktivitas penduduk dengan suhu hingga 32ºC (Gambar 4.18).
Sedangkan, wilayah non-UHI mengaglomerasi di wilayah pinggiran Kota Depok
dengan suhu terendahnya hingga 22 ºC. Keberadaan fenomena UHI sangat
berkaitan dengan karakteristik lahan di wilayah tersebut.

Sumber: Januadi dkk, 2018.


Gambar 4.18
Sebaran Suhu Permukaan
Kota Depok tahun 2017

Peningkatan Bencana Hidrometeorologis Dampak Perubahan Iklim

Berdasarkan DIBI BNPB, pada rentang tahun 2000-2017 terjadi total 25


kejadian bencana yang tercatat. Tedapat empat jenis bencana, yaitu banjir,
kekeringan, puting beliung, dan longsor. Banjir menjadi bencana yang paling
banyak terjadi di Kota Depok (Tabel 4.9) dengan jumlah pengungsi tercatat hingga
5071 jiwa. Dari peta risiko banjir (Gambar 4.19) terlihat risiko tinggi (warna merah)
berada di sekitar Sungai Ciliwung yang membelah Kota Depok.

Tabel 4.9 Tabel Historis Kejadian Bencana di Kota Depok

No Bencana Jumlah Kejadian

1 Banjir 12
2 Kekeringan 3
3 Puting Beliung 4
4 Longsor 6
Sumber: DIBI BNPB, 2017.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 83


Sumber: INARisk BNPB, 2019
Gambar 4.19
Peta Risiko Banjir Kota
Depok

Dari data tersebut cukup mengkhawatirkan, karena berdasarkan kajian


kerentanan iklim (Susandi, 2016), Kota Depok berpeluang mengalami peningkatan
bencana banjir. Pada tahun 2035, indeks kebencanaan iklim (banjir) meningkat
untuk beberapa wilayah seperti kecamatan Sukma jaya, Sawangan, Cipayung,
Pancoran mas, Beji, Cilodong, dan Tapos. Pada umumnya, pola penyebaran indeks
bencana iklim di wilayah Depok dimulai pada kecamatan Sukma Jaya. Kemudian
meluas hingga ke wilayah-wilayah di sekitarnya dengan mengalami peningkatan
indeks dari tahun ke tahun (Gambar 4.20).

Sumber: Susandi, 2016


Gambar 4.20 Indeks Kebencaan Iklim Wilayah Depok Tahun (a) 2012, (b) 2015, (c) 2020,
(d) 2025, (e) 2030, (f) 2035

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 84


Secara keseluruhan, Kota Depok memiliki potensi tanah, air, maupun udara
(daya dukung) yang masih baik. Namun tekanan pembangunan bukan tidak
mungkin dapat merubah kondisi tersebut. Bahwa kenyataan semakin tingginya
cemaran pada sungai, situ/danau merupakan tanda gangguan pada sistem alam
mulai terjadi. Kedepan perlu manajemen pembangunan yang sifatnya
berkelanjutan dengan menempatkan aspek lingkungan pada bagian atas, tidak
selalu aspek ekonomi dan sosial yang diutamakan. Karena kerusakan lingkungan
jauh lebih mahal biaya perbaikannya untuk mengembalikan jasa lingkungan yang
hilang tersebut. Pendekatan ruang yang baik adalah dengan tetap menjaga
lansekap alami lingkungan yang masih ada di Kota Depok, dengan pemanfaatan
yang seminimal mungkin menekan fungsi ekologis lingkungan tersebut. Sebab,
kedepan tantangan perubahan iklim menjadi salah satu aspek yang harus
diantisipasi dan salah satunya dengan langkah penataan ruang yang adaptif dan
resilien.

4.4 Kondisi Perekonomian dan infrastruktur


Wilayah
Produk Domestik Regional Bruto
Nilai PDRB mencerminkan kemampuan potensi sumber daya alam
dan faktor-faktor produksi yang terdapat di suatu daerah. PDRB Kota
Depok menurut harga berlaku dan harga konstan dalam selang waktu
2016 sampai dengan 2018 terlihat memiliki peningkatan dari tahun ke
tahunnya.

Nilai PDRB Kota Depok tahun 2017 atas dasar harga berlaku adalah
58.344,49 miliar rupiah, mengalami kenaikan sebesar 5.013,44 milyar
rupiah dari tahun 2016. Sedangkan nilai PDRB Kota Depok tahun 2017
berdasarkan harga konstan adalah 42.939,38 milyar rupiah. Nilai ini
mengalami kenaikan sebesar 2.676,15 milyar rupiah dari tahun 2016.

Berikut di bawah ini grafik nilai PDRB Kota Depok pada Gambar 4 dan
Gambar 4.21.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 85


jasa lainnya
jasa kesehatan & sosial
jasa pendidikan
pemerintahan
jasa perusahaan
real estat
jasa keuangan
informasi & komunikasi
akomodasi & makanan/minuman
transportasi & pergudangan
perdagangan besar & eceran
konstruksi
pengadaan air & pengelolaan limbah
pengadaan listrik & gas
industri pengolahan
pertambangan dan penggalian
pertanian
0 4000 8000 12000 16000 20000

2017 2016

Sumber: Penyusun, 2019.


Gambar 4.21 Grafik PDRB Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

jasa lainnya

jasa pendidikan

jasa perusahaan

jasa keuangan

akomodasi & makanan/minuman

perdagangan besar & eceran

pengadaan air & pengelolaan limbah

industri pengolahan

pertanian
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

2017 2016

Sumber: Penyusun, 2019.


Gambar 4.22 Grafik PDRB Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha

Pada tahun 2016, distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha paling besar berada pada industri pengolahan dengan
persentase 32.37 persen, diikuti dengan lapangan usaha perdagangan besar &
eceran dan konstruksi, sebesar masing-masing 21.61 persen dan 18.55 persen.
Untuk distribusi persentase PDRB atas dasar harga konstan, ketiga
lapangan usaha tersebut juga memiliki persentase yang besar, yaitu industri
pengolahan sebesar 31.99 persen, perdagangan besar & eceran sebesar 21,30

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 86


persen dan konstruksi sebesar 19,76 persen.
Jumlah distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku dan atas
dasar harga konstan menurut lapangan usaha yang terkecil terdapat pada
lapangan usaha pengadaan listrik & gas, pengadaan air & pengelolaan limbah
dan jasa perusahaan. Sedangkan lapangan usaha pertambangan dan penggalian
tidak memiliki kontribusi pada PDRB Kota Depok karena tidak terdapat
pemanfaatan ruang untuk pertambangan dan penggalian di Kota Depok.
Grafik distribusi persentase PDRB Kota Depok atas dasar harga berlaku
dan harga konstan dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.

jasa lainnya
jasa kesehatan & sosial
jasa pendidikan
pemerintahan
jasa perusahaan
real estat
jasa keuangan
informasi & komunikasi
akomodasi & makanan/minuman
transportasi & pergudangan
perdagangan besar & eceran
konstruksi
pengadaan air & pengelolaan limbah
pengadaan listrik & gas
industri pengolahan
pertambangan dan penggalian
pertanian
0 5 10 15 20 25 30 35

Sumber: Penyusun, 2019.


Gambar 4.23 Grafik Distribusi Persentase PDRB atas dasar Harga Berlaku Tahun 2016

jasa lainnya
jasa kesehatan & sosial
jasa pendidikan
pemerintahan
jasa perusahaan
real estat
jasa keuangan
informasi & komunikasi
akomodasi & makanan/minuman
transportasi & pergudangan
perdagangan besar & eceran
konstruksi
pengadaan air & pengelolaan limbah
pengadaan listrik & gas
industri pengolahan
pertambangan dan penggalian
pertanian
0 5 10 15 20 25 30 35

Sumber: Penyusun, 2019.


Gambar 4.24 Grafik Distribusi Persentase PDRB atas dasar Harga Konstan Tahun 2016
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 87
Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum, laju pertumbuhan ekonomi Kota Depok dari tahun 2014
sampai dengan 2016 bersifat fluktuatif. Pada tahun 2014, laju pertumbuhan
ekonomi sebesar 7.28 persen. Kemudian pada tahun 2015 melambat menjadi
6.64 persen dan meningkat kembali menjadi 7.28 persen pada tahun 2016,
seperti yang tersaji pada gambar 8 di bawah ini.

7,4
7,28 7,28
7,2
7
6,8
6,6 6,64

6,4
6,2
2014 2015 2016

Sumber: Penyusun, 2019.


Gambar 4.25 Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Depok

Grafik laju pertumbuhan ekonomi Kota Depok yang fluktuatif ini


dipengaruhi juga oleh distribusi PDRB yang diberikan oleh lapangan usaha.
Berdasarkan PDRB Kota Depok tahun 2016, lapangan usaha yang paling
banyak memberikan kontribusi terdapat pada lapangan usaha industri
pengolahan, perdagangan besar dan eceran dan konstruksi. Hal ini sejalan
dengan jumlah usaha dan tenaga kerja yang diserap oleh ketiga lapangan usaha
tersebut. Pada tahun 2016, industri pengolahan di Kota Depok memiliki 12.871
usaha dan menyerap 61.752 jiwa tenaga kerja. Pada lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran memiliki 65.195 usaha dan menyerap 130.139
orang tenaga kerja, dan lapangan usaha konstruksi memiliki usaha sebanyak 806
unit usaha dan meyerap 8.953 jiwa tenaga kerja. Hal ini menandakan bahwa
sektor industri diminati masyarakat Kota Depok. Sesuai dengan Pasal 49 ayat (6)
RTRW Kota Depok tentang kawasan peruntukan industri, sebaran kawasan
industri memiliki luas kurang lebih 327,70 hektar atau 1,64 persen dari luas kota.
Pada sektor pariwisata, dukungan ketersediaan jumlah hotel dan akomodasi
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam sektor ini. Pada tahun 2018, jumlah
hotel dan akomodasi lain berjumlah 11 unit. Lapangan usaha akomodasi dan
makanan minuman yang terkait dengan sektor pariwisata juga memiliki distribusi
persentase PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 3.58 persen dan atas dasar
harga konstan sebesar 3.24 persen. Pada pasal 50 RTRW Kota Depok tentang
kawasan pariwisata, kawasan pariwisata di Kota Depok terbagi menjadi tiga
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 88
jenis, yaitu pariwisata budaya, pariwisata alam dan pariwisata buatan. Tiga jenis
kawasan pariwisata ini tersebar di Kecamatan Sukmajaya, Beji, Limo, Pancoran
Mas, Sawangan, Sukmajaya dan beberapa kelurahan disekitarnya. Namun,
fasilitas hotel dan akomodasi lebih banyak terpusat pada Kecamatan Beji yang
berada pada PPK Margonda dalam RDTR Margonda. Peminat wisata di Kota
Depok masih berada pada parissswisata alam yaitu Situ dan Sungai. Namun
perlu dilakukan revitalisasi untuk mengembangkan wisata alam tersebut.
Partisipasi masyarakat, dukungan pemerintah, dan stakeholder lainnya perlu
mengembangkan pariwisata di Kota Depok. Jika dikembangkan dengan baik,
sektor pariwisata akan menjanjikan bagi pendapatan daerah dan akan
berdampak positif untuk UMKM di Kota Depok, serta menekan angka
pengangguran di Kota Depok.

Mobilitas Perkotaan
Menurut Lampiran III Permen No.1 Tahun 2018 bahwa data dan Informasi
terkait mobilitas perkotaan adalah seperti survey pergerakan, pengguna sarana
angkutan umum, system angkutan umum, kepemilikan kendaraan bermotor,
fasilitas pedestrian, simpul transit, serta integrase jalur jarak pendek, jarak sedang
dan jarak jauh.
Menurut Penelitian Tesis Berjudul Pengembangan Dan Implementasi
Pengukuran Indikator Untuk Menentukan Level Transit Oriented Development
(Tod) Di Kota Depok yang dilakukan oleh Subekti Sulistyaningrium tahun 2017
menjelaskan bahwa Masyarakat kota Depok memiliki beberapa pilihan moda
transportasi dalam memenuhi aktifitasnya sehari-hari. Secara umum, moda
transportasi tersebut terbagi dalam 2 (dua) jenis yaitu kendaraan pribadi dan
kendaraan umum.
Kendaraan Pribadi Jenis-jenis kendaraan pribadi yang dimiliki masyarakat
Depok terdiri dari sepeda, motor dan mobil.Pemilikan kendaraan pribadi berupa
mobil dapat menggambarkan suatu prestise pencapaian kemapanan hidup
seseorang. Alasan menggunakan kendaraan pribadi cukup beragam antara lain
faktor kemampuan dan kecepatan (menggunakan motor), faktor kemampuan dan
kenyamanan (menggunakan mobil), faktor kebutuhan olahraga atau bersantai
(sepeda). Data pertumbuhan kendaraan pribadi menurut data dari Bappeda Kota
Depok dapat terlihat dalam grafik berikut:

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 89


Sumber: Sulistyaningrum, 2017
Gambar 4.26 Grafik Jumlah Pertumbuhan Kendaraan Pribadi

Grafik diatas menunjukan perbandingan pertumbuhan antara motor, mobil


dan angkutan kota yang ada di Depok. Sepeda motor memiliki angka pertumbuhan
yang sangat tinggi diikuti dengan pertumbuhan mobil. Sedangkan untuk
pertumbuhan angkutan umum kota cenderung stagnan. Artinya bahwa
permintaan warga kota Depok akan kendaraan umum (public transport) dari tahun
ketahun tidak ada peningkatan. Hal tersebut tentu banyak faktor penyebabnya
seperti kondisi angkutan kota yang kurang nyaman, belum adanya regulasi yang
mengatur kenyamanan kota, kepemilikan kendaraan pribadi yang masih
cenderung bebas (belum ada pengaturan) dan tentu budaya warga kota yang
belum siap dengan budaya sistem transportasi umum yang ramah lingkungan.

Tabel 4.10 Trayek Angkutan Umum Kota Depok

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Depok Dalam Sulistyaningrum, 2017

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 90


Selain melayani dalam kota terdapat juga angkutan taryek angkutan kota
yang terintegrasi dengan angkutan kota DKI Jakarta dengan jumlah 43 trayek,
Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) 7 Trayek, Angkutan Kota Antar Provinsi
(AKAP) 2 Trayek dan Angkutan Pemadu Moda dengan Bandara Soekarno Hatta 1
Taryek. Pada tanggal 25 April 2016, Pemprov DKI Jakarta resmi mengoperasikan
TransJakarta UI-Manggarai, untuk menambah sarana angkutan umum menuju
Jakarta dari kota Depok.
Namun demikian, ketidaktersediaan jalur khusus transJakarta ini
mengakibatkan hilangnya fungsi mass rapid transport yang ideal, yang dapat
terbebas dari hambatan dan memangkas waktu perjalanan. Sampai saat ini
transportasi umum ini sepi peminat. Sedangkan kendaraan umum dari dan menuju
luar kota Depok difasilitasi oleh adanya Kereta Commuterline (KCI) yang
menghubungkan antara kota Bogor dan Jakarta Kota, melalui 5 stasiun di kota
Depok yaitu stasiun Citayam, stasiun Depok, stasiun Depok Baru, stasiun Pondok
Cina danstasiun Universitas Indonesia.
Adanya visi yang jauh ke depan sebagai transportasi massal yang
menunjang kebutuhan perkotaan, maka pengembangan TOD di Indonesia
khususnya daerah Jabodetabek sangat memungkinkan dikembangkan di area-
area berbasis rel kereta api. Perkembangan area TOD di Indonesia memang
belum memiliki standar aturan yang jelas, namun demikian Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 tentang Pedoman, Perencanaan,
Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di
Kawasan Perkotaan, secara eksplisit telah mengatur pembangunan infrastruktur
di area TOD.

Kota Depok Sebagai Kota Middle Class Group


Sebagai wilayah peyangga Kota Jakarta, perkembangan properti
mengarah ke selatan Jakarta ini. Sehingga Kota Depok menjadi wilayah dengan
jumlah perumahan yang dari waktu ke waktu mengalami peningkatan jumlah.
Konversi wilayah hijau menjadi hunian akan banyak sekali ditemukan di Kota
Depok. Hal inilah yang membawa pengaruh kepada semakin terdesaknya badan
air berupa setu yang tadinya ada beberapa di Kota Depok namun mengalami
penyempitan bahkan menjadi tidak ada.
Perkembangan Kota Depok dari tahun ke tahun semakin pesat.
Infrastruktur perkotaan dan fasilitas umum (publik) pun semakin bertambah.
Selain itu sentra bisnis dan pusat perbelanjaan semakin beragam. Depok juga
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 91
menjadi pusat pendidikan beberapa universitas ternama seperti Universitas
Indonesia, Universitas Gunadarma, dan lain sebagainya.
Wilayah Depok didukung juga dengan akses yang dekat dari Ibu Kota.
Pembangunan jalan tol Cinere-Jagorawi II membuat harga properti di daerah
Cimanggis, Cilodong, dan Sukmajaya mau tak mau meroket setelah ada
pembangunan jalan tol itu. Harga rata-rata untuk sebuah rumah di depok adalah
Rp 8,7 juta per meter persegi1.

Tabel 4.11 Perkiraan Biaya Hidup

Biaya hidup di Kota Depok ternyata sangat tinggi yakni rata-rata Rp 6,33
juta per bulan. Dengan biaya sebesar itu, Kota Depok menempati urutan ke empat
dalam daftar peringkat 25 kota dengan biaya hidup tertinggi di Indonesia yang
dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS). Besaran biaya hidup di Kota Depok beda
tipis dengan Kota Ternate yang menempati urutan ketiga, Kota Jayapura di urutan
kedua dan Kota Jakarta pada urutan pertama. Kota Depok yang berada di daerah
penyangga Jakarta, biaya hidupnya mencapai Rp 6,33 juta per bulan2. Padahal
rata-rata daya beli masyarakat hanya Rp 700 ribu per bulan. Kondisi ini sangat
berbeda dengan kota lain yang juga sebagai daerah penyangga ibukota seperti
Kota Bekasi, Kota Bogor, dan Kota Tangerang.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 92


Sebagai kota yang diperuntukkan untuk kelas menengah, Kota Depok
dirancang sebagai kawasan perumahan yang dirancang untuk orang yang
memiliki kendaraan roda empat atau roda dua, seperti Pesona Khayangan maupun
Grand Depok City. Selain itu penambahan pusat perbelanjaan juga terus
berkembang, dimana dalam 2 tahun terakhir terdapat penambahan pusat
perbelanjaan modern di Kota Depok seperti Pesona Square, Transmart dan
beberapa mall yang direnovasi untuk memanjakan para pengguna jasa mall
tersebut. Dimana beberapa kasus, penambahan perbelanjaan tradisional tersebut
membawa pengaruh kepada penjual tradisional.

Gambar 4.27 Pesona Square Mall di Kota Depok

Penambahan sejumlah pusat kegiatan di Kota Depok membawa pengaruh


terhadap semakin terganggunya sirkulasi dan macetnya Kota Depok, khususnya
di koridor Margonda Raya dan Juanda.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 93


MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 94
5.1 Jadwal pelaksanaan kajian revisi rtrw

P ada bagian ini akan menjelaskan lebih lanjut mengenai jadwal pelaksanaan Kajian Revisi Rencana Tata
Ruang Kota Depok. Jadwal pelaksanaan kegiatan akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan. Kurun
waktu tersebut akan dibagi ke dalam tahapan pelaksanaan yang telah dirumuskan pada bab
sebelumnya mengenai kerangka konsep, sehingga dari hasil perumusan kerangka konsep tersebut akan
terbentuk jadwal pelaksanaan pekerjaan. Berikut adalah jadwal dan uraian kegiatan dalam pengkajian revisi
tata ruang Kota Depok.
Tabel 5.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Oktober November Desember
No Aktivitas Kunci
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Tahapan Persiapan
a Persiapan Awal
b Pembentukan tim penyusun Revisi Materi Teknis RTRW Kota Depok
c Mobiisasi tim
d Kajian kebijakan dan literatur review
II Tahap Pengumpulan Data
A Data dukung dan daya tampung Kota Depok
1 Data spasial
2 Data statistik
Pemetaan wilayah potensi dan kendala pengembangan ruang Kota
3 Depok
B Data Sosial Budaya Kota Depok sebagai dasar perencanaan tata ruang
1 Sebaran kepadatan penduduk
Pengumpulan data statistik penduduk, migrasi, dan komposisi
2 penduduk lainnya
Pemetaan wilayah potensi peninggalan sejarah (urban heritage) Kota
3 Depok
Data Ekonomi Kota Depok sebagai acauan perencanaan struktur dan
C pola ruang
1 Data statistik ekonomi
2 Identifikasi sarana prasarana ekonomi
D Dokumen perencanaan tata ruang
III Tahap Pengolahan dan Analisis Data
A Analisis Kebijakan Tata Ruang
1 Divergensi dan Konvergensi kebijakan tata ruang
2 Analisis GAP kebijakan
Pemetaan rencana struktur dan pola ruang serta jaringan infrastruktur
3 RTRW Kota Depok Tahun 2012
Pemetaan rencana struktur dan pola ruang RDTR Kota Depok Tahun
4 2012
B Analisis daya dukung dan daya tampung
Analisis daya dukung lingkungan: lahan dan air (Permen LH 17/2009)
Analisis daya tampung lingkungan: kapasitas daya tammpung limbah
(Permen LH 17/2009)
Analisis risiko bencana dankerentanan perubahan iklim
Analisis Low Impact Development
C
Proyeksi jumlah distribusi dan kepadatan penduduk pada jangka
waktu perencanaan
Pola migrasi, serta mobilitas non permanen pada jangka waktu
perencanaan.
Analisis aksesibilitas bagi kelompok rentan
Analisis potensi pengembangan wisata berbasis sejarah budaya dan
lansekap alam
D Analisis ekonomi Kota Depok
Analisis perkembangan guna lahan dan properti

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 95


Oktober November Desember
No Aktivitas Kunci
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Analisis fungsi dan peran jasa perkotaan
Analisis pertumbuhan ekonomi wilayah
Analisis kapasitas fiskal, kemampuan pembiayaan daerah
E Anaslisis Konsep Rencana Struktur dan Pola Ruang Kota Depok
Analisis struktur ruang: indeks aglomerasi; pemusatan kegiatan
Analisis urban metabolism ( jaringan drainase dan air bersih, energi,
dan ICT)
Analisis intensitas pemanfaatan ruang
Analisis sosial budaya Kota Depok
IV Perumusan Konsep Perencanaan Tata Ruang
Perumusan alternatif konsep rencana tata ruang
Penyusunan album peta 1:25.000
IV Deliverables
1. Laporan Pendahuluan
2. Lapporan Akhir
3. Album Peta A3
V Rapat Koordinasi
Focus Group Discussion (FGD)
Koordinasi Internal
Sumber : Tim Penyusun, 2019.

TAHAP PERSIAPAN akan dilaksanakan pada minggu pertama bulan Oktober kemudian dilanjutkan ke tahap
pengumpulan data selama 2 (dua) minggu setelahnya. Tahap selanjutnya adalah TAHAP PENGOLAHAN
DAN ANALISIS DATA yang dilakukan pada minggu terakhir bulan oktober dan 3 (tiga) minggu di bulan
November. TAHAP PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR yang berisi tentang konsep akan dilakukan selama 3
(tiga) minggu di mulai pada awal bulan hingga minggu ke-tiga bulan Desember. Adapun mengenai TARGET
PEMBERIAN LAPORAN PENDAHULUAN akan diberikan di awal bulan November dan laporan akhir pada
minggu ke tiga bulan Desember.

5.2 KOMPOSISI DAN PENUGASAN TENAGA AHLI

K egiatan ini di pimpin oleh ketua tim (team


leader) yang berperan sebagai
koordinator seluruh kegiatan. Secara
struktural, tenaga-tenaga ahli yang terlibat dalam
pekerjaan ini bertanggung jawab kepada pimpinan
tanggung jawab yang sifatnya dirangkap oleh satu
orang/personil dari keseluruhan tim adalah
tanggung jawab yang diemban oleh ketua tim.
Untuk lebih jelasnya mengenai komposisi tim dan
penugasan pada kegiatan ini adalah sebagai
tim, dalam hal ini ketua tim (team leader). berikut:

Tabel 5.2 Komposisi Tim Dan Penugasan Tenaga Ahli


Nama Posisi
Lingkup Keahlian Uraian Pekerjaan
Personil Diusulkan
1 2 3 4
TENAGA AHLI
Lingkup tugas team leader ini antara lain:
• Mengkoordinir dan mengatur mobilisasi dan demobilisasi seluruh
tenaga ahli sebagai langkah persiapan pelaksanaan dan guna
kelancaran pekerjaan,
• Memimpin dan melakukan koordinasi di antara tenaga ahli serta
Ahli Perencanaan Ketua Tim semua anggota tim inti dan tenaga penunjang yang dilibatkan dalam
1
Wilayah (Team Leader) pekerjaan,
• Melakukan koordinasi antara tim pelaksana/kosultan dengan Pemberi
Kerja
• Menyusun rencana kerja dan ketelibatan tenaga ahli untuk setiap
tahapan pekerjaan,
• Mengkoordinasikan penyempurnaan rumusan isu dan permasalahan,

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 96


Nama Posisi
Lingkup Keahlian Uraian Pekerjaan
Personil Diusulkan
1 2 3 4
didukung informasi yang diperoleh dari survey lapangan,
• Mengkoordinasikan proses analisis data yang didukung semua tenaga
ahli yang terkait sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki,
• Memberikan masukan terhadap analisis dan perumusan rencana,
• Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seminar laporan,
• Bertanggung jawab pada seluruh jenis pelaporan dan hasil-hasil
seminar,
• Bertanggung jawab kepada pemberi kerja terkait dengan kemajuan
pekerjaan
• Mengadakan survei dan investigasi lapangan untuk menginventarisasi
data-data kondisi eksisting/rona awal lingkungan;
• Melakuan kegiatan pemetaan terhadap berbagai program/kegiatan
yang akan dituangkan dalam hasil akhir;
• Menyiapkan peta berbasis GIS yang menunjukkan skenario
Tenaga Ahli pengembangan tata ruang, skala minimal 1:50.000
2 Pemetaan Anggota • Melakukan koordinasi dan kerjasama bersama Team Leader dan
tenaga ahli lainnya dalam setiap aktivitas yang dilaksanakan yang
terkait dengan pemetaan wilayah;
• Menganalisis data-data hasil survei dan investigasi;
• Bersama Team Leader dan Tenaga Ahli lainnya menyusun dan
mempresentasikan Laporan Hasil Kegiatan Tim di hadapan pengguna
jasa.
• Melaksanakan semua pekerjaan yang diterimanya, sesuai dengan job
description dan berpedoman pada ketentuan yang berlaku;
• Menginterprestasikan data-data yang masuk dari surveyor serta hasil
foto udara khususnya yang terkait dengan aspek ekonomi
pembangunan untuk dijadikan acuan dalam menghasilkan keluaran;
Tenaga Ahli • Meneliti dan menganalisis aspek kebutuhan ekonomi dengan
Ekonomi melibatkan masyarakat lokal
3 Anggota
Perkotaan • Mengidentifiksi dan menjastifikasi zona-zona kawasan strategis
• Menyusun laporan tentang hasil analisis data-data yang berhubungan
dengan perencanaan;
• Membuat rencana pemanfaatan ruang kawasan, struktur pelayanan
kegiatan, dan pengembangan ekonomi;
• Melakukan konsultasi tentang pekerjaan kepada Ketua Tim secara
internal, dan kepada Pemda atau pemberi tugas secara eksternal.
• Melaksanakan semua pekerjaan yang diterimanya, sesuai dengan job
description dan berpedoman pada ketentuan yang berlaku;
• Menginterpretasikan data-data yang masuk dari surveyor serta hasil
foto udara khususnya yang terkait dengan perencana kawasan untuk
dijadikan acuan dalam menghasilkan keluaran;
• Meneliti dan menganalisis aspek infrastruktur dan transportasi yang
dapat mendukung pembangunan infrastruktur;
Tenaga Ahli • Mengindentifikasi dan menjastifikasi pemanfaatan ruang untuk
Infrastruktur dan aktivitas perkotaan yang dapat dijadikan kawasan yang harus ditata
4 Anggota
Transportasi ulang;
• Memodifikasi standar-standar kebutuhan bangunan/ fasilitas sesuai
dengan karakteristik kawasan;
• Menyusun laporan tentang hasil analisis data-data yang berhubungan
dengan perencanaan;
• Membuat rencana pemanfaatan ruang kawasan, struktur pelayanan
kegiatan dan tata bangunan.
• Melakukan konsultasi tentang pekerjaan kepada Ketua Tim intern, dan
kepada Pemda atau pemberi tugas secara ekstern.
• Melaksanakan semua pekerjaan yang diterimanya, sesuai dengan job
description dan berpedoman pada ketentuan yang berlaku;
• Menginterpretasikan data-data yang masuk dari surveyor serta hasil
foto udara khususnya yang terkait dengan perencana kawasan untuk
Tenaga Ahli dijadikan acuan dalam menghasilkan keluaran;
5 Lingkungan Hidup Anggota • Meneliti dan menganalisis aspek daya dukung dan daya tampung
perkotaan
• Mengindentifikasi dan menjastifikasi pemanfaatan ruang untuk
aktivitas perkotaan yang dapat dijadikan kawasan yang harus ditata
ulang;
• Memodifikasi standar-standar pengendalian lingkungan melalui
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 97
Nama Posisi
Lingkup Keahlian Uraian Pekerjaan
Personil Diusulkan
1 2 3 4
rencana tata ruang
• Menyusun laporan tentang hasil analisis data-data yang berhubungan
dengan perencanaan;
• Membuat rencana pemanfaatan ruang kawasan, struktur pelayanan
kegiatan dan tata bangunan.
• Melakukan konsultasi tentang pekerjaan kepada Ketua Tim intern, dan
kepada Pemda atau pemberi tugas secara ekstern.
• Melaksanakan semua pekerjaan yang diterimanya, sesuai dengan job
description dan berpedoman pada ketentuan yang berlaku;
• Menginterpretasikan data-data yang masuk dari surveyor serta hasil
foto udara khususnya yang terkait dengan perencana kawasan untuk
dijadikan acuan dalam menghasilkan keluaran;
• Meneliti dan menganalisis aspek hidrologi Kota Depok sebagai
Tenaga Ahli wilayah middle stream DAS CIliwung
6 Hidrologi Anggota • Mengindentifikasi dan menjastifikasi permasalahan badan air di Kota
Depok
• Menyusun laporan tentang hasil analisis data-data yang berhubungan
dengan perencanaan;
• Membuat rencana pemanfaatan ruang kawasan, struktur pelayanan
kegiatan dan tata bangunan.
• Melakukan konsultasi tentang pekerjaan kepada Ketua Tim intern, dan
kepada Pemda atau pemberi tugas secara ekstern.
• Melaksanakan semua pekerjaan yang diterimanya, sesuai dengan job
description dan berpedoman pada ketentuan yang berlaku;
• Menginterpretasikan data-data yang masuk dari surveyor serta hasil
foto udara khususnya yang terkait dengan perencana kawasan untuk
dijadikan acuan dalam menghasilkan keluaran;
• Meneliti dan menganalisis aspek estetika lingkungan kawasan
pariwisata yang dapat mendukung pembangunan infrastruktur;
• Mengindentifikasi dan menjastifikasi pemanfaatan ruang untuk
Tenaga Ahli
aktivitas pariwisata yang dapat dijadikan kawasan yang harus ditata
7 Lansekap Anggota
ulang;
• Memodifikasi standar-standar kebutuhan bangunan/ fasilitas sesuai
dengan karakteristik kawasan;
• Menyusun laporan tentang hasil analisis data-data yang berhubungan
dengan perencanaan;
• Membuat rencana pemanfaatan ruang kawasan, struktur pelayanan
kegiatan dan tata bangunan.
• Melakukan konsultasi tentang pekerjaan kepada Ketua Tim intern, dan
kepada Pemda atau pemberi tugas secara ekstern.
• Mengadakan survei dan investigasi lapangan untuk menginventarisasi
data-data yang dibutuhkan dalam analisis sosial budaya;
• Membuat analisis sosial budaya sesuai dengan karakteristik wilayah
untuk kabupaten pengembangan;
• Bersama-sama dengan Tenaga Ahli lainnya melakukan kajian
terhadap kelayakan pembangunan kawasan pariwisata yang
berdampak kepada masyarakat;
Tenaga Ahli Sosial
8 Anggota • Melakukan koordinasi dn kerjasama dengan Team Leader dan
Budaya
Tenaga-tenaga Ahli lainnya dalam setiap aktivitas yang dilaksanakan
yang terkait dengan analisis sosial masyarakat;
• Menganalisis data-data hasil survey dan investigasi;
• Bersama Team Leader dan Tenaga Ahli lainnya menyusun dan
mempresentasikan Laporan Hasil Kegiatan Tim di hadapan pengguna
jasa.

TENAGA PENDUKUNG
• Melakukan pengumpulan data primer dan sekunder.
Asisten Tenaga
Tenaga • Kompilasi dan analisis data.
10 Ahli
Pendukung • Membantu tenaga ahli untuk merumuskan hasil temuan lapangan dan
laporan.
Sumber : Tim Penyusun, 2019.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 98


5.3 ORGANISASI DAN PERSONIL

O
rganisasi pelaksanaan kerja pada Kajian Pengguna jasa dalam hal ini adalah Dinas Tata
Revisi Tata Ruang Kota Depok pada Ruang dan Permukiman Kota Depok. Sementara
dasarnya menjelaskan garis hubungan penyedia atau pelaksana jasa disini adalah Pusat
kerja antara pemberi kerja (pengguna jasa) dengan Riset Perkotaan dan Wilayah (PRPW), Sekolah
pelaksana kerja (penyedia jasa). Kedua pihak Kajian Strategik dan Global (SKSG) – Universitas
tersebut dalam organisasi pelaksanaan pekerjaan Indonesia. Baik pihak penyedia maupun pelaksana
berada pada garis komando dan koordinasi yang kegiatan akan membentuk tim penyusun yang
jelas. Dalam upaya memudahkan koordinasi terdiri atas ketua tim, tenaga ahli, dan tenaga
pelaksanaan pekerjaan kedua belah pihak, baik pendukung.
pengguna jasa maupun penyedia jasa (Pelaksana
Kegiatan) telah membentuk tim pelaksana.

A. PENGGUNA JASA

Pengguna jasa dalam kegiatan Kajian Revisi Rencana Tata Ruang Kota Depok adalah Dinas Tata Ruang dan
Permukiman Kota Depok. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, pengguna jasa akan menunjuk seorang yang
selanjutnya akan membentuk Tim Teknis yang akan mendukung pelaksanaan kajian para tenaga ahli selama
masa kerjasama. Dalam Kajian Revisi Rencana Tata Ruang Kota Depok, beberapa fungsi dan peranan dari
pengguna jasa yaitu :

Tahap Analisis

▪ Mengkonfirmasi hasil

Tahap Pengumpulan Data temuan para tenaga ahli


Tahap Persiapan sekaligus memberikan
▪ Memfasilitasi kegiatan masukan (saran, usul dan
▪ Memberikan arahan kepada
partisipatif dalam rangka kritik) yang sifatnya
penyedia jasa (Tim Tenaga
menghimpunan informasi substantif maupun teknis
Ahli PRPW, UKK CSGS UI).
isu-isu strategis terkini terhadap proses
▪ Menyiapkan surat-surat
terkait perkembangan penyusunan maupun hasil
kegiatan dan keperluan
wilayah Kota Depok rancangan yang dihasilkan
administratif lainnya
▪ Pemberi data dan informasi Tim Pelaksana Kegiatan
▪ Penyusun kerangka acuan
pendukung yang diperlukan apabila kurang sesuai
kerja dan spesifikasi teknis
bagi keperluan penyusunan dengan kondisi dan
yang jelas sesuai dengan
Tim Pelaksana kegiatan, permasalahan yang ada di
lingkup pekerjaan maupun
dalam hal ini Tim Tenaga lapangan.
lingkup wilayah pekerjaan.
Ahli UKK CSGS UI. ▪ Partner dalam melakukan
konsultasi, perundingan, dan
negoisasi yang bersifat
administratif maupun teknis.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 99


B. MITRA (TIM PELAKSANA)

Mitra atau pelaksana kegiatan dalam kajian ini adalah Tim Tenaga Ahli di Pusat Riset Perkotaan dan
Wilayah (PRPW) yang berada di bawah naungan Unit Kerja Khusus Center For Strategic And Global
Studies, Sekolah Kajian Stratejik Dan Global, Universitas Indonesia (UKK CSGS UI). UKK CSGS UI
merupakan lembaga yang terdiri dari ketua tim (team leader), tenaga ahli, dan tenaga pendukung.
▪ Ketua Tim (team leader) bertanggung jawab secara keseluruhan kepada tim pengguna jasa,
mengkoordinasikan seluruh pekerjaan tim pelaksana pekerjaan dengan dibantu oleh sub-bidang
keahlian.
▪ Tenaga Ahli yang merupakan sub-bidang keahlian, yang dirinci berdasarkan disiplin ilmu yang
digunakan dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing.
▪ Tenaga pendukung bertugas melaksanakan tugas studio dan kesekretariatan dalam pekerjaan
ini.
Dalam Kajian Revisi Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilatyah Kota Depok, beberapa fungsi dan
peranan dari penyedia jasa dari pihak mitra, antara lain:

Tahap Pengumpulan Data


Tahap Analisis
▪ Membangun basis data
▪ Menyiapkan hasil temuan
▪ Mengolah data-data
berdasarkan keahlian
Tahap Persiapan statistik, data spasial,
masing-masing tenaga
dan data sekunder ke
▪ Memenuhi kebutuhan ahli
dalam bentuk penyajian
terkait berkas-berkas ▪ Menyusun materi teknis
yang informatif guna
untuk keperluan RTRW
mendukung hasil analisis
administrasi ▪ Mengintepretasikan hasil
▪ Menyelenggarakan dan
▪ Mobilisasi tim dan pengolahan data untuk
mengarahkan substansi
menentukan metode menganalisis
narasumber dalam acara
pelaksanaan kajian revisi ▪ Merumuskan konsep
FGD tematik yang
tata ruang alternatif rencana
diselenggarakan dalam
struktur ruang dan Pola
rangka mengupdate
ruang Kota Depok
informasi dan isu terkini
Kota Depok

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 100


Sumber : Tim Penyusun, 2019.

Gambar 5.1 Struktur Organisasi Pelaksanaan Kajian Revisi Tata Ruang Kota Depok

5.5 Output pekerjaan


1. Laporan Pendahuluan
Berisi muatan pendahuluan, gambaran umum wilayah Kota Depok, studi literatur,
pendekatan dan metodologi, rencana pelaksanaan kegiatan, jadwal pelaksanaan
pekerjaan, kebutuhan tenaga ahli dan tenaga pendukung, jadwal penugasan tenaga
ahli dan tenaga pendukung, struktur organisasi pekerjaan, pelaporan.
Laporan diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak Surat Penugasan Tim
Revisi Revisi RTRW diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen. sebanyak 5 (lima)
buku laporan, dengan format kertas A4.
2. Laporan Antara (Buku Fakta dan Analisa)
Berisi data dan informasi (data primer dan data sekunder), pengolahan dan analisis
kebijakan spasial dan sektoral, analisis kedudukan dan peran kota Depok dalam
wilayah yang lebih luas, analisis fisik wilayah, analisis sosial kependudukan, analisis
ekonomi wilayah, analisis sebaran ketersediaan dan kebutuhan sarana dan prasarana
wilayah kota, analisis penguasaan tanah, analisis bentuk dan struktur kota serta arah
pengembangannnya, analisis lingkungan hidup, dan analisis pengurangan risiko
bencana,.
Laporan diserahkan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak Surat Penugasan Tim
Revisi Materi Teknis RTRW diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen. sebanyak 5
(lima) buku laporan, dengan format kertas A4.
MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 101
3. Laporan Akhir (Buku Rencana)
Berisi muatan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang; rencana struktur ruang;
rencana pola ruang; penetapan kawasan strategis; arahan pemanfaatan ruang; dan
arahan pengendalian pemanfaatan ruang.
Laporan diserahkan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sejak Surat Penugasan Tim
Revisi Materi Teknis RTRW diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen. sebanyak 5
(lima) buku laporan, dengan format kertas A4.
4. Album Peta Materi Teknis
Berisi muatan sebagai berikut:
a. Peta profil wilayah Kota Depok
1) Peta orientasi wilayah
2) Peta batas administrasi
3) Peta guna lahan
4) Peta rawan bencana
5) Penetapan sebaran penduduk
6) Peta-peta profil lainnya yang dirasa perlu untuk ditampilkan dalam album peta
b. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Depok
c. Peta Rencana Jaringan Prasarana
d. Peta Rencana Pola Ruang
Pada setiap lembar peta harus dicantumkan peta indeks dan nomor lembar peta
yang menunjukan posisi lembar peta yang disajikan di dalam wilayah kota Depok
secara keseluruhan.
e. Peta Penetapan Kawasan Strategis Kota
Disajikan dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:25.000 dicetak dalam kertas
ukuran A1 dilengkapi dengan peta digital yang mengikuti ketentuan sistem informasi
geografis (GIS) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
5. Album peta laporan akhir
Laporan diserahkan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sejak Surat Penugasan Tim
Revisi Materi Teknis RTRW diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen. sebanyak 1
(satu) album peta, dengan format kertas A1.
6. Eksternal Harddisk
Berisi file semua laporan, peta digital berbentuk shp, album peta dalam bentuk pdf.

MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 102


MATERI TEKNIS REVISI RTRW KOTA DEPOK | 103

Anda mungkin juga menyukai