Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAP KINERJA GURU DI SMP SE-KECAMATAN BANJAR BARU


KABUPATEN TULANG BAWANG

PROPOSAL TESIS

OLEH :
NAMA : NANANG AVANDI
NPM : 18720008

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2019
PROGRAM PASCA SARJANA (PPs)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

PERSETUJUAN PROPOSAL TESIS


Saya yang bertada tangan dibawah ini sebagai Pembimbing Akademik pada penulisan
Proposal terhadap saudara :
Nama : NANANG AVANDI

NPM : 18720008

Prodi : Manajemen Pendidikan

Judul : PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA


TERHADAP KINERJA GURU SMP SEKECAMATAN BANJAR BARU
KABUPATEN TULANG BAWANG
Proposal tesis judul di atas telah disetujui dan di bombing dengan seksama,
untuk kemudian mohon dilanjutkan kepada pembimbing I dan pembimbing II
sampai layak untuk diseminarkan.
Metro, September 2019
Pembimbing Akademik

Prof. Dr.H.Karwono., M.Pd


NIDN. 0025035309
Disetujui oleh :
Ka. Prodi Manajemen Pendidikan

Prof. Dr. H. Juhri., M.Pd


NIDN. 0007035301
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

Karena pendidikan diyakini masyarakat dan pemerintah dapat meningkatkan

kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) dan segala potensi serta bakat yang

dimiliki dapat ditumbuh-kembangkan. Pendidikan sendiri diharapkan dapat

bermanfaat bagi diri sendiri maupun kepentingan orang banyak. Sekolah adalah

sebuah lembaga formal pendidikan yang memegang peranan penting dalam

meningkatkan kualitas pendidikan, melalui pembelajaran demi menunjang

kelancaran jalannya pembangunan di Indonesia.

Guru merupakan figur inspirator dan motivator dalam mengukir masa

depan peserta didik. Guru sendiri merupakan seorang pendidik yang menjadi

tulang punggung dalam kegiatan pendidikan terutama dalam proses pembelajaran.

Tanpa adanya peran guru maka proses pembelajaran akan terganggu bahkan

gagal. Oleh karena itu dalam manajemen pendidikan, kinerja seorang guru harus

selalu ditingkatkan mengingat tuntutan dan tantangan persaingan dunia

pendidikan global untuk menghasilkan kualitas SDM yang mampu bersaing di Era

Revolusi Industri 4.0.

Kinerja guru merupakan seluruh usaha guru untuk mengantarkan proses

pembelajaran mencapai tujuan pendidikan. Kinerja erat kaitannya dengan prestasi

yang hendak dicapai seseorang atau lembaga dalam melaksanakan tugasnya. Oleh

karena itu, kinerja guru sangat erat kaitannya dengan proses pengorganisasian dan
manajemen pendidikan dalam pembagian tugas dan fungsinya dalam lingkup

sekolah. Kinerja guru dapat dilihat dari penguasaan guru terhadap kompetensi

yang dimiliki sebagai tenaga yang profesional. (Depdiknas: 2007) permendiknas

RI No. 16 menjelaskan bahwa terdapat empat kompetensi sebagai guru

profesional yaitu kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian.

Kompetensi yang di miliki guru tersebut merujuk kepada kinerja guru.

Faktor-faktor yang memperngaruhi kualitas kinerja guru ada dua yaitu

pertama faktor internal (dari diri sendiri) seperti kemampuan, keterampilan,

kepribadian, motivasi dan lain-lain. Kemudian yang kedua yaitu faktor eksternal

(dari luar diri) seperti gaji, sarana dan prasarana, lingkungan kerja dan

kepemimmpinan. Jadi untuk mendapatkan keberhasilan program pendidikan

tugas dan peran guru itu tidak mudah untuk dilakukan, perlu adanya motivasi

kerja dari diri guru itu sendiri serta adanya koordinasi yang baik dengan warga

sekolah khususnya yaitu kepala sekolah. Faktor kepemimpinan kepala sekolah

dan motivasi kerja dari guru itu sendiri dipandang memiliki peran yang penting

untuk peningkatan kinerja dari guru tersebut.

Sekolah sebagai suatu sistem yang memiliki komponen-komponen yang

sangat berkaitan antar satu sama lain serta memiliki kontribusi pada pencapaian

tujuan. Beberapa komponenya yaitu siswa, kurikulum, bahan ajar, guru, kepala

sekolah, tenaga kependidikan lainnya, lingkungan, sarana, fasilitas, proses

pembelajaran dan hasil atau output. Sekolah di pemimpin oleh seorang kepala

sekolah, kepala sekolah sendiri merupakan seorang guru yang diberi tugas

tambahan. Dalam melaksanakan manajeman berbasis sekolah yang efektif dan

efisien, dieperlukan kepala sekolah yang memiliki kemampuan dalam hal


kepemimpinan, perencanaan, serta memiliki pandangan yang luas tentang sekolah

dan pendidikan. Karena keberhasilan suatu sekolah tidak lepas dari semua

komponen yang terkait dalam sekolah yaitu kepala sekolah, guru, tenaga

administrasi, peserta didik dan peran orang tua murid.

Berdasarkan uraian di atas sekolah- sekolah menengah kususnya SMP di

kecamatan Banjar Baru kabupaten Tulang Bawang telah berupaya meningkatkan

kinerja guru melalui peran kepala sekolah dalam hal kepemimpinannyadan

meningkatkan motivasi kerja dari guru-guru. Di sini peran kepala sekolah sebagai

pimpinan harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan

kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan

mendelegasikan tugas. Kepala sekolah juga harus mampu menjalankan perannya

sebagai seorang pemimpin atau leader. Ada berbagai macam kepemimpinan yang

bisa di adopsi dan diimplementasikan oleh kepala sekolah dalam berinteraksi

dengan pendidik dan tenaga kependidikan (PTK).

Faktor lain , selain kepemimpinan kepala sekolah untuk meningkatkan

kinerja guru adalah motivasi kerja. Sebagai seorang guru yang bekerja secara

profesional seharusnya guru memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bekerja.

Seorang guru yang memiliki motivasi kerja tinggi biasanya akan menjalankan

tugasnya sebagai guru dengan setulus hati, penuh semangat dan all out, karena

ada tujuan yang melatarbelakanginya. Tujuan tersebutlah yang menjadi faktor

pendorong yang memberikan kekuatan lebih bagi seorang guru sehingga mau dan

ikhlas bekerja keras. Motivasi yang dimiliki setiap guru berbeda-beda. Padahal

motivasi kerja sangat dibutuhkan oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya

untuk meningkatkan proses pembelajaran.


Guru dalam organisasi (sekolah) yang memiliki motivasi kerja tinggi

tercermin dari sikap dan perilakunya yang semangat bekerja keras, disiplin dan

tanggung jawab tinggi, mendayagunakan segenap kemampuan, tenaga dan

pikiran, segala keterampilan yang dimiliki dan cenderung mau bertindak untuk

mewujudkan tujuan dari pendidikan, sehingga akan memberikan tingkat kinerja

guru yang optimal. Guru yang memiliki kinerja tinggi otomatis memiliki

semangat kerja yang baik, dengan semangat kerja itulah guru akan selalu

berupaya memperbaharui pola pembelajarannya menjadi lebih menyenangkan,

lebih kreatif dan inovatif, serta bisa bekerja secara profesional, integritas,

bertanggung jawab serta bisa menjadi contoh keteladanan bagi peserta didik untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

Dilihat dari fenomena dilapangan, banyak motivasi kerja guru yang masih

rendah, terlihat dari guru yang merasa enggan merancang maupun menyusun

perangkat pembelajaran, kebanyakan guru masih mengajar tanpa ada persiapan

dan juga perencanaan yang matang tentang materi apa yang akan di ajarkan.

Selain itu masih banyak guru saat mengajar sebagian besar masih mengandalkan

metode ceramah belum memberikan variasi metode pembelajaran sehingga

membuat peserta didik menjadi jenuh. Guru-guru pun masih cenderung merasa

kemampuan mengajarnya sudah baik sehingga masih enggan untuk di supervisi.

Kemudian masih adanya guru yang keluar dan masuk kelas tidak tepat waktu.

Tentunya hal seperti ini akan membawa dampak negatif terhadap kinerja guru

yang berhubungan dengan kuantitas dan kualitas pembelajaran yang dihubungkan

langsung dengan penilaian kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan mutu

kelulusan siswa sekolah.


Menurut pengamatan penulis berdasarkan hasil pra survei yang telah

dilakukan pada tanggal 27 Januari-8 Februari 2020 di SMP Se-Kecamatan Banjar

Baru Kabupaten Tulang Bawang belum menunjukan hasil yang kurang

menggembirakan. Jika tugas pokok dari seorang guru dan kedisiplinan guru

dijadikan indikator dalam pelaksanaan kinerja guru, maka dari itu kinerja guru

SMP Se-Kecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang dapat dilihat dari

tabel di bawah ini:

Tabel 1.1: Presentase pelaksanaan tugas pokok guru dan kedisiplinan guru
SMP Se-Kecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang

Jenis Kegiatan
Merencanakan Melaksananakan Penilaian Masuk Dan
Nama Jml
No Program Pembelajaran Pembelajaran Keluar
Sekolah Guru
Pembelajaran Sesuai Sesuai KelasTepat
Perencanaan Perencanaan Waktu
SMPN 1
1. Banjar 28 24 22 20 26
Baru
SMPN 2
2. Banjar 25 21 19 17 23
Baru
SMPN 3
3. Banjar 20 18 16 15 18
Baru
SMP
4. Nurul 7 5 4 2 5
Iman
Jumlah 80 68 61 54 72
Persentase 85 % 76,25 % 67,5 % 90 %
Sumber : Dokumen SMP Se-Kecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang 2020

Dari tabel 1.1 diatas, dapat di nyatakan bahwa tingkat motivasi kerja

seorang guru di SMP Se-Kecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang

belum mencerminkan hasil yang maximal. Masih ada 12 orang guru (15 %) dari

80 guru (85 %) yang belum merencanakan program pembelajaran, kemudian ada


19 orang guru (23,75 %) dari 80 guru (76,25 %) yang belum melaksananakan

pembelajaran sesuai perencanaan. Guru yang belum melaksanakan penilaian

pembelajaran sesuai perencanaan 26 orang guru dari 80 guru (67,5 %) dan masih

ada 8 orang gruru (10 %) dari 80 guru (90 %) yang keluar masuk kelas tidak tepat

waktu

dengan mengamati proses kegiatan pembelajaran dilapangan masih banyak

motivasi kerja guru yang masih rendah, guru merasa enggan untuk merancang dan

menyusun perangkat pembelajaran, guru mengajar tanpa adanya persiapan dan

perencanaan yang matang saat memberikan materi yang akan di ajarkan. Beberapa

guru juga belum memberikan kontribusi yang baik dalam meningkatkan mutu

pendidikan, hal ini ditunjukan dengan masih ada beberapa guru ketika jam masuk

sekolah masih ada yang terlambat datang, kemudian saat masuk kelas masih

terdapat guru yang menunda-nunda waktu untuk masuk kelas dan pada saat keluar

dari kelas lebih awal padahal jam pelajaran belum selesai. Beberapa gurupun

masih belum bisa dalam pengelolaan kelas sehingga kelas tidak kondusif, serta

belum maksimalnya dalam pemanfaatan media pembelajaran, dan ada beberapa

guru senior yang cenderung malas untuk menerima perubahan-perubahan apalagi

bertanya kepada guru yang lebih muda tentang pengembangan materi, tentunya ini

semua akan berdampak negatif terhadap kinerja guru

Berdasarkan hasil pra survei tersebut juga, salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja guru adalah kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah

sebagai pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk membantu guru dalam

menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi, baik secara individu atau pun
secara umum. (Sumber: Sekolah SMP Se-Kecamatam Banjar Baru, 27 Januari

2020).

Dari data hasil wawancara di atas, diperlihatkan bahwa kinerja dan

motivasi guru masih tergolong rendah. Rendahnya motivasi kerja dan kinerja guru

ini akan berdampak pada hasil kinerja guru dalam mengajar. Dari uraian latar

belakang tersebut kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan kinerja guru

sangat menarik untuk diteliti. Dengan demikian dalam rangka berpartisipasi

meningkatkan mutu pendidikan di SMP Se-kecamatan Banjar Baru Kabupaten

Tulang Bawang, khususnya meningkatkan kinerja guru SMP Se-kecamatan

Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang melalui kepemimpinan kepala sekolah

dan motivasi kerja guru maka penulis tertarik menjawab pertanyaan yang perlu

diteliti tentang seberapa jauh Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan

Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru.

B. Identifikasi Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

menetapkan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kepala madrasah belum melaksanakan kepemimpinan yang efektif terhadap

jajaran karyawan.

2. Sering terjadinya instruksi yang kurang jelas manajemen yang belum jelas

3. Kepala madrasah belum sepenuhnya berperan untuk termotivasi dalam

menjalankan visi dan misi sekolah

4. Kepala madrasah sering tidak melakukan dialog dan memperhatikan

jajarannya

5. Kinerja guru masih belum terlihat maksimal


6. Guru karyawan dan staff kurang memperhatikan dan meningkatkan

kinerjanya

7. Pengaruh kepemimpinan dan motivasi kepala madrasah terhadap kinerja

guru.

8. Kurang cepat tanggapnya kepala sekolah dalam mengambil keputusan

9. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaruhi kinerja guru belum

maksimal sehingga perlu ditingkatkan

10. Kurang perhatiannya kepala sekolah tentang kehadiran guru di sekolah

11. Motivasi guru untuk berprestasi masih rendah

12. Motivasi kerja guru untuk meningkatkan kemampuan belajar belum

maksimal

13. Kinerja guru belum optimal dan belum sesuai harapan sekolah

14. Kesadaran diri akan tugasnya sebagai guru masih rendah

15. Penguasaan kompetensi guru belum menyeluruh

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari ketidak fokusan penelitian, maka penulis membatasi

masalah sebagai berikut :

1. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Se-Kecamatan Banjar Baru.

2. Motivasi kerja guru di SMP Se-Kecamatan Banjar Baru

3. Kinerja guru dalam proses belajar mengajar di SMP Se-Kecamatan Banjar

Baru.

4. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja

guru.
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP

seKecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang ?

2. Seberapa besar motivasi kerja terhadap kinerja guru SMP seKecamatan

Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang ?

3. Seberapa besar kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap

kinerja guru SMP seKecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang ?

4. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja

terhadap kinerja guru SMP seKecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang

Bawang ?

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dari penelitian

ini adalah :

1. Mendeskripsikan seberapa besar kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kinerja guru SMP seKecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang.

2. Mendeskripsikan seberapa besar motivasi kerja terhadap kinerja guru SMP

seKecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang.

3. Mendeskripsikan Seberapa besar kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi

kerja terhadap kinerja guru SMP seKecamatan Banjar Baru Kabupaten

Tulang Bawang.
4. Mendeskripsikan seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan

motivasi kerja terhadap kinerja guru SMP seKecamatan Banjar Baru

Kabupaten Tulang Bawang.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan memiliki manfaat atau

kegunaan bagi :

1. Kepala Sekolah

Sebagai masukan bagi kepala sekolah dan untuk bahan referensi tentang

kepemimpinan kepala sekolahdalam menjalankan tugasnya

2. Guru

Bagi guru dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan kinerja

guru yang bermuara pada penilaian kinerja guru dan mutu pendidikan serta mutu

kelulusan sekolah.

3. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi peneliti dan Untuk

mengembangkan ilmu dalam bidang manajemen.

4. Bagi peneliti lain.

Bagi peneliti lain, sebagai bahan rujukan untuk mengadakan penelitian

selanjutnya dan dapat dijadikan pengembangan penelitian lebih mendalam.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja guru adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugas-

tugasnya dalam menjalankan peran di sekolah baik itu di dalam pembelajaran

atau di luar kelas di mana tugas yang dibebankannya dapat terlaksana seperti

merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai

hasil belajar yang tentunya didukung dengan kompetensi yang mumpuni di

antaranya kompetensi profesional, pedagogik, sosial, dan kepribadian.

Sedangkan kinerja guru menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor

35 Tahun 2010 adalah hasil penilaian terhadap proses dan hasil kerja yang

dicapai guru dalam melaksanakan tugasnya. Kinerja juga sangat berkaitan

dengan hasil kerja. Hasil kerja seorang guru bisa dilihat dan dinilai secara

kuantitatif maupun kualitatif ketika seorang guru menjalankan tugasnya sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru. Kinerja adalah tingkat

keberhasilan seseorang atau sekelompok orang dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawab serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah

ditetapkan ( Daryanto dan Rachmawati, 2013 : 16). Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia definisi kinerja adalah suatu yang dicapai, prestasi yang

diperlihatkan dalam kemampuan kerja. Menurut Supriyanto (2016 : 173) kinerja

merupakan hasil suatu pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang

guru berdasarkan kemampuan dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.


Menurut Mulyasa (2013:88) kinerja merupakan upaya untuk memperolah

gambaran tentang pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap guru dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya yang ditunjukan dalam penampilan,

perbuatan dan prestasi kerjanya. Dewi (2015:25) kinerja sebagai hasil kerja yang

dapat dilihat secara kualitas maupun kuantitas ketika seseorang melakukan tugas

yang menjadi tanggung jawabnya, sedangkan Supardi (2013: 47), kinerja adalah

“hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu organisasi untuk

mencapai tujuan berdasarkan atas standarisasi atau ukuran dan waktu yang

disesuaikan dengan jenis pekerjaanya dan sesuai dengan norma dan etika yang

telah ditetapkan”. Lebih lanjut Supardi (2013: 73) menjelaskan:

Kinerja guru adalah kemampuan dan keberhasilan guru dalam


melaksanakan tugas-tugas pembelajaran yang ditunjukkan oleh
indikatorindikator: (1) kemampuan menyusun rencana pembelajaran, (2)
kemampuan melaksanakan pembelajaran, (3) kemampuan mengadakan
hubungan antar pribadi, (4) kemampuan melaksanakan penilaian hasil
belajar, (5) kemampuan melaksankan pengayaan, dan (6) kemampuan
melaksanakan remedial.

Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa kinerja adalah

keberhasilan kerja atau prestasi kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok

yang dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawabnya, yang dapat dilihat secara

kualitas maupun kuantitas sesuai dengan norma dan etika yang telah ditetapkan.

Lembaga pendidikan yaitu sekolah, kinerja guru sangat berpengaruh besar dalam

menentukan kualitas kerja seorang guru.

Lembaga pendidikan memiliki beberapa komponen penting salah satunya

yaitu guru. Guru memiliki peran sangat peting dalam menentukan nasib suatu

bangsa dalam membentuk watak, akhlak serta mengembangkan potensi yang

dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu seorang guru yang profesional harus
mampu mengedepankan kualitas dan kompetensi sebagai seorang pendidik yang

baik. Guru adalah pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan peserta didik dalam

proses pembelajaran (Suprihatin, 2015: 74). Menurut Madjid (2016: 9) guru

adalah jabatan profesional dimana ia dituntut untuk berupaya semaksimal

mungkin menjalankan profesinya dengan baik. Sedangkan menurut peraturan

menteri pendidikan nasional nomor 35 tahun 2010, guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah.

Dari uraian di atas dapat di tarik kesimpulan secara sederhana bahwa guru

adalah seorang pendidik, pembimbing, pengajar yang memiliki tanggung jawab

terhadap peserta didiknya. Di masyarakat guru menempati posisi terhormat

dikarenakan guru dinilai memiliki kewibawaan lebih. Seorang guru tidak hanya

sekedar memberikan materi pelajaran atau hanya sekedar mentransfer ilmu

pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya, tetapi guru itu sebagai seorang

pembimbing yang memberikan arahan, memberi contoh, memberi sebuah

tuntutan keapada peserta didiknya. Guru itu sebagai penentu proses

pembelajaran dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, sehinga kinerja

guru tersebut akan berpengaruh pada hasil output atau lulusan dari sekolah itu.

Untuk itu guru dituntut harus memiliki kinerja yang baik yang mampu

memberikan, merealisasikan harapan dan keinginan masyarakat atau semua

pihak yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam memberikan binaan
kepada anak didiknya. Dalam meraih sebuah mutu pendidikan kinerja guru

sangat berpengaruh karena merupakan tuntutan penting untuk mencapai sebuah

keberhasilan dalm dunia pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik

adalah tolak ukur untuk sebuah keberhasilan kinerja yang ditunjukan seorang

guru.

Kinerja guru sebagai seorang agen pembelajaran dapat diartikan bahwa

peran guru atau pendidik sebagai contoh atau panutan, pembimbing, fasilitator,

pemberi motivasi dan juga memberikan inspirasi kepada peserta didik tidak

hanya pada saat proses pembelajaran saja tetapi pada kehidupan siswa juga.

Kriteria keberhasilan peserta didik dalam pendidikan di sekolah sangat

bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.

Kinerja guru merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran yang

menyangkut semua tingkah laku guru dalam melakukan tugasnya. Evaluasi

kinerja guru ini juga sangat diperlukan karena dengan adanya guru yang

profesional dapat menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif dan

menyenangkan. (Depdiknas: 2007) Permendiknas RI No. 16 menjelaskan bahwa

terdapat empat kompetensi sebagai guru profesional yaitu kompetensi

pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian. Mahmudi (2018: 20) kinerja

guru dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor personal atau individu, faktor

kepemimpinan, faktor tim, faktor sistem, dan faktor kontekstual. Kualitias kerja

yang di miliki guru akan sangat menetukan pada kualitas hasil kependidikan

dikarenakan guru adalah orang yang berinteraksi secara langsung dengan peserta

didik pada saat proses belajar mengajardi sekolah. Menurut Rosdiana (2015:73)
hakekat kinerja guru merupakan perilaku yang dihasilkan guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar dikelas.

Kinerja menurut Supriyatno (2016: 173) merupakan hasil suatu pekerjaan

atau prestasi kerja dilakukan oleh seorang guru berdasarkan kemampuan dalam

mengelola kegiatan belajar mengajar. Wibowo (2017: 177) kinerja guru

merupakan prestasi yang dicapai oleh guru berdasarkan tugas dan tanggung

jawab yang dimiliki, sedangkan menurut Mutakin (2017: 147) kinerja guru

merupakan kualitas dan kuantitas prestasi kerja guru yang ditunjukan oleh hasil

yang dicapai guru atas pelaksanaan tugas secara profesional dan fungsionalnya

dalam pembelajaran yang telah ditentukan pada kurun waktu tertentu.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kinerja

guru adalah hasil dari suatu pekerjaan yang dapat dilihat keberhasilanya atau

prestasi kerjanya, yang dicapai oleh seseorang guru yang dilaksanakan sesuai

dengan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan dari organisasi yang dijalani.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Setiap guru memiliki cici-ciri pribadi sesuai diri mereka masing-masing,

sehingga kepribadian seorang guru itu berbeda-beda. Kepribadian ini yang akan

menentukan apakah seorang guru bisa mendidik dan membina dengan baik

peserta didiknya atau malah menjerumuskan atau merusak bagi masa depan anak

didiknya, terutama bagi anak-anak yang masih kecil yang masih mencari jati

dirinya dan masih sering goyah jiwanya. Kepribadian seorang guru pun akan

tercermin pada saat membina anak didiknya, sikap dan perbuatan dirinya akan

terlihat. Oleh karena itu kepala sekolah harus mampu memahami kepribadian

seorang guru agar kinerja guru tersebut bisa maksimal. Menurut Hasbi (2016:
74) faktor yang mempengaruhi kinerja seorang guru ada dua yaitu faktor internal

berasal dari dalam diri guru dan faktor eksternal berasal dari luar diri guru tetapi

langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perwujudan kinerja. Salah satu

faktor internal itu adalah kompetensi yang dimiliki guru terkait dengan

pelaksanaan tugasnya. Menurut Keizer (2017: 19) faktor dalam kinerja guru

dipengaruhi oleh faktor internal yaitu dalam diri guru dan faktor eksternal yaitu

kebutuhan, motif, persepsi, sikap, pengalaman dan intelegensi, sedangkan

menurut Menurut Umiarso ( dalam Syamsul Arifin, 2017:13) menjelaskan

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru yaitu kepribadian dan dedikasi,

pengembangan profesi, kemampuan mengajar, dan hubungan dengan

masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru yaitu faktor internal meliputi

segala hal yang ada pada diri guru itu sendiri dan faktor eksternal yaitu meliputi

kepemimpinan, tim, sistem, kebutuhan, motif, persepsi, sikap, pengalaman,

intelegensi, lingkungan dan keterampilan.

3. Indikator Kinerja Guru

Kinerja guru dalam pembelajaran menjadi bagian terpenting dalam

mendukung terciptanya proses pendidikan. Berkenaan dengan tugas guru dalam

pembelajaran, menurut Depdiknas (2008: 22-24) terdapat indikator penilaian

terhadap kinerja guru yang dilakukan terhadap pembelajaran di kelas yaitu (a)

Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran (Perencanaan Silabus dan RPP),

(b) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran (pengelolaan kelas, pengunaan media

dan sumber belajar, dan pengunaan metode pembelajaran), dan Penilaian


pembelajaran.Berdasarkan Undang – Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen, terdapat indikator kinerja guru yang meliputi 4 kopetensi dasar yaitu:

Kompetensi Pedagogik meliputi :

(1)Memahami kurikulum pembelajaran

(2)Menguasai landasan pendidikan

(3)Menyusun perencanaan dan tujuan pembelajaran

(4)Penggunaan strategi dan metode pembelajaran

(5)Menggunakan media pembelajaran

(6)Ketepatan waktu menyampaikan materi

(7)Melakukan pembelajaran remedial

(8)Melakukan evaluasi pembelajaran

b. Kompetensi Kepribadian meliputi :

(1)Memiliki motivasi dalam mengajar

(2)Tingkat kedisiplinan dalam mengajar

(3)Arif dan bijaksana

(4)Kepatuhan terhadap pimpinan

(5)Loyalitas terhadap lembaga

(6)Moralitas dalam melaksanakan tugas

c. Kompetensi Sosial meliputi :

(1)Melakukan komunikasi dengan peserta didik

(2)Memahami karakteristik peserta didik

(3)Membantu memecahkan permasalahan siswa

(4)Membina hubungan baik

d. Kompetensi Profesional meliputi :


(1)Menguasai bahan ajar

(2)Kesesuaian latar belakang pendidikan dengan tugas mengajar

(3)Pengembangan kualitas diri

(4)Pendalaman materi bahan ajar

4. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar

Belajar adalah salah satu kunci sebuah keberhasilan, dari yang tidak tahu

menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Untuk mengetahui sejauhmana

sejauh mana peserta didik telah melaksanakan proses belajar dengan baik dan

menyerap materi yang telah diajarkan guru di sekolah dengan baik, maka perlu

dilakukan sebuah pengukuran terhadap kemampuan belajar dari peserta didik.

Hasil dari pengukuran kemampuan belajar peserta didik inilah yang dinamakan

prestasi beajar.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 787), prestasi diartikan

sebagai hasil yang telah dicapai, dan digolongkan ke dalam tiga bagian:

(1) Prestasi akademis, yaitu hasil pelajaran yang telah diperoleh


dari kegiatan belajar di sekolah atau yang bersifat kognitif dan
biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian; (2)
Prestasi belajar, adalah penguasaan pengetahuan dan
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang
diberikan oleh guru; (3) Prestasi kerja atau hasil kerja yang
dicapai seseorang karyawan dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya.

Prestasi belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor guru missal, peran guru sebagai orang tua kedua di sekolah sangat

berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik. Karena guru berperan sebisa

mungkin meminimalisir hal-hal negatif peserta didik dalam dunia pendidikan.


Selain itu peran orang tua di rumah juga sangat berpengaruh, karena orang tua

diharapkan tidak teralalu menekan anak, tetapi memperhatikan anak dan selalu

memberi semangat kepada anak supaya anak lebih semngat dalam belajar dan

berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Adanya kesinambungan pihak

sekolah dan keluarga akan membuat suasana yang positif terhadap diri peserta

didik. Akan tetapi, yang paling penting tujuan pembelajaran yang sudah

direncanakan dapat tercapai secara menyeluruh kepada semua siswa. Dengan

begitu proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat dikatakan sudah

berhasil. Pencapaian tujuan pembelajaran sangatlah penting karena hal itu juga

akan berdampak terhadap prestasi belajarnya.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan tadi, bahwa prestasi

belajar merupakan hasil proses belajar dari peserta didik dalam proses

berinteraksi sesame individu dalam kegiatan belajar, untuk meningkatkan

perubahan di bidang kognitif yang berupa hasil capaiannya dalam bentuk angka.

Prestasi belajar peserta didik dilakukan setelah adanya suatu evaluasi dengan

instrument tes yang relevan sesuai dengan tujuan pembelajarannya.

5. Hasil Penelitian Yang Relavan

a. Penelitian yang dilakukan oleh Listiyati Khoiriyah (2017) dengan judul

“Manajemen Sarana Dan Prasarana Dalam Menunjang Prestasi Belajar Peserta

Didik Di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan

Indonesia (GUPPI) Kalibalangan Lampung Utara”. Penelitian dilakukan pada

awal bulan April sampai awal bulan mei 2017. Metode penelitian yang

digunakan kualitatif, yang menjadi sumber data penelitiannya yaitu kepala

sekolah, dewan guru dan TU di MI GUPPI Kalibalangan Lampung Utara.


Teknik pengumpulan datanya yaitu observasi, interview dan dokumentasi. Uji

keabsahan data yang digunakan menggunakan triangulasi sumber dan metode.

Teknik analisis datanya yaitu reduksi data, penyajian data dan conclusion

drawing/verification.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Joni Ari Sandi (2016) dengan judul “Pengaruh

Kinerja Guru Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Statistika Siswa

Kelas X Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan Smkn 1 Pajangan Tahun

Ajaran 2015/2016”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas x paket

keahlian teknik gambar bangunan tahun ajaran 2015/2016 SMKN 1 Pajangan

sebanyak 66 siswa yang tebagi dalam 3 kelas. Pengaruh kinerja guru terhadap

prestasi belajar statistika yang menunjukan bahwa kinerja guru mempunyai

pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar statistika Dari hasil analisis

diperolah nilai t hitung >t tabel (5,782 > 1,9976) pada taraf signifikansi 5% dan

nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 < 0,05 dengan besar sumbangan efektif

sebesar 19,4%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar Statika. Dari

hasil analisis diperolah nilai t > t (6,065 > 1,9976) pada taraf signifikansi 5% dan

nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 < 0,05 dengan besar sumbangan efektif

sebesar 23,3%. Pengaruh kinerja guru dan motivasi belajar terhadap prestasi

belajar statistika mempunyai pengaruh signifikan. Penelitian ini dibuktikan

dengan hasil nilai F > F (23,482 > 3,143) pada taraf signifikansi 5% dan nilai

probabilitas (p) sebesar 0,000 < 0,05. Besarnya sumbangan kinerja guru dan

motivasi belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar Statika

ditunjukkan dengan 103 sumbangan efektif sebesar 42,7%. Kinerja guru


memberikan sumbangan efektif sebesar 19,4% , Motivasi belajar memberikan

sumbangan efektif sebesar 23,3%. Sedangkan 57,3% diberikan oleh variabel-

variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

6. Keterkaitan Antar Variabel

Hubungan antar variabel dalam penilitian ini adalah asimetris, yaitu suatu

variabel mempengaruhi variabel yang lain sifatnya tidak timbal balik. Hubungan

antara manajemen sarana dan kinerja guru terhadap prestasi belajar siswa,

manajemen sarana yang baik dan kinerja guru yang baik akan sangat

mempengaruhi prestasi belajar siswa dikarenakan jika sarana pembelajaran

memadai dan dalam penggunaannya digunakan secara maksimal maka siswa

akan maksimal dalam mengeksplore potensi yang ada pada dirinya. Kemudian di

tambah dengan kinerja guru yang baik maka akan semakin maksimal dalam

proses belajar mengajar.

7. Kerangka Teoretik

a. Pengaruh Manajemen Sarana Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Manajemen sering didefinisikan sebagai kegiatan mengelola berbagai

sumber daya dengan cara bekerja sama dengan orang lain melalui proses tertentu

untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Sedangkan sarana

pembelajaran menurut Amirin (2011: 40) adalah segala macam peralatan yang

digunakan guru untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran dan segala

macam peralatan yang digunakan murid untuk memudahkan mempelajari mata

pelajaran. Menurut Amirin (2011:45) Sarana pendidikan itu berdasarkan

fungsinya dapat dibedakan menjadi: (1) Alat pelajaran, (2) Alat peraga, dan (3)
Media pengajaran/pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa sarana merupakan

penunjang dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan organisasi

dalam mencapai tujuannya dan sarana merupakan alat untuk membantu guru

dalam melaksanakan aktivitasnya pada waktu proses belajar mengajar.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen sarana

pembelajaran sangat lah penting. Jika sarana sudah memadai tapi dalam

memanajemen dan pemanfaatan nya tidak maksimal maka otomatis siswa akan

terhambat dalam mengeksplor potensi diri. Apabila terhambat prestasi belajar

siswa tidak maksimal dan hasilnya kurang memuaskan. Maka akan berpengaruh

dengan kualitas output sekolah tersebut yang akan bisa dilihat dari hasil Ujian

Nasional.

b. Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Kinerja guru adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugas-

tugasnya dalam menjalankan peran di sekolah baik itu di dalam pembelajaran

atau di luar kelas di mana tugas yang dibebankannya dapat terlaksana seperti

merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai

hasil belajar yang tentunya didukung dengan kompetensi profesional, pedagogik,

sosial, dan kepribadian. Guru dituntut menunjukan kualitas yang dimilikinya

baik dalam mengajar maupun kegiatan di luar kelas. Guru merupakan bagian

yang paling penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran kepada siswa.

Oleh karena itu, peningkatan kinerjanya juga harus didukung, di mana hal

tersebut dapat dilakukan oleh pihak sekolah ataupun oleh pemerintah Indonesia

ini. Meminimalisir faktor yang dapat mempengaruhi kinerja tersebut dapat

bermanfaat terhadap kualitas sekolah. Hal itu akan berdampak kepada


peningkatan kinerja dalam pembelajaran maupun kinerja di luar kelas.

Peningkatan kinerja yang ditunjukkan guru dalam pembelajaran memberikan

efek yang positif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan

pembelajaran tersebut akan berdampak pula terhadap prestasi belajarnya.

Salah satunya dengan adanya peningkatan kinerja guru dalam proses

belajar mengajar, maka peningkatan positif akan berdampak positif pula

terhadap tujuan pembelajaran. Begitu sebaliknya jika kinerja guru menurun

maka akan berdampak negatif terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini di takutkan

akan berdampak pada kualitas hasil output sekolah yang kurang baik dan akan

mempengaruhi daya saing siswa saat melanjutkan kejenjang selanjutnya.

c. Pengaruh Manajemen Sarana Dan Kinerja Guru Terhadap Prestasi


Belajar Siswa

Prestasi belajar adalah hasil dari proses interaksi individu dalam kegiatan

belajar dengan perubahan peningkatan bidang kognitif berupa hasil yang dicapai

yang itu dinyatakan dalam bentuk angka. Prestasi belajar seorang siswa

dilakukan setelah adanya evaluasi dengan instrumen tes yang relevan sesuai

dengan tujuan pembelajarannya. Adanya evaluasi ini membuat guru dapat

mengetahui tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar siswa sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab

seperti manajemen sarana pembelajaran yang tidak maksimal dan kinerja dari

guru pada saat proses belajar mengajar. Jika pemanfaatan sarana bisa maksimal,

sarana pembelajaran memadai dan didukung dengan kinerja guru yang maksimal

maka secara otomatis akan berdapak positif terhadap siswa. Dampak positifnya

berupa semnagat belajar anak menjadi lebih tinggi, rasa keingintahuan anak
terrealisasi karena ada sarana yang mendukung di tambah penjelasan guru yang

baik. Hal-hal seperti inilah yang akan mempengaruhi prestasi belajar siswa, jika

pengaruhnya selalu positif maka hasilnya pun positif dan dijamin kualitas output

sekolah akan baik dan siswa memiliki kualitas yang baik untuk bekal bersaing

siswa dalam melanjutkan kejenjang berikutnya.

X1
Y
X2

Gambar 1. Bagan Kerangka Teoritik

Keterangan:

X1 : Variabel manajemen sarana

X2 : Variabel kinerja guru

Y : Variabel prestasi belajar siswa

: Pengaruh manajemen sarana terhadap prestasi belajar

siswa

: Pengaruh kinerja guru terhadap prestasi belajar siswa

: Pengaruh manajemen sarana dan Pengaruh kinerja guru

terhadap prestasi belajar siswa

8. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas dapat diajukan

hipotesissebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi yaitu

sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan manajemen sarana terhadap prestasi belajar

siswa SMP seKecamatan Banjar Baru

2. Terdapat pengaruh yang signifikan kinerja guru terhadap prestasi belajar siswa

SMP seKecamatan Banjar Baru

3. Terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama manajemen sarana dan

kinerja guru terhadap prestasi belajar siswa SMP seKecamatan Banjar Baru.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rencangan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data kuantitatif yaitu

penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan

data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya

(Suharsimi, 2002: 10). Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis

penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur

dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Dengan

penekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diperoleh dengan

metode statistik dan menggunakan rumus statistik untuk membuktikan ada

tidaknya pengaruh manajemen sarana dan kinerja guru terhadap prestasi belajar

siswa. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila

disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya.

B. Populasi, sampel dan teknik sampling

b. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 106) “Populasi adalah keseluruhan

dari subjek penelitian. Populasi merupakan sumber data yang sangat penting,

karena tanpa kehadiran populasi penelitian tidak akan berarti serta tidak
mungkin terlaksana”. Populasi dalam penelitian ini adalah wakil kepala sekolah

bidang sarana prasarana, guru dan siswa kelas IX SMP seKecamatan Banjar

Baru tahun 2019. Adapun Rincian populasinya terlihat dalam tabel 2 berikut ini.

Tabel. 2

Tenaga Jumlah
Pendidik Jumlah
Nama Sekolah Siswa
Guru
kelas IX
SMP Negeri 1 Banjar Baru 7 27 182
SMP Negeri 2 Banjar Baru 6 23 91
SMP Negeri 3 Banjar Baru 6 19 91
SMP Nurul Iman 2 5 32
Jumlah total 21 74 396

c. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti ( Suharsimi

Arikunto, 2002: 174 ). Yang dimaksud sampel dalam penelitian ini adalah

sebagian individu yang mempunyai sifat sama untuk diselidiki dan dapat

mewakili seluruh populasi. Menurut Suharsimi Arikunto (20013 : 108) “Sampel

adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila subjeknya kurang dari

100 lebih baik diambil semua. Sebaliknya jika subjeknya lebih besar dari 100

dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%”.

d. Teknik Sampling

Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik proporsional

random sampling, dikatakan proporsional karena sampelnya terdiri dari sub-sub

populasi, dan dikatakan random karena dalam penelitian ini penentuan sampel

dilakukan secara acak dan masing-masing individu diberikan hak sama untuk

dipilih sebagai sampel..


A. Definisi operasional

1. Manajemen sarana prasarana

sarana merupakan penunjang dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan

yang dilakukan organisasi dalam mencapai tujuannya. Sarana merupakan alat

untuk membantu guru dalam melaksanakan aktivitasnya. Oleh karena itu, jika

diformulasikan secara terminologis, Manajemen Sarana adalah penyelenggaraan

administrasi oleh sumber daya manusia yang ada pada suatu lembaga dengan

mengandalkan keterampilan manajerial secara struktural dan sistematis guna

mencapai hasil dan tujuan lembaga tersebut, dalam hal sekolah, sarana yang

paling dominan adalah ruang kelas.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen sarana

pembelajaran sangat lah penting. Jika sarana sudah memadai tapi dalam

memanajemen dan pemanfaatan nya tidak maksimal maka otomatis siswa akan

terhambat dalam mengeksplor potensi diri. Apabila terhambat prestasi belajar

siswa tidak maksimal dan hasilnya kurang memuaskan. Maka akan berpengaruh

dengan kualitas output sekolah tersebut yang akan bisa dilihat dari hasil Ujian

Nasional.

2. Kinerja guru

Kinerja guru adalah kemampuan guru dalam melaksanakan

tugastugasnya dalam menjalankan peran di sekolah baik itu di dalam

pembelajaran atau di luar kelas di mana tugas yang dibebankannya dapat

terlaksana seperti merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan


pembelajaran dan menilai hasil belajar yang tentunya didukung dengan

kompetensi profesional, pedagogik, sosial, dan kepribadian.

Salah satunya dengan adanya peningkatan kinerja guru dalam proses

belajar mengajar, maka peningkatan positif akan berdampak positif pula

terhadap tujuan pembelajaran. Begitu sebaliknya jika kinerja guru menurun

maka akan berdampak negatif terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini di takutkan

akan berdampak pada kualitas hasil output sekolah yang kurang baik dan akan

mempengaruhi daya saing siswa saat melanjutkan kejenjang selanjutnya.

Dalam penelitian ini kualitas kinerja guru yang diteliti adalah proses

kegiatan guru selama pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya

pandangan siswa terhadap pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh guru mata

pelajaran yang di jadikan mata pelajaran ujian nasional. Kinerja guru diukur

dengan menggunakan kuesioner yang dinyatakan dalam bentuk skala Likert.

3. Prestasi belajar siswa

Prestasi belajar merupakan hasil proses belajar dari peserta didik dalam

proses berinteraksi sesama individu dalam kegiatan belajar, untuk meningkatkan

perubahan di bidang kognitif yang berupa hasil capaiannya dalam bentuk angka.

Salah satu indikator keberhasilan dari proses pembelajaran dapat dilihat dari

prestasi belajarnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil Ujian Nasional setiap

sekolah. Setiap hasil Ujian Nasional sekolah satu dengan yang lain pasti

berbeda-beda, sehingga sekolah-sekolapun saling berlomba untuk menghasilkan

output yang berkualitas dan bermutu. yang menjadi tempat penilitian adalah

SMP seKecamatan Banjar Baru tahun 2019.

B. Instrument penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket/kuesioner

tertutup, yaitu kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban

yang sudah tersedia sehingga responden hanya memilih salah satu jawaban

tersebut. Responden disediakan empat alternatif jawaban yang merupakan data

interval berskala Likert. Alternatif jawaban terdiri dari: Selalu, Sering, Kadang-

kadang dan Tidak pernah. Dalam penyusunan skor menggunakan skala Likert

dengan dua alternatif pernyataan yaitu positif (+) dan negatif (-). Untuk lebih

jelasnya dalam menentukan skor alternatif jawaban disajikan peneliti dalam

deskripsi pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Skor Alternatif Jawaban


Pernyataan positif Pernyataan negatif
Jawaban Contoh skor Jawaban Contoh skor
Selalu 4 Selalu 4
Sering 3 Sering 3
Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 2
Tidak pernah 1 Tidak pernah 1

Setelah dibuat alternative jawaban yaitu skor pengukuran sesuai dengan

jumlah indikator yang akan dianalisis dan dijabarkan menjadi indikator variabel

kemudian menyusun butir-butir indikator yang berupa pernyataan atau

pertanyaan ditempuh melalui beberapa tahapan:

1. Mengkaji teori yang berkaitan dengan indikator penelitian

2. Menyusun indikator pada setiap variabel

3. Menyusun kisi-kisi penelitian

4. Menyusun butir-butir pernyataan dari setiap variabel

5. Kemudian melaksanakan uji coba dengan, uji validitas instrument dan uji

realibilitas.
C. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data pada penelitian ilmiah di maksudkan untuk

mendapatkan bahan-bahan yang relevan, akurat dan dapat dipercaya. Pada

penelitian ini metode yang digunakan yaitu:

1. Angket (kuisioner)

Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data yang efisien apabila

peneliti mengetahui dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang

bisa diharapkan dari responden. Jadi pengambilan data menggunakan kuesioner

merupakan pengambilan informasi yang dilakukan dengan mengedarkan kertas

yang berisi pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden.

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup di mana

angket pertanyaan atau pernyataan sudah tersedia jawabannya sehingga

responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya dan ini ditujukan kepada siswa sebagai alat untuk

mengetahui

2. Dokumentasi

D. Teknik analisis data

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendekripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku umum atau generalisasi. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui

dan menyajikan jumlah responden (N), harga rata-rata (mean), rata-rata


kesalahan standar (Stadandard Error of Mean), median, modus (mode), simpang

baku (Standard Deviation), varian (Variance), rentang (range), skor terendah

(minimum scor), skor tertinggi (maksimum scor) dan distribusi frekuensi yang

disertai grafik histogram dari kelima variabel penelitian.


DAFTAR RUJUKAN
Amaliyani, Dian. 2017. Pengaruh Manajemen Sarana Dan Prasarana Terhadap
Pencapaian Akreditasi A Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Makassar. Skripsi
tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002.
Barnawi. Arifin, M. 2012. Manajemen sarana dan prasarana sekolah.Yogyakarta: ar-
ruzz media.
Hasibuan, H. Malayu S. P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Ilyas. 2016. Pengaruh Manajemen Sarana Dan Kompetensi Profesionalitas Guru
Terhadap Penerimaan Siswa Baru Di Smps Amaliah Dan Smps Yppi Ciawi
Bogor. Tesis tidak diterbitkan.Surakarta: Pascasarjana IAIN Surakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Kamus versi online/daring (dalam jaringan). Diakses
dari http://kbbi.web.id/ . Pada tanggal 16 januari 2019 jam 11.30 WIB.
Martinis Yamin & Maisah. (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung
Persada.
Ramadhani, Amalni Mutmainah. 2016. Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Iklim
Sekolah Dan Kinerja Guru Terhadap Prestasi Akademik Siswa Di SMA
Negeri 8 Kota Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Pascasarjana UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Sandi, Joni Ari. 2016. Pengaruh Kinerja Guru Dan Motivasi Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Statiska Siswa Kelas X Paket Keahlian Teknik Gambar
Bangunan SMKN 1 Pajangan Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi tidak
diterbitkan. Yogyakarta: FT Universitas Negeri Yogyakarta
Saputri, Tutut Nita. 2015. Manajemen Sarana Pembelajaran Pada Program Kelas
Akselerasi Di Sma Negeri 8 Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan.
Yogyakarta: FIP Universitas Negeri Yogyakarta
Sugihartono, dkk. (2012). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Suharno, (2008), Manajemen Pendidikan (Sebuah Pengantar bagi Calon Guru),
Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan UNS dan UPT Press.
Sulistyorini, (2009), Manajemen Pendidikan Islam : Konsep, Strategi Dan Aplikasi,
Yogyakarta: Sukses Offset.
Supardi. (2013). Kinerja Guru. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Anda mungkin juga menyukai