Anda di halaman 1dari 132

EDISI Desember 2015

Vol. 07 N0. 02

JURNAL ISSN : 2252 – 374X

SMAKPA

PRODUK INOVATIF MENDUKUNG INDUSTRI KECIL


MENENGAH BERWAWASAN LINGKUNGAN

Diterbitkan Oleh :

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN – SMAK PADANG


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI

Page i
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
JURNAL ISSN : 2252 – 374X

SMAKPA
Vol. 07 No. 02 Desember 2015

DEWAN REDAKSI

Pembina : Kepala Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Padang


Penanggung Jawab : Sylvi, S.T, M.Si
Penelaah Ahli : Prof. Dr. Safni, M.Eng, Dr. Mai Efdi
Redaktur : Silvania Lorina, M.Si
Editor : Yeni Hermayanti, M.Si, Rahmad Widodo,S.Si,.M.Sc, Anis Nur Afifah, S.Si
Redaktur Pelaksana : Fitriyeni, M.Si
Sekretariat : Novi Adeline Rosalia, S.Psi, Nova Nelfia, Cut Afriyeni Yohanerika,
Novia Nelza, M.Si, Elga Lusiana, S.Si,.Gr.

DARI REDAKSI

Dengan segala kerendahan hati, Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Jurnal SMAKPA ini dapat
diterbitkan kembali ke hadapan para pembaca sebagai bentuk dan upaya pemenuhan
kerinduan akan pengetahuan, keilmuan dan pemahaman manusia terhadap lingkungannya.
Pada penerbitan kali ini, kami mencoba untuk menyajikan penelitian-penelitian mengenai
pemanfaatan bahan alam dan limbah lingkungan sekitar kita.
Redaksi mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang telah
menyumbangkan karya-karya ilmiahnya untuk dipublikasikan di Jurnal SMAKPA. Kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk memperbaiki mutu dan penampilan
terbitan jurnal ini.

Alamat Redaksi / Penerbit


SMK-SMAK Padang
Jl. Alai Pauh V no. 13
Kelurahan Kapalo Koto, Kecamatan Pauh
Kota Padang 25163, Telp: (0751) 777702 Fax : (0751) 777703
www.smk-smakpa.sch.id

Email : smakpajurnal@gmail.com Blog : http://laboratoriumsmakpa.blogspot.com/


http://jurnalsmakpa.blogspot.com/

Page ii
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
JURNAL SMAKPA
PRODUK INOVATIF MENDUKUNGINDUSTRI KECIL MENENGAH BERWAWASAN
LINGKUNGAN
VOL. 07, NO. 02, Desember 2015

DAFTAR ISI

1. Pembuatan dan Analisa Jelly Cincau dari Daun Cincau Hitam (Mesona palustris) .... 1
2. Pembuatan dan Analisis Perekat Kayu Lapis Dari Limbah Kulit jengkol ................... 7
3. Pembuatan dan Analisis Lem Ramah Lingkungan dari Tulang Kaki Kambing.......... 11
4. Pembuatan dan Analisis Minuman Bubuk Biji Pepaya dengan Tambahan
Kepala Muda dan Buah Nangka ....................................................................................... 16
5. Pembuatan dan Analisis Susu Sereal dari bibit Teratai Salju (Saussurea involucrate)
dan Kacang Hijau (Vigna radiata) ..................................................................................... 22
6. Pembuatan dan Analisis Saleb Obat Luka dari Ekstrak Buah Mengkudu
(M.Citrofolia,L.) ................................................................................................................... 29
7. Pembuatan dan Analisa Kertas Hias Aroma Terapi dari Batang Padi (Oryza
sativa.L) ................................................................................................................................ 35
8. Pembuatan dan Analisis Zat Warna Alami dari Kulit Buah Naga (Hylocereus
polyrhizus) Sebagai Pewarna makanan ............................................................................. 39
9. Amoniasi Jerami Padi (Oryza sativa) Untuk Pakan Ternak............................................ 43
10. Pembuatan dan Analisis Insektisida dari Jeringau (Acorus calamus. L) dan Daun
Sirsak (Anona muricata) ..................................................................................................... 50
11. Pembuatan dan Analisis Pupuk Cair dari Isi Perut Ikan, Sisa Sayuran dan
Kotoran sapi ........................................................................................................................ 54
12. Pembuatan dan Analisis Asap Cair (Liquid Smoke) Grade 2 Sebagai Pengawet
Alami dari Sekam Padi ....................................................................................................... 62
13. Pembuatan dan Analisis Sabun Pembersih Wajah dari Minyak Kelapa dengan
Bahan Aditif Ampas Teh (Camellia sinensis) ................................................................... 69
14. Pembuatan dan Analisis Bioetanol dari Bengkoang (Pachyrihizus erosus) ................... 74
15. Pembuatan dan Analisis balsem Aroma Terapi dengan Penambahan Minyak
Atsiri Pala (Myristica fragrans Houtt)................................................................................ 78
16. Pembuatan dan Analisis Tisu Wajah dari Limbah Kulit pisang (Musa paradisiata) ... 86
17. Pembuatan dan Analisis Efektif Mikroorganisme dari Limbah Cair Pabrik Tahu,
Bekatul dan Limbah Sayuran ........................................................................................... 93
18. Pembuatan dan Analisis Teh Kulit Manggis Sebagai Penurun Kadar Kolesterol

Page iii
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Darah .................................................................................................................................... 101
19. Pembuatan dan Analisis Bioetanol Gel (Biogel) dari Air Kelapa (cocosnucifera) ........ 108
20. Pemanfaatan Tulang Sapi Menjadi Pasta Gigi ................................................................ 112
21. Pembuatan dan Analisis Teh Herbal dari Daun Suku (Artocarpus atilis) ..................... 117
22. Pembuatan dan Analisis Permen Jelly dari Daun Sirsak (Annona muricata) ............... 122

Page iv
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PEMBUATAN DAN ANALISA JELLY CINCAU
DARI DAUN CINCAU HITAM (Mesona palustris)
Antun Kamilah , Bayanul Arif dan Lili Anisa

Laboratorium SMK –SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V Kel.Kapalo Koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

E-mail : Buyahamka40@yahoo.com

ABSTRAK

Cincau hitam( Mesona palustris )merupakan salah satu tanaman obat yang cukup potensial untuk di-
kembangkan. Saat ini, pengembangan usaha agribisnis tanaman ini mempunyai peluang dan potensi pasar yang
cukup baik. Untuk mendukung penyediaan bahan tanaman secara massal, maka dilakukan perbanyakan secara
in vitro. Penelitian perbanyakan tanaman cin-cau hitam dilakukan di laboratorium mulai bulan februari sampai
maret 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan dari daun cincau untuk kesehatan, dari hasil
analisa diperoleh kadar gula 5,55 %, kadar lemak 2,23% kadar posfor 14,72 ppm dan Calsium 0,32%, kadar air
84, 65%, cemaran mikroba 8 x 104.

Kata kunci : Cincau Hitam, Fungsional, Kesehatan

ABSTRACT

Mesona palustris is one of the medi-cinal plant which is potential to be developed. Recently, the agribisnis of this
plant commo-dity is considered to be potential. To support the availability of plant material, propagation by tissue
culture technique being a good alternative for mass production. This expe-riment was conducted from Februari to
maret 2015 at the Tissue Culture Laboratory parameter test parameters are small sugar and fat content of 5.55
% obtained 2.23% phosphorus content of 14.72 ppm and 0.32 % Calcium, water content of 84, 65%, microbial
contamination of 8 x104.

Keywords : Black Grasss Jelly, Functional, Healthy

PENDAHULUAN
Cincau adalah gel serupa agar-agar sekaligus sebagai pangan fungsional yang baik
yang diperoleh dari perendaman daun (atau untuk kesehatan. Cincau hitam sudah
organ lain) tumbuhan tertentu dalam air. Gel dikonsumsi masyarakat Indonesia, Cina,
terbentuk karena daun tumbuhan tersebut Jepang, Korea, dan Asia Tenggara. Menurut
mengandung karbohidrat yang mampu mengikat para ahli gizi dan kuliner, cincau hitam sangat
molekul-molekul air. (Wikipedia.org) baik dikonsumsi oleh semua kalangan.
Kata "cincau" sendiri berasal dari dialek Cincau hitam merupakan salah satu
Hokkian sienchau yang lazim dilafalkan di produk potensial yang perlu dikembangkan. Dari
kalangan Tionghoa di Asia Tenggara. Cincau produk tersebut, dapat dihasilkan berbagai
sendiri di bahasa asalnya sebenarnya adalah produk inovatif untuk kebutuhan pangan sehat
nama tumbuhan (Mesona spp.) yang menjadi maupun non pangan yang banyak dibutuhkan di
bahan pembuatan gel ini. Cincau paling banyak Indonesia maupun luar negeri. Di Indonesia
digunakan sebagai komponen utama minuman produk baru cincau belum banyak diproduksi,
penyegar (misalnya dalam es cincau atau es padahal permintaan terus meningkat. Bubuk
campur). cincau hitam instan, baru diproduksi oleh tiga
Cincau hitam yang lebih dikenal dengan buah industri yang ada di Malang dan Surabaya.
nama janggelan kini mulai dikenal masyarakat (Widyaningsih, 2007).
dan semakin diminati sebagai produk kesehatan Cincau hitam sangat kaya mineral
yang dapat digunakan untuk berbagai produk terutama kalsium dan fosfor, vitamin A, B1, C,
pangan maupun non pangan. Prospek produk kandungan kalori yang rendah dan kandungan
olahan cincau hitam ke depan sangat baik air yang banyak. Cincau juga baik dikonsumsi
karena semakin banyak orang menyukai cincau bagi orang yang sedang menjalani diet, selain
hitam sebagai campuran minuman juga rendah kalori juga tinggi serat. Cincau dipercaya

Page 1
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
mampu meredakan panas dalam,
sembelit, perut kembung, demam, dan diare.
Sedangkan serat bermanfat untuk
membersihkan organ pencernaan dari zat
karsinogen penyebab kanker. Cincau
mengandung antioksidan dan dipercaya mampu
mematikan sel kanker. Cincau hitam merupakan
makanan penghilang dahaga dan menyegarkan
ini juga memiliki kandungan serat larut air
(soluble dietary fiber) yang terdapat di dalamnya.
Sehingga hal ini menjadi latar belakang penulis
untuk mengangkat judul “Pembuatan Bubuk
Cincau dari Daun Cincau (Mesona palustris)”
sebagai laporan Analisis Terpadu II sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di
SMK-SMAK Padang.

BAHAN DAN METODE

Alat yang digunakan di Laboratorium berupa


alat gelas, pH Meter, AAS, Spektrofotometer
UV-Vis Gambar 1. Diagram pembuatan produk
Bahan dasar yang akan digunakan
adalah daun cincau kering, yang dibeli di Uji Kadar Gula
daerah Lubuk Ipuh, kota Padang, Sumatra Preparasi sample dengan cara ditimbang sampel
Barat. sebanyak 2 gr,
Bahan yang digunakan antara lain, Daun Lalu dimasukkan kedalam labu ukur yang berisi
cincau hitam kering yang sudah dihaluskan, 5ml Pb asetat ½ basa,
tepung tapioka, soda ash. Kocok lalu ditambahkan 1 tetes (NH4)2HPO4
10% untuk menguji apakah Pb asetat ½ basa
Cara Kerja Pengujian Mutu Produk mengendap seluruhnya,
Penetapan Kadar Lemak Pada Produk Tetesi demi tetes hingga tidak ada endapan lagi.
Metode Thermovolumetri
Kadar gula Sebelum inversi
Persiapkan peralatan dalam keadaan bersih dan dipipet 10 ml filtrat tadi dimasukkan ke dalam
kering, Timbang sampel dengan teliti dengan, erlenmeyer ditambahkan 15 ml aquades 25 ml
neraca analitik 2 gr, Buat selongsong dengan luff schoorl, dengan pipet gondok dan batu didih,
kertas saring dan beri kapas dan benang, dipasang pendingin tegak dan dilakukan refluk
Masukkan sampel kedalam selongsong, selama 3 menit sudah mendidih, dipanaskan
Keringkan dalam oven (80oC) selama 1 jam, terus selama 10 menit
Pasang dan rangkai alat soklet, letakkan pada Kemudian diangkat dan didingin kan di bak es
hotplate, Gunakan labu dasar bulat yang telah jangan digoyang, setelah dingin tambah 25 ml
berisi batu didih yang telah konstan, Masukkan H2SO4 25% dan 10 ml larutan KI 20% ( hati hati
selongsong pada alat soklet, Pasang dan terbentuk gas CO)
hubungkan pada kran air, Isi labu dasar bulat 2/3 Lalu dititrasi dengan thio hingga kuning gading
dengan Hexana, Hidupkan heating mantle lalu ditambahkan 2 ml amilum dititrasi kembali
sampai lemak terekstrak semua, Uji terlebih hingga biru hilang.
dahulu dengan tabung reaksi yang berisi NaOH
dan hasil. Kadar gula Setelah Inversi
ekstrak jika ada busa maka proses dilanjutkan dipipet 50 ml filtrat tadi dimasukkan ke
begitupun sebaliknya, Jika sudah terekstrak dalam labu ukur 100 ml tambahkan 25 ml HCl
semua maka proses dihentikan dan Hexana 25% lakukan dihidrolisis pada penangas air
yang tersisa diuapkan dalam Oven (105oC) apabila suhu mencapai 68-75oC pertahan kan
selama 2 jam, Lalu pindahkan dalam desikator selama 10 menit.
selama 15 menit lalu timbang hingga bobot Ditambahkan indikator PP, dinetralkan
konstan. larutan tersebut dengan NaOH 30% cek pH nya
dengan kertas pH Universal, jika sudah netral
dipaskan dengan aquades hingga tanda tera,
dipipet 10 ml filtrat tadi dimasukkan ke dalam
erlenmeyer ditambahkan 15 ml aquades dan
Page 2
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
25 ml luff schoorl dengan pipet gondok dan batu Spektrofotometer dan digunakan larutan blanko
didih, dipasang pendingin tegak dan dilakukan sebagai pembanding, lakukan juga pada larutan
refluk selama 3 menit sudah mendidih, sampel.
dipanaskan terus selama 10 menit, Buatlah kurva baku dari nilai transmittance
Kemudian diangkat dan dingin kan di dengan panjang gelombang tersebut sebagai
bak es jangan digoyang, setelah dingin ditambah resapan dari masing-masing larutan terhadap
25 ml H2SO4 25% dan 10 ml larutan KI 20% ( kadarnya dalam mg phosphor (P) pada setiap 50
hati hati terbentuk gas CO) , mL.
Lalu dititrasi dengan Thio hingga kuning gading
lalu ditambahkan 2 ml amilum dititrasi kembali Kadar Kalsium Metoda Kompleksometri
hingga warna biru hilang, Prosedur Persiapan Sampel
Melakukan pengabuan dengan cara ditimbang
Kadar Phospor Metoda Spektrofotometri cawan porselein yang akan digunakan untuk
(Petunjuk Praktek Pengawasan Mutu Hasil menimbang sampel hingga diperoleh bobot
Pertanian 1) konstan.
Disiapan larutan Contoh / Sampel Sampel ditimbang sebanyak 5 gram dan
ditimbang dengan teliti 1 g sampel kemudian dimasukan ke dalam cawan porselin kemudian
dimasukkan ke dalam cawa porselen. dipijarkan diatas nyala api pembakar bunsen
ditambahkan 10mL larutan seng asetat dan sampai tidak berasap lagi.
diaduk hingga merata. dumasukan ke dalam furnace dengan
diuapkan dengan hati-hati diatas lempeng suhu 540o C selama 4 jam, sesudah sampel abu
pemanas atau pada pembakar api Bunsen. berwarna putih, sampel diangkat dan dimasukan
dipijarkan di dalam furnace pada suhu 550oC ke dalam eksikator. Setelah 1 jam sampel
sampai diperoleh abu yang bebas arang (1-2 ditimbang kembali.
jam) kemudian dinginkan. setelah dilakukan pengabuan terhadap
dibasahi abu yang terbentuk dengan 15 mL air contoh padat yang akan dianalisa, maka abu
suling dan cuci hati-hati sisa dalam cawan tersebut dilarutkan dalam HCl (1:4) dan
dengan 5mL larutan asam nitrat. dipindahkan semua abu yang terlarut ke dalam
dipanaskan hingga mendidih dan dinginkan gelas piala. Uapkan airnya sampai menjadi
kembali. pekat, kemudian dipanaskan dalam penangas
Dipindahkan kedalam labu ukur 250 mL air selama 1 jam. Basahi residu kering dengan 5
dan bilas cawan tiga kali, tiap kali dengan 20 mL ml HCl pekat dan 50 ml air suling dan
air suling. Masukan air bilasan kedalam labu dipanaskan lagi diatas penangas air selama
ukur dan dipaskan dengan aquadest hingga beberapa menit. Setelah beberapa menit sampel
tepat tanda tera dan dihomogenkan. diangkat dan didinginkan selama 5 menit,
Pada masing-masing labu 50 mL ditambahkan setelah itu dimasukan dalam labu ukur 50 mL
10 mL larutan amonium vanadat dan 10 mL lalu diencerkan dengan air suling sampai tanda
molibdat. tera.
*Kocok baik-baik setiap kali penambahan
larutan. dimasukan 10 mL larutan sampel lalu Prosedur Analisa Sampel
diencerkan dengan aquadest hingga 50 mL dipipet 5 ml larutan sampel ke dalam erlenmeyer
dihomogenkan dan diamkan 10 menit. 250 ml, dibubuhi dengan 25 ml air suling,
ditambahkan NaOH 4 N hingga pH 11,
Pembuatan Kurva Standar ditambahkan 10 ml larutan buffer pH 11.
Pada masing-masing labu deret dan labu blanko ditambahkan indikator murexide. dititrasi dengan
ditambah 10 mL larutan amonium vanadat, EDTA 0,1 M sampai warna berubah dari merah
10mL larutan amonium molibdat, dicampurkan ke violet. Lakukan triplo.
dengan baik.
2,5 mL, 5 mL, 7,5 mL, dan 10 mL, larutan baku Uji Organoleptik
KH2PO4 dimasukan dalam labu ukur 50 mL Diambil agar cincau dari packingnya.
masing-masing secara terpisah serta buat pula Dicium bau sampel untuk mengetahui bau
larutan blanko lalu ditambahkan 10 mL larutan sampel
asam nitrat. Dilihat warna sampel untuk mengetahui warna
*kocok baik-baik setiap penambahan pereaksi sampel.
Encerkan dengan aquadest menjadi 50 mL lalu Dirasakan tekstur dari sampel (halus, agak
di homogenkan dan diamkan 10 menit. halus, tidak halus, dsb).
Pembacaan dengan alat Spektrofotometer Uji ini dilakukan oleh 30 orang panelis tidak
ditetapkan transmittance (resapan) 1 cm dari terlatih yang dipilih berdasarkan umur.
masing-masing larutan baku pada panjang Penetapan Kadar Air Metoda
gelombang 400 nm dengan menggunakan Thermovolumetri
Page 3
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Disiapkan semua alat dan bahan. Ditimbang kerjakan blanko. Untuk mengetahui konsentrasi
dengan teliti 3 gram sampel dengan neraca NaOH, lakukan standardisasi dengan asam
analitik, dimasukkan ke dalam labu didih. oksalat 0,25N
dirangkai alat destilasi dengan alat aufhauser.
ditambahkan larutan xylene lebih kurang 150 mL HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan beaker gelas, dilakukan pemanasan, Hasil Produk
dan atur tetesan air jatuh 4 tetes tiap detiknya. Produk yang dihasilkan adalah agar cincau yang
pengerjaan dihentikan apabila volume air tidak terbuat dari daun cincau hitam. Produk ini
bertambah. dikemas dengan wadah plastik yang diberi tutup
Hasil Uji dan Kualitas Mutu Produk.
Cemaran Mikroba ( Angka Lempeng Total) Hasil Kadar Lemak.
Disiapkan semua alat dan bahan. disterilkan Tabel 1. Hasil Analisa Lemak
alat-alat gelas yang akan digunakan dengan
oven, dan bahan yang digunakan dengan
autoclave. Ditimbang sampel secara aseptis
sebanyak 10 gram, dimasukkan kedalam
erlenmeyer yang berisi aquadest yang sudah
steril, homogenkan dan beri label 10-1.
disediakan 3 tabung reaksi yang sudah berisi 9
mL aquadest steril, beri masing-masing label 10-
2, 10-3, 10-4. dipipet sampel sebanyak 1 mL Dari tabel hasi; analisis lemak telah memenuhi
dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-2 syarat SNI 01-4270-1996 akan tetapi kadar
kemudian dihomogenkan. dipipet tabung reaksi lemak yang didapatkan tidak begitu besar.
10-2 dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-3
dan dihomogenkan. dipipet tabung reaksi 10-3 Hasil Kadar Gula
dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-4 Kadar Gula Sebelum Inversi
dan dihomogenkan. Dipipet masing-masing 1 Tabel 2. Hasil Analisa Kadar Gula Sebelum Inversi
mL tabung reaksi 10-3 dan 10-4 tuang ke dalam 2
cawan petri berlabel 10-3 dan 10-4. dituangkan
media PCA steril. dihomogenkan dan
inkubasikan selama 2 x 24 jam dalam suhu 35-
37 ℃ . Catat pertumbuhan koloni.
Kadar gula setelah inversi
Kadar Protein Metoda makro Kjedahl Tabel 3. Hasil Analisa Kadar Gula Sesudah Inversi
Semua alat dalam keadaan kering dan bersih.
Ditimbang sampel sebanyak 5 gram.
Dimasukkan kedalam labu kjedhal. Kemudian
ditambahkan 2 gram campuran selen (sebagai
katalis), dan beberapa batu didih. ditambahkan
25 mL H2SO4 pekat. Lakukan proses destruksi Dari tabel hasil analisis kadar gula telah
sampai warna larutan di dalam labu kjedhal biru memenuhi Syarat Mutu Jelly No. 01-3552-1994
atau hijau jernih. didinginkan hasil destruksi di akan tetapi kadar gula yang didapatkan tidak
dalam ember berisi air, dipindahkan hasil begitu besar.
destruksi kedalam labu ukur 100 mL dan bilas Hasil Kadar Phosphor Spektrofotometri
labu kjedhal dengan aquades. Hasil dibilasan Tabel 4. Hasil Penetapan Kadar Phospor
dimasukkan ke dalam labu ukur berisi hasil Standar
Hasil
destruksi. Dipaskan volume hingga 100 mL. N Acuan
Parameter
Dihomogenkan dan dituang seluruh isi labu ukur o Pp
ppm % %
ke dalam labu destilasi. ditambahkan NaOH m
40% hingga larutan di dalam labu berwarna Kadar
1 14.96 0.001496 10 0.001
ungu kebiruan, ditambahkan indikator pp 1% 3 Phospor
tetes. Langsung disambungkan ke rangkaian
alat destilasi (agar gas NH3 yang terbentuk 2
Kadar
14.48 0.001448 10 0.001
setelah penambahan NaOH tidak menguap). Phospor
Untuk penampung hasil destilasi, erlenmeyer
Rata-Rata 14.72 0.001472 10 0.001
ditambahkan 50 mL H2SO4 0,25 N dan 3 tetes
Sumber : DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan)
indikator MM 1%. dihentikan proses destilasi
jika destilat telah berwarna kuning. Kemudian Dari data tabel diatas didapat kadar phospor
dititar dengan NaOH 0,25 N. Catat volume sebesar 14,72 ppm atau sebesar 0.001472 %
penitaran. dilakukan pengerjan triplo dan sedangkan pada DKBM (Daftar Komposisi
Page 4
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Bahan Makanan) Indonesia sebesar 10,00 ppm Hasil Uji Cemaran Mikroba (ALT)
atau sebesar 0,001 %. Dapat disimpulkan kadar Tabel 8. Hasil Uji Cemaran Mikroba
phospor yang ada pada bubuk cincau sesuai
dengan DKBM (Daftar Komposisi Bahan
Makanan) Indonesia.

Hasil Kadar Kalsium Kompleksometri


Tabel 5. Hasil Penetapan Kadar Kalsium
Volume hasil standar acuan
N Sampel
o (mg)
penitara Berdasarkan praktek yang telah dilakukan
n (mL) ppm % ppm % didapatkan hasil cemaran mikroba 11 x 10 4 dan
1 5,001 0.4 3200 0.32 10 0.001 5 x 10 4. Setelah di rata- ratakan mendapatkan
hasil 8x104. Uji cemaran mikroba tidak
2 5,001 0.4 3200 0.32 10 0.001
memenuhi Standar SNI.
rata-
0.4 3200 0.32 10 0.001
rata
Sumber : DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan) KESIMPULAN
Dari data tabel diatas didapat kadar kalsium
sebesar 3200 ppm atau sebesar 0,32 % Setelah dilaksanakan penelitian berupa
sedangkan pada DKBM (Daftar Komposisi pembuatan produk dan analisisnya yang
Bahan Makanan) Indonesia sebesar 10,00 ppm berjudul Pembuatan dan analisis jelly cincau dari
atau sebesar 0,001 %. Dapat disimpulkan kadar bubuk daun cincau (Mesona palustri), di
kalsium yang ada pada bubuk cincau sesuai dapatkan hasil analisa dari parameter produk
dengan DKBM (Daftar Komposisi Bahan jelly cincau kadar gula 5,55 %, kadar lemak
Makanan) Indonesia. 2,23% kadar posfor 14,72 ppm dan Calsium
0,32%, kadar air 84, 65%, cemaran mikroba
Hasil Uji Organoleptik 8x104.
Tabel 6. hasil Uji Organoleptik
SARAN
Penulis menyarankan agar analisis kadar protein
dapat di lakukan dengan metoda lain, seperti
metoda titrasi formol, metoda Lowry, metoda
spektofotometri visible ( Biuret), dan metoda
spektofometri UV. Karna dengan metoda makro
Penelitian pada Daun Cincau (mesona palustris) kjedahl kadar protein tidak terdeteksi.
yang berbeda bisa menghasilkan perbedaan
hasil yang didapat karena berbagai faktor yang DAFTAR PUSTAKA
mempengaruhi seperti penelitian yang kurang
teliti, dan kondisi alat yang dipakai. Adhin, Irvan. 2013. Jurnal Analisis Efisiensi
Pembuatan Bubuk Cincau Hitam Pada Skala
Hasil Uji Kadar Air Ganda. Malang. Di download tanggal 05 Maret
Tabel 7. Hasil Uji Kadar Air 2015.

Asyar, C. 1988. Isolasi dan Karakteristik


Komponen Pembentuk Gel dari Tanaman
Cincau Hitam (Mesona palustri BL).Di dalam
jurnal Fahrial. 1999. ( Mesona palustri BL) Instan
dan Pengaruhnya Terhadap Produksi
Berdasarkan praktek yang telah dilakukan maka RadikalBebas Magkrofag Mencit Sebagai
didapatkan kadar air pada jelly cincau rata- rata Indikator Imunostimulan. Bogor. download
84, 65%. tanggal 06 Maret 2015.

BPK. 1975. Daun Janggelan (Mesona palustri


BL). Balai Penelitian Kimia. Semarang. Dalam
jurnal Fahrial. 1999. ( Mesona palustri BL) Instan
dan Pengaruhnya Terhadap Produksi
RadikalBebas Magkrofag Mencit Sebagai
Indikator Imunostimulan. Bogor. Di download
tanggal 06 Maret 2015.
Fardiaz. 1992. Di dalam blog Humaira, Vela.
2014. Laporan Mikrobilogi Umum-Hitung Cawan.
Page 5
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
http://velahumaira.blogspot.com/2014/04/laporan Mencit Sebagai Indikator Imunostimulan. Bogor.
-mikrobiologi-umum-hitungan-cawan.html. Di Di download tanggal 06 Maret 2015.
download tanggal 01 April 2015.
Plantamor.2012.file:///E:/Downloads/Janggelan%
Glickmans, M. 1982. Food Applications Of 20%28Mesona%20palustris%29.htm.Di
Gums. Di Dalam D. R. Lineback And G. E. download tanggal 1 April 2015
Inglett. (Ed.). 1982. Food Carbohydrates. Avi
Publishing Co. Inc., West Port, CN. Di dalam RH, Dr. Analisis makanan 2, Analisis Protein. Di
jurnal Fahrial. 1999. ( Mesona palustri BL) Instan download tanggal 24 Februari 2015.
dan Pengaruhnya Terhadap Produksi
RadikalBebas Magkrofag Mencit Sebagai Runhayat, Agus dan Taryono. 2002. Cincau
Indikator Imunostimulan. Bogor. Di download Hitam: Tanaman Obat Penyembuh. Penebar
tanggal 06 Maret 2015. Swadaya. Jakarta. Di dalam blog Hidayat, Arif
Meftah. 2013. Jenis Cincau Di Indonesia. Di
Gusti, Eli dan Yeni Hermayanti. 2006, Modul download tanggal 07 Maret 2015.
Analisis proximat. Departemen Perindutrian
Republik Indonesia, Pusat Pendidikan dan Sutrisno.2009https://cincausehat.wordpress.com
pelatihan Industri, SMAK Padang. Padang /pembuatan-cincau-bubuk/. Di download tanggal
17 Desember 2014.
MP, Nilma Dra dan Barwita Yuniana, M.Si. 2010.
Modul Mikrobiologi Bilingual. Kementerian Utami, Rahma. 2012. Skripsi Karakteristik
Perindustrian Republik Indonesia. Pusat Pemanasan Pada Proses Pengalengan Gel
Pendidikan dan Pelatihan Industri. SMAK Cincau Hitam. Bogor. Di download 05 Maret
Padang. Padang 2015.

Peterson, M.S dan A. H. Johnson. 1978. Wahab, E. 1983. Pengaruh Jenis Serta Rasio
Encyclopedia Of Food Technology And Food Tepung Ekstrak Kering Tanaman Janggelan (
Science Series Vol. 3 Encyclopedia Of Food Mesona palustri BL) Terhadap Kekuatan Gel
Science. The AVI Publ, Co., Inc, Wesport, yang dibentuknya. Di dalam jurnal Fahrial. 1999.
Conecticut. Di dalam jurnal Fahrial. 1999. ( ( Mesona palustri BL) Instan dan Pengaruhnya
Mesona palustri BL) Instan dan Pengaruhnya Terhadap Produksi RadikalBebas Magkrofag
Terhadap Produksi Radikal Bebas Magkrofag Mencit Sebagai Indikator Imunostimulan. Bogor.
Di download tanggal 06 Maret 2015.

Page 6
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PEMBUATAN DAN ANALISIS PEREKAT KAYU LAPIS
DARI LIMBAH KULIT JENGKOL (Pithecellobium jiringa)
PREPARATION AND ANALYSIS OF ADHESIVE PLYWOOD
WASTE OF SKIN jengkol (Pithecellobium jiringa)

Afridayanti, Almutyana Putri Meiril dan Revana Puti Ramadhan


Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jalan Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto Kec. Pauh Kota Padang

*) corresponding author E-mail : revanaputi@gmail.com

ABSTRAK

Kulit buah tumbuhan jengkol (Pithecollobium lobatum Benth) banyak dijumpai di Indonesia. Di Sumatera Barat,
kulit jengkol banyak dijumpai di berbagai pasar tradisional. Kulit jengkol banyak mengandung komponen
senyawa kimia yaitu, tanin, saponin, alkaloid, glikosida, minyak atsiri, steroid, karbohidrat, vitamin A, vitamin B1,
fosfor, dan kalsium. Tanin merupakan senyawa yang berguna dalam proses perekatan. Biasanya perekat tanin
dibuat dengan campuran bahan urea formaldehida tetapi perekat tersebut dapat menghasilkan emisi
formaldehida yang berbahaya. Oleh karena itu, dikembangkan alternatif perekat kayu selain urea formaldehida
yaitu perekat tanin dari kulit jengkol. Tanin dari kulit jengkol ini dapat diperoleh dengan cara ekstraksi
menggunkan pelarut air atau etanol. Perekat kulit jengkol tersebut dibuat dengan komposisi yang divariasikan,
yaitu 100 gram, 80 gram, 60 gram, dan 40 gram ekstrak kulit jengkol kemudian ke dalam campuran tersebut
ditambahkan air sebagai pelarut, NH4Cl sebagai hardener, dan tepung tapioka sebagai bahan pengisi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk membuat perekat kayu lapis yang memanfaatkan bahan alam (lingkungan) dengan
esktrak kulit buah jengkol yang divariasikan jumlahnya sehingga dapat diketahui komposisi maksimum yang
dihasilkan oleh kulit jengkol dengan kualitas perekat yang terbaik. Hasil penelitian menunjukkan perekat dengan
komposisi 100 gram yang memiliki kualitas daya rekat lebih kuat dibandingkan dengan komposisi lainnya.

Kata kunci : Tanin, kulit jengkol, urea formaldehida

ABSTRACT

Rind of plants jengkol (Pithecollobium lobatum Benth) are often found in Indonesia. In West Sumatra, skin
jengkol often found in many traditional markets. Leather jengkol many chemical compounds that contain
components, tannins, saponins, alkaloids, glycosides, essential oils, steroids, carbohydrates, vitamin A, vitamin
B1, phosphorus, and calcium. Tannins are compounds that are useful in the process of gluing. Usually tannin
adhesives made with a mixture of urea formaldehyde but the adhesive can produce harmful formaldehyde
emissions. Therefore, developed alternative other than urea formaldehyde wood adhesives are adhesive skin
tannins from jengkol. Tannins from jengkol skin can be obtained by using the solvent extraction of water or
ethanol. Jengkol skin adhesive is made with varied composition, is 100 grams, 80 grams, 60 grams, and 40
grams of bark extract jengkol then added to the mixture of water as solvent, NH4Cl as hardener, and tapioca as
filler. The purpose of this study was to make glue plywood that utilize natural materials with fruit peel extract
jengkol which varied in number, so it can be seen that the maximum composition produced by the skin jengkol
with the best quality adhesives. The results showed adhesive composition 100 grams which has a stronger
adhesive power quality compared to other compositions.

Keywords: Tannins, skin jengkol, urea formaldehyde

PENDAHULUAN

Polimer merupakan salah satu bahan kimia yang mengikat dua buah benda berdasarkan ikatan
kini mempunyai peranan penting dalam permukaan baik yang sejenis maupun tidak
kehidupan manusia. Sebagian besar materi sejenis. Substrat tersebut dapat berupa kayu,
yang dibutuhkan manusia terbuat dari polimer kertas, alumunium foil, PVC, kaca dan
seperti plastik, bahan pelapis, karet, bahan sebagainya.
perekat, dan bahan polimer lainnya. Menurut Perekat merupakan bahan utama dalam
ASTM adhesive atau bahan perekat adalah zat industri pengolahan kayu khususnya komposit.
atau bahan yang memiliki kemampuan untuk Dari total biaya produksi kayu yang dibuat dalam
Page 7
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
berbagai bentuk dan jenis kayu komposit, lebih Kemudian kulit jengkol ini digiling hingga
dari 32% adalah biaya perekatan (Sellers,2001). berbentuk serbuk. Serbuk kulit jengkol tersebut
Perekat yang umum digunakan pada industri kemudian diekstraksi menggunakan metode
pengolahan kayu di Indonesia adalah urea maserasi dengan pelarut air atau etanol. Untuk
formaldehida (UF) yang menghasilkan emisi pembuatan perekat hasil dari ekstrak kulit
formaldehida, yaitu gas beracun yang bisa jengkol yang diperoleh ditimbang sebanyak 100
menimbulkan penyakit. Emisi ini dapat gram dan dicampurkan dengan tepung tapioka
merugikan kesehatan manusia karena jika sebanyak 15 gram. Campuran ini ditambahkan
terkena panas sedikit saja, gasnya dapat NH4Cl 1 gram dan diaduk rata sambil
menyebar di udara. Jika emisi formaldehida ini dipanaskan pada suhu 95°C selama 30 menit
terhirup secara terus-menerus dapat hingga perekat mengental. Pengujian kualitas
menyebabkan penyakit kanker dan gangguan dari perekat dilakukan dengan metode SNI 06-
pada sistem pernapasan. Oleh sebab itu untuk 0060-1998, meliputi uji kenampakan (rupa), pH,
mengurangi emisi formaldehida yang tidak viskositas, berat jenis, kadar zat padat, uji waktu
ramah terhadap kesehatan, digunakan serbuk gelatinasi, uji masa simpan dan uji kateguhan
kulit jengkol yang mengandung polifenol alam rekat.
yaitu tanin sebagai pengganti urea formaldehida.
Tumbuhan jengkol atau Pithecellobium HASIL DAN PEMBAHASAN
jiringa merupakan tumbuhan khas di wilayah
Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri tumbuhan Uji Organoleptik
jengkol banyak dijumpai di wilayah Jawa Barat. Tabel 1. Hasil pengujian organoleptik
Jumlah buah jengkol yang dikonsumsi di
Indonesia hamir mencpai 100 ton per hari.
Dengan banyaknya jumlah buah jengkol yang
dikonsumsi mengakibatkan kulit dari jengkol
tersebut menjadi tumpukan sampah yang tidak
bermanfaat. Di berbagai pasar tradisional banya
k kulit dari buah jengkol yang dibuang begitu
saja karena memiliki bau yang tidak sedap dan Dari pengujian terhadap 10 orang panelis
tidak memberikan nilai ekonomis. Padahal diperoleh data organoleptik seperti pada tabel di
dibalik bau tak sedap yang ditimbulkan kulit atas. Warna dari perekat sesuai dengan
jengkol ternyata banyak kandungan zat-zat yang permukaan kayu yang akan direkatkan sehingga
bermanfaat di dalamnya seperti karbohidrat, tidak menimbulkan warna lain pada lapisan
protein, vitamin A, vitamin B1, fosfor, kalsium, kayu. Semakin cepat waktu yang dibutuhkan
alkaloid, minyak atsiri, steroid, glikosida, tanin, perekat untuk kering maka semakin bagus
dan saponin (Hasil Uji laboratorium MIPA kualitas perekat tersebut.
Universitas Negeri Yogyakarta).
Manfaat tanin yang terdapat pada serbuk Pengujian Kekentalan (Viskositas) Metode
kulit jengkol dapat digunakan sebagai perekat Bola Jatuh
dalam proses perekatan kayu lapis. Serbuk kulit Tabel 2. Hasil pengujian viskositas
jengkol juga mampu meningkatkan nilai
ekonomis limbah kulit jengkol yang ada di pasar,
mengurangi emisi formaldehida dari perekat
yang digunakan sehingga lebih aman untuk
kesehatan. Hal inilah yang membuat penulis
tertarik untuk memilih judul “Pembuatan dan
Analisis Perekat Kayu Lapis dari Kulit Jengkol”.
Dari tabel di atas viskositas yang
BAHAN DAN METODE memenuhi standar hanya komposisi perekat
dengan ektrak kulit jengkol 100 gr sedangkan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini untuk komposisi yang lain belum memenuhi
adalah alat-alat gelas yang biasanya digunakan standar. Tingginya viskositas disebabkan karena
di Laboratorium, viskometer bola jatuh, neraca pemanasan yang terlalu lama saat pembuatan
analitik, oven, dan desikator. Bahan yang perekat sehingga setelah didinginkan perekat
digunakan dalam penelitian ini adalah kulit menjadi terlalu kental.
jengkol, tepung tapioka, NH4Cl, aquades, kertas
pH universal, dan beberapa lembar vinir yang
akan diaplikasikan.
Bahan baku utama yaitu kulit jengkol
dikumpulkan dari limbah pasar tradisional.
Page 8
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Pengujian pH Uji Waktu Gelatinasi
Tabel 3. Hasil pengujian pH Tabel 6. Hasil pengujian waktu gelatinasi

Pada pengukuran pH digunakan kertas


pH universal karena perekat yang diuji
Dari tabel diatas waktu gelatinasi yang
berbentuk pasta dan kental sehingga tidak bisa
dibutuhkan perekat untuk menjadi gelatin yang
diukur dengan pH meter yang akan
ditandai dengan tidak mengalirnya perekat
menyebabkan alat ini nantinya rusak dan sulit
ketika tabung reaksi dimiringkan belum
untuk membersihkannya. Pada pengujian pH
memenuhi standar yang mengacu pada SNI 06-
menggunakan kertas pH universal didapatkan
4567-1998 yaitu ≥30 menit. Rendahnya waktu
nilai pH antara 4,5 – 5,0 dimana hasil ini sesuai
gelatinasi tersebut diduga disebabkan karena
dengan Standar Industri Indonesia yaitu
kondisi perekat saat diuji waktu gelatinasinya
maksimal 6.
sudah terlalu kental sehingga tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi
Berat Jenis
gelatin.
Tabel 4. Hasil pengujian berat jenis
Uji Keteguhan Rekat dan Masa Simpan
Tabel 7. Hasil pengujian keteguhan rekat dan
masa simpan

Dari hasil pengukuran berat jenis yang diperoleh


terlihat bahwa berat jenis sampel tidak sesuai
dengan Standar JAS 2003 yang digunakan. Hal
ini disebabkan oleh tekstur dari perekat yang
kental dan berat sedangkan air yang berbentuk Dari uji daya rekat yang dilakukan pada
cair memiliki berat jenis 1 gr/mL. Jadi tidak heran lapisan vinir komposisi 100% lebih kuat dari
kalau berat jenis sampel yang diperoleh lebih komposisi lainnya, komposisi 80% dan 60%
besar dari air dan tidak sesuai dengan standar. memiliki daya rekat yang hampir sama
sedangkan untuk komposisi 40% memiliki daya
Kadar Zat Padatan rekat yang kurang dari ketiga komposisi
Tabel 5. Hasil pengujian kadar zat padat tersebut. Pada pengujian ini kekentalan dapat
mempengaruhi besarnya daya rekat sehingga
daya rekat yang diperoleh dari keempat
komposisi tergantung pada kekentalan masing-
masing sampel tersebut. Untuk uji masa simpan
sampel perekat yang diuji dapat bertahan dari
perubahan pH dan jamur hingga 1 bulan masa
percobaan. Dimungkinkan perekat ini masih
dapat bertahan hingga 3 bulan kedepan tetapi
karena waktu analisis yang terbatas
Berdasarkan standar yang digunakan pengamatan hanya dapat dilakukan selama ± 1
hasil pengukuran kadar zat padatan pada bulan saja.
sampel yang diuji tidak memenuhi standar. Hal
ini disebakan oleh penimbangan sampel yang KESIMPULAN
kurang teliti dan sampel yang diuji mengandung
banyak air karena perekat yang dibuat terdiri Dari hasil praktikum yang telah dilakukan
dari air, tepung tapioka dan ekstrak kulit jengkol didapatkan kondisi maksimal perekat yang baik
yang memiliki kadar padatan yang rendah. dari keempat komposisi yaitu pada komposisi
ekstrak kulit jengkol sebanyak 100 gram dengan
Page 9
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
hasil analisis dari pH, viskositas, berat jenis, Sebrianto F, Yoshioka M, Nagai Y, Mihara M,
kadar zat padat, dan waktu gelatinasi adalah Shiraishi N. 1999. Composites of wood and
4,5, 1973,80 cP, 1,0787 gr/mL, 22,07 %, 40 trans-1,4 isoprene rubber I: mechanical,
menit. Perekat dengan komposisi ekstrak kulit physical, and flow behavior. J Wood Sci. 45:38-
jengkol 100 gram memiliki daya rekat yang lebih 45.
kuat, tekstur, warna, dan bau juga lebih bagus
dari komposisi yang lainnya sehingga dipilihlah Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Tanin Pada
perekat dengan komposisi 100 gram ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
kulit jengkol tersebut menjadi produk yang di JSA. 2003. Japanese Industrial Standard JIS A
produksi dalam jumlah banyak untuk hasil dari 5908:2003 Particleboard. Japan: Japanese
analisis ini. Standards Association.

SARAN Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi


Universitas Islam Negeri Maulana MalikIbrahim
Untuk menghasilkan perekat kulit jengkol Malang Jl. Gajayana 50 Malang JURNAL
yang lebih baik perlu dilakukan penelitian lebih KIMIA 4 (2), JULI 2010 : 193-200
lanjut untuk peningkatan kualitas perekat kulit
jengkol sehingga karakteristik yang dihasilkan Risnasari, Iwan. 2002. Tanin. Fakultas
dapat memenuhi standar dalam hal kadar Pertanian Jurusan Ilmu Kehutanan. Universitas
padatan, kekentalan, kenampakan, dan berat Sumatera Utara
jenis. Untuk penelitian selanjutnya, tannin dari
kulit jengkol sebaiknya diektraksi menggunakan Ruhendi S, F. Febrianto dan N. Sahriawati.
pelarut etanol, pengecekan kekentelan dengan 2000. Likuida Kayu Untuk Perekat Kayu Lapis
alat viskometer brookfield dan pengecekan berat Eksterior. Bogor : Jurnal Pertanian Indonesia.
jenis dengan alat SG cup agar hasil yang 9(1) : 1-11.
didapatkan sesuai dengan standar yang
digunakan. Ruhendi, S. 1988. Teknologi Perekatan. Bogor:
Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.
DAFTAR PUSTAKA
Santoso, Adi dan Paribotro Sutigno.” Pengaruh
Anonim. 1966. Plywood and Other Wood-based Tepung Gaplek dan Dekstrin sebagai Ekstender
Panels. Rome: Food and Agricultural Perekat Urea Formaldehida Terhadap
Organization of United Nation. Keteguhan Rekat Kayu Lapis Kapur”. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. Vol. 22. No. 1, Februari
Badan Standar Nasional 1999. Kayu lapis dan 2015
papan blok penggunaan
umum. Standar Nasional Indonesia- SNI 01-
5008.2/1999 Jakarta: Dewan Standarisasi
Nasional.

Badan Standar Nasional 2001. Kopal. Standar


Nasional Indonesia- SNI 01-5009.10-2001.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional (BSN).

BSN. 1987. SNI 06-0060-1998. Urea


Formaldehyde Cair Untuk Perekat Kayu Lapis.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Carter, F. L., A. M. Carlo and J. B. Stanley.


1978. Termiticidal Components of Wood
Extracts: 7-Methyljuglone from Diospyros
virginia. Journal Agriculture Food Chemistry.
26(4): 869-873.
Febrianto F, Karliati T, Sahri MH Syafii W. J.
Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol. 10 No.1,
Januari 2012

Page 10
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PEMBUATAN DAN ANALISIS LEM RAMAH LINGKUNGAN DARI
TULANG KAKI KAMBING
Manufacture And Analysis Of Environmentally Friendly Glue Of Bone Leg Of Goat

Aryu Dwiana Otavera, Desy Mielasari, Jenny Elfa Trisna dan Novi Sri Yanti
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl. Alai Pauh V Kel.kapalo koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

Email : jennyelfatrisna7@gmail.com

ABSTRAK

Tulang ternak (kambing) merupakan salah satu dari bagian ternak yang memiliki banyak manfaat.Namun
pemanfaatan tulang kurang optimal, umumnya tulang masih digunakan secara langsung dan tradisional. Tujuan
penelitian ini adalah pengoptimalan tulang kaki kambing yang terbuang dan memanfaatkan limbah menjadi
produk yang bernilai ekonomis. Oleh karena itu, diperlukan suatu alternatif lain untuk meningkatkan nilai
ekonomis dan dayaguna tulang. Penelitian ini menitikberatkan tentang pembuatan lem dari tulang kaki kambing
yang ramah lingkungan.Didalam tulang kaki kambing terkandung senyawa protein khususnya protein kolagen
yang memiliki potensi untuk diproses menjadi gelatin.
Gelatin adalah protein yang diperoleh dari jaringan kolagen hewan yang terdapat pada kulit, tulang dan
jaringan ikat. Penggunaan gelatin sangat luas khususnya dalam bidang industri pangan dan nonpangan yang
salah satunya dapat dimanfaatkan sebagai lem (perekat). Proses produksi utama gelatin di bagi menjadi 3 tahap
yaitu 1) persiapanbahanbakuantara lain penghilangankomponennonkolagendaribahanbaku, 2) tahap konversi
kolagen menjadi gelatin, dan 3) tahap pemurnian gelatin dengan penyaringan, selanjutnya pembuatan lem dari
hasil pemurnian gelatin.
Kemudian melakukan perebusan secara bertahap menggunakan air dengan suhu 45oC-80oC (dibawah
suhu 100oC) dengan waktu 4- 5 jam. Parameter yang dianalisis pada lem dari tulang kaki kambing adalah daya
rekat, kadar padatan metode gravimetri, kadar abu metode gravimetri, kekentalan (viskositas) metode bola jatuh,
pengukuran berat jenis dan pH. Didapatkan hasil kadar padatan sebesar 66,64%, kadar abu sebesar 8,61%,
viskositas sebesar 1567,66 poise, Berat Jenis 1,1945 g/mL, pH 6,75dan hasil uji organoleptik yang telah diuji
oleh beberapa penelis menunjukan bahwa lem tulang kaki kambing berbau wangi, berwarna coklat, dan memiliki
tekstur kental

Kata kunci : tulang kaki kambing, lem(perekat), gelatin

ABSTRACT

Bone livestock (goats) is one of the parts of cattle that have a lot benefit. howover less than optimal utilization of
bone, bone generally is used directly and traditional. The purpose of this study is the optimization of goat leg
bones wasted and utilize waste into economically valuable products. Therefore, we need an alternative to
increase the economic value and the efficiency of bone. This study focuses on the manufacture of glue from the
leg bones environment.in this friendly goat goat leg bones contained proteins, especially collagen protein
compounds that have the potential to be processed into gelatin.
Gelatin is a protein derived from animal collagen tissue found in skin, bone and tissue gelatin ikat .to
used very wide, especially in the field of food and non-food industries, one of which can be used as a glue
(adhesive) .Process gelatin main production is divided into 3 stages namely 1) the preparation of raw materials,
among others, the removal of components non collagen of raw materials, 2) the stage of conversion of collagen
into gelatin, and 3) the stage of purification of gelatin by filtration, subsequent manufacture of purified gelatin
glue.
Then do gradually boiling water with a temperature of 45oC-80oC (below 100° C) with a 4- 5 hours. The
parameters analyzed in the glue of goat leg bone is sticking power on paper has a very strong adhesion and the
adhesion on plastics testing adhesive power is strong but could not last long, ash content of 8.61%, the viscosity
of 1567.66 poise , and organoleptic test results that have been tested by several penelis showed that goat leg
bone glue smell fragrant, brown, and has a creamy textur.

Keywords: goat leg bones, glue (adhesive), gelatin

Page 11
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PENDAHULUAN kimia yang membahayakan tubuh dan
lingkungan sekitar kita.
Salah satu kebutuhan gizi masyarakat
Indonesia adalah daging dari ternak potong. BAHAN DAN METODE
Indonesia merupakan negara terbanyak
penduduknya, dengan demikian konsumsi Sumber Bahan Baku Pembuatan Produk
daging ternak dapat dikatakan berbanding lurus Sampel lem dibuat dari limbah tulang kaki
terhadap jumlah penduduk. salah satunya kambing. Bahan baku didapatkan dari limbah
pemotongan ternak kambing yang ada di rumah makan gulai kambing di jalan by pass.
sumatera barat mengalami peningkatan setiap Limbah tulang kaki kambing direbus hingga kulit
tahun. Peningkatan pemotongan ternak kambing kambing lunak dan bisa dilepaskan dari tulang,
diikuti dengan peningkatan jumlah limbah kemudian tulang kaki kambing dijemur dan di
berupa darah, kulit, isi rumen dan tulang. Hal ini rendam dengan bahan kimia H3PO4 8% untuk
tentunya menimbulkan masalah lingkungan proses mendapatkan gelatin, dan tulang kaki
akibat sisa tulang yang telah digunakan tersebut kambing direbus secara bertahap lalu
tidak memiliki nilai ekonomis lagi dan akan dikentalkan untuk di jadikan lem.
menjadi limbah sifatnya sementara. Perlu Alat gelas yang digunakan, alat gelas di
ditinjau kembali alternatif baru yang dapat laboratorium.
mengoptimalkan manfaat tulang tersebut
Selama ini limbah tulang kambing belum Pembuatan Produk
dimanfaatkan secara optimal, tulang kaya akan Direbus tulang kambing dengan air sampai
senyawa protein khususnya protein kolagen mendidih selama + 3 jam, perebusan dilakukan
yang memiliki potensi untuk diproses menjadi untuk memudahkan penghilagan kulit kambing
gelatin. Gelatin adalah protein yang diperoleh dan mengurangi bau yang ditimbulkan. Kotoran
dari jaringan kolagen hewan yang terdapat pada berupa sisa-sisa kulit yang merekat dibersihkan.
kulit, tulang dan jaringan ikat. Penggunaan Setelah tulang bersih dari kotoran, tulang
gelatin sangat luas khususnya dalam bidang dijemur sampai kering. direndam tulang kambing
industri pangan dan nonpangan yang salah dengan larutan H3PO4 8% selama 4-5 hari.
satunya digunakan sebagai bahan penstabil, dicuci tulang kambing sampai pH netral (6-7).
pembuatan gel, pengikat, pengental, Direbus tulang kambing secara bertahap 4-5
pengemulsi, perekat dan pembungkus makanan jam suhu 600C, 4 jam suhu 700C dan 5 jam
yang bersifat dapat dimakan seperti permen. suhu 1000C. Perebusan dilakukan agar
salah satunya gelatin yang terkandung dalam didapatkan gelatin yang terkandung dalam
tulang kambing sehingga limbah tulang kaki tulang kaki kambing. Satukan semua hasil
kambing bisa digunakan sebagai perekat. rebusan I, II, III lalu dipekatkan dengan cara
Lem adalah bahan lengket (biasanya memanaskan air rebusan hingga kental. Lalu
cairan) yang dapat merekatkan dua benda atau dimasukan air rebusan yang telah kental
lebih yang dibuat dari tumbuhan atau hewan, kedalam lemari asam, agar air rebusan menjadi
maupun bahan kimia dari minyak. Pentingnya lebih kental lagi. Didapatkan lem yang siap
lem (perekat) dalam kehidupan kita menuntut digunakan.
adanya kehigienisan, kandungan zat yang baik
bagi tubuh kita dan lingkungan sekitar, serta Metode Penelitian
adanya kebermanfaatan lebih yang mengurangi Metode yang digunakan untuk analisis
efek negatif dari lem itu sendiri. banyak jenis lem parameter lem dari tulang kaki kambing yaitu
yang berasal dari bahan kimia yang mempunyai pengujian organolepti, pengujian kadar padatan
bau yang menusuk dan merusak tubuh dan metode gravimetri, kadar abu metode gravimetri,
lingkungan sekitar. kekentalan (viskositas) metode bola jatuh,
Oleh karna itu, perlu adanya tindakan pengujian berat jenis dan pengujian pH.
untuk mengantisipasi hal-hal yang akan
menimbulkan masalah terhadap lingkungan, Cara Kerja Pengujian Mutu Produk
maka dimanfaatkan lah limbah tulang kambing Pengujian Organoleptik
yang berasal dari limbah rumah makan.Di dalam Siapkan kaca datar yang telah bersih,
tulang kambing sendiri terkandung gelatin yang dituangkan contoh perekat kemudian diratakan
bisa digunakan untuk merekatkan. Untuk itu dan dikeringkan. Setelah itu amati warna, bau
digunakanlah limbah tulang kambing sebagai dan tekstur.
perekat (lem) yang ramah lingkungan karna
bahan bakunya berasal dari alam. Lem ramah Pengujian Daya Rekat
lingkungan adalah lem yang tidak menimbulkan Pengujian daya rekat digunakan untuk
berbau zat kimia serta tidak mengandung bahan menentukan kualitas rekat pada contoh perekat.
Cara uji daya rekat pada kaca, kayu atau triplek,
Page 12
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
kertas, plastik, kulit dan karet. Disiapkan semua menimbang gelas ukur 50mL kosong dicatat
alat dan bahan, ambil contoh perekat hasil penimbangan kemudian diisi gelas ukur
secukupnya, lalu oleskan pada tersebut dengan contoh lem sampai volume
pengaplikasiannya, tempelkan aplikasi yang 50mL dan ditimbang kembali dicatat hasil
satunya pada olesan tadi. Kemudian coba penimbangannya dan dihitung berat jenis
lepaskan aplikasi untuk melihat daya rekat lem dengan rumus :
tersebut. (berat gelas ukur+sampel)−berat gelas ukur kosong
Bj=
50

Pengujian Kekentalan (Viskositas)


Prinsip pengukuran kekentalan adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
pengukuran gesekan internal yang disebabkan
oleh kohesi molekul dalam suatu aliran. Cara
Uji Organoleptik
determinasi kekentalan perekat menggunakan
Setelah diberikan kuesioner organoleptik
bola jatuh. Contoh perekat dituang secukupnya
pada setiap panelis yang berjumlah 30 orang
kedalam gelas ukur 50 mL, Tandai jarak yang
didapatkan hasil sebagai berikut :
akan di tempuh bola (kelereng), catat berapa
Tabel 1 Uji Organoleptik
waktu yang ditempuh bola (kelereng) pada jarak
tersebut Hitunglah nilai koefisien viskositas ( n )
dalam Poise
2 r 2 (d − dm ) g
𝑛=
9 ( ) (1 + 2,4 r⁄R )
s
t
Kadar Padatan
Kadar padatan adalah perbandingan antara
berat contoh sebelum dipanaskan dengan berat
contoh sesudah dipanaskan pada suhu tertentu
sampai berat tetap. Cara determinasi kadar
padatan perekat. Contoh perekat sebanyak 1,5
gram dimasukan kecawan, Selanjutnya perekat Dari uji organoleptik yang telah dilakukan
dalam cawan dikeringkan dalam oven pada suhu lem dari tulang kambing memiliki bau yang
1050C selama 1 jam. didinginkan dalam wangi, warna coklat dan memiliki tekstur yang
desikator sampai mencapai suhu kamar, semi kental.
kemudian ditimbang. Pengeringan dan
penimbangan dilakukan sampai diperoleh berat Kadar Padatan
konstan, dilakukan sampai diperoleh berat tetap Tabel 2 pengujian kadar padatan
(konstan).

Kadar Abu
Cawan porselen kosong dipanaskan dalam oven
pada suhu 105oC selama dua jam, kemudian
cawan didinginkan dalam desikator dan Kadar padatan yang didapatkan dari lem yang
ditimbang sampai bobot konstan. ditimbang berbahan dasar dari tulang kaki kambing yaitu
sampel 2 gram (W1), masukan kedalam cawan sebesar 66,52% dan 66,36 % dapat dirata-
dan arangkan hingga tidak ada lagi asap hitam. ratakan hasil kadar padatan sebesar 66,44%,
Sampel dipijarkan dalam furnace dengan suhu dan menunjang darii literatur yang menyebutkan
600oC selama 2 jam. Tunggu suhu furnace turun bahwa kadar padatan minimal 60%.
dan didinginkan dalam desikator. Lalu ditimbang
sampai berat konstan (W2). Viskositas
Kadar abu (%) =(W2/W1)x100% Tabel 3 pengujian viskositas

Pengukuran pH
Pengukuran pH pada lem menggunakan alat
pH-meter, caranya dengan menuangkan contoh
lem kedalam gelas piala 250 mL secukupnya,
kemudian diukur dengan pH-meter.
Nilai kekentalan (viskositas) yang didapatkan
Penetapan Berat Jenis dari lem yang berbahan dasar tulang kaki
Berat jenis adalah perbandingan berat contoh kambing yaitu sebesar 1567,66 ,dan menunjang
terhadap berat air pada suhu dan volume yang dari literatur yang menyebutkan nilai viskositas
sama. Penetapan berat jenis dengan cara 3,0 – 150 P.
Page 13
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Pengukuran pH KESIMPULAN
Tabel 4 pengukuran pH
Dari analisis yang dilakukan didapatkan
hasil yaituPengujian Organoleptik memiliki Bau
yang wangi, Warna coklat dan Tekstur kental.
Lem tersebut dapat diaplikasikan pada kayu,
kaca dan triplek.Kadar padatan yang didapatkan
Dari tabel diatas,dapat dilhat hasil dari adalah 66,74%.Hasil analisa viskometer dengan
pengukuran pH dengan menggunakan pH-meter metoda bola jatuh adalah 1567,66 Poise.hasil
adalah 6,75 ini berarti pH dari produk telah dari penetapan kadar abu 8,37%. Hasil dari
sesuai dengan standar acuan yang telah pengukuran pH dengan pH-meter adalah 6,75,
ditetapkan. dan berat jenis diperoleh sebesar 1,19 g/mL.Jadi
lem dari tulang kaki kambing dapat digunakan
Berat Jenis sebagai perekat untuk kayu, kaca, kulit, dan
Tabel 5 penetapan berat jenis kertas.

SARAN

Dari penetapan berat jenis yang dilakukan Saran untuk pembaca yaitu dapat juga
terhadap sampel lem yangterbuat dari kulit melakukan analisa dengan parameter yang lain,
kambing, didapatkan berat jenis sebesar 1,19 perlu penelitian lebih lanjut untuk peningkatan
g/mL. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa kualiats lem dari tulang kaki kambing. Penulis
sampel tersebut memiliki kualitas yang baik, berharap untuk penelitian selanjutnya dapat
karena hasil tersebut memenuhi standar yang memberikan inovasi agar lem dari tulang kaki
penulis gunakan. kambing dapat dijadikan produk yang bernilai
ekonomis dan dapat mengkaji lebih dalam lagi
Kadar Abu tentang manfaat dari gelatin tersebut.
Table 6 kadar abu
DAFTAR PUSTAKA

[BSN] Badan Standarisasi Nasional.1987.06-


Dari analisis yang telah dilakukan di dapatkan 0060-1987 tentang urea formaldehida cairuntuk
hasil kadar abu sebesar 8,61 %, hasil kadar abu perekat kayu lapis. Jakarta: BSN.
yang di dapatkan sudah memenuhi syarat SNI
06-0060-1987. [BSN]Badan Standarisasi Nasional.1998.SNI 06-
4567-1998 tentang Fenol Formaldehida
Uji Daya Rekat Cairuntuk Perekat Kayu Lapis.Jakarta : BSN
Tabel 7 uji daya rekat
Atmoko, Iwan Dwi dan Ratri Dwi Pangestuti.
2011. Produksi Gelatin Dari Tulang Sapi Dengan
ProsesHidrolisa,(eprints.undip.ac.id/36784/1/84.
makalah-penelitian-gelatin, diakses 05 Maret
2015)

Baily, A.J. and N.D. 1989. “light, genes,


Biosynthesis and Degradation of collagenin
connetive tissue in meat products”. London and
Dari pengujian daya rekat yang dilakukan
Newyork: Elsevier Applied Science.
diperoleh data seperti pada tabel 7 diatas.
Chaplin, M. 2005. Gelatin.(www//Isbuc.ac.uk,
Sehingga dapat disimpulkan lem ini sebaiknya
diakses 8 Desember 2014)
digunakan untuk bahan berjenis kulit, kayu,
kertas, dan kaca.
Elizarni dan Fitriyeni.2007.Modul
Organoleptik.Padang: SMAKPA. Gelatin
Manufacturer Institute of America(GMIA).
2012.Gelatin Hand Book. Massachusetts.

Juliasti, Radia dkk. 2015. Pemanfaatan Limbah


Tulang Kaki Kambing sebagai Sumber Gelatin
dengan Perendaman Menggunakan Asam
Klorida, (journal.Ikt.or.id/files/pemanfaatan
Page 14
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
limbah tulang kaki kambing sebagai sumber
gelatin dengan perendaman menggunakan
asam klorida-o. Pdf, diakses 04 Maret 2015)

Melyadi.2015.beternak dan berbisnis kambing


etawa dan kambing local.Yogyakarta:
Flashbooks.

Rinawati. 2002. Perekat Berbahan Dasar Lignin


untuk Kayu Lapis Meranti.Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

Sucipto, Tito dkk. 2007. Analisis Perekatan


Kayu. Bogor: Institut Peranian Bogor.
Ward, A. G. and A. Courts. 1977. The Science
and Technology of Gelatin. London: Academic
Press.

Wiyono, V.S. 2001. Gelatin Halal Gelatin Haram.


Jurnal Halal LPPOM-MUI No.36
Wong, DWS. 1989. Mechanism and Theory in
food Chemistry. New York: Academic Press.

Page 15
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PEMBUATAN DAN ANALISIS MINUMAN BUBUK BIJI PEPAYA
DENGAN TAMBAHAN KELAPA MUDA DAN BUAH NANGKA

Barwita Yuniana, Ratih Surya Ningsih dan Isra M. Qadri

Laboratorium SMK-SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V Kel.Kapalo Koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

E-mail : ratihsuryaningsih11@gmail.com

ABSTRAK

Pepaya (Carica papaya L.) adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara
dari Amerika Selatan. Biji pepaya merupakan limbah dari buah pepaya. Biji pepaya mengandung alkaloid,
steroid, tanin, minyak atsiri, biji pepaya mengandung senyawa golongan fenol, terpenoid dan juga saponin
karbohidrat dalam jumlah kecil, air, abu, protein, dan juga lemak. biji pepaya dapat diolah menjadi minuman
bubuk yang menyehatkan. Pembuatan minuman bubuk biji pepaya bertujuan untuk mengurangi limbah dari
buah pepaya. Untuk membuat minuman bubuk biji pepaya menjadi harum serta mengurangi rasa atau aroma
pahit dari biji pepaya, digunakan Buah nangka dan daging buah kelapa muda sebagai tambahan dalam
pembuatan minuman bubuk biji pepaya. Minuman bubuk dari biji pepaya ini memiliki khasiat utama membasmi
cacing dalam usus seperti cacing parasit, mengobati penyakit liver dan menurunkan kadar kolesterol dalam
darah. Dari Analisis yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut yaitu Kadar Air Secara
Thermogravimetri sebesar 3,11 %, Kadar Karbohidrat Metode Luff Schrool sebesar 3,40 %, Uji Angka Lempeng
Total Metode Plate Count sebesar 1,8 x 10 3 koloni/mL, Uji Metabolit Sekunder positif mengandung alkaloid,
flavonoid, saponin, dan negatif mengandung steroid dan terpenoid, Kadar Abu sebesar 6, 81 %, serta Kadar
Lemak sebesar 34,60 %, Uji Organoleptik dengan metode hedonik berupa Warna: coklat tua, Bau : agak
menyengat, dan Rasa: agak pahit.

Kata kunci : pepaya, biji pepaya, Minuman bubuk

ABSTRACT

Papaya (Carica papaya L.) is a plant originating from southern Mexico and northern parts of South
America. Papaya seeds is a waste of papaya. Papaya seeds contain alkaloids, steroids, tannins, volatile oil,
papaya seeds contain phenols compounds, terpenoids and saponins also small amounts of carbohydrates,
water, ash, protein, and fat. papaya seeds can be processed into a powder drink healthy. Making powdered drink
papaya seeds aims to reduce waste of fruit papaya. To make powdered drink papaya seeds become fragrant
and reduce the bitter taste or aroma of papaya seeds, used fruit jackfruit and young coconut meat as an adjunct
in the manufacture of powdered drink papaya seeds. Beverage powder from papaya seeds have primary efficacy
eradicate intestinal worms in a worm-like parasites, treating liver disease and lower cholesterol levels in the
blood. From the analysis that has been carried out, the following results are obtained Moisture In
Thermogravimetri at 3.11%, Carbohydrate Content Schrool Luff Methods of 3.40%, Total Plate Count Test Plate
Count Method of 1.8 x 103 colonies / mL, Test Secondary metabolites are positive for alkaloids, flavonoids,
saponins, and negative contain steroids and terpenoids, levels Abu at 6, 81%, and fat content of 34.60%,
Organoleptic Test with hedonic methods such as color: dark brown, Odour: slightly pungent, and Taste: slightly
bitter.

Keywords: papaya, papaya seeds, powdered drinks

Page 16
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PENDAHULUAN pepaya yang biasanya dikonsumsi masyarakat.
Limbah buah pepaya terutama bijinya seringkali
Pepaya adalah tanaman yang berasal dibuang, Karena rasanya yang pahit dan
dari Amerika. Tumbuhnya lurus ke atas setinggi kurangnya pengetahuan tentang kandungan
3-10 m, dengan diameter batang bisa mencapai serta pengolahan biji pepaya. Padahal biji
20 cm. Biasanya tanaman ini tak bercabang, pepaya dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi
daun-daun dan buah tumbuh secara langsung sebuah produk yang memiliki nilai jual,
dari batang (Nuraini, 2002). mengingat khasiat limbah ini yang cukup efektif
Bagian tanaman yang digunakan untuk untuk mengobati beberapa penyakit, seperti
penelitian ini adalah biji. Biji pepaya berbentuk menghilangkan parasit usus, Sebagai obat
agak bulat dengan panjang kira-kira 5 mm. cacingan, mengobati penyakit liver/hepatitis,
Bagian biji terdiri dari embrio, jaringan bahan membantu mengeluarkan racun khususnya di
makanan, dan kulit biji. Kulit biji pepaya ginjal, mendetoksifikasi hati, menurunkan kadar
berwarna hitam dengan permukaan kasar, kolesterol LDL (Kolesterol Jahat) dalam darah,
bergerigi, membentuk alur-alur sepanjang biji, meningkatkan kadar HDL (Kolesterol Baik),
tebal dan keras. Dalam satu gram biji pepaya antibakteri, yang efektif melawan bakteri E. coli,
terdiri antara 45-50 buah. Sewaktu masih Salmonella, dan infeksi Staphylococcus,
melekat pada buah, membunuh parasit dalam pencernaan, dll
biji dilapisi oleh suatu lapisan kulit biji Menurut Standar Nasional Indonesia
yang berwarna keputihan, lunak, dan agak (SNI) 01-4320-1996, Serbuk minuman tradisional
bening (Kalie, 1996). adalah produk pangan berbentuk serbuk atau
Biji pepaya dapat digunakan sebagai obat granula yang dibuatkan dari campuran gula dan
cacingan karena kandungan Glucoside Cacirin rempah-rempah dengan atau tanpa bahan
dalam biji pepaya, biji pepaya juga dapat makanan yang diizinkan.
digunakan untuk mengatasi ubanan yang Minuman bubuk yang beredar dipasaran
tumbuh terlalu dini dan dapat menyembuhkan biasanya dibuat dari sari buah-buahan, pada kali
penyakit Influenza (Muktiani, 2011). ini penulis ingin mencoba membuat kreasi dari
Pengolahan buah pepaya menghasilkan limbah minuman bubuk dengan menggunakan bahan
kulit dan biji pepaya, hanya daging dari buah utama biji pepaya. Untuk membuat minuman.
bubuk biji pepaya menjadi harum serta Metode Luff Schrool, Penetapan Kadar Air
mengurangi rasa atau aroma pahit dari biji Metode Thermogravimetri, Uji Angka Lempeng
pepaya, digunakan Buah nangka dan daging Total Metode Plate Count, Serta Uji
buah kelapa muda sebagai tambahan dalam Organoleptik.
pembuatan minuman bubuk biji pepaya, dengan
cara menyangrai ketiga bahan ini sehingga Sumber Bahan Baku Pembuatan Minuman
menghasilkan aroma yang harum dan citarasa Bubuk Biji Pepaya
yang baik. Bahan baku terdiri dari biji pepaya, buah nangka,
Berdasarkan hal diatas penulis tertarik dan kelapa muda. Biji pepaya diperoleh dari
untuk melakukan pengolahan terhadap biji pedagang buah keliling di daerah By. Pass
pepaya menjadi suatu bahan yang memilki nilai kelurahan Bt. Taba, Kec Lubuk Begalung, Buah
ekonomi serta citarasa yang tinggi, dan dengan Nangka dibeli di pasar bandar buat Kec. Lubuk
pembuatan bubuk biji pepaya serta dilakukannya Kilangan, Buah Kelapa Muda diperoleh dari
analisis pada minuman bubuk biji pepaya rumah Saudara Sepupu.
tersebut, sehingga dapat dikatakan hasilnya Alat yang digunakan, alat yang biasa digunakan
yang layak untuk dikonsumsi ataupun tidak dilaboratorium, peralatan sokletasi.
sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan, Bahan yang digunakan adalah Biji Pepaya
adapun pengolahannya dapat dilakukan dengan Daging Buah Kelapa Muda, dan Buah Nangka.
mudah menggunakan teknologi dan alat-alat
sederhana. Bahan
Sampel, CuSO4, Kertas saring, Larutan Luff
BAHAN DAN METODE schrool, HCl 3 %, H2SO4 25 %, NaOH 30 %, HCl
4 N, pH universal, Indikator PP, CH3COOH 3 %,
Metode yang digunakan untuk analisis Na2S2O4 0,1 N, Indikator Amilum 1 %, Aquades,
parameter berbahan dasar biji pepaya yaitu Uji Kertas saring, Kristal K2Cr2O7, KI 20 %, Alkohol
Metabolit Sekunder dan analisis produk 70 %, Spritus, Media PCA, Kapas, Kertas
Minuman Bubuk Biji Pepaya yaitu Penetapan Pembungkus, H2SO4 2 N, Kloroform, H2SO4 2 N,
Kadar Lemak metode Sokletasi, penetapan Metanol, Serbuk magnesium, H2SO4 pekat,
Kadar Abu, Penetapan Kadar Karbohidrat
Page 17
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Iodine, n-hexane, Aquades, HCl pekat, NaOH perlahan-lahan, setelah itu dititar dengan
0,1 N. Thiosulfat 0,1 N hingga kuning gading,
tambahkan 2 mL indikator amilum, dititar kembali
dengan thio 0,1 N hingga hilang endapan biru.
1 Kg Biji 120 gram buah 100 gram daging
pepaya nangka buah kelapa muda Pengujian Angka Lempeng Total Metode
Plate Count
Ditimbang 1 gram sampel, masukkan kedalam
Jemur dibawah tabung reaksi yang telah berisi 9 mL larutan
Potong kecil-kecil Potong kecil-kecil
sinar matahari pengencer steril (10-1). Lalu buat pengenceran
10-2 dan 10-3. Pipet 1 mL dari masing-masing
pengenceran secara aseptik, lalu dimasukkan
kedalam cawan petri. dimasukkan 12-15 mL
Panaskan wajan diatas media PCA steril kedalam masing-masing cawan
kompor, Lalu masukkan
petri. digoyangkan cawan hingga media
ketiga bahan tersebut
kedalam wajan
tercampur rata, biarkan campuran dalam cawan
petri membeku. dibungkus cawan petri dengan
kertas pembungkus steril secara terbalik,
Sangrai tanpa minyak
hingga harum inkubasi pada suhu 35oC dalam inkubator,
dicatat pertumbuhan koloni selama 48 jam.
Hitung angka lempeng total dalam 1 mL sampel
Blender hingga halus berdasarkan tabel standar plate count.

Penetapan Kadar Abu


Ditimbang 2-3 gram sampel secara teliti,
Masukkan Minuman dimasukkan kedalam cawan poorselen yang
bubuk dalam kemasan sudah diketahui bobotnya, diarangkan diatas
pembakar, abukan dalam furnace atur suhu
550oC sampai pengabuan sempurna,
didinginkan dalam desikator selama 15 menit,
Gambar 1 Skema Pembuatan Produk lalu ditimbang sampai bobot konstan

Cara Kerja Pengujian Mutu Produk Penetapan Kadar Lemak


Penetapan Kadar Air Metode Ditimbang 1-2 gram sampel, dimasukkan
thermogravimetri kedalam selongsong kertas yang sudah dialasi
Ditimbang 1 gram sampel dengan neraca kapas, lalu disumbat selongsong dengan kapas
analitik, dimasukkan kedalam cawan penguap lagi, dikeringkan dalam oven suhu 800C selama
konstan, lalu dikeringkan dalam oven suhu 1 jam, lalu dimasukkan kedalam alat soklet yang
105oC selama 2 jam, didinginkan didalam telah disambungkan dengan labu lemak yang
desikator selama 15 menit, kemudian ditimbang berisi batu didih yang telah diketahui bobotnya,
kembali dengan neraca analitik, ulangi pekerjaan ekstraksi dengan hexane selama 6 jam, setelah
ini hingga didapatkan berat konstan. itu diuji dengan mengambil sedikit pelarut pada
tabung ekstraktor lalu direaksikan dengan
Penetapan Kadar Karbohidrat Motode Luff NaOH, jika terdapat busa hentikan proses
Schrool ekstraksi, sulingkan hexane dan dikeringkan
Ditimbang 5 gram sampel secara teliti, ekstrak lemak dalam oven suhu 105oC selama 2
ditambahkan 200 mL HCl 3%, direfluk selama 3 jam, didinginkan dalam desikator selama 15
jam dengan pendingin tegak, didinginkan dan menit lalu ditimbang, diulangi pengeringan ini
dinetralkan dengan NaOH 30%, kemudian hingga didapatkan bobot konstan.
ditambahkan CH3COOH 3 % agar suasana
sedikit asam (pH 6). Dipindahkan larutan Penetapan Kadar Lemak
kedalam labu ukur 500 mL, dipaskan dan Ditimbang 1-2 gram sampel, dimasukkan
dihomogenkan, lalu saring. Pipet 10 mL filtrat, kedalam selongsong kertas yang sudah dialasi
ditambahkan 25 mL Larutan Luff Schrool dan 15 kapas, lalu disumbat selongsong dengan kapas
mL aquades serta batu didih, dipanaskan larutan lagi, dikeringkan dalam oven suhu 800C selama
tersebut hingga mendidih, didihkan terus selama 1 jam, lalu dimasukkan kedalam alat soklet yang
10 menit, lalu didinginkan. ditambahkan 15 mL telah disambungkan dengan labu lemak yang
KI 20 % dan 25 mL H2SO4 25 % secara berisi batu didih yang telah diketahui bobotnya,
Page 18
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
ekstraksi dengan hexane selama 6 jam, setelah pada udara tidak terserap sempurna oleh zat
itu diuji dengan mengambil sedikit pelarut pada penyerap air di dalam desikator magnesium. Bila
tabung ekstraktor lalu reaksikan dengan NaOH, terjadi perubahan warna merah/pink atau kuning
jika terdapat busa hentikan proses ekstraksi, menunjukan sampel mengandung flavonoid.
sulingkan hexane dan keringkan ekstrak lemak
dalam oven suhu 105oC selama 2 jam, dinginkan Identifikasi Steroid / Terpenoid : Beberapa
dalam desikator selama 15 menit lalu timbang, tetes kloroform pada uji alkaloid, ditempatkan
ulangi pengeringan ini hingga didapatkan bobot pada plat tetes. Ditambahkan anhidrida asetat 5
konstan. tetes dan dibiarkan mengering, Kemudian
ditambahkan 3 tetes H2SO4 pekat, Timbulnya
Uji Metabolit Sekunder warna merah jingga atau ungu menandakan uji
Identifikasi Alkaloid : dirajang hingga halus 4 positif terhadap triterpenoid, sedangkan warna
gram biji pepaya segar, lalu digerus dengan biru menunjukan uji positif untuk steroid.
lumpang dan alu, ditambahkan kloroform hingga Identifikasi Saponin : biji pepaya kering
membentuk pasta, ditambahkan 10 mL amoniak- dirajang halus, dimasukan kedalam tabung
kloroform 0,05 N lalu gerus lagi, saring kedalam reaksi dan ditambahkan air suling, didihkan
tabung reaksi kering, ditambahkan 10 mL H2SO4 selama 2-3 menit. Dinginkan, setelah dingin
2 N dan kocok, didiamkan larutan sampai dikocok dengan kuat. Adanya busa yang stabil
terbentuk 2 lapisan, pipet lapisan asam sulfat selama 5 menit berarti sampel mengandung
dengan pipet yang telah diberi kapas pada saponin.
ujungnya, lalu dimasukkan kedalam tabung Pengujian Organoleptik
reaksi kecil (simpan lapisan kloroform untuk Diambil 3 sendok teh minuman bubuk biji
pengujian terpenoid). Filtrat diuji dengan pepaya, dimasukkan kedalam gelas
pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. ditambahkan gula secukupnya, ditambahkan air
Terbentuknya endapan putih atau keruh dengan panas ± 150 mL, aduk hingga merata. Siapkan
pereaksi Mayer. Endapan coklat dengan tabel uji organoleptik, cobakan sampel minuman
pereaksi Wagner dan endapan orange dengan bubuk pada 30 orang panelis yang berumur 12
pereaksi Dragendorf menunjukan sampel tahun keatas dan dewasa, minta panelis mengisi
mengandung alkaloid. tabel uji organoleptik.
Identifikasi Flavonoid : dirajang 0,5 mg biji Kadar karbohidrat pada minuman bubuk
pepaya segar hingga halus, diekstrak dengan 5 biji pepaya sebesar 3,40 %, dapat dikatakan
ml metanol, dipanaskan selama 5 menit dalam bahwa kadar karbohidrat pada minuman bubuk
tabung reaksi. Ekstraknya ditambahkan biji pepaya kecil.
beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk
Uji Angka Lempeng Total
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel.2 Hasil Uji Angka Lempeng Total minuman
bubuk biji pepaya
Penetapan kadar karbohidrat dan kadar air Pengenceran Rata-rata Hasil
Tabel 1. Hasil Kadar Air dan kadar Karbohidrat pada Koloni
sampel minuman bubuk biji pepaya 10-2 18 koloni 1,8 x 103 (<3,0 x
No Parameter Hasil (%) 103)
1 Kadar Air 3,11 % 10-3 14,7 koloni -
2 Kadar Karbohidrat 3,40 % Dari tabel 2, karena 18 > 14,7 dan 18 <
Dari tabel 2 dapat dilihat kadar air yang 30, maka digunakan (SPC 2). Dapat dilihat
terkandung dalam minuman bubuk biji pepaya Angka Lempeng Total pada minuman bubuk biji
sebesar 3,11 %, hasil ini sesuai dengan SNI 01- pepaya sebesar 1,8 x 103 (<3,0 x 103) koloni, hal
4320-1996 yang menyatakan kadar air berkisar ini sesuai sesuai dengan SNI 01-4320-1996
antara 3 – 5 %, artinya minuman bubuk biji yang menyatakan total koloni pada minuman
pepaya layak untuk dikonsumsi dan memiliki bubuk kurang dari 3 x 103 koloni, yang
mutu yang baik, karena memiliki kadar air yang menandakan bahwa produk layak dikonsumsi
rendah, sehingga daya awet sampel tahan lama dan memiliki mutu yang baik, sehingga dapat
dan kemungkinan untuk tercemar oleh mikroba dinikmati oleh masyarakat.
menjadi kecil. Tetapi saat penimbangan sampel,
berat penimbangan terakhir sampel tidak Penetapan Kadar Abu dan Kadar Lemak
konstan, hal ini mungkin disebabkan karena Tabel.3 Hasil Kadar Abu dan Kadar Lemak minuman
banyaknya kapasitas pada oven yang digunakan bubuk biji papaya
serta zat penyerap air pada desikator yang
Dari tabel diatas kadar Abu yang di
digunakan (CuSO4) tidak diganti, sehingga air
peroleh pada sampel minuman bubuk telah
Page 19
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
memenuhi syarat SNI 3836 : 2013. Dari hasil KESIMPULAN
tersebut dapat dikatakan bahwa kadar abu
dalam minuman bubuk biji pepaya sedikit, Setelah dilaksanakan penelitian berupa
sehingga minuman bubuk biji pepaya ini memiliki pembuatan produk Minuman Bubuk dan
kualitas yang cukup bagus dan layak untuk analisisnya yang berjudul pembuatan dan
dikonsumsi oleh masyarakat. analisis minuman bubuk biji pepaya dengan
Dari tabel diatas didapatkan kadar lemak tambahan kelapa muda dan buah nangka. Dan
sebesar 34,60 %, artinya kadar lemak dalam didapatkan hasil analisis dari parameter dengan
minuman bubuk biji pepaya cukup banyak. bahan dasar biji pepaya positif mengandung
alkaloid, flavonoid, saponin dan negatif
Pengujian Senyawa Metabolit Sekunder mengandung steroid / terpenoid dan untuk
Tabel. Hasil Uji Kualitatif Senyawa Metabolit analisa parameter sampel minuman bubuk biji
Sekunder pepaya didapatkan kadar air sebesar 3,11%,
kadar abu sebesar 6,81%, kadar karbohidrat
sebesar 3,40%, kadar Lemak sebesar 34,60%.
Pada uji angka lempeng total dengan total koloni
sebesar 1,8 x 103 (< 3,0 x 103) koloni/mL, dan
pengujian organoleptik pada minuman bubuk biji
pepaya didapatkan hasil bau : agak menyengat,
warna : coklat tua, rasa : agak pahit, dan
Uji Organoleptik kesukaan : Suka.
Tabel 5. Hasil uji organoleptik minuman bubukbiji
pepaya SARAN

Penulis mengharapkan, agar masyarakat dapat


memanfaatkan limbah biji pepaya menjadi
produk yang bermanfaat serta memiliki nilai jual.
Penulis juga mengharapkan kepada pembaca
yang berkeinginan untuk melakukan penelitian
ini, agar dapat melanjutkan penelitian minuman
bubuk biji pepaya ini dengan parameter yang
belum dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 1992. Cara Uji


Cemaran Mikroba. SNI 01-2897-1992. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 1992. Cara Uji


Makanan dan Minuman. SNI 01-2891-1992.
Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Dari hasil uji organoleptik sebanyak 17 Badan Standarisasi Nasional. 1996. Serbuk
orang (56,60%) memilih warna coklat tua, Minuman Tradisional. SNI 01-4320-1996. Badan
sebanyak 26 orang (86,60%) memilih bau dari Standarisasi Nasional. Jakarta.
minuman bubuk biji paepaya Agak Menyengat,
20 orang (66,60%) memilih rasa dari minuman Gusti & Yeni. 2006. Modul Analisis Proximat.
bubuk ini yaitu Agak Pahit, berdasarkan tingkat Padang : SMAKPA.
kesukaan didapatkan 21 orang dari 30 0rang
atau 70% orang memilih suka sehingga produk Kusharyadi, Arif. 2012. Karya Ilmiah
yang dibuat ini dapat diterima di pasaran dan Pemanfaatan biji Pepaya sebagai kopi.
memiliki ciri khas warna, bau dan rasa biji http://goeners.wordpress.com. Diakses pada
pepaya yang khas. tanggal 25 oktober 2014.

Muktiani. 2011. Bertanam varietas unggul


pepaya california. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.
Page 20
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Nilma & Barwita. 2010. Modul Mikrobiologi
Bilingual. Padang : SMAKPA.

Nuraini, Dini Nuris. 2002. Aneka Daun


Berkhasiat Untuk Obat . Yogyakarta : Gava
Media.

Rubatzky & Mas.1999. Sayuran Dunia 1.


Bandung : ITB.

Verheij & Coronel. 1997. Buah-buahan yang


dapat dimakan. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Winarno. 2002. Kelapa Pohon Kehidupan.


Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Yeniza. 2005. Modul Analisis Gravimetri. Padang


: SMAKPA.

Page 21
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PEMBUATAN DAN ANALISIS SUSU SEREAL
DARI BIBIT TERATAI SALJU (Saussurea involucrate) DAN
KACANG HIJAU ( Vigna radiata)

Darmus, Aliifah Huwaida dan Rima Annisa


Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl. Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

E-mail : Darmus122@gmail.com

ABSTRAK

Susu sereal adalah serbuk instan yang terbuat dari susu bubuk dan sereal dengan penambahan bahan
makanan lain dan atau tanpa bahan makanan yang diizinkan.Teratai salju merupakan tanaman yang didalamnya
terdapat enzim. Enzim yang terdapat di dalam teratai salju merupakan senyawa yang halus seperti zat yang
terdapat di dalam sel hidup baik hewani maupun nabati. Kacang hijau merupakan tanaman jenis polong-polongan
(Fabace) yang mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi seperti protein, vitamin , serat, fosfor, kalsium dan
lemak tak jenuh yang tentunya sangat baik dikonsumsi untuk kesehatan tubuh. Dari keunggulan tersebut maka
diperlukan pemanfaatan yang tepat, salah satu pemanfaatan bibit teratai salju dan kacang hijau adalah sebagai
makanan siap saji yang disebut sebagai susu sereal. Adapun hasil uji dari pembuatan dan analisis susu sereal
dari bibit teratai salju dan kacang hijau adalah uji organoleptik 75% orang memilih suka, dengan khas warna putih
kekuningan, beraroma khas kacang hijau, dan bertekstur halus dan untuk hasil penetapan kadar air metode
thermogravimetri 2,05 %, penetapan kadar abu metode thermogravimetri 3,76%, kadar protein metode mikro
kjedhal 25,16%, kadar lemak metode sokletasi 7,95%, kadar karbohidrat metode luff scoorl 58,64 % , kadar serat
kasar metode gravimetri 0,61 % , angka lempeng total metode hitung cawan 5,3 x 10 3 koloni/g dan cemaran
kapang metode hitung cawan 0 koloni /gram.
kata kunci : susu sereal, bibit teratai salju, kacang hijau

ABSTRACT

Instan powdered milk for cereal is made from powdered milk and cereal with the addition of other foodstuffs and
food ingredients or without snow diizinkan.Teratai is a plant in which there is an enzyme. Enzymes found in the
snow lotus is a subtle compound like substance found in living cells both animal and vegetable. Green beans are
legumes crop types (Fabace) which has a high nutrient content such as protein, vitamins, fiber, phosphorus,
calcium and unsaturated fats consumed certainly very good for your health. From these advantages it is
necessary to use the right, one of the utilization of snow lotus seeds and green beans are as ready meals are
called milk cereal. The test results from the manufacture of cereal and milk analysis of the snow lotus seeds and
green beans are organoleptic 75% of people choose love, with typical yellowish white color, distinctive aroma of
green beans, and finely textured and for the determination of water content of 2.05 thermogravimetri method %,
ash content determination method thermogravimetri 3.76%, protein content of micro method kjedhal 25.16%, fat
content 7.95% soxhletation method, carbohydrate levels luff method scoorl 58.64%, crude fiber content of 0.61%
gravimetric method , number of total plate count method saucer 5.3 x 103 colonies / g and mold contamination
arithmetic method cup 0 colonies / gram.
keywords: cereal milk, snow lotus seeds, green

PENDAHULUAN

Teratai Salju (Saussurea Selain itu, didalam tanaman teratai salju ini
involucrate) memiliki sekitar 300 jenis spesies terdapat juga enzim. Enzim adalah molekul
tanaman berbunga dalam keluarga Asteraceae, protein yang bertanggung jawab untuk semua
tumbuh didaerah puncak pegunungan dengan aktivitas biologis dalam sel manusia. Enzim
suhu sangat dingin di kutub Asia, Eropa dan merupakan katalis organik yang meningkatkan
Amerika Utara, keragaman habitat terbesarnya proses di mana makanan dipecah dan diserap
berada dipuncak pegunungan Himalaya. Teratai oleh tubuh dan membantu berbagai fungsi
salju berfungsi menyembuhkan berbagai berlangsungnya metabolisme dalam tubuh.
penyakit dan memperkuat kesehatan tubuh. Enzim yang terdapat di dalam teratai salju
merupakan
Page 22
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
senyawa yang halus seperti zat yang empat sehat sempurna dengan menempatkan
terdapat di dalam sel hidup baik hewani maupun susu pada urutan terakhir. Karena ada kata
nabati. sempurna, maka seolah-olah susu adalah
Enzim Teratai Salju berenergi molekul penyempurna makanan kita sehari-hari. Susu
protein yang diperlukan bagi kehidupan. Enzim memang merupakan makanan alami yang dapat
ini mengkatalisasi dan mengatur hampir semua dijadikan sumber nutrisi sekaligus pelengkap
reaksi biokimia yang terjadi dalam tubuh pola makanan sehat seimbang. Pola seimbang
manusia. Jika kekurangan enzim dapat gizi inilah yang kini dianggap lebih ideal untuk
menyebabkan gangguan fungsi organ, tidak bisa mendapatkan tubuh yang sehat. (Setiono.A
mendukung metabolisme tubuh kita, sehingga Mangoenprasodjo).
tubuh kita menjadi tidak sehat / berpenyakit, Sereal adalah makanan yang umumnya
ataupun mati. dimakan sebagai sarapan, sereal umumnya
Ramuan Kuntum Teratai Salju tidak dipromosikan sebagai penunjang kesehatan
mengandung bahan kimiawi, melainkan terdapat dengan memakan sarapan berserat tinggi.
berbagai kandungan gizi yang dibutuhkan oleh Sereal juga mengandung vitamin dan mineral.
organ tubuh manusia. Fermentasi Kuntum Namun ada beberapa sereal yang mengandung
Teratai Salju ini menjadi enzim laktat dan bakteri kadar gula dalam jumlah yang cukup tinggi.
asam laktat aktif untuk menjaga kondisi tubuh Susu sereal adalah serbuk instan yang
tetap prima, membentuk dan memperkuat daya terbuat dari susu bubuk dan sereal dengan
tahan tubuh serta bermanfaat bagi kesehatan penambahan bahan makanan lain dan atau
tubuh secara menyeluruh menganggu kesehatan tanpa bahan tambahan makanan yang
kita. diizinkan.(SNI 01-4270-1996)
Kacang hijau (Vigna radiata) adalah Seorang ahli gizi mengungkapkan bahwa
sejenis palawija yang dikenal luas di daerah sarapan dengan susu sereal bisa menjadi pilihan
tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong- yang sehat. Karena,kaya akan kalsium dan
polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak nutrisi penting lainnya,seperti serat ,protein,dan
manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai karbohidrat. Dengan meminum susu sereal
sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. maka kita bisa menahan lapar lebih lama
Kacang hijau di Indonesia menempati urutan sehingga membantu mengurangi jumlah asupan
ketiga terpenting sebagai tanaman pangan kalori akibat ngemil untuk menahan lapar. Dari
legum, setelah kedelai dan kacang tanah. keunggulan bibit teratai salju dan kacang hijau
Kacang hijau memiliki kandungan ini, penulis tertarik memilih judul “ Susu Sereal
protein yang cukup tinggi dan merupakan dari Bibit Teratai Salju (Saussurea involucrate)
sumber mineral penting, antara lain kalsium dan dan Kacang Hijau (Vigna radiata)”.
fosfor. Sedangkan kandungan lemaknya
merupakan asam lemak tak jenuh. BAHAN DAN METODE
Kandungan kalsium dan fosfor pada
kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat Metoda penelitian
tulang. Kacang hijau juga mengandung rendah Metoda yang digunakan untuk analisa parameter
lemak yang sangat baik bagi mereka yang ingin bahan dasar bibit teratai salju dan kacang hijau
menghindari konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yaitu Uji organoleptik, Penetapan kadar air
yang rendah dalam kacang hijau menjadikan metoda thermogravimetri, Penetapan kadar abu
bahan makanan atau minuman yang terbuat dari metoda themogravimetri, Penetapan kadar
kacang hijau tidak mudah berbau. protein metoda mikro kjedhal, Penetapan kadar
Lemak kacang hijau tersusun atas 73% lemak metoda sokletasi, Penetapan kadar
asam lemak tak jenuh dan 27% asam lemak karbohidrat metoda luff school, Penetapan kadar
jenuh. Umumnya kacang-kacangan memang serat kasar metoda thermogravimetri, Cemaran
mengandung lemak tak jenuh tinggi. Asupan mikroba angka lempeng total dan Cemaran
lemak tak jenuh tinggi penting untuk menjaga mikroba kapang.
kesehatan jantung. Kacang hijau mengandung Alat dan bahan
vitamin B1 yang berguna untuk pertumbuhan. bahan baku terdiri dari bibit teratai salju
Kacang hijau juga mengandung multi protein (Saussurea involucrate) dan kacang hijau (Vigna
yang berfungsi mengganti sel mati dan radiata) yang memiliki bibit ini, dan dipinjam dari
membantu pertumbuhan sel tubuh pembimbing dan dipinjam selama lebih kurang 3
Pada awal tahun 1950-an Prof. Poorwo minggu untuk dibibitkan.
Sudarmo (Bapak gizi Indonesia) mencetuskan
dirumah sendiri sedangkan kacang hijau dibeli Alat yang digunakan, alat-alat gelas
di pasar bandar buat, gula pasir, garam. dilaboratorium.
Page 23
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Gambar 1 Skema Pembuatan Produk

Cara Kerja Pengujian Mutu Produk dikeringkan dalam oven pada suhu 100 – 1050C
Uji Organoleptik : selama 3-5 jam tergantung bahannya, kemudian
Kesukaan dan tekstur : Diambil sampel didinginkan dalam desikator dan ditimbang,
secukupnya kemudian diminum sampel tersebut Dipanaskan lagi dalam oven 30 menit,
dan catat hasil penilaiannya. didinginkan dalam desikator dan ditimbang,
Warna : Diambil sampel secukupnya kemudian perlakuan ini diulangi sampai tercapai berat
dilihat warna dari sampel dan dicatat warna dari konstan ( selisih penimbangan berturut-turut
sampel tersebut dan dicatat hasil penilaiannya. kurang dari 0,1-0,2 mg), pengurangan berat
Bau : Diambil sampel secukupnya kemudian merupakan banyaknya air dalam bahan.
dihirup aroma dari sampel tersebut dan dicatat
hasil penilaiannya. Penetapan kadar abu metoda
thermogravimetri:
Penetapan Kadar Air Metoda Timbang 2g - 3g sampel kedalam cawan
Thermogravimetri : porcelain yang telah diketahui bobot konstannya,
Dipanaskan cawan penguap sampai bobot arangkan di atas nyala pembakar,lalu diabukan
konstan, ditimbang dengan teliti contoh yang dalam furnce sampai pengabuan sempurna,
akan ditetapkan ± 2 gram dalam cawan penguap didinginkan dalam desikator,lalu ditimbang
yang telah diketahui beratnya, kemudian sampai bobot konstant.
larutan telah berubah menjadi hijau jernih., jika
Penetapan kadar protein metoda mikro larutan telah hijau jernih, dihentikan proses
kjedhal: destruksi dan didinginkan larutan didalam
Tahap destruksi : sampel ditimbang sebanyak penangas air, apabila larutan telah dingin,
0.5100 g secara teliti dengan menggunakan dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml, dibilas
neraca analitik, dimasukan kedalam labu kjedal, terlebih dahulu labu kjedal dengan aquadest
campuran selen ditimbang 2 g dengan neraca hingga bersih, encerkan larutan dengan
kasar , kemudian dimasukan kedalam labu aquadest hingga 100 ml, lalu paskan,
kjedal, ditambahkan 25 ml H2SO4 pekat dan dihomogenkan. Tahap destilasi : dipipet 5 ml
beberapa batu didih kedalam labu kjedal, sampel dengan pipet gondok dan dimasukan
lakukan proses destruksi dengan menggunakan kedalam labu suling, ditambahkan 2-3 tetes
heating mantel, destruksi dihentikan jika warna indikator pp, pasang dan disiapkan alat destilasi

Page 24
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
mulai dari labu suling, pendingin lurus , dan tersebut.Tahap titrasi: buret diisi dengan larutan
erlenmeyer dihubungkan dengan sumber air hcl 0.01N, kemudian dititar dengan destilat
menggunakan selang air, ditambahkan 5 ml tersebut, titrasi dilakukan hingga warna sampel
larutan NaOH 30 % dengan pipet takar kedalam berubah menjadi orange (TAT),
labu suling, erlenmeyer untuk menampung
destilat diisi 10 ml H3BO3 2% dan 3 tetes Penetapan kadar lemak metoda sokletasi :
indikator MM, mulut labu suling ditutup dengan Ditimbang sampel dengan teliti sebanyak 2
gabus, lalu didestilasi larutan tersebut . proses gram, dimasukan kedalam selongsong kertas
destilasi dapat dihentikan saat warna destilat yang dialasi dengan kapas, sumbat selongsong
didalam erlenmeyer telah berwarna kuning, kertas berisi sampel dengan kapas,lalu
pendingin lurus dibilas dengan aquadest dan dikeringkan dalam oven suhu 80 C selam 1
hasil bilasan ditampung pada destilat jam, kemudian dimasukan kedalam
alat soklet yang telah dengan labu lemak berisi juga blanko dengan cara pipet 25mL larutan
batu didih yang telah diketahui bobo konstannya, luff, ditambahkan beberapa butir batu didih
ekstarak dengan hexana atau pelarut lemak serta 15mL air suling, dipanaskan campuran
lainnya selama kurang lebih 6 jam, disulingkan tersebut dengan nyala yang tetap, diusahakan
hexana dan dikeringkan ekstrak lemak dalam agar larutan dapat mendidih dalam waktu 3
oven, didinginkan dan ditimbang, ulangi menit, didihkan terus selama tepat 10 menit
pengeringan ini hingga tercapai bobot tetap. kemudian didinginkan dalam bak berisi es,
setelah dingin ditambahkan 15 mL larutan KI
Penetapan Kadar Karbohidrat Metoda Luff 20 % dan 25 mL H2SO4 25 % perlahan-lahan,
Schoorl: titar secepatnya dengan larutan thio 0,1 N
Preparasi sampel : Ditimbang seksama lebih (digunakan kanji sebagai penunjuk)
kurang 5 g cuplikan kedalam erlemeyer 250mL,
ditambahkan 200 mL larutan HCl 3%, Penetapan kadar serat kasar metoda
dididihkan selama 3 jam dengan pendingin thermogravimetri :
tegak, didinginkan dan netralkan dengan Ditimbang 2 gram sampel , lalu dibebaskan
larutan NaOH 30% ( dengan lakmus atau lemaknya dengan cara dienap tuang
fenoltallein) dan ditambahkan sedikit menggunakan larutan etanol 96%, dimasukan
CH3COOH 3 % agar suasana larutan agak kedalam erlenmeyer 250 mL , ditambahkan 50
sedikit asam (pH 6). Cek pH dengan kertas pH mL larutan H2SO4 1,25 % kemudian didihkan
universal dan dilihat hasilnya. selama 30 menit dengan menggunakan
Pengukuran sampel : Dipindahkan kedalam pendingin tegak, ditambahkan 50 mL NaOH 3,25
labu ukur 250 mL, dipaskan dan % dan didihkan lagi selama 30 menit, dalam
dihomogenkan, didinginkan, lalu ditimbang keadaan panas, disaring dengan corong yang
sampai konstan, bila kadar serat kasar > 1 % berisi kertas saring whatman 41 yang telah
abukan kertas saring beserta isinya, lalu diketahui bobot konstannya, cuci endapan yang
ditimbang sampai konstan. terdapat pada kertas saring berturut-turut
ipipet 10 mL larutan kedalam erlenmeyer, dengan H2SO4 1,25 %, air panas, dan etanol 96
ditambahkan 25 mL larutan luff dan beberapa %, angkat kertas saring beserta isinya,
butir batu didih serta 15 mL air suling, dimasukan kedalam cawan perselen yang telah
panaskan dicampuran tersebut dengan nyala diketahui bobot konstannya, dikeringkan(105oC).
yang tetap, diusahakan agar larutan dapat
mendidih dalam waktu 3 menit,didihkan terus Uji cemaran mikroba (Angka lempeng total):
selama tepat 10 menit kemudian didinginkan Disiapkan semua alat dan bahan yang akan
dalam bak berisi es, setelah dingin digunakan, Sterilkan pipet takar dan cawan petri
ditambahkan 15 mL larutan KI 20 % dan 25 mL didalam oven, setelah steril disiapkan tiga buah
H2SO4 25 % perlahan-lahan, dititar tabung reaksi untuk diisikan larutan pengencer
secepatnya dengan larutan thio 0,1 N 10-1 , 10-2, 10-3, pipet 1 mL sampel dan
(digunakan kanji sebagai penunjuk), dikerjakan dimasukan kedalam tabung reaksi yang berisi 9

Page 25
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
mL aquadest sampai 10-3 dan dihomogenkan, HASIL DAN PEMBAHASAN
pipet 1 mL pengenceran 10-2 dan 10-3, lalu
dimasukan kedalam cawan petri berbeda (triplo), Uji Fisik
Tabel 1. Hasil uji fisik
dituangkan media PCA 1⁄ cawan ,
3
dihomogenkan dan tunggu hingga media
membeku, dibungkus cawan dengan kertas dan
diinkubasi (1-2 hari) pada suhu 35 ± 1𝐶, diamati
dan dicatat pertumbuhan koloni pada setiap
cawan yang mengandung 30-300 koloni setelah
48 jam, hitung angka lempeng total dalam 1 g
atau 1 mL sampel dengan mengalikan jumlah
rata-rata koloni pada cawan dengan faktor
pengenceran yang digunakan.

Uji Cemaran Mikroba (kapang):


Disiapan sampel : Ditimbang 25 gram sampel
kedalam erlenmeyer yang telah berisi larutan
pengencer (1:10) 225 mL, dibuat pengenceran
selanjutnya dari 10-1 hingga diperoleh Dari hasil organoleptik berdasarkan tingkat
pengenceran yang diperlukan, untuk kesukaan didapatkan 75% orang memilih suka
pengenceran awal suhu larutan pengencer sehingga produk yang dibuat ini dapat diterima di
disesuaikan hingga 45oC. pasaran dan memiliki ciri khas warna putih
Uji kapang : Dilakukan persiapan diatas, dipipet kekuningan, bau khas kacang hijau, dan
bertekstur halus.
1 mL dari masing-masing pengenceran kedalam
cawan petri steril secara simplo duplo. Uji kadar air
dituangkan PDA yang telah dicairkan (suhu Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Air
45±1oC) sebanyak 15-20 mL kedalam cawan
petri dan goyangkan cawan petri sedemikian
rupa sehingga campuran tersebar merata.
setelah agar membeku, dibalikkan cawan petri
dan inkubasikan pada suhu 25 oC atau suhu
kamar selama 5 hari. hitung koloni kapang
setelah 5 hari, dilaporkan atau catat hasil
sebagai jumlah kapang per gram atau mL Dari tabel hasil analisis diatas kadar air yang
contoh. didapatkan adalah 2,05%, hal ini sesuai dengan
standar mutu susu sereal (SNI 01-4270-1996)
yaitu maks 3,0%.

Uji Kadar Abu


Tabel 3. Hasil uji kadar abu

Page 26
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Uji Kadar Protein Uji Angka Lempeng Total
Tabel 4. Hasil Analisis Protein Tabel 8. Hasil Analisis Angka Lempeng Total

Dari tabel diatas kadar protein yang Dari tabel data diatas hasil angka
diperoleh pada sampel susu sereal telah lempeng total yang didapatkan sesuai dengan
memenuhi syarat SNI 01-4270-1996 berarti SNI 01-4236-1996 karena tidak mencapai 5 x
sampel tersebut sangat baik untuk dikonsumsi 105.
karena mengandung protein yang tinggi.
Uji Cemaran Mikroba Kapang
Uji Kadar Lemak Tabel 9. Hasil Analisis Cemaran Mikroba
Tabel 5. Hasil Analisis Lemak Kapang

Uji Kadar Karbohifrat


Dari tabel hasil analisis diatas cemaran mikroba
Tabe; 6. Uji Karbohidrat
kapang yang didapatkan adalah 0, hal ini sesuai
dengan standar mutu susu sereal (SNI 01-4270-
1996) yaitu maks 102.

KESIMPULAN

Dari beberapa parameter yang telah dianalisis


dapat disimpulkan bahwa susu sereal dari bibit
teratai salju dan kacang hijau diperoleh hasil
Dari tabel hasil analisis diatas kadar organoleptik 75% orang yang memilih suka,
karbohidrat yang didapatkan 58,64% sedangkan dengan khas warna putih kekuningan, berbau
menurut syarat SNI 01-4270-1996 minimal 60%. khas kacang hijau, dan bertekstur halus dan
Hal ini tidak sesuai dengan standar yang untuk kandungan kadar air metoda
ditetapkan. Untuk meningkatkan kandungan thermogravimetri 2,05 %, kadar abu metoda
karbohidrat dalam pembuatan susu sereal ini thermogravimetri 3,76%, kadar protein metoda
harus ditambahkan bahan pangan yang mikro kjedhal 25,16%, kadar lemak metoda
mengandung karbohidrat yang tinggi. sokletasi 7,95%, karbohidrat metoda luff schoorl
58,60%, serat kasar metoda thermogravimetri
Uji Kadar Serat Kasar 0,61 %, angka lempeng total 5.3×103
Tabel 7 Hasil Uji Serat Kasar
koloni/gram dan cemaran kapang metoda hitung
cawan 0 koloni /gram. Sebagai minuman
alternatif susu sereal ini aman dan sangat baik
untuk dikonsumsi, karena hasil uji parameter
yang dilakukan telah memenuhi standar SNI 01-
4270-1996 kecuali karbohidrat, karena kadar
karbohidrat yang didapat 58,60 % sedangkan
(SNI 01-4270-1996) yaitu 60,0 % .

Page 27
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
SARAN DAFTAR PUSTAKA

Dari penelitian yang telah dilakukan Nilma, MP dan Barwita Yuniana, M.Si .2010.
maka penulis menyarankan kepada kalangan Modul Mikrobiologi .Padang: SMAKPA.
masyarakat untuk meminum susu sereal ini.
susu sereal ini juga dapat dibuat sendiri. Selain Gusti, Eli dan Yeni Hermayanti. 2006. Modul
bahan-bahannya mudah didapat, proses Proksimat. Padang: SMAKPA.
pembuatannya tidak terlalu sulit sehingga dapat
dibuat dirumah. Dan untuk meningkatkan Herman, Busser. 1974. Penuntun Analisis
kandungan karbohidrat dalam pembuatan susu Jumlah. Balai Penelitian Kimia Bogor.
sereal ini seharusnya ditambahkan bahan
pangan yang mengandung karbohidrat yang M, Baedhowie dan Pranggonowati, Sri. 1989.
tinggi. Diharapkan juga pada peneliti berikutnya Petunjuk Praktek Pengawasan Mutu
untuk menambah parameter uji, sehingga mutu Hasil Pertanian.
dari susu sereal ini dapat diketahui dengan lebih
sempurna. Sumarna, Ardi. Inowyathye dan A.D,
Latifah.1992. Penuntun Kimia Industri. Bogor :
SMAKBO

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.


Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Page 28
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PEMBUATAN DAN ANALISIS SALEP OBAT LUKA DARI EKSTRAK
BUAH MENGKUDU (M. citrifolia, L.)

Eli Gusti, Anita Marni, Maisyaroh Zamrolin dan Vovi Oktaviani

Laboratorium SMK-SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V Kel.Kepalo Koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

E-Mail : eligusti

ABSTRAK

Salep ekstrak buah mengkudu adalah sediaan salep yang berisi ekstrak buah mengkudu, mengandung berbagai
zat aktif berupa antioksidan dan antibakteri. Buah mengkudu diketahui mengandung berbagai antioksidan yaitu
flavonoid glikosid, tannin, saponin, vitamin C, catalase, beta caroten, triterpenoid dan antraquinon yang
berpengaruh pada proses penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran salep ekstrak
buah mengkudu dalam meningkatkan proses regenerasi jaringan luka.
Salep ekstrak buah mengkudu dapat meningkatkan proses regenerasi jaringan luka dan dapat dipakai sebagai
dasar penelitian lebih lanjut untuk jenis luka yang lain.
Dari analisis dan praktikum yang telah dilakukan dari uji metabolit sekunder berupa tanin didapatkan hasil positif,
saponin positif dan negatif glikosida triterpenoidnya, pH yang didapatkan adalah 4,85 berada dalam rentang pH
kulit yaitu antara 4,5 – 6,5. Serta negatif mikroba s.aureu, Angka Lempeng Total yang memiliki standar <10
didapatkan hasil negatif bakteri, uji potensi yang memiliki standar 1,2 didapatkan hasil 4,8 cm2, pada uji
sitronellal didapatkan hasil 33,57 %, pada uji kadar air didapatkan hasil 0,40%, pada uji homogenitas hasil
adalah normal dan uji organoleptik pada warna didapatkan hasil kecoklatan,pada bau didapatkan hasil khas dan
pada tekstur didapatkan hasil normal.

Kata kunci: Morinda citrifolia, salep, ekstrak buah, obat luka

ABSTRACT

Mengkudufruits extract ointment is an ointment preparations containing mengkudu fruits extract, containing a
variety of active substances such as antioxidants and antibacterial. Mengkudu leaves contain a variety of
antioxidants such as flavonoids glycoside, tannins, saponin, vitamin C, catalase, beta carotene, triterpenoid, and
antraquinone that influence in wound healing process. This study aims to determine the role of mengkudu fruits
extract ointment in promoting the regeneration of wound tissue.
The mengkudu fruits extract ointment fot promote regeneration of wound tissue and can be used as a basis for
further research to other types of injuries.
From the analysis and lab testing has been done on secondary metabolites such as tannins obtained positive
results, saponins obtained positive and negative glycosides triterpenoidnya, pH the results obtained 4.85 hearts
skin pH range is between 4.5 to 6.5 . And negative yield microbial s. Aureus, Total Plate Count test that has a
standard <10 showed negative bacteria, the potential of which has a standard test showed 4.8 1.2 cm 2, the test
results obtained sitronellal 33.57%, of water content showed 0.40 %, , the homogeneity test results are normal
and organoleptic test showed a brownish color , the smell of typical results obtained and the results obtained
normal texture.

Keywords: Morinda citrifolia, salve, fruit extract, cure wounds

PENDAHULUAN
Selama ini, tidak banyak manusia yang tradisional selama lebih dari 2000 tahun. Ada
mengetahui manfaat lain dari mengkudu sebagai yang menyebutkan bahwa buah mengkudu yang
tumbuhan yang dapat menyembuhkan luka digunakan sebagai pembersih internal dan
sekaligus menghilangkan bekas luka yang sebagai pengobatan yang efektif untuk nyeri
efektif. Hanya saja pemanfaatan dari tumbuhan sendi dan kondisi kulit luar. Dalam beberapa
mengkudu ini kurang bila dibandingkan dengan kali, penelitian yang luas dilakukan di seluruh
tanaman herbal lainnya. dunia pada buah yang dikenal dengan sebutan
Secara tradisional, buah mengkudu noni ini dan hasilnya memang sangat positif
sangat banyak digunakan sebagai obat untuk anda dalam mengoptimalkan kesehatan.

Page 29
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Salep adalah krim yang digunakan untuk
menyembuhkan luka pada kulit bagian luar dan
yang terinfeksi. Adapun kandungan yang harus
ada dalam salep obat luka tersebut adalah
vaselin putih 82,75%, ekstrak hidroglikolik 15 %,
montanox80 2 %, mentol 0,05 %, nipagin0,15 %,
dan nipasol 0,05 %.
Salep obat luka yang beredar dipasaran
sangat banyak, tetapi yang menggunakan bahan
aktif dari ekstrak mengkudu masih sedikit.
Sehingga hal ini menjadi latar belakang penulis
untuk mengangkat judul “Pembuatan dan
Analisis Salep Obat Luka dari Ekstrak
Mengkudu” sebagai laporan Analisis Terpadu II
yang merupakan salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan studi di Sekolah Menengah
Kejuruan-SMAK Padang.

BAHAN DAN METODE

Metoda penelitian
Metoda yang digunakan untuk analisa
bahan dasar buah mengkudu yaitu Penetapan
Kadar Citronellal secara Acidimetri, Penetapan
Kadar Air Metode Termogravimetri, Penetapan
Tanin/Polyphenol secara kualitatif, Penetapan
zat aktif glikosida triterpenoid metode kualitatif,
Penetapan pH metode pH meter, Uji metabolit
sekunder zat aktif saponin metode kualitatif,
Penetapan Angka Lempeng Total secara Hitung
Cawan, Penetapan Staphylococcus Aureus
(S.Aureus) metode hitung cawan, Uji Potensi
Metode Difusi Cakram, Uji Homogenitas Metode
Kualitatif, Uji Organoleptik Metode Kualitatif .

Sumber bahan baku pembuatan salep Gambar 1.Skema Pembuatan Produk


Bahan baku pembuatan salep ini diambil
dari buah mengkudu yang sudah matang, yang Penetapan Tanin/Polyphenol metode
diambil langsung dari pohon mengkudu yang kualitatif
ada di daerah Limau Manis sebanyak ± 15 kg. Diambil 3-5 tetes ekstrak mengkudu,
Buah mengkudu dipetik dari pangkal buah dimasukan kedalam tabung reaksi. Kemudian
dengan cara memutar buah tersebut. Kemudian ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1% (apabila
dibuka kulitnya dan diambil isinya, lalu di blender positif mengandung tannin/polyphenol akan
dan dikeringkan dengan cara dijemur. menghasilkan warna hijau hitam).

Alat dan bahan Penetapan zat aktif saponin metode kualitatif


Alat yang digunakan merupakan alat Dipipet ± 2 ml ekstrak buah mengkudu.
gelas di Laboratorium, rotary evaporator. Dimasukan ke dalam tabung reaksi kemudian
Bahan yang digunakan, buah mengkudu, ditambahkan air suling dan dipanaskan. Setelah
Mentol, Asam stearat, Gliserin, Asam Askorbat, dingin tabung dikocok kuat-kuat selama 1-2
Vaselin putih, Alkohol 70 %. menit. Terjadinya busa dengan ketinggian
sekitar 1cm dan tetap selama 5 menit serta tidak
Cara Kerja Pengujian Mutu Produk hilang pada penambahan satu tetes HCl pekat
Penetapan pH metode pH meter menunjukan adanya saponin.
Ditimbang salep ekstrak buah mengkudu
sebanyak 5 gram. Dilarutkan dengan Penetapan Glikosida Triterpenoid metode
menggunakan 100 ml aquades netral. kualitatif
Dipanaskan hingga meleleh. Diukur pHnya Disiapkan ekstrak buah mengkudu. Dimasukan
dengan menggunakan pH meter. ke dalam tabung reaksi. Di uji adanya dengan

Page 30
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
ditambahkan 2 ml asam asetat anhidrat, 2 ml pengenceran contoh salep ekstrak buah
H2SO4 pekat (pereaksi Liebermann-Burchard). mengkudu 10-2 dan 10-3 ke dalam masing-
Timbulnya warna ungu menunjukkan adanya masing cawan petri. Dituangkan media NA
glikosida triterpenoid. kedalam cawan petri masing cawann petri.
Cawan petri digoyangkan hingga media dan
Penetapan kadar sitronellal metode contoh homogen, lalu dibiarkan media
acidimetri membeku. Diinkubasikan dalam keadaan
Ditimbang ± 0,7 gram ekstrak Mengkudu. terbalik pada suhu 37 °C selama 45-48 jam. Lalu
Ditambahkan 15 mL NH2OH.HCl netral. diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
Ditambahkan 10 mL KOH-alkohol berlebih
terukur. Ditambahkan batu didih. Direfluks Penetapan Uji Potensi Metode Difusi Cakram
hingga mendidih selama 5 menit. Didinginkan Persiapan alat dan bahan. Disiapkan alat
segera, kemudian ditambahkan 2-3 tetes dan bahan untuk analisa. Disterilisasi cawan
indicator BPB (Brom Phenol Blue). Dititar petri di oven pada dengan suhu 160oc sebanyak
dengan HCl 0,5 N hingga titik akhir hijau 6 buah ,gelas piala 3 buah dan kertas saring.
kekuningan. Dikerjakan blanko (tidak perlu Siapkan suspensi bakteri . Disiapkan media NA.
direfluks). Buat konsentrasi larutan salep luka (dalam %)
sesuai kebutuhan. Buat suspensi bakteri dari
Penetapan Kadar Air Metode biakan murni bakteri. Masukan 5 mL aquadest
Termogravimetri steril kedalam biakan murni bakteri. Goyang
Ditimbang cawan porselen sampai bobot tabung reaksi sampai koloni bakteri lepas dari
konstan. Contoh salep sebanyak 1,5 gram agar dan pindahkan suspensi bakteri kedalam
dimasukkan ke dalam cawan (W 1). Selanjutnya erlenmeyer steril. Potong kertas saring dengan
salep dalam cawan dikeringkan dalam oven ukuran uang logam Rp 100,- dan masukan
pada suhu 105 - 110oC selama satu jam. potongan tersebut ke dalam larutan salep obat
Dinginkan dalam desikator sampai mencapai luka dari buah mengkudu sesuai dengan
suhu kamar, kemudian di timbang (W 2). konsentrasi yang telah ditentukan. Rendam
Pengeringan dan penimbangan dilakukan kertas saring selama 30 menit. Dipipiet 0,1 mL
sampai diperoleh berat tetap. suspensi bakteri,masukan kedalam cawan petri
steril secara aseptic. Tuang media NA steril
Penetapan Angka Lempeng Total Metoda kedalam cawam yang telah di isi suspensi
Hitung Cawan bakteri dan biarkan beku. Diambil kertas saring
Disiapkan semua alat dan bahan yang yang telah direndam dalam larutan salep luka
akan digunakan. Dipipet 9 mL larutan BPW dengan pinset, dimasukan kedalam cawan yang
dimasukan kedalam 3 tabung reaksi dan telah berisi media NA,bungkus dengan kertas
disterilkan dalam autoclave. Kemudian (letakan kertas saring dengan posisi tenga-
dimasukan 1 gram sampel ke dalam tabung tengah media). Inkubasi kedalam incubator.
reaksi 10-1 dan dihomogenkan. Pipet 10-1 Amati 2x24 jam.
sebanyak 1 mL dimasukan kedalam 10-2 dan
dihomogenkan. Pipet juga 10-2 sebanyak 1 mL Uji Homogenitas
dimasukan kedalam 10-3 dan dihomogenkan. Ditimbang 2 gram salep Mengkudu.
Dimasukan 10-2 dan 10-3 ke dalam cawan petri Diratakan diatas sebuah kaca alas yang telah
steril 1 mL pada masing-masing cawan yang disiapkan. Tingkat homogenitas diamati.
sudah diberi label. Ditambahkan media PCA 10-
15 mL ke dalam masing-masing cawan petri. Uji Organoleptik
Dihomogenkan dan dibiarkan media sampai Ambil sedikit contoh salep obat luka. Amati
membeku, Diinkubasi pada posisi terbalik tekstur. Amati warna. Catat hasil.
selama 24-48 jam. Diamati dan dihitung jumlah
koloni yang tumbuh dan dilaporkan sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN
jumlah koloni per mL gram sampe
Penetapan pH metode pH meter
Penetapan Staphylococcus Aureus Tabel 1 : Hasil analisa pH
(S.Aureus) metode hitung cawan No Parameter Hasil
Ditimbang 2 gram salep ekstrak buah 1 Uji pH 4.85
mengkudu. Dimasukkan kedalam tabung reaksi pH salep obat luka harus sesuai dengan
yang sudah berisi larutan BPW (sebagai 10-1), pH kulit yaitu antara 4,5 – 6,5 agar tidak terjadi
dihomogenkan. Pipet 1 ml dari 10-1 kedalam iritasi pada kulit.
tabung reaksi 10-2, dihomogenkan. Dipipet 1 ml
dari 10-2 kedalam tabung reaksi 10-3, lalu
dihomogenkan. Secara aseptis dipindahkan 1 ml
Page 31
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Penetapan Tanin/Polyphenol metode Penetapan Kadar Air Metode
kualitatif Termogravimetri
Tabel 2 : Hasil penetapan tanin Tabel 5 : Hasil Penetapan kadar air
No. Percobaan Hasil No. Percobaan Hasil Standar

1. Percobaan 1 Positif 1. Percobaan 1 0,50 %

2. Percobaan 2 Positif 2. Percobaan 2 0,30 %


< 10 %
Tannin merupakan salah satu senyawa
sekunder yang dapat dihasilkan oleh tanaman Rata-rata 0,40 %
yang tidak terlibat langsung dalam proses
metabolisme tetapi mempengaruhi kegiatan Kadar air dalam suatu produk sangat
hormonal pada tumbuhan. Tanin dapat dipeloreh mempengaruhi kualitas dari produk tersebut.
dari daun, akar, buah dan kayu tanaman. Dan Karena itu , penentuan kadar air dari suatu
berdasarkan uji kualitatif yang telah dilakukan produk sangat penting untuk proses pengolahan
diatas (Tabel 2) diduga bahwa pada ekstrak dan penanganan yang tepat.Dari tabel di atas
buah mengkudu terdapat senyawa tannin, didapatkan hasil percobaan 1 yaitu 0,50% , pada
dimana pada pengujian tersebut terdapat warna percobaan 2 yaitu 0,30 % . Pada semua
hijau kehitaman. percobaan ini di dapatkan rata – rata dari kadar
air yaitu 0,40 %,berarti jumlah kadar air di
Penetapan zat aktif saponin dan Penetapan dalam salep obat luka dari ekstrak buah
Glikosida Triterpenoid metode kualitatif mengkudu tersebut memenuhi ketentuan yang
Tabel 3: Hasil penentuan zat aktif saponin dan telah di tetapkan yaitu <10 %.
glikosida triterpenoid
No Parameter Hasil Penetapan Angka Lempeng Total Metoda
Hitung Cawan
1. Identifikasi Saponin ++ Tabel 6 : Hasil penetapan ALT
No. Percobaan Hasil
2. Identifikasi Glikosida Triterpenoid _
1. Pada 10-1 (1) Negatif
Keterangan :
+ = sedikit ++ = sedang 2. Pada 10-1 (2) Negatif
+++ = banyak - = tidak ada
Pentingnya saponin dan glikosida 3. Pada 10-2 (1) Negatif
triterpenoid dalam salep adalah karena
manfaatnya sebagai pembersih,anti jamur dan 4. Pada 10-2 (2) Negatif
antiseptik yang berfungsi sebagai anti bakteri,
dan antivirus. 5. Pada 10-3 (1) Negatif

Penetapan kadar sitronellal metode 6. Pada 10-3 (2) Negatif


acidimetri
Tabel 4 : Hasil penetapan kadar sitronellal
No. Percobaan Hasil Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji
yang penting, karena dapat menduga daya
1. Percobaan 1 33.57% tahan simpan suatu produk. Hal ini terlihat dari
Sitronellal merupakan komponen jumlah mikroba yang teramati setelah
penting dalam ekstrak mengkudu yang akan pengenceran, bahwa umumnya semakin banyak
dibuat menjadi salep obat luka. Dimana sifat pengenceran yang dilakukan maka jumlah
sitronellal tersebut sebagai pengusir serangga. mikroba yang terhitung semakin sedikit. Dan
Dan setelah dilakukan percobaan tersebut pada setelah dilakukan percobaan pada pengenceran
ekstrak mengkudu (Tabel 4) diperoleh hasil 10-1, 10-2 dan 10-3 secara duplo (Tabel 6),
sebesar 33.57%. Hasil yang didapat didapatkan hasil negatif dimana tidak ada
menunjukkan bahwa kadar sitronellal yang satupun mikroba yang tumbuh.
didapat melebihi standar acuan yang
digunakan,standar acuan yang digunakan
adalah hasil praktikum yang telah dilakukan
sebelumnya oleh SMAK Bogor yaitu sebesar
1.16 %

Page 32
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Penetapan Staphylococcus Aureus Salep Salep Salep
(S.Aureus) metode hitung cawan
Tabel 7 : Hasil penetapan Staphylococcus Aures 2 Warna Coklat Coklat Coklat
No Parameter Hasil SNI muda muda muda
1. Uji S.Aureus (1x24 Negatif Negatif Produk Produk
Salep Salep Produk
jam)
Salep
2. Uji S.Aureus (2x24 Negatif Negatif
jam)
3 Aroma Khas Khas Khas
Bakteri s.aureus ini adalah bakteri
berbahaya yang biasanya terdapat pada saluran
Produk Produk Produk
pernafasan atas dan kulit pada individu. Infeksi salep salep salep
serius akan terjadi ketika adanya luka, penyakit,
atau saat pelemahan inang yaitu pada saat daya Uji organoleptik ini berguna untuk
imun melemah. Fungsinya melakukan uji mengetahui kualitas/mutu dari salep obat
cemaran mikroba ini adalah untuk mengetahui luka,pengujian ini dapat memberikan indikasi
kualitas dan serta melihat daya tahan salep kebusukan,kemunduran mutu dan kerusakan
sebagai antibakteri. lainnyua dari produk. Dari tabel diatas dapat
dikatakan bahwa salep obat luka dari ekstrak
Penetapan Uji Potensi Metode Difusi Cakram buah mengkudu ini sesuai dengan standar
Tabel 8: Hasil penetapan Uji potensi acuan yang kami gunakan selama proses
No. Konsentrasi Hasil pembuatan salep obat luka dari ekstrak buah
Standar mengkudu.
1. 5% -
KESIMPULAN

2. 10 % - 1,2 cm2 Setelah dilaksanakan penelitian berupa


pembuatan salep obat luka dan analisisnya
3. 15 % 4,77 cm2 berjudul Pembuatan Salep Obat Luka berbahan
dasar ekstrak buah mengkudu. Dan didapatkan
hasil analisisa dari parameter untuk sampel
Dari tabel diatas dapat dinyatakan bahwa saleb obat luka dari ekstrak buah mengkudu
salep obat luka dari ekstrak buah mengkudu yaitu mengandung sitronellal sebesar 33.57%,
efektif dalam menghambat pertumbuhan Penetapan kadar air sebanyak 0,40 %, pH
mikroba, terlihat dari luas daerah halo pada sebesar 4.8, positif terhadap Tanin/Polyphenol
konsentrasi 15 % yang cukup luas tidak dan saponin, negatif terhadap zat aktif glikosida
ditumbuhi mikroba. Berarti salep obat luka dari triterpenoid. Serta pengujian cemaran mikroba
eklstrak buah mengukudu ini memenuhi terhadap Angka Lempeng Total, Uji bakteri
ketentuan yang telah ditetapkan yaitu 1,2 cm 2. S.Aureus adalah negatif, dan Uji potensi pada
konsentrasi 15 % seluas 4,77 cm 2. Pada
Uji Homogenitas metode kualitatif pengujian fisik dari homogenitas salep obat luka
Tabel 9: Hasil Uji homogenitas didapatkan normal dan tekstur, warna dan bau
Percobaan Hasil dari salep obat luka telah sesuai .
No. Dari semua parameter yang telah diujikan
1. Percobaan 1 Normal oleh beberapa praktikan dapat disimpulkan
bahwa salep obat luka dari ekstrak buah
Dari tabel diatas dapat dinyatakan bahwa mengkudu ini layak untuk dipasarkan dan
salep obat luka dari ekstrak buah mengkudu ini digunakan oleh masyarakat sekitar.
bercampur/homogeny dengan bahan-bahan
yang ada didalamnya. SARAN

Uji Organoleptik metode kualitatif Berdasarkan analisis yang telah dilakukan


Tabel 10: Hasil uji organoleptik penulis berharap untuk analisis selanjutnya
N Parameter Panelis 1 Panelis Panelis dapat memberikan inovasi agar salep obat luka
o 2 3 dari ekstrak buah mengkudu dapat ditingkatkan
lagi kualitas dan mutunya. Penulis juga
1 Tekstur Normal Normal Normal menyarankan agar pemanfaatan buah
mengkudu dapat dijadikan produk olahan baru
Produk Produk Produk yang lebih menarik dan mempunyai nilai jual
yang tinggi.
Page 33
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Daftar Pustaka Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Pengembangan Teknologi TRO. 15(1) : 1-16
Anonim, 1978, Formularium Nasional, Edisi Hembing, W. K. 2001. Penyembuhan dengan
Kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Mengkudu (Morinda citrifolia Linn). Jakarta : PT
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Depkes Dyatama Milenia. p. 9-16.
RI, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV,


Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 12.
Anonim,2010, http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jur
nal/8208106109.pdf, Diakses pada tanggal 5
Mei 2011

Anonim1. 2012. Buah mengkudu. Diakses pada


tanggal 22 Februari
2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Mengkudu :
Makassar.

Anonim2. 2012. Klasifikasi buah


mengkudu. Diakses pada tanggal 22 Februari
2012. http://id.wikipedia/buah-mengkudu.html :
Makassar.

Depker RI, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi


IV . Jakarta.

Djauhariya, Endjo. 2003. Mengkudu


(MorindacitrifoliaL.) Tanaman Obat Potensial.

Page 34
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PEMBUATAN DAN ANALISA KERTAS HIAS AROMATERAPI DARI
BATANG PADI (Oryza sativa L)
Elizarni dan Yuli Amitha Septiana

Laboratorium SMK-SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V Kel. Kepalo Koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

*)corresponding author E-Mail : Yuliamithaseptiana@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia saat ini telah memiliki 14 pabrik bubur kertas dan 79 pabrik kertas dengan kapasitas masing-
masing 6,7 juta ton bubur kertas dan 10,36 juta ton kertas per tahunnya, tetapi hal tersebut tidak diimbangi
dengan pasokan bahan baku yang memadai. Saat ini, sebagian besar industri tersebut berjalan pada kapasitas
terpasangnya bahan baku dari hutan alam yang semakin menipis dan mahal. Daripada terus menggunakan pulp
berbahan dasar kayu yang masa pertumbuhannya sampai tahunan, juga jika menggunakan bahan baku kayu
maka akan menyebabkan berbagai kerugian antara lain bencana alam, dan juga untuk mengurangi pengundulan
hutan, sebaiknya mengganti bahan baku seperti batang padi yang memiliki serat yang bisa dijadikan pulp untuk
pembuatan kertas.

Pengujian yang dilakukan antara lain kadar air, kadar abu, kadar selulosa dan kadar lignin serta pH pulp
dan juga ketebalan kertas. Dari hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan sampel kertas dari
batang padi didapatkan kadar air adalah 5,73 %, sedangkan kadar abu pulp adalah 1,02 %, sedangkan kadar
selulosa dan ligninnya adalah 41,89 % dan 19,72 % . Serta didapatkan pH yaitu 6,95 dengan ketebalan kertas
0,12 mm.

Kata Kunci : Batang Padi, kertas.

ABSTRACT

Indonesia currently has 14 pulp and paper mills with a capacity of 79 each of the 6.7 million tons of pulp
and 10.36 million tonnes of paper per year but it is not offset by the supply of raw materials adequate. Currently,
most of the industry runs on the installed capacity of raw materials from natural forests dwindling and expensive.
Rather than continue to use wood-based pulp that future annual growth up, also when using wood raw material,
it will cause many disadvantages include natural disasters, and also to reduce deforestation, should replace raw
materials such as rice straw which has fiber that can be used as pulp for papermaking.

Tests were conducted, among others, moisture content, ash content, content of cellulose and lignin
content and pH of the pulp and paper thickness. From the results of the analysis has been done using paper
samples obtained from rice straw moisture content was 5.73%, while the ash content of the pulp was 1.02%,
while the cellulose content and ligninnya was 41.89% and 19.72%. And obtained the pH is 6.95 to 0.12 mm
paper thickness.

Keyword : Batang Padi, paper.

PENDAHULUAN berdasarkan data statistik Kementerian


Kehutanan Republik Indonesia 2009 yang
Perkembangan industri pulp di Indonesia mencatat bahwa laju kerusakan hutan Indonesia
berjalan dengan cepat. Di Indonesia saat ini telah mencapai 1,08 ha/tahun. Maka untuk mengatasi
terdapat 14 pabrik bubur kertas dan 79 pabrik permasalahan tersebut perlu ada upaya konversi
kertas dengan kapasitas masing-masing 6,7 juta bahan baku kayu dengan memanfaatkan hasil
ton bubur kertas dan 10,36 juta ton kertas per hutan non kayu berlignoselulosa sebagai
tahunnya (Cecep Suryadi, 2007), tetapi hal substitusinya.
tersebut tidak diimbangi dengan pasokan bahan Salah satunya adalah limbah batang padi (Oryza
baku yang memadai. Saat ini, sebagian besar sativa L) yang bisa dijadikan untuk pembuatan
industri tersebut berjalan pada kapasitas kertas. Namun sebagian masyarakat belum
terpasangnya bahan baku dari hutan alam yang mengetahui bahwa limbah batang padi bisa
semakin menipis dan mahal. Fakta tersebut dijadikan sebagai bahan baku pembuatan.
diperkuat oleh pernyataan Lestari (2010)

Page 35
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Batang padi juga mengandung serat yang Kecamatan Pauh Padang. Batang padi, kaporit
cukup banyak sehingga dapat digunakan sebagai 10 %, NaOH 3 %, pewarna makanan, biang
bahan dasar pembuatan kertas. Batang padi parfum.
memiliki kandungan bahan aktif yang tersusun
atas selulosa (40-45%), hemiselulosa (17-25%), Pembuatan produk
lignin (20%), dan mineral fosfor (0,016-0,02%)
serta kalsium (0,4%) (Akbarningrum Fatmawati,
N. Soeseno, N. Chiptadi dan S. Natalia Jurusan
Teknik Kimia, Falkutas Teknik Universitas BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
Surabaya). Daripada terus menggunakan pulp BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
berbahan dasar kayu yang masa BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
pertumbuhannya sampai tahunan, juga jika
BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
menggunakan bahan baku kayu maka akan
menyebabkan berbagai kertas, kebanyakan BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
limbah batang padi hanya digunakan untuk BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
pupuk atau dijual kembali sebagai makan ternak. BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
kerugian antara lain bencana alam, dan BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
juga untuk mengurangi pengundulan hutan. BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
Untuk membuat pulp prosesnya adalah BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
dengan merebus batang padi dengan NaOH 3%
BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
lalu direndam dengan kaporit 10 %. Dalam hal ini
NaOH berguna untuk menghidrolisis batang padi, BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
serta kaporit berguna untuk memutihkan pulp BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
tersebut. Pada saat pencetakkan kertas cukup BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
mudah karena pulp yang telah diencerkan dan BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
sudah diberi biang serta pewarna dituang keatas BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
cetakan screen sablon. Oleh karena itu penulis BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
tertarik memilih judul “Kertas Hias Aromaterapi
BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
dari Batang Padi (Oryza sativa L)”.
BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
BAHAN DAN METODE BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
Metoda yang digunakan adalah untuk analisa BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
parameter pulp dari batang padi adalah kadar BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
abu, metoda gravimetri, penetapan pH kadar
BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
selulosa dan lignin. Serta untuk analisa produk
kertas yaitu kadar air metoda gravimetri juga uji BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
ketebalan pada kertas. BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
Alat dan bahan BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB
Alat yang digunakan adalah, alat gelas pada
laboratorium , screen sablon.
Bahan baku untuk pembuatan kertas adalah Gambar 1 . Skema Pembuatan Produk
batang padi. Batang padi diambil dari sawah
didaerah Kelurahan binuang kampuang dalam,
dalam furnace pada suhu 550 ºC, lalu timbang
Cara pengujian mutu produk sampai bobot konstan.

Penetapan Kadar Air Metoda Gravimetri


Disiapkan semua alat dan bahan. Ditimbang
dengan teliti 1 gram sampel kertas kedalam
cawan penguap yang telah diketahui bobot
konstannya. Dipanaskan dalam oven selama 2
jam pada suhu 105 ºC sampai berat tetap.

Penetapan Kadar Abu Metoda Gravimetri


Disiapkan semua alat dan bahan. Ditimbang
dengan teliti 2 gram sampel pulp kedalam cawan
porselen yang telah diketahui bobot konstannya.
Diarangkan diatas nyala bakar api. Diabukan
Page 36
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Uji Parameter pada Sampel

Uji Fisik
Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik

Pembahasan Aroma : Diambil sampel kertas kemudian hirup


aroma dari sampel tersebut dan catat hasil
Penetapan pH dalam sampel pulp penilainnya.
Ditimbang sampel pulp 10 gram, larutkan Warna : Diambil sampel kertas kemudian.lihat
dengan 100 mL aquadest. Diukur dengan pH warna dari sampel tersebut dan catat warna dari
meter yang telah dikalibrasi. sampel tersebut.
Tekstur : Diambil sampel kertas kemudian amati
Penetapan Uji Ketebalan Kertas tekstur dari sampel tersebut catat hasil tekstur
Disiapkan sampel kertas yang telah jadi. Diukur kertas tersebut.
dengan mikrometer sekrup. Dibaca hasil
ketebalan kertas. Kadar Air
Dari analisa yang telah dilakukan didapatkan
Penetapan Kadar Selulosa dan Kadar Lignin kadar air sebesar 5,73 %.Hasil analisa sudah
Ditimbang 0,5 g sampel pulp (berat a) memenuhi syarat mutu yaitu 4.5-6.0 %. Analisa
ditambahkan 75 mL H2O dan direfluk pada suhu kadar air berfungsi untuk menentukan jumlah air
100oC dengan water bath selama 30 menit. dalam suatu sampel. Apabila kadar air melebihi
Hasilnya disaring, residu dicuci dengan air batas standar maka menyebabkan berubahnya
perubahan dimensi kertas, kertas lebih mudah
Dipanas 150 mL. Residu kemudian dikeringkan sobek, warna kertas berubah serta akan terjadi
dengan oven sampai beratnya konstan dan pertumbuhan jamur pada kertas.
kemudian ditimbang (berat b). Residu ditambah
75 mL H2SO4 1 N, kemudian direfluk selama 30 Kadar Abu
menit pada suhu 100oC. Hasilnya disaring dan
Dari analisa yang telah dilakukan didapatkan
dicuci sampai netral dan residunya dikeringkan
kadar abu adalah 1,01 % dimana memenuhi
hingga beratnya konstan. Berat ditimbang (berat
syarat mutu 0,2-1 %, dan apabila kadar abu
c). Residu kering ditambahkan 5 mL H2SO4 p.a
melebihi batas standar maka kertas mudah
dan direndam pada suhu kamar selama 15 rapuh dan kaku.
menit. Ditambahkan 75 mL H2SO4 1 N dan
direfluk pada suhu 100oC dengan selama 30 Kadar Selulosa
menit pada pendingin tegak. Residu disaring dan
Dari analisa yang telah dilakukan didapatkan
dicuci dengan H2O sampai netral (400 mL).
hasil kadar selulosa adalah 41,89 %. Hasil
Residu kemudian dipanaskan dengan oven analisa ini sudah memenuhi syarat mutu yaitu
dengan suhu 105oC sampai beratnya konstan 40-45%. Semakin tinggi kadar selulosa yang
dan di timbang (berat d). Selanjutnya residu
diperoleh maka akan semakin bagus kualitas
diabukan dan ditimbang (berat e).
dari pulp kertas. Kadar selulosa ini juga
Uji fisik
dipengaruhi oleh konsentrasi dari larutan

Page 37
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
pemasak, suhu, waktu pemasakan dan jenis SARAN
bahan baku yang digunakan untuk pulp. Saran untuk pembaca yaitu dapat juga
melakukan analisa dengan parameter yang lain,
Kadar Lignin penulis berharap untuk penelitian selanjutnya
Dari analisa yang telah dilakukan didapatkan dapat memberikan membuat kertas dari Batang
hasil kadar lignin adalah 19,72%. Analisa ini Padi yang memiliki kualitas yang baik, serta
sudah memenuhi range standar yaitu 20 %. mendapatkan kertas yang tipis dan rata dikedua
Dalam proses pembuatan pulp, lignin sisinya. Sehingga Batang Padi tidak dijadikan
merupakan unsure yang tidak diinginkan dan limbah dari hasil penggilingan padi tapi dapat
harus dipisahkan dari selulosa. Lignin yang dipergunakan oleh masyarakat untuk membuat
tersisa dalam pulp dapat menyebabkan kertas karya dari kertas. Dan perlu dilakukan penelitian
menjadi berwarna coklat. lebih lanjut.

Penetapan pH DAFTAR PUSTAKA


Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan
hasil pH 6,95 dimana hasil tersebut memenuhi Akbarningrum Fatmawati, N. Soeseno, N.
standar mutu. . Uji pH bertujuan untuk melihat Chiptadi dan S. Natalia.2008.Hidrolisis Batang
tingkat kenetralan dari pulp. Apabila pH pada Padi Dengan Menggunakan Asam Sulfat Encer.
pulp melebihi standar maka akan menyebabkan Surabaya.
iritasi pada kulit saat bersentuhan.
Anonim.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123
Uji Ketebalan Kertas 456789/26563/4/Chapter%20II.pdf.tanggal
Dari penelitian yang telah dilakukan pada uji akses kamis,5 Maret 2015,09:00
ketebalan kertas didapatkan hasil 0,12 mm,
standar untuk uji ketebalan belum ada, maka Anonim.http://srimuliyani.blogspot.com/2014/01/
bisa menjadi dasar pada penetapan selanjutnya. komponen-kimia-kayu.html tanggal akses
rabu,11 Maret 2015,12:00
Uji Fisik
Dari hasil organoleptik yang dilakukan pada 30 Anonim.http://www.petanihebat.com/2013/09/kla
panelis dari segi warna banyak yang lebih sifikasi-dan-morfologi-tanaman-padi.html.
memilih menarik sebesar 60 %, dan dari segi tanggal akses senin, 2 Maret 2015,10:00
bau banyak yang lebih memilih wangi sebesar
80 % serta dari segi tekstur banyak yang lebih Ayunda, Vivien dkk. Pembuatan Dan
memilih cukup tebal sebesar 96,67 %, jadi Karakterisasi Kertas Dari Daun Nanas Dan
kertas ini bisa dipasarkan karena memiliki bau Eceng Gondok. Medan. Universitas Sumatera
yang wangi, warna yang menarik dan tekstur Utara.
yang cukup tebal.
Casey, JP. 1980 . Pulp and Paper Chemistry
KESIMPULAN and Chemical Technology. Vol I, 3rd.Interscience
Publishers , Inc. New York
Dari praktikum yang telah dilakukan dengan
menggunakan sampel kertas dari batang padi Hendra Widya A, Farina Dwi R, Dian Novitasari,
didapatkan kadar air adalah 5,73 %, sedangkan Trining Puji Astutik.2010. Pemanfaatan Batang
kadar abu pulp adalah 1,02 %, sedangkan kadar Padi (Orizae Sativa) Sebagai Insektisida Organik
selulosa dan ligninnya adalah 41,89 % dan Yang Ramah Lingkungan Pada Tanaman
19,72 % . Serta didapatkan pH yaitu 6,95 Pertanian.Malang
dengan ketebalan kertas 0,12 mm, serta uji
Purnawan C. Dkk. 2012. Jurnal Pemanfaatan
organoleptik dari warna yaitu menarik, bau yang Limbah Ampas Tebu Untuk Pembuatan Kertas
wangi dan juga tekstur yang cukup tebal, maka Dekorasi dengan Metode Organosolv.
batang padi dinyatakan bisa menjadi bahan Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
baku pulp karena praktikum berhasil membuat
kertas. Standar Nasional Indonesia. 1998. Kertas Tulis
A. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. SNI
14- 0115-1998.

Standar Nasional Indonesia. 2008. Kertas Cetak


A. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. SNI
7274-2008.

Page 38
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PEMBUATAN DAN ANALISIS ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT
BUAH NAGA (Hylocereus Polyrhizus) SEBAGAI PEWARNA
MAKANAN
Erlina dan Waliyadin Nasri
Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl. Alai Pauh V Kel. Kepalo Koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

E-Mail : waliyadinnasri45@gmail.com

ABSTRAK

Kulit buah naga merupakan limbah hasil pertanian yang selama ini belum dimanfaatkan,
padahal kulit buah naga mengandung zat warna alami antosianin cukup tinggi. Antosianin merupakan
zat warna yang berperan memberikan warna merah dan merupakan golongan betalain yang
berpotensi menjadi pewarna alami untuk pangan dan dapat dijadikan alternatif pengganti pewarna
sintetik yang lebih aman bagi kesehatan. Penelitian bertujuan untuk mengekstrak zat warna
antosianin dari kulit buah naga (Hylocereus Polyrhizus) dan diaplikasikan sebagai pewarna alami
pangan. Ekstraksi antosianin dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 80%.
Parameter yang diterapkan pada penentuan kestabilan ekstrak yang diperoleh adalah pemanasan
pada temperatur 25 ºC-100 ºC, variasi pH 2,5- 9,5, dan pembandingan dengan perlakuan pemanasan
dan paparan cahaya matahari.
Serbuk antosianin diperoleh dengan pengeringan ekstrak antosianin menggunakan metode
freeze drying. Serbuk antosianin yang diperoleh diaplikasikan sebagai pewarna alami pangan, seperti
yoghurt, es krim, dan adonan kue bolu. Pada uji kestabilan antosianin terhadap perubahan
temperatur dan perubahan pH diperoleh warna antosianin paling stabil pada pH 4,5 dan pada
temperatur dibawah 40 °C. Ekstrak yang ditambahkan asam, stabil terhadap pemanasan dan
paparan cahaya matahari. Serbuk antosianin dapat diaplikasikan sebagai pewarna alami pangan
untuk makanan yang penyimpanannya dalam suhu rendah seperti es krim dan yoghurt.

Kata kunci : antosianin; maserasi; pewarna alami pangan

ABSTRACT

The skin of Dragon Fruit is a agriculture waste currently unutilized despite its antocyanin
coloring substance highly. Antocyanin is a coloring agent red in color which belong to the betalain
species potential to be used as food coloring substance and as an alternative to synthetic coloring
substance and is safer for health. The objective of this research is to extract the antocyanin coloring
substance from the skin the Dragon Fruit (Hylocereus Polyrhizus) and its application as a safe natural
coloring substance. The extraction of antocyanin was done through maceration method using 80%
ethanol solvent. The parameters determined the stability of antocyanin were variation of temperature
at 25 °C- 100 °C, variation of pH at 2,5- 9,5, heating and sunlight exposure.
Antocyanin powder was found using freeze drying method. The antocyanin powder was then
applied as food natural coloring substance, added to yoghurt, ice cream, and cake’s dough. During
the antocyanin stability test against temperature change and pH change, a stable antocyanin color
was obtained at pH 4,5 and at temperature below 40 °C. Extract added with acid is stable against
heating and exposure to sunlight. Antocyanin powder could be applied as natural coloring substance
for food stored at low temperature such as ice cream and yoghurt.

Keywords : antocyanin; maceration; natural food colorant

Page 39
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PENDAHULUAN buah naga mengandung zat warna alami cukup
tinggi. Sejauh ini belum banyak penelitian yang
Penggunaan zat warna sebagai bahan mengungkapkan informasi yang lebih luas
tambahan pangan mendapat perhatian karena tentang potensi kandungan pigmen pada
sering sekali terjadi penyalahgunaan zat warna kekayaan hayati negeri kita sendiri, termasuk
sintetik yang bukan untuk pangan. juga penelitian yang menjelaskan tentang
Penyalahgunaan ini terjadi karena zat warna metode ekstraksi yang tepat dan aman serta
untuk makanan harganya lebih mahal dari zat aplikasinya pada proses pengolahan makanan
warna sintetik yang bukan untuk pangan. masih sangat terbatas dilakukan.
Pemakaian zat warna sintetik yang bukan untuk
pangan dapat membahayakan kesehatan BAHAN DAN METODE
manusia. Oleh karena itu perlu dicari zat warna
alami yang aman dan harganya lebih murah Metode Penelitian
(Violalita, 2010). Metode yang digunakan untuk analisa bahan
baku yaitu dengan cara ekstraksi. Untuk analisa
Antosianin adalah salah satu pigmen yang produk zat warna alami metode yang digunakan
terdapat pada tanaman yang berpotensi adalah Penetapan kadar secara gravimetri,
dijadikan sebagai zat warna makanan atau Penetapan kadar abu secara gravimetri, Uji
minuman dan dapat menggantikan zat warna stabilitas warna pada pH secara spektrofotometri
sintetis. Antosianin berperan dalam pemberian UV-VIS dan Uji kehalusan.
zat warna mulai dari merah tua sampai biru pada
bunga, buah, dan daun tanaman. Selain dapat Sumber bahan baku pembuatan zat warna
dijadikan sebagai zat warna alami, antosianin Bahan baku untuk pembuatan zat warna ini
juga termasuk dalam senyawa flavonoid yang adalah kulit nuah naga. Kulit buah naga
memiliki fungsi sebagai antioksidan alami (Janna diperoleh langsung dari beberapa tempat
et al, 2006). penjual jus di sekitar pasar baru, bandar buat
Zat warna makanan merupakan zat yang dan lubeg, Padang.
sering digunakan untuk memberikan efek warna
pada makanan sehingga makanan terlihat lebih Alat yang digunakan, alat gelas di Laboratorium
menarik sehingga menimbulkan selera untuk ,furnace, kompor, gas, tang cawan,
mencicipinya. Menurut Winarno (1995), yang spektrofotometer UV-VIS, kuvet, shaker, botol
dimaksud dengan zat warna adalah bahan
semprot, baki.
tambahan makanan yang dapat memperbaiki
warna makanan yang berubah atau menjadi
pucat selama proses pengolahan atau untuk
Bahan yang digunakan Kulit buah naga,
memberi warna pada makanan yang tidak
berwarna agar kelihatan lebih menarik. aquades , NaOH 20%, HCl 6.76%
Zat warna makanan terdiri atas 2 yaitu zat
warna alami dan zat warna buatan. Zat warna
alami adalah zat warna yang diperoleh dari Pembuatan produk
tumbuhan atau dari sumber-sumber mineral. Sisik dipisahkan dari kulitnya
Biasanya zat warna ini telah digunakan sejak
dulu dan umumnya dianggap lebih aman
daripada zat warna sintetis.zat warna buatan
adalah za warna yang dihasilkan dari proses
Ditimbang sebanyak 500 gram kulit buah naga
sintnetis melalui rekayasa kimiawi. Zat warna
buatan terbuat dari bahan kimia seperti tartazin
untuk warna kuning, brilliant blue untuk warna
biru dan alurared untuk warna merah.
Salah satu tanaman yang berpotensial Diblender kulit yang sudah dipisahkan dari sisiknya
sebagai sumber pigmen antosianin adalah kulit
buah naga ( Hylocereus Polyrhizus ). Kulit buah
naga merupakan limbah hasil pertanian yang
selama ini belum dimanfaatkan, padahal kulit
Direbus kulit yang sudah diblender
dalam panci

Page 40
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
sampai pengabuan sempurna. Didinginkan
Ditambahkan air ke dalam panci sebelum didalam desikator selama ± 15 menit, lalu
direbus dengan perbandingan 1 : 10 ditimbang sampai bobot konstan.
Uji stabilitas warna pada pH metode
spektrofotometer UV-VIS
Ditimbang dengan teliti sebanyak ± 1 gram
Direbus bahan hingga volume air menjadi bubuk zat warna. Dilarutkan dengan 100 ml
setengah, kalau ingin lebih kental lagi aquades didalam gelas piala 250 ml dan
perebusan bisa diperkecil menjadi sepertiga. diencerkan sampai pengenceran 10-2.
Dipisahkan antara larutan dan endapan dengan
cara disaring, setelah itu dimasukkan kedalam 8
buah tabung reaksi. Diatur pH pada larutan zat
warna mulai dari pH 1 sampai 8. Diukur nilai
Saring hasil ekstrak dengan menggunakan absorban maksimum dan panjang
kain, lalu filtrat yang mengental dijemur gelombangnya dengan spektrofotometer UV-
VIS.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah sampel kering, sampel digiling hingga
Uji kehalusan
halus dan sampel yang telah halus diayak
Ditimbang 25 gram bubuk zat warna, kemudian
diayak dengan ukuran ayakan 6n0 mesh.
Cara kerja pengujian mutu produk Ditimbang bagian yang tertinggal dalam ayakan
Penetapan kadar air metode gravimetri :
Penetapan kadar air metode gravimetri
Dipanaskan cawan penguap pada suhu 105⁰C
Tabel 1. Kadar air dalam zat warna
selama ± 2 jam dan didinginkan didalam
Sampel Kadar ( % )
desikator selama ± 15 menit, kemudian
ditimbang hingga bobot konstan. Setelah cawan 1 10.77 %
konstan, ditimbang 2 gram sampel kedalam 2 12.08 %
cawan dan ditimbang. Dipanaskan cawan yang
telah berisi sampel kedalam oven dengan suhu Dari analisa yang dilakukan, kadar air
105⁰C selama ± 2 jam. Setelah dipanaskan, yang didapatkan dalam zat warna dari kulit buah
dipidahkan cawan kedalam desikator dan naga yaitu sebesar 10.77 %, 12.08 %.
didinginkan selama ± 15 menit kemudian
ditimbang. Lakukan kembali pemanasan selama Penetapan kadar abu metode gravimetri
± 2 jam dan ulangi kembali sampai perubahan Tabel 2. Kadar abu dalam zat warna
berat antara pemanasan memiliki selisih Sampel Kadar ( % )
maksimal 0.0002 gram. 1 2.80 %
2 2.15 %
Penetapan kadar abu metode gravimetri :
Dipanaskan cawan porselen kosong pada suhu
Dari analisa yang dilakukan, kadar abu
105⁰C selama ± 2 jam dan didinginkan didalam
desikator selama ± 15 menit, kemudian yang didapatkan dalam zat warna dari kulit buah
ditimbang hingga bobot konstan. Setelah cawan naga yaitu sebesar 2.80 % dan 3.38 % dan
konstan, ditimbang 2 gram sampel kedalam menunjang dari SNI makanan dan minuman
cawan. Diarangkan diatas kompor, lalu diabukan menyebutkan bahwa kadar abu maksimal yang
didalam furnace pada suhu maksimum 550⁰C harus ada didalam makanan dan minuman
sampai pengabuan sempurna. Didinginkan adalah 3.5 %.
didalam desikator selama ± 15 menit, lalu
ditimbang sampai bobot konstan.
cawan. Diarangkan diatas kompor, lalu diabukan
didalam furnace pada suhu maksimum 550⁰C

Page 41
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Uji stabilitas warna pada pH metode 3. Uji stabilitas warna pada pH dengan
spektrofotometri V-VIS menggunakan metode spektrofotometri
Tabel 3. Pengaruh pH terhadap stabilitas zat UV-VIS, zat warna dari kulit buah naga
stabil pada pH asam yaitu pH 3 dan 4
warna kulit buah naga
dengan panjang gelombang 500 nm.
4. Uji kehalusan dari zat warna didapatkan
sebesar 69,34 %. Untuk derajat
kehalusan dari zat warna dapat
ditetapkan dengan cara melewatkan
pada pengayak yang dapat digoyang
secara mekanik yang memberikan
gerakan berputar pada ketukan. Dan
dapat disimpulkan zat warna ini halus.

SARAN

Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis


memberikan saran yang dapat membuat
penelitian ini lebih baik untuk masa yang akan
datang, yaitu :
Dari analisa yang telah dilakukan, stabilitas zat
warna dari kulit buah naga stabil pada pH asam 1. Untuk dapat melakukan pengolahan
yaitu pH 3 dan 4 dengan panjang gelombang terhadap kulit buah naga agar dapat
500 2. dimanfaatkan secara lebih baik dan
Uji kehalusan memberikan inovasi yang lebih baik.
3. Untuk pengujian mutu produk agar lebih
Tabel 4. Kehalusan bubuk zat warna dikembangkan agar hasil dari zat warna ini
lebih baik dan sempurna kedepannya.
Sampel Kehalusan ( % ) 4. Untuk masyarakat agar dapat membedakan
1 68,57 % zat warna alami dengan zat warna sintetis.
2 67,85 % Dan hindarilah pemakaian zat warna
3 71.60 % sintetis.

DAFTAR PUSTAKA
Dari analisa yang telah dilakukan, Arja, Sari Fania, 2013, Isolasi, Identifikasi, dan
Derajat kehalusan dapat ditetapkan dengan cara Uji Antioksidan Senyawa Antosianin dari Buah
melewatkan pada pengayak yang dapat sikaduduak (Melastoma malabathricum L.) serta
digoyang secara mekanik yang memberikan Aplikasinya sebagai Pewarna Alami . 2 (1) : 124-
gerakan berputar dan ketukan. Kehalusan dari 127
serbuk zat warna adalah sebesar 68.57 % ,
67,85 % , 71,60 %. Sudarmadji, Slamet dkk. 2003. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum Analisis Terpadu II pada Janna, O. A., Khairul, A., Maziah, M., dan Mohd
pembuatan dan analisis zat warna alami dari Y. 2006. Flower Pigment Analysis of Melastoma
kulit buah naga sebagai pewarna makanan malabathricum. Di dalam African Journal of
dapat disimpulkan : Biotechnology Vol 5 (2), pp. 170-174.

1. Kadar air yang terdapat dalam zat warna Violalita, Fidela. 2010. Ekstraksi Pigmen
adalah sebesar 11,43 %. Didapatkan Antosianin Buah Senduduk (Melastoma
kadar yang tinggi dimungkinkan karena malabathricum L.) dan Aplikasinya pada
kandungan air yang tinggi pada kulit Pangan. Fakultas Teknologi Industri Pertanian
buah naga. Universitas Andalas. Padang
2. Kadar abu yang terdapat dalam zat
warna adalah sebesar 2,48 %. Dari hasil Yeniza. 2005. Modul Analisis Gravimetri.
analisa yang dilakukan ini dapat Padang : Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK
disimpulkan zat warna dari kulit buah Padang
naga ini tidak mengandung logam
berbahaya dan aman untuk dikonsumsi.
Page 42
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
AMONIASI JERAMI PADI (Oryza Sativa)
UNTUK PAKAN TERNAK
Fifi Yarni, Riki Afriyadi, Ulfa Tulhasanah dan Wahyuni Fitri *)

Laboratorium SMK – SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

*) Corresponding author E-Mail :wahyunifitri379@gmail.com

ABSTRAK

Jerami padi mempunyai potensi besar sebagai pakan ternak ruminansia, terutama sebagai sumber
serat. Ketersediaan jerami padi cukup luas di berbagai daerah di Sumatera Barat, dengan jumlah yang
melimpah. Akan tetapi, kualitas gizinya rendah, yang ditandai dengan rendahnya kandungan protein dan
tingginya kandungan silika dan lignin, sehingga mengakibatkan rendahnya kecernaan jerami padi. Untuk itu
dilakukan amoniasi pada jerami guna meningkatkan kandungan nitrogen dan kecernaan, selain itu amoniasi juga
mudah dilakukan. Dengan demikian jerami padi dapat di jadikan alternatif pakan ternak pada musim kemarau
dan salah satu usaha pemanfaatan limbah pertanian. Hasil analisa dari jerami padi yang telah diamoniasi ini
memiliki kandungan sebagai berikut : Kadar Protein 13,08 %, Kadar Air 7,37 %, Angka Lempeng Total 6,0 x 105
CFU/g, Kadar Neutral Detergent Fiber 34,5 %, Kadar Abu 12 %, Kadar Lemak 6,96 Kadar Karbohidrat 8,32 %,
Kadar Serat Kasar 3,40 %, Kadar Kalsium 2,10 %.

Kata kunci: jerami padi, urea.

ABSTRACT

Rice straw has a great potential as ruminant feed, particularly as a source of fiber. Availability of rice
straw is quite widespread in various areas in West Sumatra, with an abundant amount. However, the low
nutritional quality, which is characterized by low protein content and high content of silica and lignin, resulting in
the low digestibility of rice straw. For that carried ammoniation on the straw to increase the nitrogen content and
digestibility, besides ammoniation is also easy to do . Thus rice straw can be made in alternative forage in the dry
season and one of the commercial utilization of agricultural waste. The results of analysis of rice straw has this
diamoniasi contains the following : content of Neutral Detergent Fiber 34.5 %, content of Ash 12%, the fat
content of 6,96 %, protein content 13,08%, water content 7,37%, total plate count 6,0 x 10 5 CFU/g, carbohydrate
content 8,32 %, crude fiber content 3,40 %, calcium content 2,10 %

Key word: rice straw, urea.

PENDAHULUAN

Sebagian besar penduduk di daerah pedesaan pengganti rumput. Limbah pertanian seperti
bermata pencaharian sebagai petani dan jerami padi dapat dijadikan alternatif sebagai
peternak yang semua itu dilakukan secara pakan ternak karena di daerah pedesaan jumlah
tradisional, sehingga hasil yang didapatkanpun jerami padi sangat banyak,oleh karena itupenulis
relatif rendah. Rendahnya produksi ternak dapat tertarik untuk melakukan penelitian
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentangamoniasi jerami untuk pakan ternak.
peternak mengenai cara pemeliharaan yang baik Hewan ternak meliputi sapi, kerbau, kambing
dan benar, belum ada upaya pemeliharaan dan domba mempunyai peran penting bagi
secara intensif dan sulitnya mendapatkan peternakdi pedesaan maka kebutuhan nutrisi
hijauan/rumput.Untuk meningkatkan populasi ternak perlu diperhatikan dengan memberikan
ternak tertentu membutuhkan rumputan yang pakan yang bermutu. Karena keberhasilkan
lebih banyak dan berkualitas, namun itu semua usaha ternak ditentukan dari pakan yang
mengalami hambatan karena semakin diberikan. Kebutuhan pakan ternak yang
menyempitnya lahan karena terus meluasnya bermutu tidak harus mahal dan susah di dapat,
pemukiman penduduk dan adanya musim bahan yang digunakan dan teknik pengolahan
kemarau. Oleh karena itu pengembangan ternak yang tepat akan menghasilkan mutu yang baik
lebih menguntungkan jika ada alternatif tanpa biaya yang besar. Pemberian pakan

Page 43
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
berperan penting dalam menunjang produktifitas kualitatif, kontinuitas serta keseimbangan zat
ternak.Amoniasi merupakan cara pengolahan pakan yang terkandung di dalamnya. Pakan
kimia dengan menggunakan amonia untuk adalah segaalah sesuatu yang dapat diberikan
meningkatkan daya cerna bahan pakan berserat sebagai sumber energi dan zat-zat gizi.
sekaligus meningkatkan kadar nitrogen (N).
Bahan pakan adalah (bahan makanan ternak)
Amoniasi jerami padi adalah proses pengolahan
adalah segalah sesuatu yang dapat diberikan
jerami padi menggunakan amonia ( urea )
kepada ternak baik yang berupa bahan organik
dengan pemeraman pada kondisi anaerob.
maupun anorganik yang sebagian atau
Proses ini merubah tekstur jerami menjadi lunak
semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu
dan rapuh sehingga mudah dicerna.
kesehatan ternak.Bahan pakan terdiri daribahan
Peningkatan kandungan protein juga terjadi
organik dan anorganik. Bahan organik yang
pada jerami amoniasi karena peresapan
terkandung dalam bahan pakan, protein,
nitrogen dari urea. Proses ini juga
lemak,serat kasar, bahan ekstrak tanpa
menghilangkan aflatoksin/ jamur dalam jerami
nitrogen, sedang bahan anorganik seperti
(Anonimus, 2011).
calsium,phospor,magnesium, kalium, natrium
Prinsip dalam teknik amoniasi ini adalah
(Riwan. 2005).Bagi semua makhluk hidup,
penggunaan urea sebagai sumber amoniak
pakan mempunyai peranan sangat penting
yang dicampurkan ke dalam jerami. Amoniasi
sebagai sumber energi untuk pemeliharaan
dapat dilakukan dengan cara basah dan cara
tubuh, pertumbuhan dan perkembangbiakan.
kering. Cara basah yaitu dengan melarutkan
Selain itu, pakan juga dapat digunakan untuk
urea ke dalam air kemudian baru dicampurkan
tujuan tertentu, misalnya untuk menghasilkan
dengan jerami. Sedangkan cara kering ureanya
warna dan rasa tertentu. Fungsi lainnya
langsung ditaburkan pada jerami secara
diantaranya yaitu sebagai pengobatan,
berlapis. Pencampuran urea dengan jerami
reproduksi, perbaikan metabolisme lemak dll.
harus dilakukan dalam kondisi hampa udara (an-
(Abbas, Hafil dkk. 2005).
aerob) dan dibiarkan/disimpan selama satu
bulan. Urea dalam proses amoniasi berfungsi BAHAN DAN METODE
untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin,
selulosa, dan silica yang terdapat pada jerami, Metode Penelitian
karena lignin, selulosa, dan silica merupakan Analisa yang digunakan untuk amoniasi jerami
faktor penyebab rendahnya daya cerna padi untuk pakan ternak yaitu penetapan kadar
jerami.(Anonimus, 2011). protein metoda mikro kjedhal penetapan kadar
air metoda thermogravimetri, uji angka lempeng
Amoniasi dapat meningkatkan kualitas gizi
total (ALT), penetapan kadar lemak metoda
jerami agar dapat bermanfaat bagi ternak.
sokletsai, penetapan kadar abu metoda
Proses ini dapat menambah kadar protein kasar
gravimetri, penetapan kadar Neutral Detergent
dalam jerami. Kadar protein kasar diperoleh dari
Fiber metoda gravimetri, penetapan kadar
amonia yang terdapat dalam urea.Amonia
karbohidrat metoda luff school, penetapan kadar
berperan memuaikan serat selulosa. Pemuaian
serat kasar metoda gravimetri, penetapan kadar
selulosa akan memudahkan penetrasi enzim
kalsium metoda titrimetri
selulase dan peresapan nitrogen, sehingga
meningkatkan kandungan protein kasar jerami. Bahan baku terdiri dari urea, air, dan jerami padi
(Abdullah. 2008)Pakan adalah makanan/asupan (Oryza Sativa).Urea dibeli pada seorang
yang diberikan kepada hewanternak pedagang penjual pupuk di jalan Alai Pauh V,
(peliharaan). Istilah ini diadopsi dari bahasa Padang. Air yang diguanakan berasal dari air
Jawa. Pakan merupakan sumber energi dan sumur yang diambil dari rumah kos Riki Afriyadi.
materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan Sedangkan jerami padi didapat dari seorang
makhluk hidup . Zat yang terpenting dalam petani yang telah panen di daerah Lubuk Buaya,
pakan adalah protein. Pakan berkualitas adalah Padang, Jerami padi, urea, dan air.
pakan yang kandungan protein, lemak, Alat yang digunakan, Kantong plastik bewarna
karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang. hitam, pengikat/tali, dan ember.
Pada umumnya pengertian pakan (feed)
digunakan untuk hewan yang meliputi kuantitatif,

Page 44
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Kantong plastik menit.Destruksi dihentikan jika warna larutan
hitam dilapisi 2 Masukan 10 kg telah berubah menjadi hijau jernih.Jika larutan
dengan jerami yang telah hijau jernih, dihentikan proses destruksi
memasukkan telah dipotong.
lembar pertama Berukuran 10 – dan didinginkan larutan didalam penangas
kedalam lembar 15 cm air.Apabila larutan telah dingin dipindahkan
kedua kedalam labu ukur 100 ml.Bilas terlebih dahulu
labu kjedhal denga aquadest hingga bersih.
Diencerkan larutan dengan aquadest hingga 100
Campurkan larutan
ml, pas kan dan homogen.
Larutkan 580 gram urea tersebut Tahap Destilasi :
urea kedalam kedalam kantong Pipet 10 ml sampel dan dimasukkan kedalam
3300 ml air. plastik yang berisi labu suling, ditambahkan 2-3 tetes indkator
Homogenkan jerami. Diaduk-aduk PP.Pasang dan disiapkan semua alat Destilasi
sampai semua dan dibolak-balik
urea larut hingga merata mulai dari labu suling, pendingin lurus dan
seluruhnya erlenmeyer penampung yang dihubungkan
dengan sumber air menggunakan selang
air.Erlemeyer untuk menampung destilat diisi 10
ml H3BO3 2% dan 3 tetes indicator MM.Pada
Selanjutnya ikat Kantong plastic labu suling tambahkan 5 ml larutan NaOH 30%
plastik lapisan disimpan pada dengan pipet takar.Proses destilasi dapat
pertama pada tempat yang dihentikan pada saat warna destilat didalam
bagian atas, dan aman, waktu
kemudian ikat penyimpanan
erlenmeyer telah berwarna kuning.Pendingin
lapisan plastik selama 4 lurus dibilas dengan aquadest dan hasil bilasan
kedua minggu ditampung pada destilat tersebut.
Tahap Titrasi :
Buret diisi dengan larutan HCL 0,01 N,
Lalu jerami padi kemudian titar destilat tersebut.Titrasi dilakukan
Setelah 4 hasil amoniasi hingga warna sampel berubah menjadi orange
minggu, jerami dikering-anginkan (TAT).
padi hasil selama 1-3 hari
amoniasi dapat hingga bau
dibuka menyengat Penetapan Kadar Air Metode
ammonia hilang Thermogravimetri :
Dikeringkan cawan porselen didalam oven
Kemudian jerami
selama 1 jam dengan suhu 1050C. Dinginkan
padi amoniasi dalam desikator kurang lebih 10 menit kemudian
sudah bisa ditimbang sampel 1 gram (m) dan dimasukkan
diberikan kepada kedalam cawan penguap (m1). Dipanaskan
ternak sapi dalam oven 1050 derajat selama 12 – 16 jam.
Cawan dan sampel dikeluarkan dari oven dan
didinginkan dalam desikator selama 10 menit
Gambar 1. Skema Pembuatan Produk (m2). Ditimbang hingga didapat bobot konstan.
Penetapan Kadar Protein Metode Mikro Uji Angka Lempeng Total (ALT) :
Kjedhal Dihomogenisasi Sampel (Sampel Dalam Bentuk
Tahap Destruksi : Padat) :
Sampel ditimbang sebanyak 0.5100 gr secara Ditimbang sejumlah 5 gram cuplikan kedalam
teliti dengan menggunakan Neraca wadah sampel steril. Ditambahkan 45 ml larutan
analitik.Sampel yang telah ditimbang pengencer hingga diperoleh pengenceran 1:10
dimasukkan kedalam labu kjedhal.Campuran lalu dihomogenkan. Pipet 5 ml dari pengenceran
Selen ditimbang 2 gr dengan Neraca kasar, 1 : 10 dan ditambahkan 45 ml larutan pengencer
kemudian ditambahkan campuran Selen pada hingga diperoleh pengenceran 1:100 lalu
sampel dalam labu kjedhal.H2SO4 pekat dihomogenkan. Pipet 5 ml dari pengenceran 1 :
ditambahkan 25 ml dan beberapa butir batu 100 dan ditambahkan 45 ml larutan pengencer
didih kedalam labu kjedhal.Proses destruksi hingga diperoleh pengenceran 1:1000 lalu
dilakukan diatas nyala api kompor gas dengan dihomogenkan.
api kecil, dimana labu kjedhal dipasang miring Prosedur :
pada standar dan klem saat proses destruksi Lakukan persiapan homogenisasi sampel.
berlangsung.Api kompor gas dapat Dipipet 1 ml dari masing-masing pengenceran
dibesarkansetelah pemanasan sekitar 15 menit kedalam cawan petri steril secara duplo.
dan kocok larutan yang di destruksi setiap 15 Dituangkan 12-15 ml media PCA yang telah
Page 45
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
dicairkan yang bersuhu 45± 10 C kedalam ditambahkan indikator pp 2-3 tetes.Ditambahkan
cawan petri. Digoyangkan cawan petri dengan larutan NaOH 30 % tetes demi tetes hingga
hati-hati hingga sampel tercampur rata dengan netral, cek dengan indikator universal (menjadi
perbenihan. Dibiarkan hingga campuran dalam warna pink seulas), jika telah netral ditambahkan
cawan petri membeku. Dimasukkan semua larutan CH3COOH 3% tetes demi tetes hingga
cawan petri dengan posisi terbalik kedalam suasana larutan sedikit asam ( pH 6 ) Cek pH
inkubator dan inkubasikan pada suhu 35 ± 10 C dengan kertas pH universal. Dipindahkan isinya
selama 24-48 jam. Dicatat pertumbuhan setiap ke dalam labu ukur 500 ml diencerkan dengan
koloni pada setiap cawan yang mengandung 30 aquades dan himpitkan hingga tanda garis,
- 300 koloni setelah 48 jam. Hitung angka dihomogenkan. Larutan disaring dengan
lempeng total dalam 1 ml sampel dengan bantuan corong dan kertas saring lipat-berlipat,
mengalikan jumlah rata – rata koloni pada filtrat dipipet sebanyak 10 ml dengan pipet
cawan dengan faktor pengenceran yang gondok dan pindahkan ke dalam
digunakan. erlenmeyer.Tambahkan 15 ml aquadest dan
Penetapan Kadar Neutral Detergen Fiber (NDF) pipet dengan pipet gondok 25 ml larutan luff
Metoda Gravimetri : schoorl serta ditambahkan beberapa butir batu
Sampel sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke didih. Larutan dipanaskan dengan nyala tetap,
dalam gelas piala berukuran 500 ml, serta usahakan agar larutan dapat mendidih dalam
ditambahkan dengan 50 ml larutan NDS dan 0,5 waktu 3 menit, dan didihkan terus selama tepat
gram Na2SO3. Dipanaskan selama 1 10 menit ( dihitung dari saat mulai mendidih
jam.Lakukan penyaringan dengan bantuan dengan stop watch ) dalam penangas
pompa vakum, lalu dibilas dengan air panas dan air.Larutan didinginkan dalam bakes, setelah
aseton.Hasil penyaringan tersebut dikeringkan dingin tambahkan 25 ml larutan H2SO4 25 % dan
dalam oven 1050C. Setelah itu dimasukkan 15 ml larutan KI 20% perlahan-lahan (terbentuk
dalam desikator selama 1 jam, kemudian warna coklat ). Secepatnya titar dengan larutan
dilakukan penimbangan akhir. thio 0,1 N sampai warna kuning
gading.Tambahkan ± 1ml amilum, titar kembali
Penetapan Kadar Abu Metoda Gravimetri : dengan larutan thio hingga TAT ( endapan biru
Dikeringkan cawan porselen didalam oven hilang ).Penitaran dilakukan duplo, kerjakan juga
selama 1 jam dengan suhu 105℃. Didinginkan blanko seperti sampel diatas.
dalam desikator kurang lebih 10 menit kemudian
ditimbang. Ditimbang sampel kurang lebih 3 Penentuan Serat Kasar Metode Gravimetri :
gram dengan teliti dan dimasukkan kedalam Ditimbang sampel sebanyak 2 gram secara teliti
cawan porselen. Diarangkan sampel dengan menggunakan neraca analitik. Dipindahkan
menggunakan kompor gas. Dipijarkan sampel sampel kedalam gelas piala 250 mL. Untuk
dengan suhu 600 C selama 3-4 jam dalam pembebasan lemak ditambahkan ethanol 96%
furnace. Didinginkan dalam desikator selama 10 15 mL dan aduk kemudian diamkan sebentar.
menit lalu ditimbang dengan teliti hingga di dapat Enap tuangkan larutan tersebut, dengan kertas
berat konstan. saring kedalam
Erlenmeyer 250 mL.Angkat kertas saring yang
Penetapan Kadar LemakMetoda Sokletasi: telah berisi endapan lalu keringkan.
Ditimbang sampel dengan teliti sebanyak 1 gram Ditambahkan ± 50 mL larutan H2SO4 1,25%
dan bungkus dengan kertas saring bebas lemak. kedalamnya dan diaduk. Dipasang pendingin
Sampel dimasukkan dalam tabung soklet yang tegak pada mulut Erlenmeyer Panaskan ( refluk)
telah berisi pelarut N-Heksana.Lakukan selama 30 menit dengan penangas air. Jika
ekstraksi hingga pelarut bewarna jernih (±5 telah selesai langsung ditambahkan ± 50 mL
jam). Lalu dikeluarkan sampel dari alat soklet. larutan NaOH 3,25% Lakukan refluk kembali
Dipisahkan pelarut dari lemak yang didapatkan. selama 30 menit.Jika telah selesai saring larutan
Setelah itu anaskan labu ke dalam oven selama dalam keadaan panas dengan kertas saring
2 jam dengan suhu 105 C. Didinginkan dalam yang telah ditimbang konstan sebelumnya dan
desikator selama 10 menit kemudian ditimbang corong.Lakukan pencucian dengan H2SO4
hingga di dapatkan berat labu konstan. Hitung panas 1,25%, air panas dan terakhir dengan
kadar lemak yang didapatkan. ethanol 96% ( masing-masing 25 mL). Angkat
endapan dan kertas saring serta dipindahkan ke
Penentuan Kadar Karbohidrat Metoda Luff cawan penguap yang telah ditimbang konstan
Schorl : beratnya terlebih dahulu. Dikeringkan endapan
Sampel ditimbang sebanyak 5 gram secara teliti tersebut dalam oven dengan suhu 105°C
di erlenmeyer. Ditambahkan 200 ml larutan HCL selama 2 jam. Didinginkan dalam desikator
3 %, Dipanaskan dengan pendingan tegak selama 15 menit. Ditimbang hingga didapatkan
selama 3 jam.Larutan didinginkan lalu bobot konstan. Dihitung kadar serat kasar.
Page 46
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Penetapan Kadar Ca metoda Titrimetri : 106 koloni / gram. Jumlah bakteri pada jerami
Ditimbang 0,2000 gram sampel dengan neraca setelah di amoniasi lebih sedikit dari standar
analitik. Diarangkan diatas kompor gas. yang diperbolehkan (SNI) berarti jumlah bakteri
Diabukan dalam furnace 800oC terbentuk abu yang terdapat pada jerami hasil amoniasi
sempurna. Abu yang dihasilkan dilarutkan hasilnya bagus (memenuhi standar SNI Pakan
dengan sedikit HCl 4 N ke labu ukur 250 ml. Ternak).
Dibilas cawan dengan aquadest ke labu ukur
tadi. Dipaskan sampai tanda batas dengan Penentuan Kadar Neutral Detergent Fiber
aquadest dan dihomogenkan.Dipipet 10 ml ke Metoda Gravimetri
dalam erlenmeyer.Tambahkan 3 ml NaOH 30 Tabel 4. Hasil Analisis Kadar Neutral Detergent Fiber
%.Titar dengan EDTA 0,05 M ( TAT ungu ).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penetapan Kadar Protein Metode Mikro
Kjedhal
Tabel 1. Hasil Kadar Protein Metoda Mikro Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
Kjedhal didapatkan kadar Netral Detergent Fiber sebesar
34,5 % dengan standar maksimal 35%.Dengan
kadar Netral Detergent Fiber yang didapatkan
berarti jerami padi amoniasi sesuai dengan SNI
pakan ternak.

Penentuan Kadar Abu Metoda Gravimetri


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Tabel 5. Hasil Analisis Kadar Abu
didapatkan kadar protein sebesar 13,08 %
dengan standar minimum 13 %.Kadar protein
yang didapatkan pada jerami padi hasil amoniasi
tersebut lebih besar dari standar minimum yang
ada pada SNI, berarti produk jerami hasil
amoniasi untuk pakan ternak bagus atau Berdasarkan analisa yang telah dilakukan
memenuhi standar pada SNI Pakan Ternak. didapatkan kadar Abu sebesar 12 % dengan
standar maksimal 12 %.Dengan kadar Abu yang
Penentuan Kadar Air Metode Gravimetri didapatkan berarti jerami padi amoniasi sesuai
Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Air metode Gravimetri dengan SNI pakan ternak.

Penentuan Kadar Lemak Metoda Sokletasi


Tabel 6. Hasil Analisis Kadar Lemak

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan


didapatkan kadar air sebesar 7,37 % dengan
standar maksimum 14 %. Kadar air pada jerami Berdasarkan analisa yang telah dilakukan
setelah diamoniasi lebih kecil dari standar, didapatkan kadar lemak sebesar 6,96 % dengan
standar maksimal yang diperbolehkan pada SNI standar maksimal 7 %.Dengan kadar Lemak
14%. Berarti penentuan kadar air pada jerami yang didapatkan berarti jerami padi amoniasi
setelah diamoniasi hasilnya bagus atau sesuai dengan SNI pakan ternak.
memenuhi standar pada SNI Pakan Ternak.
Penentuan Kadar KarbohidratMetoda Luff
Uji Angka Lempeng Total (ALT) Schoorl
Tabel 3. Hasil Uji Angka Lempeng Total Tabel 7. Hasil Analisis Kadar Karbohidrat

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan


Dari tabel diatas dapat dlihat jumlah koloni didapatkan kadar Karbohidrat sebesar 8,32 %
bakteri yang terdapat dalam sampel jerami hasil dengan standar maksimum12 %.Berarti jerami
amoniasi yaitu sebesar 1,6 X 105 koloni / gram, hasil amoniasi untuk kadar karbohidrat sesuai
dengan standar maksimal jumlah koloni 3 x dengan SNI pakan ternak.
Page 47
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Penentuan Kadar Serat Kasar Metoda Tabel 11. Hasil analisa
Gravimetri
Tabel 8. Hasil Analisa Serat Kasar

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan


didapatkan kadar Serat Kasar 3,40 % dengan
standar maksimum 7,00 %. Dengan kadar Serat
Kasar yang didapatkan berarti jerami padi hasil
amoniasi sesuai dengan SNI pakan ternak. Dari uji organoleptik yang telah dilakukan
didaptkan hasil bahwa jerami padi yang telah
Penentuan Kadar Kalsium Metoda Titrimetri diamoniasi bertekstur sedikit lunak, bewarna
Tabel 9. Hasil Analisa Kadar Kalsium (Ca) coklat kekuningan, dan tidak berbau menyengat
(bau amonia).

SARAN

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan Dalam hal ini penulis melakukan amoniasi pada
didapatkan kadar Ca 2,10 % dengan standar jerami padi guna pemanfaatan limbah pertanian
maksimum 1,20 % dan standar minimum 0,90%. yang terbuang sia-sia. Oleh karena itu penulis
Dengan kadar Ca yang didapatkan berarti berharap agar masyarakat dapat melakukan
jerami padi hasil amoniasi tidak sesuai dengan pemanfaatan yang sama untuk meminimalkan
SNI pakan ternak, hal ini disebabkan karena air pakan hijauan dan memanfaatan limbah
sumur yang digunakan untuk melarutkan urea pertanian. Penelitian tentang amoniasi jerami
mengandung banyak kalsium. untuk pakan ternak ini diharapkan lebih
dikembangkan lagi agar dapat mengetahui mutu
Uji Organoleptik yang sesuai dengan standar dan dapat
Tabel 10.Persentase Panelis meningkatkan nilai ekonomi dari jerami, dan
dapat meningkatkan ketersediaan pakan ternak
pada musim kemarau.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Hafil dkk. 2005. Pengantar Ilmu


Peternakan. Padang: Universitas Andalas.

Dari uji organoleptik yang telah dilakukan, Abdullah. 2008. Pembuatan Jerami Padi
didapatkan persentase panelis yang memilih Amoniasi Sebagai Sumber Pakan Ternak
tekstur jerami sedikit lunak yaitu 100 %, panelis Potensial di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten
yang memilih warna jerami coklat kekuningan Bulukumba. Program penerapanIPTEKS.
yaitu sebesar 100 %. Sedangkan panelis yang
memilih bau ammonia pada jerami yaitu bau Anonimus. 2011. Amoniasi Jerami Padi Sebagai
menyengat sebesar 7,14 %, bau sedikit Pakan Ternak.
menyengat sebesar 42,86 % dan bau tidak http://www.sinartani.com/mimbarpenyuluh/amoni
menyengat sebesar 46,43 %. asi-jerami- Diakses tanggal 20
Desember 2014
KESIMPULAN
http://www.indowarta.org/2011/query/jurnal-
Dari analisa yang telah dilakukan disimpulkan jerami-amoniasi. Diakses tanggal 20Desember
bahwa telah dapat dibuat amoniasi jerami padi 2014
untuk pakan ternak. Amoniasi jerami padi dapat
meningkatkan kandungan gizi pada jerami dan Setiadji. 2007. Kimia Oraganik. Jember : FTP
dari analisis yang dilakukan semua parameter UNEJ.
memenuhi standar SNI seperti pada tabel
berikut : SITORUS, S.S. 1989. Pemberian jerami padi
dengan dan tanpa perlakuan urea pada kerbau
yang diberi suplementasi ampas kecap dan

Page 48
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
molasse. Pros. Pertemuan Ilmiah Ruminansia.
Jilid 1. Ruminansia Besar. Puslitbangnak, Bogor

Sudarmadji, S. 1996. Analisa Bahan Makanan


dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.

Winarno. 1992. Dasar-Dasar Kimia Analitik.


Jakarta: Binarupa Aksara.

W.Lay.Bibiana .1994.Analisis Mikroba di


Laboratorium.jakarta:PT .Raja Grafindo
Persada

Page 49
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PEMBUATAN DAN ANALISIS INSEKTISIDA DARI JERINGAU
(Acorus Calamus L) dan DAUN SIRSAK (Anona Muricata)

Lusi Madona dan Rifa Izmi Wahdaniah

Laboratorium SMK-SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto No 13 Kec. Pauh Kota Padang

E-Mail : rifa271196@gmail.com

ABSTRAK

Insektisida organik adalah insektisida yang mengandung unsur karbon dan umumnya bersifat alami
yaitu diperoleh dari makhluk hidup (tanaman) sehingga disebut insektisida hayati. Salah satu tanaman yang
dapat dijadikan insektisida organik adalah jeringau dan daun sirsak. Jeringau merupakan tumbuhan herba
menahun yang tumbuh pada lingkungan basah dan lembab seperti kolam, rawa, dan pinggir sungai pada semua
ketinggian tempat. Rimpang jeringau ini dimanfaatkan sebagai insektisida karena mengandung minyak atsiri.
Kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam rimpang jeringau adalah terpene, camphor (C 10H16O6), terpene
alcohol (C18H18O), calamine, acoroxide (C15H24O), calamine (C15H26O), calameone (C15H26O2) acorone dan
isacorone yang mampu membunuh serangga. Sedangkan tanaman sirsak daunnya mengandung zat toksik
untuk serangga. Daun sirsak ini mengandung bahan aktif annonain dan resin dan mengandung senyawa
Acetogenin antara lain : asimisin, bulatacin, dan squamosin. Insektisida organik yang berkomposisi dari jeringau
dan daun sirsak ini berfungsi sebagai pembasmi serangga yang ramah lingkungan.Tujuan dari praktik AT II ini
adalah membuat dan menganalisa insektisida organik dari jeringau dan daun sirsak. Parameter uji yang
dilakukan yaitu penetapan kadar air 0.07 % , penetapan kadar keasaman 0.046 % , penetapan kadar kebasaan
0.03 % , dan penetapan pH 6.87 . Jadi kesimpulan yang didapat berdasarkan parameter uji yang telah dilakukan
bahwa insektisida organik dapat diaplikasikan pada serangga rumah.

Kata kunci : Insektisida Organik , Jeringau

ABSTRAC

Organic insecticide is an insecticide containing carbon and generally it is natural that is derived from
living things (plants) so-called biological insecticide. One of the plants that can be used as organic insecticide is
Jeringau and soursop leaves. Jeringau a chronic herbaceous plants that grow in wet and humid environments
such as ponds, swamps, and river bank at all altitudes. Jeringau rhizome is used as an insecticide because they
contain essential oils. The content of essential oils contained in the rhizome Jeringau is terpenes, camphor
(C10H16O6), terpene alcohol (C18H18O), calamine, acoroxide (C15H24O), calamine (C15H26O), calameone
(C15H26O2) acorone and isacorone that kill insects. While soursop leaves of plants contain substances toxic to
insects. Soursop leaves contain active ingredients annonain and resins and compounds containing acetogenin
include: asimisin, bulatacin, and squamosin. Organic insecticide that is composed of Jeringau and soursop leaf
serves as a friendly insect repellent lingkungan.Tujuan of AT II practice is to create and analyze organic
insecticides from Jeringau and soursop leaves. Test parameters were performed, namely the determination of
water content 0.07%, 0.046% determination of acidity, alkalinity assay of 0.03%, and the determination of pH
6.87. So the conclusion is based on the test parameters that have been made that the organic insecticide can be
applied to the insect house.

Keyword : Organic insecticide , jeringau

Page 50
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PENDAHULUAN Insektisida adalah semua zat atau campuran
Jeringau merupakan tumbuhan herba zat yang khusus digunakan untuk
menahun yang tumbuh pada lingkungan basah mengendalikan atau membunuh dan membasmi
dan lembab seperti kolam, rawa, dan pinggir organisme pengganggu atau perusak
sungai pada semua ketinggian tempat. (serangga). Kelompok insektida dibedakan
Membentuk akar batang yang disebut rimpang, menjadi dua, yaitu ovisida (mengendalikan telur
daun seperti lalang, bunga tumbuh kesamping, serangga) dan larvasida (mengendalikan larva
berkembang biak dengan rimpangnya. Jeringau serangga).
dapat hidup hampir pada semua ketinggian Insektisida dapat dibedakan menjadi 2 golongan
tempat. 1. Insektisida organic ( mengandung unsur
Bagian tumbuhan yang umum di karbon dan umumnya bersifat alami yaitu
mafaatkan adalah rimpangnya. Rimpang diperoleh dari makhluk hidup sehingga disebut
berbentuk agak petak bulat keras, dengan insektisida hayati). Selain berasal dari
panjang ruas 1-3 cm. rimpang jeringau tanaman atau tumbuhan hewan dan bahan
barcabang cabang banyak sesuai dengan organic lainnya yang berkhasiat
kesuburan tanah tempat hidupnya. Rimpang mengendalikan serangga hama pada tanaman
segar kira-kira sebesar tangan, isinya berwarna atau serangga rumah seperti kecoa dan
putih tetapi jika dalam keadaan kering berwarna semut.
merah muda. Rimpang jeringau mengandung Kelebihan dari insektisida organic adalah :
minyak yang serba guna seperti campuran a. Repelan yaitu menolak kehadiran
dalam industry makanan dan minuman, bahan serangg, misalnya dengan bau yang
penyedap, pewangi, deterjen, sabun, dan krem menyengat.
kecantikan. b. Antifidan yaitu mencegah serangga
Bau akar sangat menyengat seperti bau memakan tanaman yang telah disemprot.
rempah atau bumbu lain. Jika diletakkan di lidah c. Merusak perkembangan telur,larva dan
rasanya tajam, pedas dan sedikit pahit tetapi pupa.
tidak panas. Rimpang jeringau dapat d. Menghambat reproduksi serangga betina.
dimanfaatkan sebagai insektisida karena e. Racun syaraf bagi hama.
mengandung minyak atsiri. Kandungan minyak f. Insektisida alami merupakan bahan yang
atsiri yang terdapat dalam rimpang jeringau mudah terurai di alam sehingga tidak
adalah: terpene, camphor (C10H16O6), terpene dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya
alcohol (C18H18O), calamine, acoroxide residu yang besar.
(C15H24O), calamine (C15H26O), calameone g. Mengurangi bahaya bagi manusia dan
(C15H26O2) acorone dan isacorone. hewan.
Tanaman Annona Muricata (sirsak) h. Merupakan pengendalian hama yang
mengandung zat toksik bagi serangga. ramah lingkungan.
Serangga yang menjadi hama dilapangan
maupun pada bahan simpan yang mengalami Insektisida anorganik (tidak mengandung unsure
kelainan tingkah laku akibat bahan efektif yang karbon dan biasanya terbuat dari bahan-bahan
terkandung dalam daun sirsak. Disamping itu kimia). (Panut djojosumarto : 2006). Oleh karena
dapat juga menyebabkan pertumbuhan itu, penulis tertarik menulis judul “Pembuatan
serangga terhambat, mengurangi produksi telur Dan Analisis Insektisida Organik Dari Jeringau
sebagai reppelen atau penolak. (Rismunandar , (Acorus calamus L) Dan Daun Sirsak (Anona
1983) , selain jeringau tanaman yang dapat muricata).
dijadikan insektisida adalah daun sirsak.
Daun sirsak mengandung bahan aktif BAHAN DAN METODE
annonain dan resin dan mengandung senyawa
Acetogenin (C35H64O8) antara lain : asimisin, Metodologi Penelitian
bulatacin, dan squamosin. Pada konsentrasi Metoda yang digunakan untuk analisa
Acetogenin (C35H64O8) antara lain : asimisin, parameter bahan dasar rimpang jeringau dan
bulatacin, dan squamosin. Pada konsentrasi daun sirsak yaitu Penetapan kadar air metoda
tinggi senyawa acetogenin memilki thermogravimetri, kadar keasaman metoda
keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal
ini serangga tidak lagi bergairah untuk melahap Sumber bahan baku pembuatan insektisida
bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan organik.
pada konsentrasi rendah bersifat racun perut Bahan baku terdiri dari rimpang jeringau dan
yang bisa mengakibatkan serangga hama daun sirsak. Bahan rimpang jeringau segar
menemui ajalnya. diambil langsung dari rawa-rawa didaerah
Page 51
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Pasar Kambang. Kec Lengayang Kab. Pesisir Menentukan Kadar Keasaman dengan
Selatan dan daun sirsak diambil langsung dari Metoda Titrimetri
pohon di SMK-SMAK Padang. Ditimbang dengan teliti ± 10 gram contoh (W)
dan larutkan dalam 25 ml asetone. Dihangatkan
Alat dan Bahan dalam penangas air , untuk melarutkan bahan
Alat gelas yang digunakan di Laboratorium, aktif. Ditambahkan 25 ml air, saring dan titar
oven, pH meter. filtrate yang telah ditambahkan 2-3 tetes
Sampel, acetone, larutan NaOH 0.02 N, larutan indicator merah metil dengan larutan NaOH 0.02
HCl 0.02 indicator MM, indicator PP, aquadest N (a). Buat blanko (25 ml acetone + 75 ml air +
2-3 tetes indikator merah metil) titar dengan
NaOH 0.02 N (b)

Penetapan kadar kebasaan metoda titrimetri


Ditimbang dengan teliti ± 10 gram contoh (W)
dan larutkan dalam 25 ml asetone. Dihangatkan
dalam penangas air , untuk melarutkan bahan
aktif. Ditambahkan 25 ml air, saring dan titar
filtrate yang telah ditambahkan 2-3 tetes
indicator merah metil dengan larutan HCl 0.02 N
(a). Buat blanko (25 ml acetone + 75 ml air + 2-3
tetes imdikator merah metil) titar dengan HCl
0.02 N.

Uji Keefektifan Daya Bunuh


Disiapkan 2 toples yang berisi serangga. Toples
pertama diisi 2 ekor kecoak dan toples ke dua
diisi 10 ekor semut hitam. Ditaburkan sampel
produk insektisida bubuk kedalam toples yang
telah di bolongi dinding nya yang berisi
serangga tadi, lalu tutup. Dihitung waktu berapa
lama serangga bertahan didalam toples dan
berapa ekor serangga yang mati lalu dicatat.

Pengecekan pH menggunakan pH meter


Ditimbang dengan teliti 10 gram sampel.
Dimasukkan dalam gelas piala yang telah berisi
air suling 50 ml. Kemudian dimasukkan dalam
alat pH meter. Ditambahkan air suling hingga
volume 100 ml. Aduk selama 1 (satu) menit.
Gambar 1 Skema Pembuatan Produk Didiamkan beberapa saat. Ukur pH larutan
dengan pH meter.
Penentuan Kadar Air dengan Metoda
HASIL DAN PEMBAHASAN
Thermogravimetri
Panaskan cawan penguap kosong di dalam Penetapan kadar air
oven selama 2 jam pada suhu ±105oC. Setelah Tabel 1. Data Penetapan Kadar Air dengan Metoda
selesai pemanasan, masukan cawan penguap Thermogravimetri
dalam desikator. Dinginkan selama ± 15menit.
Lalu lakukan penimbangan. Lakukan hingga
mendapatkan bobot konstan.
Kemudian timbang cawan penguap + sampel
dengan neraca analitik, lalu catat beratnya.
Masukan kembali dalam oven (pemanasan 3
jam dengan suhu105oC – 110oC) dan setelah itu
dinginkan didalam desikator ± 15 menit. Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan
Lakukan penimbangan dan pemanasan hingga kadar air dalam insektisida bubuk yaitu 0.075 %
mendapatkan bobot konstan. dimana hasil yang diperoleh memenuhi standard
yaitu kurang dari 0,2 % . Kandungan air dari
Page 52
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
bubuk insektisida akan menentukan ketahanan KESIMPULAN
dari produk.
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat
Uji Kadar Keasaman disimpulkan bahwa insektisida dari rimpang
Tabel 2. Data Uji Kadar Keasaman (Asidimetri) jeringau dan daun sirsak dapat di aplikasikan
karena :
Memiliki kadar keasaman yang memenuhi
standard yaitu 0.046 %. Memiliki kandungan air
0.07 % Memilki kadar kebasaan 0.03 %. Setelah
dilakukan uji daya bunuh, serangga yang di uji
cobakan benar benar mati semua.
pH insektisida 6.86 suhu 27.30 C
Kadar keasaman yang didapat pada sampel
insektisida yaitu sebesar 0,046 % yang sudah SARAN
memenuhi standard SNI 02-7173-2006.
Setelah dianalisis dapat diketahui bahwa
Uji Kadar Kebasaan insektisida dari jeringau dan daun sirsak dapat di
Tabel 3. Data Penetapan Kadar Kebasaan gunakan. Produk ini dapat dikembangkan dan di
pasarkan kepada konsumen, produk ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000. Acorus Calamus L (diakses pada


tanggal 2 Maret 2015 )
Dari penelitian yang telah dilakukan,
didapatkan kadar kebasaan dalam insektisida Daintith , John 1990. “Kamus Lengkap Kimia.
jeringau dan daun sirsak tidak memenuhi Oxford
standar, karena hasil yang didapat >0.01 (SNI
02-7173-2006) yaitu 0.03 %. Sampel yang Djojosumarto, Panut Januari 2006. “ Pestisida
digunakan bersifat asam karena jeringau dan dan Aplikasinya”. Cikampek (Penerbit
daun sirsak pH nya di bawah 6. Erlangga ).

Keefektifan Daya Bunuh Gusti eli, Hermayanti yeni “ Modul volumetric”


Tabel 4. Uji Keefektifan Daya Tubuh 2006

Kardinan, Agus 1999. Pestisida nabati , Ramuan


dan aplikasi. Penebar Swadaya Jakarta.
Rismunandar,Tanaman sirsak ,Bandung: Sinar
Bandung ,1983
Selain memiliki keunggulan, insektisida organic
juga memiliki kekurangan yaitu cara kerjanya SNI 02-3124-1992 “Pesticide powder”
yang lambat serta daya racun yang rendah
(tidak langsung mematikan bagi serangga). Ini SNI 02-7173-2006 ”Propoksur Teknis Pestisida”
dapat kita lihat pada hasil waktu yang diperoleh.
Syukri S, 1999 . Kimia Dasar jilid 2 . Bandung
Pengukuran pH (Penerbit ITB)
Tabel 5. Pengukuran pH

Dari praktikum yang telah dilakukan di dapat


hasil pH 6.86 pada suhu 27.30 C. Pengukuran
pH hanya sebagai penunjang untuk penetapan
kadar keasaman dan kebasaan.

Page 53
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PEMBUATAN DAN ANALISIS PUPUK CAIR DARI ISI PERUT
IKAN,SISA SAYURAN DAN KOTORAN SAPI
Monaliza, Besty Hartini, Ogit Purnama Sari dan Oksa Dwi Kurnia
Laboratorium SMK-SMAK Padang

Jl. Alai Pauh V Kel Kapalo Koto no 13 Kec.Pauh Kota Padang


E-Mail : Merehot@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pupuk merupakan kebutuhan utama bagi tanaman, tanpa pupuk tanaman tidak bisa tumbuh dengan
maksimal. Pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari bahan organik melalui proses secara alami atau dengan
bantuan manusia. Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari
sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Untuk
memperolah pupuk organik yang berkualitas, digunakan sampah pasar berbahan organik. Limbah tersebut
berupa sisa sayuran, isi perut ikan dan pemanfaatan limbah peternakan yaitu kotoran sapi, yang memiliki
kelebihan yaitu memperbaiki sifat fisik, kimia, serta biologi tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air,
menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah serta sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.
Hasil analisis dari Pupuk organik cair dari limbah dengan bantuan bioaktivator EM-4 ini memiliki kandungan
unsur hara sebagai berikut : Kadar Nitrogen 1,36 % , Kadar Phospor 3,04%, Kadar Kalium 0,31%, Kadar C-
organik 0.55%, Derajat keasaman (pH) 6.55, unsur hara mikro Fe 3,3400 ppm,Cu 0 ppm, Zn 2 ppm, Mn
59,3208 ppm.Micro kontaminasi E.coli 1,53× 10 -2 ,Salmonella negative (-) Kadar logam berat Pb -0,1938
ppm.Maka dapat disimpulkan Pupuk Organik cair baik digunakan untuk tanaman.

Kata kunci : Sisa sayuran, isi perut ikan, kotoran sapi, pupuk cair organik.

ABSTRACT

Fertilizer is eminent need for plants, cause without fertilizer can’t grow maximum. Organic fertilizer
make of organic matter pass through natural process or help human. Organic liquid fertilizer is solution
rottenness organic matter that to come from wasted vegetable, fish dirt, animal dirt and human dirt that has a lot
of nutritions. To get qualyted organic fertilizer, to have the disposal market trash that organic matter. The wasted
it is vegetable residue, fish dirt and cow dirt that have the function is to make good physic,chemical,biology
character of ground, added intimated power water of ground and source food substance for plants.
The result for analysist of organic liquid fertilizer to come from wasted with aid bioactivator EM-4 it have
entertained nutrition element is : nitrogent contents of 1,36 %, phosporus contents 3,04 %, potassium contents
0,31 %, C-Organic contents 0,55%, pH 6.55, micro hara element Fe 3,3400 ppm ,Cu 0 ppm, Zn 2 ppm, Mn
56,3108 ppm Micro contamination E.coli 1,53 × 10-2,Salmonella negative and levels of heavy metals lead (Pb)-
0,1938 ppm.So the conclusion is liquid organic fertilizer ready to use and good for plants.

Key word : Vegetable residue, fish dirt, cow dirt,organic liquid fertilizer.

Page 54
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PENDAHULUAN disebut jeroan adalah semua bagian kecuali otot
dan tulang. Tergantung dari budaya setempat,
Pupuk merupakan kebutuhan utama bagi berbagai bagian jeroan dapat dianggap sebagai
tanaman, tanpa pupuk tanaman tidak bisa tumbuh sampah atau makanan mahal. Jeroan yang tidak
dengan maksimal. Kebutuhan pupuk mengalami digunakan secara langsung untuk konsumsi
peningkatan dari tahun ke tahun. Sayangnya, manusia atau binatang diproses lebih lanjut untuk
penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus menghasilkan makanan hewan, pupuk, atau
justru menyebabkan tanaman menjadi resistan bahan bakar. Isi Perut Ikan di gunakan karena
terhadap pupuk.(Cattelan, A.J., P.G. Hartel, dan banyak mengandung bakteri membantu dalam
J.J. Fuhrmann, 1999) penyuburan tanah maupun bisa juga
Pupuk organik adalah pupuk yang dibuat mempercepat pengomposan. Pupuk organik
atau berasal dari bahan organik melalui proses lengkap yang terbuat dari isi perut ikan memiliki
kegiatan alam secara alami atau dengan bantuan kualitas sebagai pupuk yang lebih dibandingkan
manusia, dimana mempunyai peranan penting dengan pupuk organik
dalam peningkatan produksi dan mutu hasil lain.(http://id.wikipedia.org/wiki/jeroan)
budidaya tanaman. (Cattelan, A.J., P.G. Hartel, Kotoran sapi adalah limbah hasil
dan J.J. Fuhrmann, 1999) pencernaan sapi dan hewan dari subfamili
Pupuk organik cair adalah larutan dari Bovinae lainnya . Pemanfaatan limbah peternakan
pembusukan bahan-bahan organik yang berasal (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif
dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang sangat tepat untuk mengatasi bau dari
yang kandungan unsur haranya lebih dari satu kandang dan naiknya harga pupuk. Pemanfaatan
unsur.Terutama hara makro seperti nitrogen, kotoran ternak sebagai pupuk sudah dilakukan
kalium, dan fosfor. (S.Alex.2012) petani secara optimal di daerah-daerah sentra
Untuk memperolah pupuk organik yang produk sayuran. Sayangnya masih ada kotoran
berkualitas, lebih baik digunakan sampah berasal ternak tertumpuk di sekitar kandang dan belum
dari pasar, karena 90 persen sampah pasar banyak dimanfaatkan sebagai sumber pupuk.
berasal dari bahan organik. Limbah padat dari Kotoran sapi dipilih karena selain tersedia banyak
buangan pasar dihasilkan dalam jumlah yang di petani/peternak juga memiliki kandungan
cukup besar. Limbah tersebut berupa : nitrogen dan potassium, di samping itu kotoran
Sisa sayuran dimana sayuran organik sapi merupakan kotoran ternak yang baik untuk
adalah sayuran yang dibudidayakan secara alami kompos. Agar kotoran sapi tidak terbuang dengan
tanpa ada bantuan bahan kimia. Bagian dari sia-sia, maka kotoran ini dimanfaatkan sebagai
sayuran yang sudah tidak dapat digunakan atau pupuk cair yang baik untuk pembenahan tanah
dibuang. Pupuk yang diberikan untuk sayuran dan dapat meningkatkan produksi tanaman.
berasal dari pupuk organik, seperti kompos atau Pembuatan pupuk organik cair tidak terlepas dari
pupuk kandang, bukan pupuk kimia. Karena proses Pupuk kandang dari kotoran sapi memiliki
sayuran organik dibudidayakan secara alami, kandungan serat yang tinggi. Serat atau selulosa
maka sayuran tersebut mengandung berbagai merupakan senyawa rantai karbon yang akan
keunggulan dibandingkan sayuran non organik. mengalami proses dekomposisi lebih lanjut.
Selain dapat digunakan sebagai penyubur tanah Kotoran sapi telah dikomposkan dengan
dan tanaman, ternyata juga dapat digunakan sempurna atau telah matang apabila berwarna
sebagai starter pada pembuatan kompos. Namun hitam gelap, teksturnya tidak lengket, suhunya
harga dipasaran relative mahal, oleh karena itu dingin dan tidak berbau. (peni dkk, 2007).
pelu dikembangkan suatu cara agar dapat Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu diterapkan
menghasilkan pupuk cair organik buatan sendiri suatu teknologi untuk mengatasi limbah padat,
dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah yaitu dengan menggunakan teknologi daur ulang
didapat dan murah.(Administrator.2007), limbah limbah padat menjadi produk pupuk cair organik
sayuran terdiri dari limbah daun bawang, seledri, yang bernilai guna tinggi. Karna hasil produk
sawi hijau, sawi putih, kol, limbah kecambah pertanian dengan menggunakan pupuk organik
kacang hijau, daun kembang kol dan masih mempunyai nilai jual yang lebih tinggi dibanding
banyak lagi limbah sayuran lainya. dengan pertanian anorganik.
(http://profilbro.com/artikel/2013/03/syarat-
pertumbuhan-tanaman-.html)
Isi perut ikan : Jeroan adalah bagian-bagian dalam
tubuh (hewan) yang sudah dijagal. Biasanya yang

Page 55
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
BAHAN DAN METODE dimasukan ke labu destilasi, ditambahkan 100 mL
aquades, ditambahkan larutan NaOH 40% 50
Metoda penelitian mL, teteskan 2-3 tetes indicator pp, pasang
Metode yang digunakan untuk analisis parameter erlenmeyer penampung destilat yang berisi 50mL
bahan dasar limbah pasar dan kotoran hewan H2SO4 0,25 N dan 3 tetes indikator campuran
yaitu Penetapan kadar nitrogen metode makro, Conway, dihentikan penyulingan bila volume
kadar fosfor metode spektrofotometer, kadar destilat mencapai volume ±75 ml, titar hasil
kalium metode flemefotometri, , kadar C-Organik destilasi dengan larutan NaOH 0,25 N hingga titik
metode permanganometri, penetapan pH meter akhir titrasi tercapai , dilakukan penetapan larutan
metode potensiometri, kadar logam Cu, kadar Zn , blanko.
kadar Mn metode SSA, pengujian bakteri Penetapan kadar fosfor metode spektrofotometer:
salmonella sp, Pengujian mikro kontaminasi E.coli Ditimbang dengan teliti NaHPO4 0,1250 gram
dan kadar logam berat Pb. dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 250
Sumber bahan baku pembuatan pupuk organik mL, dipipet 20 mL ke dalam labu ukur 100 mL,
cair Dimasukkan 0, 5, 10, 15, dan 20 mL ke dalam
Sampel isi perut ikan diambil di tempat penjual labu ukur 50 mL, ditambahkan masing-masing 5
ikan di Pasar Bandar Buat, Pengambilan sampel mL larutan HNO3 5N dan larutan molibdovanadat
Sisa sayuran diambil dari tempat penjual sayur di 20 mL dipaskan sampai tanda tera dan di
pasar Bandar Buat, Pengambilan sampel kotoran homogenkan. Dan untuk sampel (destruksi
sapi, diambil Piai Tangah. terlebih dahulu ) ditimbang dengan teliti 1 gram
Alat dan Bahan sampel ke gelas piala 250 mL, ditambahkan 20-30
Alat yang digunakan, Komposter, timbangan , mL HNO3 p.a dididihkan selama 30 - 40 menit,
ember, sendok Kayu, pisau / Parang, gayung , ditambahkan 10 – 20 mL HClO4 70% dididihkan
karung. sampai larutan tidak berwarna, ditambahkan 50 mL
Bahan yang digunakan Kotoran Sapi, Isi Perut air suling didihkan beberapa menit lalu
Ikan, Sisa Sayuran, gula Pasir, bioaktivator EM-4, didinginkan, dipindahkan ke labu 250 mL,
air bebas kaporit. dipaskan dengan aquades sampai tanda tera dan
dihomogenkan, disaring dengan kertas whatman
42 dan tampung di dalam Erlenmeyer, dipipet 5
mL larutan sampel masukan ke labu ukur 100 mL,
ditambahkan 50 mL aquadest, 20 mL
molibdovanadat dan diencerkan dengan aquadest
hinga tanda tera dan dihomogenkan, didiamkan
selama 10 menit, dilakukan pengerjaan blanko,
Ukur dengan spektrofotometer. Penetapan kadar
kalium metode flemefotometer : Larutkan 0.2314
grma K2HPO4 dilarutkan ke labu ukur 250 mL
dipaskan dan dihomogekan, dipipet 20 mL ke labu
ukur 100 mL, dimasukan 0mL,2.5mL,5 mL,7.5
mL,10 mL,12.5 mL kedalam labu ukur 50 mL
dipaskan dengan aquadest dan dihomogenkan.
Dan untuk sampel (didestruksi terlebih dahulu)
ditimbang 5 gram sampel dengan teliti ke gelas
piala, ditambahkan 10 mL HCl 5 N ,100 mL
aquadest dan didihkan sekitar 5 menit, Didinginkan
pindahkan ke labu ukur 250 ml kemudian
diencerkan dengan aquadest sampai tanda tera,
dihomogenkan dan saring dengan kertas saring
Gambar 1 Skema Pembuatan Produk whatman 42, Pipet sampel 10 mL ke labu 100 mL,
tambahkan 5 ml larutan supresor, diencerkan
Cara kerja analisis parameter dengan aquadest dan dihomogenkan, ukur dengan
Penetapan kadar nitrogen metode makro kjhedal : Flame Fotometer.
Ditimbang dengan teliti 5 gram sampel ke labu
kjedhal, ditambahkan 2 gram campuran selen, 25 Penetapan Kadar C- Organik Metoda
mL H2SO4 pa destruksi hinga berwarna jernih, lalu Permanganometri : Sampel ditimbang 5 gram
rangkai alat destilasi, Cairan di labu kjedhal secara teliti dan dimasukan kedalam Erlenmeyer.

Page 56
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Ditambahkan 15 mL H2SO4 Pekat dan 10 mL label 10-1 , lakukan cara yang sama pada 10-2 dan
larutan K2Cr2O7 2 N, lalu pasang pendingin tegak. 10-3, Tutup rapat dan inkubasi dalam inkubator
Dilakukan proses refluk di atas nyala api kompor selama 2 kali 24 jam, amati perubahan yang
gas selama 1,5 jam dan setiap 15 menit labu terjadi jika positif ada e-colilanjutkan ke uji
digoyang supaya terjadi reaksi yang sempurna. penguat.
Refluk dihentikan apabila warna larutan telah Uji Penguat: Disediakan tabung reaksi steril baru
jernih kehijau-hijauan. Didinginkan larutan tersebut sebanyak yang terdapat positif e-coli, dimasukkan
dan diencerkan dengan aquades di dalam labu ampul ke dalam tabung reaksi, Ditambahkan
ukur 100 mL. Dipaskan dan dihomogenkan, lalu masing – masing 9 mL media BGLB,
disaring dengan kertas saring. Dipipet 10 mL hasil Ditenggelamkan ampul, disterilkan pada
saringan dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer autoclave ± 15 menit, Setelah disteril inokulasikan
250 mL. Ditambahkan 12 ml FeSO4 0,2 N dan 25 inokulum test tube yang positif e-colike dalam
ml H2SO4 4 N dengan gelas ukur ke dalam tabung reaksi yang berisi media BGLB dengan
erlenmeyer tersebut. Dititar dengan KMnO4 0,1 N menggunakan jarum ose celupkan dan kocok
hingga diperoleh TAT (lembayung muda). sedikit jarum ose, Ambil cawan petri steril,
Dilakukan titrasi secara duplo dan dilakukan juga dimasukkan Endo Agar, Bagi cawan dengan 3
prosedur yang sama terhadap blanko. bagian, Inokulasikan inokulum yang terdapat pada
Penetapan Derajat Keasaman (pH) dengan tabung positif e-coli kedalam cawan petri, dan beri
Metoda Potensiometri : Sampel pupuk organik cair label pada cawan petri, Inkubasi 1 – 2 hari. Uji
diambil lebih kurang 20 mL dalam gelas piala, lalu Pelengkap : Fiksasi kaca objek, Teteskan 1 tetes
diukur pH sampel dengan pH meter. Dicatat hasil air, Inokulasi inokulum, Fiksasi hingga timbul
pembacaannya. bercak putih, Diteteskan zat warna Cristal Violet
(30 – 60”), Bilas dan kering anginkan, Beri Lugol
Pentapan kadar Fe, Cu, Zn, Mn, Pb metode (30 – 60”), Bilas dan kering anginkan, Rendam
AAS : Pipet masing-masing titrisol 10 ml dalam alkohol 96% diamkan selam 1 menit, Bilas
dimasukan ke labu ukur 100 ml, buatlah deret dan dikering anginkan, Beri zat safranin (30 – 60”),
standar dengan masing-masing konsentrasi yang Bilas dan kering anginkan, Preparat siap diamati.
sudah diinginkan. Masukan ke labu ukur 50ml,
tambahkan HNO3 pekat 5ml masing-masing deret Uji IMVIC :
standar, lalu himpit hingga tanda tera dan Uji Indol : Biakan murni (NA) miring diinokulasikan
dihomogenkan. Dan untuk sampel (destruksi) inokulum ke dalam triptone broth , Inkubasi 35oC
Diambil sampel sebanyak 100ml dan dimasukan selama 18-24 jam , ditambahkan 0,2-0,3 ml
ke gelas piala, ditambahkan HNO3 pekat sebanyak pereaksi indol ke dalam labu, Kocok selama 10
5ml, Dipanaskan hingga volumenya berkurang menit, Merah tua → positif (+), Merah jingga→
setengah dari volume awal (sampel), ditambahkan negatif (-)
lagi HNO3 pekat sebanyak 5ml, Dipanaskan Uji Merah Methil : Biakan murni NA diinukolasikan
kembali hingga larutan sampel jernih, didinginkan kedalam pembenihan MR-VP , Inkubasi 48 jam
larutan sampel yang telah didestruksi Dimasukan dengan menggunakan pipet takar, dipindahkan
kedalam labu ukur 100 ml, dihimpitkan hingga kedalam tabung reaksi, ditambahkan 5 tetes
tanda tera lalu dihomogenkan, saring larutan merah methil dan kocok, kuning →negatif (-),
tersebut dengan kertas saring, setelah itu diukur merah → positif (+)
masing-masing logam dengan lampu katoda yang Uji VP (voges proskader) : Biakan Na inokulasikan
sesuai menggunakan SSA. dalam pembenihan MR-VP inkubasi 48 jam,
Dengan mengunakan pipet 1 ml suspensi kedalam
Penetapan Mikroba E.coli Metoda MPN : Uji tabung, , ditambahkan 0,6 ml larutan alfa nafrol,
Dugaan: Dimasukkan masing – masing 9 mL ditambahkan 0,2 ml larutan kalium hidroksida dan
larutan pengencer ke 3 test tube, Dimasukkan kocok, didiamkan selama 2-4 jam, Merah muda
ampul dengan posisi terbalik ke 9 test tube baru, →merah tua→ positif (+), Merah muda→ merah
Dimasukan media Lactosa Borth masing – masing muda →negatif (-)
9 mL ke 9 test tube, disterilkan dalam autoclave ± Penetapan Organoleptik (Bau, Warna) : Bau /
15 menit, dimasukan sampel 1 mL ke 3 test tube Aroma = Kipas – kipaskan tangan diatas prodak
yang berisi larutan pengencer beri label dengan ke arah hidung, lalu catat, Warna = Perhatikan
10-1, dari 10-1 pipet 1 Ml ke test tube yang lain beri warna pada prodak, lalu catat.
label 10-2, dari 10-2 pipet 1 mL ke test tube yang
lain beri label 10-3, dimasukan 1 mL test tube 10-1
ke 3 test tube yang berisi media Lactosa Borth beri

Page 57
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Pengujian bakteri Salmonella : Dari Tabel diatas,kadar fosfor yang diperoleh dari
uji identifikasi : Dibuatlah pengenceran 10ˉ1 yaitu pupuk cair didapatkan setelah di analisa yaitu 3.04
1ml sampel dimasukan kedalam tabung reaksi % dengan standar mutu <2 dan dijelaskan di
yang sudah berisi 9ml larutan pengencer atau dalam Standar mutu Bahwa Bahan-bahan tertentu
aquades steril. Dipipet 1ml dari pengenceran 10-1 yang berasal dari bahan organic alami di
tadi , lalu dimasukan ke dalam tabung reaksi yang perbolehkan mengandung kadar fosfor dan
sudah berisi 5ml media SCB( Selenit Cystein kalium > 6%.
Broth), Dihomogenkan. Inkubasi pada suhu ±
37˚C, selama 1x24 jam. Amati , jika ada Penetapan kadar kalium metode
kekeruhan maka positif (+) untuk penduga bakteri flamefotometer
salmonella typhosa. Tabel 3. Tabel Hasil Penentuan Kadar kalium
pengujian lanjutan dari uji identifikasi (cara
aseptis) : Dituang media SSA (Salmonella Shigella
Agar) sebanyak 10ml kedalam cawan petri steril
dan biarkan beku. Diinokulasikan dengan
menggunakan jarum ose bulat sampel dari media
SSA tadi kedalam cawan petri yang berisi media
SSA dengan cara digoreskan. Inkubasi pada suhu Dari tabel diatas kadar kalium yang diperoleh dari
± 37˚C, selama 1x24 jam. Diamati koloni hitam pupuk cair yaitu 0,31% dengan standar mutu < 2
zona kuning maka berati itu ialah bakteri memenuhui dari baku mutu
salmonella (+) positif. 70/Permentan/SR.140/10/2011. Kekurangan
kalium sangat berpengaruh pada tanaman terlihat
HASIL DAN PEMBAHASAN dari bunga mudah rontok dan tepi daun‘hangus’ ,
dan rentan terhadap serangan penyakit
Penetapan kadar nitrogen metode makro kjedal sedangkan kelebihan K menyebabkan penyerapan
Tabel 1. Tabel Hasil Analisis Nitrogen Ca dan Mg terganggu. Pertumbuhan tanaman
terhambat sehingga tanaman mengalami
defisiensi.

Penetapan Kadar C-Organik


Tabel 4. Hasil analisis kadar C-Organik

Dari tabel diatas dapat dilihat kadar nitrogen


dengan metode makro kjedhal yang terkandung
dalam pupuk cair yang dianalisis sudah sesuai
dengan baku mutu pupuk cair organic Setelah dilakukan analisis kadar C-Organik pada
70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu dengan produk pupuk cair organik didapatkan hasil yaitu
kadar nitrogen setelah di analisis sebesar 1,36 % 0,32%, sementara untuk hasil kandungan bahan
dengan standar <2. Nitrogen merupakan unsur organik pada pupuk yaitu 0,55% , dimana hasil
hara makro yang sangat penting dan harus ada tersebut tidak memenuhi syarat standar, karna
karena kekurangan unsur ini akan menyebabkan menurut peraturan mentri pertanian No.
jaringan dalam daun akan mati, namun kelebihan 70/Permentan/SR.140/10/2011 batas minimal
unsur ini juga tidak baik karena dapat kadar C-Organik adalah ≥ 4 (besar sama dari 4%).
menghambat pembungaan dan pembuahan pada Rendahnya kadar C-Organik tersebut dikarenakan
tanaman. proses dekomposisi yang kurang sempurna
,kemungkinan oleh kurangnya waktu
Penetapan kadar fosfor metode pengomposan. (Sutedjo, 1991)
spektrofotometer
Tabel 2. Tabel Hasil Penetapan Kadar Fosfor Penetapan derajat keasaman (pH)
Tabel 5. Hasil pengukuran dengan pH-meter

Page 58
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Hasil analisis dari pengukuran derajat keasaman Dari tabel diatas, kadar besi yang didapatkan dari
(pH) pada sampel yaitu pupuk cair organik dengan analisa pupuk organik cair adalah 3.400 ppm
menggunakan pH-meter adalah 6,55. pH pupuk dengan standar maksimum 800 ppm. Kadar Besi
tersebut sesuai dengan standar peraturan mentri berfungsi sebagai penyusun klorofil, protein, enzim
pertanian No70/Permentan/SR.140/10/2011. pH dan berperan dalam perkembangan kloroplas.
yang didapat yaitu sedikit masam dan mendekati
netral, dimana mikroba kompos akan bekerja pada kadar timbal (Pb) metode AAS
keadaan pH netral sampai sedikit masam. Tabel 9. Hasil Analisis Penentuan Timbal

Penetapan unsur hara mikro Cu dan Zn


Tabel 6. Hasil analisis Cu dan Zn dengan SSA

Dari tabel diatas didapatkan hasil timbal (Pb) -


Setelah dilakukan analisis untuk unsur hara mikro 0,1938 berarti timbal tidak ada pada pupuk cair
Cu dan Zn , yang mana dilakukan pengukuran organic karena pada data diatas di dapatkan
dengan alat SSA didapatkan konsentrasi Cu hasilnya negatif maka timbale yang didapatkan
sebesar 0ppm, sementara untuk konsentrasi Zn sama dengan 0. Timbal merupakan cemaran
sebesar 2ppm. Dimana hasil yang didapat untuk logam yang tidak boleh ada pada tanaman karena
Zn memenuhi syarat standar menurut peraturan kalau terdapat timbal pada pupuk maka tanaman
mentripertanian No. 70/Permentan/SR.140/10/201. akan rusak. hasil yang didapatkan sesuai dengan
Kadar unsur mikro (Fe, Mn, Cu dan Za) adalah standarbaku mutu 70/permentan/SR.140/10/2011.
unsur hara yang diperlukan dalam jumlah yang
sangat sedikit, berati tidak boleh terlalu tinggi Uji Cemaran Mikroba (E-coli)
karna jika tinggi maka unsur hara mikro tersebut Tabel 10. Hasil dari pengujian cemaran mikroba (uji
malah akan menjadi racun bagi tanaman. (Dr.Ir coliform)
Sarwono Hardjono,M.Sc.1995).
Dari tabel diatas, didapatkan 1.53 × 102 cfu/mL.
Penetapan Kadar Mangan (Mn) Bakteri Escherichia coli dapat meningkatkan
Tabel 7. Hasil Analisis kadar Mn

keanekaragaman biologi tanah, meningkatkan


kualitas air, mengurangi kontaminasi tanah,
meransang penyehatan dan pertumbuhan
tanaman.
Tabel 11. Hasil dari pengujiancemaran mikroba (uji
Dari tabel di atas dapat dlihat kadar mangan IMVIC)
dengan metode SSA yang terkandung dalam
pupuk cair yang di analisis sudah sesuai dengan
standar mutupupuk cair organik
70/Permetaan/SR.140/10/2011 yaitu dengan
kadar mangan setelah dianalisis sebesar59.3108 Type E-coli yang didapat adalah Atypical E-coli
ppm dengan standar maksimum 1000 ppm.
Mangan merupakan unsur hara yang dibutuhkan Pengujian bakteri Salmonella
Tabel 12. Hasil analisis uji identifikasi bakteri Salmonella
oleh tanaman untuk pembentukkan protein dan
vitamin terutama vit. C, memepertahankan kondisi
hijau daun pada daun yang tua, sebagai enzim
feroksidase, untuk lancarnya proses asimilasi.
Setelah dilakukan analisis bakteri Salmonella
Penetapan Kadar Besi (Fe) dengan tahap awal yaitu uji identifikasi bakteri
Tabel 8. Hasil Analisis kadar Salmonella pada pupuk cair didapatkan hasil yaitu
(-) negatif ditandai dengan tidak adanya
kekeruhan pada sampel yang sudah diinkubasi,
maka dapat dikatakan tidak adanya pertumbuhan

Page 59
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
mikroba salmonella pada pupuk cair organik SARAN
tersebut. Jika dibandingkan dengan standar
peraturan mentri pertanian No. Penulis mengharapkan kepada masyarakat agar
70/Permentan/SR.140/10/2011 yaitu (<102 ) kecil mempunyai solusi mengenai masalah
dari 100 koloni, bukan berati pupuk cair tergolong lingkungan yaitu dengan memanfaatkan limbah
buruk, karna bakteri Salmonella tersebut masih seperti limbah pasar, rumah tangga menjadi
diperbolehkan ada pada pupuk cair organik, pupuk organik, serta dapat membuat sendiri pupuk
namun sesuai pada standar yang digunakan, organik cair tersebut, selain dapat memperkecil
karena apabila melebihi standar dapat pengeluaran juga bisa mengurangi serta
membahayakan atau memberikan dampak negatif memanfaatkan limbah dilingkungan. Memperkecil
kepada pupuk organik cair dan juga lingkungan. pemakaian pupuk anorganik maupun pupuk kimia
Apabila tanaman tercemar oleh bakteri pathogen dalam kehidupan sehari-hari karna dapat merusak
salmonella sp. kemudian dikonsumsi oleh manusia struktur tanah bila dipakai secara terus-menerus.
maka dapat menimbulkan dampak yang negatif
seperti penyakit diare, tifus, dll. (Djoko Hadi
Kunarso. 1987)
DAFTAR PUSTAKA
Uji Organoleptik
Tabel 13. Hasil uji organoleptik warna Affandi. 2008. Pemanfaatan urine Sapi yang
Difermentasi sebagai Nutrisi Tanaman.
(online), di akses tanggal,20 Januari
2010Oleh Riyanto, Ph.D.

Alex. 2012. Sukses Mengolah Sampah Organik


Dari data tersebut diambil kesimpulan berdasarkan Menjadi Pupuk Organik. Pustaka
presentase tertinggi dari 25 orang panelis tak Baru Press. Yogyakarta
terlatih menyatakan warna dari pupuk organik 68 AOAC 1995 chapter 2 sc.6 Point 2.6.01
% panelis menyatakan bahwa warnanya “coklat
kehitaman” sedangkan bau dari pupuk organik 40 Asmin, La Ode.2010. Makalah Kapita Selekta
% panelis menyatakan bahwa pupuk ini “ sangat Material Elektronik Spektofotometri Serapan
bau” . Atom (Ssa/Atomic Absorption
Tabel 14. Hasil uji organoleptik bau Specktrophotometry)

Drs.h.Stamley.Kimia Organik 2.ITB.1998


Fardani,Shinta.Analisis dan Pembuatan Pupuk
Cair dengan Isi perut ikan,Sisa sayur & Kotoran
sapi

Fitriyatno, Suparti, Sofyan Anif. 2011. Uji Pupuk


KESIMPULAN Organik Cair Dari Limbah Pasar
Gundoyo, Wirlilik. 2009. Pembuatan Pupuk Cair
Dari analisis yang telah dilakukan pada sampel Organik. Artikel
pupuk organik cair didapatkan kadar nitrogen
yang 1.36 %, Kadar fosfor 3,04%, Kadar Kalium Hardjono,M.Sc.Dr.Ir Sarwono.1995.Ilmu
0,31%, Kadar C-organik 0,32% dan kandungan Tanah.AKADEMIKA PRESSINDO.Jakarta.
bahan organik 0,55%, pH 6,55, unsur hara mikro
Cu 0ppm, Zn 2ppm, 3,3400ppm Pb -0,1938ppm, Khopar SM.1990.Komposter Dasar kimia
Mn 59.3108ppm dan (-) negatif adanya bakteri Analitik.UI press.jakarta.
Salmonella, cemaran mikroba metoda MPN
didapatkan hasil 1.53 × 102 cfu/mL. Kristian.2008. Cara Cepat Membuat
Sehingga pupuk ini dapat digunakan untuk Komposter.Jakarta : Angro Media Pustaka.
tanaman untuk pengaplikasian pupuk tersebut PERATURAN MENTERI PERTANIAN
pada tanaman yaitu dengan mencampurkannya NO.70/Permentan/SR.140/10/2011
dengan air (1:10), dengan cara disemprotkan pada Respati. 1980. Pengantar Kimia Organik .jilid III.
daun. Penerbit rinekacipta.Jakarta

Page 60
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Salmonella - Wikipedia bahasa Indonesia, Soeryoko,Heri. 2010. Kiat Pintar Memproduksi
ensiklopedia bebas. Kompos dengan Pengurai Buatan Sendiri –
Ed.I. Andi. Yogyakarta.
Siboro, E., Edu Surya dan Netti Herlina. 2013.
Pembuatan Pupuk Cair Dan Biogas Dari SNI 01-3554-2006
Campuran Limbah Sayuran . Jurnal Teknik Kimia
USU, Vol. 2, No.3 SNI 01-2332.1-2006

Page 61
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PEMBUATAN DAN ANALISIS ASAP CAIR (Liquid Smoke) GRADE 2
SEBAGAI PENGAWET ALAMI DARI SEKAM PADI
(Oryza Sativa L.)

Ria Elvi Susanti dan Divo Wahid Firman dan Meliza Wahyuni*) dan Sri Utari Suryani

Laboratorium SMK-SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V Kel.kapalo koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

*) Corresponding author E-Mail : melizawahyuni96@gmail.com

ABSTRAK

Asap cair sekam padi merupakan suatu hasil kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran
tidak sempurna dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa serta karbon lainnya.
Asap cair Grade 2 (dua) digunakan sebagai pengawet makanan pada makanan dengan rasa asap seperti daging
asap dan bandeng asap/ikan asap. Asap cair mengandung berbagai komponen kimia seperti fenol, aldehid, keton,
asam organik, alkohol dan ester. Berbagai komponen kimia tersebut dapat berperan sebagai antioksidan dan
antimikroba serta memberikan efek warna, citarasa khas asap dan umur simpan produk asapan. Tujuan dari
penelitian ini adalah dapat mengetahui angka lempeng total, ph, kadar abu, kadar air, uji kualitatif fenol, kadar
keasaman, kadar nitrogen, kandungan karbonil, selulosa, hemiselulosa, luas daerah halo dan logam Cu. Dari hasil
penelitian yang di dilakukan didapat angka lempeng total 0, ph 4,01, kadar abu 0,07%, kadar air 93,30%, kadar
keasaman 1,85%, kadar nitrogen 0,125%, identifikasi fenol (+), identifikasi karbonil (+), selulosa 16,78%,
hemiselulosa 0,68%, luas daerah halo konsentrasi 25% = 0,82cm 2, 50% = 4,87cm2, 100% = 6,43cm2, logam Cu pada
asap cair grade 2 ini tidak ditemukan/tidak ada.

Kata kunci : sekam padi, asap cair grade 2

ABSTRACT

Liquid smoke rice husk is a result of condensation or condensation of vapor result of incomplete combustion
of material which contains lignin, cellulose, hemicellulose and other carbon. Liquid smoke Grade 2 (two) is used as a
food preservative in food with smoked taste like bacon and smoked milkfish / smoked fish. Liquid smoke contains
many chemical components such as phenols, aldehydes, ketones, organic acids, alcohols and esters. Various
chemical components can act as an antioxidant and antimicrobial and give effect to color, distinctive flavor and shelf
life of the product smoke asapan. The purpose of this study was able to determine the total plate count, pH, ash
content, moisture content, qualitative test phenols, acidity, nitrogen, carbonyl content, cellulose, hemicellulose, area
halo and Cu. From the results of research conducted obtained in total plate count of 0, pH 4.01, 0.07% ash content,
moisture content of 93.30%, 1.85% acidity, nitrogen content of 0.125%, identification of phenol (+), identification
carbonyl (+), 16.78% cellulose, hemicellulose 0.68%, the area halo concentration of 25% = 0,82cm2, 50% =
4,87cm2, 100% = 6,43cm2, liquid smoke Cu on this grade 2 not found / no.

Keyword : rice husk, liquid smoke grade 2

Page 62
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PENDAHULUAN limbah pertanian yang banyak ditemukan di Padang
adalah sekam padi.
Kasus pemakaian bahan pengawet formalin
pada bahan makanan sekarang ini masih marak BAHAN DAN METODE
diperbincangkan publik.Dalam konsentrasi yang
sangat kecil (<1%) digunakan sebagai pengawet Metodologi yang digunakan untuk analisa produk
untuk berbagai barang konsumen seperti asap cair liquid smoke adalah: Uji Kualitatif Fenol,
pembersih rumah tangga, cairan pemcuci piring, Kadar Keasaman, Kadar Nitrogen, Angka Lempeng
sampo mobil, dan pembersih karpet.Melalui Total, pH, Kadar Abu, Kadar air, Identifikasi
sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, Karbonil Metode Fehling, Uji Kadar Selulosa dan
ditemukan sejumlah produk makanan yang Hemiselulosa Metode Chesson, Uji Difusi Cakram,
menggunakan formalin sebagai pengawet. Amalan Penetapan Kadar Cu Metode AAS.
yang salah seperti ini dilakukan oleh pengelola
makanan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa Sumber bahan baku pembuatan asap cair
contoh produk yang sering mengandung formalin
Bahan baku pembuatan asap cair dari sekam padi
misalnya ikan segar, ayam potong, mie basah dan
ini dibeli di tempat penggilingan padi di Limau
tahu yang beredar di pasaran.
Manis Kecamatan Pauh Kota Padang.
Asap cair merupakan suatu hasil
kondensasi atau pengembunan dari uap hasil
Alat dan bahan
pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan
yang banyak mengandung lignin, selulosa,
hemiselulosa serta karbon lainnya (Darmaji, P, Alat yag digunakan berupa, drum, pipa, slang, botol
2002; Girrard, J.P, 1992).Asap cair digunakan penampung, labu destilasi, Erlenmeyer, konektor,
sebagai pengawet makanan karna telah melalui pendingin, heating mantel, kolom, corong, standar
beberapa tahap yaitu pemurnian dan penyaringan. klem, gelas piala.
Pertama tahap pirolisis (pembakaran), selama
proses pirolisis (pembakaran) komponen bahan Bahan
baku tersebut akan mengalami pirolisa asap cair, Sekam padi, minyak tanah, kapas, zeolit, arang.
tar, dan arang. Pirolisis adalah proses penguraian
yang tidak teratur dari bahan-bahan organik atau Pembuatan Produk
senyawa kompleks menjadi zat dalam tiga bentuk
yaitu padatan, cairan, dan gas yang disebabkan
oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan
dengan udara luar pada suhu yang cukup tinggi
(Sulaiman, 2004). Tahapan selanjutnya yaitu
pemurnian asap cair, adalah destilasi yaitu
pemisahan berdasarkan titik didih pada temperatur
150°C-200°C untuk mendapatkan grade sekaligus
meminimalkan kandungan tar yang sangat
berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya dilakukan
penyaringan dengan karbon aktif dan zeolit
(Demarco,1998). Penyaringan dengan zeolit aktif
bertujuan untuk mendapatkan asap cair yang
benar-benar bebas dari zat berbahaya seperti
benze(a)pyrene. Sedangkan filtrasi dengan karbon
aktif bertujuan untuk mendapatkan filtrat asap cair
dengan bau asap yang ringan dan tidak menyengat.
Asap cair grade 2 yang diperoleh setelah
penyaringan ini berwarna bening, rasa sedikit
asam, beraroma netral, kualitasnya tinggi dan tidak
mengandung senyawa yang berbahaya untuk
diaplikasikan dalam produk makanan (Oramahi,
2009). Gambar 1 . Skema pembuatan produk
Bahan dasar yang dapat digunakan untuk
membuat asap cair ini bisa diperoleh dari limbah-
limbah pertanian misalnya sekam padi, batang padi,
batang jagung, dan batang tembakau. Salah satu

Page 63
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
selama 2 jam. Setelah itu didinginkan dalam
desikator, lalu ditimbang.Pengabuan diulangi
sampai bobot tetap.

Penetapan kadar air metode gravimetri cara


penguapan:
Ditimbang 2 gram contoh dalam cawan penguap
yang telah diketahui bobotnya. Dibiarkan selama 2
jam dalam oven 100-105 0C. Setelah itu
didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang.
Pekerjaan ini dilakukan berulang kali dengan
waktu selang 1 jam sampai bobot tetap.

Uji Kualitatif Fenol(menggunakan FeCl3) :


Uji ini digunakan untuk mendeteksi senyawa fenol
yang sederhana. Uji ini dapat dilakukan dengan
cara menambahakan FeCl3 1% yang sudah
dilarutkan di dalam air atau etanol kemudian
diteteskan ke larutan sampel. Hasil yang positif
menimbulkan warna hijau, ungu, hitam, biru dan
merah. (Harbone , 1987)

Penetapan Kadar Nitrogen Metode Makro


Kjehdahl :
Tahap Destruksi :
Disiapkan peralatan dalam keadaan bersih dan
kering. Asap cair ditimbang sebanyak 4,0000 gr
Alat dan bahan secara teliti dengan menggunakan neraca analitik.
Alat yangdigunakan merupakan alat gelas yang Sampel yang telah ditimbang dimasukkan kedalam
biassa dipakai di Laboratoriu, autoklaf, incubator, labu kjedal. Dicampuran selen ditimbang 2 gr
aas, ph meter, desikator, furnace, kompor gas. dengan neraca kasar, kemudian ditambahkan
campuran selen pada sampel dalam labu
Cara kerja pengujian mutu produk kjedal.H2SO4 pekat ditambahkan 15 ml dan
Penetapan angka lempeng total (ALT) : beberapa butir batu didih kedalam labu kjedal.
Alat, bahan, dan area kerja dalam keadaan steril. Proses destruksi dilakukan diatas nyala api
Dipipet aquadest sebanyak 9 ml dan dimasukkan kompor gas dengan api kecil, dimana labu kjedal
kedalam 3 tabung reaksi (10-1,10-2,10-3). dipasang miring 450 pada standar dan klem saat
Disterilkan dalam autoklaf.Pipet 1 ml sampel, proses destruksi berlangsung.Api kompor gas
dimasukkan kedalam tabung reaksi 10-1 dan dapat dibesarkan setelah pemanasan sekitar 15
dihomogenkan. Lakukan hingga pengenceran 10-3. menit dan kocok larutan yang di destruksi setiap
dipipet 1 ml pengenceran 10-2 dan dimasukkan 15 menit. Destruksi dihentikan jika warna larutan
kedalam cawan petri steril. Dilakukan pula pada telah berubah menjadi hijau jernih. Jika larutan
pengenceran 10-3. Ditambahkan media PCA telah hijau jernih, dihentikan proses destruksi dan
hingga 1/3 bagian cawan petri. Dilakukan didinginkan larutan didalam penangas air.
pengerjaan triplo. Dihomogenkan dan tunggu Ditambahkan 100 ml aquadest dalam labu kjedhal
hingga media beku. Diinkubasi dalam inkubator yang didinginkan dalam air es. Lalu ditambahkan
dan amati setelah 2 hari. perlahan – lahan larutan NaOH 30 % sebanyak 50
ml yang sudah didinginkan dalam lemari es.
Penetapan pH dengan menggunakan pH meter:
Dicelupkan elektroda yang telah dibersihkan Tahap Destilasi :
dengan air suling ke dalam contoh yang akan Cairan di dalam labu kjedhal dituangkan ke labu
diperiksa. Sesuaikan suhu dengan contoh.Catat destilasi dan tetesi beberapa tetes 2 – 4 tetes
dan baca pH pada pH meter. indhikator pp. Dipasang dan disiapkan semua alat
destilasi mulai dari labu suling, pendingin lurus
Penetapan Kadar Abu : dan erlenmeyer dan dihubungkan dengan sumber
Ditimbang 2 gram contoh dalam cawan porselen air menggunakan selang air. Erlenmeyer untuk
yang telah diketahui bobotnya. Diarangkan di atas menampung destilat diisi 50 ml larutan standar HCl
api. Diabukan dalam furnace pada suhu 500 0C 0,1 N dan 5 tetes indicator MM ( berwarna merah ).
Page 64
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Mulut labu suling ditutup dengan gabus, didestilasi Uji Difusi Cakram :
larutan tersebut. Proses destilasi dapat dihentikan Disiapkan media steril dan lampu spritus. Dibuat
sampai destilat yang tertampung sebanyak 75 ml. konsentrasi larutan sampel sebanyak 25%, 50%,
Pendingin lurus dibilas dengan aquadest dan hasil dan 100% masing-masing pada 3 buah gelas
bilasan ditampung pada destilat tersebut. piala. Dipotong kertas saring sebanyak 3 buah
Tahap Titrasi : ukuran uang logam. Dimasukkan potongan
Buret diisi dengan larutan NaOH 0,1 N, kemudian tersebut ke dalam larutan sampel yang telah
dititar dengan destilat tersebut. Titrasi dilakukan dibuat konsentrasinya tadi, direndam selama 30
hingga warna sampel berubah menjadi kuning menit. Dibuat suspensi bakteri (bakteri luka) dari
(TAT). Dibuatlah juga larutan blanko dengan biakan murni bakteri dengan cara memasukkan 5
mengganti bahan dengan aquadest lakukan ml aquades steril kedalam biakan murni bakteri
destruksi , destilasi dan titrasi seperti pada bahan digoyang tabung reaksi sampai koloni bakteri
sampel. lepas dari agar. Dipindahkan suspense bakteri
kedalam Erlenmeyer steril. Dipipet 1ml suspensi
Penentuan kadar keasaman : bakteri dan masukkan kedalam cawan petri steril
Dipipet 10 ml contoh, dimasukkan ke dalam labu secara aseptik. Dituang media NA steril kedalam
ukur 100 ml dan diencerkan dengan air suling cawan yang telah di isi suspensi bakteri tadi
sampai tanda garis.Kocok dengan seksama. secara aseptic, dan dibiarkan beku. Diambil kertas
Disaring dan dipipet 10 ml dengan pipet gondok, saring yang telah direndam dengan larutan sampel
disaring dan dititar dengan larutan NaOH 0,1, tadi dengan pinset, dimasukkan kedalam cawan
gunakan phenolphelein sebagai indikator. yang telah berisi media NA steril (letakkan pada
posisi di tengah-tengah media) secara aseptik.
Identifikasi Karbonil Metode Fehling : Diinkubasi di dalam inkubator dan amati 1 x 24
Disiapkan semua alat dan bahan. Dimasukkan 1ml jam. Diukur luas daerah halo (daerah bebas
sampel kedalam tabung reaksi. Dibersihkan semua mikroba) dan ditentukan potensi larutan sampel
alat dan Ditambahkan 5 tetes pereaksi Fehling A dengan memilih luas daerah halo yang paling
dan 5 tetes Fehling B kedalam tabung reaksi besar dari uji yang telah dilakukan.
tersebut. Kemudian dipanaskan diatas penangas
air. Lalu amati warna yang terbentuk, jika terbentuk Penetapan Kadar Cu Metode AAS
warna merah bata maka positif adanya karbonil. Larutan Induk dari titrisol Cu 1000 ppm.
Dibersihkan semua alat dan keringkan. Larutan Intermediet : Pipet 10ml larutan induk
1000ppm menggunakan pipet gondok.
Uji Kadar Selulosa dan Hemiselulosa Metode Dimasukkan kedalam labu ukur 100ml.
Chesson : Diencerkan dengan aquabidest hingga tanda
disiapkan semua alat dan bahan. Konstankan batas. Dipaskan dengan aquabidest lalu
cawan penguap dan kertas saring sekaligus di dihomogenkan.
dalam oven pada suhu 105˚C + 2 jam. Ditimbang Larutan Deret Standar : Dimasukkan larutan
10 gram sampel (berat a) kedalam erlenmeyer intermediet kedalam buret. Diturunkan beberapa
ditambahkan 150 ml aquadest dan direfluk pada volume dari buret ke labu ukur 50ml, dengan
suhu 100˚C dengan waterbath selama 1 jam. Hasil volume tertentu untuk membuat deret 0, 1, 2, 3, 4,
refluk tadi disaring, residunya dicuci dengan air dan 5 ppm. Ditambahkan 3 tetes HNO3
panas 300 ml. Residu kemudian dikeringkan pekat.Paskan dengan aquabidest lalu
dengan oven sampai beratnya konstan dan dihomogenkan.
kemudian ditimbang (berat b). Hasilnya disaring Preparasi Sampel : Tuang sebanyak 100 ml
dan dicuci sampai netral (300 ml) dan residunya sampel dimasukkan ke dalam gelas piala.
dikeringkan hingga beratnya konstan.Berat Ditambahkan HNO3 pekat 5ml. Lalu dilakukan des
ditimbang (berat c). Residu kering ditambahkan truksi hingga volumenya setengah dari volume
100 ml H2SO4 72 % dan direndam pada suhu awal. Setelah volumenya setengah ditambahkan
kamar selama 4 jam. Ditambahkan 150 ml H2SO4 lagi HNO3 pekat 5ml. Didestruksi lagi hingga
1 N dan direfluk pada suhu 100˚C dengan warnanya bening.
waterbath selama 1 jam pada pendingin balik.
Residu disaring dan dicuci dengan aquadest Uji Organoleptik :
sampai netral (400 ml).Residu kemudian Disiapkan alat dan bahan. Dicampurkan 15 ml
dipanaskan dengan oven pada suhu 105˚C sampai larutan asap cair untuk 1 liter air pada ikan atau
beratnya konstant dan ditimbang (berat d). daging segar.Rendam selama 30 menit.
Dikeringkan dan disimpan. Diamati selama 3 hari.
Digoreng ikan atau daging tersebut. Diamati rasa
dan baunya.
Page 65
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN .Berartikadar Nitrogen yang terdapatdalam asap
cair yang dibuat melebihi standar 0,1 % yang
Penetapan kadar fenol telahditetapkan Literatur yaitumaksimal0,1%.
Tabel 1. Kadar fenol Mungkin terjadi sedikit kesalahan tak terduga
dalam proses destruksi,destilasi dan titrasi.Namun
hasil yang didapatkan tidak terlalu jauh dari
literature maksimal yaitu 0,1 %.

Penetapan angka lempeng total


Tabel 5. Angka lempeng total

Berdasarkan data diatas didapat hasil analisa


penetapan kadar fenol positif berwarna merah
.
Pengujian pH
Tabel 2.pH
Dari hasil praktikum angka lempeng total pada
pengamatan tidak ditemukan adanya koloni
mikroba, ini membuktikan bahwa asap cair grade 2
sebagai pengawet alami baik digunakan karena
bebas dari mikroba.Acuan ini mengacu pada
sumber SNI 2725.1:2009 persyaratan mutu dan
Dari data diatas didapatkan pH pada asap cair keamanan pangan.
yaitu 4,01. Hasil yang didapat Acuan ini bersumber
dari Laboratorium LPPT UGM tahun 2007 dalam Penentuan kadar abu metode gravimetri
Ihwan, 2008. Tabel 6. Kadar abu

Penetapan kadar keasaman :


Tabel 3. Kadar keasaman

Dari data diatas didapatkan kadar abu 0,07 %


dalam asap cair. Hasil dari kadar abu pada asap
cair di bawah standar acuan, berarti hasilnya
bagus dan memenuhi standar. Acuan hasil dari
analisa mengacu pada sumber Pranata (2007).

Berdasarkan tabel diatas didapatkan kadar Penentuan kadar air metode gravimetri
keasaman ( dihitung sebagai asam asetat ) Tabel 7. Kadar air
sebesar 1,85 %. Berarti kadar keasaman yang
terdapatdalam asap cair yang dibuat tidak melebihi
standar 1 - 18 % yang telahditetapkan Literatur
yaitumaksimal 18 % sehinggaSenyawa-senyawa
asam mempunyai peranan sebagai antibakteri dan
membentuk citarasa produk asapan. Dari data diatas didapatkan kadar air 93,30 %
dalam asap cair. Berdasarkan acuan yang
Penetapan kadar nitrogen bersumber dari Laboratorium LPPT UGM tahun
Tabel 4. Kadar nitrogen 2007 dalam Ihwan, 2008. Hasil yang didapat tidak
sesuai dikarenakan tidak didapatkan bobot
konstan penimbangan karna saat praktikum
memakai oven yang bersamaan dengan praktikan
lainnya.
Dari data diatas didapatkan karbonil dalam
asap cair positif (+). Acuan hasil dari analisa
mengacu pada literatur (hasil uji dari orang lain)
yaitu dengan standar acuan (+) karena belum ada
Berdasarkan tabel 3 didapatkan kadar SNI asap cair sekam padi.
Nitrogen hasil penitaran I 0,12 % II 0,13 %

Page 66
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Uji kadar hemiselulosa dan selulosa metode Penetapan kadar Cu metode AAS
chesson Tabel 12. Deret standard Cu
Tabel 9. Kadar hemiselulosa

Dari data diatas didapatkan kadar


Hemiselulosa 0.68% dalam asap cair. Acuan hasil
dari analisa mengacu pada literatur (hasil uji dari
orang lain) yaitu 2.18% karena belum ada SNI
asap cair sekam padi.
Tabel 10. Kadar selulosa Tabel 13. Konsentrasi sampel

Dari data diatas tidak didapat kadar Cu dalam


Dari data diatas didapatkan kadar Selulosa asap cair. Acuan hasil dari analisa mengacu pada
16.78% dalam asap cair. Acuan hasil dari analisa literatur (hasil uji dari orang lain) karena belum ada
mengacu pada literatur (hasil uji dari orang lain) SNI asap cair sekam padi.
yaitu 21.08% karena belum ada SNI asap cair
sekam padi. Uji organoleptik
Tabel 14. Hasil uji organoleptik
Uji difusi cakram
Tabel 11. Difusi cakram

Dari hasil organoleptik berdasarkan


tingkatanrasa didapat hasil sedikit rasa asap, dan
untuk tingkatan bau didapat hasil tidak berbau.

KESIMPULAN
Uji organoleptik
Tabel 14. Hasil uji organoleptik Dari hasil pembuatan asap cair dari sekam padi
didapatkan 4 liter asap cair grade2 dari 300kg
sekam padi yang telah mengalami proses pirolisis,
1 kali destilasi dan 1 kali penyaringan. Dari hasil
penelitian yang di dilakukan didapat angka
lempeng total 0, ph 4,01, kadar abu 0,07%, kadar
Dari data diatas didapatkan luas daerah halo air 93,30%, kadar keasaman 1,85%, kadar
memasuki standar acuan. Acuan hasil dari analisa nitrogen 0,125%, identifikasi fenol (+), identifikasi
mengacu pada literatur (hasil uji orang lain) yaitu karbonil (+), selulosa 16,78%, hemiselulosa
luas daerah halo pada konsentrasi 25% = 0.75 0,68%, luas daerah halo konsentrasi 25% =
cm2, 50% = 1.34 cm2, 100% = 2.35cm 2. Karena 0,82cm2, 50% = 4,87cm 2, 100% = 6,43cm 2, logam
belum ada SNI asap cair sekam padi. Cu pada asap cair grade 2 ini tidak
ditemukan/tidak ada. Hasil dari analisa diatas
menyatakan bahwa pembuatan asap cair grade2
ada yang sesuai dengan standard acuan dan ada
yang tidak karna pemakaian alat untuk praktek
bersamaan dengan praktikan lain. Tetapi secara
garis besar asap cair grade 2 ini aman untuk
dikonsumsi.

Page 67
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
SARAN Pembuatan Asap Cair Sebagai Pengawet
Makanan Alami. Teknik Kimia Universitas
Diharapkan pada badan standar nasional Malikussaleh Lhokseumawe. Aceh.
indonesia untuk membuatkan SNI Asap Cair dan
lengkap dengan kandungan kimia yang ada dalam SNI (Standar Nasional Indonesia) No. 01-2891-
asap cair, supaya ada acuan yang kuat sebagai 1992. Cara Uji Makanan Dan Minuman. Badan
pegangan para peneliti.Diharapkan pula pada Standarisasi Nasional.
masyarakat agar dapat memanfaatkan sekam padi
dengan baik sebagai asap cair untuk bahan Wikipedia bahasa Indonesia. Uji Organoleptik
pengawet alami. Dengan begitu dapat dalam :http://id.wikipedia.org/wiki/Uji_organoleptik
mengurangi limbah dan polusi. Dengan demikian
dapat menghemat biaya karena tidak perlu untuk Yeniza, S.Pd. 2006.Modul Analisis Gravimetri.
mengeluarkan biaya untuk membeli bahan Padang : SMAK
pengawet lagi, karena alat pembuatannya
sangatlah sederhana.

DAFTAR PUSTAKA

Champagne, Elaine T. 2004. RICE: Chemistry and


Technology. American Association of Cereal
Chemists Inc. St.Paul, Minnesota, USA.

Darmadji, P. 2003. Perancangan Pengolahan


Sampah Kota Berwawasan Lingkungan Berbasis
Teknologi Asap Cair. Agritech. Fakultas Teknologi
Pertanian. UGM.Yogyakarta. 25(4) : 200-204.

Guillen, M.D. and Ibargoitia, L. 1999. Influence of


the Moisture Content on the Composition of the
Liquid Smoke Produced in the Pyrolysis of
FagusSylvatica L. Wood. J. Agrid. Food Chem. 47:
4126-4136.

Jaya, I Ketut, Darmadji, P, danSuhardi. 1997.


Penurunan Kandungan Benzo(A) pyrene Asap
Cair dengan Zeolit dalam Upaya Meningkatkan
Keamanan Pangan. Prosiding Seminar
Tek.Pangan. Hal 11-18.

Juhansa, Roy. 2010. Pengembangan Alat


Penghasil Asap Cair Skala Industri Kecil. [Skripsi].
Fakultas Teknologi Pertanian. Unand. Padang.

Mashuri, M. 2008. Pemurnian Asap Cair .http://


produkkelapa. wordpress. com/2009/03/06/
infrastruktur-pengolahan-asap-cair/ (27 April 2010
)
P. Darmaji, Aktivitas Antibakteri Asap Cair yang
Diproduksi dari Bermacam- Macam Limbah
Pertanian, Laporan Penelitian Mandiri, DPP-UGM,
1996, 16: 19-22.

P. Darmaji, Produksi Asap Cair dan Sifat-sifat


antimokroba, Antioksi dan serta Sensorisnya.
Laporan Penelitian Mandiri. DPP-UGM.

Pranata, J. 2007. Pemanfaatan Sabut dan


Tempurung Kelapa serta Cangkang sawit untuk
Page 68
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Pembuatan dan Analisis Sabun Pembersih Wajah dari Minyak
Kelapa dengan Bahan Aditif Ampas Teh (Camellia sinensis)

Nia Sri Yulia, Thisa Resti Darma, dan Silvania Lorina


Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl. Alai Pauh V Kel.Kapalo koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

*) corresponding author email : niasriyulia@gmail.com

ABSTRAK

Sabun pembersih wajah adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan wajah yang berfungsi untuk menghilangkan bekas jerawat. Ampas teh mengandung Polifenol
berupa katekin dan flafanol yang berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkap radikal bebas dalam tubuh.
Vitamin E pada teh berfungsi membuat kulit menjadi halus. Antioksidan dari teh mengangkat sel kulit mati dan
memperlancar peredaran darah sehingga membuat kulit tidak kusam dan cerah. Minyak kelapa merupakan
minyak nabati yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak Kelapa kaya akan vitamin E
yang berfungsi menjaga kesehatan kulit, juga berfungsi sebagai antioksidan. Sabun merupakan campuran
garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan
dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal
dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Dari
pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil bilangan penyabunan sebesar 666,7 mg NaOH, kadar alkali bebas
0,07 %, uji minyak mineral negative, uji difusi cakram dengan konsentrasi 5% dan pH sabun 10,82

Kata kunci : sabun, minyak kelapa, ampas teh

ABSTRACT

Soap is a surfactant that is used with water for washing and cleaning for face. Dregs of tea contains
polyphenols such as catechins and flafanol that act as antioxidants to capture free radicals in the body. Vitamin E
in tea serves to make the skin smooth. Antioxidants from tea remove dead skin cells and accelerate blood
circulation making the skin is not dull and bright. Coconut oil is a vegetable oil that is often used in soap making
industry. Coconut oil is rich in vitamin E, which serves to maintain healthy skin, also functions as an antioxidant.
Soap is a mixture of sodium or potassium salts of fatty acids which can be derived from oils or fats with reacted
with alkali (such as sodium or potassium hydroxide) at a temperature of 80-100 ° C through a process known as
saponification. Fat will be hydrolyzed by alkali, produce glycerol and crude soap. From the tests carried out
showed saponification of 190.6 mg of NaOH, free alkali content of 0.07%, a negative test mineral oil, disc
diffusion test with broad halo area of 11 cm and pH soap 10.82

Keywords: soap, coconut oil, tea waste

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah mengembalikan kesehatan kulit. Sabun adalah
tidak asing lagi dengan yang namanya sabun. surfaktan yang digunakan dengan air untuk
Sabun pada umumnya dikenal dalam bentuk mencuci dan membersihkan.
batangan, krim dan bentuk cair. Sabun sudah (Artikelkesehatanwanita,2008)
menjadi salah satu kebutuhan yang sangat Sabun biasanya berbentuk padatan
penting bagi masyarakat masa kini. Sabun tercetak yang disebut batang. Sabun yang telah
pembersih memiliki beberapa jenis, tergantung berkembang sejak zaman mesir kuno berfungsi
pada fungsinya. Ada sabun pembersih wajah dan sebagai alat pembersih dengan berbagai macam
ada juga sabun pembersih tubuh. Seiring dengan bahan baku. Bahan baku dalam pembuatan
perkembangan teknologi, sabun pembersih tidak sabun bias dibuat dari miyak nabati yang
hanya dipakai untuk membersihkan kulit dari diproduksi dari minyak kelapa, minyak kelapa
kuman dan bakteri saja. Namun juga untuk sawit, minyak jagung dan lain sebagainya.
mencerahkan, menghaluskan dan
Page 69
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Kelapa merupakan sumber daya alam BAHAN DAN METODE
yang menakjubkan, khususnya minyak kelapa.
Minyak kelapa memiliki fungsi dan peranan yang Metodologi penelitian
sangat banyak, baik dari segi nutrisionalnya Metoda yang digunakan untuk analisa bahan
maupun farmasetikalnya. Karena minyak kelapa baku minyak kelapa yaitu Penetapan bilangan
mengandung asam laurat yang tinggi (45% - penyabunan metoda Volumetri secara Asidimetri.
55%) dan juga mengandung asam lainnya.Asam Dan untuk analisa produk sabun pembersih
laurat adalah asam lemak jenuh dengan rantai wajah yaitu Kadar asam lemak jumlah metode
sedang atau disebut juga dengan trigliserida Ekstraksi (kocok), Uji minyak pelikan, Penetapan
rantai sedang.(Amin. S:2009) kadar air metode Thermogravimetri, Uji difusi
Minyak kelapa dijadikan bahan cakram, Uji alkali bebas metode Asidimetri dan
pembuatan produk kecantikan natural dan Penetapan pH.
alamiah. Kandungan anti bakteri dan anti jamur
menghindarkan kita dari infeksi serta jerawat. Sumber bahan baku dan bahan aditif
Tidak hanya itu saja, minyak kelapa juga memiliki pembuatan sabun
kekuatan melembabkan yang sangat bagus dan Minyak kelapa dibeli dari sebuah swalayan di
mudah diserap. Bandar buat dan ampas teh dibeli dari rumah
Ampas teh (Camellia sinensis) makan Singgalang Maimbau di Belimbing
merupakan salah satu sampah atau limbah yang
dapat diolah untuk menghasilkan produk bernilai
tinggi. Teh merupakan salah satu minuman yang
paling banyak dikonsumsi diberbagai negara.
Indonesia adalah penghasil teh terbesar kelima
di dunia. Teh konon ditemukan secara tak
sengaja ketika daun-daun nya masuk ke dalam
air yang tengah dijerang untuk khaisar Shen Nun
di China pada 2737 SM. Kita percaya dengan
meminum teh secara rutin dapat meningkatkan
daya tahan tubuh, mengatasi stres, dan
memperlambat proses penuaan. Dan ternyata
khasiat teh tidak hanya dapat kita peroleh
dengan meminum seduhan teh saja. Kita juga
bisa memanfaatkan ampas dari seduhan teh
tersebut. Teh yang mengandung vitamin C dan
vitamin E ini sangat bagus digunakan untuk
perawatan tubuh seperti halnya mencerahkan
kulit, atau memutihkan kulit. (dropfamous 2014)
Kandungan polifenol dan antioksidan
pada teh juga dapat membantu untuk
mengurangi bintik hitam diwajah. Selain untuk
menghilangkan bekas jerawat, ampas teh juga
bermanfaat untuk menghaluskan wajah. (doni
sehat, 2004)
Sehingga hal inilah yang menjadi latar
belakang penulis untuk mengangkat judul Gambar 1. Skema pembuatan produk
“Pembuatan dan Analisis Sabun Pembersih
Wajah dari Minyak Kelapa dengan Bahan Aditif Alat yang digunakan, alat gelas yang biasa
Ampas Teh (Camellia sinensis)” sebagai laporan digunakan di Laboratorium.
Analisis Terpadu II untuk salah satu persyaratan Bahan
dalam menyelesaikan studi di SMK – Sekolah Minyak kelapa,NaOH, aquadest, gliserin, alkohol,
Menengah Analis Kimia (SMAK) Padang. gula pasir, NaCl, ampas teh, biang farfum
Sabun yang dihasilkan dalam penelitian ini diuji
dengan beberapa prosedur uji yaitu uji kualitas, Cara Kerja Pengujian Mutu Produk
uji efektivitas, serta uji keamanan sabun. Penetapan bilangan penyabunan pada minyak
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kelapa : Ditimbang 2 gram sampel dalam
sabun yang dihasilkam telah sesuai dengan erlenmeyer dengan neraca analitik, ditambahkan
Standar Nasional Indonesia (SNI 06-3532-1994). 25 ml KOH alkohol dengan menggunakan gelas
ukur, lalu dipasang pendingin tegak dan refluk
Page 70
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
selama 1 jam. Setelah direfluk, ditambahkan 2-3 yan telah diisi suspensi bakteri dan dibiarkan
tetes indikator phenolphtalein (PP) dan titrasi beku, diambil kertas saring yang di rendam di
dengan HCl 0,5 N hingga warna pink seulas. dalam sabun tadi menggunakan pinset dan
Dilakukan pengerjaan yang sama pada blanko. dimasukkan ke dalam cawan berisi media,
diinkubasi ke dalam inkubator dan amati selama
Penetapan kadar air metode thermogravimetri 1x24 jam, diukur daerah halo dengan rumus luas
Disiapkan semua alat dan bahan, ditimbang lingkaran.
dengan teliti sampel yang telah disiapkan
sebanyak 4 gram dengan menggunakan cawan Uji alkali bebas metode asidimetri : Ditimbang
penguap yang telah diketahui beratnya. sampel sabun sebanyak 5 gram, ditambahkan
Dipanaskan dalam oven selama 2 jam dengan 100 ml alkohol 96% netral, ditambahkan
suhu 1050C sampai berat tetap. hitung kadar air beberapa batu didih, ditambahkan 2-3 tetes
yang terdapat dalam sampel. indikator pp, dipanaskan diatas penangas air
memakai pendingin tegak selama 30 menit, lalu
Analisis kadar asam lemak jumlah dengan titar dengan larutan HCl 0,1 N dalam alkohol
metode ekstraksi (kocok) : Ditimbang 10 gram sampai warna pink hilang.
contoh kedalam gelas piala dan dilarutkan
dengan 50 ml air, ditambahkan beberapa tetes Penetapan pH : kalibrasi pH meter denan
jingga metil, kemudian H2SO4 20% berlebihan larutan buffer (4, 7, 10), dilakukan setiap saat
hingga semua asam lemak terbebaskan dari akan melakukan pengukuran, dicelupkan
natrium, yang ditunjukkan oleh timbulnya warna elektroda yan telah dibersihkan dengan air suling
merah. Kemudian dimasukkan dalam corong kedalam contoh yan akan diperiksa, dicatat dan
pemisah, endapan dan lainnya jangan baca nilai ph pada skala ph meter.
dimasukkan kedalam corong pemisah, endap
tuangkan dengan heksana dan larutan air HASIL DAN PEMBAHASAN
dikeluarkan dan larutan heksan ditampung dalam
gelas piala. Pengujian ini diulangi sampai pelarut Penetapan bilangan penyabunan :
berjumlah kurang lebih 100 ml, Pelarut dikocok Tabel 1. Hasil penetapan bilangan penyabunan
dan dicuci dengan air sampai tidak bereaksi
asam (lihat dengan kertas pH). Tiap-tiap
pengocokkan dipakai 10 ml air. Lalu pelarut
dikeringkan dengan CuSO4 kering, saring dan
dimasukkan kedalam labu lemak yang telah
ditimbang terlebih dahulu beserta batu didih dan
pelarut disuling lalu labu dikeringkan pada suhu
102C - 105C sampai bobot tetap.
Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk
Uji minyak pelikan : Ditimbang 5 gram contoh,
menyabunkan 1 gram minyak disebut
ditambahkan 3 ml aquadest dan dipanaskan
bilanganpenyabunan. Analisis ini dilakukan guna
sampai larut. Lalu pipet 1 ml dan dimasukan
mengetahui komposisi KOH/NaOH yang akan
kedalam tabung reaksi, ditambahkan 5 ml KOH
ditambahkan untuk pembuatan sabun. Setiap
0,5 N dalam alkohol, dipanaskan hingga
bahan baku (Minyak) berbeda komposisi
mendidih. Kemudian ditambahkan air tetes demi
KOH/NaOH yang akan ditambahkannya. Untuk
tetes. Jika keruh (+) , jika tidak (-)
bahan baku minyak kelapa didapatkan hasil
KOH/NaOH yang dapat ditambahkan ada
Uji difusi cakram : Dibuat konsentrasi larutan
pembuatan sabun untuk 1 gram minyak
sabun (antiseptik) 5%, 10%, 15%, dibuat
sebanyak 0,35 gram.
suspensi bakteri (staphylococcusaureus) dari
biakan muni bakteri dengan cara dimasukkan 5 Penetapan Kadar Air :
ml aquadest steril kedalam biakan murni, Tabel 2. Hasil penetapan kadar air
digoyang tabung reaksi sampai koloni lepas dari
agar, dipindahkan suspensi bakteri kedalam
erlenmeyer steril, poton kertas saring dengan
ukuran uang logam, dimasukkan potongan
tersebut kedalam larutan sabun, rendam selama
30 menit, pipet 1 ml suspensi bakteri dan Dari data tersebut terlihat bahwa rata-rata dari
dimasukkan kedalam cawan petri steril secara kadar air pada sabun pembersih wajah ini adalah
aseptik, tuan media NA steril ke dalam cawan 13,99% dimana hasil tersebut sudah
Page 71
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
sesuai dengan range standar yang ditentukan sebagai berikut : Dari pemeriksaan kualitas
dari standar SNI (SNI 06-3532-1994) berarti mutu sabun yan telah dilakukan didapatkan kadar
dari sabun ini sangat baik karena dapat bertahan alkali bebas sebesar I : 0,09%, II : 0,07% dimana
lama dan tidak mudah rusak oleh bakteri nilai tersebut sudah sesuai range standar yang
ditentukan (SNI 06-3532-1994).
Analisis kadar asam lemak jumlah dengan
metode ekstraksi (kocok) : Uji Penetapan pH:
Tabel 3. Hasil kadar asam lemak jumlah Uji pH bertujuan untuk mengetahui tinakat
keasaman atau kebasaan dari sabun tersebut.
Dari pengukuran pH didapatkan hasil bahwa
larutan sabun tersebut memiliki pH 10,82.
Berdasarkan hasil pH sabun tersebut, bahwa
sabun yan dihasilkan bersifat basa. Beberapa
jenis sabun memang bersifat basa untuk
Dari pemeriksaan kualitas sabun dengan menjadikan sabun tersebut sebagai sabun juga
pemeriksaan kadar asam lemak jumlah di akan menyebabkan iritasi pada kulit. Oleh sebab
laboratorium SMK-SMAKPA didapatkan kadar itu diusahakan sabun mandi mempunyai kisaran
asam lemak jumlah sebesar I : 3,7697% , II : pH 8-11 (ASTM D1172-95).
3,8041% dimana nilai yg didapat tidak sesuai
dengan range standar yang ditentukan (SNI 06- Uji Difusi Cakram:
3532-1994). Hal tersebut membuktikan bahwa Tabel 6. Hasil uji difusi cakram
sabun yang didapatkan tidak menghasilkan busa
yang terlalu banyak, karena kadar asam lemak
jumlah erat kaitannya dengan busa yang
dihasilkan dari sabun.

Uji minyak pelikan:


Tabel 4. Hasil uji minyak pelikan

Berdasarkan table diatas didapatkan


hasil negatif untuk pengujian minyak pelikan. Dari pemeriksaan efektifitas sabun yang telah
Dimana hasil tersebut sudah sesuai dengan dilakukan, didapatkan tingkat keefektifan sabun
standar yang ditentukan. SNI 1994 mensyaratkan menghambat pertumbuhan mikroba pada
kadar minyak mineral haruslah negatif. Setelah konsentrasi 5%, dibandinkan denan konsentrasi
dilakukan pengujian terhadap sabun padat hasil 15% menunjukkan keefektifan yan lebih kecil.
penelitian maka didapatkan bahwa semua sabun
padat yang dihasilkan memberikan hasil minyak KESIMPULAN
negatif yang menyatakan bahwa jika terjadi
kekeruhan berarti minyak mineral positif adanya. Setelah dilaksanakan penelitian berupa
Jika larutan tetap jernih berarti adanya minyak pembuatan produk sabun dan analisisnya yang
tidak ternyata, dan dinyatakan negatif (kurang berjudul Pembuatan Sabun Pembersih Wajah
dari 0,05%). Jadi semua sabun yang diuji dari Minyak Kelapa dengan Bahan Aditif Ampas
tersebut tidak mengandung minyak mineral dan Teh (Camellia sinensis). Dan didapatkan hasil
masuk kedalam syarat SNI. analisa dari parameter untuk bahan dasar minyak
kelapa didapatkan bilangan penyabunan sebesar
Uji Alkali Bebas: 0,35 gram. Serta untuk analisa parameter sampel
Tabel 5. Hasil uji alkali bebas sabun didapatkan penetapan kadar air sebesar
14,00% dan 13,99% dengan standar maksimal
15%, analisis kadar asam lemak jumlah sebesar
3,7697% dan 3,8041% dengan standar >70%,
serta negatif (-) terhadap kandungan minyak
mineral. Uji alkali bebas sebesar 0,09% dan
Dari pemeriksaan kualitas sabun dengan
0,07% dengan standar 0,1%, Untuk penetapan
pemeriksaan kadar alkali bebas di laboratorium
pH didapatkan hasil 10,82 dengan standar 8-11.
SMAK-SMAKPA didapatkan kadar alkali bebas
Pada uji difusi cakram setiap konsentrasi yang
Page 72
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
dibuat yaitu 5%, 10% dan 15% terbentuk daerah Nfuadii.analisa sabun praktikum terpadu
halo yang menandakan efektifitas daya bunuh dalam(http://nfuadii.blogspot.com/2014/06/analis
sabun pembersih wajah terhadap bakteri. Pada a-sabun-praktikum-terpadu.html) diakses tanggal
konsentrasi 5% adalah luas daerah halo yang 03 Maret 2015 14.31 WIB
paling besar dibanding konsentrasi konsentrasi
lainnya. Sehingga dapat dikatakan sabun Sudarmadji, Slamet, Suhardi, dan Bambang
pembersih wajah ini sudah dapat digunakan dan Haryono. 1989. Analisis Bahan Makanan dan
diproduksi untuk dipasarkan sebagai produk Pertanian. Yoyakarta : liberti yoyakarta
ekonomi kreatif. Kedepannya perlu dilaksanakan dalam(http://wulaniriky.wordpress.com/2011/01/1
penelitian lanjutan agar mendapatkan produk 9/penetapan-kadar-air-metode-oven-pengering-
dengan mutu yang lebih bagus secara aa/)diakses tanggal 3 maret 2015
berkesenambungan.
Manfaat ampas teh
SARAN Dalam : (http://www.manfaat.co.id/manfaat-
ampas-teh)diakses tanggal 3 maret 2015
Dalam hal ini penulis menjadikan minyak kelapa Manfaat ampas teh. Blog
sebagai bahan baku dan ampas teh sebagai dalam :
bahan aditif dalam pembuatan sabun. Oleh (http://www.indahgustiana14.blogspot.com/2013/
karena itu, diharapkan masyarakat dapat 04/karya-tulis-ilmiah-khasiat-dibalik.html) diakses
menggunakan dan menciptakan produk yang tanggal 3 maret 2015
inovatif dengan berbahan alami dan mengurangi
limbah rumah tangga.Produk ini sangat Gusti, Eli, Yeni Hermayanti. 2006. Modul Analisis
bermanfaat untuk menghilangkan bekas jerawat Proksimat. Padang . Sekolah Menengah
dan mengurangi bintik hitam diwajah, karena Kejuruan – SMAK Padang. Hal: 70
pada teh banyak mengandung polifenol dan
antioksidan.Penulis berharap agar penggunaan Standar Nasional Indonesia. SNI 06-3532-1994.
ampas teh dapat lebih dimaksimalkan dan SabunMandi. Badan Standar Nasional.
dilestarikan dilingkungan masyarakat.
Suryana dayat, 2013 . Cara membuat berbagai
DAFTAR PUSTAKA sabun padat dan cair

Annisa, P dkk.2014. Kumpulan Jurnal Analisis Resti thisa ,2014. Kumpulan Laporan Praktikum
Terpadu II. SMK-SMAK Padang. Analisis Terpadu I. SMK-SMAK Padang. Padang
Wikipedia.minyak kelapa Dalam :
(http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_kelapa) Yeniza. 2005. Modul Analisis Gravimetri. Padang
diakses tanggal 3 maret 2015 12.20 WIB .Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Padang .
Hal: 56

Page 73
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PEMBUATAN DAN ANALISIS BIOETANOL DARI BENGKOANG
(Pachyrhizus erosus)

Sri Elfina dan Chindy Laras*) dan Fandy Ahmad

Laboratorium SMK-SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V Kel. Kepalo Koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

*) Correspond Email : chindylaras96@gmail.com

ABSTRAK

Padang merupakansalahsatudaerahsentraproduksibengkuang yang tersebar di beberapakecamatanyaitu,


KecamatanKotoTangah, Nanggalo,Kuranji,danPauh.Pemanfaatan bengkuang terkadang menjadi masalah
terutama pada saat musim panen. Etanol dari bahan baku bengkuang, dengan bantuan ragi roti, lama fermentasi
13 hari, semakin besar berat ragi maka semakin tinggi etanol yang terbentuk. Pada penelitian ini kadar etanol
tertinggi dari bengkuang yang difermentasi dengan berat ragi 18 gram dan dengan lama fermentasi 13 hari di
dapat sebesar 55 %, kemudian sisa penguapan yaitu 0,02 ml/L, serta keasaman (sebagai asam asetat) yaitu
162 mg/L. bengkuang dapat menghasilkan bioethanol 55% dengan waktu fermentasi selama 13 hari. Bioetanol
55% dapat digunakan sebagai bahan antiseptic.

Kata kunci : bengkoang, fermentasi, etanol.

ABSTRACT

Padang is one of producerof bengkuang that spread in subdistrict is Koto tangah, Nanggalo, Kuranji and
Pauh. Using bengkuang sometimes causes trouble at the harvest time. Utilization of yam sometimes be a
problem, especially during the harvest season. Ethanol from raw materials bengkuang, with the help of yeast,
fermentation time 13 days. Type of yeast ( yeast and yeast breads tape ), the greater the weight, the higher
ethanol yeast formed. In this study, the highest ethanol content of fermented bengkuang weighing 18 g yeast and
fermentation time 13 days gained by 55 % , then the rest of evaporation is 0,02 ml/L, and acidity (as acetic acid)
is 162 mg/L.Bengkuang can produce 55% bioethanol fermentation time for 13 days. 55% bioethanol can be used
as an antiseptic.

Keywords : bengkoang, fermentation, ethanol .

PENDAHULUAN
terkandung dalam bengkuang adalah fosfor, zat
Tanaman bengkuang sebenarnya berasal besi, kalsium, dan lain-lain. Tumbuhan yang
dari amerika, disana tanaman bengkuang ini berasal dari Amerika tropis ini termasuk dalam
bukan termasuk buah – buahan tetapi dianggap suku umbi yang mengandung gula dan pati serta
sebagai sayuran. Pada saat musim panen fosfor dan kalsium. Umbi ini juga memiliki efek
datang, harga bengkuang menurun drastis. pendingin karena mengandung kadar air 86-
Dimana banyaknya kuantitas bengkuang 90%. (Anna Poedjiadi, Dasar – Dasar Biokimia,
tersebut dapat menyebabkan tidak maksimalnya 1994)
pemanfaatan bengkuang, sehingga Bioetanol adalah etanol yang diproduksi
kemungkinan besar bengkuang tersebut akan dengan cara fermentasi menggunakan bahan
menjadi busuk. Hal ini memacu penulis untuk baku nabati. Etanol atau Ethyl alcohol C2H5OH
melakukan penelitian seberapa banyak kadar berupa cairan bening tak berwarna, terurai
alkohol yang dapat dihasilkan bengkuang. secara biologis (biodegradable), toksisitas
Bengkuang merupakan buah yang kaya akan rendah dan tidak menimbulkan polusi udara
berbagai zat gizi yang sangat penting untuk yang besar bila bocor. Manfaat bioetanol sendiri
kesehatan terutama vitamin dan mineral. Vitamin dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
yang terkandung dalam bengkuang sangat tinggi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
adalah vitamin C. Sedangkan mineral yang Beberapa contoh manfaat dari bioetano
Page 74
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
adalah sebagai bahan bakar kendaraan, sebagai Alur Pembuatan Produk
antiseptic, sebagai pelarut untuk parfum dan cat.
(Prihardana, R., dkk. 2008).
Untuk menguji kualitas dari bioetanol
dilakukan analisis yang meliputi penetapan
kadar karbohidrat metode luff schoorl,
penetapan kadar gula metode refraktometri,
penetapan viskositas metode oswald, pengujian
minyak fusel metode SNI 3565:2009, pengujian
aldehid sebagai asetaldehid metode SNI
3565:2009, penetapan kadar etanol berdasarkan
berat jenis metode SNI 3565:2009, penentuan
serat kasar bengkuang sebagai uji
pendahuluan, uji keasaman (sebagai asam
asetat), penetapan sisa penguapan maksimum,
dan pengujian kadar air bengkuang sebagai uji
pendahuluan.

BAHAN DAN METODE


HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat dan Bahan
Untuk pembuatan dan analisis bioetanol Tabel 1. Hasil analisa produk
dari bengkoang ini dibutuhkan alat-alat yaitu
gelas ukur 50 ml, erlenmeyer 250 ml, gelas piala
250 ml, pipet gondok 10 ml, pipet takar 10 ml,
piknometer, botol reagen, cawan penguap, labu
destilasi, pendingin lurus, lampu spritus, corong,
pipet tetes, batang pengaduk, thermometer,
standar, klem, botol semprot, botol timbang,
slang plastic, gabus, neraca analitik, oven,
desikator,heating mantel, blender, panci, galon,
botol aqua 1000ml, spektrofotometri, tang
cawan, baki, dan pisau. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah bengkuang, saccharomyces
cerevisiae (ragi roti), pupuk NPK, gula, aquades,
aluminium foil, NaOH, HCl, batu didih, vaseline ,
kertas saring whatman, pH meter, indicator
fenolftalein, CuSO4, Asam sitrat, Na2CO3, Hasil rendemen didapatkan kecil yaitu 13,6%, ini
H2SO4pekat,Na2S2O30,1 M, Amilum 1%, KMnO4, dikarenakan kadar gula bengkuang yang
p-dimetil amino benzealdehid, Isobutil alcohol, didapatkan 3%, jika kadar gula di bawah 10%
Isoamil alcohol,Natriumbisulfit0,05 N, dan etanol fermentasi dapat berjalan tetapi etanol yang
96%. dihasilkan terlalu encer sehingga tidak efisien
untuk didestilasi (Rosdiana Moeksin, 2010).
Metode Maka dari itu bengkuang hanya bisa sedikit
Dalam pembuatan bietanol ini bahan baku yaitu dalam menghasilkan bioetanol.
bengkoang dihaluskan menggunakan blender
dan disaring untuk memisahkan sari bengkoang Kadar Etanol
dan ampasnya. Setalah itu ampas bengkoang, Syarat mutu kadar etanol nabati berdasarkan
gula, pupuk NPK, dan sari bengkoang yang SNI 3565:2009 minimal 92,50%. Sedangkan
telah ditimbang di masukkan ke dalam wadah bioetanol dari bengkuang yang didapatkan kadar
yang tertutup untuk dipanaskan. Sebelum alkoholnya sebesar 55%. Hal ini disebabkan
pemanasan pH campuran tersebut harus oleh kurangnya penambahan pupuk NPK
distabilkan dengan NaOH dan HCl (pH 3,4 – 4). sebagai nutrisi untuk pertumbuhan
Panaskan hingga mendidih lalu didinginkan Saccharomyces cereviseae.
tanpa membuka tutup wadah. Fermentasi
selama 13 hari di dalam wadah (galon) dengan Keasaman (Sebagai Asam Asetat)
menambahkan ragi roti. Hasil fermentasi yang Dari hasil analisa yang sudah dilakukan kadar
diperoleh didestilasi pada suhu 78°C hingga keasaman jauh melebihi dari standar yang
diperoleh bioetanol yang diinginkan. sudah di tetapkan dari SNI. Ini disebabkan
karena kontaminasi atau penguraian/oksidasi
Page 75
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
etanol selama penyimpanan, atau pembuatan 55%, keasaman (sebagai asam asetat) yaitu 162
etanol. Lamanya waktu fermentasi membuat mg/L, sisa penguapan maksimum yaitu 0,02
mikroorganisme yang ada pada sampel mati ml/L, dan serat kasar pada bengkuang yaitu
karena kekurangan sumber nutrisi, dan kadar 3,52%, serta kadar air pada bengkuang 88,5%.
gula yang akan dirombak menjadi bioetanol Dari hasil praktikum yang dilakukan, dapat
sudah habis, sehingga membuat pH pada disimpulkan bengkuang dapat menghasilkan
sampel menjadi lebih asam. Pada waktu bioethanol 55% dengan waktu fermentasi
fermentasi suhunya tidak stabil karena proses selama 13 hari. Bioetanol 55% bisa digunakan
fermentasiya dilakukan diruang terbuka. Maka sebagai hand sanitizer.
dari itu kadar keasaman yang didapatkan terlalu
tinggi. SARAN

Sisa Penguapan Maksimum Saat melakukan penambahan ragi, suhu ampas


Pada penetapan sisa penguapan, didapatkan dan sari bengkuang yang telah dipanaskan
hasil analisa yaitu 0,033 mg/L dan 0,01mg/L harus dalam keadaan dingin agar ragi tidak
yang tidak melebihi standar yang telah mati.Saatdestilasi, suhu benar-benar harus
ditetapkan SNI 3565:2009, sisa penguapan yang diperhatikan dan dikontrol dengan baik.
ditetapkan oleh SNI yaitu maksimal 50 mg/L. yaitu pada suhu 80ºC, agar yang
menguap hanya ethanol saja. Saat fermentasi,
Metoda Refraktometri pastikan fermentor tertutup rapat agar etanol
Kadar gula yang didapat pada bengkuang tidak menguap keluar. Penulis mengharapkan
adalah 3%, sedangkan kadar gula untuk kepada pembaca yang berkeinginan untuk
metabolisme ragi pada saat melakukan melakukan penelitian lebih lanjut tentang
fermentasi adalah 14-18%, jadi untuk pembuatan bioethanol dari bengkuang ini
melancarkan metabolisme ragi saat fermentasi dengan parameter yang berbeda dan sesuai
ditambahkan gula sebanyak 360 gram sehingga dengan standar yang ada agar dapat lebih
kadar gula menjadi 15%. mengatahui manfaat dari bengkuang terhadap
bietanol da nproduk lain.
Penetapan Karbohidrat Bengkuang
Metoda Luff Schoorl DAFTAR PUSTAKA
Kadar karbohidrat yang didapat3,57% sesuai
dengan standar karbohidrat pada bengkuang Day, R.A, Underwood A.L.2001.Analisis Kimia
yaitu 2,1% – 10,7 %(Sorensen, 1996). Zat yang Kuantitatif (Diterjemahkan oleh Iis Sopyan). Edisi
digunakan pada metoda luff schoorl juga dapat keenam. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari
memengaruhi hasil karbohidrat yang dapatkan Quantitative Analysis sixth edition.
dan waktu yang digunakan saat pemanasan
selama 3 jam juga memengaruhi hasil sampel Fatimah, Febrina Lia G, Lina Rahmasari G.
saat analisa. 2013. Kinetika Reaksi Fermentasi Alkohol Dari
Buah Salak. Jurnal Teknik Kimia USU
Pengujian Viskositas Bioetanol Metoda (http://www.bengkuanguntukbioetanol.com)
Oswald download tanggal 22/12/2014
Viskositas didapat adalah 1,81 x 10-3.
Pada saat pengujian viskositas ada beberapa Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
hal yang harus diperhatikan, yaitu suhu ruangan Jakarta: Gramedia
pengukuran harus diperhatikan dan dicatat, alat
viscometer Oswald harus bersih dari larutan lain, Komarayati,Sri, Gusmailini. 2010. Prospek
dan saat melakukan penentuan laju alir, start Bioetanol Sebagai Pengganti Minyak Tanah.
dan finish dari stopwatch harus tepat. Untuk Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hasil
penetapan Aldehid dan minyak fusel, praktikan Hutan, Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor.
tidak dapat melakukan praktik karena bahan
untuk praktik tidak tersedia disekolah. Kristiani, E.B.E. 2010. PetunjukPraktikum Kimia.
Salatiga:UKSW.
KESIMPULAN
Moeksin,Rosdiana, Shinta Francisca. 2010.
Setelah dilaksanakan praktikum Analisis Pembuatan Etanol Dari Bengkuang Dengan
Terpadu II berupa analisa dan pembuatan Variasi Berat Ragi, Waktu, Dan Jenis Ragi.
produk dengan judul Pembuatan dan Analisis Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Bioetanol dari Bengkuang (Pachyrhizus erosus). Universitas Sriwijaya.
Maka didapatkan hasil analisa dari parameter
untuk bahan dasar bengkuang yaitu kadar etanol
Page 76
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Poedjiadi, Anna. 1994 . Dasar – Dasar Biokimia. Yeniza,S.Pd. 2006. Modul Analisis Gravimetri.
Jakarta : Universitas Indonesia. Padang: SMAK

Rosdiana and Shinta francisca . 2010. StandarNasional Indonesia. SNI 3565: 2008.
“Pembuatan Etanol dari Bengkuang dengan BioetanolTerdenaturasiUntuk
variasi berta ragi, waktu, dan jenis ragi”. Jurusan Gasohol.BadanStandarisasiNasional.
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya. StandarNasional Indonesia. SNI 3565: 2009.
Sarifudin, Asep. 2010. Destilasi Sederhana. EtanolNabati. BadanStandarisasiNasional.
Bogor Agricultural University
Rosdiana and Shintafrancisca . 2010.
Standar Nasional Indonesia. SNI 3565: 2008. “PembuatanEtanoldariBengkuangdenganvariasi
Bioetanol Terdenaturasi Untuk Gasohol. Badan bertaragi, waktu,
Standarisasi Nasional. danjenisragi”(http://www.bengkuanguntukbioetan
ol.com) download tanggal 22/12/2014.
Standar Nasional Indonesia. SNI 3565: 2009.
Etanol Nabati. Badan Standarisasi Nasional. http://www.pharmcoaaper.com/pages/TechLibrar
y/techdocsethylalcohol/alcoholometrictable2.pdf
Standar Nasional Indonesia. SNI 3836:2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Bengkuang
Teh Kering Dalam Kemasan. Dewan
Standarisasi Nasional. http://www.google.com/m?q=minyak+fusel#q=mi
nyak+fusel+pdfhttp://www.bengkuanguntukbioet
Sukmawati,Riza Fahmi, Salimatul Milati. 2009. anol.com)download tanggal22/12/2014
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Bioetanol Dari
Kulit Singkong. Program Studi Diploma Iii Teknik
Kimia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Warren L.McCabe. 1999. Penguapan-Evaporasi


wikipedia. 2012. Bengkuang
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bengkuang)
download tanggal 10/03/2015

Page 77
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
PEMBUATAN DAN ANALISIS BALSEM AROMATERAPI DENGAN
PENAMBAHAN MINYAK ATSIRI PALA (Myristica Fragrans Houtt)

Sylvi, Azizatun Nisak, Feggy Irsandi dan Rama Saputra

Laboratorium SMK-SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V Kel. Kepalo Koto no .13 Kec. Pauh Kota Padang

E-mail : sylvi_bustami@gmail.com

ABSTRAK

Pala (Myristica Fragrans Houtt) banyak dijumpai di Indonesia. Di Sumatera Barat, pala banyak di jumpai
di Kab. Agam, Kab. Solok, Kab. Padang Panjang dan Kab. Sijunjung. Hasil panen pala di Indonesia biasanya
dijual pada pedagang yang akan mengekspor pala ke luar negeri dan pada industri-industri besar. Tapi di sisi
lain, pala dapat diolah dan dimanfaatkan untuk pembuatan produk industri kecil. Daging buah pala dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan manisan, fuli pala dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
teh dan biji pala dapat diolah menjadi minyak atsiri dengan berbagai kegunaannya. Pala yang diolah menjadi
minyak atsiri dengan cara penyulingan yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan obat-obatan seperti balsem.
Tujuan penelitian ini adalah pembuatan balsem aromaterapi yang memanfaatkan bahan alam (lingkungan).
Bahan baku yang digunakan yaitu pala 8000 gram dengan rendemen minyak pala 1,29 %. Respon yang
diamatipada balsem aromaterapi adalah kekentalan, berat jenis dan bilangan ester pada balsem serta cemaran
logam Pb. Hasil yang didapat yaitu kekentalan balsem sebesar 442,46 cp dengan berat jenis 0,9785 g/cm3,
bilangan ester25,41 dan cemaran logam Pb negative. Indeks bias minyak pala dengan hasil 1,478 n. pH dan uji
cemaran logam Cu menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS. pH rata rata dari balsem tersebut adalah 6
dan cemaran logam Cu yang terdapat adalah negatif atau bisa dibilang tidak ada. Hasil yang didapat dari Uji
putaran Optik yaitu 24,625o, Uji Bilangan Penyabunan yaitu 19,22453, 21,98667, 11,49767, Uji cemaran Mikroba
yaitu 0,66×102, 0, 0 dan Uji Organoleptik yaitu Warna menarik, panas tahan lama dan bau sangat baik.

Kata kunci : Balsem, Minyak Atsiri Pala, aromaterapi

ABSTRACT

Nutmeg (MyristicaFragransHoutt) are often found in Indonesia. In West Sumatra, nutmeg many have
encountered in the district. Agam District.Solok District.Padang Panjang and Kab.Sijunjung. Yields of nutmeg in
Indonesia are usually sold on the merchant who will export nutmeg abroad and in major industries. But on the
other hand, nutmeg can be processed and used for the manufacture of products of small industries. Meat
nutmeg can be used as materials for sweets, nutmeg mace can be used as raw material for making tea and
nutmeg can be processed into essential oil with various uses. Nutmeg is processed into a distillation of essential
oils in a way that can be used for the manufacture of drugs such as ointments. The purpose of this research is
the manufacture of aromatherapy balm that utilize natural materials (environment). The raw material used is
8000 grams with nutmeg nutmeg oil yield of 1.29%. Responses were observed in aromatherapy balm is
viscosity, density and number of ester on balsam and Pb metal contamination. The result is a balm for 442.46
cpviscosity with the density of 0.9785 g / cm3, the number of ester 25.41 and negative Pb metal contamination.
Nutmeg oil with a refractive index n 1,478 results. pH and Cu metal contamination test on balsam and. average
pH of the balm is 6 and contained Cu metal contamination is negative or practically none. The result is Optic roll
that 24,625o, the counting soap decimal that 19,22453, 21,98667, 11,49767, cemaran mikroba that 0,66 x 102, 0,
0 and Organoleptic that color excited,a long hot and very good smell.

Keywords: Balm, Essential Oil Nutmeg, aromatherapy

PENDAHULUAN

Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) Pala dapat diolah menjadi minyak atsiri yang
adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari diperoleh dari penyulingan biji dan fuli pala
pulau Banda, Maluku. Pala dikenal sebagai (Rismunandar, 1990).
tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis Setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan
dan multiguna karena setiap bagian tanamannya dalam berbagai industri. Biji, fuli dan minyak pala
dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. merupakan komoditas ekspor dan digunakan

Page 78
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
dalam industri makanan dan minuman. Selain itu Minyak atsiri yang telah didapatkan
minyak yang berasal dari biji, fuli dan daun dilakukan analisa parameter yaitu pengukuran
banyak digunakan untuk industri obat-obatan, indeks bias dan putaran optik. Hasil pengujian
parfum dan kosmetik. Sampai saat ini Indonesia minyak atsiri yaitu hanya ukuran bahan yang
menjadi pemasok biji dan fuli pala terbesar ke berpengaruh terhadap nilai putaran optik
pasar dunia (sekitar 60%). Sebagai komoditas minyak. Uji BNJ menunjukkan bahwa ukuran
ekspor, pala mempunyai prospek yang baik bahan besar menghasilkan putaran optik yang
karena selalu dan akan selalu dibutuhkan secara berbeda sangat nyata dengan ukuran sedang
kontinyu baik dalam industri makanan, minuman, dan kecil. Besarnya putaran optik tergantung
obat-obatan dan lain-lain. Sampai saat ini, pada jenis dan konsentrasi senyawa, panjang
kebutuhan dalam negeri untuk pala juga cukup jalan yang ditempuh sinar melalui senyawa
tinggi (Harris,2009). tersebut dan suhu pengukuran. Besar putaran
Di sisi lain, sebenarnya kita sendiri dapat optik minyak merupakan gabungan nilai putaran
mengolah buah pala yang kita hasilkan drai para optik senyawa penyusunnya. Penyulingan bahan
petani pala. Salah salah satu pengolahan pala berukuran kecil akan menghasilkan minyak yang
yang dapat dilakukan oleh industri keci yaitu komponen senyawa penyusunnya lebih banyak
penyulingan pala menjadi minyak atsiri. (lengkap) dibanding dengan bahan ukuran
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan besar, sehingga putaran optik yang terukur
dasar kosmetik, parfum, aromaterapi, obat, adalah putaran optik dari gabungan (interaksi)
suplemen dan makanan. Salah satu senyawa-senyawa yang biasanya lebih kecil
penggunaan minyak atsiri sebagai obat-obatan dibanding putaran optik gabungan senyawa
yang banyak diminati masyarakat adalah produk yang kurang lengkap (sedikit) yang dihasilkan
balsam (Arif, 2006). Balsem merupakan produk bahan berukuran besar. Putaran optik minyak
aromatik yang bersifat sebagai obat luar yang dari semua perlakuan bersifat negatif, yang
dioleskan di kulit tubuh. Balsem digunakan untuk berarti memutar bidang polarisasi cahaya kekiri.
penyembuhan dan menenangkan. Manfaat Nilainya antara (-) 5,03 sampai (-) 6,75 derajat.
balsem bagi masyarakat telah dikenal cukup Nilai ini lebih besar dibanding standar EOA
lama, diantaranya ialah untuk meringankan sakit (1970) yang nilainya (-) 2 sampai 0 derajat.
kepala, sakit perut, menghilangkan gatal-gatal Indeks bias pada medium didefinisikan
akibat gigitan serangga, pegal-pegal, pilek dan sebagai perbandingan antara kecepatan
hidung tersumbat karena flu, juga untuk pijat dan cahaya dalam ruang hampa udara dengan cepat
kerok, baik pada orang dewasa maupun anak- rambat cahaya pada suatu medium. Indeks bias
anak dan bayi (Arif, 2006). yang didapatkan yaitu 1,478 n.
Secara umum buah pala yang menjadi
BAHAN DAN METODE komoditas ekspor tidak banyak yang mengolah
sendiri untuk menjadikan minyak atsiri. Disisi
Metoda Penelitian lain, sebenarnya masyarakat / petani pala dapat
Metoda yang digunakan untuk mengolah bahan mengolah sendiri pala yang mereka hasilkan.
baku menjadi minyak atsiri yaitu penyulingan Pengolahan pala dapat dilakukan dalam industri
secara destilasi uap. Destilasi uap digunakan kecil yang menghasilkan produk-produk yang
untuk memisahkan campuran senyawa-senyawa bermanfaat dan memiliki nilai jual tinggi (Mayuni,
yang memiliki titik didih mencapai 200 °C atau 2008). Proses pengolahan pala tidaklah sulit,
lebih. Buah pala bisa menguap pada suhu yaitu dengan cara penyulingan menggunakan
mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer alat-alat yang dapat diciptakan sendiri. Dari hasil
dengan menggunakan uap atau air mendidih. penyulingan didapatkan minyak atsiri yang
Didalam destilasi uap memiliki prinsip bahwa memiliki banyak manfaat dan kegunaannya.
mendestilasi senyawa di bawah titik didih dari Oleh karena itu, penulis tertarik meilih judul
masing masing senyawa campuran yang “Balsem Aromaterapi Dengan Penambahan
dimilikinya. Buah pala yang didestilasi akan Minyak Atsiri Pala”.
menghasilkan minyak dengan bantuan destilat
air. Pada saat proses destilasi, kondensasi Parameter analisa untuk produk balsem
harus dilakukan dengan air yang suhunya ±20ºC aromaterapi yaitu penentuan bilangan ester dan
supaya minyak yang dihasilkan sesuai dengan penentuan bilangan penyabunan metode
standar rendemen pala. Rendemen yang
didapatkan untuk 8 kg pala yaitu 1,29.
Volumetri secara Asidimetri, Sumber bahan baku pembuatan balsem
Pengukuran kekentalan metoda bola jatuh ,
Bahan baku yang digunakan yaitu buah pala,
pengukuran berat jenis, uji logam Pb dan Cu, uji kamfer kristal, minyak papermint, mentol kristal
cemaran mikroba, penentuan pH dan uji dan vaselin. Buah pala didapatkan langsung dari
organoleptik.
Page 79
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
petani pala di daerah Maninjau Kab. Agam, Alat yag digunakan adalah alat gelas di
kemudian pala jemur dan dilakukan penyulingan laboratorium, Neraca kasar, hot plate, magnetic
untuk mendapatkan minyak atsiri. Kamfer kristal, stirer.
mentol kristal, minyak papermint dan vaselin
Bahan yang digunakan Minyak atsiri pala,
didapatkan dari pedangan rempah-rempah di
vaselin, kamfer kristal, mentol kristal, miyak
Pasar Raya Kota Padang.
papermint.
Alat dan bahan

Page 80
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Gambar 1. Skema Pembuatan Produk

Page 81
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015
Cara Kerja Pembuatan Mutu Produk sampel balsem tersebut. Dilakukan juga prosedur
Penentuan bilangan ester metoda volumetri di atas untuk blangko dengan perlakuan triplo.
secara asidimetri
Bilangan ester merupakan selisih antara bilangan Uji kualitatif logam Pb
penyabunan dan bilangan asam. Ditimbang 2 gr Ditimbang sampel balsem 50 gr di dalam gelas,
sampel balsem dengan neraca analitik lalu dipanaskan sampai mencair. Ditambahkan 1
menggunakan erlenmeyer 250 mL. Dilarutkan mL larutan asam asetat 30% dengan pipet takar
dengan 50 mL ethanol 96% dan ditambahkan dan ditambahkan 0.5 gr Na2CO3. Kemudian
aquadest 25 mL. Larutan dipanaskan sampai ditambahkan 5 tetes K4Fe(CN)6.3H2O tetes demi
mendidih di atas penangas air. Ditambahkan tetes dengan pipet tetes. Diaduk larutan tersebut
indikator PP sebanyak 2-3 tetes (tidak berwarna). hingga rata. Larutan dibiarkan selama ½ jam. Jika
Dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N sampai TAT tetap jernih berarti logam Pb tidak terdapat di
berwarna pink seulas (bilangan asam). Larutan dalam sampel tersebut (Logam Pb negativ).
hasil titrasi ditambahkan 10 mL KOH alkohol 0.5 N
dengan pipet takar. Ditambahkan beberapa batu Pengukuran indeks bias
didih dan sambungkan erlenmeyer dengan Refraktometer dihidupkan kemudian dibiarkan
pendingin tegak. Kemudian larutan direfluk selama standby dalam 5 menit. Teteskan air ke dalama
30-60 menit. Sewaktu-waktu larutan harus dikocok prisma pada suhu 20 derjat celcius dan bersihkan
supaya penyabunan sempurna. Pada akhir dengan alkohol. Minyak pala diteteskan beberapa
pendidihan, ditambahkan 2-3 tetes indikator PP. tetes keatas prisma, kemudian tutup prisma
Jika larutan berwarna merah berarti masih ada dengan rapat menggunakan sekup. Gerakan
kelebihan alkohol KOH, jika tidak merah berarti alidade maju mundur. Atur garis pada
masih kekurangan KOH alkohol dan harus pembatasnya. Nilai indeks bias dapat dibaca
ditambah KOH alkohol 0,5 N 10 ml lagi dengan langsung.
pipet takar, lalu direfluks kembali selama 30-60 Pengukuran pH
menit lagi. Diangkat dan didinginkan sebentar Ditimbang balsem 20 gram menggunakan neraca
(jangan terlalu dingin bisa membeku), lalu dititrasi kedalam gelas piala. Panaskan sampai balsem
dengan HCl 0,5 N sampai TAT berwarna pink mencair. Periksa pH balsem menggunakan pH
seulas. Dilakukan titrasi blanko dengan meter. Lakukan triplo untuk setiap sampel.
pelaksanaan yang sama seperti contoh. Dilakukan
perlakuan triplo pada sampel dan blanko. Uji logam Cu
Preparasi sampel
Pengukuran Kekentalan Ditimbang sampel sebanyak 5 gram dengan
Disediakan gelas ukur 50 mL dan sampel balsem cawan peoselen menggunakan neraca analitik
yang akan digunakan. Gelas ukur diisi dengan kemudian diarangkan pada kompor gas. Diabukan
sampel yang akan ditentukan kekentalannya didalam furnace selama 2 jam pada suhu 9000C.
sampai volume 50 mL dengan hati-hati dan jangan Abu yang terbentuk dilarutkan dengan HNO3
sampai terdapat gelembung udara di dalamnya. pekat sebanyak 5 ml kemudian pindahkan
Dimasukkan bola ke dalam gelas ukur dengan kedalam labu ukur 100ml sambil disaring dengan
hati-hati. Stopwatch dihidupkan ketika bola mulai kertas saring dan dipaskan sampai tanda tera.
jatuh pada garis awal dan dimatikan ketika bola Homogenkan dan siap dibaca pada AAS.
sampai di dasar gelas. Dicatat waktu tempuh bola Larutan Induk
melalui gelas mulaid ari garis awal sampai garis Dipipet 10 ml titrisoc Cu 1000 ppm kedalam labu
akhir dalam hitungan detik. Dilakukan prosedur no. ukur 100 ml, paskan dengan aquabidest dan
1 sampai no. 5 dengan perlakuan triplo untuk homogenkan. ( larutan 100 ppm).
sampel balsem tersebut. Larutan Intermediet Dipipet 5 ml larutan 100 ppm
Pengukuran berat jenis kedalam labu ukur 50 ml, paskan denagan
Disediakan gelas ukur 50 mL dan sampel balsem aquabidest dan homogenkan. (larutan 10 ppm)
yang akan digunakan. Ditimbang gelas ukur 50 mL Pembuatan Deret Standar
tersebut dengan neraca analitik, kemudian dicatat Dipipet 0ml; 10ml ; 15ml ; 20ml ; 25 ml larutan
hasil penimbangannya. Dimasukkan sampel intermediet ( 10 ppm ) masing masing kedalam
balsem ke dalam gelas ukur sampai volume 50 labu ukur 50 ml. Tambahkan HNO3 pekat 3 tetes.
mL dengan hati-hati dan jangan sampai terdapat Paskan dengan aquabidest dan homogenkan.
gelembung udara, lalu dicatat hasil Kemudian ukur dengan alat AAS.
penimbangannya. Dilakukan prosedur no. 1
sampai no. 3 dengan perlakuan triplo untuk

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 82


Penentuan Bilangan Penyabunan HASIL DAN PEMBAHASAN
Ditimbang 2 gram balsam dengan neraca analitik
ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 25 mL KOH Penyulingan Buah Pala Dengan Cara Destilasi
0,5 N dan beberapa butir batu didih. Dipasang Uap
pendingin tegak pada mulut Erlenmeyer. Tabel 1. Rendemen Minyak
Dilakukan refluk selama 1 jam dengan penangas
air. Didinginkan selama beberapa menit. Setelah
didinginkan, kelebihan KOH dititard egan larutan
HCl 0,5 N dengan menambahkan indicator PP 1-2
tetes. Diperlukan b mL HCL 0,5 N Dilakukan juga Penyulingan buah pala dengan cara destilasi uap
untuk blangko. Diperlukan a mL HCL 0,5 N. didapatkan rendemen hasil sebesar 1,29%.
Dilakukan sampai TAT secara triplo.
Pengukuran Viskositas Pada Balsem Metoda
Uji cemaran logam Bola Jatuh
Dilakukan persiapan dengan cara ditimbang Tabel 2. Kekentalan Balsem
sampel balsam 1 gram dan masukkan kedalam
testube pengenceran 10-1 yang sudah berisi 9 ml
PW dan homogenisasi contoh. Dipipet 1 ml
pengeneran 10-
1danmasukkankedalamtestubepengenceran 10-
2dan dihomogenkan. Dipipet 1 ml pengenceran 10-
2 dan masukkan ke dalam pengenceran 10 -3 dan

dihomogenkan. Dipipet 1 ml dari masing-masing Viskositas atau kekentalan yang didapatkan pada
pengenceran ke dalam cawan petri steril secara produk balsam pala adalah sebesar 453,46cp ;
Triplo. Ke dalam setiap cawan petri dituangkan 442,46 cpdan 466,79 cp. Dari 3 komposisi sampel
sebanyak 12 – 15 ml media PCA yang telah yang berbeda, viskositas sampel yang memenuhi
dicairkan yang bersuhu 45 ± 1⁰C dalam waktu 15 standar literatur adalah sampel komposisi 2. Tinggi
menit dari pengenceran pertama. Digoyangkan atau rendahnya kekentalan suatu balsem
cawan petri dengan hati-hati (putar dan berpengaruh terhadap kualitas balsam, karena
goyangkan ke depan ke belakang serta ke kanan semakin tinggi kekentalan balsam tersebut maka
dan ke kiri) hingga contoh tercampur rata dengan ketahanannya dalam jangka waktu yang cukup
pembenihan. Dikerjakan pemeriksaan blangko lama.
dengan mencampur air pengencer dengan Tabel 3. Berat Jenis Balsem
pembenihan untuk setiap contoh yang diperiksa.
Dibiarkan hingga campuran dalam cawan petri
membeku. Dimasukkan semua cawan petri
dengan posisi terbalik ke dalam incubator dan
inkubasikan pada suhu 35 ± 1⁰C selama 24 – 48
jam. Dicatat pertumbuhan koloni pada setiap
cawan yang mengandung 25 – 250 koloni setelah
48 jam. Dihitung angka lempeng total dalam 1
gram atau 1 ml contoh dengan mengalikan jumlah Pada pengukuran berat jenis, didapatkan
rata – rata koloni pada cawan dengan factor hasil yang menunjukkan balsem pala memiliki
pengenceran yang digunakan. kualitas yang baik dan data yang didapatkan
mendekati data pada literatur yang penulis
Uji Organoleptik gunakan.
Aroma : Diambil sampel secukupnya kemudian
hirup aroma dari sapel tersebut dan catat hasil Penentuan Bilangan Ester Pada Balsem
penilaiannya. Tabel 5. Hasil penentuan bilangan ester
Warna : Diambil sampel secukupnya kemudian
lihat warna dari sampel dan catat penilaian warna
dari sampel tersebut.
reaksi terhadap kulit : Diambil sampel secukupnya
kemudian oleskan pada kulit tangan, tunggu reaksi
terhadap kulit dan catat hasil penilaiannya.

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 83


Pada penentuan bilangan ester, didapatkan hasil HCl. Angka Penyabunan dilakukan untuk
yang tidak sesuai dengan literatur yang ada. menentukan berat molekul minyak dan lemak
Bilangan ester yang didapat lebih besar dari pada secara kasar. Minyak yang disusun asam lemak
literatur. Rata-rata bilangan ester yang didapatkan berantai C pendek berarti mempunyai berat
pada sampel balsem adalah 25,15. Hal ini kaena molekul relative kecil, akan mempunyai angka
adanya asam lemak yang belum teresterkan dan penyabunan yang besar dan sebaliknya, minyak
penyabunan yang terjadi tidak sempurna. dengan berat molekul yang besar mempunyai
angka penyabunan relative kecil. Angka
Uji Cemaran Logam Pb penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya (mg)
Tabel 4. Hasil Uji Cemaran Logam Pb KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu
gram (1 g) lemak atau minyak. Alcohol yang ada
pada KOH berfungsi untuk melarutkan asam
lemak hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi
dengan basa sehingga membentuk sabun.

Penentuan pH balsam
Tabel 8. Hasil pengujian pH

Uji Cemaran Mikroba (Angka Lempeng Total)


Tabel 6. Hasil uji cemaran mikroba

Setelah dilakukan penentuan pH balsem


ini, didapatkan bahwa pH balsem tersebut rata
rata adalah 6. Dengan demikian dapat dikatan
balsem tersebut cocok dengan kulit manusia
karena pH nya memenuhi standar pH pada kulit
manusia. Sehingga tidak memungkinkan
terjadinya iritasi atau gangguan kulit lainnya pada
manusia.

Uji Cemaran Logam Cu


Tabel 9.Hasil pengujian logam Cu
Hasil didapat dari pembiakkan mikroba dari
masing masing sampel pada setiap pengenceran,
dapat dilihat bahwa bakteri hanya tumbuh pada
sampel balsam percobaan 3 pada pengenceran
10-2 dengan 1 koloni dan didapatkan hasil Uji
cemaran mikroba pada sampel balsam percobaan
3 yaitu 0.6 x 102. Pada sampel percobaan 1 dan
percobaan 2 tidak terdapat koloni bakteri yang
tumbuh dan dinyatakan hasilnya 0.

Bilangan Penyabunan
Tabel 7. Hasil bilangan penyabunan

Setelah dilakukan uji logam berbahaya pada


produk balsem ini, ternyata tidak terdapat cemaran
logam Cu sama sekalipun. Pengukuran ini
Hasil bilangan penyabunan diatas dilakukan dengan sangat teliti dan menggunakan
didapatkan dari penitaran KOH berlebih dengan AAS baru yang sangat canggih. Jadi hasilnya

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 84


dapat dikatakan sangat akurat. Proses preparasi akan berpengaruh terhadap hasil analisis yang
sampel, pembuatan larutan induk, pembuatan didapatkan.Balsam aromaterapi ini seharusnya
larutan intermediet, pembuatan larutan standar dapat ditingkatkan lagi panasnya dengan
pun dilakukan dengan sangat teliti dan sesuai menambahkan metal salisilat. Tapi karna
prosedure. Dengan demikian produk balsem ini bahannya susah untuk didapatkan maka penulis
baik digunakan untuk kulit manusia karena tidak hanya dapat membuat dengan bahan yang ada
berbahaya. dan mudah untuk didapatkan.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Setelah dilaksanakan penelitian Analisis Terpadu Aminullah.2010. Formulasi Minyak–Minyak


II berupa analisa dan pembuatan produk yang Menguap Menjadi Sediaan Balsem Counterirritant.
berjudul Balsem Aromaterapi dengan Unversitas Hasanuddin.
Penambahan Minyak Atsiri Pala (Myristica
Fragrans Houtt), didapatkan rendemen hasil dari Arif. 2006. Minyak Atsiri dan Pengolahannya.
penyulingan pala dengan cara destilasi uap adalah Bogor : Fakultas Pertanian Institut Teknologi
1,29 %. Sedangkan pada analisa dari parameter Bogor
dapat disimpulkan bahwa Viskositas balsem yang
didapat yang memenuhi standar literatur adalah Bambang Djatmiko, dan S. Ketaren. 1980. Analisa
442,46 cp dengan sampel komposisi 2. Berat Fisiko Minyak Atsiri. Fateta-IPB. Bogor.
jenis balsem didapatkan dengan rata-rata 0,9785
g/cm3. Bilangan ester yang didapatkan dari sampel Caroline. 2011. Pembuatan Minyak Esensial
balsem adalah 25,15. Bilangan penyabunan yang Dengan Cara Destilasi. Depok : Fakultas Farmasi
didapatkan yaitu 17,56 Serta didapatkan cemaran Universitas Indonesia.
logam Pb dengan hasil negativ (-). Nilai indeks
bias dari minyak pala tersebut adalah 1.478,untuk Hariyanto, B.P dan Madjo, A,B,D. 1990. Jahe,
balsemnya sendiri didapatkan nilai pH nya adalah Kerabat, Budidaya, Pengolahan dan Prospek
6 rata rata.Serta didapatkan cemaran logam Cu Bisnisnya. Yakarta: Penebar Swadaya.
dengan hasil negativ (-). Uji cemaran Mikroba
yang didapatkan pada balsem yaitu 0,66×102, 0, 0. Http://Caramembuatmu.Blogspot.Com/2013/09/Tip
Pada uji organoleptik, didapatkan kesukaan s-Cara-Membuat-Balsem-Gosok-Sendiri.Html
panelis pada sampel 2, karena sampel 2 memiliki (diakses pada tanggal 20 Desember 2014)
aroma harum, hangat, tidak lengket dan tidak
gatal. Juga ditinjau dari hasil analisa sampel, Mayuni, B. S. 2008. Teknologi MinyakAtsiri.
penulis menyimpulkan sampel komposisi 2 yang Fakultas Teknik Pertanian UniversitasAndalas.
akan dipasarkan kepada masyarakat. Padang.
SARAN Rismunandar. 1990. Teknologi Pengolahan
Minyak Atsiri. Jakarta: Pustaka Ilmu.
Penulis menyarankan kepada masyarakat agar
dapat mengolah hasil bumi yang kita hasilkan,
Wikipedia, 2014, Berat Jenis,
seperti tanaman pala. Karena tanaman ini memiliki
http://id.wikipedia.org/wiki/Berat_Jenis diakses
banyak manfaat. Pengolahan pala ini tidaklah sulit.
pada hari Senin tanggal 24 februari 2015 pukul
Pengolahan pala bisa dijadikan industri kecil yang
17.25 WIB
menghasilkan produk-produk bermutu dan
bermanfaat.Selain memiliki nilai ekonomis yang
Wikpedia, 2013. Bilangan Ester,
cukup tinggi, pala juga memiliki fungsi sebagai
http://id.wikipedia.org/wiki/Bilangan_ester diakses
aromaterapi untuk relaksasi dan menenangkan.
pada hari rabu tanggal 4 maret 2015 pukul 11.20
Pengolahan pala bukan hanya untuk produk
WIB
balsem saja, tetapi juga untuk industri makanan,
kosmetik dan obat-obatan serta aromaterapi. Dari
praktikum yang telah penulis lakukan, penulis
menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar
dapat lebih memahami prosedur yang akan
dilakukan dan melakukan pengamatan terhadap
sampel harus sangat teliti. Karena hal tersebut

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 85


Pembuatan Dan Analisis Tisu Wajah Dari Limbah Kulit Pisang
(Musa paradisiata)

Wityanita, Fardi Mulia, dan Monika Apriyoni, dan Veronika Simbolon


Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl. Alai Pauh V Kel.Kepalo Koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

E-mail :momonmc2196@gmail.com

ABSTRAK

Tisu menjadi komoditi yang memiliki pasaran bagus dikarenakan penggunaannya sangat luas. Tisu merupakan
perkembangan dari kertas karena pada proses pembuatannya sama hanya saja tisu wajah lebih tipis dan transparan.
Penggunaan Kulit Pisang menjadi alternative baru dalam mengurangi penggunaan bahan dasar kayu untuk
pembuatan bubur kertas (pulp) yang semakin tinggi. Tujuan penelitian ini adalah pembuatan tisu wajah yang
memanfaatkan bahan alam (lingkungan) yaitu kulit pisang yang kaya akan vitamin C dengan menggunakan larutan
NaOH sebagai larutan pemasak dengan waktu pemasakan 90 menit. Parameter yang dianalisa antara lain kadar
rendemen, pH, kadar hemiselulosa ,kadar selulosa, kadar lignin, kadar air, kadar abu, uji difusi cakram,, daya serap
air pada tisu, ketebalan tisu dan nilai gramatur kertas tisu. Hasil analisa skala triplo didapatkan nilai kadar rendemen
sebesar 86,54%, nilai pH 7,39, kadar hemiselulosa sebesar 21,63%,selulosa 49,73%,lignin 1,33%, kadar air 7,9%,
kadar abu 1,24 %, uji difusi cakram 1.54 cm2, daya serap air 10,67 mm , ketebalan 0,09 mm dan nilai gramatur
kertas tisu sebesar 14,12 g/m2.

Kata kunci : Tisu, Kulit Pisang, Bahan Baku Alternative

ABSTRACT

Tissues become a commodity which has a good market because of its use is widespread. Tissue paper is the
development of the manufacturing process is the same as the only facial tissue is thinner and transparent. Use of
Banana Skin becomes a new alternative in reducing the use of materials of wood for the manufacture of pulp (pulp)
are higher. The purpose of this research is the manufacture of facial tissue that utilizes natural materials
(environment) that banana peel is rich in vitamin C using NaOH solution as the solution of the cooker with cooking
time 90 minutes. The parameters analyzed include yield levels, pH, levels of hemicellulose, cellulose content, lignin
content, moisture content, ash content, disc diffusion test ,, water absorption in tissue, tissue thickness and tissue
paper grammage value. Triplo scale analysis results obtained value of the levels of yield of 86.54%, pH 7.39,
hemicellulose content of 21.63%, 49.73% cellulose, lignin 1.33%, 7.9% moisture content, ash content 1 , 24%, 1:54
cm2 disc diffusion test, water absorption 10.67 mm, thickness of 0.09 mm and tissue paper grammage value of
14.12g.m2

Keywords: Tissue, Skin Banana, Raw Materials Alternative

PENDAHULUAN
kayu(Anonim, 1999).Serat alam non-kayu
Di Indonesia,kebutuhan akan pulp setiap memiliki keuntungan dibandingkan dengan kayu
tahunnya semakin tinggi. Sedangkan diantaranya adalah kemudahan dipanen dalam
perkembangan produksi hutan alam untuk bahan waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan
baku pembuatan pulp (kayu) tidak berbanding pohon kayu dan kemudahannya dibudidaya.Salah
lurus dengan meningkatnya kebutuhan akan pulp satu serat alam non kayu yang dapat digunakan
tersebut. Kondisi tersebut mengakibatkan adanya untuk pembuatan kertas adalah kulit
ketimpangan yang tingggi antara ketersediaan pisang.Pisang adalah tumbuhan dengan bentuk
produksi kayu dengan kebutuhan kayu nasional. hidup herbal dan termasuk dalam family Musacae
Tingginya tingkat penebangan hutan akibat atau pisang-pisangan.Pisang pada umumnya,
meningkatnya penggunaan kayu sebagai bahan ditemukan di daerah tropis. Persebaran tersebut
baku berbagai industri perkayuan menyebabkan terjadi akibat adanya perdagangan antar negara di
perlunya mengganti dengan serat alam non- daerah tropis (Anhwange et al.,2009).

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 86


Kulit Pisang merupakan bahan buangan tumbuhan dan berfungsi sebagai satu polimer
(limbah Pisang) yang cukup banyak yang mengandung unit-unit glukosa jenis animer B
jumlahnya.Pada umumnya kulit pisang tidak yang membolehkan selulosa untuk membentuk
dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang suatu rantai yang sangat panjang. Selulosa ini
sebagai limbah organik saja atau digunakan tersusun atas molekul glukosa rantai lurus dan
sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, panjang yang merupakan komponen yang paling
dan kerbau. Jumlah kulit Pisang yang cukup disukai dalam pembuatan kertas karena berbentuk
banyak akan memiliki nilai jual yang serat panjang dan kuat.Selulosa memiliki peran
menguntungkan (Susanti, 2000). Menurut Basse penting dalam menentukan karakter serat.
(2000:20) jumlah kulit Pisang adalah 1/3 dari buah Kandungan selulosa pada serat non kayu adalah
pisang yang belum dikupas. Kandungan gizi 36-38 %, sedangkan kandungan serat selulosa
dalam kulit Pisang adalah karbohidrat, lemak, pada kulit pisang adalah 36,76% dan kandungan
protein, kalsium, fosfor, zat besi,vitamin B, vitamin serat selulosa yang baik untuk bahan baku
C dan air.Pemanfaatan kulit pisang sebagai pembuatan kertas adalah diatas 40 % (Nurul
altenatif bahan baku pembuatan tisu muka selain Qhosri ; dalam Alitha Yosephine, 2012).
mengurangi penggunaan bahan baku kayu, Lignin
alternatif ini juga mengurangi limbah yang ada Lignin merupakan produk masaa tubuh
menjadi lebih bermanfaat. Selain itu, kulit Pisang tumbuhan yang secara biologis paling lambat
juga memiliki kadar pati yang tinggi dan tekstur dirusak.Dengan demikian, lignin merupakan
yang tebal serta mengandung selulosa yang sumber utama bahan organic yang lambat dirusak
merupakan bahan pembuatan kertas tisu. Karena oleh asam-asam fuminat yang terdapat didalam
kandungan zat aktif dan vitamin C yang dapat tanah. Lignin memiliki spectrum serapan absorpsi
membantu menghilangkan jerawat, dan kadar ultraviolet (UV) yang khas dan memberikan reaksi
selulosa yang dapat membantu pembentukan warna yang khas dengan banyak fenol dan amino
serat pada kertas tisu maka penulis tertarik untuk aromatic (Fenge, D. and Wegener, G. 1995 : 13).
mengambil penelitian dengan menjadikan kulit Kandungan lignin pada umbuhan sangat
Pisang sebagai alternatif baru bahan baku bervariasi pada spesies kayu kandungan lignin
pembuatan tisu muka. berkisar 20-40 %, sedangkan pada bahan non
Kulit pisang dipilih karena mengandung kayu kandungan ligninnya lebih kecil lagi.
serat alam (hemiselulosa,selulosa dan lignin) yang Kandungan lignin pada kulit pisang adalah
dibutuhkan dalam pembuatan kertas tisu sebagai ±20,90% . Pada pembuatan pulp, kadar lignin
berikut : ditekan sekecil mungkin, tergantung jenis kertas
Hemiselulosa yang dibuat, karena akan memberikan pewarnaan
Secara biokimiawi, hemiselulosa adalah semua pada pulp. Hal ini disebabkan karena lignin
polisakarida yang dapat diekstraksi dalam larutan menyebabkan pulp bewarna gelap. Pulp akan
basa.Hemiselulosa tersusun atas glukosa rantai mempunyai sifat fisik atau kekuatan yang baik
pendek dan bercabang.Monomer penyusun apabila pulp mengandung sedikit lignin. Hal ini
hemiselulosa biasanya adalah rantai D-glukosa, dikarenakan lignin bersifat menolak dan kaku,
ditambah dengan berbagai bentuk monosakarida sehingga menyulitkan dalam proses penggilingan
yang terikat pada rantai, baik sebagai cabang atau (Isroi, 2010).
mata rantai.Hemiselulosa mudah terdegradasi dan Kulit pisang yang digunakan pada penelitian ini
larut dibandingkan dengan selulosa sehingga adalah kulit pisang kepok, dan kulit pisang yang
persentasenya dalam pulp selalu lebih kecil.Kadar dipilih adalah kulit pisang kepok yang sudah
hemiselulosa dalam kulit pisang adalah 15-19 %. matang, hal tersebut dikarenakan kulit pisang yang
Besar atau kecilnya persentase hemiselulosa akan sudah matang akan memiliki kandungan getah
mempengaruhi rendemen pulp dan sifat fisik yang lebih sedikit dibandingkan yang masih
lembaran yang dihasilkan (Isroi, 2010). mentah, kandungan getah yang tinggi akan
Selulosa mempengaruhi manfaat dari serat alam (selulosa
Menurut Subyakto (2009 : 57-65) dalam jurnal dan hemiselulosa) yang dibutuhkan dari kulit
Proses Pembuatan Serat Selulosa Berukuran pisang kepok sebagai bahan baku pembuatan
Nano dari Bambu Betung. Bahan dasar dalam kertas tisu (Anonim, 1999).Kertas tisu muka
industry kertas harus mengandung beberapa merupakan salah satu jenis kertas yang tergolong
komponen salah satunya adalah serat selulosa. ke dalam kertas industri yang banyak digunakan
Selulosa adalah senyawa organic yang tidak larut untuk keperluan penyerap keringat.Facial tissue
dalam air dengan formula (C6H10O5)n yang atau tisu muka, biasanya tissue ini bertekstur
merupakan kandungan utama dalam serat lembut dan halus, karena fungsinya bersentuhan

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 87


langsung dengan bagian tubuh yang halus
(wajah).Berguna untuk membersihkan wajah, Cuci Kulit Kupas Kulit
mulut dan bagian tubuh lainnya dari kotoran dan Pisang kepok Pisang kepok
keringat.Spesifikasi kertas tisu wajah ditetapkan
pertama kali menjadi Standar Industri Indonesia
dengan nomor SII 141 1 – 85 pada tahun
1985.Selanjutnya pada tahun 1 987 SII tersebut Iris kecil-kecil, rebus dengan
diangkat menjadi Standar Nasional Indonesia kemudian larutan NaOH
jemur sampai 2% (1:4) ±1,5
dengan nomor SNI 14-017A1987. kering jam

BAHAN DAN METODE


Cuci pulp rendam pulp
Metode Penelitian sampai pH dengan larutan
Metoda yang digunakan untuk analisa pulp netral dengan kaporit 5% ± 1
dantisu wajah dari limbah kulit pisang adalah, aquades jam
untuk pulp digunakan 5 parameter yaitu
Penetapan kadar rendemen dan kadar air metoda Lakukan
gravimetri, Penetapan kadar hemiselulosa dan Cuci pulp pengujian
dengan bebas khlor
kadar selulosa metoda chesson, dan Penetapan aquades, dengan
kadar lignin berdasarkan nilai bilangan kappa. Dan sampai bebas menggunakan
untuk analisa kertas tisu wajah menggunakan 6 chlor larutan perak
parameter yaitu Penetapan kadar air dan kadar nitrat
abu metoda gravimetri, Uji daya serap air, Uji Tambahkan
gramatur kertas tisu, Uji efektivitas mikroba haluskan pulp talkum
metoda difusi cakram,Uji ketebalan kertas tisu dengan cara sebanyak 170
dan pH pada kertas tisu metoda ekstraksi diblender gram untuk 850
gram pulp
Alat dan bahan pembuatan produk
Alat Gelas lakukan
masukan tisu
pencetakan
Labu ukur 100 mL,gelas piala 250 mL, gelas piala yang sudah jadi
dengan
250 mL, kacar arloji,corong 75 mm, batang ke dalam
menggunakan
packingan
pengaduk. alat screen
Alat Nongelas
Botol semprot, kompor dan gas. Gambar 1. Skema Pembuatan Produk
Bahan
Kulit pisang kepok matang yang sudah dikuliti lalu Penetapan kadar rendemen pada pulp metoda
dijemur kering, larutan Natrium Hidroksida(NaOH) chesson
2%, Larutan Perak Nitrat (AgNO3) 0,1N, Larutan Ditimbang pulp hasil pemasakan dalam keadaan
Kalsium Hipoklorit [Ca(OCl)2] 5%, tepung talcum basah (A g) Kemudian diambil contoh (B gr),
dan tepung kanji. dikeringkan dalam oven pad asuhu 102 ℃ selama
3 jam sampai 24 jam, dilakukan penimbangan
Sumber bahan baku pembuatan tisu wajah hingga didapatkan bobot konstan.
Bahan baku terdiri dari kulit pisang kepok yang
telah matang, tepung talcum, dan tepung kanji. Penetapan kadar hemiselulosa dan selulosa
Kulit pisang kepok didapatkan dari limbah penjual metoda chesson
gorengan pisang kaki lima di Jalan Adinegoro Ditimbang 0,5 gram bahan kering (pulp kering)
Lubuk Buaya, Padang.Tepung talcum yang dimasukan dalam gelas piala 250 mL,
digunakan sebagai bahan pelembut dibeli di ditambahkan 75 mL aquades. Dipanaskan larutan
tempat penjualan bahan kimia yaitu di took selama 30 menit di dalam penangas 100 ℃.
Bratachem di Jalan H.Agus Salim No.56, Padang. Dilakukan penyaringan, residu dicuci dengan 150
Tepung kanji yang digunakan sebagai bahan mL air panas. Dikeringkan residu pada oven
perekat dibeli di took penjual bahan masakan di bersuhu 105 ℃ hingga beratnya konstan
pasar Lubuk Buaya, Padang. (a)Residu kering (a) dimasukan kedalam
Prosedur pembuatan produk erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 75 mL H2SO4
1N, kemudian direfluk pada penangas air 100 ℃
selama 30 menit. Dilakukan penyaringan dan

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 88


residu dicuci dengan aquades sampai pH filtrate kadar lignin dengan mengalikan nilai bilangan
netral. Residu dikeringkan hingga beratnya kappa dengan 0,15%.
konstan dan ditimbang (b)Residu kering (b) Penetapan kadar air tisu wajah metoda
dimasukan lagi ke erlenmeyer 250 mL dan gravimetri
ditambahkan 5 mL larutan H2SO4 72 %, direndam Ditimbang pulp yang telah dikeringkan sebanyak 1
15 menit pada suhu kamar. Kemudian gram dengan neraca analitik. Sampel kemudian
ditambahkan 75 mL H2SO4 1N (untuk dipanaskan dalam oven pada suhu 110 ℃ selama
pengenceran), dipanaskan pada penangas air satu jam. Setelahsatu jam dikeluarkan sampel dari
suhu 100 ℃ selama satu jam.Lakukan oven, kemudian dimasukan kedalam eksikator,
penyaringan dan cuci dengan aquades hingga setelah dingin, ditimbang bobot tetapnya (sampai
volume filtrate netral. Residu dikeringkan kembali, didapatkan bobot konstan).
dan lakukan penimbangan hingga didapat beratn
konstan (c). Penetapan kadar abu pada tisu wajah metoda
gravimetri
Penetapan kadar lignin berdasarkan nilai Dikonstankan cawan porselen didalam oven
bilangan kappa dengan suhu1050C selama 2 jam. DiTimbang 2
Dikondisikan contoh uji dalam udara dekat gram sampel dengan neraca analitik. Dimasukkan
timbangan tidak kurang, 20 menit sebelum kedalam cawan porselen. Diarangkan diatas
melakukan penimbangan. Ditimbang 1,5 g contoh kompor gas hingga pada proses pembakaran
(ketelitian 0.001 g), dimasukkan ke dalam gelas sampel yang dibakar tidak mengeluarkan asap
piala. Ditambahkan 250 ml air suling, kemudian lagi. Dimasukkan dalam furnace dipanaskan
diuraikan dengan disintegrator/blender sampai selama 2 jam dengan suhu 5750C. Didinginkan
serat-serat terurai. Pemakaian Kalium dalam desikator selama 15 menit. Dimasukkan
permanganat harus diantara 30 dan 70 persen. dalm oven dengan suhu dengan suhu 1050C
Dipindahkan contoh yang telah terurai ke dalam selama 2 jam. Didinginkan dalam desikator selama
gelas piala 1000 ml dan bilas gelas piala dengan 15 menit. Ditimbang ulangi pekerjaan ini hingga
air suling secukupnya sampai mencapai jumlah didapatkan bobot konstan. Dilakukan pengerjaan
400 ml. Suhu air suling harus 25,0 ± 0,20C. secara duplo.
Letakkan gelas piala dalam penangas air bersuhu
25,0 ± 0,20C dan aduk perlahan menggunakan Penetapan nilai pH
magnetic stirrer selama berlangsungnya reaksi ± Dimasukkan contoh uji kedalam Erlenmeyer dan
15 menit. Dipipet 50,0±0,1 mL larutan Kalium ditambahkan aquadest sampai volume menjadi
permanganate 0,1000±0,0005 N dan 50 mL 100 cc. Dibiarkan selama ± 1 jam dan kocok setiap
larutan asam sulfat 4,0 N ke dalam gelas piala, selang waktu 15 menit. dinyalakan alat pH dan
250 ml. Letakkan gelas piala dalam, penangas air dibiarkan selama ± 15 menit kemudian
250C. Dituangkan larutan Kalium permanganat menstandardisasinya dengan larutan buffer pH 4
dan asam sulfat tersebut ke dalam gelas piala dan pH 7, kemudian tentukan titik nolnya.
yang berisi contoh.Bilas gelas piala dengan air Dituangkan larutan ekstrak contoh kertas kedalam
suling jangan lebih dari 5 ml, dimasukkan air gelas piala 100 cc. Kemudian diukur nilai pH-nya
pembilas ke dalam gelas piala.Jumlah volume pada alat pH meter dengan membaca dan
harus 500 ± 10 ml dibiarkan reaksi berjalan mencatat langsung pada alat pH meter. Dilakukan
selama 10 menit (ukur denganstop watch). Setelah pengujian tiga kali (triplo) untuk masing - masing.
10 menit tepat, hentikan reaksi dengan
menambahkan larutan Kalium iodida 1,0 N Uji efektivitas mikroba metoda difusi cakram
sebanyak 10 mL. Dilakukan titrasi dengan larutan a. Pembuatan media :Ditimbang 2 gram media
natrium thiosulfat 0,2 N setelah terbentuk iodium NA menggunakan neraca kasar dengan gelas
bebas (timbul warna kuning). Sebagai indikator piala. Ditambahkan aquades 100 ml. Aduk
ditambahahkan beberapa fetes larutan kanji media hingga larut. Dipanaskan media diatas
sampai timbul warna biru, Dilanjutkan titrasi kompor gas sampai warnanya bening sambil
sampai warna biru hilang. Dicatat pemakaian diaduk. Setelah bening media siap untuk
larutan Natrium thiosulfat sebagai titrasi a ml. disterilkan diautoclave.
Kerjakan blanko seperti pada butir 2 s/d 8, tanpa b. Preparasi sampel : Disterilkan semua alat
menggunakan pulp, Dicatat pemakaian larutan didalam oven. Dilarutkan kertas tisu sesuai
Natrium thiosulfat dalam titrasi blanko sebagai b pengenceran yaitu 1 lembar ketas tisu
ml. Setelah didapat nilai bilangan kappa hitung dilarutkan dalam 50 ml aquades steril, 2 lembar
kertas tisu dilarutkan dalam 50 ml aquades

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 89


steril, dan 3 lembar kertas tisu dilarutkan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
50 ml aquades. Dipotong kertas saring dengan
ukuran uang logam Rp.100 yang telah Penetapan kadar rendemen pulp metoda
disterilisasi didalam oven dan dimasukkan chesson
potongan tersebut kedalam masing-masing Tabel 1.Hasil analisis kadar rendemen pulp
larutan tisu tersebut. Direndam kertas saring
tersebut selam 30 menit. Dibuat suspensi
bakteri murni dengan cara: (dimasukkan 10 ml
aquades steril dalam biakan murni dan Goyang
tabung reaksi sampai koloni bakteri lepas dari
agar).
c. Uji difusi cakram :Dipipet 1 ml suspensi
bakteri dimasukkan dalam cawan petri steril
secara aseptic. dituang media NA steril Dari table diatas didapatkan rata-rata kadar
kedalam cawan yang telah terisi suspensi rendemen pulp sebesar 86,54% dan telah
bakteri dan dibiarkan semi beku. Dimasukkan memenuhi syarat dari standar acuan maka sampel
kertas saring yang telah direndam tadi diatas tersebut memiliki kualitas yang baik untuk
media NA letakkan dibagian tengah. digunakan.
Dimasukkan dalam inkubator dan inkubasi
selama 1-2 hari.Ukur luas daerah Halo dan Penetapan kadar hemiselulosa metoda
tentukan Potensi. chesson
Tabel 2. Hasil analisis kadar hemiselulosa
Uji daya serap air
Disiapkan alat yang diperlukan seperti gelas piala,
benang, stopwatch dan tisu. Digantungkan tisu
dengan benang dengan posisi tegak lurus,
celupkan dimana salah satu ujungnya mengenai Dari table 2 dapat dilihat bahwa kadar
dasar air. Dihidupkan stopwatch selam 60 detik. hemiselulosa yang terkandung dalam pulp
Diamati dan catat tinggi peresapan air pada jalur memenuhi standar. Jadi pulp dengan mutu
uji dalam milimeter. Dilakukan pengerjaan ini pada hemiselulosa yang baik, akan menghasilkan daya
3 lembar sampel tisu. tarik yang bagus pada kertas tisu

Uji ketebalan kertas tisu Penetapan kadar selulosa metoda chesson


Dimasukkan bagian pinggir tisu kedalam Tabel 3. Hasil analisa kadar selulosa
mikrometer sekrup. Dibaca skala utama dan
miniskus pada alat mikrometer sekrup.
Dimasukkan bagian tengah tisu kedalam
mikrometer sekrup. Dibaca skala utama dan
Dari table 3 dapat dilihat kadar selulosa yang
miniskus pada alat mikrometer sekrup. Dilakukan
didapat setelah analisis sesuai dengan standar
pengerjaan ini pada 3 lembar sampel tisu.
baku mutu selulosa didalam pulp atau bubur
kertas dengan batas kadar selulosa pada pulp
Uji gramatur kertas tisu
adalah >40%. Karena hasil analisis kadar selulosa
DiUkuran luas contoh uji paling baik adalah 100
sesuai dengan standar, maka pulp dari kulit pisang
mm x 100 mm sejumlah 5 lembar untuk kertas dan
ini bisa digunakan untuk pembuatan kertas tisu
kertas tisu. Dipotong contoh uji sesuai dengan
dari kulit pisang.
butir 1.a. Catat luas contoh uji yang akan
ditimbang.Timbang contohuji tersebut. Ulangi
perlakuan butir 2.b.sampai 5 kali.

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 90


Penetapan kadar lignin Dari table diatas didapatkan rata-rata kadar air
Tabel 4. Hasil analisa kadar lignin sebesar 7,9% dan telah memenuhi syarat dari
standar acuan maka sampel tersebut memiliki
kualitas yang baik untuk digunakan.

Dari tabel 4 dapat dilihat kadar lignin yang didapat Penetapan nilai pH
setelah hasil analisis yaitu 1,33 % dimana hasil Tabel 7.Hasil analisis uji pH
tersebut sesuai dengan standar baku mutu kadar
lignin didalam pulp atau bubur kertas dengan
batas kadar lignin pada pulp >10%. Besar atau
kecilnya kadar lignin yang didapat akan
berpengaruh pada mutu pulp. Jika kadar lignin
yang didapat <10% maka pulp akan lebih bewarna
gelap dan memerlukan larutan pemutih yang lebih
banyak atau sebaliknya jika kadar lignin >10%
bearti pada proses pemutihan tidak memerlukan
larutan pemutih yang terlalu banyak sehingga
pekerjaan yang dilakukan lebih effisien dan limbah
larutan pemutih yang dihasilkan tidak terlalu
banyak sehingga mepermudah proses penetralan
limbah dan tidak membahayakan lingkungan.
Karena hasil analisis kadar lignin sesuai dengan
standar, maka pulp dari kulit pisang ini bisa
Dari tabel data diatashasil pH yang
digunakan untuk pembuatan kertas tisu dari kulit
didapatkansesuaidenganSNI 14-0173-1987maka
pisang.
sampel tersebut baik untuk digunakan.
Penetapan nilai uji gramatur kertas
Penetapan kadar abu pada pulp
Tabel 5. Hasil analisis uji gramatur kertas
Tabel 8.Kadar Abu Pada Pulp

Dari tabel 5 dapat dilihat hasil analisis uji


gramatur kertas tisu yang dilakukan pada 5 contoh Pada penetapan kadar abu yang telah dilakukan
uji dengan luas masing- masing 100mm ×100 didapatkan hasil berturut-turut jika dirata-ratakan
yaitu 1,24 yang tidak melebihi standar yang telah
mm dengan berat penimbangan masing-masing
ditetapkan SNI 14-0173-1987, kadar abu yang
sampel berkisar antara 13-14 gram sehingga
ditetapkan oleh SNI yaitu maksimal 2 %. Kadar
didapatkan rata-rata hasil pengujian 14,12 g/m 2.
abu menentukan dari kualitas tisu jika kadar abu
Hasil yang didapat sesuai dengan yang telah
terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
ditetapkan dalam SNI14-0173-1987 tentang syarat
pendebuan dan membuat kertas menjadi rapuh
mutu kertas tisu muka yaitu 12,5-18 g/m2. Besar
atau kaku.
atau kecilnya nilai gramatur dari tisu kulit pisang ini
berbanding lurus dengan nilai ketebalan tisu,
Uji difusi cakram pada tisu
semakin besar nilai gramatur maka tingkat
Tabel 9. Uji Difusi Cakram Pada Tisu
ketebalan tisu semakin besar juga, atau
sebaliknya semakin kecil nilai gramatur maka
tingkat ketebalan tisu akan semakin kecil atau
dengan kata lain tisu tersebut semakin tipis.

Penetapan analisis kadar air metoda gravimetri


Tabel 6. Hasil analisis kadar air

Pada analisa uji difusi cakram yang telah


dilakukan didapatkan hasil pada pengenceran I

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 91


yang mana 1 lembar kertas dilarutkan dalam 50 yang bermanfaat dan juga bernilai
ml aquades steril tidak didapatkan daerah halo ekonomis.Penulis juga mengharapkan kepada
yang artinya 1 lembar kertas tisu TIDAK efektif pembaca yang berkeinginan untuk melakukan
membunuh bakteri wajah Staphylococcus penelitian yang lebih lanjut terhadap Tisu Wajah
aureus. Pengenceran II,2 lembar kertas tisu berbahan dasar limbah kulit pisang.
dilarutkan dalam 50 ml aquades steril tidak
didapatkan daerah halo artinya 2 lembar tisu DAFTAR PUSTAKA
jugaTIDAK efektif membunuh bakteri
wajahStaphylococcus aureus. Pada Badan Standarisasi Nasional.Standar Nasional
pengenceran III, 3 lembar tisu dilarutkan dalam Indonesia.co.id
50 ml aquades steril didapatkan rata-rata daerah
halo sebesar 1,54 cm 2 artinya 3 lembar tisu Dwidjoseputo, D. 2005. Dasar-dasar
efektif membunuh bakteri wajah Staphylococcus Mikrobiologi.Djambatan : Jakarta
aureus.Sesuai dengan latar belakang yang telah
dibuat bahwa tisu wajah dari limbah kulit pisang Fessenden.1994.Kimia Organik Jilid II.Erlangga.
ini mampu membunuh bakteri wajah Jakarta

Uji Daya Serap Air Pada Tisu Hendro Soenarjono. 1998. Teknik Memanen
Tabel 10. Uji Daya Serap Air Pada Tisu Buah Pisang agar Berkualitas Baik.Trubus no.
341.

Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia


Mikroorganisme. Wyrama Widya : Bandung

Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan Island B,. Cicilia, N., dan Anang G. 2003.
bahwa ketebalan tisu yang telah dirata-ratakan Prospek dan Potensi Pemanfaatan Kayu Karet
adalah 0,09 mm.Pengukuran dilakukan dari Sebagai Substitusi Kayu Alam. Jurnal Ilmu dan
bagian tepi dan tengah tisu tersebut. Tisu yang Teknologi KayuTropis Vol. 1. No. 1.
dianalisa memiliki ketebalan yang sama dan
rata jika dilihat dari data yang didapatkan tisu James clark. 1987. Pulp and Paper
tersebut memiliki ketebalan cukup. Techonology. McGrow Hill BookCompany. New
York
KESIMPULAN
Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman
Setelah dilaksanakan penelitian berupa Buah-buahan. C.V. Sinar Baru.Bandung.
pembuatan produk tisu wajah dan analisisnya
yang berjudul Pembuatan Tisu Wajah dari Syamani.F.A., Prasetiyo. K.W., Budiman. I.,
Limbah Kulit Pisang dan didapatkan hasil Subyakto, dan Subiyanto. B. 2008. Sifat Fisis
analisa dari parameter untuk bahan dasar kulit Mekanis Papan Partikel dari Serat Sisal atau
pisang dalam bentuk pulp yaitu kadar rendemen Serat Abaka setelah Perlakuan Uap.J. Tropical
sebesar 86,54%, kadar hemiselulosa 21,63%, Wood Science and Technology Vol. 6 . No. 2
kadar selulosa 49,73%, kadar lignin 1,33% dan .2008
kadar abu sebesar 1,24%, serta untuk analisa
parameter sampel tisu didapatkan nilai gramatur Subiyanto, B., Raskita, S., dan Efendy, H.
sebesar 14,12 g/m2, kadar air 7,90%, nilai pH 2003.Pemanfaatan Serbuk Sabut Kelapa
7,12, uji efektivitas mikroba metoda difusi sebagai Bahan Penyerap Air dan Oli Berupa
cakram sebesar 1,54 cm 2, daya serap air Panel Papan Partikel.Jurnal Ilmu dan Teknologi
10,67mm dengan kecepatan serap 1,8×10-4 m/s Kayu Tropis Vol. 1.
dan ketebalan pada kertas tisu adalah 0,09mm.
Dari data yang telah didapatkan Tisu Wajah Dari Van Steenis, C.G.G.J., D. Den Hoed, S.
Limbah Kulit Pisang dapat dipasarkan kepada Bloembergen dan P.J. Eyma. 2002. Flora. P.T.
masyarakat karena sesuai dengan SNI Kertas Pradnya Paramita. Jakarta.
Tisu Muka (Revisi Sni 14-1073-1987).
YayanSutrian. 1992.Pengantar AnatomiTumbuh-
SARAN tumbuhan. Rineka Cip

Penulis mengharapkan kepada masyarakat agar Elyani.1999. Pengetahuan Bahan Baku


dapat mengolah dan memanfaatkan kembali Kertas.Balai besar selulosa. Bandung.
limbah kulit pisang yang selama ini kurang
dimanfaatkan dapat dijadikan sebuah produk
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 92
PEMBUATAN DAN ANALISIS EFEKTIF MIKROORGANISME DARI
LIMBAH CAIR PABRIK TAHU,BEKATUL DAN LIMBAH SAYURAN

Yeni Hermayanti, Nofal Henri, Suci nurjanah, Tesya Zulfida Putri


dan Yosi Rahmatika Sari

Laboratorium SMK-SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V Kel.kapalo koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

Email : nofalhenry@gmail.com

ABSTRAK

EM 4 merupakan suatu cairan berwarna kecoklatan dan beraroma manis asam (segar) yang
didalamnya berisi campuran beberapa mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi proses
penyerapan/persediaan unsur hara dalam tanah. Penulis melakukan variasi pembuatan EM 4 yang
bahan dasar EM 4 biasanya dari air beras diganti menjadi air limbah dari proses pembuatan tahu dan
sampah sayur. Diketahui, limbah air tahu ini dapat dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan
mikroba dan kandungan unsur haranya dibutuhkan oleh tanaman. Proses Fermentasi EM 4 dilakukan
selama 4 minggu dan kemudian di analisis, maka di dapatkan hasil sebagai berikut: Nitrogen 1,1 %,
kadar Fe 2,03 ppm, posfor 4,92 %, Kalium 1,25 %,C-Organik 0,33 %, Cu 0 ppm, Mg 39× 104, Zn 7,48
ppm, Pb 0 ppm, E-Coli 0 (-), Mn 6,05 ppm, dan pH EM 4 4,58. Hasil tersebut sesuai dengan yang di
syaratkan dan sesuai standar dari Kementrian Pertanian (Permenpan No.70/ permenpan/ SR.140 /10
/2011).

Kata kunci : EM 4, Unsur Hara, Limbah Cair Pabrik Tahu

ABSTRACT

EM 4 is a brownish liquid and sweet-scented acid (fresh) which contains a mixture of several
live microorganisms that are beneficial for the absorption / supply of nutrients in the soil. The author
did a variation of making the base material EM4 EM 4 usually of rice water was changed to the
wastewater from the process of making tofu and vegetable bins. Known, tofu wastewater this can be
used as microbial growth media and content elements needed by plants. Fermentation Process EM 4
for 4 weeks and then in the analysis, then get the following results: 1.1% nitrogen, 2.03 ppm Fe
content, 4,92 % Phosfor, 1,25 % Kalium, 0,33 % C-Organik, o ppm Cu, 39× 104 Mg, 7,48 ppm Zn, 0
ppm Pb, 0 (-) E-Coli, 6,05 ppm Mn, and pH of the EM4 4.58. These results are in accordance with
other requirements and standards of the Ministry of Agriculture (Permenpan No. 70 / PERMENPAN /
SR.140 / 10/2011).

Key word : EM 4, Nutrients, Tofu Wastewater

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 93


PENDAHULUAN

Sebagian besar masyarakat memandang


sampah sebagai barang sisa yang tidak
berguna, bukan sebagai sumber daya yang Campur semua
dapat dimanfaatkan. Sampah sebagai bahan sesuai takaran
Masukkan ke
sumberdaya mempunyai nilai ekonomis dapat suatu wadah
dengan
dimanfaatkan, misalnya untuk sumber energi, penampung
kompos, pupuk atau pun bahan baku industri. perbandingan (5 kg
Salah satu contoh pemanfaatan yang lainnya Limbah sayur : 7,5 air
adalah menjadikan sampah sebagai limbah tahu : 5 kg
mikroorganisme local (MOL). Bahan MOL siap Bekatul : 1 kg gula
pakai sebenarnya banyak dijualan di pasaran. merah)
Namun kenyataannya, pembuatan (MOL) sangat
mudah dilakukan. Dikarenakan bahan-bahan Saring dan cairan Diamkan
pembuatnya ada di sekeliling kita, seperti air EM1 di campur dg
limbah tahu dan sampah sayuran yang Pembuatan
sampah sayur
pemanfaatannya belum sempurna bahkan produk
terbuang begitu saja. Pada saat proses
pembuatan tahu, air limbah tahu biasanya hanya selama satu
dibuang begitu saja. Air limbah tahu yang
minggu dan
terbuang tersebut menimbulkan pencemaran
dari segi bau dan warnanya yang kehitaman. jadi EM 1
Saring dan cairan
Padahal air limbah tahu dan ampas tahu bisa Diamkan selama EM 2 dicampur dg
dimanfaatkan untuk pembuatan Molekul
satu minggu dan bekatul, gula
Mikroorganisme ( MOL).
jadi EM 2 merah dan air
Biasanya pada pembuatan MOL salah satu
bahan dasarnya adalah air beras seperti produk limbah tahu
EMRAS ( EM dari air beras) yang banyak di
pasaran, oleh karena itu penulis mencoba
membuat sebuah inovasi dengan mengganti Diamkan lagi
bahan dasar air beras tersebut menjadi air selama satu
Diamkan
limbah dari pabrik tahu. Beberapa hasil minggu tanpa
selama satu
penelitian sebelumnya menunjukan bahwa air menambah apapun
minggu dan
limbah tahu masih dapat dimanfaatkan sebagai Jadilah EM 4 dan
jadi EM 3
media pertumbuhan mikroba karena Produk siap untuk
mengandung protein cukup tinggi. menurut dikemas
hermayanti (2009) komposisi air limbah tahu
(whey) terdiri dari gula pereduksi (0,09) total
gula (0,32%) protein (0,20%) dan NaCI (0,38%).
Limbah air tahu juga mengandung N, P, K, Ca,
Mg, dan C organik yang berpotensi untuk
meningkatkan kesuburan tanah. MOL atau yang Gambar 1. Skema Pembuatan Produk
disebut juga EM 4 adalah suatu cairan yang
berwarna kecoklatan yang beraroma manis Metodologi yang digunakan untuk anauk EM 4
asam (segar) yang didalamnya berisi campuran ini yaitu Penentuan Kadar C-Organik, Penentuan
mikrorganisme hidup sejenis bakteri baik yang Kadar Kalium, Penentuan Kadar Logam Cu, Mn,
dibuat untuk pembusukan sampah organik Zn, Pb, Fe metoda SSA, Penentuan Kadar
sehingga dapat dimanfaatkan dalam Phospor Metoda Spektrofotometri Uv-Vis,
pengomposan. MOL EM4 ini juga mengandung Penentuan kadar fosfor, Penentuan Kadar Ion
zat-zat kimia yang tak dimiliki pupuk anorganik. Ca Dan Ion Mg Metoda Kompleksometri,
Sehingga dengan pembuatan MOL ini petani Pengujian Escherichia Coli metoda MPN, dan
tidak tergantung pada pupuk kimia yang Penentuan Derajat Keasaman (pH) Metoda pH
semakin tinggi. Meter. Sumber bahan baku pembuatan EM 4:
Limbah air tahu diambil langsung dari pabrik
tahu yang bertempat di kalawi, sampah sayur
diambil di Bandar Buat, bekatul didapatkan di
heller padi dan gula merah dibeli di warung.

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 94


BAHAN DAN METODE homogenkan. Ukur dengan flame photometer
dan catat konsentrasinya.
Alat yang digunakan adalah alat gelas yang Pembuatan Larutan Standar dan deret standar :
terdapat di Laboratorium, Oven, Incubator, Dilarutkan 0.2314 gram K2HPO4 dengan
Autoclave, Desikator, Neraca analitik, Neraca aquadest dalam labu ukur 250 mL. paskan dan
kasar, Kompor gas, Spektrofotometri UV-VIS, homogenkan, sehingga diperoleh larutan
Spektrofotometri Serapan Atom, Flamefotometri, standar kalium sebagai K2O dengan konsentrasi
Bahan 500 ppm, dipipet 20 mL larutan standar kalium
Sampel, H2SO4 Pekat, K2Cr2O7 2 N, FeSO4 0.2 sebagai K2O 500 ppm ke dalam labu ukur 100
N, H2SO4 4 N, KMnO4 0,1 N, (NH4)2C2O4 4%, mL, maka didapatkan larutan intermediet 100
Titrisol Cu, NH3OH, HCL, Larutan Supresor ( ppm, dimasukkan 0 mL, 2,5 mL, 5 mL, 7,5 mL,
CaCO3 + HCL ), K2HPO4, Kertas Saring, 10 mL dan 12,5 mL larutan intermediet masing –
aquadest, aquabidest, batu Didih, HNO3, masing kedalam labu ukur 50 mL, dipaskan
Na2HPO4, HCLO4 70 %, Ammonium molibdat, dengan aquadest sampai tanda tera dan
Ammonium vanadat, HNO3 pekat, HNO3 5 N, homogenkan sehingga diperoleh konsentasi 0,
Kertas saring whatman no 42, Titrisol Pb, Tri 5, 10, 15, 20, 25 ppm, dilakukan pengukuran
Etanol Amine 1 : 1, Indicator murexcid, Larutan dengan flame photometer, dan hitung kadar
buffer pH 10, Na2S, Indicator EBT, Larutan kalium.
EDTA, Indicator Murexid, KOH 3 N, sampel
EM4, Aquades, Aquabides, Titrisol Fe, HNO3 Penentuan Kadar Logam Cu
Pekat, Kertas saring whatman no 42, Vaselin, Cara Kerja Persiapan sampel : Sampel diambil
H2SO4 0,25N, NaOH 40%, NaOH 0,25 N, sebanyak 100 mL dan masukan kedalam gelas
Indicator campuran conway, Indicator PP, H2SO4 piala, ditambahkan HNO3 pekat sebanyak 5ml,
pekat, Kertas saring membrane 0,45 µm, ditutup dengan kaca arloji, dipanaskan hingga
Larutan BPW 0,1 % (Buffered Pepton Water volumenya berkurang setengah dari volume
0,1%), Media BGLB (Brilliant Green Agar), awal (sampel), ditambahkan lagi HNO3 pekat
Media LB (Lactosa Broth), Larutan induk Mn sebanyak 5ml, dipanaskan kembali hingga
1000 ppm, Larutan induk Zn 1000 ppm larutan sampel jernih, dinginkan larutan sampel
yang telah didestruksi,dimasukan kedalam labu
Prosedur Kerja ukur 100 mL, himpitkan hingga tanda tera lalu
Penentuan Kadar C-Organik homogenkan.Pembuatan Larutan Standar dan
Sampel ditimbang sebanyak 5 gram dengan Deret Standar : Dipipet Titrisol Cu sebanyak 10
menggunakan neraca analitik, dimasukkan mL, lalu Larutkan dengan aquades dalam labu
kedalam erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 15 ukur 100 mL, tera lalu homgenkan, sehingga
mL H2SO4 pekat dan 10 mL K2Cr2O7 2N, didapat larutan intermediet (100ppm),
dilakukan proses destruksi diatas nyala api dimasukan larutan intermediet (100ppm)
kompor gas sampai warna larutan telah jernih kedalam buret, dibuatlah deret standar dengan
kehijau-hijauan, didinginkan dan encerkan masing-masing konsentrasi 0, 2, 4, 6, 8, 10
dengan aquades didalam labu ukur 100 mL, (ppm), dimasukan larutan intermediet dari buret
paskan dan homogenkan, disaring dengan kedalam labu ukur 50 mL dengan volume sesuai
kertas saring, dipipet 10ml fitrat dan masukkan dengan masing-masing konsentrasi yang sudah
kedalam Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 12 ditentukan, ditambahkan HNO3 pekat 5 mL pada
mL FeSO4 0.2 N, ditambahkan 25 mL H2SO4 4N, masing-masing deret standar, lalu himpit hingga
dititar dengan KMnO40,1 N hingga titik akhir tanda tera dan homogenkan. Pengukuran
titrasi, lembayung muda. Catat volume titrasi larutan sampel : Disaring larutan yang sudah
yang terpakai, dilakukan titrasi secara duplo, ditera dalam labu ukur 100 mL dengan kertas
dilakukan prosedur yang sama untuk blanko. saring lipat berlipat, diambil filtratnya sebagai
larutan sampel yang siap diukur, dilakukan
Penentuan Kadar Kalium pengukuran ion logam Cu, diukur dengan SSA.
Persiapan larutan contoh : Ditimbang 5 gr
contoh dengan teliti dan masukkan ke dalam Penentuan Kadar Mn Metoda SSA
gelas piala, ditambahkan 10 mL HCl, 100 mL Persiapan Contoh : Sampel 100ml didalam gelas
aquadest dan didihkan selama 5 menit, piala, ditambahkan 5ml HNO3 pekat, larutan
didinginkan, pindahkan ke dalam labu ukur 250 dipanaskan hingga berubah menjadi bening,
mL kemudian encerkan dengan aquadest dipindahkan kedalam labu ukur, dan dipaskan
sampai tanda tera, homogenkan dan saring hingga tanda tera menggunakan aquabidest,
dengan kertas saring whatman 42, dipipet dihomogenkan, larutan disaring, contoh siap
larutan contoh 10 mL dan masukkan ke dalam untuk diukur dengan SSA. Persiapan Larutan
labu ukur 100 mL, ditambahkan 5 mL larutan Intermediet : Titrisol Mn 1000 ppm dipipet 10 ml,
supresor, encerkan dengan aquadest dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml,
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 95
dipaskan dengan aquabidest hingga tanda tera, sampai tanda tera, lalu homogenkan.
lalu, dihomogenkan. Persiapan Deret Standar, Pembuatan larutan induk Fe 100 ppm: Diipet 10
larutan intermediet dimasukkan kedalam buret, ml larutan Fe 1000 ppm, kemudian masukkan ke
lar. Intermediet dimasukkan kederet sesuai dalam labu ukur 100 ml, dipaskan dengan
konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4, 5 ppm, ditambahkan 5 aquabides sampai tanda terra. Pembuatan deret
ml HNO3 pekat, dipaskan dengan aquabidest standar: Dipipet 0, 1, 2, 3, 4 dan 5 ml larutan
hingga tanda tera, lalu, dihomogenkan, deret intermediet Fe 100 ppm masing masing ke
siap untuk diukur dengan SSA. dalam labu ukur 50 ml, ditambahkan aquabidest
sampai tanda terra lalu homogenkan. Persiapan
Penentuan Kadar Zn Metoda SSA sampel (destruksi basah): Dipipet 100 ml sampel
Persiapan Contoh: Sampel 100ml didalam gelas dengan pipet gondok, masukkan ke dalam gelas
piala, ditambahkan 5ml HNO3 pekat, larutan piala, tambahkan 5 ml HNO3 pekat pada,
dipanaskan hingga berubah menjadi bening, dipanaskan sampai mendidih smpai setengah
dipindahkan kedalam labu ukur, dan dipaskan larutan tersisa, tambahkan lagi 5 ml HNO3 pekat
hingga tanda tera menggunakan aquabidest, danpanaskan kembali, pindahkan ke dalam labu
dihomogenkan, larutan disaring, contoh siap ukur 100 ml, dipaskan dengan aquabides
untuk diukur dengan SSA. Persiapan Larutan sampai tanda tera lalu homogenkan, disaring
Intermediet: Titrisol Zn 1000 ppm dipipet 10 ml, sampel dengan kertas saring whatman, sampel
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, siap diuji Pengukuran kadar Fe: Aspirasikan
dipaskan dengan aquabidest hingga tanda tera, larutan standar dan sampel ke alat AAS melalui
lalu dihomogenkan. Persiapan Deret Standar: pipa kapiler, baca dan catat nilai absorbannya,
Larutan intermediet dimasukkan kedalam buret, buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan
lar. Intermediet dimasukkan kederet sesuai persamaan garis regresi, hitung kadar Fe.
konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4, 5 ppm, ditambahkan 5
ml HNO3 pekat, dipaskan dengan aquabidest Penentuan Kadar Phospor Metoda
hingga tanda tera, lalu dihomogenkan, deret siap Spektrofotometri Uv-Vis
untuk diukur dengan SSA. Pembuatan larutan induk 500 ppm: Timbang
0.1250 gram Na2HPO4 dengan Neraca Analitik,
Penentuan Kadar Ion Logam Pb Metoda SSA larutkan didalam labu ukur dengan aquadest
Pembuatan Larutan Induk: Titrisol Pb 1000 ppm. sampai volume 250 mL, kemudian dipaskan
Persiapan Contoh: Sampel dihomogenkan sampai tanda tera,lalu homogenkan. Pembuatan
dengan cara di kocok, dimasukkan 100 ml larutan intermediet 100 ppm: Pipet 20 ml larutan
sampel yang sudah dihomogenkan ke dalam induk dengan pipet gondok, lalu di masukkan
gelas piala, ditambahkan 5 ml asam nitrat kedalam labu ukur 100 ml, dan dipaskan sampai
(HNO3) ke dalam gelas piala yang berisi sampel, tanda
sampel di panaskan di pemanas listrik sampai tera.Pembuatan larutan deret standar: Pipet 0, 5,
larutan sampel hampir kering, sampel yang 10, 15, 20 mL larutan intermediet kedalam
hampir kering tersebut, kemudian ditambahkan masing-masing labu ukur 50 mL, tambahkan 5
50 ml aquabidest, disaring sampel dengan mL HNO3 5 N kedalam masing-masing deret
kertas saring dan dimasukkan ke dalam labu standar, kemudian ditambahkan larutan
ukur 100 ml, ditambahkan aquabiest sampai ammonium molibdovanat sebanyak 20 mL dan
tanda batas, diukur kadar sampel dengan masukan kedalam masing-masing deret, lalu
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) pada dipaskan sampai tanda tera dengan aquades,
panjang gelombang 283,3 nm. Pembuatan kemudian di homogenkan. Persiapan Sampel:
Larutan Intermediet: Dipipet 10 ml Tritisol Pb Timbang sampel 1 gram,lalu dimasukkan
1000 ppm dengan pipet gondok, masukkan ke kedalam gelas piala 250 mL, lalu tambahkan 20-
dalam labu ukur 100 ml, tambahkan aquabidest 30 ml larutan HNO3p.a, lalu di didihkan selama
sampai tanda tera dan homogenkan. Pembuatan 30 menit sampai 40 menit tujuannya untuk
Deret Standar: Dimasukkan larutan intermediet mengoksidasi bahan yang mudah teroksidasi,
dengan volume masing-masing untuk masing- lalu di dinginkan, kemudian tambahkan 50 ml
masing [ ] (0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, aquades didihkan beberapa menit, lalu
5 ppm), ditambahkan aquabidest hingga tanda pindahkan kelabu ukur 250 ml paskan sampai
tera dan homogenkan, diukur deret dengan AAS tanda tera dengan aquades lalu homogenkan,
dari [ ] terkecil. saring melalui kertas saring bebas abu no. 40
kedalam erlenmeyer yang kering.
Penentuan Kadar Fe Metoda SSA
Pembuatan larutan induk Fe 1000ppm: Penentuan kadar fosfor
Dituangkan larutan logam Fe 1 ml dari kemasan Pipet 5 ml sampel dan masing-masing larutan
ke dalam labu ukur 1000 ml, ditambahkan 5 ml standar fosfat (P2O5 0.4 mg/ml – 1.0 mg/ml)
asam nitrat pekat, tambahkan aquabidest masukkan kedalam labu ukur 100 mL,
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 96
tambahkan 45 ml aquades diam kan selama 5 number (MPN) untuk menentukan nilai MPN
menit, tambahkan 20 ml pereaksi ammonium berdasarkan jumlah tabung BGLB yang positif
molibdovanat, kemudian paskan sampai skala mengandung gas didalam tabung durham
dengan aquades lalu homogenkan, biarkan sebagai jumlah E.Coli per milliliter atau pergram.
pengembangan warna selama 10 menit, lakukan
pengerjaan pada blangko, optimasi Penentuan Derajat Keasaman (pH) Metoda
Spektrofotometer pada panjang gelombang 400 pH Meter
nm, baca absorbansi larutan contoh dan standar Ambil sampel lebih kurang 20 ml, masukkan ke
pada Spektrofotometer, buat kurva standar dan dalam gelas piala, Ukur pH sampel dengan pH
hitung kadar fosfor. meter, catat hasil pembacaan dari pH meter
tersebut.
Penentuan Kadar Ion Ca Dan Ion Mg Metoda
Kompleksometri HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Kadar Ion Ca: Pipet 50 ml sampel
EM4, tambahkan 25 mL aquades, tambahkan 2 Hasil Penetapan Kadar C-Organik
ml Tri Etanol Amine 1:1, tambahkan 3 mL KOH Setelah dilakukan analisis kadar C-Organik pada
3N dan 0.1 gram Indikator Murexid, kemudian produk EM4 didapatkan hasil yaitu 0,33%,
titar dengan larutan EDTA, catat volume akhir sementara untuk hasil kandungan bahan organik
penitaran dan hitung kadar. Penentuan Kadar pada EM4 yaitu 0,57% , dimana hasil tersebut
Ion Mg: Pipet 50 ml sampel EM4 masukan tidak memenuhi syarat standar, karna menurut
kedalam Erlenmeyer, tambahkan 25 ml peraturanmentri pertanian No.70/Permentan/SR.
Aquades, kemudian 7 ml Buffer pH 10, 140/10/2011 batas minimal kadar C-Organik
tambahkan 2 – 3 tetes Na2Sdan 2 – 3 adalah ≥ 4 ( besar sama dari 4% ). Rendahnya
tetesIndikator EBT, titar dengan larutan EDTA. kadar C-Organik tersebut dikarenakan proses
Catat volume penitaran. dekomposisi yang kurang sempurna ,
Pengujian Escherichia Coli metoda MPN kemungkinan oleh kurangnya bahan dasar yang
Penyiapan contoh: Sampel dimasukkan 1 mL digunakan.
kedalam tabung reaksi, ditambahkan 9 mL
larutam BPW 0,1% (pengenceran 10-1) dan Hasil Penetapan Kadar Kalium
dihomogenkan, pengenceran 10-1 dipipet 1 mL Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui
dimasukkan ke 9 mL larutan BPW 0,1% bahwa kadar Kalium dari sampel EM4 adalah
(pengenceran 10-2) dan dihomogenkan, 1,25% ini berarti sampel memenuhi standar
-2
pengenceran 10 dipipet 1 mL dimasukkan ke 9 pupuk organik No. 70/ permenpan/
mL larutan BPW 0,1% (pengenceran 10-3) dan SR.140/10/2011 unsur Kalium berfungsi untuk
dihomogenkan. Cara uji menggunakan 3 tabung mempercepat pembentukan kabohidrat dalam
reaksi: Uji pendugaan : 3 tabung reaksi yang tanaman, memperkokoh tanaman serta
berisi 5 ml LB (Lactosa Broth) disediakan untuk menambah daya tahan terhadap serangan hama
tiap-tiap pengenceran dari persiapan sampel, dan penyakit.
dipipet masing-masing 1mL ke setiap
pengenceran, pada temperature 350C Hasil Penetapan Kadar Logam Cu
diinkubasikan selama 24 jam sampai dengan 48 Setelah dilakukan analisis untuk unsur
jam, diamati adanya gas yang terbentuk didalam hara mikro Cu, yang mana dilakukan
tabung durham, dan hasil uji dinyatakan positif pengukuran dengan alat SSA didapatkan
apabila terbentuk gas. Uji konfirmasi: konsentrasi Cu sebesar -0.32365ppm, unsur Cu
Dipengujian harus selalu disertai dengan bisa dikatakan 0 ppm yaitu batas minimum pada
menggunakan kontrol positif, biakan positif dari standar baku mutu. Kadar unsur mikro (Fe, Mn,
uji pendugaan dipindahkan dengan Cu dan Za) adalah unsur hara yang diperlukan
menggunakan jarum inokulasi dari setiap tabung dalam jumlah yang sangat sedikit, berati tidak
LB ke tabung yang berisi 9 mL BGLB (Brilliant boleh terlalu tinggi karna jika tinggi maka unsur
Green Lactosa Broth) yang berisi durham, hara mikro tersebut malah akan menjadi racun
biakan positif dari uji pendugaan dipindahkan bagi tanaman. Unsur hara Tembaga (Cu)
dengan menggunakan jarum inokulasi dari berfungsi untuk pembentukan enzim seperti:
setiap tabung LB ke cawan petri yang berisi Ascorbic acid oxydase, Lacosa, Butirid Coenzim
endo agar. Pada temperature 45,5 C A. Dehidrosenam dan juga berperan penting
diinkubasikan selama 24 jam ± 2 jam, dalam pembentukan hijau daun (khlorofil).
diperhatikan adanya gas yang terbentuk didalam
durham dan adanya warna kilap emas pada
cawan, dan hasil uji dinyatakan positif apabila
terbentuk gas dan adanya kilap logam,
selanjutnya digunakan table most propable
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 97
Hasil Penentuan Kadar Mn (Mangan) metoda Hasil Pengujian E.Coli
SSA Uji dugaan yang menggunakan media
Dari tabel dapat dilihat bahwa kadar Mn yang Lactosa Broth :
terkandung dalam EM4 adalah 6 ppm, sesuai Tabel 1 : hasil dugaan dengan Lactosa Broth
dengan standar pupuk organik menurut SK
MenteriPertanianNo.70/PERMENPAN/SR.140/1
0/2011. Karena dapat menyediakan unsur hara
Mn pada EM 4 yang bermanfaat bagi tanah dan
tanamam. Mangan minimal 0 ppm dan maximal
1000 berarti mutu dan kualitas EM 4 dari limbah
air tahu dan limbah sayurini baik dan sesuai
dengan standar dari kementrian pertanian, dan
berarti EM 4 ini dapat diberikan kepada tanaman Ket : P1 = Perlakuan 1
dan tanah karena kadar logam Mn kecil, jika P2 = Perlakuan 2
kadar logam Mn dalam EM 4 tinggi maka dapat
mengganggu metabolisme atau meracuni Dari uji dugaan dengan menggunakan media LB
tumbuhan dan merusak, tetapi unsur logam (Lactosa Broth) dari pengenceran 10-1 dan 10-2
penting untuk kesempurnaan pertumbuhan dengan perlakuan pertama dan kedua semua
tanaman. Kecukupan unsur hara mikro ampul naik pada tabung dan dapat disimpulkan
memengaruhi kesempurnaan fisiologi tumbuhan bahwa hasilnya positif untuk coliform,
seperti Mangan yang bermanfaat dalam proses sedangkan pada tabung 10-3 dengan perlakuan
asimilasi dan berfungsi sebagai komponen pertama dan kedua sama tetapi hasilnya yang
utama dalam pembentukan enzim dalam berbeda yaitu pada perlakuan pertama ampul
tanaman. Kekurangan mangan dapat yang naik adalah 1 sedangkan pada perlakuan
menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kedua ampul tidak naik atau tidak memiliki
kerdil, terutama pada tanaman holtikultura gelembung udara. Maka dapat disimpulkan
seperti sayuran, dibagian daun yang kekurangan bahwa pada sampel EM4 masih ada dugaan
mangan sering ditemukan warna kekuningan terdapatnya coliform, dan tabung yang positif
atau merah. Selain itu pembentukan biji, tidak dilanjutkan ke uji penguat.
akan bagus.
Uji Penguat dengan Media BGLB(Brilliant
Hasil Penentuan Kadar Zn (Seng) metoda Green Lactosa Broth)
SSA Tabel 2. Hasil Dugaan dengan Briliant Green Lactosa
Dari tabel dapat dilihat bahwa kadar Zn yang Broth
terkandung dalam EM4 adalah 7 ppm. sesuai
standar pupuk organik menurut SK Menteri
Pertanian No.28/Permentan/SR.130/B/2009.
Karena dapat menyediakan unsur hara Zn, pada
EM 4 yang bermanfaat bagi tanah dan
tanamam. Seng minimal 0 ppm dan maksimal
1000 ppm berarti mutu dan kualitas EM 4 dari
limbah air tahu dan limbah sayur ini baik dan
sesuai dengan standar dari kementrian
pertanian, dan Ket : P1 = Perlakuan 1
berarti EM 4 ini dapat diberikan kepada P2 = Perlakuan 2
tanaman dan tanah karena kadar logam Zn Berdasarkan tabel di atas didapatkan jumlah
kecil, jika kadar logam Zn dalam EM 4 tinggi Eschericia Coli yang positif adalah 0, sedangkan
maka dapat mengganggu metabolisme atau syarat mutu berdasarkan SK Menteri Pertanian
meracuni tumbuhan dan merusak, tetapi unsur No.28/Permentan/SR.130/B/2009 yaitu < 102.
logam penting untuk kesempurnaan Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan EM4
pertumbuhan tanaman. Kecukupan unsur hara telah memenuhi syarat untuk mikroba
mikro memengaruhi kesempurnaan fisiologi kontaminan. Karena mikroba kontaminan seperti
tumbuhan seperti Seng yang bermanfaat dalam Eschericia Coli atau Salmonella merupakan
pembentukan hormon tumbuh, katalis bakteri yang merugikan bagi pertumbuhan
pembentukan protein, pematangan biji. tanaman.

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 98


pH sampel menggunakan pH meter dari limbah air tahu dan limbah sayur ini baik
Tabel 3. Hasil Pengukuran pH sampel dan sesuai dengan standar dari kementrian
peranian, dan berarti EM 4 ini dapat diberikan
kepada tanaman dan tana karena kadar logam
beratnya kecil, jika kadar logam berat dalam EM
4 tinggi maka dapat mengganggu metabolisme
atau meracuni tumbuhan dan merusak, tetapi
unsur logam penting untuk kesempurnaan
pertumbuhan tanaman. Kecukupan unsur hara
Dari tabel 1 diatas, dapat kita lihat pH dari mikro memengaruhi kesempurnaan fisiologi
sampel EM 4 sebesar 4,58. hasil yang diperoleh tumbuhan seperti, bunga, buah, daun, aroma,
sesuai dengan standar dari (PermenpaNo. rasa, bentuk dan warna.
70/permenpan/SR.140/10/2011) yang pH
maksimal adalah 8 berarti mutu dan kualitas EM Kadar phosphor
4 dari limbah air tahu dan limbah sayur ini baik Tabel 6. Hasil Penentuan Kadar Phosphor
dan sesuai dengan standar dari kementrian
pertanian. Stabilitas tanah yang bagus akan
cepat mendekomposisi unsur hara dalam tanah
dan akan memperbaiki sifat kimia, fisik, dan
biologi pada tanah.

Hasil pengujian kadar Nitrogen total Dari table diatas kadar Phospor yang diperoleh
Tabel 4. Hasil Penetapan Nitrogen Total dalam EM4 belum memenuhi standar
Permenpan dan standar acuan EM4 yang ada
dipasaran. Perlu dilakukan perbaikan komposisi
untuk penelitian selanjutnya. Kelebihan P
menyebabkan penyerapan unsur lain terutama
unsure mikro seperti besi (Fe) ,tembaga (Cu) ,
Dari tabel 2 dapat terlihat kadar nitrogen total dan seng (Zn) terganggu. Namun gejalanya
dari sampel EM 4 yang didapatkan sebesar tidak terlihat secara fisik pada
1,1% hasil yang diperoleh sesuai dengan tanaman.Sedangkan kekurangan dimulai dari
standar dari (Permenpan No. daun tua menjadi keunguan cenderung
70/permenpan/SR.140/10/2011) yang kadar kelabu.Tepi daun cokelat ,tulang daun muda
nitrogen total maksimal 2 % berarti mutu dan berwarna hijau gelap. Hangus ,pertumbuhan
kualitas EM 4 ini baik dan sesuai dengan daun kecil , kerdil , dan akhirnya rontok. Fase
standar dari Kementrian pertanian. Dengan EM pertumbuhan lambat dan tanaman kerdil.
4 ini sesuai dengan standar dari Kemenpan
berartiEM 4 ini dapat membantu proses Uji Kadar Pb
pembentukan hijau daun atau klorofil. Klorofil Tabel 7. Uji Kadar Pb
sangat berguna untuk membantu proses No. Parameter Hasil (ppm) Standar Acuan
fotosintesis. Apabila tanaman kekurangan
nitrogen, maka dapat menyebabkan 1 Kadar Pb 0 ppm
pertumbuhan tanaman tidak normal atau kerdil. 2 Kadar Pb 0 ppm
≤ 5 ppm
Nitrogen juga berfungsi sebagai sumber energi 3 Kadar Pb 0 ppm
bagi mikroorganisme dalam tanah yang Rata-rata 0 ppm
berperan dalam proses pelapukan atau Dari hasil penentuan kadar Pb yang didapat
dekomposisi bahan organik. dalam EM4 memenuhi syarat sesuai dengan
Peraturan Kementrian Pertanian Republik
Hasil Pengujian Kadar Fe Indonesia tentang Teknis Minimal Pupuk
Tabel. 5 Hasil Uji Kadar Fe Organik No.70/PERMEMPAN/SR.140/10/2011
dan EM4 yang ada dipasaran.

Uji Kadar Ca
Tabel. 8 Uji Kadar Ca

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar besi


yang terkandung dalam EM 4 ini sesuai dengan
standar (Permenpan No. 70 /permenpan/
SR.140/10/2011) yang kadar besi minimal 0 ppm Dari hasil penentuan kadar kalsium yang
dan maximal800 berarti mutu dan kualitas EM 4 didapat dalam EM 4 tidak sesuai dengan standar
ketentuan perlu dilakukan perbaikan komposisi
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 99
ulang untuk penelitian selanjutnya. Kelebihan Emel. 2011.Gambar Komponen Spektrofotometri
kalsium mengakibatkan tanaman terlalu cepat UV-VIS. diakses pada taggal 21 Maret 2014.
tinggi, proses terbentuknya juga menja dilambat,
dan apabila berbunga akan mudah rontok. Hindesah, dkk. 2011. Pemanfaatan Limbah
Gejala kekurangan kalsium ditandai dengan Tahu Dalam Pengomposan Sampah Rumah
daun yang keriting, tua, daun mengecil dan daun Tangga Untuk Meningkatkan Kualitas
mudah rontok. Mikrobiologi Kompos. Fakultas pertanian
Padjajaran Bandung.
Uji Kadar Mg
Dari hasil penentuan kadar Magnesium yang Khopkar SM. 1990. Pengertian Spektrofotometri
didapat dalam EM 4 39x104 ppm tidak sesuai UV-Vis pdf. Diakses pada tanggal 21 Maret 2015
dengan standar ketentuan, karena staandarnya Mulyono.2014. Membuat MOL Dan Kompos Dari
401.58 ppm. perlu dilakukan perbaikan Sampah Rumah Tangga. Jakarta : Reaksi
komposisi ulang untuk penelitian selanjutnya. AgroMedia.
Kelebihan Magnesium tidak menimbulkan gejala
yang ekstrim pada tanaman karena Magnesium Mutiara Wati, Tiro Onggo. 2001. Aktivasi
termasuk unsur Hara Makro yang dibutuhkan Bioaktifator dan pengaruhnya terhadap
oleh tanaman.Sedangkan jika kekurangan kadar pertumbuhan dan hasil berbagai sayuran.
Magnesium akan timbulnya bercak-bercak Bandung :Fakultas Pertanian Universitas
kuning dipermukaan daun tua. Hal ini terjadi Padjajaran.
karena Mg diangkut ke daun muda.Daun tua
menjadi lemah dan akhirnya mudah terserang Nurhasanah, Hanafi. 2012. Pemanfaatan limbah
penyakit terutama embun tepeung (powdery air tahu ( Whey ) sebagai media pertumbuhan
mildew). bakteri penghasil bakteriosin. Bogor : Warta
Akab, No.28, Desember
KESIMPULAN
Permenpan No.70/permenpan/SR.140/10/2011
EM 4 merupakan suatu cairan berwarna
kecoklatan dan beraroma manis asam (segar) Sutanto,R. 2002. Penerapan Pertanian Organik
yang didalamnya berisi campuran beberapa Pemasyarakatan dan Pengembangannya.
mikroorganisme hidup yang menguntungkan Yogyakarta: Canasius.
bagi proses penyerapan/persediaan unsur hara
dalam tanah. Proses Fermentasi EM 4 dilakukan Suwahyono, U. 2014. Cara Cepat Membuat
selama 4 minggu dan kemudian di analisis, Kompos dari Limbah, Jakarta: Penebar
maka di dapatkan hasil sebagai berikut: Nitrogen Swadaya.
1,1 %, kadar Fe 2,03 ppm, posfor 4,92 %,
Kalium 1,25 %,C-Organik 0,33 %, Cu 0 ppm, Mg Standar Nasional Indonesia. SNI 19-7030-2004.
39× 104, Zn 7,48 ppm, Pb 0 ppm, E-Coli 0 (-), Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik
Mn 6,05 ppm, dan pH EM 4 4,58. Hasil tersebut Domestik. Badan Standarisasi Nasional.
sesuai dengan yang di syaratkan dan sesuai
standar dari Kementrian Pertanian (Permenpan Standar Nasional Indonesia. SNI 2803:2010.
No.70/ permenpan/ SR.140 /10 /2011). Pupuk NPK Padat. Badan Standarisasi
Nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar,Chairil.1994. Pengantar Praktikum Kimia


Organik.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Astawan,M dan Febrianda,AE. 2012 .Fungsi


Dan Manfaat Bekatul. Diakses tanggal 20 Maret
2015

Budiana, N S. 2007. Memupuk Tanaman Hias,


Jakarta: Penebar Swadaya, 2007

Ekotama, Suryono.2008. Peluang Bisnis Tahan


Kritis, Yogyakarta: Medpress.

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 100


PEMBUATAN DAN ANALISIS TEH KULIT MANGGIS (Garcinia
mangostana) SEBAGAI PENURUN KADAR KOLESTEROL DARAH

Yeniza, Mardiansyah dan Vani Arisa


Laboratorium SMK-SMAK Padang
Jl. Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

*)Corresponding author E-Mail : mardiansyah115560@gmail.com

ABSTRAK

Teh adalah minuman yang di hasilkan dari daun atau pucuk pokok renek Camelia sinesis atau Cperti
mangamellia thea di dalam air panas dan sejuk, melalui cara rendaman atau campuran. Teh juga bisa di buat
dari bahan lain, seperti kulit manggis yang memiliki banyak manfaat, salah satu nya sebagai penurun kadar
kolestrol.Pemeriksaan yang di lakukan pada teh dari kulit manggis ini yaitu penetapan kadar abu dan serat kasar
yang bertujuan untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu pengolahan, memperbaiki mutu dan lain sebagai nya.
Selanjutnya yaitu penetapan alkalinitas abu dan kadar Fe dengan hasil 1,02 % dan 1,28%. Kadar abu
didapatkan 2,68% dan serat kasar 9,9%, kadar air 5,54 %, kadar ekstrak dalam air 83,97 %, kapang 1 x
10-2.

Kata kunci : teh manggis, koleserol darah.

ABSTRACT

Tea is a drinking which is produced from the leaves or shoots renek Camelia sinesis or Cperti
mangamellia thea in the hot and cold water, by means of immersion or mixture. Tea can also be made from other
materials, such as mangosteen skin that has many benefits, one of them as mahing cholesterol low levels. The
examination is done on tea from the bark of the mangosteen is the determination of ash and crude fiber which
aims to determine whether or not a treatment, improve the quality and the other. Furthermore, the determination
of ash alkalinity and Fe content with the results of 1.02% and 1.28%. The content of its ash is 2,68% and 9,9%
crude fiber water content 5,54%, water extract content 83,97 %, kapang 1 x 10-2.

Keywords: tea mangosteen, blood cholesterol.

PENDAHULUAN

Perlu kita pahami bahwa kolesterol dan fisiologis lain. Dari jumlah tersebut 25-40 persen
lemak merupakan substansi yang berbeda. Satu atau sekitar 200-300 mg secara normal berasal
makanan bisa tinggi lemak, tetapi bebas dari makanan, selebihnya disintesis oleh tubuh.
kolesterol, misalnya minyak zaitun. Makanan lain Namun, apabila kolesterol dalam tubuh
bisa rendah lemak tetapi tinggi kolesterol, seperti berlebihan, maka akan tertimbun di dalam
jeroan. Kolesterol sebenarnya merupakan salah dinding pembuluh darah dan menimbulkan suatu
satu komponen lemak. Lemak merupakan salah kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu
satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh penyempitan atau pengerasan pembuluh darah.
kita disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya
protein, vitamin dan mineral. Lemak juga penyakit jantung dan stroke.
merupakan salah satu sumber energi yang Teh adalah minuman yang mengandung
memberikan kalori paling tinggi. kafein dan antioksidan, sebuah infusi yang
Kolesterol sangat dibutuhkan oleh tubuh dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk
untuk membentuk dinding sel-sel dalam tubuh daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari
dan pembentukan hormon-hormon steroid. tanaman Camellia sinensis dengan air panas.
Sebagaimana yang diungkapkan (Astawan, MS), Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi
ahli teknologi pangan dan gizi dari IPB, menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh
meskipun dianggap berbahaya, kolesterol tetap hijau, dan teh putih. Teh yang tidak mengandung
dibutuhkan tubuh. Manusia rata-rata daun teh disebut teh herbal. Teh merupakan
membutuhkan 1.100 miligram kolesterol per hari sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan
untuk memelihara dinding sel dan fungsi dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein.

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 101


Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang Dipindahkan segera ke dalam desikator dan
merupakan kenikmatan tersendiri dari teh. didinginkan selama 30 menit kemudian
Kulit manggis adalah buah yang banyak ditimbang lakukan sampai bobot konstan.
mengandung senyawa Xanthone ada yang Dilakukan pekarjaan secara triplo.
menulis sebagai santon, lebih dari antioksidan Penetapan kadar air metode evolusi :
dalam menangkal radikal bebas. Peneliti buah Semua alat dicuci bersih dan dikeringkan
manggis Fakultas Teknologi Pertanian Institut (kecuali oven neraca dan desikator ). Cawan
Pertanian Bogor (IPB), Dr. Indah Yuliasih, penguap sebelum nya di oven pada suhu 105°c
mengatakan berdasarkan penelitian, kulit buah – 110 °c dan didinginkan pada desikator.
manggis yang dioleh menjadi jus berkhasiat Ditimbang cawan kosong pada neraca analitik.
untuk menghambat proses penuaan, antikanker, Ditimbang cawan beserta sampel di dalam
melancarkan peredaran darah hingga neraca analitik (sampel 2 gram ). Dipanaskan
menurunkan kolesterol. sampel didalam oven dengan suhu 110°c
Khasiat sehat manggis berasal dari selama 3 jam. Didinginkan di dalam desikator
xanthone yang banyak terkandung dalam kulit selama 15 sampai dengan 20 menit. Ditimbang
manggis. Xanthone merupakan antioksidan kuat sampel beserta cawan nya dan diulangi sampai
yang bermanfaat bagi kesehatan. Sejak di peroleh bobot konstan.
berabad-abad yang lalu, air rebusan kulit
manggis telah dimanfaatkan sebagai obat Penetapan kadar ekstrak dalam air metode
tradisional untuk mengobati diare, disentri, gravimetri :
hingga sariawan. Kini, melalui berbagai Dipanaskan cawan di dalam oven pada suhu
penelitian yang dilakukan di berbagai negara, (105 ± 2)°C selama lebih kurang satu jam dan di
diketahui bahwa xanthone adalah alasan di balik didinginka ndalam desikator selama 20 menit
ampuhnya khasiat kulit manggis dalam sampai dengan 30 menit, kemudian ditimbang
mengobati berbagai penyakit (Holistic Healt dengan neraca analitik. Dimasukan contoh uji
Solution, 2011). sebanyak 2 gram ke dalam gelas piala 250 ml.
Ditambahkan 200 ml air mendidih dan diamkan
selama 1 jam. Disaring ke dalam labu ukur 500
ml dan bilas dengan air panas sampai larutan
bening atau jernih,kemudian dinginkan dan tepat
kan sampai ke tanda garis dengan air suling.
Dipipet 50 ml filtrate ke dalam cawan yang telah
di ketahui bobot nya dan dikeringkan di atas
penangas air. Dipanaskan ke dalam oven
selama 2 jam, didinginkan dalam desikator dan
timbang. Dipanaskan llagi di dalam oven selama
satu jam, dinginkan dalam desikator dan
ditimbang, ulangi pekerjaan hingga di peroleh
perbedaan hasil penimbangan tidak melebihi 1
mg. Dilakukan pekerjaan duplo.

Uji cemaran mikroba metode kapang :


Homogenisasi sampel
Ditimbang 25 g sampel kedalam erlenmeyer
atau wadah lain yang sesuai yang telah berisi
225 ml larutan pengencer (1:10). Dibuat
Gambar 1. Skema Pembuatan Produk pengenceran selanjutnya dari 10-1 hingga
diperoleh pengenceran yang diperlukan. Untuk
Cara kerja pengujian mutu pengenceran awal, suhu larutan pengencer
Penetapan kadar abu metode gravimetri : disesuaikan hingga 45oC.
Dipanaskan cawan dalam furnace pada suhu
(525 ± 25)ºC selama kurang lebih satu jam dan
didinginkan dalam desikator selama 30 menit
kemudian ditimbang dengan neraca analitik.
Dimasukan 3 gram sampel ke dalam cawan dan
ditimbang. Diarangkan cawan yang berisi
sampel dengan kompor gas sampai H2O hilang
setelah itu didinginkan. Dimasukan cawan yang
berisi sampel ke dalam furnace (525 ± 25)ºC
sampai terbentuk abu bewarna putih.
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 102
Uji cemaran mikroba pekat. Dipaskan dengan aquabides sampai
Dilakukan persiapan dan homogenisasi. Dipipet tanda tera, dan dihomogenkan.
1 ml dari masing-masing pengenceran ke dalam Pembuatan Larutan Intermediet
cawan petri steril secara simplo-duplo. Ke dalam Dipipet 10 ml larutan induk dengan
cawan petri dan digoyangkan cawan petri menggunakan pipet gondok 10 ml. Dipindahkan
sedemikian rupa sehingga campuran tersebar kedalam labu ukur 100 ml. Dilarutkan dengan
rata. Setelah agar membeku, dibalikan cawan aquabides sampai tanda tera, dan
petri dan inkubasi pada suhu 25oC atau suhu dihomogenkan.
kamar selama 5 hari. Dihitung koloni kapang dan Pembuatan Larutan Deret Standar
khamir setelah 5 hari. Dilaporkan/catat hasil Dimasukkan larutan intermediet ke dalam buret.
sebagai jumlah kapang dan khamir per gram Sediakan 6 buah labu ukur 50 ml. Diisi labu ukur
atau ml sampel. dengan larutan intermediet masing masing 0 ;
2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 ; dan 12,5 mL dengan
Penetapan kadar alkalinitas abu larut dalam konsentrasi deret 0 ; 0,5 ; 1 ; 1,5 ; 2 dan 2,5
air (sebagai KOH) metode volumetri : ppm. Lalu ditambahkan masing masing labu
Sampel yang digunakan adalah hasil dari kadar dengan 1 mL HNO3 pekat dan 5 mL KSCN 10%.
abu ditambahkan 20 ml air suling ke dalam Dipaskan dengan aquabides sampai tanda tera
cawan yang berisi abu, dipanaskan sampai dan dihomogenkan.
hampir mendidih dan saring dengan kertas Pengukuran Sampel
saring bebas abu ke dalam erlenmeyer. Dibilas Sampel berasal dari kadar abu, kemudian
cawan dan kertas saring beserta isinya dengan ditambahkan sedikit aquabides. Dimasukan
air panas hingga jumlah filtrat kira – kira 60 ml. kedalam labu ukur 50 mL dengan menggunakan
Kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N corong dan batang pengaduk. Ditambahkan 1
dengan menggunakan indikator merah jingga mL HNO3 pekat dan 5 mL KSCN 10%. Dipaskan
atau indikator MM. dengan aquabides sampai tanda tera dan
homogenkan. Disaring larutan dengan
Penetapan kadar serat kasar metode menggunakan corong dan kertas saring.
gravimetri : Optimalisasi alat spektro UV – VIS sesuai
Ditimbang 2 gram sampai 4 gram sampel dengan petunjuk alat, ukur masing – masing
kemudian dipindahkan kedalam erlenmeyer. larutan deret standar yang telah dibuat pada
Dikonstakan cawan penguap dan kertas saring panjang gelombang 460 nm, buat kurva kalibrasi
dalam oven dengan suhu 105ºC dinginkan dan standar dan lanjutkan dengan pengukuran
ditimbang sampai bobot konstan. Ditambahkan sampel.
15 ml etanol 96% pada sampel untuk
membebaskan lemak, lalu aduk dan diamkan Pengujian organoleptik :
selama beberapa menit. Ditambahkan 50 mL Pengujian bau
larutan H2SO4 1,25% , diaduk, kemudian Ditimbang 2,80 garam contoh masukkan
didihkan selama 30 menit dengan menggunakan kedalam cangkir pencoba porselen 140 ml atau
pendingin tegak. Diambahkan 50 mL larutan 5,60 gram contoh masukkan kedalam cangkir
NaOH 3,25% kemudian didihkan selama 30 percobaan porselen 280 ml. Dituangkan air
menit dengan menggunakan pendingin tegak. suling mendidih ke dalam cangkir pencoba
Dalam keadaan panas, disaring dengan corong porselen, tutup dan biarkan 6 menit. Dituangkan
yang berisi kertas saring kering yang telah air seduhan kedalam mangkok pencoba
diketahui bobot konstannya. Dicuci endapan porselen dan usahakan ampas seduhan tidak
yang terdapat dalam kertas saring secara terikut. Dilakukan pengamatan terhadap bau air
berturut-turut dengan larutan H2SO4 1,25% seduhan minimal 3 orang panelis atau 1 orang
panas , air panas dan etanol 96%. Kemudian tenaga ahli bau yang meliputi bau khas teh dan
angkat kertas saring beserta isinya, dimasukan bau pewangi yang sengaja ditambahkan serta
ke dalam oven dan keringkan pada suhu 105ºC ada tidak nya bau asing bukan teh maupun bau
dinginkan dan ditimbang sampai bobot konstan. pewangi yang sengaja ditambahkan.
Jika ternyata serat kasar kadarnya lebih dari 1%,
abukan kertas saring beserta isinya, ditimbang Pengujian rasa
sampai bobot konstan. Lakukan pekerjaan Ditimbang 2,80 garam contoh dimasukkan
secara triplo. kedalam cangkir pencoba porselen 140 ml atau
5,60 gram contoh dimasukkan kedalam cangkir
Penetapan kadar Fe metode KSCN :
percobaan porselen 280 ml. Dituangkan air
Pembuatan Larutan Induk
Ditimbang NH4Fe(SO4) 12H2O 0,2152 gram. suling mendidih ke dalam cangkir pencoba
Dilarutkan dengan sedikit aquabides ke dalam porselen, tutup dan biarkan 6 menit. Dituangkan
labu ukur 250 ml. Ditambahkan 2,5 mL H2SO4 air seduhan kedalam mangkok pencoba

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 103


porselen dan usahakan ampas seduhan tidak Penetapan Kadar Air Metode Evolusi
terikut. Dilakukan pengamatan terhadap rasa air Tabel. 2 Kadar Air Metode Evolusi
seduhan minimal 3 orang panelis atau 1 orang
tenaga ahli.
Pengujian warna
Ditimbang 2,80 garam contoh dimasukkan
kedalam cangkir pencoba porselen 140 ml atau
5,60 gram contoh dimasukkan kedalam cangkir
percobaan porselen 280 ml. Dituangkan air
suling mendidih ke dalam cangkir pencoba
porselen, tutup dan dibiarkan 6 menit. Kadar air dalam suatu produk sangat
Dituangkan air seduhan kedalam mangkok mempengaruhi kualitas dari produk
tersebut.Karena itu , penentuan kadar air dari
pencoba porselen dan usahakan ampas
suatu produk sangat penting untuk proses
seduhan tidak terikut. Dilakukan pengamatan pengolahan dan penanganan yang tepat.Dari
terhadap warna air seduhan minimal 3 orang tabel 2 di atas didapatkan hasil percobaan 1
panelis atau 1 orang tenaga ahli. yaitu 5,68 % , pada percobaan 2 yaitu 5,11 %
Sedangkan pada percobaan 3 yaitu 5,83
HASIL DAN PEMBAHASAN %.Pada semua percobaan ini di dapatkan rata –
rata dari kadar air yaitu 5,54 %,berarti jumlah
Penetapan kadar abu metode gravimetri kadar air di dalam teh dari kulit manggis tersebut
Tabel. 1 Kadar Abu Metode Gravimetri memenuhi dari ketentuan yang telah di tetapkan
oleh SNI yaitu maks 8 %.

Penetapan Kadar Ekstrak Dalam Air


Tabel. 3 Kadar Ekstrak Dalam Air

Dari tabel diatas didapatkan hasil kadar abu


pada sampel kulit manggis dengan berbeda –
beda hasil. Pada sampel 1 memiliki nilai kadar Pemeriksaan kadar ekstrak dalam air ini
abu yang tinggi dari kadar yang lain dan kadar bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang
pada sampel 3 memiliki nilai kadar abu yang terkandung dalam sampel dan juga kadar –
rendah. Jika kadar abu yang didapat tinggi maka kadar zat yang mudah menguap tanpa ikut
kandungan mineral atau logam di dalamnya juga menghilangkan garam – garam yang terkandung
tinggi. Rata – rata penentuan kadar abu adalah dalam sampel tersebut. Kadar ekstrak dalam air
2,68 %. Sebaiknya untuk penentuan kadar abu pada suatu sampel akan mempengaruhi pada
hasil yang didapatkan rendah, karena seberapa efektif ekstrak dalam kulit manggis
kandungan mineral logam didalamnya juga tersebut dapat mengobati atau mencegah
rendah. Fungsi dari penetapan kadar abu ini penyakit – penyakit tertentu.Hasil kadar ekstrak
dapat mengetahui apakah baik atau tidak pada dalam air yang di dapatkan pada percobaan 1
proses pengolahan, jika kadar abu yang yaitu 85,34 % , pada percobaan 2 yaitu 82,04 %
didapatkan tinggi maka dapat dikatakan bahwa dan percobaan 3 yaitu 84,53%. Sehingga di
kadar mineral nya tinggi dan kadar pengotornya peroleh rata – rata dari kadar ekstrak dalam air
juga tinggi. Jika kadar abu tinggi dari standar tersebut adalah 83,97%. Hasil yang telah di
maka pada saat proses pengolahannya yang peroleh ini sesuai dengan ketentuan SNI yaitu
kurang baik, sehingga ada zat yang menempel min 32 %. Apabila hasil kadar ekstrak dalam air
pada saat pengolahan. Jadi pada proses yang di peroleh terlalu kecil berarti keefektifan
pengolahan sampel ini dapat dikatakan baik sampel tersebut dalam aplikasi semakin
karena kadar abu pada sampel sesuai dengan berkurang, sehingga menurunkan kualitas dari
standar SNI dalam teh kering. produk tersebut. Dan sebalik nya semakin tinggi
nilai kadar ekstrak dalam air , maka semakin
bagus kualitas dan keefektifan nya.

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 104


Pengujian cemaran mikroba metode kapang Pengujian organoleptik
Tabel. 4 Uji Cemaran Mikroba Metoda Kapang Tabel. 5 Uji Organoleptik

Kapang merupakan anggota regnum fungi yang


biasa nya tumbuh pada permukaan makanan
yang sudah basi atau terlalu lama tidak di
olah.Sebagian besar kapang merupakan
anggota dari kelas Ascomycetes. Pertumbuhan
kapang ini sangat mempengaruhi kelayakan dari
sampel ini untuk di konsumsi. Pada percobaan
kali ini didapatkan hasil koloni kapang dari
masing –masing pengenceran tidak ada kecuali
pada pengenceran 10 -2 terdapat 1 koloni
kapang atau setara dengan 1 x 10-2.Hasil yang
di peroleh ini masih sesuai dengan hasil yang di
tentukan oleh SNI yang di jadikan acuan yaitu 5
x 10-2(SNI 3836,2013).

Dalam percobaan ini teh tidak di buat dari pucuk


daun teh melainkan teh di buat dari kulit bagian
dalam manggis.Sehingga pada saat pengujian
organoleptik terhadap teh hasil yang di peroleh
tidak sesuai dengan standar acuan.Dikarenakan
standar acuan yang di gunakan adalah standar
acuan untuk teh dari daun teh. Sehingga
penyimpangan yang terjadi pada produk ini tidak
begitu mempengaruhi kelayakan teh untuk
dikonsumsi.Karena hasil yang di peroleh pada
pengujian organoleptik ini khas dari kulit
manggis itu sendiri.

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 105


Penetapan kadar alkalinitas abu larut dalam Penetapan kadar Fe metode KSCN
air (sebagai KOH) metode volumetri Tabel. 8 Kadar Fe metoda KSCN
Tabel. 6 alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH)
metode volumetri

Dari tabel diatas didapatkan hasil kadar


alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH)
sudah sesuai dengan standar, dimana hasil
analisa didapatkan 1,02% sedangkan standar
dalam SNI adalah 1 – 3.

Penetapan kadar serat kasar metode


gravimetri Kurva Kalibrasi
Tabel. 7 Kadar Serat Kasar Metode Gravimetri
Standar
0.5
Absorban

y = 0.0685x -… Absorbansi
0
(A)
0 5 10
Dari tabel 4.1.3 didapatkan hasil serat kasar Konsentrasi (ppm)
pada sampel 1 adalah 9,40 %, dan pada sampel
2 adalah 10,37 %. Rata – rata kadar serat kasar
adalah 9,88 %. Manfaat serat kasar dalam tubuh Gambar 2. Kurva Kalibrasi
yaitu mencegah kanker, mencegah sakit pada Dari tabel diatas pengukuran deret standar dan
usus besar, menurunkan kadar kolesterol, sampel, pada sampel 1 memiliki absorban
mencegah sembelit, membantu mengontrol gula sampel yaitu 0,153, sampel 2 yaitu 0,173,
darah, mencegah wasir dan membantu sampel 3 yaitu 0,133. Dengan rata – rata
menurunkan berat badan. Persentase serat absorban pada sampel adalah 0,153. Pada tabel
kasar dapat dipergunakan untuk mengevaluasi 4.1.4.2 dapat dilihat kurva kalibrasi standar dari
suatu proses pengolahan, misalnya proses deret larutan Fe, memiliki nilai R2 yaitu 0,997.
antara pemisahan cangkang dengan kulit buah. Dengan persamaan y = 0,068x – 0,058. Kadar
Jadi hasil pada penetapan serat kasar dapat Fe yang ditentukan adalah kadar Fe dalam
dikatakan memasuki nilai standar pada SNI dan tubuh atau Fe secara biokimia. Total kadar Fe
proses pada pengolahan dikatakan cukup baik, yang didapatkan adalah 1,28% dengan
karena memiliki kadar serat kasar yang tinggi. konsentrasi 1,3971 ppm. Jika kadar Fe yang
didapatkan tinggi maka tidak baik bagi
Kandungan serat kasar yang tinggi dalam kesehatan tubuh.
makanan atau minuman akan menurunkan
koefisiensi cerna dalam sampel, karena serat KESIMPULAN
kasar mengandung bagian yang sukar untuk
dicerna.(Eka Setiawan, 2014) Dari hasil analisis yang telah di lakukan terhadap
sampel teh herbal dari kulit manggis didapatkan
hasil penetapan kadar abu sebanyak 2,69 %.,
penetapan kadar alkalinitas larut dalam air
(sebagai KOH) sebanyak 1,02%, penetapan
kadar serat kasar dengan rata – rata sebanyak
9,89 %, penetapan kadar Fe metode KCSN
sebanyak 1,28% dengan konsentrasi 1,3971
ppm. Penetapan Kadar Air sebanyak 5,54
%.Penetapan Kadar Ekstrak Dalam Air
sebanyak 83,97 %. Pengujian mikroba metode
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 106
kapang sebanyak 1 x 10-2. Dari data yang di
peroleh dapat di simpulkan bahwa teh herbal
dari kulit manggis ini dinyatakan layak untuk di
pasarkan dan di konsumssi oleh
masyarakat.Dikarenakan,hasil yang di peroleh
untuk setiap parameter memenuhi standar
acuan yang di gunakan,yaitu SNI 3836,2013.

SARAN

Penulis berharap untuk penelitian selanjutnya


dapat memberikan inovasi agar teh herbal dari
kulit manggis ini lebih menarik dan lebih komplit
dalam pemeriksaan parameternya. Sehingga teh
dari kulit manggis ini dipercayai oleh masyarakat
untuk konsumsi sehari – hari nya. Dan perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Andrianus Nugroho, Lukas . 2012. Alkalinitas
dan Asiditas. Bogor.

Astuti. 2012. Analisis Kadar Abu. Bogor.

Bagus Saputra, Prima. 2011. Analisis Kadar Abu


Pada Bahan Pangan. Jawa Timur.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2013. SNI


3836:2013 tentangPembuatan teh kering.
Jakarta: BSN.

dr Dalimartha, Setiawan. dan dr Dalimartha,


Felix Adrian, BMedSC. 2014. Tumbuhan Sakti
Atasi Kolesterol. Penebar Swadaya. Jakarta

Hermayanti, Yeni, Eli Gusti. 2006. Modul


Analisis Proksimat. Padang : SMAK

Mardiana, Lina. 2011. Ramuan dan khasiat kulit


manggis. Penebar Swadaya. Bogor.

Setiawan, Eka, 2014. Laporan Pratikum Analisis


Proksimat. Jakarta.

Solution, Holistic Healt. 2011. Khasiat fantastis


kulit manggis.
http://www.grasindo.co.id/index.php?mib=buku.d
etail&id=273.
Wikipedia. 2010.
http://id.wikipedia.org/wiki/Alkalinitas. Tanggal
Akses, Kamis 12-03-2015, 21:17.

Yeniza,(2005).Modul Analisis Gravimetri.Padang


: Departemen Perindustrian R.I Pusat
Pendidikan Dan Pelatihan Industri Sekolah
Menengah Analisis Kimia Padang.

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 107


PEMBUATAN DAN ANALISIS BIOETANOL GEL (BIOGEL)
DARI AIR KELAPA (Cocosnucifera)

Yeniza dan Rusdi Prasetia

Laboratorium SMK-SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V Kel. Kapalo Koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

*) Corresponding author E-mail : rusdiprasetia115609@gmail.com

ABSTRAK

Bioethanol gel adalah bioetanol dengan bentuk fisik berupa gel. Produk Bioethanol gel sangat prospektif
dikembangkan. Keunggulan dari Bioethanol gel dibandingkan fase cairnya yaitu praktis dan aman. Praktis karena
berbentuk gel sehingga bisa disimpan di dalam botol serta tidak mudah tumpah. Gel yang terbentuk karena bantuan
gelling agent yang berfungsi sebagai pengental dimana pada bioetanol gel air kelapa ini menggunakan carbopol 940.
Proses pembuatan bioetanol gel air kelapa ini diawali dengan proses fermentasi pada air kelapa dengan penambahan
NPK, urea, dan ragi selama lebih kurang 10 hari, dan dilanjutkan dengan proses destilasi yang mengahasilkan
bioetanol 65%. Bioetanol air kelapa yang didapat selanjutnya di rubah menjadi gel dengan bantuan gelling agent dan
sedikit NaOH yang berfungsi sebagai penstabilitas pH pada bioetanol gel. Dari pengujian bioetanol gel air kelapa ini,
didapat nyala api yang stabil dengan warna nyala api biru, waktu penyalaan bioeatnol gel dari air kelapa < 1 detik
dengan waktu pembakaran 5 menit 30 detik setiap 5 gramnya. Bioetanol gel dari air kelapa dapat memindahkan suhu
hingga 70ºC dalam waktu 3 menit dengan berat bioetanol gel yang terbakar rata-rata 4,9 gram.

Kata kunci : Air kelapa, bioethanol, bioethanol gel

ABSTRACT

Bioethanol gel is bioethanol with physical forms a gel. Bioethanol Product prospective gel developed.
Advantages of bioethanol gel than the melting phase is practical and safe. Practical because gel that can be stored in
the bottle and not easily spill. The gel is formed as a gelling agent assistance that serves as a thickener in which the
ethanol gel coconut water using Carbopol 940. The process of making bioethanol gel coconut water is preceded by a
process of fermentation in coconut milk with the addition of NPK, urea, and yeast for about 10 days, and followed by
distillation processes that result in 65% ethanol. Bioethanol coconut water obtained in the change next to gel with the
help of a gelling agent and a bit of NaOH which serves as stabilitation pH on bioethanol gel. Of ethanol gel test this
coconut water, a stable flame obtained by the color blue flame, ignition timing bioeatnol gel of water coconut <1
second with a time of 5 minutes 30 seconds burning every 5 gram. Bioethanol gel of coconut water can move up to a
temperature of 70ºC in 3 minutes premises bioethanol gel burning weight average of 4.9 grams.

Keywords: Coconut water, bioethanol, bioethanol gel

PENDAHULUAN
melekat di dinding dalam batok (daging buah
Kelapa adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren kelapa) adalah sumber penyegar yang
- arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini di mengandung beraneka enzim dan memiliki khasiat
manfaatkan hampir semua bagiannya oleh penetral racun dan memberikan efek penyegar
manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan (Palungkun,1992).
serba guna. Kelapa (Cocos nucifera) secara alami Air kelapa mengandung air 91,5 %,
tumbuh di pantai dan mencapai ketinggian 30 m protein 0,14%, lemak 1,5 %, karbohidrat 4,6%,
(Palungkun,1992). Buah kelapa adalah bagian serta abu 1,06 %. Selain itu air kelapa
paling bernilai ekonomi. Sabut, bagian mengandung berbagai nutrisi seperti sukrosa,
mesokarp berupa serat - serat kasar, destrosa, fruktosa serta vitamin B kompleks yang
diperdagangkan sebagai bahan bakar, pengisi jok terdiri dari asam nikotinat, asam pantotenat, biotin,
kursi, anyaman tali dan lain-lain. Tempurung atau riboflafin dan asam folat.
batok bagian endocarp digunakan sebagai bahan Bioetanol adalah cairan yang dihasilkan melalui
bakar, wadah minuman, bahan baku proses fermentasi gula dari penguraian sumber
kerajinan dan arang aktif. Endosperma buah karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme.
kelapa yang berupa cairan serta endapannya yang Bioetanol dapat juga diartikan sebagai bahan kimia
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 108
yang memiliki sifat kesamaan dengan minyak Analisa warna nyala dari pembakaran
premium, karena terdapatnya unsur–unsur seperti bioethanol gel :
karbon (C) dan hidrogen (H). Bahan baku Diambil bioethanol gel 5 gram dimasukkan dalam
pembuatan bioetanol dibagi menjadi tiga kelompok cawan penguap. Dibakar bioethanol gel tersebut.
yaitu bahan Diamati warna nyala dari hasil pembakaran
bersukrosa (nira, tebu, nira nipah, nira bioethanol gel tersebut.
sargum manis, nira kelapa, nira aren, dan sari Lama waktu penyalaan
buah mete), bahan berpati (bahan yang Diambil 5 gram bioethanol gel kedalam cawan
mengandung pati) seperti tepung ubi,tepung ubi penguap. Disiapkan stopwatch. Dibakar bioethanol
ganyong, sorgum biji, jagung, cantel, sagu, ubi gel tersebut, bersamaan dengan menghidupkan
kayu, ubi jalar, dan lain-lain, dan bahan berserat Stopwatch. Dimatikan stopwatch apabila
selulosa/lignoselulosa (tanaman yang bioethanol gel sudah mulai terbakar.
mengandung selulosa dan lignin seperti kayu, Lama waktu pembakara bioethanol gel/5 gram
jerami, batang pisang, dan lain-lain. Diambil 5 gram bioethanol gel kedalam cawan
penguap. Siapkan stopwatch. Dibakar bioethanol
METODOLOGI gel tersebut, bersamaan dengan menghidupkan
Stopwatch. Dimatikan stopwatch apabila
Metoda penelitian bioethanol gel sudah tidak terbakar. Dicatat waktu
Uji stabilitas nyala, warna nyala, lama waktu yang diperlukan untuk membakar 5 gram gel
penyalaan, lama waktu nyala, dan berat terbakar tersebut.
yang dapat dipindahkan.
Sumber bahan baku pembuatan produk Berat bioethanol gel yang terbakar
Bahan yang digunakan adalah air kelapa tua yang Diambil 5 gram ethanol gel kedalam cawan
hanya menjadi limbah di pasar-pasar tradisional penguap yang sudah konstan. Dibakar bioethanol
terutama di tempat peremasan santan yang dapat gel tersebut sampai gel sudah tidak bisa terbakar
menimbulkan pencemaran lingkungan. lagi (sisa abu dan padatan lain). Didinginkan di
Alat dan bahan dalam desikator selama 15 menit. Ditimbang berat
Alat akhir sisa bioethanol gel
Alat gelas yang ada di Laboratorium, Neraca setelah dibakar (sisa abu dan padatan lain). Berat
analitik. bioethanol gel yang terbakar adalah selisih berat
Bahan awal dengan berat akhir.
Air kelapa 10 liter, ragi 1 ons, urea 2 sdm, NPK 1
sdm, air hangat 1 gelas, NaOH 1 N, Carbopol 940. Panas yang dapat dipindahkan
Pembuatan Produk Dimasukkan 100 ml aquadest kedalam gelas
beaker kemudian mengukur suhu awal. Diambil
bioethanol gel 5 gram kedala cawan penguap
Panaskan,
kemudian dibakar untuk memanaskan air dalam
gelas beaker tadi sambil memulai stopwatch.
Air kelapa tambahkan NPK, Fermentasi
Hentikan stopwatch saat air mendidih dan catat
Urea dan Ragi
waktu. Diukur suhu akhir air setelah bioethanol gel
sudah tidak terbakar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tambahkan Bioethanol Destilasi
Carbopol dan
Rendemen Hasil
Naoh sambil di Rendemen bioetanol
kocok dengan Dari 10 liter air kelapa didapat 1 liter bioetanol.
kecepatan tinggi Bioethanol Gel Untuk mencari nilai rendemen dari bioetanol yang
didapat digunakan perhitungan sebagai berikut :
𝑉.𝑏𝑖𝑜𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
Rendemen = x 100%
𝑉.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙𝑎𝑖𝑟𝑘𝑒𝑙𝑎𝑝𝑎

1𝐿
Cara Kerja Pengujian Mutu Produk Analisa Rendemen = x 100%
10 𝐿
stabilitas nyala bioethanol gel :
Diambil bioethanol gel 5 gram dimasukkan dalam Rendemen = 10%
cawan penguap. Dibakar bioethanol gel tersebut. Rendemen bioetanol gel
Diamati nyala dari hasil pembakaran bioethanol gel Dari 1 liter bioetanol air kelapa didapat 800 gram
tersebut. bioetanol gel. Untuk mencari nilai rendemen dari

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 109


bioetanol gel digunakan perhitungan sebagai standar range. Penyebab waktu pembakaran
berikut : belum sama dengan standar yaitu pada standar
Rendemen 𝑏⁄𝑣
𝑔𝑏𝑖𝑜𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙𝑔𝑒𝑙 menggunakan etanol murni 65% sedangkan
= x 100%
𝑉𝑏𝑖𝑜𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙𝑎𝑖𝑟𝑘𝑒𝑙𝑎𝑝𝑎
bioetanol yang dibuat belum murni karena kadar
Rendemen 𝑏⁄𝑣
800 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100% etanol pada bioetanol masih dibawah 65 %
1000 𝑚𝐿
Rendemen 𝑏⁄𝑣 = 80% sehingga menghasilkan lama pemabakran yang
berbeda.
Hasil Pengujian
Stabilitas nyala Berat bioetanol gel yang terbakar
Tabel 1. Pengujian Stabilitas Nyala Tabel 5. Berat Bioetanol Yang Terbakar/5gram

Dari pengujian stabilitas nyala pada bioetanol gel


Pengujian berat bietanol gel yang terbakar dihitung
dari air kelapa didapat nyala api yang stabil dan
dengan selisih penimbangan antara cawan +
sesuai dengan standar.
bietanol gel sebelum pembakaran dengan cawan +
bioetanol gel setelah pembakaran, maka berat
Warna nyala
yang hilang adalah berat bioetanol yang terbakar.
Tabel 2. Pengujian Warna Nyala
Pada pengujian ini, berat bioetanol gel air kelapa
yang terbakar sesuai dengan standar.

Panas yang dipindahkan oleh bioetanol gel air


kelapa
Tabel 6. Panas Yang Dapat Dipindahkan
Dari pengujian warna nyala pada bioetanol gel air
kelapa didapat warna nyala Biru – Kuning, pada
awal pembakaran nyala api berwarna biru dan
semakin sedikit bioetanol gel yang tersisa maka
warnanya semakin kuning, ini sesuai dengan
warna nyala pada standar. Pada pengujian panas yang dapat dipindahkan
dengan pembakaran bioetanol gel air kelapa yaitu
Lama waktu penyalaan dengan mengukur suhu 100 mL air sebeum
Tabel 3. Lama Waktu Penyalaan pembakaran lalu memanaskan air tersebut dengan
bahan bakar bioetanol gel sehingga didapat suhu
yang berpidah sebesar 70⁰C.

KESIMPULAN
Pada pengujian lama waku penyalaan, dibutuhkan Dari hasil pengujian produk bioetanol gel yang
waktu kurang dari 1 detik untuk menyalakan terbuat dari limbah air kelapa tua, di dapat hasil
bioetanol gel, hasil ini sesuai dengan standar yang pengujian pada nyala bioetanol gel dengan nyala
ada. api yang stabil dan nyala api yang berwarna biru.
Warna nyala api biru dihasilkan pada awal
Lama pembakaran bioetanol gel pembakaran karena yang terbakar di awal
Tabel 4. Lama Waktu Pembakaran
pembakaran adalah bioetanol dan semakin
berkurang karena pengaruh carbopol. Bioetanol
gel dari air kelapa dapat melakukan pembakaran
dan menghasilkan panas selama 5 menit 40 detik
pada setiap 5 gram bioetanol gel.Waktu penyalaan
yang dibutuhkan untuk menyalakan bioetanol gel
kurang dari satu detik, ini disebabkan karena
Pada pengujian lama waktu pembakaran, di dapat bioetanol gel dari air kelapa ini mengandung kadar
waktu rata-rata pembakaran dari setiap 5 gram etanol 70% . jumlah carbopol mempengaruhi
bioetanol gel yaitu 6 menit, ini belum masuk pada kekentalan dan kualitas nyala bioetanol gel,

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 110


semakin banyak carbopol maka semakin kental gel Wahyuni, Sri. 2013. Energi altertif pengganti BBM,
yang dihasilkan serta semakin banyak abu yan Gas, dan Listrik. Agromedia. Jakarta selatan
disisakan di akhir pembakaran. Widaryanto, Eko, 2011. Peluang dan Tantangan
Penambahan NaOH 1 N sangat mempengaruhi gel Kemandirian Energi Berbasis Tanaman Jarak
yang terbentuk, jika terlalu banyak maka gel yang Pagar (Jatropha Curcas L) yang Ramah
di hasilkan akan semakin keruh dan NaOH Lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
mempengaruhi keasaman dari carbopol sehingga Besar. Ilmu Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian
gel dapat terbentuk. Jumlah suhu yang dapat Universitas Brawijaya.
dipindahkan oleh bioetanol gel cukup baik, karena
dari hasil pembakaran bioetanol gel dapat Winarno, 2014. Kelapa Pohon Kehidupan.
mendidihkan 100 mL air dalam waktu kurang dari 4 Gramedia pustaka utama. Jakarta
menit. Dan bioetanol gel dari air kelapa sendiri
dapat menambah nilai ekonomis karena modal
pembuatan yang cukup sedikit namun
menghasilkan bioetanol gel yang banyak.

SARAN

Perlu dicari gelling agent yang lebih efektif, karena


carbopol cukup sulit didapat. Perlu dilakukan
analisa nilai kalor, flash point dan viskositas untuk
produk bioetanol gel air kelapa yang dihasilkan.
Karena pada penelitian kali ini, penulis belum
berkesempatan untuk melaksanakan pengujian
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S.N., Sembiring, K.C. 2010.Bioproses dan


Teknologi Pembuatan Bioetanol. Majalah Berita
Iptek LIPI

Atih, S.H, 1979. Pengolahan Air Kelapa. Buletin


Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia
Bogor, Penelitian Kimia Bogor.

Christina, C.N.N., dan M. Irsyad, 2010. Pengaruh


Penambahan Bioethanol dalam Bensin terhadap
Emisi Gas Formaldehid. Program Studi Teknik
Lingkungan FTSL ITB. Bandung

Direktorat Gizi Depkes RI, 1996. Daftar Komposisi


Bahan Makanan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Kasmudjo, 2013. Rotan dan bambu, kelapa, kelapa


sawit, nipah, sagu. Cakrawala media. Yogyakarta

Muchtadi. Tien, 2013 . Prinsip dan proses teknologi


pangan. Alfabeta. Bogor

Mulyono, Suseno. Tri. 2010. Laporan Tugas Akhir


Pembuatan Ethanol Gel Sebagai Bahan Bakar
Padat Alternatif. Surakarta

Palungkun, R. 1992. Aneka Produk Tanaman


Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta. 118 hal.

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 111


PEMANFAATAN TULANG SAPI MENJADI PASTA GIGI
Yenny Aydiyon Sirin, Leona Agnesha* dan Sharah Senja Utami

Laboratorium SMK-SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V Kel.Kapalo Koto no.13 Kec. Pauh Kota Padang

*corresponding authorE-Mail :leonaagnesha@gmail.com

ABSTRAK

Tulang sapi merupakan limbah organik yang belum banyak dimanfaatkan kalsiumnya oleh masyarakat. Untuk
memanfaatkan kalsium tersebut dilakukan pembuatan pasta gigi dari tulang sapi.Pasta gigi adalah sediaan untuk
membersihkan gigi serta dapat mencegah kerusakan gigi yang disebabkan aktifitas bakteri.Tujuan dari pembuatan ini
adalah memberitahukan kepada pembaca bahwasanya kalsium yang banyak pada tulang sapi dapat dimanfaatkan
menjadi barang yang bernilai jual.Pembuatan dilakukan dengan mengkalsinasi tulang sapi pada suhu 900℃ selama 6
jam. CaO yang didapatkan lalu dihaluskan dan diayak dengan ukuran 125 mesh kemudian dibuatkan pasta gigi
dengan penambahan MgCO3, Gliserin, Pepermint dan propolis sebagai antibakteri. Untuk mengetahui efektifitas pasta
gigi tersebut, telah dilakukan analisis dan didapatkan hasil kadar Mg sebesar 5,73 %, kadar air sebesar 18,95 % serta
pengujian potensi antimikroba dengan konsentrasi 5 % sebesar 1,25 cm 2, 10% sebesar 2,40 cm2 dan konsentrasi 15
% sebesar 6,74 cm2, kadar Ca sebesar 11,34 %, Angka Lempeng Total 1,00×102 koloni/mL, bakteri Coliform negatif
dan derajat keasamannya 9,72.

Kata kunci : tulang sapi, kalsium, pasta gigi

ABSTRACT

Cow bone is organic waste that has not been widely used by the public calcium. To take advantage of these
calcium done manufacture toothpaste from cow bones. Toothpaste is preparations for cleaning the teeth and can
prevent tooth decay caused bakteri.Tujuan activity of these preparations is to inform the reader that a lot of calcium in
the bones of cattle can be harnessed into marketable goods. Making do with cow bone calcining at 900 ℃ for 6 hours.
CaO obtained then mashed and sieved to 125 mesh size then made toothpaste with the addition of MgCO3, Glycerin,
peppermint and propolis as an antibacterial. To determine the effectiveness of toothpaste, has been carried out and
the analysis showed 5.73% Mg content, moisture content of 18.95% as well as testing the antimicrobial potency with
5% concentration of 1.25 cm2, 10% at 2.40 cm2 and 15% concentration of 6.74 cm2, Ca content of 11,34%, Total
Plate Count 1,00×102 koloni/mL, bacteria Coliform negative and acidity constant is 9,72

Keywords: beef bones, calcium, toothpaste

PENDAHULUAN

Tulang sapi merupakan salah satu bentuk kalsium dari tulang sapi dapat dimanfaatkan untuk
limbah industri yang memiliki kandungan kalsium pembuatan pasta gigi.
terbanyak karena unsur utama dari tulang sapi Pasta gigi adalah sediaan untuk
adalah kalsium, fosfor dan karbonat. Kadar kalsium membersihkan permukaan gigi, pasta gigi dibuat
didalam tulang sapi adalah sekitar 39% dengan tujuan membersihkan gigi dari sisa-sisa
(Herniawati,2008). Tulang sapi termasuk makanan, menghilangkan bau serta dapat
komponen yang keras sehingga hal inilah yang mencegah kerusakan gigi yang disebabkan
menyebabkan tulang tidak mudah terurai aktifitas bakteri.Salah satu bahan penyusun pasta
dekomposer, dan membuat tulang tersebut gigi adalah senyawa pembersih yaitu kalsium.
menjadi limbah padat yang lebih dikenal sebagai Pasta gigi yang tidak mengandung kalsium akan
sampah yang sering dianggap tidak dikehendaki menyebabkan terjadinya lapisan berwarna coklat
kehadirannya karena tidak memiliki nilai pada permukaan gigi
ekonomis.Oleh karena itu perlu pengolahan lebih Pasta gigi didefinisikan suatu bahan semi-
lanjut agar tulang tidak menjadi sampah yang aqueous yang digunakan bersama sikat gigi
mencemari lingkungan dan dapat dimanfaatkan untuk membersihkan deposit dan memoles
secara maksimal.Dengan demikian sumber seluruh permukaan gigi. Penggunaan pasta gigi
bersama sikat gigi melalui penyikatan gigi adalah
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 112
salah satu cara yang paling banyak digunakan Tahapan Pembuatan Pasta Gigi
oleh masyarakat saat ini dengan tujuan untuk
meningkatkan kebersihan rongga mulut.
Di negara berkembang, masyarakat
membiasakan menyikat gigi secara manual
dengan pasta gigi sebagai hal yang umum dan
secara potensial efektif terhadap kebersihan
rongga mulut..
Pasta gigi dibuat dari berbagai macam
bahan penyusun dengan fungsi yang berbeda-
beda dan beberapa bahan tambahan. Pasta gigi
tanpa bahan herbal yang digunakan masyarakat
pada umumnya terbuat dari bahan-bahan
abrasif (contoh: silikon oksida, granular polivinil
klorida), air, pelembab, sabun atau detergen,
bahan perasa dan pemanis, bahan-bahan
terapetik (contoh: flouride, pirofosfat), bahan Gambar 1. Alur pembuatan pasta gigi
pewarna dan pengawet.
Tulang sapi dibersihkan dan direbus dalam panic Cara kerja pengujian mutu produk
bertekanan. Lalu rendam tulang didalam NaOH 1% Penetapan kadar kalsium secara kompleksometri :
selama 24 jam lalu direndam kembali dialam Ditimbang 1 gram contoh dimasukkan ke labu
aseton. Kemudian tulang dijemur dibawah sinar ukur 100 mL dipaskan hingga tanda tera dengan
matahari selanjutnya dikalsinasi pada suhu 900℃ aquades lalu dihomogenkan. Dipipet sebanyak 10
selam 6 jam. Hasil yang didapat kemudian mL dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL.
dihaluskan dengan mortal. Ditambahkan 25 mL aquades. Ditambahkan 1 mL
larutan buffer pH=12. Ditambahkan ± 0,1 gram
METODOLOGI EBT sebagai indicator. Kemudian dititar dengan
EDTA 0,1 M hingga TAT bewarna ungu ke biru.
Metoda penelititan
Metoda yang digunakan untuk analisa parameter
pembuatan pasta gigi yaitu penetapan kadar Penetapan kadar Mg secara kompleksometri:
kalsium secara kompleksometri, kadar Mg secara Ditimbang 1 gram sampel, dimasukkan kedalam
kompleksometri, pengujian potensi antimikroba labu ukur 100 mL. Dilarutkan dengan aquadest,
metode difusi cakram, pengujian koliforom, himpitkan dan dihomogenkan. Dipipet 10 mL
pengujian angka lempeng total metode hitung larutan diatas, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
cawan dan pengujian pH metode potensiometri. Ditambahkan 5 mL larutan buffer pH 10.
Dimasukkan indicator EBT seujung sendok. Titrasi
Sumber bahan baku pembuatan pasta gigi dengan larutan EDTA 0,1 M.Titar hingga titik akhir
Bahan baku berupa tulang sapi didapatkan dari warna ungu menjadi warna biru.
pedagang daging di pasar Bandar buat lalu
dipisahkan dari daging yang menempel Penetapan kadar air metode Thermogravimetri:
Alat dan bahan Disiapkan semua alat dan bahan. Ditimbang
Alat dengan teliti 1 gram sampel didalam cawan
Alat gelas yang biasa digunakan di Laboratorium, penguap yang telah diketahui beratnya.
Panci Presto Dipanaskan dalam oven selama 2 jam pada suhu
Bahan 105℃ sampai berat tetap.
Tulang sapi, gliserin, peppermint, MgCO3, gliserin,
propolis, NaOH, media agar, EDTA, CaCO3. Pengujian potensi antimikroba :
Pembuatan Produk Dipotong kertas saring sebesar uang logam.
Disterilkan kedalam oven.Siapkan inoculum
Tahap preparasi bakteri. Disiapkan sampel dengan variasi
Tulang sapi dibersihkan dan direbus dalam panic konsentrasi. Disiapkan media dan sterilkan didaam
bertekanan. Lalu rendam tulang didalam NaOH 1% autoklaf. Dimasukkan media NA steril kedalam
selama 24 jam lalu direndam kembali dialam cawan petri secara aseptis dan tunggu hingga
aseton. Kemudian tulang dijemur dibawah sinar beku.Kertas cakram direndam dalam larutan
matahari selanjutnya dikalsinasi pada suhu 900℃ sampel selama 30 menit. Dengan pinset steril,
selam 6 jam. Hasil yang didapat kemudian kertas cakram di letakkan ditengah-tengah media
dihaluskan dengan mortal secara aseptis. Diinkubasikan selama 24 jam.

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 113


Diamati luas daerah bening disekitar cakram lalu Dari penitaran yang telah dilakukan
diukur diameternya dan tentukan luas daerah halo. sebanyak tiga kali didapatkan rata-rata kadar
kalsium sebanyak 11,34 %. Pada SNI 19-3524-
Uji cemaran mikroba (Angka lempeng total) : 1995 kadar kalsium tidak di tentukan. Hanya saja
Disterilkan alat-alat yang akan digunakan menurut literatur pada sebuah jurnal mengatakan
menggunakan autoklaf. Ditimbang 5 gram contoh kadar Kalsium pada pasta gigi berkisar dari 15% -
kedalam erlenmeyer steril. Dituangkan 45 ml 50%. Ini menandakan kadar Kalsium pada pasta
larutan pengencer( Peptone water 0,1%). Dari gigi ini cukup rendah karena kesalahan pada
larutan contoh diatas dibuat pengenceran pengerjaannya.
bertingkat 10-1, 10-2, 10-3. Pada setiap tabung
reaksi pengencer dikocokdan di ambil 1 ml Penetapan kadar magnesium secara
masukan kedalam cawan petri yang telah diberi kompleksometri
label (lakukan Duplo). Dimasukkan 12-15 ml plate Tabel 2. Kadar Magnesium dalam pasta gigi
count agar (PCA) encer, campur merata. Biarkan
membeku, Kemudian disusun secarat erbalik dan Sampel Hasil Rata-rata
disimpan dalam incubator suhu 350C selama ±48
jam. Dihitung jumlah koloni bakteri dari setiap I 5,73 %
5,86 %
cawan petri dengan alat penghitung koloni ( coloni II 5,98 %
counter ).
Dari table diatas, kadar Mg yang diperoleh
Pengujian Koliforom : pada sampel pasta gigi adalah 5,86 %. Dalam SNI
Dsterilkan alat-alat yang akan digunakan kadar Mg tidak ditentukan. Mg pada pasta gigi ini
menggunakan autoklaf. Ditimbang 5 gram contoh dihasilkan dari penambahan MgCO3 sebagai
kedalam erlenmeyer steril. Dituangkan 45 ml bahan abrasive yang berfungsi dapat memolish
larutan pengencer( Peptone water 0,1%). Dari dan menghilangkan stain dan plak sehingga Mg
larutan contoh diatas dibuat pengenceran yang diperlukan tidak dalam jumlah banyak.
bertingkat 10-1, 10-2, 10-3. Dari setiap pengencer di
ambil 1 ml dimasukkan kedalam tiga tabung yang Pengujian pH sampel pasta gigi
telah diisi dengan pepton water 0,1 %. Dari analisis yang telah dilakukan didapat
Inkubasikan tabung tersebut selama ±48 jam hasil untuk pengujian derajat keasaman adalah
padasuhu 350C. Setelah ± 24 jam, tabung 9,72. Sedangkan standar yang telah ditetapkan
tersebut diperiksa pembentukan gasnya. Bila oleh SNI 12-3524-1995 sebesar 4,5-10,5, hal ini
terbentuk gas dinyatakan positif. Bila tabung menunjukkan bahwa pasta gigi yang dianalisa
tersebut negative diinkubasikan lagi selama 24 memenuhi syarat yang telah ditetapkan.
jam. Dicatat pembentukan gasnya. Pada setiap
tabung yang positif dilakukan tes lanjutan (uji Penetapan kadar air metode thermogravimetri
penegasan/konfirmasi) Tabel 3. Hasil penetapan kadar air
Sampel Hasil Rata-Rata
Pengujian pH sampel :
I
Ditimbang 5 gram contoh. Dilarutkan dalam 20 ml 20,58 %
air suling dalam Erlenmeyer 50 ml, kemudian 20,77 %
diaduk. Celupkan elektroda kedalam larutan II 20,95 %
sampel, sesuaikan suhunya.
Uji organoleptik: Dari tabel diatas didapatkan hasil kadar air
Diambil satu produk yang telah mengeras sebesar 20,77 %, hasil tersebut telah sesuai
sempurna. Diuji pada panelis dengan kategori uji dengan literatur yang ada yaitu sebesar 20–40 %.
bau, warna dan tekstur. Dicatat hasil panelis. Tabel 4. Hasil uji potensi
Konsentrasi Hasil Rata-Rata
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan kadar kalsium secara 1,25 cm2
kompleksometri 5% 1,25 cm2
Tabel 1. Kadar kalsium dalam pasta gigi 0
2,17 cm2
10 % 2,40 cm2
2,60 cm2
7,04 cm2
15 % 6,74 cm2
6,44 cm2
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 114
Dari praktikum yang telah dilakukan Uji organoleptik
didapatkan hasil uji potensi antimikroba yaitu pada Tabel 7. Hasil organoleptik
konsentrasi 5 % sebesar 1,25 cm 2, konsentrasi 10 No Pengujian Kategori Hasil
% sebesar 2,40 cm 2 dan konsentrasi 15 % sebesar Berbau Tajam 25 %
6,74 cm2. Besar kecilnya daerah halo yang 1 Bau
Cukup Berbau 75 %
dihasilkan menandakan seberapa efektifnya pasta
gigi tersebut dapat membunuh bakteri yang ada Putih 65 %
dimulut. 2 Warna
Kurang Putih 35 %

Pengujian potensi antimikroba metode difusi Lembut 80 %


cakram
3 Tekstur Cukup Lembut 15 %
Uji angka lempeng total
Tabel. 5 Hasil Uji Angka Lempeng Total Kurang Lembut 5%
Suka 85%

4 Hedonik Kurang Suka 10%


Tidak Suka 5%

Dari tabel diatas didapatkan data yaitu dari


20 orang panelis menyatakan untuk bau dihasilkan
bau yang cukup layaknya pasta gigi umumnnya,
Setelah dilakukan analisis Angka Lempeng Total terbukti dari respon panelis sebanyak 75%.Pasta
menggunakan sampel pasta gigi didapatkan hasil gigi ini berwarna putih terbukti dari respon panelis
yaitu 10 dan 0 koloni, hasil ini sudah sesuai sebanyak 65%. Untuk tektur yang dihasilkan
dengan SNI-12-3524-1995 (Pasta Gigi) yaitu < 105 adalah lembut hal ini terbukti dari respon panelis
koloni/mL. sebanyak 80%. Dapat disimpulkan panelis suka
dengan pasta gigi yang praktikan buat.
Pengujian Koliforom
Tabel 6. Hasil pengujian koliforom KESIMPULAN

Dari analisa yang telah dilakukan, bahwasanya


limbah tulang sapi dapat dijadika pasta gigi yang
merupakan salah satu upaya pemanfaatan limbah.
Dan dari hasil analisis yang telah dilakukan
didapatkan kadar Mg pada sampel sebesar 5,86
%. Hasil uji potensi dengan konsentrasi 5%
sebesar 1,25 cm2, 10% sebesar 2,40 cm 2 dan 15%
Dari tabel data diatas hasil analisis pada sebesar 6,8 cm2. Dan hasil dari kadar air adalah
penetapan bakteri Coliform pada pasta gigi herbal sebesar 20,77%, kadar kalsium sebanyak 11,34 %.
tidak terdapat gelembung udara pada setiap Hasil pengujian Angka Lempeng Total yaitu
pengenceran, ini menunjukkan bahwa pasta gigi ini 1,00×102 koloni/mL, pengujian bakteri Coliform
tidak mengandung bakteri Coliform sedangkan negatif dan memiliki derajat keasaman 9,72.
menurut SNI 12-3524-1995 hasil untuk uji Coliform Pemanfaatan Limbah Tulang Sapi menjadi
harus negatif. Hal ini membuktikan bahwa hasil Pasta gigi ini telah memenuhi standar yang telah
yang didapatkan sudah memenuhi standar. ditetapkan oleh SNI 19-3524-1995 dan layak untuk
dipasarkan.Dengan memanfaatkan limbah tulang
sapi ini kita juga dapat meminimalkan jumlah
bahan kimia yang terdapat di dalam pasta gigi.

SARAN

Penulis mengharapkan kepada masyarakat agar


dapat mengolah dan memanfaatkan limbah tulang
sapi yang selama ini kurang dimanfaatkan dapat
dijadikan sebuah produk yang bermanfaat dan juga
bernilai ekonomis.
Penulis juga mengharapkan kepada pembaca
yang berkeinginan untuk melakukan penelitian

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 115


lebih lanjut terhadap Pasta Gigi berbahan dasar Jawetz, dkk, 2001.Mikrobiologi Kedokteran.
tulang sapi ini dengan parameter yang berbeda Salemba Medika : Jakarta
(mencakup standar SNI) agar dapat lebih
mengetahui nilai-nilai kandungan terhadap pasta Kemenperin, 2013.Argentometri dan
gigi serta manfaat yang didapat. Pasta gigi ini tidak Kompleksometr.Pusdiklat Industri: Jakarta
menghasilkan busa, jika ingin bisa ditambahkan
sulfaktan yang alami . Riyanti, Eriska dkk, 2008.Pemakaian Propolis
Sebagai Antibakteri Pada Pasta Gigi
DAFTAR PUSTAKA (http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/upload/2010/06/pemakaian_
Badan standarisasi Nasional. SNI 12-3524-1995. propolis_sebagai_antibakteri_pada pasta_gigi.pdf)
ICS 71.100.70
Syahrurachman, Agus, dkk. 1993. Mikrobiologi
Basset, J., Etal. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Kedokteran edisi Revisi.Binarupa Aksara : Jakarta
Analisis Kwantitatif Anorganik. Buku Kedokteran Upayakti, Ifarum. 2008. Perbandingan sensitivitas
EGC : Jakarta rasa asam Akibat pemakaian pasta gigi
berdetergen. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi:
Fortune. 2009. Sehat Dengan Terapi Lebah. Elex Unair
Media : Jakarta
Wiriyawan, Adam. 2007. Kimia Analitik, BSE :
Herniawati, 2008.Mineral dan Homeotasis.FMIPA Jakarta
UPI : Bandung
Yeniza, 2003.Membuat Larutan Kerja Berbasis
Ivanhoe.2001.What’s new in health care honey for Kompetensi.SMK-SMAK:Padang
your teeth [online]. (http://www.reallyrawoney.com)

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 116


PEMBUATAN DAN ANALISIS TEH HERBAL DARI DAUN SUKUN
( Artocarpus atilis)

Yulia Arsiyelis dan Sri Wahyuni*)

Laboratorium SMK-SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V Kel.kapalo koto no 13 Kec. Pauh Kota Padang

Email : achiwahyuni@gmail.com

ABSTRAK

Sukun termasuk dalam genus Artocarpus famili (moraceae) yang terdiri atas 50 spesies tanaman berkayu,
yang hanya tumbuh di daerah panas dan lembab di kawasan Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik. Daun Sukun
dapat menurunkan kolesterol darah, mencegah peradangan (inflamasi) dan mencegah penyakit kanker. Teh adalah
minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau
tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Untuk memastikan teh kering dari
daun sukun ini aman untuk dikonsumsi maka dilakukan pengujian kadar air, kadar ekstrak dalam air, serat kasar,
metabolit sekunder dan uji organoleptik untuk tingkat kesukaan, warna, rasa dan bau. Dari penelitian yang dilakukan
pada teh kering dari daun sukun didapatkan kadar air 5,93%, kadar serat kasar 1,9% dan terdapat senyawa metabolit
sekunder seperti : tannin, saponin, alkaloid dan flavanoid yang berguna dan bermanfaat bagi tumbuhan dan manusia.

Kata kunci : Daun sukun, khasiat daun sukun

ABSTRACT

Breadfruit Artocarpus genus included in the family (Moraceae) which consists of 50 species of woody plants, which
only grows in hot and humid in Southeast Asia and the Pacific Islands. Breadfruit leaves can lower blood cholesterol,
prevent inflammation (inflammatory) and prevent cancer. Tea is a drink that contains caffeine, an infusion that is made
by brewing the leaves, leaf buds, dried leaves or stems of the plant Camellia sinensis in hot water. To ensure the dry
tea from the leaves of breadfruit is safe for consumption then testing the water content, water content in the extract,
crude fiber, secondary metabolites and organoleptic test for the level of preference, color, taste and smell. From the
research conducted on the dry tea from the leaves of breadfruit obtained 5.93% water content, crude fiber content of
1.9% and there are secondary metabolites such as tannins, saponins, alkaloids and flavonoids are useful and
beneficial to plants and humans.

Keywords: Breadfruit leaves, the efficacy of breadfruit leaves

PENDAHULUAN
yang berperan dalam keseimbangan pH dan
Daun sukun (Artocarpus altilis) adalah salah osmolaritas (S. Nazaruddin, 1994).
satu obat tradisional yang telah banyak dikenal Teh merupakan salah satu produk minuman
masyarakat Indonesia. Flavonoid, asam terpopuler yang banyak dikonsumsi oleh
hidrosianat, asetilcolin, tannin, riboflavin, saponin, masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia
phenol, quercetin, champerol dan kalium dikarenakan teh mempunyai rasa dan aroma yang
merupakan kandungan kimia daun sukun yang khas, selain itu teh juga dipercaya mempunyai
berkhasiat sebagai obat penyakit seperti ginjal, khasiat bagi kesehatan diantaranya mencegah
jantung, tekanan darah tinggi, liver, pembesaran kegemukkan, kanker dan kolesterol. Seiring
limpa, kencing manis, asma, dan kanker. Kalium dengan perkembangan zaman serta teknologi
merupakan kation penting dalam cairan intraselular maka pada saat sekarang ini banyak sekali kita
temui industri pengolahan teh dengan
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 117
menghasilkan berbagai macam produk akhir
seperti halnya teh kering, teh celup, dan bahkan Daun sukun Sortasi
teh dalam kemasan botol yang mana kesemuanya
dapat memberikan kemudahan bagi kita untuk
mengkonsumsinya secara praktis.
Pengertian Teh Herbal adalah sebutan Tiriskan agar sisa Cuci daun
racikan bunga, daun, biji, akar, atau buah kering
untuk membuat minuman yang juga disebut teh air pencucian sukun hingga
herbal. Walaupun disebut “teh”, racikan atau hilang bersih
minuman ini tidak tentu harus mengandung daun
dari tumbuhan teh. Seperti herbal Teh Satoimo,
berasal dari buah talas (umbi) Satoimo yang Rajang daun Panaskan dalam
dikeringkan dan dibikin minuman layaknya seperti sukun menjadi oven suhu 600C
teh, tentunya dengan campuran tamkomposisi
tumbuhan herbal lainnya seperti dicampur dengan ukuran kecil selama 30 menit
daun teh hijau atau dicampur dengan daun secang
atau dicampuran dengan herbal-herbal lainnya
untuk menambah khasiat dan manfaat minuman
teh herbal (Watanabe et al., 2009). Oleh karena itu Teh herbal
penulis tertarik memilih judul Pembuatan dan
daun sukun
Analisa Teh Herbal dari Daun Sukun (Artocarpus
Atilis). siap untuk
dikemas
BAHAN DAN METODE

Metodologi Penelitian Gambar 1 Pembuatan Produk


Metodologi yang digunakan untuk analisa produk
teh herbal dari daun sukun ini yaitu uji efektivitas Cara kerja pengujian mutu produk
antimikroba metode difusi cakram , uji kadar air Uji difusi cakram :
Dipotong kertas saring sebesar uang logam.
metode gravimetri, uji serat kasar metode.
Disterilkan kedalam oven. Disiapkan inokulum
gravimetri, uji metabolit sekunder secara kualitatif bakteri. Dsiapkan sampel teh herbal dari daun
metode maserasi. sukun dengan variasi konsentrasi. Dsediakan
media NA dan disterilkan media kedalam
pembuatan produk autoclave. Dipipet 1 ml suspense bakteri dan
Alat yang digunakan adalah alat gelas yang biasa dimasukkan kedalam cawan petri steril secara
digunakan di Laboratorium aseptik. Dituang media NA steril kedalam cawan
oven, kompor, panci, tirisan bambu, pisau, yang telah diisi suspense bakteri dan biarkan beku.
gunting, baskom, sendok, piring. Diambil kertas saring yang telah direndam dalam
Bahan larutan anti septic (sampel teh herbal dari daun
sukun) dengan pinset steril dan dimasukkan
daun sukun dan bunga melati kedalam cawan yang telah berisi media (letakkan
Sumber bahan baku pembuatan teh pada posisi ditengah-tengah media). Diinkubasikan
Daun sukun diambil langsung dari pohon sukun kedalam incubator dan amati 2 x 24 jam.
yang berada disekitar rumah sri wahyuni dan
bunga melati didapatkan dari tanaman melati Penetapan kadar air metode gravimetri :
dirumah sri wahyuni. Disiapkan semua alat dan bahan, ditimbang
dengan teliti sampel yang telah disiapkan sebanyak
2 gram dengan menggunakan cawan penguap
yang telah diketahui beratnya. Dipanaskan dalam
oven selama 2 jam dengan suhu 1050C sampai
berat tetap. hitung kadar air yang terdapat dalam
sampel.

Penetapan kadar serat kasar metode


gravimetric:
disiapkan semua alat dan bahan, ditimbang 2 gram
sampel secara teliti, dimasukkan kedalam
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 118
Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan ethanol 96% wagner, jika terbentuk endapan warna coklat
untuk pembebasan lemak, dienap tuangkan larutan sampel positif (+) mengandung alkaloid.
tersebut dengan kertas saring kedalam Erlenmeyer
250 mL, diangkat kertas saring lalu dikeringkan, Uji organoleptik :
ditambahkan 50 mL larutan H2SO4 1,25% refluk diseduh teh rambut jagung yang telah kering
selama 30 menit setelah itu ditambahkan NaOH dengan air panas, dituangkan kedalam gelas dan
3,25% refluk kembali selama 30 menit, kemudian lakukan terhadap bau, rasa dan warna.
disaring dengan kertas saring bebas abu yang
telah diketahui beratnya, dilakukan pencucian HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan larutan H2SO4 1,25% panas, aquadest
panas dan ethanol 96% masing-masing 25 mL, Uji efektivitas antimikroba metode difusi
dikeringkan endapan masukkan kedalam cawan cakram :
porselen yang telah diketahui beratnya, Tabel 1. Hasil difusi cakram
Dipanaskan dalam oven selama 2 jam dengan
suhu 1050C sampai berat tetap. Hitung kadar serat
kasar yang terdapat dalam sampel.

Uji kualitatif metabolit sekunder metode


maserasi Hasil analisa difusi cakram tidak ditemukan daerah
Preparasi sampel (zona) halo disebabkan karena konsentrasi larutan
Sampel dipreparasi terlebih dahulu dengan sampel pada pengujian teh daun sukun ini sangat
menggunakan aquadest kemudian diamkan kecil dan dibutuhkan konsentrasi larutan yang
sebentar. tinggi. Tidak terbentuk daerah halo (daerah bebas
Saponin mikroba) yang menandai suatu sampel yang
Dimasukkan sejumlah sampel kedalam tabung digunakan untuk membunuh bakteri
reaksi, ditambahkan 5 mL aquadest, dipanaskan staphylococcus aureus dengan konsentrasi yang
dengan lampu spritus pada saat mendidih dibuat trlalu kecil sehingga daya bunuh mikroba
hidupkan stopwatch dan atur waktu selama 2 pada sampel daun sukun tersebut kecil.
menit. dikocok sampai terbentuk busa, setelah
terbentuk busa didiamkan selama 5 menit jika busa Penetapan kadar air metode gravimetri :
bertahan selama 5 menit sampel positif (+) Tabel 2. Hasil penetapan kadar air
mengandung saponin
Tannin
Sejumlah sampel dilarutkan dengan aquadest
panas, dipipet hasil filtrate sebanyak 5 mL
dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan
3 tetes FeCl3 10% kedalam filtrate, diamati
perubahan warna yang terjadi jika terbentuk warna Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan
hitam kehijauan berarti sampel positif (+) kadar air dari sampel sebesar 5,93 %. hasil yang
mengandung tannin. diperoleh memenuhi standar mutu dari (SNI 01-
Flavanoid 3836-2000 Teh Kering dalam Kemasan) yang
sejumlah sampel dilarutkan dengan aquadest kadar airnya maksimal 8% berarti mutu dan
panas, dipipet 5 mL filtrate dimasukkan kedalam kualitas teh daun sukun ini baik dan sesuai dengan
tabung reaksi, ditambahkan 0,5 gram serbuk Mg SNI. Apabila kadar air dari suatu produk itu rendah
dan ditambahkan 1 mL HCl kemudian kocok kuat- maka kualitas dari produk tersebut bagus dan
kuat, diamati perubahan warna yang terjadi jika dapat bertahan dalam waktu yang lama dan tidak
terbentuk warna merah, kuning, atau jingga dan cepat rusak. Dan apabila kadar air suatu produk
terdapat gelembung udara berarti sampel positif tersebut tinggi atau melewati dari standar acuan
(+) mengandung flavanoid. mutu dari produk tersebut kurang bagus dan akan
Alkaloid lebih cepat menalami kerusakan dan produk
sebanyak 0,0002 gram sampel dilarutkan dengan tersebut tidak tahan lama.
kloroform dan beberapa tetes NH4OH kemudian
disaring kedalam tabung reaksi bertutup, diekstrak Penetapan kadar serat kasar metode gravimetri
kloroform dikocok dengan penambahan beberapa Tabel 3. Hasil penetapan kadar serat kasar
tetes H2SO4 2 M, lalu akan terbentuk dua lapisan
yaitu lapisan keruh dan bening, lapisan keruh tidak
digunakan sedangkan lapisan bening diteteskan
diatas plat tetes kemudian ditambahkan reagen

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 119


Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan Uji organoleptik
kadar serat kasar dari sampel sebesar 1,9 %. Hasil Tabel 5. Hasil uji organoleptik
yang diperoleh termasuk ke dalam range standar No Pernyataan Hasil (%)
(SNI 01-3836-2000 Teh Kering dalam Kemasan)
dengan standar maksimal 16,5% berarti mutu dan Sangat Suka = 3,3 %
kualitas teh daun sukun ini baik dan sesuai dengan
SNI. Apabila kadar serta kasar melebihi dari range Suka = 50 %
standar akan menyebabkan gangguan pencernaan 1 Kesukaan
Agak suka = 46,7 %
atau akan menyebabkan diare. Dan jika kadar
serat kasar nya terlalu rendah tidak bagus untuk Tidak suka = 0%
pencernaan.

Uji kualitatif metabolit sekunder : Coklat = 0%


Tabel 4. Hasil uji kualitatif metabolit sekunder
Metabolit Kuning kehijauan = 76,7 %
No Hasil 2 Warna
Sekunder
1 Saponin + Kuning kecoklatan = 16,7 %
2 Tanin +
3 Flavanoid + Hijau = 6,7%
4 Alkaloid + Sangat pahit = 0%

Agak pahit = 63,3 %


Dari uji kualitatif yang dilakukan dapat dilihat hasil Rasa
uji metabolit sekunder diketahui bahwa sampel teh 3
Pahit = 26,7 %
herbal dari daun sukun mengandung 4 komponen
senyawa metabolit sekunder yaitu : saponin, Hambar = 10 %
tannin, alkaloid dan flavanoid. Positif saponin Menyengat = 16,7 %
ditandai dengan terbentuknya busa permanen
selama 5 menit, positif tannin ditandai dengan Agak menyengat = 70 %
4 Bau
terbentuknya warna hitam kehijauan pada saat
Tidak berbau = 13,3 %
penambahan FeCl3 10%, postif flavanoid ditandai
dengan terbentuknya warna merah setelah
Dari hasil organoleptik berdasarkan tingkat
penambahan HCl pekat dan serbuk Mg, dan positif
kesukaan didapatkan 50 % panelis memilih suka,
alkaloid di tandai dengan adanya endapan setelah
tingkat warna didapatkan 76,7 panelis memilih
ditambahkan larutan wagner. Hasil ini sesuai
warna coklat kehijauan, dari tingkat rasa di
dengan referensi yang didapatkan tentang
dapatkan 63,3 % panelis memilih agak pahit ,dari
kandungan metabolit sekunder yang ada di dalam
tingkat bau didapatkan 70 % panelis memilih agak
teh dan teh herbal ini baik untuk dikonsumsi.
menyengat. Sehingga produk yang dibuat ini dapat
diterima di pasaran dan memiliki cirri khas warna,
bau dan rasa daun sukun yang khas.

KESIMPULAN

Dari hasil pembuatan teh herbal dari daun sukun


didapatkan 420 gram teh dari 2,8 kg bahan baku
daun sukun dan dari hasil penelitian.

SARAN
Penulis menyarankan kepada konsumen agar
dapat meningkatkan gaya hidup sehat dengan
mengkonsumsi makan dan minuman yang tanpa
bahan kimia yang dapat membahayakan, baik
yang akan mengakibatkan efek kronis maupun
efek akut pada tubuh. Untuk peneliti

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 120


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian, 2003, Panduan Teknologi


Pengolahan Sukun Sebagai Bahan Pangan
Alternatif, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Hortikultura, Jakarta

Angkasa, S. Nazaruddin. 1994. Sukun dan


Keluwih. Jakarta : Penebar swadaya

Syamsul hidayat, S. S and Hutapea, J.R, 1991,


Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi kedua,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2010. SNI


3836:2013 tentangTeh kering dalam kemasan.
Jakarta: BSN.

Awan. 2010. Uji Fitokimia. (Online)


(http://awanl.blogspot.com/2010/11/uji-
fitokimia.html diakses tanggal 22 Oktober 2011).
Hermayanti, Yeni, Eli Gusti. 2006. Modul Analisis
Proksimat. Padang : SMAK

Piliang, W.G. dan S. Djojosoebagio, Al Haj. 2002.


Fisiologi Nutrisi. Vol. I. Edisi Ke-4. IPB Press,
Bogor.(diakses tanggal 11 februari 2015).

Standar nasional Indonesia. SNI 3836:2013. Teh


kering dalam kemasan. Dewan
Standarisasi Nasional

Rukmana, H. Rahmat, 2014, Untung Berlipat dari


Budi Daya Sukun, Yogyakarta: LilyPublisher

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 121


PEMBUATAN DAN ANALISIS PERMEN JELLY DARI DAUN SIRSAK
(Annona muricata L.)
PREPARATION AND ANALYSIS OF SOURSOP LEAVES JELLY CANDY (Annona
muricata L.)
Zelfiarti dan Khairannisa Nurwan1) dan Nathalia Dafrosa Br. Haloho1)
1) Siswa SMK-Sekolah Menengah Analis Kimia Padang
2) Guru Pembimbing Analisis Terpadu II

Laboratorium SMK-SMAK Padang


Jl. Alai Pauh V Kel.Kapalo Koto No. 13 Kec. Pauh Kota Padang

E-Mail: khairannisanw11@gmail.com , nathaliadafrosa@gmail.com

ABSTRAK

Permen jelly adalah salah satu jenis kembang gula yang disukai karena memiliki sifat yang khas.
Kekhasan tersebut terletak pada rasa, bentuk, kekenyalan dan elastisitas produk.Sirsak, nangka belanda,
atau durian belanda (Annona muricata L.) adalah tumbuhan berguna yang berasal dari Karibia, Amerika
Tengah dan Amerika Selatan. Keistimewaan yang dimiliki tanaman sirsak terletak pada khasiat daunnya Daun
sirsak mengandung banyak manfaat untuk bahan pengobatan herbal, dan untuk menjaga kondisi tubuh. Dari
keunggulan tersebut maka diperlukan pemanfaatan yang tepat, salah satu pemanfaatan daun sirsak adalah
pembuatan Permen Jelly dari Daun Sirsak. Metode untuk penetapan kadar air dan kadar abu adalah metode
Thermogravimetri, uji Angka Lempeng Total dengan metode hitung cawan,uji cemaran logam Pb dengan metode
Spektrofotometri Serapan Atom, penentuan kadar gula dengan metode Luff Schoorl, penetapan kadar vitamin C
dengan metode iodimetri, dan uji kapang dengan metode hitung cawan.Adapun hasil uji dari pembuatan dan
analisis permen jelly dari daun sirsak yaitu kadar air dalam sampel adalah 27,9 %, kadar abu sebesar 2,78 %,
angka lempeng total sebesar <3,0 × 103 (2,4 × 103) koloni/ gram,cemaran logam Pb sebesar -5,0213 mg/kg,
kadar gula dalam sampel adalah 52,99 %, kadar vitamin C 0,01%, dan uji kapang sebesar 3,3 x 10 1 koloni/ gram
sampel. Sedangkan untuk penilaian organoleptik didapatkan hasil pengujian rasa adalah manis, berbau agak
khas daun sirsak, mempunyai tekstur yang kenyal, dan tingkat kesukaan panelis adalah suka.

Kata kunci : Permen Jelly, daun sirsak

ABSTRACT

Jelly Candy is one of the preferred type of candy because it has distinctive properties. The
distinctiveness lies in the taste, shape, firmness and elasticity of the product. Soursop, jackfruit dutch, or durian
Netherlands (Annona muricata L.) is a useful plant from the Caribbean, Central America and South America.
Privilege in plants is located on the efficacy of soursop leaves Soursop leaves contain many benefits for herbal
medicine ingredients, and to maintain body condition. From these advantages it is necessary to use on the way
right, one of the utilization of soursop leaf is the manufacture of Soursop Leaf Jelly Candy.
Methodsfordetermination ofmoisture contentandash contentisThermogravimetrimethod, testofTotal Plate Countis
Plate Count method,Pb contaminationtest is Atomic Absorption Spectrophotometrymethod, sucrose analysis is
Luff Schoorl method, vitamin C analysis is iodimetri method, and mold test is plate count method .The analysis
results from the manufacture and analysis of soursop leaf jelly candy are water in the sample of 27.9%, ash of
2.78%, total plate count of <3.0 × 103 (2.4 × 103),Pb contamination of -5.0213 mg / kg, sucrose 52,99 %, vitamin
C 0,01%, and mold test is 3,3 x 101 koloni/ gram. Organoleptic assessment test is got sweet taste, smell which
has somewhat typical of soursop leaves, has a chewy texture, and the testers like it.

Keyword :Jelly Candy,Soursop leaves

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 122


PENDAHULUAN terhindar dari air atau kelembaban karena akan
mempercepat kerusakan permen (Hidayat dan
Sirsak, atau durian belanda (Annona Ikarisztiana, 2004).
muricata L.) memang menawarkan berbagai Daun sirsak yang bermanfaat untuk kesehatan
kandungan positif bagi kesehatan manusia, perlu diinovasikan menjadi suatu produk yang
mulai dari buahnya, daunnya, bahkan dapat dikonsumsi dan dinikmati oleh berbagai
pohonnya. (Wikipedia.org). Kandungan buah kalangan. Salah satu inovasi pemanfaatan
sirsak tersusun atas 67% daging buah yang daun sirsak adalah menjadikannya sebagai
dapat dimakan, 20% kulit, 8,5% biji, dan 4% bahan baku pembuatan permen jelly.
poros tengah buah, dari berat keseluruhan
buah. Kandungan gulanya sekitar 68% dari BAHAN DAN METODE
seluruh bagian padat daging buah. Sirsak
merupakan sumber vitamin B yang lumayan Metode Penelitian
jumlahnya (0,07mg/100 g daging buah ) dan Metoda yang digunakan untuk analisa
vitamin C ( 20 mg/100g daging buah), dan parameter yaitu untuk penetapan kadar air dan
sedikit sampai sedang kandungan kalsium dan kadar abu dengan metoda Thermogravimetri,
fosfornya. Sifat yang paling disenangi orang uji cemaran mikroba dengan metoda Angka
dari sirsak ini adalah harumnya dan aromanya Lempeng Total,uji cemaran logam Pb dengan
yang sangat menggiurkan.Daging buahnya metoda Spektrofotometri Serapan Atom,
mirip dengan ‘cherimoya’, warna putihnya yang penetapan kadar gula dengan metode Luff
murni itu sangat stabil, walaupun sedang Schoorl, penetapan kadar vitamin C dengan
diolah. (Verheij dan Coronel, 1997) metode iodimetri, dan uji cemaran mikroba
Daun sirsak mempunyai banyak kapang dengan metode hitung cawan.
manfaat untuk kesehatan tubuh, yakni mampu Analisis Gravimetri adalah suatu cara
menghambat pertumbuhan bakteri, membantu penentuan unsur atau senyawa berdasarkan
menghambat mutasi gen, membantu berdasarkan berat dimana unsur yang akan
menghambat perkembangan virus, membantu ditentukan dipisahkan dulu serta dirubah
menghambat perkembangan parasit, menjadi senyawa tertentu dan murni, kemudian
membantu menghambat pertumbuhan tumor, ditimbang.( Yeniza, 2005)
membantu merileksasi otot, sebagai anti Metode hitung cawan, prinsipnya adalah
kejang, membantu meredakan nyeri, mampu menghitung jumlah koloni mikroorganisme yang
menekan peradangan, menurunkan kadar gula tumbuh didalam cawan petri yang berisi media
darah, menurunkan demam, menurunkan laboratorium berbentuk padat dan contoh
tekanan darah tinggi, menguatkan saraf, setelah waktu inkubasi tertentu.( Srikandi
membantu menyehatkan jantung, membantu Fardiaz, 1989)
meningkatkan produksi asi pada ibu hamil, Metode Spektrofotometri Serapan Atom
membantu melebarkan pembuluh darah, berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom,
membunuh cacing parasit, mengurangi stres, atom-atom menyerap cahaya tersebut pada
menguatkan pencernaan dan meningkatkan panjang gelombang tertentu, tergantung pada
nafsu makan. (Wikipedia.org) sifat unsurnya.
Permen jelly termasuk dalam makanan Prinsip gula reduksi (sebelum inversi)
semi basah yang dibuat dari sari buah dan yaitu gula reduksi seperti glukosa, fruktosa,
bahan pembentuk gel, dengan kenampakan maltosa dan laktosa akan mereduksi larutan
jernih dan transparan, serta mempunyai tekstur Luff Schoorl ditentukan dengan cara titrasi
dan kekenyalan tertentu (Harijono et al., 2001). dengan larutan Natrium Thiosulfat. Prinsip
Permen jelly adalah salah satu jenis penentuan sakarosa yaitu sakarosa dihidrolisis
kembang gula yang disukai karena memiliki menjadi gula reduksi. Jumlah gula reduksi
sifat yang khas. Kekhasan tersebut terletak ditentukan dengan cara seperti pada penetapan
pada rasa, bentuk, kekenyalan dan elastisitas kadar gula reduksi. Hasil kali faktor kimia
produk (Hambali et al., 2004). Permen jelly dengan selisih kadar gula sesudah dan
yang dibuat dari buah ataupun sayuran memiliki sebelum inversi menunjukkan kadar sakarosa.
kelebihan akan nilai nutrisi dibandingkan (SNI 3547.2-2008)
dengan yang ada di pasaran yang hanya Penentuan kadar Vitamin C secara
berasal dari penambahan esence dari bahan volumetri dengan metode iodimetri berdasarkan
kimia. Produk ini juga memiliki masa simpan reaksi oksidasi reduksi antara sampel sebagai
yang cukup lama. Hal ini disebabkan produk reduktor dengan larutan baku I2 0,01 N sebagai
kaya akan gula sehingga tidak mudah dirusak oksidator dalam suasana asam dengan
oleh mikroorganisme, namun demikian untuk menggunakan indikator larutan kanji dengan
menjaga kualitas selama penyimpanan titik akhir ditandai dengan perubahan warna
sebaiknya produk dikemas dengan baik agar

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 123


larutan dari bening menjadi biru. (Nurirjawati ,
2012)
Prinsip dari metode hitungan cawan
adalah jika sel mikroba yang masih hidup Rebus 30
Rebus hingga
lembar daun
ditumbuhkan pada medium agar maka sel air rebusan
sirsak dalam
mikroba tersebut akan berkembang biak dan tinggal 250 mL
750 mL air
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung
dengan mata tanpa menggunakan mikroskop.
Metode ini dilakukan dengan tahapan kerja Aduk,
diantaranya pengenceran, pemupukan, dan diamkan 10 Larutkan 20 g
penghitungan koloni dengan menggunakan menit lalu tim gelatin dengan
colony counter. Pengenceran yang baik sampai 100 mL air es
dilakukan secara desimal seperti 1:10, 1:100, mencair
1:1000 dst (Nilma, 2010 )

Sumber bahan baku pembuatan produk Panaskan 100 Tambahkan


mL air 100 g gula
Bahan baku terdiri dari daun sirsak, gelatin, dan rebusan daun dan 20 mL
gula. Daun sirsak didapatkan dari pohon sirsak sirsak fruktosa
cair
di daerah Kampung Baru Kel.Pisang,
Padang.sedangkan gelatin dan gula didapatkan
dari toko terdekat.
Alat dan bahan pembuatan produk Jemur
Tambahkan
Alat sampai
Permen seujung
Kompor gas, panci, cetakan, pengaduk. kering di
kemudia sendok
bawah
Bahan n Asam Sitrat
sinar
Daun Sirsak, gelatin, gula, fruktosa cair, Asam dikemas. dan Na.
matahari
Sitrat, Natrium Benzoat. Benzoat
.

Cara kerja analisis parameter uji

Penetapan kadar air : Gambar 1 . Skema Pembuatan Produk


Dikonstankan cawan penguap, lalu ditimbang
sampel sebanyak 2 g ke dalam cawan pengenceran 10-1 ke pengenceran 10-2,
Dipanaskan cawan yang berisi sampel tersebut kemudian 1 mL dari pengenceran 10-2 ke
dalam oven pada suhu 105⁰C ± 2⁰C selama pengenceran 10-3. Pipet masing-masing 1 mL
dua jam.Kemudian, dipindahkan segera ke dari pengenceran 10-2 dan 10-3 ke dalam cawan
dalam desikator dan didinginkan selama 15 petri steril secara duplo.Tuangkan 15 mL
menit kemudian ditimbang. Dilakukan sampai 20 mL media PCA yang masih cair
pemanasan kembali sampai bobot konstan. dengan suhu 45⁰C ke dalam masing-masing
cawan petri. Dihomogenkan lalu dibiarkan
Penetapan kadar abu : campuran dalam cawan petri memadat.
Dikonstankan cawan porselin, lalu tdiimbang 5 Dimasukkan semua cawan petri dengan posisi
g ke dalam cawan. Dipanaskan perlahan di terbalik dalam inkubator pada suhu 35⁰C
atas api sampai tidak berasap lagi. Kemudian selama 48 jam.
diabukan dalam furnace pada suhu 900⁰C
sampai terbentuk abu berwarna putih. Uji cemaran logam Pb
Dipindahkan segera ke dalam desikator dan Dibuat deret standar Pb yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4
didinginkan selama 15 menit kemudian ppm masing-masing dalam labu 50 mL.
ditimbang sampai didapatkan bobot konstan. Digunakan aquabidest sebagai pengencer dan
homogenkan. Untuk preparasi sampel,
Uji angka lempeng total ditimbang 5 g contoh dengan teliti dalam cawan
Ditimbang 1 g contoh dan dimasukkan ke porselin. Dipanaskan sampai contoh uji tidak
dalam erlenmeyer yang telah berisi 9 mL berasap lagi. Lalu diabukan dalam furnace
larutan pengencer (aquadest) sehingga 900⁰C ± 5⁰C sampai abu berwarna putih.
diperoleh pengenceran (10-1).Kocok campuran Dilarutkan abu berwarna putih dalam 5 mL
beberapa kali sehingga homogen. Dipipet 1 mL HNO3 pekat dan masukkan ke dalam labu ukur
dari 100 mL, kemudian tepatkan hingga tanda garis
dengan aquabidest. Disaring larutan
menggunakan kertas saring Whatman No. 41
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 124
ke dalam labu ukur 100 mL.Baca absorbans 10 menit. Diangkat dan bilas termometer
larutan baku kerja dan larutan contoh terhadap dengan air lalu dinginkan. Ditambahkan NaOH
blanko menggunakn SSA pada panjang 30 % sampai netral (warna merah jambu)
gelombang maksimum sekitar 217 nm. dengan indikator fenolftalin. Tepatkan sampai
tanda tera dengan air suling, dikocok 12 kali.
Penetapan kadar gula : Dipipet 10 ml larutan tersebut dan dimasukkan
Gula Reduksi ( dihitung sebagai gula sebelum ke dalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 15
inversi ) : Ditimbang 2 g contoh dan ml air suling dan 25 ml larutan Luff Schoorl (
dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml, dengan pipet) serta beberapa butir batu didih.
ditambahkan air dan kocok. Tambahkan 5 ml Hubungkan erlenmeyer dengan pendingin
Pb-asetat setengah basa dan digoyangkan. tegak , dipanaskan diatas pemanas listrik,
Teteskan 1 tetes larutan (NH4)2HPO4 10%. usahakan dalam waktu 3 menit sudah harus
Apabila timbul endapan putih maka mulai mendidih. Dipanaskan terus selama 10
penambahan Pb-asetat setengah basa sudah menit ( pakai stopwatch ) kemudian diangkat
cukup. Ditambahkan 15 ml larutan dan segera didinginkan dalam bak berisi es
(NH4)2HPO4 10% . Untuk menguji apakah Pb- (jangan digoyang). Setelah dingin ditambahkan
asetat setengah basa sudah diendapkan 10 ml larutan KI 20 % dan 25 ml larutan H2SO4
seluruhnya, diteteskan 1-2 tetes (NH4)2HPO4 25 % (hati-hati terbentuk gas CO2). Titar
10%. Apabila tidak timbul endapan berarti dengan larutan natrium tio sulfat 0,1 N dengan
penambahan (NH4)2HPO4 10% sudah cukup. indikator larutan kanji 0,5% (V1). Kerjakan
Digoyangkan dan tepatkan isi labu ukur sampai penetapan blanko dengan 25 ml air dan 25 ml
tanda garis dengan air suling, kocok 12 kali , larutan Luff Schoorl seperti cara diatas (V2).
dibiarkan dan saring. Dipipet 10 ml larutan hasil
penyaringan dan dimasukkan ke dalam Penentuan Kadar Vitamin C:
erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 15 ml air Sampel dipotong-potong ke ukuran yg lebih
suling dan 25 ml larutan Luff Schoorl ( dengan kecil. Ditimbang sampel sebanyak 5,0000 g
pipet) serta beberapa butir batu didih. dengan teliti dipindahkan kedalam erlenmeyer.
Dihubungkan erlenmeyer dengan pendingin Ditambahkan 25 ml aquadest bebas CO2 (telah
tegak , dipanaskan diatas pemanas listrik, dididihkan hingga tak ada gelembung udara).
diusahakan dalam waktu 3 menit sudah harus Ditambahkan pula H2SO4 4N sebanyak 6 ml
mulai mendidih. Dipanaskan terus selama 10 dan 1-2 ml indikator amilum. Dititrasi dengan I2
menit ( pakai stopwatch ) kemudian diangkat 0,01 N hingga TAT (muncul warna biru).
dan segera didinginkan dalam bak berisi es Penitaran dilakukan duplo.
(jangan digoyang). Setelah dingin ditambahkan
10 ml larutan KI 20 % dan 25 ml larutan H2SO4 Uji Kapang:
25 % (hati-hati terbentuk gas CO2). Dititar Ditimbang 25 gram sampel dan dimasukkan ke
dengan larutan natrium tio sulfat 0,1 N dengan dalam erlenmeyer yang telah berisi 225 ml
indikator larutan kanji 0,5% (V1). Dikerjakan larutan pengencer sehingga diperoleh
penetapan blanko dengan 25 ml air dan 25 ml pengenceran 1:10. Dikocok campuran
larutan Luff Schoorl seperti cara diatas (V2). beberapa kali sehingga homogen. Dipipet
Sakarosa : Ditimbang 2 g contoh dan masing-masing 1ml dari pengenceran 10-1 ,
dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml, 10-2 ke dalam cawan petri steril secara duplo.
ditambahkan air dan kocok. Ditambahkan 5 ml Dituangkan 15 ml – 20 ml PDA ke dalam
Pb-asetat setengah basa dan digoyangkan. masing-masing cawan petri dalam waktu 15
Diteteskan 1 tetes larutan (NH4)2HPO4 10%. menit dari pengenceran pertama. Pada saat
Apabila timbul endapan putih maka penuangan PDA masih dalam bentuk cair
penambahan Pb-asetat setengah basa sudah dengan suhu 45 0C ± 1 0C. Digoyang cawan
cukup. Tambahkan 15 ml larutan (NH4)2HPO4 petri dengan hati-hati ( putar dengan arah
10% . Untuk menguji apakah Pb-asetat goyang kedepan , ke belakang , ke kanan dan
setengah basa sudah diendapkan seluruhnya, ke kiri ) sehingga tercampur merata. Dibiarkan
teteskan 1-2 tetes (NH4)2HPO4 10%. Apabila hingga campuran dalam cawan petri membeku.
tidak timbul endapan berarti penambahan Dimasukkan semua cawan petri dengan posisi
(NH4)2HPO4 10% sudah cukup. Digoyangkan tidak terbalikke dalam inkubator dan inkubasi
dan tepatkan isi labu ukur sampai tanda garis pada suhu 25oC selama 5 hari. Dihitung koloni
dengan air suling, kocok 12 kali , dibiarkan dan kapang/khamir ( perhitungan dapat dilakukan
saring. Pipet 50 ml hasil penyaringan ke dalam mulai hari ke tiga sampai hari ke lima).
labu ukur 100 ml. Ditambahkan 25 ml HCl 25 % Nyatakan hasil perhitungan sebagai jumlah
pasang termometer dan dilakukan hidrolisis kapang/khamir per gram contoh.
diatas penangas air. Apabila suhu mencapai
68oC – 70oC suhu dipertahankan selama tepat

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 125


Uji organoleptik Kadar Vitamin C
Bau : Diambil contoh uji sebanyak 5 buah dan Tabel 6. Hasil Analisis Kadar Vitamin C
letakkan di atas kaca aloji yang bersih dan Vitamin
Rata-
kering. Cium contoh uji untuk mengetahui Berat Kadar C
rata %
Lakukan pengerjaan oleh 3 orang panelis atau No Sampel Vitamin dalam
Vitamin
(g) C (%) buah
1 orang tenaga ahli. C
sirsak
Uji cemaran mikroba Angka Lempeng Total 1 5,0005 0,01 20 mg /
0,01
Table 3. Hasil uji cemaran mikroba 2 5,0008 0,01 100 g
No Percobaan Hasil SNI
<3,0 × 103 Dari analisa yang telah dilakukan didapat kadar
1 Cawan I
(2,3 × 103) vitamin C di dalam permen jelly dari daun sirsak
<3,0 × 103 yaitu 0,01 %. Vitamin C merupakan vitamin
2 Cawan II 5 x 104
(2,5x 103) yang paling mudah rusak. Di samping mudah
<3,0 × 103 larut dengan air, vitamin C juga mudah
3 Rata-rata
(2,4 x 103) teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh
Dari tabel data diatas hasil angka panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh
lempeng total yang didapatkan sesuai dengan katalis tembaga dan besi. Kadar vitamin C yang
SNI 3547.2-2008karena tidak mencapai 5 x 104. sangat rendah pada permen jelly dari daun
maka permen jelly dari daun sirsak aman untuk sirsak diakibatkan oleh proses pembuatan
dikonsumsi. dengan cara pemanasan yang lama dan
jugakarena adanya proses penjemuran di
Uji Cemaran Logam Pb bawah sinar matahari yang mengakibatkan
Tabel 4 : Hasil Uji Cemaran Logam Pb rusaknya vitamin C.
Standar
Hasil Uji Kapang
No Parameter acuan
(mg/kg) Tabel 7. Hasil Uji Kapang
(Maksimum)
1. Uji Cemaran -4,6301 Jumlah Koloni
2,0 mg/kg Hasil
Logam Pb I mg/kg No Perpengenceran SNI
(koloni/g)
2. Uji Cemaran -5,4125 10-1 10-2
2,0 mg/kg
Logam Pb II mg/kg
1 7 0 Maks.
Rata-rata -5,0213 2,0 mg/kg
3,3 x 101 1x102
mg/kg
2 6 0 koloni/g
Dari tabel diatas dapat dilihat uji Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa hasil uji kapang
cemaran logam Pb yang diperoleh dari Permen yang didapatkan sebesar 3,3 x 101 koloni/gram,
Jelly dari Daun Sirsak adalah sebesar -5,0213 hasil ini sesuai dengan syarat mutu cemaran
mg/kg dengan standar 2,0 mg/kg. Hasil kapang berdasarkan SNI 3547.2-2008 yaitu
tersebut kecil dari standar acuan SNI 3547.2- maksimal 1x102 koloni/gram. Dari hasil ini dapat
2008, maka dapat disimpulkan permen jelly ini disimpulkan bahwa produk ini aman
aman dikonsumsi. dikonsumsi.Uji kapang ini menunjukkan tingkat
kebersihan dalam pengolahan produk ini.
Penetapan Kadar Gula (Sakarosa) Peralatan yang higienis dan disanitasi dengan
Tabel 5. Hasil Analisis Kadar Gula (Sakarosa) baik serta kebersihan area produksi yang
terjaga akan menghasilkan produk yang bebas
dari pertumbuhan kapang dan pembentukan
sporanya.

Berdasarkan tabel diatas, sakarosa rata-rata


yang didapat yaitu 52,99%. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa kadar sakarosa
sesuai dengan standar SNI 3547.2-2008 yaitu
min. 27 %. Gula memberikan aroma, rasa
manis, sebagai pengawet dan untuk
memperoleh tekstur tertentu. Kadar gula yang
tinggi pada permen jelly dari daun sirsak
berguna sebagai pengawet, sehingga dapat
menambah masa simpan dari permen jelly ini.

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 126


Uji Organoleptik diketahui mutu dan kualitas yang sesuai
Tabel 8. Hasil penilaian Uji Organoleptik dengan standar dan permintaan pasar

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita.2004. Prinsip Dasar Ilmu


Gizi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

E.W.M. Verheij dan R.E .Coronel 1997.Prosea


.Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2.Buah-
Buahan yang Dapat Dimakan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama

Elizarni dan Fitriyeni. 2007. Bahan Ajar


Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penilaian Berbasis Kompetensi (Modul)
rasa oleh panelis adalah manis, berbau agak Organoleptik.Padang:SMAK-Padang
khas daun sirsak, dan mempunyai tekstur yang
Fardiaz, S. 1989 Penuntun praktek mikrobiologi
kenyal. Sedangkan untuk indikator kesukaan,
pangan,IPB
disimpulkan bahwa panelis-panelis menyukai
permen jelly dari daun sirsak.
Hart, Harold, Leslie E. Craine, David J. Hart
(Alih Bahasa, Suminar Setiati
KESIMPULAN
Ahmadi).2003.Kimia Organik Suatu Kuliah
Singkat.Edisi-11. Jakarta: Erlangga
Dari hasil pengamatan dan peritungan
didapatkan kadar air dalam sample permen jelly Hasnawati, Eka. 2012. Keajaiban Sirsak
dari daun sirsak adalah 27,9 %, kadar abu Menumpas 7 Penyakit: Kanker, Tumor,
sebesar 2,78 %, angka lempeng total sebesar Jantung, Diabetes, Kolesterol, Asam Urat, dan
<3,0 × 103 (2,4 × 103), cemaran logam Pb Hipertensi. Yogyakarta: Easymedia
sebesar -5,0213 mg/kg, kadar sakarosa 52,99
%,kadar vitamin C 0,01%,dan kapang 3,3 x 101 Hidayat,N., dan Ikarisztiana,K. (2004).
koloni/gram. Hasil yang didapat dari ketujuh Membuat Permen Jeli. Surabaya: Trubus
parameter sesuai dengan standar acuan SNI Agrisarana
3547.2-2008 Kembang Gula-Bagian2: Lunak.
Sedangkan untuk penilaian organoleptik Iptek-net.2009.Gula http://ipteknet.co.id
didapatkan hasil pengujian rasa adalah manis,
berbau agak khas daun sirsak, mempunyai Irjawati, Nur. 2012.Iodo-Iodimetri.
tekstur yang kenyal, dan tingkat kesukaan. https://nurirjawati.wordpress.com/bout-
Untuk daya tahan produk disimpulkan bahwa pharmacy/colap/iodo-iodimetri/. Tanggal akses
produk ini tahan sampai 14 hari. 1 April 2015

SARAN Lay, Bibiana W.1994. Analisis Mikroba di


Laboratorium.Jakarta: Raja Grafindo Persada
Penulis mengharapkan kepada
masyarakat agar bisa mengolah daun sirsak Muktiani.2011. Khasiat & Cara Olah Sirsak
menjadi produk yang lebih bervariasi lagi, untuk Kesehatan dan Bisnis Makanan.
karena daun sirsak memiliki kandungan dan Yogyakarta: Pustaka Baru Press
khasiat yang sangat baik bagi tubuh. Daun
sirsak yang belum termanfaatkan ini dapat Nilma, Barwita Yuniana.2010. Modul
meningkatkan nilai ekonomi daun sirsak yang Mikrobiologi Bilingual. Padang: SMAK-Padang
ada di Indonesia.Dengan meningkatnya nilai
Smecda.2014. Pembuatan Jelly Rumput
ekonomi ini, diharapkan tumbuhnya industri
Laut.http://www.smecda.com/files/teknologi/pro
berskala kecil dan menengah di kalangan
duk_rumput_laut.pdf. Tanggal akses 21
masyarakat umum dengan bahan baku daun
sirsakPenulis juga mengharapkan agar Desember 2014
penelitian permen jelly dari daun sirsak ini SNI 3547.2-2008.Kembang Gula-
dapat dilanjutkan, karena masih ada beberapa Bagian2:Lunak
parameter atau syarat mutu dari permen jelly
yang belum dianalisis, sehingga nantinya dapat Sophian, Alfi .2010.
Kapanghttp://alfisophian.blogspot.com/
Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 127
Sudarmadji, Slamet , Bambang Haryono,
Suhardi.2003. Analisa Bahan Makanan dan
Minuman.Cetakan ke-2. Yogyakarta: Liberty

Usu Institutional Repository. 2011. Permen


Jelly.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
29243/3/Chapter%20II.pdf. Tanggal akses 15
Desember 2014

Wardatul Jennah. 2013. Spektrofotometer


Serapan
Atom.http://wardahankbjm.blogspot.com/.
Tanggal Akses 10 Maret 2015.

Wicaksono, Adi.2011. Kalahkan Kanker dengan


Sirsak. Jakarta: Citra Media Mandiri

Jurnal SMAKPA Vol.07 No.02, Desember 2015 Page 128

Anda mungkin juga menyukai