Case Appendisitis Perforasi Dikonversi
Case Appendisitis Perforasi Dikonversi
Oleh:
Pembimbing:
Dr. Harry Triyono, Sp.B
A. ANAMNESIS
Diambil dari alloanamnesis melalui Ibu pasien pada tanggal 04 Juni 2014 pukul 14.00 WIB
Keluhan Utama : Sakit perut didaerah kanan bawah sejak 3 hari SMRS
Sejak 3 hari SMRS pasien mengeluh sakit perut di daerah kanan bawah, menurut
penuturan ibu pasien, awalnya sakit perut didaerah pusar kemudian berpindah ke kanan bawah
dan sakit perut berlangsung sangat hebat dan perut menjadi tegang. Pasien langsung dibawa ke
klinik dan didiagnosa mengalami usus buntu dan segera di rujuk ke Rumah Sakit Otorita Batam.
Menurut Ibu pasien, pasien juga mengeluh mual dan muntah sejak 3 hari SMRS sehingga nafsu
makan menurun serta pasien mengalami demam. Menurut penuturan ibu pasien, demam tidak
terlalu tinggi dan hanya sumeng – sumeng saja dengan pengukuran menggunakan perabaan
tangan. Riwayat gangguan BAK disangkal dan terdapat riwayat BAB tidak lancar.
1
( - ) Tonsilitis ( - ) Gonore ( - ) Tumor
Lain-lain: ( - ) Kecelakaan
Alergi √ Sepupu
Asma √
Tuberkulosis √
Arthritis √
Rematisme √
Hipertensi √
Jantung √
Ginjal √
Lambung √
2
RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN
Spontan
Cara persalinan
Langsung menangis ( + )
Kemerahan ( + )
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Psikomotor
3
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 8 bulan
Berjalan : 12 bulan
Bicara : 12 bulan
Perkembangan pubertas
RIWAYAT MAKANAN
Umur
ASI/PASI Buah/ Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
(bulan)
0–2 ASI - - -
2–4 ASI - - -
4–6 ASI - - -
6–8 ASI √ √ √
8 – 10 ASI + PASI √ √ √
4
Sayur 3x/hari
Daging 1x/minggu
Telur 3x/hari
Ikan 3x/hari
Tahu 3x/hari
Tempe 3x/hari
Susu Jarang
RIWAYAT IMUNISASI
Campak 9 bulan - - - - -
MMR - - - - - -
TIPA - - - - - -
RIWAYAT KELUARGA
a. Corak Reproduksi
Tanggal
Jenis Lahir Mati Keterangan
No lahir Hidup Abortus
kelamin mati (sebab) kesehatan
(umur)
5
2008 /
1. Laki - Laki √ - - - Pasien
6 tahun
b. Riwayat Pernikahan
Perkawinan ke- 1 1
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
( - ) Lain-lain ( - ) Petechiae
Kepala
6
Mata
( - ) Nyeri ( - ) Radang
Telinga
( - ) Tinitus
Hidung
( - ) Sekret ( - ) Pilek
( - ) Epistaksis
Mulut
( - ) Selaput ( - ) Stomatitis
Tenggorokan
Leher
Dada (Jantung/Paru)
7
( - ) Berdebar ( - ) Batuk darah
( - ) Ortopnoe ( - ) Batuk
Abdomen (Lambung/Usus)
( + ) Mual ( - ) Mencret
( - ) Stranguria ( - ) Kolik
( - ) Poliuria ( - ) Oliguria
( - ) Polakisuria ( - ) Anuria
( - ) Parestesi ( - ) Ataksia
8
( - ) Kejang ( - ) Pingsan
( - ) Afasia ( - ) Kedutan
Ekstremitas
( - ) Bengkak ( - ) Deformitas
Berat Badan
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Data Antropometri
9
Berat Badan sekarang : 21 kg
Lingkar kepala :-
Lingkar Dada :-
Status Gizi
Tanda Vital
Suhu : 35,9 ºC
Aspek Kejiwaan
10
Kulit
Kepala
11
Rambut : Hitam merata Pembuluh darah temporal : Teraba pulsasi
Mata
Telinga
Cairan : -/-
Mulut
12
Leher
Dada
Paru – Paru
Pemeriksaan Hasil
- Fremitus +
- Fremitus +
13
Jantung
Palpasi : Teraba iktus cordis pada sela iga V, 1 cm medial linea midklavikula kiri,
Perkusi :
Batas kiri : sela iga V, 1cm sebelah medial linea midklavikula kiri.
Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Pembuluh Darah
Perut
14
Palpasi : Dinding perut : Supel, Distensi ( - ), rigid ( - ), nyeri tekan ( + ) regio lumbar dan
Anggota Gerak
Otot
Kekuatan : +5 +5
Lain-lain : Palmar eritema (-), ptechie (-), clubbing finger (-), kontraktur (-)
15
Otot
Kekuatan : +5 +5
Lain-lain : - -
Refleks
16
LABORATORIUM
31 Mei 2014
Pemeriksaan Darah
17
Ureum 24,7 mg/dL 10 – 50 Normal
Pemeriksaan Urine
pH 5 5–8 Normal
Protein ++ - Proteinuria
Reduksi - - Normal
Bilirubin - - Normal
Urobilinogen - - Normal
Urobilin - - Normal
SEDIMEN
18
Epitel + +/- Normal
Bakteri - - Normal
Kristal - - Normal
Silinder - - Normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
bawah
Mual-Muntah 1 1
Anoreksia 1 1
bawah
Nyeri lepas 1 0
Pemeriksaan Leukositosis 2 2
to the left
Total 10 9
19
Interpretasi dari Modified Alvarado Score:
USG Abdomen
31 Mei 2014
20
Hasil :
Kantung empedu tidak membesar, dinding tidak menebal, tidak tampak batu atau sludge, ductus
Ginjal kiri kanan ukuran dan bentuk normal, tidak tampak batu atau SOL. Parenkim normal.
Vesica urinaria normal. Tak tampak batu atau SOL. Tidak tampak massa intraabdomen.
Tampak struktur tubuler hipoechoic buntu dinding tebal irregular diameter 9,8 mm. Usus tampak
Kesan :
Hepatobilier, Lien, Pankreas, Ginjal kiri kanan dan Buli tidak tampak kelainan.
21
RESUME
Seorang pasien bernama Rangga diantar oleh orang tuanya ke Rumah Sakit Otorita
Batam dengan keluhan sakit perut di daerah kanan bawah sejak 3 hari SMRS. Menurut
penuturan ibu pasien, awalnya sakit perut didaerah pusar kemudian berpindah ke kanan bawah
dan sakit berlangsung sangat hebat dan perut menjadi tegang. Pasien langsung dibawa ke klinik
dan didiagnosa mengalami usus buntu dan segera di rujuk ke Rumah Sakit Otorita Batam.
Menurut Ibu pasien, pasien juga mengeluh mual dan muntah sejak 3 hari SMRS sehingga nafsu
makan menurun serta pasien mengalami demam. Menurut penuturan ibu pasien, demam tidak
terlalu tinggi dan hanya sumeng – sumeng saja dengan pengukuran menggunakan perabaan
tangan. Riwayat gangguan BAK disangkal dan terdapat riwayat BAB tidak lancar. Pasien
memiliki riwayat disentri 3 tahun yang lalu dan sepupu pasien memiliki riwayat alergi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan rata-rata dalam batas normal namun pada pemeriksaan
abdomen didapatkan nyeri tekan pada region lumbar dan iliaka dekstra. Pada pemeriksaan
meningkat (86,1%), Limfosit menurun (9,5%), Elektrolit Natrium menurun (129 meq/L),
Proteinuria (+2), dan Ketonuria (+2). Pada pemeriksaan Modified Alvarado Score didapatkan
skor 9 yang menunjukkan adanya appendicitis akut. Pada pemeriksaan USG Abdomen
Diagnosis Kerja
1. Appendicitis Akut
Dasar Diagnosis :
22
a. Anamnesis
Demam Subfebris
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Penunjang
appendicitis akut
2. Appendicitis Perforasi
a. Anamnesis
Demam Subfebris
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Penunjang
23
Didapatkan leukosit > 18.000/uL pada pemeriksaan laboratorium darah
gambaran peritonitis.
3. Peritonitis Lokalisata
a. Anamnesis
Demam Subfebris
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan Penunjang
gambaran peritonitis.
Diagnosis Banding
1. Gastroenteritis Akut
Diare, mual dan muntah, nyeri perut tidak terlokalisasi, nyeri perut ringan, demam
2. Limfadenitis Mesenterika
24
Sering pada anak – anak, nyeir perut kanan bawah, mual dan beberapa gejala
gastroenteritis.
3. Crohn’s Enteritis
Nyeri perut kanan bawah, demam, diare, anoreksia, mual dan muntah, perdarahan
4. Demam Tifoid
Demam, nyeri perut, diare, anoreksia, mual dan muntah, nafas bau tidak sedap.
TATALAKSANA
Rawat Inap
Puasa
Pemberian obat :
PROGNOSIS
25
BAB III
ANALISIS KASUS
1. ANAMNESIS
Seorang pasien bernama Rangga diantar oleh orang tuanya ke Rumah Sakit Otorita
Batam dengan keluhan sakit perut di daerah kanan bawah sejak 3 hari SMRS.
Berdasarkan keluhan utama nyeri perut maka dapat dipikirkan beberapa kemungkinan
Sesuai gambaran differensial diagnosis yang ada, dapat diperkecil dengan melihat bahwa
jenis kelamin pasien adalah laki – laki, maka kemungkinan yang terjadi adalah
mengalami perforasi.
26
Jenis kelamin laki – laki memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami appendicitis,
berdasarkan Penelitian Jehan (2001) di RSUP H. Adam Malik Medan pada 60 penderita
appendicitis berusia diatas 15 tahun didapat 29 orang (48,3%) laki-laki dan 31 orang
(51,7%) perempuan, serta kelompok umur 15-30 tahun 41 orang (68,3%), 31-40 tahun
14 orang (23,3%), 41-50 tahun 4 orang (6,7%), dan 51-60 tahun 1 orang (1,7%).
Penelitian Murtala (2004) di IRD Bedah RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada 97
penderita appendicitis berusia diatas 14 tahun didapat 53 orang (54,6%) laki-laki dan 44
orang (45,4%) perempuan, serta kelompok umur 16-30 tahun 74 orang (76,3%), 31-45
tahun 20 orang (20,6%), dan 46-60 tahun 3 orang (3,1%). Penelitian Martalena (2008) di
RSU Kabanjahe pada 126 penderita appendicitis didapat 74 orang (58,7%) laki-laki dan
52 orang (41,3%) perempuan. Dari sumber penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan
jenis kelamin laki – laki memiliki risiko lebih besar untuk mengalami appendicitis.
Awalnya sakit perut didaerah pusar kemudian berpindah ke kanan bawah dan sakit perut
Dari berbagai kemungkinan penyakit yang ada, diperkecil kembali dengan melihat sifat
nyeri perut dan penjalaran dari nyeri perut yang terjadi. Pada pasien nyeri perut bersifat
sangat hebat. Sesuai dengan tabel 2, maka dapat dicurigai pasien mengalami appendicitis,
yaitu perut tegang maka dapat dicurigai kemungkinan terjadi peritonitis, namun karena
tegang tidak menyebar keseluruh perut, maka peritonitis lokalisasi dapat ditegakkan,
melihat faktor risiko yaitu pada anak risiko terjadinya appendicitis perforasi lebih besar
dibandingkan orang dewasa, karena omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih
27
panjang, dan dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih
Selanjutnya nyeri perut dilihat dari sifat penjalaran nyeri. Penjalaran nyeri perut pada
pasien adalah awalnya di sekitar umbilicus dan kemudian berpindah ke kanan bawah.
Berdasarkan keluhan tersebut maka dapat diperkecil kembali kemungkinan yang ada,
28
Selanjutnya dari anamnesis didapatkan keluhan tambahan yaitu mual dan muntah, nafsu
makan menurun, demam tidak terlalu tinggi (subfebris) dan riwayat BAB tidak lancar
yang merupakan gejala distensi abdomen yang sering terjadi pada pasien dengan
appendicitis akibat obstruksi dari appendiks. Maka dari aspek anamnesis dapat diambil
Namun appendicitis perlu diperhatikan lebih lanjut karena terdapat berbagai jenis
29
Appendicitis Akut
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa disebabkan obstruksi. Sekresi
mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam
lumen yang mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks jadi menebal, edema, dan
kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah,
anoreksia, malaise, dan demam ringan. Pada appendicitis kataral terjadi leukositosis dan
appendiks terlihat normal, hiperemis, edema dan tidak ada eksudat serosa.
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan terbendungnya
aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini
memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar
menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan mesoappendiks
terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai
dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney,
defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu sehingga
30
mengalami gangren pada bagian tertentu. Dinding appendiks berwarna ungu, hijau
Appendicitis Infiltrat
Appendicitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang penyebarannya dapat dibatasi
oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan
Appendicitis Abses
Appendicitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus), biasanya di
fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrocaecal, subcaecal, dan pelvic.
Appendicitis Perforasi
menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada
Appendicitis Kronis
Appendicitis kronis merupakan lanjutan appendicitis akut supuratif sebagai proses radang
obstruksi parsial terhadap lumen. Diagnosa appendicitis kronis baru dapat ditegakkan jika
ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang
31
kronik appendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Secara histologis, dinding
appendiks menebal, sub mukosa dan muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat
infiltrasi sel radang limfosit dan eosinofil pada sub mukosa, muskularis propia, dan
Maka dari aspek anamnesis dapat diambil kesimpulan pasien mengalami Appendisitis
perforasi karena alasan anak lebih sering mengalami perforasi pada apendisitis akut dan
masih terdapat kemungkinan peritonitis dengan jenis peritonitis lokalisata. Maka hasil
perforasi.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pasien penegakkan diagnosis melalui pemeriksaan fisik sulit dinilai, karena pada
pemeriksaan fisik hanya ditemukan nyeri tekan regio lumbar dan illiaca dekstra dengan
kondisi pasien adalah pasca operasi. Maka kemungkinan nyeri perut bukan berasal dari
penyakit tetapi akibat luka yang masih basah dan belum mengalami penyembuhan pasca
3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada pasien didapatkan LED meningkat (46 mm/jam) dapat dicurigai adanya appendicitis
yang terjadi bersifat akut dan kemungkinan perforasi karena kompensasi tubuh terhadap
32
infeksi. Netrofil meningkat (86,1%), Limfosit menurun (9,5%) menunjukkan shift to left
yang artinya terjadi inflamasi akut bacterial. Elektrolit Natrium menurun (129 meq/L),
Proteinuria (+2), dan Ketonuria (+2) masih belum jelas mengapa dapat terjadi, namun
dari penelitian Chin San Wei dkk (2007) berpendapat bahwa proteinuria dan ketonuria
menujukkan adanya perforasi apendiks yang disebabkan karena anoreksia pada pasien
4. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
USG Abdomen
Tampak struktur tubuler hipoechoic buntu dinding tebal irregular diameter 9,8 mm. Usus
bawah
Mual-Muntah 1 1
Anoreksia 1 1
bawah
33
Nyeri lepas 1 0
Pemeriksaan Leukositosis 2 2
to the left
Total 10 9
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan tambahan maka
34