Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM ANALISIS TANAH, AIR, DAN TANAMAN

PENETAPAN TEKSTUR TANAH METODE HIDROMETER

Donni Arganta
05101381722049

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah merupakan suatu sistem lapisan kerak bumi yang tidak padu dengan
ketebalan beragam berbeda dengan bahan-bahan di bawahnya, yang juga tidak baku
dalam hal warna, bangunan fisik, struktur, susunan kimiawi, sifat biologi, proses
kimia, ataupun reaksi-reaksi.
Tekstur tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks dan terdiri atas
tiga fase yaitu padat, cair, dan gas. Fase padat yang hampir 50% menempati volume
tanah yang terdiri atas bahan-bahan mineral dan bahan organik. Dalam tanah
terdapat pori-pori tanah yang berada antara butiran fase padat yang diisi oleh fase
cair dan gas. Data tekstur tanah juga sangat diperlukan untuk evaluasi tata air tanah,
retensi air, konduktifitas dan kekuatan tanah.
Penetapan tekstur tanah dapat secara lapangan (kualitatif) dan secara
laboratorik (kuantitatif). Penetapan secara lapangan dapat dilakukan dengan cara
mengambil tanah yang basah kemudian diletakkan di antara telunjuk, gosok-
gosokkan dan apabila melincir terasa sangat liat dan melekat, tandanya kadar liat
(tanah liat) banyak. Apabila terasa kasar, tak dapat dibentuk menandakan kelas
tekstur pasir. Sedangkan debu akan terasa licin pula, seperti sabun basah, dan
apabila mongering terasa seperti tepung.
Penetapan secara laboratorik dilakukan dengan cara mengambil sejumlah tanah
kemudian dipecah-pecahkan sampai halus, untuk memisahkan pasir yang sangat
halus dipergunakan saringan. Persentase berat (kadar) debu dan liat akan diperoleh
dengan perlakuan fisika-kimiawi serta berdasarkan atas cepatnya pengendapan
dalam suspense tanahnya.
Tekstur tanah penting kita ketahui, oleh karena komposisi ketiga fraksi butir-
butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika-kimia, dan kimia
tanah. Sebagai contoh, besarnya lapangan pertukaran dari ion-ion di dalam tanah
amat ditentukan oleh tekstur tanah.
Berdasarkan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat, maka kita
perlu memahami pentingnya pengetahuan tentang tekstur tanah. Dimana sifat fisik

80 Universitas Sriwijaya
81

tanah tergantung pada jumlah ukuran, bentuk, susunan dan komposisi mineral dari
partikel-partikel tanah, macam dan jumlah bahan organik, volume, dan bentuk pori-
porinya serta perbandingan air dan udara menempati pori-pori pada waktu tertentu.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum penetapan tekstur tanah adalah untuk
mengetahui cara penetapan tekstur tanah dengan menggunakan hydrometer pada
masing-masing sampel tanah.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tekstur
Tekstur tanah adalah perbandingan berat nisbi fraksi pasir, debu, dan liat. Suatu
kelas tekstur mempunyai batas susunan tertentu dari fraksi pasir, debu, dan
liat.Pembagian kelas tekstur tanah menurut USDA dibagi kedalam 12 tekstur.
Pembagian ini didasrkan banyaknya susunan fraksi tanah. (Yulius dkk, 2001).
Tekstur tanah adalah sifat halus atau kadar butiran pada lapisan tanah. Kasar
atau halusnya tanah ditentukan oleh perimbangan antara pasir, debu, dan liat yang
terdapat didalam tanah. Tekstur tanah juga memberikan pengertian persentase
relatif dari ketiga unsur batuan yang meliputi pasir, geluh, dan lempung.
(Prawirahartono, 2002).
Di dalam tanah ditemukan butir-butir primer tanah berbagai ukuran yang dapat
dikelompokkan antara lain sesebagai berikut yaitu fraksi tanah halus (fine earth
fraction) dan fragmen batuan (rock fragment). Fraksi tanah halus adalah fraksi
tanah berukuran < 2 mm yang terdiri dari pasir (50 µ - 2 mm), debu (2 µ - 50 µ),
dan liat (< 2 µ) (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
Fragment batuan adalah fraksi tanah berukuran ≥ 2 mm hingga ukuran
horizontalnya lebih kecil dari sebuah pedon (kerikil, kerakal, dan batu-batu kecil).
Kecuali itu, sering ditemukan juga fragmen batuan semu (para rock fragment) yang
berukuran sama dengan batuan, tetapi dapat hancur menjadi ukursn > 2 mm pada
persiapan tanah untuk analisa pada tanah, sehingga dianggap sebagai fraksi tanah
halus (Hardjowigeno, 2003).
Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butiran-butirannya berukuran lebih
besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan
yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-
tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas
permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan
unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada
tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2002).

82 Universitas Sriwijaya
83

Telah diketahui bahwa pasir dan debu berasal dari pecahnya butir-butir mineral
tanah yang ukurannya berbeda-beda dari satu jenis tanah dengan jenis tanah yang
lain. Luas permukaan debu jauh lebih besar dari luas permukaan pasir per gram.
Tingkat pelapukan debu dan pembebasan unsur-unsur hara untuk diserap akar lebih
besar daripada pasir. Partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung dan kurang
melekat. Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat
memegang air tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri
dari mineral-mineral yang berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya
dibandingkan dengan pasir dan debu (Hartatik, 2001).

2.2. Karakteristik Tekstur Tanah


Adapun karakteristik tekstur tanah menurut USDA yaitu pasir > 0,05 debu 0,02
– 0,05 dan liat <0,02.Telah diketahui bahwa pasir dan debu terutama berasal dari
pecahnya butir-butir mineral tanah yang ukurannya berbeda-beda dari satu jenis
tanah dengan jenis tanah yang lain. Luas permukaan debu jauh lebih besar dari luas
permukaan pasir per gram. Tingkat pelapukan debu dan pembebasan unsur hara
untuk diserap akar lebih besar daripada pasir.Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya tanah dari fraksi tanah halus. Berdasarkan atas perbandingan banyaknya
butir-butir pasir, debu, dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa
macam kelas tekstur. Kelas kasar terdiri dari pasir dan pasir berlempung. Kelas agak
kasar terdiri dari lempung berpasir dan lempung berpasir halus. (hartatik, 2001).
Kelas sedang terdiri dari lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung
berdebu, dan debu. Kelas agak halus terdiri dari lempung liat, lempung liat berpasir,
dan lempung liat berdebu. Dan yang terakhir, kelas halus terdiri dari liat berpasir,
liat berdebu, dan liat (Hardjowigeno, 2003)
Di lapangan tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijit tanah basah di
antara jari-jari, sambil dirasakan halus kasarnya yaitu dirasakan adanya butir-butir
pasir, debu, dan liat. Pasir terasa kasar sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat
dibentuk bola dan gulungan. Pasir berlempung terasa kasar jelas, sedikit sekali
melekat, dan dapat dibentuk bola yang mudah sekali hancur. Lempung berpasir
terasa kasar agak jelas, agak melekat. (Hardjowigeno, 2003)

Universitas Sriwijaya
84

Lempung terasa tidak kasar dan tidak licin, agak melekat, dan dapat dibentuk
bola agak teguh, dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
Lempung berdebu terasa licin, agak melekat, dan dapat dibentuk bola agak teguh,
dapat dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat. Debu terasa licin sekali, agak
melekat, dan dapat dibentuk bola agak teguh, dapat dibuat gulungan dengan
permukaan mengkilat. (Hardjowigeno, 2002).
Lempung berliat terasa agak licin, agak melekat, dan dapat dibentuk agak
teguh, dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur. Lempung liat berpasir
terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dan dapat dibentuk
bola teguh, dapat dibentuk gulungan mudah hancur. Lempung liat berdebu terasa
halus agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, gulungan mengkilat. Liat
berpasir terasa halus, berat, tetapi terasa sedikit kasar, melekat, dan dapat dibentuk
bola teguh, mudah digulung. (Hardjowigeno, 2002).
Liat berdebu terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dan dapat dibentuk
bola teguh artinya bola yang mudah pecah, mudah digulung. Dan yang terakhir
adalah liat, terasa berat, halus, sangat lekat, dan dapat dibentuk bola dengan baik,
mudah digulung (Hardjowigeno, 2002).

2.3. Hubungan Tekstur dengan pertumbuhan tanaman


Untuk pertumbuhan tanaman yang baik, tanah dengan aerasi, drainase, serta
kemampuan menyimpan air maupun unsur hara yang baik harus memiliki
komponen pasir, debu, dan liat yang seimbang. Sehingga tanaman mampu tumbuh
dalam keadaan yang optimal. (Mallarion, 2011)
Tanah dengan tekstur dominan pasir ini cenderung mudah melepas unsur-unsur
hara yang dibutuhkan tanaman. Dalam keadaan tanah seperti ini, pertumbuhan akar
tanaman akan berkembang dengan baik. Akar mudah untuk melakukan penetrasi
ke dalam tanah. Drainase dan aerasi pada tekstur tanah dominan berpasir ini cukup
baik, namun tekstur tanah ini cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang
dibutuhkan tanaman.Dengann demikian tanaman akan sulit mendapatkan unsur
hara, sehingga pertumbuhan tanaman akan mudah terganggu. (Mallarion, 2011)
Hubungan antara tanah-tanah bertekstur liat dengan pertumbuhan tanaman
yaitu karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang

Universitas Sriwijaya
85

lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi.
Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur
kasar (Hardjowigeno, 2002).
Dalam keadaan tanah yang dominan liat, akar pada tanaman akan sulit untuk
melakukan penetrasi karena keadaan lingkungan tanah yang lengket pada saat
basah dan mengeras pada saat kering. Drainase dan aerasi buruk, sehingga
pertukaran udara maupun masuknya unsur hara pada akar tanaman akan terganggu.
Pada keadaan basah, tanaman sulit mengikat gas-gas yang berguna bagi proses
fisiologi karena pori-pori tanah yang kecil tergenang oleh air (kecuali tanaman padi
yang mampu beradaptasi di lingkungan yang tergenang air). Air pada tanah
dominan liat ini tidak mudah hilang. Tanaman dapat mengalami kematian, karena
kurangnya unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses-proses
fisiologis yang semestinya. (Anonim, 2011).
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada penentuan penggunaan tanah.
Khususnya dalam bidang pertanian, variasi budidaya tanaman ditentukan oleh
kesesuaian teksturnya. Data ini sangat dibutuhkan dalam evaluasi tata air, retensi
air, konduktifitas hidrolik dan kekuatan tanah. Hasil pertanian memiliki hubungan
yang erat dengan tekstur tanah. Beberapa penelitian di daerah geografik
membuktikan bahwa tanah bertekstur pasir ternyata dapat memberikan hasil
tanaman yang tinggi dengan irigasi.(Kasman,2007).
Tekstur tanah perlu di lakukan mengingat adanya berbagai jenis tanah yang
terdapat di permukaan bumi dan masing-masing memiliki penggunaan yang
berbeda satu sama lain. Upaya memaksimalkan hasil-hasil pertanian dapat dipenuhi
jika penunjang pokok kesuburan tanaman dapat terpenuhi, dalam hal ini tanah yang
sesuai dengan karakteristik tanaman sehingga irigasi, pemupukan dan upaya-upaya
lain untuk meningkatkan produktifitas tanaman dapat berlangsung dengan baik
(Hardjowigeno 2003).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Waktu pelaksanaan Praktikum Analisis Tanah, Air, dan Tanaman pada
penetapan penetapan tekstur tanah metode hidrometer yaitu pada hari Selasa, 05
November 2019 pada pukul 08.00-09.40 WIB dan dilanjutkan lagi pada pukul
13.00-16.00 WIB.
Sedangkan tempat dilaksanakan Praktikum Analisis Tanah, Air, dan Tanaman
mengenai penetapan tekstur tanah metode hidrometer yaitu di Laboratorium Kimia
Tanah, Biologi, dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: 1) Alat Pengaduk; 2)
Cawan Plastik 1 liter; 3) Gelas Ukur 10 ml; 4) Hidrometer; 5) Labu Ukur 1 liter; 6)
Mesin Pengocok; 7) Sparayer; 8) Stopwatch; 9) Tabung Silinder; 10) Thermometer;
11) Timbangan Dua Desimal.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu: 1) Aquades; 2)
Larutan Calgon; 3) Sampel Tanah.

3.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja penetapan tekstur metode hidrometer, yaitu:
1. Timbang 50 gr tanah kering udara masukkan kedalam cawan plastic, lalu
tambah air suling 500 ml.
2. Tambah 10 ml larutan Calgon kedalam cawan contoh
3. Kemudian kocok selama 30 menit dengan mesin pengocok
4. Lalu pindahkan kedalam tabung silinder dan bilas dengan sprayer yang berisi
aquades
5. Setelah itu tambahkan air sampai volumenya 130 ml setelah dimasukkan
hydrometer

86 Universitas Sriwijaya
87

6. Lalu dikocok sebanyak 20x dengan alat pengocok, lalu masukkan hydrometer
kemudian baca pembaca 40 detik, kemudian baca lagi pada saat 4 menit
terkahir baca pada saat 120 menit. Catat temperature.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum analisis tanah, air, dan tanaman yang telah
dilaksanakan mengenai penetapan tekstur tanah diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1.1. Hasil Penetapan Tekstur Tanah Metode Hidrometer
Jenis
Kedalaman R1 R2 % Pasir % Liat % Debu Tekstur
Tanah
Lempung
Mineral 0-30 cm 10 2 76 8 16
Berpasir
Lempung
Mineral 30-60 cm 10 3 76,076 10,01 13,914
Berpasir
Lempung
Aluvial 0-30 cm 22 9 78,4 11,2 10,4
Berpasir
Lempung
Aluvial 30-60 cm 16 13 7,22 20,4 2,4 Liat
Berpasir
Gambut 0-30 cm 0 - - - - -

4.2. Pembahasan
Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan bahwa tanah tersebut memiliki
sifat fisik yang cukup baik komposisinya didominasi pasir, liat, dan lempung dari
hasil praktikum penetapan tekstur dengan metode hidrometer yang telah di lakukan
di laboratorium didapatkanlah nilai dari perbandingan antara krtiga fraksi tanah
yaitu pasir, debu, dan liat.
Dilihat dari hasil yang telah diperoses persentasi diatas pasa setiap sampel
tanah yang berbeda persentase pasir lebih besar dibandingkan dengan persentase
liat dan debu. Sehingga setelah dilihat pada segitiga tekstur maka dapat disimpulkan
bahwa tanah ini merupakan tanah yang teksturnya lempung berpasir. Tekstur tanah
menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah. Karakteristik tekstur merupakan

88 Universitas Sriwijaya
89

perbandingan relative pasar, debu, dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran
lebih kecil dari krikil (diameternya kurang dari 2 milimeter). Pada beberapa tanah,
krikil, batu, dan batuan induk dari lapisan-lapisan tanah yang ada juga
mempengaruhi tekstur dab mempengaruhi penggunaan tanah.
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro, tanah
yang didominasu debu akat mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan
didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro. Hal ini berbanding
terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan
luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga
makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya tahannya untuk menahan tanah.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum tekstur tanah, yaitu:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan tekstur tanah yaitu bahan
induk tanah, iklim, waktu, organisme, dan topografi. Selain itu tingkat
pelapukan dan kemampuan penyusun tanah mengikat air juga mempengaruhi
tekstur tanah.
2. Tekstur tanah mepengaruhi kesuburan tanah sehingga secara tidak langsung
juga mempengaruhi kesuburan tanaman.
3. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah yaitu mineral/bahan
induk, umur relatif tanah, kemampuan tanah menyimpan air, drainase, tata
udara, dan pengikatan unsur hara.
4. Tanah alluvial pada lapisan 39-60 cm memiliki persen liat yang cukup tinggi
dari tanah lainnya dengan persentasenya yaitu persentase pasir sebesar 77,2 %,
persentase debu sebesar 2,4 %, persentase liat sebesar 20,4 %,

5.2. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka pada lahan ini
sebaiknya perlu dilakukan pengolahan tanah karena tanah ini termasuk kurang
subur. Selain itu, saran yang dapat diberikan yaitu dari hasil pengamatan tekstur
tanah ini maka dapat dijadikan tolak ukur kesuburan dan ketahanan tanah sebelum
dijadikan media untuk menanam jenis tanaman yang di inginkan..

90 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. 2012. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Edisi Petunjuk Teknis II. 234 hal.

Hanafiah KA. 2007.Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hartatik K,. K,. Idrus., S. Sabiham., S. Djuniwati dan J. Sri- Adiningsih.


2003.Komposisi fraksi-fraksi P pada tanah gambut yang diberi bahan
ameliorantanah mineral dan pemupukan P. Jurnal Penelitian Tanah dan
Iklim . Puslitbangtanak, Bogor. 21 : 15 – 27.

Hartatik, W. dan K. Idris. 2008. Kelarutan fosfat alam dan SP-36 dalam gambut
yang diberi bahan amelioran tanah mineral. Jurnal Tanah dan Iklim, 10 (27)
: 45-56.

Lastianingsih, T. 2008. Uji Efektivitas Fosfat Alam Terhadap Pertumbuhan,


Produksi Dan Serapan P Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Pada Oxic
Dystrudept Darmaga. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Jawa
Barat. Hal. 1-16.

Leiwakabessy, F.M, dkk.2003. Kesuburan Tanah. IPB, Bogor.

Mallarino, A. 2000. Soil Testing and Available Phosphorus. IntegradeCrop


Management News. Iowa State University

Rosmarkam, A dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius,


Yogyakarta.

Wahida, A., A. Fahmi, dan A. Jumberi. 2007. Pengaruh Pemberian Fosfat Alam
Asal Maroko terhadap Pertumbuhan Padi di Lahan Sulfat Masam. J. Tanah
Tropik, 12(2): 85-91.

91 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

 Perhitungan
Penetapan Tekstur Tanah
% Pasir : [ W – { R1 + ( T – 20 ) x 0,4 }] x 2
% Liat : { R2 + [( T – 20 ) x 0,4 ]} x 2
% Debu : 100 % - ( % Pasir + % Liat )
Keterangan :
 W : Berat Tanah
 T : Suhu Ruangan ( ditetapkan 25 )
 R1 : Pembacaan 40 detik
 R2 : Pembacaan 120 menit.

1. Mineral 0 – 30 cm
R1 : 10, R2 : 2
% Pasir = [ 50 – { 10 + ( 25 – 20 ) x 0,4 } x 2
= [ 50 – { 10 + 5 x 0,4 }] x 2
= [50 – 12 ] x 2
= 38 x 2
= 76 %
% Liat = { 2 + ( 25 – 20 ) x 0,4 } x 2
= { 2 + 5 x 0,4 } x 2
= 4x2
= 8%
% Debu = 100 % - ( % Pasir - % Liat )
= 100 % - ( 76 % - 8 % )
= 100 % - 68 %
= 16 %
 Lempung Berpasir

2. Mineral 30 – 60 cm

Universitas Sriwijaya
R1 : 10 , R2 : 3
% Pasir = [ 50 – { 10 + ( 25 – 20 ) x 0,4 }] x 2
= [50 – (10 + 2 )] x 2
= 76 %
% Liat = {3 + [( 25 – 20 ) x 0,4 ]} x 2
= {3+2}x2
= 10 %
% Debu = 100 % - ( % Pasir + % Liat )
= 100 % - 86 %
= 14 %
 Lempung Berpasir

3. Alluvial 0 – 30 cm
R1 :22, R2 :9
% Pasir = [ 50 – { 22 + ( 25 – 20 ) x 0,4 }] x 2
= [ 50 – { 22 + 5 x 0,4 }] x 2
= [ 50 – 22 ] x 2
= 39,2 x 2
= 78,4 %
% Liat = { 9 + ( 25 – 20 ) x 0,4 } x 2
= { 9 + 5 x 0,4 } x 2
= {9+2}x2
= 5,6 x 2
= 11,2 %
% Debu = 100 % - ( % Pasir + % Liat )
= 100 % - (78,4 % + 11,2 % )
= 10,4 %
 Lempung Berpasir

4. Alluvial 30 – 60 cm
R1 :16, R2 : 13
% Pasir = [ 50 – { 13 + ( 25 – 20 ) x 0,4 }] x 2

Universitas Sriwijaya
= [ 50 – { 13 + 5 x 0,4 }] x 2
= [ 50 – 15 ] x 2
= 38,6 x 2
= 77,2 %
% Liat = { 13 + ( 25 – 20 ) x 0,4 } x 2
= { 13 + 5 x 0,4 } x 2
= 10,2 x 2
= 20,4 %
% Debu = 100 % - ( % Pasir + % Liat )
= 100 % - ( 77,2 % + 20,4 % )
= 100 % - 97,6 %
= 2,4 %
 Lempung Liat Berpasir

5. Gambut 0 - 30 cm
R1 : 0 ; R2 : 0
% Pasir = [ W – { R1 + ( T – 20 ) x 0,4 }] x 2
= 0
% Liat = { R2 + [( T – 20 ) x 0,4 ]} x 2
= 0
% Debu = 100 % - ( % Pasir + % Liat )
=0

Universitas Sriwijaya
 Foto-foto

Penimbangan sampel tanah sebanyak 50 Penambahan 500 ml air suling


gram

Proses pengocokan selama 30 menit


Penambahan 10 ml Calgon

Pemindahan ke dalam tabung silinder Pembacaan dengan Hidrometer

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai