OSTEOPOROSIS
Oleh :
DIII KEPERAWATAN
SURAKARTA
2017/2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
OSTEOPOROSIS
A. DEFINISI
Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume,
sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma
minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh berkurangnya ketebalan korteks
disertai dengan berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula tulang.(Doengoes, Marilynn
E:2000).
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang,
peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan
arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga
tulang menjadi mudah patah.( R. Boedhi Darmojo:2000)
osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan
fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat.( Brunner & Suddarth:2002)
Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya
perusakan (destruksi) atau kombinasi dari keduanya (Corwn elizabeth. 2001.).
Menurut pembagiannya dapat dibedakan atas : (Brunner & Suddarth:2002) :
1. Osteoporosis Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain, yang dibedakan
lagi atas :
a. Osteoporosis tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang terutama dibagian
trabekula
b. Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah korteks
c. Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab yang tidak
diketahui
2. Osteoporosis sekunder yang terjadi pada atau akibat penyakit lain, antara lain
hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.
B. ETIOLOGI
1. Determinan Massa Tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai factor antara lain :
a. Faktor genetic
Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang
b. Faktor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya beban akan
menambah massa tulang dan berkurangnya massa tulang. Ada hubungan langsung dan nyata
antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respon terhadap kerja
mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa
tulang yang besar.
c. Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetic yang
bersangkutan
G. PENATALAKSANAAN
a. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan peningkatan
asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap
demineralisasi tulang
b. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan
progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah
tulang yang diakibatkan.
c. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk
kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat. Efek samping (misal : gangguan
gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya kadang-kadang
dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang.
d. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri punggung
I. PENCEGAHAN
Hindari :
- Makanan tinggi protein
- Minum alkohol
- Merokok
- Minum kopi
- Minum antasida yang mengandung aluminium
Jenis kelamin wanita banyak yang meng-alami osteoporosis, kehilangan massa tulang
paling cepat terjadi setelah menoupause dan hal itu berlanjut terus. Osteoporosis yang
sebagian besar mempengaruhi wanita juga mempengaruhi laki-laki yang akan berkembang
ketika resorpsi tulang terjadi terlalu cepat atau ketika formasi terjadi terlalu lambat.
Osteoporosis kemungkinan akan terjadi jika anda tidak mencapai massa tulang puncak
selama waktu pembentukan tulang. Selama hidup, tulang yang tua dising-kirkan (resorpsi)
dan tulang yang baru dibentuk pada rangka (formasi).
Lansia yang melakukan paparan sinar ultraviolet jam 9 pagi selama 15 menit dengan
frekuensi 3 kali secara langsung terhadap sinar matahari merangsang tubuh memproduksi
vitamin D. Paparan sinar matahari pada wajah, leher, lengan, dan kaki selama 10-15 menit
dapat menghasilkan 1.000 unit internasional (IU) sampai 3.000 IU, tergantung pada jenis
kulit dan kebutuhan vitamin D yang diperlukan oleh tubuh masing-masing dalam satu
hari.Vitamin D berfungsi untuk meningkatkan penyerapan kalsium di dalam usus dan
mentransfer kalsium melintasi membaran sel, sehingga dapat me-nguatkan tulang. Vitamin D
juga dapat memberikan perlindungan terhadap jenis kanker (seperti kanker paru-paru, prostat,
dan kulit), osteoporosis, rakhitis, dan diabetes. Selain itu, vitamin D dapat membantu
menurunkan kadar kolestrol darah sehingga membantu melawan penyakit jantung
(Wiendartun, 2012). Pengaruh sinar UVB terhadap kolesterol darah dapat membantu
penurunan kadar kolesterol melalui proses waktu berkas sinar ultraviolet mengenai kulit
maka sinar ini akan disaring di kulit, di bawah kulit terdapat sejumlah besar simpanan
kolesterol. Sinar ultraviolet mengubah simpanan kolesterol ini menjadi vitamin D (Suheimi,
2008).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. Jakarta: EGC.
Corwn elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Price, S. A & Wilson, L.2001. Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit; alih
bahasa, Brahm U. Pendit..[et. al]. Edisi 6. Jakarta: ECG.
R. Boedhi Darmojo.2000. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.