Anda di halaman 1dari 10

PENCETAKAN LILIN

(Laporan Praktikum Mata Kuliah Pengolahan Hasil Perkebunan )

Di Susun Oleh

Nama : Mutiara sinta

NPM :187215044

Kelas : BTP 3.C

Dosen Pembimbing :Lindiana, S.P.,M.Si

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI DI LUAR DOMISILI KABUPATEN BANYUASIN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Lilin adalah salah satu alat penerangan yang terdiri dari sebuah sumbu di
tengahnya dan diselimuti oleh bahan bakar padat. Sebelum abad ke-19, bahan
bakar yang digunakan biasanya adalah lemak sapi (yang banyak mengandung
asam stearat. Sekarang yang biasanya digunakan adalah parafin).
lilin termasuk temuan paling awal dari dunia primitif. Sejarah mencatat bahwa
orang Mesir sudah menggunakan lilin sejak tahun 3000 SM. Catatan lainnya
memperlihatkan bahwa pada abad I, orang-orang Romawi menggunakan lilin
yang sumbunya berupa alang - alang.

Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia berjalan sangat pesat.


Pada tahun 1968, luas areal baru 120.000 hektare dan menjadi 5,16 juta hektare
pada tahun 2005, 7,0 juta hektare pada 2008 dan 7,3 juta hektare pada 2009. Luas
perkebunan kelapa sawit terbesar berada di Pulau Sumatra yaitu sebesar 4.280.094
hektare atau 76,46% dari total areal perkebunan kelapa sawit nasional. Di wilayah
ini Provinsi Riau tercatat memiliki areal terbesar yaitu 1.383.477 hektare dan
selanjutnya diikuti Provinsi Sumatera Utara seluas 964.257 hektare (Ganjar,
2009). Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan bangsa Indonesia
yang memberikan peran yang sangat signifikan dalam pembangunan
perekonomian bangsa Indonesia, khususnya pada pengembangan agroindustri
(Singarimbun, 2010).

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian ada yang mengatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit
di hutan Brazil dibandingkan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit
hidup subur di luar daerah asalnya seperti Malaysia, Indonesia, Thailand dan
Papua New Guinea, bahkan memberikan hasil produksi per hektare yang lebih
tinggi. Salah satunya adalah Indonesia yang merupakan salah satu produsen utama
minyak sawit (Hakiki, 2010).
Hasil pengolahan kelapa sawit di antaranya adalah minyak sawit mentah crude
palm oil (CPO), minyak plasma dan palm kernel oil (PKO). Produk CPO inilah
yang menjadi komoditas berharga karena dapat digunakan sebagai bahan baku
berbagai macam industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang
cukup lengkap (Teguh, 2010). Industri yang banyak menggunakan hasil olahan
CPO sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non pangan.
Adapun kegunaan minyak sawit untuk industri pangan adalah seperti minyak
goreng, margarin butter serta bahan untuk membuat kue. Sedangkan untuk
industri non pangan seperti industri farmasi dan industri oleokimia (hasil olahan
CPO secara kimia) (Hakiki, 2010). Salah satu produk yang dihasilkan dari industri
oleokimia adalah asam lemak (fatty acid). Asam lemak ini mempuyai nilai jual
yang lebih tinggi sekaligus juga merupakan bahan dasar (bahan baku) bagi
industri oleokimia, misalnya industri sabun, cat, lilin, farmasi, kosmetik, dan lain-
lain (Teguh, 2008)

1.2 Tujuan

1. untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan ataupun pencetakan dari lilin


yang berbahan inti kelapa sawit
1.3 Metode Praktikum Alat dan Bahan
 Waktu dan tempat
Hari/tanggal : kamis, 10 Oktober 2019
Waktu : 11:00 – selesai
Tempat : kujungan ini di daerah kota medan/PPKS Medan

 Alat dan Bahan

- Alat tulis - pembeku minyak - sumbu lilin


- Kamera - korek api - minyak aroma
- Minyak kelapa sawit - gunting - cetakan lilin
- Kompor digital - gelas alumunium

1.4 Metode Praktikum

1. Mendengarkan instruksi atau arahan dari pembimbing


2. Mencatatnya dan mengambil gambar sebagai bahan untuk pembuatan
laporan
II. HASIL PEMBAHASAN DAN PENGAMATAN

2.1 Hasil Pengamatan

Proses penjelasan tentang pembuatan Bahan-bahan yang digunakan


dan pencetakan lilin

Proses pemanasan dengan suhu 300 ºc Pencampuran minyak aroma terapi

Proses pencetakan lilin Lilin yang sudah jadi

2.2 Pembahasan

Lilin adalah sumber penerangan yang terdiri atas sumbu yang diselimuti oleh
bahan bakar padat. Menurut sejarah, sebelum abad ke-19, bahan bakar yang
terkandung di dalam lilin adalah lemak sapi yang banyak mengandung lemak sapi
yang banyak mengandung asam stearat. Sekarang yang biasanya digunakan
adalah parafin. Penerangan listrik sudah hampir merata di setiap daerah. Hal ini
mengakibatkan lilin lebih banyak digunakan untuk keperluan lain, misalnya dalam
upacara agama, perayaan ulang tahun, dan sebagainya.
Pembuatan kerajinan bahan dasar lilin cukup sederhana dan mudah, dapat
dilakukan semua orang. Yang perlu anda perhatikan adalah keselamatan kerja
karena lilin bisa membahayakan. Jika kita akan mengubah bentuknya menjadi
benda kerajinan yang unik, tentunya perlu dicairkan dengan proses pemanasan di
atas kompor.

 Proses Pembuatan Skala Pabrik

Pembuatan lilin terdiri dari tiga langkah: persiapan wicking atau sumbu,
penyusunan dasar lilin, dan molding terus menerus atau ekstrusi

 Membuat sumbu

1. katun atau linen dibuat sebagai sumbu yang dikepang dan kemudian
diperlakukan dengan bahan kimia atau larutan garam anorganik sehingga sumbu
membungkuk pada sudut 90 derajat ketika pembakaran. Sudut ini memungkinkan
sumbu untuk tetap di luar mantel api sehingga lilin habis perlahan lahan. Jika
sumbu tidak diberi garam anorganik maka akan terbakar terlalu cepat dan nyala
api akan padam ketika lilin meleleh. Namun, jika sumbu terbakar terlalu pelan
maka akan terjadi kenaikan suhu sumbu, sehingga lilin menjadi berbahaya

 Mempersiapkan dasar lilin

2. Pertama, lilin dipanaskan dan meleleh menjadi bagian-bagian cairan bening di


ceret logam besar. Lilin meleleh oleh api langsung dapat menjadi berwarna gelap
atau dapat berisi potongan-potongan kecil arang karbon. Berikutnya, lilin cair
harus hati-hati disaring untuk menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu
proses pembakaran. ditambah parfum yang diinginkan dan pewarna ditambahkan
pada saat ini. Meskipun sebagian besar lilin tiba di pabrik sesuai dengan standar
kemurnian ketat, banyak perusahaan masih menyaring lilin mereka untuk
memastikan kualitas tinggi produk jadi.

 Molding lilin

3. Sejak penemuan mesin pembuat lilin pertama oleh Morgan, pembuatan lilin
telah dilakukan terutama oleh mesin continues molding, meskipun mesin manual
masih digunakan oleh beberapa perusahaan. Kontinyu molding mesin yang
dirancang untuk membuat lilin dalam kisaran kelompok mulai 50-500 per muatan.
Seluruh proses memakan waktu hampir 30 menit per muatan

4. Sebelum menuangkan lilin, sumbu ditarik melalui ujung cetakan. Ujung sumbu
ini memiliki lubang di dalamnya melalui dimana sumbu melewati dari spool yang
terletak di bawah seluruh mesin cetak. Cetakan, yang terbuat dari timah, memiliki
permukaan interior dipoles dan sedikit meruncing untuk ejeksi yang lebih mudah
dari lilin.

5. Lilin didinginkan sampai sedikit di atas titik leleh dan dituangkan ke dalam
tabel molding yang terletak di atas cetakan. Lilin kemudian bekerja jalan ke setiap
cetakan, cetakan yang belum dipanaskan sehingga lilin akan mengalir merata ke
mereka. Setelah lilin dituangkan, lapisan sekitar setiap cetakan diisi dengan air
dingin untuk mempercepat proses pemadatan. Setelah lilin telah dipadatkan, lilin
selesai ditarik ke atas dari cetakan, yang memungkinkan benang sumbu untuk
kembali melalui cetakan dalam persiapan untuk digunakan lilin berikutnya.
Sumbu yang dipotong, dan proses dimulai lagi. Lilin kelebihan dipangkas,
dikumpulkan dan digunakan kembali. Proses pencetakan kontinyu digunakan
untuk membuat silinder, tapered atau bergalur lilin selama mereka dapat dengan
mudah dikeluarkan dari cetakan.

 Ekstruksi

6. Sebuah metode alternatif menggunakan ekstrusi, proses di mana lilin parafin


hancur dipaksa melalui baja mati dipanaskan di bawah tekanan yang ekstrim.
Pada saat yang sama, lilin dikonsolidasikan sekitar sumbu. Tidak seperti mesin
cetak, mesin ekstrusi menghasilkan lilin panjang terus menerus, yang kemudian
dipotong menjadi ukuran tertentu. Berikutnya, ujung lilin yang dibentuk oleh
pemotong rotasi, dan lilin dikirim ke mesin kemasan otomatis.
III.KESIMPULAN

Kerajinan bahan lunak merupakan salah satu peluang kita untuk menjadi
wirausahanwan sejak dini karena kita dapat memulainya dengan cara yang
sederhana. Salah satunya ialah kerajinan bahan lunak dari Lilin. Lilin merupakan
perlengkapann yang dibutuhkan oleh semua manusia, oleh karenanya Lilin dapat
kita temui diberbagai tempat dengan banyak varian dan harga yang terjangkau,
sehingga kita tidak menemukan kesulitan ketika mulai membuat kerajinan ini.
Asalkan kita memiliki tekad yang kuat serta tidak mudah putus asa dalam
memulai usaha ini maka kita akan menjadi irausahawan yang sukses.
DAFTAR PUSTAKA

Buana, Lalang, D. Siahan, dan S. Adiputra. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa


Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan

Naibaho, P.M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian


Kelapa Sawit. Medan, 306p

Anda mungkin juga menyukai