Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MENGENAI

STROKE

OLEH KELOMPOK 1:

1. FAJERIA FITRI

2. TENRI AULIA SUPARDI

3. TIARA

4. WIKE INDAH LESTARI

5. PUPUT PURNAMASARI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSAYA PALOPO

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “STROKE”, dengan

tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan

makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari

dosen pembimbing, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah

ini di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah

pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa.Tidak lupa pula kami

mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami ini, di karenakan banyak

kekurangan dalam mengerjakan makalah ini.

Palopo,5 November2019

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit stroke merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah di dunia, hal ini

di gambarkan dengan adanya peringatan hari stroke sedunia tanggal 29 oktober.

Organisasi struk dunia telah mencatat hampir 85% orang mempunyai resiko mengalami

stroke, tetapi hal ini bisa terhindar jika adanya kesadaran untuk mengatasi faktor resiko

sejak dulu. Badan kesehatan dunia mempediksi bahwa penyebab kematian di dunia yang

di sebabkan oleh stroke akan meningkat seiring dengan meningkatnya kematian akibat

penyakit jantung dan kangker lebih 6jta di tahun 2010 dan menjadi 8jta pada tahun 2030

(R.A., 2012).

Penyakit stroke di bagi menjadi dua macam yaitu stroke kemik dan stoke hemogragik.

Kejadian stoke iskemik sekitar 80-85% sedangkan untuk stroke hemoragik sekitar 20% (

agustina,2012). Insiden penyakit stroke hemoragik sekitar 15%-30%, sedangkan untuk

kejadian stroke iskemik sekitar 70-85%. Di negara-negara berkembang seperti asia

kejadian stroke hemoragik sekitar 30% dan iskemik 70%. Berdasarkan data tersebut dapat

di simpulkan bahwa kejadian stroke iskemik memiliki proporsi lebih besar jika di

bandingkan dengan stroke hemoragik. (Nastiti, 2012)

Di negara asia khususnya di indonesia di perkirakan 500rbu orang mengalami stroke

untuk setiap tahunya. Dari jumlah kejadian tersebut, di dapatkan sekitar 2,5% meninggal

dunia dan sisanya mengalami cacat berat dan ringan. Stroke merupakan penyebab

kecacatan yang serius dan nomor satu di seluruh dunia. Di indonsia masalah stroke

semakin penting karena angka kejadian stroke di indonesia merupakan bnyak di negara
asia. Prevalensi stroke nasional sebesar 12,1%, tertinggi di profensi sulawesi selatan (

17,9%) dan terendah prpfensi papua barat ( 5,3% ) ( yastroki,2013).

Angka kejadian stroke berulang dari penelitian yang telah di lakukan di RSUD

DR.sutomo surabaya, 180 pasien stroke di antaranya 38 orang merupakan stroke berulang

( 21,11%), sedangkan penelitian yang di lakukan di Rs hasan sadikin bandung, kejadian

serupa berulang 13,2% dari 1210 pasien stroke. Berdasarkan data riskesdas pada tahun

2013 menunjukkan telah terjadi peningkatan prefelensi stroke diIndonesia. (Permatasari,

2015)

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Apakah pengertian penyakit stroke?

2. Bagaimanakah etiologi penyakit stroke ?

3. Bagaimanakah klasifikasi stroke?

4. Bagaimanakah patofisilogi stroke?

5. Bagaimanakah manifestasi klinis stroke?

6. Apa sajakah pemeriksaan diagnostik stroke?

7. Bagaimanakah pencegahan penyakit stroke?

8. Asuhan keperawatan stroke


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Stroke adalah istilah yang di gunakan untuk mengambarkan perubahan neorologis

yang di sebabkan oleh adanya gangguan suplay darah ke bagian dari otak. Dua jenis stroke

yang utama adalah iskemik dan hemoragik. Struk iskemik di sebabkan oleh adanya

penyumbatan akibat gumpalan aliran darah baik itu sumbatan karena trombosis (

pengumpalan darah yang menyebabkan sumbatan di pembulu darah) atau embolik (

pecahan gumpalan darah / udara/benda asing yang berada dalam pembuluh darah di otak

)ke bagian otak. Pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruang subarakhnoid adalah

penyebab dari stroke hemoragik.Stroke merupakan penyebab utama dari kecacatan pada

oarang dewasa dan merupakan diagnosis utama teratas dalam perawatan jangka panjang

Stroke adalah deficit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah

yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak

yang terkena. Stroke atau cedera serebrovaskuler attack ( CVA) adalah kehilangan fungsi

otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.Stroke adalah sindrom

klinis yang awal timbulnya mendadak yang berlangsung 24 jam atau lebih atau

menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak

non traumatik.

Stroke adalah defisit neurologi yang memiliki awitan mendadak dan berlansung 24

jam sebagai akibat dari cerebrovaskuler disease (CVD). Stroke didefinisikan sebagai

manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral yang terjadi mendadak dengan tanda dan

gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat

menimbulkan kematian dan baik yang dianggap karena perdarahan spontan di dalam otak
(stroke hemoragik) atau kurangnya pasokan darah yang memadai ke otak (stroke iskemik)

sebagai akibat dari sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah, atau pecahnya

pembuluh darah. Stroke juga merupakan gangguan peredaran darah di otak yang

mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila berat dapat menyebabkan kematian

sebagian sel-sel otak atau biasa disebut dengan infark.

Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang menjadi penyebab utama kematian

yang sering terjadi di Indonesia. Jumlah penderita stroke di seluruh dunia yang berusia

dibawah 45 tahun terus meningkat. Adanya penyakit penyerta serta berbagai faktor resiko

pasien stroke mengakibatkan pasien akan sering mengkonsumsi lebih dari dua macam obat

dan dapat berisiko pada ketidakefektifan pengobatan dan memungkinkan terjadi drug

related problems.

Stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Kurang lebih

83% dari seluruh kejadian stroke berupa stroke iskemik, dan kurang lebih 51% stroke

disebabkan oleh trombosis arteri, yaitu pembentukan bekuan darah dalam arteri serebral

akibat proses aterosklerosis. Trombosis dibedakan menjadi dua subkategori, yaitu

trombosis pada arteri besar (meliputi arteri karotis, serebri media dan basilaris), dan

trombosis pada arteri kecil. Tiga puluh persen stroke disebabkan trombosis arteri besar,

sedangkan 20% stroke disebabkan trombosis cabang-cabang arteri kecil yang masuk ke

dalam korteks serebri (misalnya arteri lentikulostriata, basilaris penetran, medularis) dan

yang menyebabkan stroke trombosis adalah tipe lakuner. Kurang lebih 32% stroke

disebabkan oleh emboli, yaitu tertutupnya arteri oleh bekuan darah yang lepas dari tempat

lain di sirkulasi. Stroke perdarahan frekuensinya sekitar 20% dari seluruh kejadian stroke.

(Joy M.Black, 2018)


B. EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, prevalensi

stroke di Indonesia mengalami peningkatan dari 8,3 per mil pada tahun 2007 menjadi 12,1

per mil pada tahun 2013. Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan

tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰), Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi Tengah

(16,6‰). Di Lampung prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan

gejala yakni sebesar 5,4 per mil dan bertambah seiring bertambahnya usia dimana

prevalensi stroke sama banyak pada laki-laki dan perempuan (Riskesdas, 2013).

C. ETIOLOGI

1. Trombosis serembral

Trambosis ini terjadi pada pembulu darah yang mengalami oklusi sehingga

menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kogesti di

sekitarnya. Trombosis boiasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun

tidur hal ini dapat terjadi karena penurunan aktifitas simpatis dan penurunan tekanan

darah yang dapat menyebabkan iskema serebral. Tanda dan gejala neoragis sering kali

memburuk pada 48 jam setelah trombosis.

Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan trombosis otak :

 Aterosklerosis

 Hiperkoagulasi pada polisitemia

 Arteritis ( radang pada arteri)

 Emboli

2. Hemoragi

Pendarahan intrakranial atau intraseregral termasuk pendarahan dalam ruang

subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Pendarahan ini dapat terjadi karena

aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembulu darah otak menyebabkan


prembesan darah ke dalam premkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,

pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan

membengkak, jaringan otak tertekan, tertekan sehingga terjdi infrakotak, edema, dan

mungkin herniasi otak.

3. Hipoksia umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia adalah :

 Hipertensi yang parah

 Henti jantung paruh

 Curah jantung turun akibat aritmia.

4. Hipoksia setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah :

 Spasma arteri serebral, yang di sertai pendarahan subaraknoit

 Fase kontreksi otak di sertai sakit kepala migren. (Muttaqin, 2008)

D. Klasifikasi

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Stroke Hemoragik

Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang

disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan

aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun

dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

Dua jenis stroke hemoragik :

a. Perdarahan intraserebral.

Perdarahan intraserebral adalah perdarahan di dalam otak yang disebabkan oleh

trauma (cedera otak) atau kelainan pembuluh darah (aneurisma atau angioma). Jika

tidak disebabkan oleh salah satu kondisi tersebut, paling sering disebabkan oleh
tekanan darah tinggi kronis. Perdarahan intraserebral menyumbang sekitar 10% dari

semua stroke, tetapi memiliki persentase tertinggi penyebab kematian akibat stroke.

b. Perdarahan subarachnoid.

Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan dalam ruang subarachnoid, ruang di

antara lapisan dalam (Pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid mater) dari jaringan

selaput otak (meninges). Penyebab paling umum adalah pecahnya tonjolan

(aneurisma) dalam arteri. Perdarahan subarachnoid adalah kedaruratan medis serius

yang dapat menyebabkan cacat permanen atau kematian. Stroke ini juga satu-

satunya jenis stroke yang lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.

2. Stroke Non Hemoragik

Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak,

umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi

perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena

hipoksia jaringan otak. Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan

perjalanan penyakitnya, yaitu :

a. TIA (Trans Ischemic Attack)

Gangguan neurologist yang timbul mendadak dan hilang dalam beberapa menit

(durasi rata-rata 10 menit) atau beberapa jam saja, dan gejala akan hilang sempurna

dalam waktu kurang dari 24 jam.

b. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)

Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1

minggu dan maksimal 3 minggu.

c. Stroke in Volution atau Progresif


Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin

berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau

beberapa hari.

d. Stroke Complete

Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent, maksimal sejak

awal serangan dan sedikit memperlihatkan parbaikan dapat didahului dengan TIA

yang berulang. (Muttaqin, 2008)

E. Patofisiologi

Otak kita sangat sensitif terhadap kondisi penurunan atau hilangnya suplei darah.

Hipoksia dapat menyebabkan iskemik selebral karna tdk seperti jaringan pada bagian

tubuh lain, misalnya otot, otak tidak bisa menggunakan metabolisme anaerobik jika

terjadi kekurangan oksigen atau gloukosa. Otak di perkusi dengan jumlah yang cukup

banyak di banding organ lain yang kurang fital untuk mempertahankan metabolisme

serebral. Skemik jangka pendek dapat mengarah pada penurunan sisten neorulogis

sementara. Jika aliran darah tidak di perbaiki, terjadi kerusakan yang tdk dapat di perbaiki

pada jaringan otak atau intrak dalam hitungan menit. Luasnya intrak bergantung pada

lokasi dan ukuran arteri yang tersumbat dan kekuatan sirkulasi kolateral ke area yang di

suplai.

Skemia dengan cepat bisa mengganggu metabolisme. Kematian sel dan perubahan

yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3 samapai 10 menit. Tingkat oksigen klien

dan kemampuan mengompensasi menentukan seberapa cepat perubahan yang tidak bisa

di perbaiki akan terjadi. Aliran drah dapat terganggu oleh masalah perkusi lokal, seperti

pada stroke atau gangguan perkusi secara umum, misalnya pada hipotensi atau henti

jantung. Tekanan perkusi serebral harus turun dua per tiga di bawah nilai normal(nilai

tengah tekanan arterial sebanyak 50 mm hg atau dibawanya di anggap nilai normal).


Sebelum otak tidak menerima aliran darah yang adekuat dalam waktu yang singkat, klien

yg sudah kehilangan konpensasi autoregulasi akan mengalami manifestasi dari gangguan

neurologis

Penurunan perfusi serebral biasanya di sebabkan oleh sumbatan di arteri serebral atau

perdarahan intrasebral. Sumbatan yang terjasi mengakibatkan iskemik pada jaringan otak

yang mendapatkan suplai dari arteri yang terganggu dan karena adanya pem,bengkakan

di jaringan sekelilingnya. Sel-sel di bagian tengah atau utama pada lokasi stroke akan

mati dengan segerah setelah kejadian stroke terjadi. Hal ini di kenal dengan istilah cedera

sel-sel saraf primer ( primary neuronal injury). Daerah yang mengalami hipo perkusi

juga terjadi di sekitar bagian utama yang mati. Bagian ini di sebut penumbra. Ukuran

pada bagian ini bergantung pada jumlah sirkulasi kolateral yang ada. Sirkulasi kolateral

merupakan gambran pembuluh darah yng memperbesar sirkulasi pembulu darah utama

dari otak. Perbedaan dalam ukuran dan jumlah pembulu darah kolateral dapat

menjelaskan berbagai macam tinggkat keparahan manifestasi stroke yang di alami olek

klien di daerah anatomis yang sama. (Joy M.Black, 2018)

F. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi Klinis Stroke Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda

dan bervariasi, tergantung pada daerah otak mana yang terganggu. Beberapa tanda dan

gejala stroke akut berupa :

1. Terasa semutan/seperti terbakar.

2. Lumpuh/kelemahan separuh badan kanan/kiri (Hemiparesis).

3. Kesulitan menelan, sering tersedak.

4. Mulut mencong dan sulit untuk bicara.

5. Suara pelo, cadel (Disartia).

6. Bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan memahami (Afasia).


7. Kepala pusing atau sakit kepala secara mendadak tanpa diketahui sebabnya.

8. Gangguan penglihatan.

9. Gerakan tidak terkontrol.

10. Bingung/konfulsi, delirium, letargi, stupor atau koma.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan klinis melalui anamnesis dan pengkajian fisik ( neorologis )

1. Riwayat penyakit sekarang ( kapan timbulnya, lamanya serangan, gejala yang timbul )

2. Riwayat peyakit dahulu ( hipertensi, jantung, deabetes melitus, distritmia, ginjal,

pernah mengalami trauma kepala)

3. Riwayat penyakit keluarga ( hipertensi, jantung, dm )

4. Aktivitas ( sulit beraktivitas kelihangan sensasi penglihatan, gangguan tonus oto,

gangguan tingkat kesadaran)

5. Sirkulasi ( hipertensi, jantung , distritmia, gagal ginjal kronis)

6. Makanan atau cairan ( nafsu makan berkurang, mual, muntah pada fase akut, hilang

sensasi pengecapan pada lidah , obesitas sebagai faktor resiko )

7. Neurosensorik ( singkop atau pingsan , pertigo , sakit kepala , penglihatan berkurang ,

atau ganda, hilang sarasa sensorik, kontralateral, afisia mutorik, reaksi pupil tidak

sama

8. Kenyamanan ( sakit kepala dengan intensitas yang berbeda, tingka laku yang tidak

stabil, gelisa, ketergantungan otot)

9. Pernafasan ( merokok sebagai faktor resiko, tidak mampu menelan karena baruk)

10. Interaksi sosial ( masa bicara, tidak mampu berkomunikasi).


H. PENATALAKSAAN

1. Pencegahan

Aspek yang paling penting untuk mencegah stroke adalah untuk memperlambat

kecepatan aterosklerosis vaskular (pengerasan pembuluh darah):

a. Mengendalikan tekanan darah tinggi.

b. Perubahan gaya hidup: mengurangi asupan natrium dari makanan, mengikuti prinsip

pola makan "rendah natrium, rendah gula, rendah lemak, tinggi serat",

mengendalikan berat badan, berolahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi

minuman beralkohol secara berlebihan.

2. Pengobatan:

a. mengonsumsi obat sesuai dengan petunjuk dokter.

b. Segera berhenti merokok.

c. Mengendalikan diabetes mellitus.

d. Menurunkan kadar kolesterol: melalui pola makan dan olahraga, apabila diperlukan,

minum obat sesuai dengan petunjuk dokter.

e. Menangani tekanan dan belajar untuk bersantai.

f. Obat-obatan berikut ini bermanfaat bagi pasien yang telah menderita stroke iskemik

(stroke karena kurangnya pasokan darah):

1) Obat anti-trombosit (seperti Aspirin atau obat yang serupa) – Aspirin bisa

mencegah trombosit membeku dan merupakan obat yang umum digunakan untuk

mencegah stroke. Bila dibandingkan dengan plasebo (non-obat), obat ini bisa

mencegah tingkat kekambuhan stroke hingga 22%. Dan obat ini tidak mahal.

Sebagian besar orang tidak akan merasa tidak enak badan bila mengonsumsi

aspirin dalam dosis yang kecil (50-300 mg). Efek samping yang paling umum

dirasakan adalah gangguan pencernaan. Sejumlah kecil pasien mungkin


mengalami perdarahan gastrointestinal, terutama bagi mereka yang menderita

tukak lambung. Pengguna Aspirin harus memberitahu dokter apabila mereka

merasakan sakit perut secara terus-menerus, terdapat darah dalam ludah, atau

feses mereka berubah menjadi warna hitam.

2) Antikoagulan (Warfarin) (semacam obat untuk mengencerkan darah) – khususnya

untuk pasien yang menderita penyakit jantung dan fibrilasi atrium. Obat ini bisa

menekan vitamin K, mengurangi fungsi pembekuan darah sehingga mencegah

pembekuan di jantung atau pembuluh darah. Warfarin bisa mencegah stroke

iskemik secara efektif terhadap pasien yang menderita fibrilasi atrium. Efek

sampingnya mencakup perdarahan otak (perdarahan dari pembuluh darah yang

pecah di otak), perdarahan gastrointestinal (perdarahan dari organ pencernaan),

dan pendarahan di bagian lain dari tubuh.(Smartpatient,2016)


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Agama :

Suku :

Alamat :

B. Riwayat Penyakit

1. Keluhan utama saat pengkajian :

Kelemahan sebagian tubuh/ektremitas atas dan bawah sebelah kiri.

2. Riwayat keluhan utama :

Klien bedrest total, tidak bisa menggerakkan ektremitas atas dan bawah sebelah kiri,

susah membuka mulut disertai susah berbicara, susah menelan, produksi sekret yang

berlebihan, terdengar bunyi gurgling pada saat ekspirasi, tampak gelisah, terpasang

NGT dan O2 Nasal.

3. Riwayat kesehatan masa lalu :

Klien sudah lama menderita penyakit hypertensi dan tanggal 20 November 2012 klien

di rawat di Ruang Cendrawasih RSU Anutapura sebelum masuk ke ruang ICU.

4. Riwayat kesehatan keluarga :


Ibu dari klien menderita penyakit yang sama

5. Riwayat alergi (obat dan makanan) :

Tidak ada riwayat alergi pada makanan dan obat-obatan.

C. Pemeriksaan Head to Toe

1. Kepala dan Rambut

Inspeksi : Penyebaran rambut merata, bentuk lonjong bulat

Palpasi : Tidak teraba adanya hematoma

2. Telinga

Inspeksi : Tidak ada pengeluaran cairan, tampak bersih

Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan

3. Mata

Inspeksi : Conjungtiva tampak anemis, refleks cahaya baik

Palpasi : Tidak teraba adanya peninggian bola mata

4. Hidung

Inspeksi : Terpasang NGT, terpasang O2 nasal 2 lpm

Palpasi : Tidak ada kelainan tulang hidung

5. Mulut

Inspeksi : Bibir tampak hitam kecoklatan, ada produksi secret

6. Leher

Inspeksi : Tidak ada pembersaran kelenjar thyroid, tidak ada

peningkatan JVP

Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening

7. Dada

 Jantung

Inspeksi : Tidak tampak gerakan iktus kordis


Auskultasi : Irama reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan

 Paru-paru

Inspeksi : Pergerakan dinding simetris, Dypnea, tidak ada batuk

Palpasi : Vokal fremitus tidak bisa dilakukan

Auskultasi : Terdengar bunyi gurgling

8. Abdomen

Inspeksi : Bentuk simetris, lemas, tidak tampak adanya distensi

Palpasi : Tidak teraba adanya massa

Perkusi : Bunyi tymphani

Auskultasi : Terdengar bising usus

9. Ekstremitas Atas

Inspeksi : Tangan kanan difiksasi

Palpasi : teraba hangat.

10. Ekstremitas Bawah

Inspeksi : Terpasang infus pada kaki kiri

Palpasi : teraba hangat

11. Kulit

Inspeksi : warna sawo matang

Palpasi : teraba elastis, turgor baik

D. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d hipertensi

2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan

mencerna makanan d.d kelemahan otot untuk menelan.

3. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan fungsi neurologi


4. Hambatan komunikasi verbal b. d gangguan fisiologis(mis,tomur otak,penurunan

sirkulasi keotak,sistem muskuloskeletal) d.d sulit bicara,sulit mengungkapakan kata-

kata.

E. Intervensi

No Diagnosa NOC NIC

1 Resiko ketidakefektifan 1. Tekanan systole dan 1. Monitor tanda-

perfusi jaringan otak b.d diastole dalam tanda vital

hipertensi rentang yang 2. Monitor status

diharapkan(3) neurologi dengan

2. Menunjukan ketatdan

perhatian, konsentrasi bandingkan

dan orientasi(3) dengan yang

3. Memproses normal

informasi(3) 3. Monitor TIK dan

4. Menunjukkan fungsi CPP

sensori motori cranial 4. Berikan anti

yang utuh : tingkat kejang sesuai

kesadaran membaik, kebutuhan

tidak ada gerakan- 5. Catat perubahan

gerakan infolunter (3) pasien dalam

respon terhadap

stimulus.

6. Hindari fleksi

leher atau fleksi


ekstrem pda lutut

dan panggul

7. Pertahankan suhu

tubu normal

8. Lakukan latihan

ROM pasif

9. Buat sarana

komunikasi

2 Ketidakseimbangan 1. Mempertahankan 1. Monitor tanda-

nutrisi : kurang dari makanan dimulut (1) tanda

kebutuhan tubuh b.d 2. Kemampuan fisiologis(TTV,Elek

ketidakmampuan mengunyah (2) trolit)

mencerna makanan d.d 3. Peningkatan usaha 2. Monitor asuhan kalori

kelemahan otot untuk menelan (2) makanan harian

menelan. 4. Tidak nyaman 3. Monitor perilaku klien

dengan menelan (1) yang berhubungan

dengan pola makan.

4. Observasi klien selama

dan setelah pemberian

makanan ringan untuk

meyakinkan bahwa

intake/asupan makanan

cukup dan

dipertahankan.
5. Dorong klien untuk

memonitor sendiri

asupan makanan harian

dan menimbang berat

badan secara tepat

6. Ajarkan dan dukung

konsep nutrisi yang

baikdengan klien (dan

orng terdekat klien

ysng tepat)

7. Bangun program

keperwatan dan follow

up (medis,konseling)

untuk manajemen

dirumah

8. Kolaborasi dengan tim

kesehatan lain untuk

mengembangkan

rencana keperawatan

dengan melibatkan

klien dan orang

terdekat klien

3 Hambatan mobilitas fisik 1. Fungsi motorik dan 1. Kaji komitmen

b.d gangguan sensorik kranial (3) pasien untuk belajar

2. Fungsi motorik dan dan menggunakan


neuromuskular sensorik spinal (3) postur tubuh yang

3. Komunikasi yang benar

tepat dengan situasi 2. Bantu untuk

(2) mendemontrasikan

4. Tekanan darah (1) posisi tidur yang tepat

5. Orientasi kognitif (3) 3. Bantu pasien/keluarga

6. Status kognitif (3) untuk mengidentifikasi

latihan postur tubuh

yang sesuai

4. Informasikan kepada

pasien tentang struktur

dan fungsi tulang

5. Edukasi pasien tentang

pentingnya postur

tubuh yang benar untuk

mencegah

kelelahan,ketegangan,i

njuri.

6. Kolaborasi dengan

fisioterapis dalam

mengembangkan

peningkatan mekanika

tubuh.

4 Hambatan komunikasi 1. Dukungan sosial 1. Monitor keceapatan

verbal b.d gangguan dan keluarga(5) bicara,tekanan,kecepata


fisiologis(mis,tomur 2. Dukungan sosial n,kuntitas volume dan

otak,penurunan sirkulasi dari teman-teman diksi.

keotak,sistem (5) 2. Monitor proses

muskuloskeletal) d.d sulit 3. Penggunaan bahasa kognitif,anatomis dan

bicara,sulit lisan (3) fisiologis yang terlibat

mengungkapakan kata- 4. Mampu dalam kemampuan

kata. mengkomunikasika berbicara.

n komunikasi (3) 3. Kenali emosi dan

perilaku fisik klien

sebagai bentuk

komunikasi mereka

4. Ulangi apa yang

disampaikan pasien

untuk menjamin

akurasi

5. Gunakan penerjemah

bila diperlukan.

6. Instruksikan pasien

ataukeluarga

menggunakan proses

kognitif,aatomis dan

fisiologis.

7. Kolaborasi bersama

keluarga dan ahli

terapis bahasa patologis


8. Untuk mengembangkan

rencana agar bisa

berkomunikasi secara

efektif

9. Koordinasi aktivitas-

aktivitas tim

rehabilitasi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit stroke merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah di dunia, hal ini

di gambarkan dengan adanya peringatan hari stroke sedunia tanggal 29 oktober.

Organisasi struk dunia telah mencatat hampir 85% orang mempunyai resiko mengalami

stroke, tetapi hal ini bisa terhindar jika adanya kesadaran untuk mengatasi faktor resiko

sejak dulu. Badan kesehatan dunia mempediksi bahwa penyebab kematian di dunia yang

di sebabkan oleh stroke akan meningkat seiring dengan meningkatnya kematian akibat

penyakit jantung dan kangker lebih 6jta di tahun 2010 dan menjadi 8jta pada tahun 2030.

Penyakit stroke di bagi menjadi dua macam yaitu stroke kemik dan stoke hemogragik.

Kejadian stoke iskemik sekitar 80-85% sedangkan untuk stroke hemoragik sekitar 20% (

agustina,2012). Insiden penyakit stroke hemoragik sekitar 15%-30%, sedangkan untuk

kejadian stroke iskemik sekitar 70-85%. Di negara-negara berkembang seperti asia

kejadian stroke hemoragik sekitar 30% dan iskemik 70%. Berdasarkan data tersebut dapat

di simpulkan bahwa kejadian stroke iskemik memiliki proporsi lebih besar jika di

bandingkan dengan stroke hemoragik

B. Saran

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Istilah ini sudah sangat lumrah di kalangan

kita. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stroke, maka yang harus kita ubah mulai

sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan teratur. Jika kita membiasakan

hidup sehat, maka kita tidak akan mudah terserang penyakit.


DAFTAR PUSTAKA

Joy M.Black, J. H. (2018). Keperawatan Medikal Bedah,Manajemen klinis untuk hasil yang
diharapkan. Singapore: ELSEVIER.

Muttaqin, A. (2008). asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta:
Salemba medika.

Nastiti. (2012). gambaran faktor resiko kejadian stroke pada pasien stroke rawat inap di
rumah sakit Krakatau medika. jakarta: Universitas Indonesia.

Permatasari, I. (2015). faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya stroke berulang


pada penderita pasca stroke . Surakarta: Jurnal Universitas Muhammadiyah.

R.A., N. (2012). Deteksi dini gejala dan pengobatan stroke. Yogyakarta: Aulia Publishing.

Anda mungkin juga menyukai