Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY.K DENGAN TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK


PADA PASIEN NYERI AKUT
DI RUANG “DAHLIA”
RSUD DR.SOEDIRMAN KEBUMEN
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan Program Pendidikan Diploma lll
Keperawatan

NAMA KELOMPOK :
1. MUHAMMAD RIZKY BAZZANO (A01802448)
2. TRI LESTARI (A01802472)
3. TRI PRASETYO ADI WASONO (A01802473)
4. WINDI AMALIA SAFITRI (A01802475)

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG PRODI STUDI Dlll KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK

2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Dengan Mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan Hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny.K Dan Ny.A Dengan Terapi Relaksasi Autogenik Pada Pasien
Penderita Nyeri Akut Di Ruang “Dahlia” Rsud Dr.Soedirman Kebumen.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi – tingginya terhadap yang terhormat :
1. Herniyatun, S.Kp., M.Kep Sp., Mat, selaku ketua Stikes Muhammadiyah Gombong.
2. Nurlaila, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua program study DIII Keperawatan Stikes
Muhammadiyah Gombong
3. Sarwono, selaku dosen mata kuliah Metodelogi Stikes Muhammadiyah Gombong.
4. Seluruh staff dosen yang telah memberikan pengajaran dan pendidikan kepada penulis
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dan dukungan
yang telah diberikan untuk penulis.
Penulis menyadari dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan baik isi
ataupun dalam penyusunannya. Penulis berharap Karya Tulis ILmiah ini bisa bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi pembacanya.

Kebumen, 31 Januari 2020


BAB 1
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang Masalah
Nyeri adalah sensasi yang sangattidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak
dapat dibagi dengan orang lain . Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran seseorang,mengubah
kehidupan orang tersebut.Akan tetapi ,nyeri adalah konsep yang sulit dikomunisakan oleh
klien(Berman,2009).
Berbagai stimulasi penyebab nyeri diolah oleh otak yang kemudian menyampaikan
pesan adanya nyeri,untuk itu jika persepsi nyeri diubah oleh adanya penatalaksanaan nyeri
dengan atau tanpa obat,maka tidak ada lagi nyeri yang dirasakan pasien,dengan kata lain
kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi(Potter & Perry,2005).
Nyeri menimbulkan perasaan yang tidak nyaman pada pasien. Apabila nyeri tidak
segera diatasi secara adekuat akan memberikan efek yang membahayakan seperti
kardiovaskuler,gastrointestinal,endokrin dan imunologik(solehati,2016).
Manajemen nyeri pada colic abdomen di RSUD Dr.Soedirman Kebumen meliputi terapi
farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi meliputi pemberian analgesik
,sedangkan terapi non farmakologi yang dilakukan meliputi relaksasi autogenic. Terapi
relaksasi autogenic secara spontan dan tidak procedural sering diterapkan pada pasien-pasien
yang mengeluh nyeri dengan berbagai penyebab dan respon yang dihasilkan pada pasien-pasien
yang mengeluh nyeri dengan berbagai penyebab dan respon yang dihasilkan pada pasien-pasien
dengan colic abdomen relative bervariasi,sebagian keluhan nyeri pasien dapat teratasi dan di
puulangkan serta sebagian lagi klien berlanjut pada tindakan diagnostic dan medic lebih lanjut.
Relaksasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasakan bebas mental dan
fisik dari ketegangan dan stress. Terapi relaksasi bertujuan agar individu dapat mengontrol diri
ketika terjadi rasa ketagangan dan stress yang membuat individu merasa dalam kondisi yang
tidak nyaman(Potter & Perry,2005).
Relaksasi adalah pengenduran (tentang otot ) (Kamus Besar Bahasa Indonesia ).
Autogenic berasal dari bahasa yunani yang bermakna datang dari dalam dan berhubungan
dengan terapi atau pengobatan. Menurut Ariyanti(2007) dalam Pratiwi (2012) Relaksasi
Autogenic merupakan relaksasi yang bersumber dari diri sendiri dengan menggunakan kata-
kata atau kalimat pendek yang bisa membuat pikiran menjadi tenang.
Berbagai jenis teknik relaksasi untuk menguranginyeri telah banyak diterapkan dalam
tatanan pelayanan keperawatan. Namun, penggunaan teknik relaksasi di Indonesia masih belum
optimal. Nita Syamsiah dan Endang Muslihat, STIKes Kharisma Karawangan (2014), dalam
jurnalnya “Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik terhadao Tingkat Nyeri Akut Pada Pasien
Abdominal Pain di IGD RSUD Karawang” menyimpulkan bahwa ada pengaruh terapi relaksasi
autogenic terhadap penurunan tingkat nyeri akut pada pasien abdominal pain. Dalam jurnal
lain, Dian Junika (2015)”Pengaruh Terapi Autogenik terhadap Skala Nyeri Sendi pada lansia di
Wilayah Kerja Pukesmas Andalas Padang”. Dengan hasil terapi relaksasi autogenic dapat
mengurangi skala nyeri sendi pada lansia.
Akan tetapi di RSUD dr. Soedirman belum ada posedur belum ada prosedur tertulis
mengenai teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri pada colic abdomen yang di terapkan
menjadi standar pelayanan keperawatan.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Terapi
Relaksasi Autogenik Pada Pasien Penderita Nyeri Akut Di Ruang “Dahlia” Rsud Dr.Soedirman
Kebumen”.
2) Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pasien colic abdomen dalam
pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman ?
2. Bagaimanakah terapi relaksasi autogenic dapat menurunkan nyeri akut ?
3) Tujuan Studi Kasus
Tujuan Umum
1. Menggambarkan asuhan keperawatan pasien nyeri akut dalam pemenuhan
kebutuhan rasa aman dan nyaman.
2. Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian terapi relaksasi
autogenic dapat menurunkan nyeri akut.
Tujuan khusus
1. Mendeskeripsikan hasil pengkajian nyeri pada pasien colic abdomen.
2. Mendeskeripsikan hasil diagnosa keperawatan pasien colic abdomen sampai
dengan evaluasi.
3. Mendeskeripsikan tanda dan gejala sebelum diberikan tindakan terapi relaksasi
autogenic.
4. Mendeskeripsikan tanda dan gejala setelah diberikan tindakan terapi relaksasi
autogenic.
5. Mendeskeripsikan kemampuan dalam melakukan tindakan terapi relaksaai
autogenic sebelum diberikan.
6. Mendeskeripsikan kemampuan dalam melakukan tindakan terapi relaksaai
autogenic setelah diberikan.
4) Manfaat Studi Kasus
Studi kasus ini, diharapakan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam meningkatkan
kemandirian pasien nyeri akut melalui terapi relaksasi autogenic.
2. Bagi Pengembanagn Ilmu dan Teknologi Keperawatan Menambah keluasan
ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan
rasa aman nyaman pada pasien nyeri akut.
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dan mengaplikasikan hasil riset keperawtan,
khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan rasa aman
nyaman pada pasien nyeri akut dan mengimplementasikan prosedur terapi
relaksasi autogenic pada asuhan keperawatan pasien nyeri akut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asuhan Keperawatan dalam kebutuhan rasa aman dan nyaman
2.1.1 Pengkajian
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif
dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif
yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh
terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga
tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri
(Tamsuri, 2007).

a. Skala intensitas nyeri deskriptif

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri Nyeri
Nyeri berat Berat tidak
Terkontrol Terkontrol

Gambar 2.1 Skala intensitas nyeri deskriptif (Potter, 2005)


b. Skala analog visual menurut Wong Beker

Gambar 2.3 Skala nyeri wajah menurut Wong (Potter.2005)

c. Skala nyeri menurut Bourbanis

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri berat


Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri berat tak
Ringan Sedang terkontrol terkontrol
Gambar 2.4Skala nyeri menurut Bourbanis (Potter.2005)

Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan adalah secara obyektif klien
dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang adalah aecara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat adalah secara obyektif klien terkadang tidak
dapatmengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat adalah Pasien sudah tidak mampu
lagiberkomunikasi, memukul.

Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan


atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau
parah.Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan
klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk
dipastikan (Potter & Perry, 2006).
Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan
nyeri yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal
Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari
tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang
sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa
nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan
klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas
nyeri trbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa
jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa
paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan klien
memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri (Potter
&Perry, 2006)
Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.Dalam hal ini,
klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.Skala paling
efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
intervensi terapeutik.Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri,
maka direkomendasikan patokan 10 cm (Potter, 2005).

Respon terhadap nyeri


a. Respon nyeri menurut Potter (2005) dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu
respon nyeri fisiologis dan respon nyeri psikologis. Respon fisiologis
Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial) dapat
mengakibatkan dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi
rate, peningkatan detak jantung, vasokonstriksi perifer, peningkatan
tekanan darah, peningkatan nilai gula darah, diaphoresis,
peningkatan kekuatan otot, dilatasi pupil, penurunan motilitas
gastro intestinal.Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
dapat menyebabkan muka pucat, otot mengeras, penurunan HR dan
BP, nafas cepat dan irregular, nausea dan vomitus, kelelahan dan
keletihan.
b. Respon psikologis
Sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang
terjadi atau arti nyeri bagi klien.Arti nyeri bagi setiap individu
berbeda-beda antara lain bahaya atau merusak, komplikasi seperti
infeksi, penyakit yang berulang, penyakit baru, penyakit yang fatal,
peningkatan ketidakmampuan, kehilangan mobilitas, menjadi tua,
sembuh, perlu untuk penyembuhan, hukuman untuk berdosa,
tantangan, penghargaan terhadap penderitaan orang lain, sesuatu
yang harus ditoleransi, bebas dari tanggung jawab yang tidak
dikehendaki. Pemahaman dan pemberian arti nyeri sangat
dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu
dan juga faktor sosial budaya. Respon tingkah laku terhadap
nyerimenurut Tamsuri (2007) meliputi:
1) Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
2) Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak nafas,
mendengkur)
3) Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit
bibir)
4) Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot,
peningkatan gerakan jari & tangan
5) Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (menghindari
percakapan, menghindari kontak sosial, penurunan rentang
perhatian, fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri).

Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat


bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama
beberapa menit atau menjadi kronis.Nyeri dapat menyebabkan
keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau
menangis.Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien
dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi
mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri (Tamsuri,
2007).

2.1.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan disebutakan dalam teori sebagai berikut
(NANDA 2018-2020 )
1. Nyeri akut
Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyengangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringa actual atau potensial, atau
yang digambarkan sebagai kerusakan (International
Assosiation of Pain); awitan yang terjadi tiba-tiba atau lambat
dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya
dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang
dari 3 bulan.
2.1.3 Perencanaan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Kriteria hasil :
a. Klien akanmelaporkan penurunan nyeri progresif dan
penghilangan nyeri setelah intervensi.
b. Klien tidak gelisah.
c. Klien mampu melakukan tindakan mengurangi nyeri.
Perencanaan / Intervensi :
1. Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin jika diperlukan
Rasional : nyeri trauma umumnya menjadi keluhan utama
2. Terangkan penyebab nyeri dan faktor/tindakan yang dapat
memprovokasi nyeri.
Rasional : nyeri disebabkan oleh efek kimiawi atau fisik benda dan nyeri
dapat meningkat akibat provokasi
3. Kolaborasi pemberian analgesik.
Rasional : analgesik berfungsi untuk Mengurangi nyeri.
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi pada klien
Rasional : mengurangi nyeri dengan manipulasi psikologis
5. Ajarkan tindakan penghilangan nyeri nonfarmakologis
Rasional : memungkinkan klien dapat mengontrol nyeri
6. Kurangi factor pencetus
Rasional : Untuk mengurangi factor yang dapat menimbulkan nyeri
7. Sediakan lingkungan yang nyaman
Rasional : Akan membantu mengurangi rasa nyeri
8. Monitor Tanda-Tanda Vital
Rasional : Perawat dapat mengetahui status perkembangan kesehatan
klien
9. Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi pasien
Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan pasien
10. Anjurkan klien untuk posisi yang nyaman dan dengan pakaian longgar
Rasional : Posisi dan pakaian yang nyaman akan mempengaruhi nyeri
yang timbul

2.1.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat
maupun tenaga medis lainnya untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan
perawatan serta masalah serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam keperawatan (Nursalam,2011).

2.1.5 Evaluasi
Evaluasi penting dilakukan untuk melihat dan menilai status kesehatan klien
setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan melakukan evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi forrmatif dilakukan setelah tindakan dan mengarah pada
tujuan jangka pendek, evaluasi sumatif dilakukan untuk melihat apakah problem sudah
bisa diatasi apa belum (Dalami dkk,2010).

2.2 Konsep Nyeri pada pasien Colic Abdomen


2.2.1 Pengertian
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respons individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak
bisa disamakan satu dengan yang lainnya (Asmadi, 2008). Definisi nyeri menurut Tamsuri
(2007) nyeri adalah mekanisme pertahanan protektif bagi tubuh; timbul bilanama jaringan
sedang rusak dan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri.
Nyeri kolik merupakan nyeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga
dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut seperti obstruksi usus,
batu ureter. Nyeri Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan
biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter,
batu empedu, peningkatan tekanan intraluminar). Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami
oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi ini berjeda, kolik dirasakan hilang timbul. batu
empedu, dan peningkatan intraluminer (Sja’bani, 2009).
Nyeri merupakan suatu fenomena yang penuh rahasia dan menggugah rasa ingin
tahu para ahli. Begitu pula untuk menjelaskan bagaimana nyeri tersebut terjadi masih
merupakan suatu misteri. Namun demikian ada beberapa teori yang menjelaskan mekanisme
transmisi nyeri. Teori tersebut diantaranya adalah the specificity theory, the intensity theory,
dan the gate control theory ( Tamsuri, 2007).
a. The Specificity Theory (Teori Spesifik)
Menurut teori spesifik ini, timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan
pengaktifan ujung-ujung serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik,
rangsangan kimia, atau temperature yang berlebihan. Persepsi nyeri yang
dibawa oleh serabut saraf nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke
spesifik pusat nyeri di talamus. Otak menerima informasi mengenai
objek eksternal dan struktur tubuh melalui saraf sensoris. Saraf sensoris
untuk setiap indra perasa bersifat spesifik. Artinya, saraf sensoris dingin
hanya dapat dirangsang oleh sensasi dingin, bukan oleh panas. Begitu
pula dengan saraf sensoris lainnya. Ada dua tipe serabut syaraf yang
menghantarkan stimulus nyeri yaitu serabut saraf tipe delta A dan
serabut saraf tipe C.

b. The Intensity Theory (Teori Intensitas)


Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap rangsangan
sensori p b. The Intensity Theory (Teori Intensitas)
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap
rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika
intensitasnya cukup baik.unya potensi untuk menimbulkan nyeri jika
intensitasnya cukup baik.

c. The Gate Control Theory (Teori Kontrol Pintu)


Menurut Smeltzer dan Bare (2010) teori ini menjelaskan mekanisme
transmisi nyeri. Kegiatannya bergantung pada aktivitas serat saraf
aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat memengaruhi sel saraf
di substansia gelatinosa. Aktifitas serat yang berdiameter besar
menghambat transmisi yang artinya “pintu ditutup”, sedangkan serat
saraf yang berdiameter kecil mempermudah transmisi yang artinya
“pintu dibuka.
BAB lll
METODE STUDI KASUS
1) Desain Studi Kasus
Penelitian ini bersifat deskriptif karena menjelaskan fenomena yang sedang terjadi di
area penelitian dan bersifat kolerasi untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara Commented [H1]: hapus
variable yang satu dengan yang yang lain, dan apabila ada beberapa erat
hubungannya antara variable variable itu.
2) Subyek Studi Kasus
Subyek studi kasus ini adalah menunjuk pada satu pasien pasien nyeri akut pada
terapi relaksasi autogenik.
3) Fokus Studi Kasus
a. Kebutuhan rasa aman nyaman pada pasien nyeri akut.
b. Penerapan prosedur terapi relaksasi autogenik pada pasien nyeri akut.
4) Definisi Operasional
Studi kasus asuhan keperawatan :
a. Kebutuhan rasa aman nyaman adalah Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry,
2006) megungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan
telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari),
kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang
sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang
secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan
sosial.
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah
lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan
bantuan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan
hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan
hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak
nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada
pasien.
b. Colic abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan
bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen (perut). Hal yang
mendasari hal ini adalah infeksi pada organ di dalam perut (mencret, radang
kandung empedu, radang kandung kemih), sumbatan dari organ perut (batu
empedu, batu ginjal). Pengobatan yang diberikan adalah penghilangan rasa
sakit dan penyebab utama dari organ yang terlibat. Bila infeksi dari kandung
kemih atau kandung empedu maka pemberian antibiotik, bila ada batu di
kandung empedu maka operasi untuk angkat kandung empedu.
Batu saluran kencing merupakan penyakit yang sering terjadi, yang
menimbulkan rasa sakit hebat dan dapat berakibat kegagalan fungsi ginjal
apabila tidak mendapat penanganan secara cepat dan tuntas.

c. Prosedur terapi relaksasi autogenic adalah salah satu contoh dari teknik
relaksasi yang berdasarkan pada penggunaan persepsi tubuh (misalnya,
tangan merasa hangat dan berat) yang difasilitasi oleh sugesti diri
sendiri.

Relaksasi autogenik digunakan sebagai teknik atau usaha yang sengaja


diarahkan untuk menyebabkan perubahan dalam kesadaran melalui
autosugesti sehingga tercapailah keadaan rileks (Kusyati, 2006).

Relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang efektif mengurangi rasa


nyeri pada klien yang mengalami nyeri akut atau kronis.

Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan


kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri.

Pada relaksasi autogenik, klien menggunakan teknik sugerti diri (Auto


suggestive), yaitu seseorang dapat melakukan perubahan dalam dirinya
sendiri, dan dapat mengatur ekspresi emosinya (Kusyati, 2006).

5) Instrumen Studi Kasus


Terapi relaksasi autogenic
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa headset sesuai music yang
di sukai oleh pasien dilakukan pada saat pasien merasa nyeri.
6) Metode Pengumpulan Data
a. Metode Observasi berarti peneliti melihat dan mendengarkan (termasuk
menggunakan indera yang lain) apa yang dilakukan dan dikatakan atau
diperbincangkan para responden dalam aktifitas kehidupan sehari-hari
baik sebelum menjelang, ketika, dan sesudah.
b. Metode Interview Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interview)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang
memberikan jawaban atas wawancara itu.
c. Metode Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun lain dari record
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penulis.
7) Lokasi & Waktu Studi Kasus
Lokasi di RSUD Dr. Soedirman Kebumen & dimulai pada tanggal 4 Januari
2020 s/d 8 Januari 2020.
8) Analisis Data dan Penyajian Data
Teknik analsisi data dalam penelitian dari beberapa tahap yaitu
a. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dari pengisian kuisioner yang telah disebarkan
kepada responden.
b. Editing data
Yaitu memeriksa data yang telah terkumpul tentang kelengkapan isian.
c. Koding dats
Yaitu pemberian kode kode tertentu pada masing masing jawaban
menurut macmnya untuk memudahkan dalam tahap pengelolahan data.
d. Tabulasi data yaitu pengelompokan data kedalam table yang dibuat
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
9) Etika Studi Kasus
a. Lembar persetujuan (informed concent)
Merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar
persetujuan diberikan sebelum dilakukan penelitian dan peneliti harus
menjelaskan terlebih dahulu kepada responden tentang judul maksud
dan tujuan penelitian.
b. Tanpa nama (Anonimity)
Dalam pengumpulan data responden tidak mencatumkan nama
responden, tetapi hanya menuliskan kode saja, hal ini dimaksudkan untuk
menjaga privacy responden.
c. Kerahasiaan (confidentiality)
Peneliti menjamin kerahasian hasil penelitian baik informasi maupun
masalah lainnya. Data yang dilaporkan sebagai hasil penelitian
hanyalah data data kelompok tertentu saja. Hal ini dilakukan agar
responden merasa aman, percaya, serta mau memberikan informasi
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
d. Right to withdraw
Responden memiliki hak untuk mengundurkan diri dan tidak besedia
ikut dalam penelitian sebagai responden. Peneliti tidak akan memaksa
dan menghormati keputusan responden.

Anda mungkin juga menyukai