MAKALAH ASSESMENT FOMAT 2019 Pakai
MAKALAH ASSESMENT FOMAT 2019 Pakai
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Tugas Pokok Kepala Badan Penanggulanagan Bencana Daerah.............................2
BAB II...............................................................................................................................8
RENCANA STRATEGIS...............................................................................................8
BAB III...........................................................................................................................11
IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH DAN S T R A T E G I............................11
BAB IV PENUTUP........................................................................................................13
Kesimpulan.............................................................................................................................13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
juga tergolong tinggi, khususnya dimusim penghujan. Kondisi ini menimbulkan
kerawanan untuk menimbulkan bahaya banjir dan tanah longsor.
Permasalahan mengenai bencana yang disebabkan oleh faktor-faktor di
atas tentunya akan menimbulkan kerugian-kerugian, baik kerugian berupa korban
jiwa maupun kerugian yang berupa kerusakan infrastruktur. Sehingga dalam
penanggulangan bencana peran yang dilakukan pemerintah yang menyangkut
kebijakan dan administrasi publik sangatlah besar. Bencana alam yang terjadi
pada masa dekade ini bukan dilihat dari apa penyebab bencananya namun dilihat
dari apakah dampak yang ditimbulkannya.
Pada saat bencana terjadi, sistem peringatan dini daerah walau telah
dibantu oleh BMKG dengan radio internet dan sirine, masih belum mampu
dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah daerah. Kondisi ini dapat dilihat
dari tidak siapnya daerah mengambil keputusan evakuasi atau tidak, yang
kemudian disebar kepada masyarakat. Kondisi ini disebabkan karena tidak
mencukupinya sistem dan saluran informasi peringatan bencana yang mampu
melingkupi kebutuhan seluruh masyarakat di daerah berisiko.
Berbagai program untuk mengurangi Risiko Bencana pada upaya mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan telah diakomodir dalam Rencana
Penaggulangan bencana (RPB) Kabupaten Tana Tidung. Namun demikian
ternyata masih ditemukan berbagai kendala baik di
3
pemerintahan maupun di masyarakat pada fase tanggap darurat dan
pemulihan bencana.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul
“Strategi Penanggulangan Bencana di Kabupaten Tana Tidung ”.
Belajar dari pengalaman Negara Jepang yang begitu reaktif dan responsif
dalam menghadapi bencana alam, semestinya demikian pulalah Indonesia
khususnya Kabupaten Tana Tidung Provinsi Kalimantan Utara sebagai daerah
yang sarat dengan potensi bencana dengan bentangan alam yang dikelilingi oleh
laut, hutan belantara dan berbatasan dengan negara tetangga yang juga potensi
tingkat kerawanannya terhadap bencana sangat berpengaruh, sehingga semestinya
kita tidak bertaruh lagi untuk masalah ini.
BAB II
1
4
VISI DAN MISI STRATEGIS
1. Visi
2. Misi
Untuk mewujudkan Visi di atas, maka dapat dijabarkan dalam beberapa Misi,
yaitu :
5
5. Melaksanakan peningkatan kapasitas perencanaan dalam pemulihan Pasca
bencana
Pada dasarnya kita telah mempunyai strategi yang sudah relatip lengkap
untuk melindungi bangsa Indonesia dari ancaman bencana. Namun demikian hal
ini masih menyisakan pertanyaan “ Mengapa bila bencana terjadi masih banyak
menelan korban ?”.
6
Mengambil contoh yang terjadi dibeberapa kecamatan di Kabupaten Tana
Tidung, yaitu belum menyusun ” Analisis atau Kajian Risiko Bencana ”. Padahal
Kajian Risiko Bencana (KRB) ini adalah instrumen fundamental dalam
mengambil kebijakan. Hasil KRB dipergunakan untuk menyusun Rencana
Kontijensi untuk berbagai jenis ancaman bencana. KRB sebagai rujukan dalam
menyusun Rencana Penanggulangan Bencana, KRB juga dipergunakan sebagai
bahan rujukan untuk menyusun kebijakan lebih lanjut seperti pembangunan
infrastruktur di daerah itu agar kegiatan pembangunan tidak di lakukan di area
ancaman bencana maupun menimbulkan bencana lanjutan.
Kreatifitas yang tinggi pun perlu ada di setiap benak para pelaku
penanggulangan bencana. Menyikapi fenomena bencana yang terjadi di
7
Kabupaten Tana Tidung tidak salah kalau sekiranya kita membentuk kader yang
berasal dari warga masyarakat sebagai analis sekaligus informan dalam terhadap
kemungkinan terjadinya bencana. Model – model seperti ini sudah dilakukan oleh
BPBD daerah lain di Indonesia maupun luar negeri dalam menghadapi ancaman
bencana.
8
Sedangkan di pesisir lebih mungkin menimbulkan tsunami, Jepang
membangun sistem peringatan sekitar 5-10 menit sebelum tsunami datang.
5. Mematikan gas
9
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
10
formal terhadap kesiapan menghadapi bencana. Tanpa mengesampingkan
tindakan persiapan pasca bencana.
11