Anda di halaman 1dari 126

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan
menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan
kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rahabilitasi medik dan
pelayanan perawatan. Dalam perkembangannya, pelayanan Rumah Sakit tidak
terlepas dari pembangunan ekonomi masyarakat. Rumah sakit sebagai salah
satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya
kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan.
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit saat ini tidak saja bersifat kuratif
(penyembuhan) tetapi juga bersifat rehabilitatif (pemulihan). Keduanya
dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan
pencegahan (preventif). Dengan demikian, sasaran pelayanan kesehatan Rumah
Sakit bukan hanya untuk individu pasien, tetapi juga berkembang untuk
keluarga pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu dan bagian dari
keluarga. Atas dasar sikap seperti itu, pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (komprehensif dan holistik).
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai
karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga
kesehatan dengan perangkat keilmuan masing-masing berinteraksi satu sama
lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat
pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian
pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam
rumah sakit (Depkes RI, 2009, http://depkes.go.id, diakses tanggal 16 Mei
2018).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Menurut Nursalam (2015), keperawatan sebagai pelayanan yang
1
professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan
obyektif klien, mengacu pada standard professional keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama. Keperawatan
profesional secara umum merupakan tanggung jawab seorang perawat yang
selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga dituntut untuk
selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik
(etikal).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di era
global ini dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat.
Oleh karena itu keperawatan di Indonesia pada saat ini dan di masa akan
datang perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan
dengan memperhatikan dan mengelola perubahan yang terjadi di Indonesia
secara profesional. Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan
kesehatan, yang dilaksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada
manajemen pelayanan perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan
merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai tujuan.
Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2015), merupakan suatu
pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan
menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan,
pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling
berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan
antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperwatan yang bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan di masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan
global bahwa setiap perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan
secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.
Berdasarkan uraian di atas pelayanan keperawatan sebagai inti
pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan kontribusi perawatannya dapat
2
membentuk praktek keperawatan yang optimal. Perkembangan praktek
keperawatan ditentukan oleh teknik manajemen dalam pelaksanaan Asuhan
Keperawatan. Manajemen keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional
dimana tim keperawatan dikelola dengan pendekatan fungsi-fungsi manajemen
mulai planning, organizing, aktuating dan controlling.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut
untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan
yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial
dapat dimiliki melalui berbagai cara salah satunya untuk dapat ditempuh
dengan meningkatkan ketrampilan melalui bangku kuliah yang harus melalui
pembelajaran di lahan praktek. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan
perawat merupakan posisi terdepan yang kontak langsung dengan pasien, yang
dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan
pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan
lain dilakukan oleh perawat. Ini terbukti pelayanan keperawatan di RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro dengan jumlah karyawan ±600 dan jumlah perawat
mencapai ±200-an.
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen (Dahulu RSUD
Sragen) merupakan Rumah Sakit negeri yang berlokasi di Kabupaten Sragen,
Jawa Tengah. Didirakan pada tahun 1958 dengan klasifikasi Tipe D kemudian
pada tahun 1995 RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kabupaten Sragen
berkembang menjadi Tipe C yang tertuang dalam SK Bupati Sragen No :
445/461/011/1995 dan pada tahun 1999 RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
menjadi C Swadana yang tertuang dalam Perda Nomor 7 tahun 1999 dan kini
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro telah menjadi Rumah Sakit Tipe B.

Hingga kini RSUD dr. Soehadi Prijonegoro menjadi Rumah Sakit


pilihan dan telah memiliki pasien dari berbagai daerah disekitar Kabupaten
Sragen seperti Kabupaten Ngawi Jawa Timur, Grobogan, Karanganyar dan
masyarakat Sragen sendiri pada umumnya. RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

3
selain memberikan pelayanan pasien secara individu juga melayani pasien
karyawan perusahaan dan klien perusahaan asuransi.
Guna memenuhi kebutuhan dan harapan pasien, RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro terus mengembangkan pusat layanan unggulan/Center of Excellent
dan Diagnostic Center yang lengkap dengan peralatan kedokteran terkini guna
mendukung diagnose penyakit secara paripurna dan akurat.
Pada RSUD dr. Soehadi Prijonegoro terdapat beberapa fasilitas
pelayanan diantaranya terdapat IGD, Rawat Jalan, Rawat Inap, Farmasi,
ICU/ICCU, Hemodialisa. Dari beberapa fasilitas yang tersedia terdapat layanan
ruang rawat inap yang terdiri dari ruang penyakit dalam,bedah, bersalin dan
nifas, perinatalogi dan ruang anak.
Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD Soehadi Prijonegoro merupakan
salah satu ruang perawatan inap yang merawat kasus anak, dan sudah
semestinya membutuhkan manajemen keperawatan yang baik demi tercapainya
mutu pelayanan yang baik bagi masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, maka
dirasa perlu dilakukan sebuah studi tentang proses manajeman keperawatan di
Ruang Anggrek dimana salah satu bentuknya adalah praktek manajemen
keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen selama 4 minggu diharapkan
mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan manajemen
keperawatan di Ruang Rawat Inap Anggrek dr. RSUD dr Soehadi
Prijonegoro.

2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Rawat
Inap Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian tentang gambaran umum Ruang Rawat Inap
Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.

4
b. Melakukan analisa dari aspek manajemen di Ruang Rawat Inap Anggrek
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.
c. Mengidentifikasi dan menyusun prioritas permasalahan yang ada di
Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.
d. Menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi permasalahan yang ada di
Ruang Anggrek RSUD Soehadi Prijonegoro.
e. Melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan yang
telah disusun sesuai prioritas di Ruang Rawat Inap Anggrek RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro.
C. Waktu dan Tempat
Waktu Praktek Stase Manajemen dilaksanakan selama 4 minggu, dimulai dari
tanggal 14 Mei 2018 sampai tanggal 9 Juni 2018. Tempat praktek Stase
Manajemen di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijinegoro.
D. Cara Pengambilan Data
1. Observasi
2. Wawancara
3. Studi Kasus
4. Survey
E. Praktek
Praktekan adalah mahasiswa Program Studi Profesi Ners Poltekkes Surakarta

BAB II
PENGKAJIAN

A. PROFIL RUANGAN
Ruang Anggrek terletak di gedung baru lantai 3 paling selatan
berbatasan disebelah barat terdapat Ruang Wiajaya Kusuma, sebelah timur
Ruang Perinatologi dan sebelah utara berbatasan dengan Ruang Cempaka-
Nifas.
5
Ruang Anggrek merupakan salah satu ruang perawatan di RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro yang memberikan perawatan bagi pasien laki-laki dan
perempuan yang berumur 29 hari sampai dengan 18 tahun kurang 1 hari.
Ruang Anggrek merupakan ruang rawat inap di RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen yang memberikan pelayanan untuk pasien umum dan
pasien BPJS yang terdiri dari HCU, kelas I, kelas II, kelas III dan ruang
titipan anak khusus bedah. HCU sebanyak 1 kamar, berisi 2 tempat tidur.
Kelas I sebanyak 2 kamar masing-masing berisi 2 tempat tidur. Kelas II
sebanyak 2 kamar berisi 3 tempat tidur. Kelas III sebanyak 3 kamar berisi 5
tempat tidur dan terdapat 1 ruang khusus untuk kamar infeksius. Ruang
Anggrek juga terdapat ruang khusus titipan untuk bedah anak sebanyak 1
kamar berisi 3 tempat tidur.
Terdapat beberapa ruangan, seperti : Nurse Station yang digunakan
sebagai pusat pelayanan pasien, 1 ruang yang digunakan untuk penyimpanan
obat dan alat. Ruang Anggrek memiliki ruang untuk Kepala Ruangan dan
Dokter serta memiliki ruang tindakan yang digunakan sebagai penyimpanan
linen. Ruang bermain yang digunakan sebagai sarana dan prasarana bermain
anak serta pengggunaan sebagai praktikkan untuk melakukkan Satuan Acara
Bermain (SAB) dan terdapat 1 ruang kosong pada ruang Anggrek.

B. INPUT
1. Man
a. Tenaga Kesehatan
Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang
dimaksud tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan.

6
Menurut undang-undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya keseahtan. Dalam undang-
undang tersebut tenaga kesehatan salah satunya adalah tenaga
keperawatan yaitu perawat.
Berikut ini adalah tabel nama, jabatan, pendidikan, masa kerja,
dan pelatihan mengenai tenaga perawat dan tenaga administrasi Ruang
Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.

Tabel 2.1 Ketenagaan Perawat dan Administrasi Ruang Anggrek


RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Tahun 2017

Pendidikan Masa kerja Status


No Nama Perawat Jabatan
Terakhir (Tahun) Kepegawaian
1990
1 Kushariati, S.Kep. Ns. Kepala Ruang S-1 Keperawatan PNS
(28thn)
Indah Kartikowati, 2006
2 Ketua Tim S-1 Keperawatan PNS
S.Kep. Ns (12thn)
Pentana Wahyu W, 2003
3 Perawat Pelaksana S-1 Keperawatan PNS
S.Kep. Ns (15thn)
Tri Supraptini S.Kep. 2008
4 Perawat Pelaksana S-1 Keperawatan PNS
Ns (10thn)
5 Yetiningsih Amd.Kep Perawat Pelaksana D-III Keperawatan 2006 PNS
(12thn)

7
Eny Susilowati, 2010
6 Perawat Pelaksana D-III Keperawatan PNS
Amd.Kep (8thn)
Sulistyaningsih,
7 Perawat Pelaksana D-III Keperawatan 2007 (11thn) PNS
Amd.Kep
Lilis Sumarti S.Kep, 2011
8 Perawat Pelaksana S-1 Keperawatan PNS
Ns (7thn)
Lina Indriyanti, 2010
9 Perawat Pelaksana D-III Keperawatan PNS
Amd.Kep (8th)
Pelaksana Sekolah Menengah 1985
10 Mardiyem PNS
Administrasi Ruang Atas (SMA) (33th)
11 Marisa, S.Kep. Ns Perawat Pelaksana S-1 Keperawatan 2018 (April) BLUD
Harti Prihatin, 2010
12 Perawat Pelaksana D-III Keperawatan BLUD
Amd.Kep (8thn)
2010
13 Dewi Eko, Amd. Kep Perawat Pelaksana D-III Keperawatan BLUD
(8thn)
2009
14 Suyatmi , Amd. Kep Perawat Pelaksana D-III Keperawatan BLUD
(9thn)
Sumber: Daftar Dinas Ruang Anggrek

Berdasarkan data atau table 2.1 diatas jumlah ketenagaan


perawat sebanyak 13 perawat yang terbagi menjadi 1 karu, 1 Ketua
Tim dan 11 perawat pelaksana. Jenjang pendidikan perawat ruang
Anggrek sejumlah 7 perawat (53,84%) D-III Keperawatan , 6 orang
(46,15%) pendidikan profesi Ners.

Standar pendidikan untuk perawatan profesional adalah S-1


Keperawatan dan harus Ners. Dalam hubunganya dengan penerapan
pelayanan keperawatan serta meningkatan pendidikan formal setara
S1 dan pelatihan-pelatihan yang sesuai dengan kasus-kasus yang
dirawat di Ruang Anggrek yaitu kasus anak. Kualifikasi tenaga
perawat di Ruang Anggrek menurut kualifikasi pendidikan formal
adalah sudah memenuhi pola ketenagaan yang ditetapkan oleh rumah
sakit yakni dengan pendidikan minimal DIII Keperawatan.

8
Sedangkan untuk tenaga administrasi, berdasarkan data diatas,
pendidikan tenaga administrasi di Ruang Anggrek berjumlah 1
karyawan, yang berpendidikan SMA. Petugas administrasi bertugas
bertanggung jawab mengatur, mengurus administrasi yang berada di
Ruang Anggrek yaitu pasien masuk, pasien keluar, billing system
computer, bon kebutuhan ruangan dan segala administrasi di Ruang
Anggrek.

b. Program pengembangan kinerja staf


Tenaga keperawatan yang berkualitas mempunyai sikap
profesional dan dapat menunjang pembangunan kesehatan, hal tersebut
memberi dampak langsung pada mutu pelayanan di rumah sakit
sehingga pelayanan yang diberikan akan berkualitas dan dapat
memberikan kepuasan pada pasien sebagai penerima pelayanan
maupun perawat sebagai pemberi pelayanan. Pemberdayaan sumber
daya manusia mulai dari proses rekruitmen, seleksi dan penenpatan,
pembinaan serta pengembangan karir harus dikelola dengan baik, agar
dapat memaksimalkan pendayagunaan tenaga perawat dan
memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
Untuk dapat mewujudkan tercapainya pelayanan yang
berkualitas diperlukan adanya tenaga keperawatan yang profesional,
memiliki kemampuan intelektual, tehnikal dan interpersonal, bekerja
berdasarkan standar praktek, memperhatikan kaidah etik dan moral
(Hamid, 2009). Pada kenyataannya saat ini tenaga perawat yang ada
dilapangan masih belum memenuhi standar. Pelayanan keperawatan
yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh faktor balas jasa yang adil
dan layak, penempatan yang tepat sesuai dengan keahliannya, berat
ringannya pekerjaan dan sifat pekerjaan yang monoton, suasana dan
lingkungan pekerjaan, peralatan yang menunjang, serta sikap pimpinan
atau supervisor dalam memberikan bimbingan dan pembinaan.

9
Pengembangan karir perawat merupakan suatu perencanaan dan
penerapan rencana karir dapat digunakan untuk penempatan perawat
pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya, serta menyediakan
kesempatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi
perawat. Hal ini akan meningkatkan kualitas kerja perawat, ia akan
berusaha mengontrol karirnya dan memilih karir yang lebih baik
sehingga ia terus berprestasi dan memperoleh kepuasan kerja (Marquis
&Huston, 2009). Sehubungan dengan hal tersebut manajemen rumah
sakit harus berusaha mencitakan kepuasan kerja sebaik-baiknya supaya
moral kerja, dedikasi, kecintaan dan disiplin perawat meningkat serta
mendukung terwujudnya rumah sakit (Hasibuan, 2009).
Program pengembangan kinerja staf dilakukan di ruang Anggrek
dilakukan dengan cara memberikan usulan mengenai pelatihan yang
diajukkan setiap tahunnya ke Diklat RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
salah satu contoh usulan untuk program pelatihan meliputi komunikasi
terapeutik, service excellent dan pelatihan mengenai tumbuh kembang
anak. Pelatihan tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas
Sumber daya Manusia (Perawat) dan pelayanan kepda pasien.

c. Kasus yang sering ditemukan


Lima besar penyakit yang terdapat diruang Anggrek dalam 1
tahun terakhir ini yaitu pada tahun 2017 dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.2 Lima Besar Penyakit Di Ruang Anggrek
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Tahun 2017

Jumlah
No Jenis Penyakit Presentase
Pasien
Gastroenteritis
1 and colitis 130 29.5
unsoecified origin

10
Acute bronchitis,
2 110 24.9
unspecified
Acute upper
respiratory
3 106 24.0
infection,
unspecified
Febrile
4 52 11.8
convulsions
5 Chronic tonsilitis 43 9.8
Jumlah 441 100%

Sumber : Rekam Medik RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

Analisa :
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari pengkajian
ditemukan bahwa selama tahun 2017 ada 5 kasus terbanyak. Kasus-
kasus penyakit yang menempati 5 besar penyakit yang sering muncul
di Ruang Anggrek adalah Gastroenteritis and colitis of unspecified
orign sebanyak 130 pasien (29.5%), Acute bronchitis, unspecified
sebanyak 110 pasien (24.9%), Acute upper respiratory infection,
unspecified sebanyak 106 pasien (24.0%), Febrile convulsions
sebanyak 52 pasien (11.8%), Chronic tonsilitis sebanyak 43 pasien
(9,8%). Berdasarkan data lima besar penyakit yang terdapat di Ruang
Anggrek tahun 2017, diketahui kasus penyakit terbanyak adalah
pasien dengan Gastroenteritis and colitis of unspecified orign
sebanyak 130 pasien (29,5%).
Penentuan lima besar penyakit yang telah kami lakukan ini
tidak mutlak menjadi tolak ukur untuk membuat standar asuhan
keperawatan, karena data yang kami gunakan hanya dalam jangka
waktu perawatan 1 tahun terakhir.
Dengan adanya lima besar penyakit yang banyak terjadi di
Ruang Anggrek yang kami analisa dari data rekam medik selama 1
tahun terakhir, perawat perlu mengetahui dan memahami konsep 5
besar penyakit melalui pembuatan Satuan Asuhan Keperawatan
(SAK) dari masing-masing penyakit tersebut. SAK yang ada di ruang

11
Anggrek sudah lengkap dan baru saja diterbitkan tahun 2015 yang
lalu.

d. Jumlah pasien
Distribusi Jumlah Pasien Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.3 Jumlah Pasien Di Ruang Anggrek
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Tahun 2017

Jumlah
Pasien Jumlah Hasil
Jumlah Jumlah
No Bulan Hidup Meninggal Rujuk Lama BOR
Pasien TT
<48 >48 Rawat (%)
Jam Jam
1. Januari 56 1 1 2 222 3.70 2.73 32.55
2. Februari 56 2 0 0 222 3.83 2.64 36.04
3. Maret 65 1 0 0 237 3.59 3.00 34.75
4. April 66 4 1 0 204 2.87 3.23 30.91
5. Mei 60 3 1 10 275 3.72 3.36 40.32
6. Juni 51 0 1 2 191 3.54 2.16 25.47
7. Juli 67 0 0 0 238 3.55 2.68 30.71
8. Agustus 49 0 0 1 173 3.46 2.00 22.32
9. September 54 2 0 0 198 3.54 2.24 26.40
10. Oktober 70 1 1 1 238 3.26 2.92 30.71
11. November 88 3 1 0 354 3.85 3.68 42.70
12. Desember 87 2 0 2 360 3.96 3.64 46.45
Jumlah 769 19 6 18 2912 3.59 34.19 33.59
12
Sumber : Rekam Medik RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

Analisa :

Berdasarkan tabel 2.3 menunjukkan bahwa pasien Anggrek,


presentase BOR terbesar yaitu pada bulan Desember 2017 sebesar
46.45% dengan jumlah pasien sebanyak 360 pasien. Sedangkan untuk
presentase BOR terkecil yaitu pada bulan Agustus 2017 sebesar
22.32% dengan jumlah pasien sebanyak 173 pasien. Rata-rata BOR di
Ruang Anggrek selama bulan Januari - Desember 2017 adalah
33.59%.

e. Tingkat ketergantungan pasien


Tingkat ketergantungan pasien selama pengkajian yaitu :
Tabel 2.4
Tingkat Ketergantungan Pasien Di Ruang Anggrek
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Tahun 2017

Klasifikasi pasien
Waktu
Klasifikasi Pagi Siang Malam

Minimal 0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0 x 0,10 = 0

Parsial 4 x 0,27 = 1,8 4 x 0,15 = 0,6 4 x 0,07 = 0,28

Total 10 x 0,36 = 3,6 10 x 0,30 = 3 10 x 0,20 = 2

Jumlah 5,4/2 = 2,7 3,6/2 = 1,8 2,28/2 = 1,14

f. Kebutuhan perawat
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan perencanaan
dalam hal menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dalam
hal menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dalam
suatu ruangan dan kriteria tenaga yang dipakai untuk suatu ruangan
tiap shiftnya.
13
Berikut ini adalah cara perhitungan tenaga perawat:
1) Menurut Douglas
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan dihitung berdasarkan
tingkat ketergantungan untuk untuk setiap shift pasien dan hasil
keseluruhan ditambah sepertiga (1/3). Kebutuhan tenaga perawat
berdasarkan klasifikasi tingkat tergantung untuk tiap shift jaga
seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.5 Klasifikasi Ketergantungan Pasien


RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Tahun 2017

KLASIFIKASI PASIEN

MINIMAL PARTIAL TOTAL


Pagi Siang Mala Pagi Siang Mala Pagi Siang Malam
0,17 0,14 m
0,10 0,27 0,15 m
0,07 0,36 0,30 0,20
0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

Perhitungan Kebutuhan menurut Douglas (1997) jumlah


tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang Anggrek adalah
seperti tergambar pada tabel berikut :

Tabel 2.6 Jumlah Kebutuhan Perawat Per Sift


RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Tahun 2017
Apabila kapasitas bed terisi penuh (22 kamar)
Klasifikasi 15 MEI 2018 16 MEI 2018
P S M P S M
0,14 x 0 =
Minimal 0,17 x 0 = 0 0,07 x 0 = 0 0,17 x 0 = 0 0,14 x 0 = 0 0,07 x 0 = 0
0

14
0,15 x 2 = 0,10 x 2 = 0,27 x 2 = 0,10 x 2 =
Intermediet 0,27 x 2 = 0,54 0,15 x 2 = 0,3
0,3 0,2 0,54 0,2
0,30 x 5 =
Maksimal 0,36 x 5 = 1,8 0,20 x 5 = 1 0,36 x 5 = 1,8 0,30 x 5 = 1,5 0,20 x 5 = 1
1,5
Total 2,34 1,8 1,2 2,34 1,8 1,2

Menurut perhitungan Douglas, jumlah perawat yang dibutuhkan


adalah di Ruang Anggrek adalah:
 Tanggal 15 Mei 2018 = Pagi : 2,34=2, Siang : 1,8=2,
Malam : 1,2=1
 Tanggal 16 Mei 2018 = Pagi : 2,34=2, Siang : 1,8=2,
Malam : 1,2=1
Jumlah rerata perawat yang dibutuhkan = 2 + 2 + 1 = 5 orang/
perawat. Perawat yang libur atau cuti 1/3 x 5 = 1,6 = 2 perawat.
Perhitungan ini belum termasuk kepala ruang dan 2 katim. Bila
dihitung secara keseluruhan, maka jumlah perawat yang
dibutuhkan adalah 5+2+1+2 = 10 perawat.

2) Menurut Gillies

Jumlah ketenagakerjaan yang dibutuhkan (x) di ruang


rawat dapat dilihat dari aspek kapasitas ruangan, BOR, jumlah
jam efektif perawatan dan hari libur perawat dalam satu tahun
dengan rumus:
Sedangkan untuk menentukan jam efektif perawatan secara
( X ) = ( BOR x TT ) x jam efektif x hari dalam 1 tahun
( hari dalam 1 tahun – hari libur ) x 7
khusus dapat dikategorikan sebagai berikut :

(1) Minimal care membutuhkan waktu 1-2 jam/24 jam

(2) Parsial care membutuhkan waktu 3-4 jam/ 24 jam

(3) Total care membutuhkan waktu 5-6 jam/ 24 jam.


15
Berikut ini adalah persentase BOR ruang Anggrek RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro periode bulan Desember 2017-Februari
2018 :

Menurut Gillis (2002) jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di


ruang Anggrek sebagai berikut :
Tenaga perawat = A x B x 365

C x Jumlah Jam Kerja/hari

Keterangan:

Apabila BOR : 33,59 % tahun


2017 (3 bulan) Jam kerja efektif =
6,5 jam

A : Jam perawatan efektif per 24 jam = 3,5 jam


B : BOR x jumlah tempat tidur (22) = 33,59% x 22=7,38
C : jumlah hari kerja efektif 365-71 (jumlah libur dalam 1
tahun) – 12 (Cuti dalam 1 tahun)= 282 hari
Jadi jumlah tenaga perawat:

= A x B x 365

C x jumlah jam kerja/hari


3,5x7,38 x365
=
282x6,5 jam

9427,95

16
1833
= 6 perawat

Dari perhitungan di atas jumlah tenaga keperawatan


yang dibutuhkan adalah 6 orang ditambah 1 kepala ruang dan
2 Katim jadi jumlah perawat yang dibutuhkan sebanyak 9
perawat.

3) Depkes
Menurut Depkes (2002), jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang

Anggrek adalah sebagai berikut : Jumlah tenaga keperawatan yang

diperlukan

Jumlah jam perawatan di ruangan/hari


=
Jam kerja efektif perawat

Klasifikasi pasien :

a. Perawatan minimal : 0 x 2 = 0 jam


b. Perawatan intermediet : 2x 3 = 6 jam
c. Perawatan agak berat : 4 x 4 = 16 jam
d. Perawatan berat : 1 x 6 = 6 jam

28 jam

Jumlah tenaga keperawatan yang bertugas :

A = jumlah jam perawatan di ruangan perhari Jam

kerja perawat per shift

= 28 : 7 = 4

17
Jumlah tenaga keperawatan yang libur (loss day)

B = ∑ hari minggu/tahun+hari cuti+ ∑ hari libur x A

∑ hari kerja efektif


B = (52 + 12 +18) x 4)

365 - (52 + 12 +18 )

B= 328

28
B = 1,15

Tugas non keperawatan

C = (A+B) x 25%

C = (4 + 1,15) x 25 %

C = 1,31

Jadi, jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan


menurut Depkes (2002) adalah

=A+B+C

= 4 + 1,15 + 1,31

= 6,46 = 7 perawat
18
Dari perhitungan di atas jumlah tenaga keperawatan
yang dibutuhkan adalah 7 orang ditambah 1 kepala ruang, dan
2 Katim jadi jumlah perawat yang dibutuhkan sebanyak 10
perawat.

4) Perhitungan Metode Thailand Dan Filipina.


Menurut Metode Thailand Filipina, jumlah perawat yang dibutuhkan
di Ruang Anggrek adalah sebagai berikut:

(jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah TT x BOR) + koreksi 25%

(41 jumlah minggu efektif x 40 jam)

Analisa:

Perhitungan tenaga perawat berdasarkan teori, mendapatkan


hasil yang berbeda yaitu

(4 x 52 x 7 x 22x33.59%) + koreksi 25%

(41 x 40)

10570,56 = 6,44 + 1,16 = 8,05 (8)

(1640)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga perawat
di ruang Anggrek masih kurang. Di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
menggunakan metode Thailand dan Fhilipina untuk perhitungan
tenaga perawat belum termasuk kepala ruangan dan katim total tenaga
19
perawat 8+1+2 = 11 orang.

Tabel 2.7 Hasil Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan


Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Tahun 2017

No Metode Hasil Jumlah Keterangan


1 Douglas 10 Perawat
13 Lebih 3
2 Gillies 9 13 Lebih 4
3 Depkes 10 13 Lebih 3
4 Thailand dan 11 13 Lebih 2
Filipina

g. Organizing
1) Struktur Organisasi
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Tahun 2018

Kepala Ruang
Kushariati, S.Kep. Ns

Administrasi
Mardiyem 20

Ka Tim I
Indah Kartikowati, S.Kep. Ns
Perawat Anggota Tim I Perawat Anggota Tim II
1. Eny Susilowati,Amd.Kep 1. Tri Supraptini S.Kep. Ns
2. Suyatmi , Amd. Kep 2. Pentana Wahyu W, S.Kep. Ns
3. Yetiningsih Amd.Kep 3. Lina Indriyanti, Amd.Kep
4. Sulistyaningsih, Amd.Kep 4. Dewi Eko, Amd. Kep
5. Lilis Sumarti S.Kep, Ns 5. Harti Prihatin, Amd.Kep
2) Sistem
6. Marisa, S.Kep.organisasi
Ns dan job description
Sistem organisasi dan job description di ruang Anggrek dilakukan
dengan pembagian Team. Dengan job description sebagai berikut :

a) Kepala Ruang
Perencanaan :
 Menunjuk ketua tim yang bertugas di kamar masing-masing.
 Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya.
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien.
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan pasien.
 Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan staf.
 Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan.
 Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan kelolaan
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
Pengorganisasian dan ketenagaan:
 Merumuskan metode penugasan keperawatan.
 Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan.
 Merumuskan rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara
jelas.
 Membuat rentang kendali diruang rawat.

21
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, misal:
membuat roster dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari
sesuai dengan jumlah dan kondisi pasien.
 Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan asuhan keparawatan
dalam bentuk diskusi, bimbingan dan penyampaian informasi.
 Mengatur dan mengendalikan logistik dan fasilitas ruangan.
 Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek.
 Mendelegasikan tugas kepada ketua tim.
 Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain.
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
 Pre dan post comperen.
 Baside teaching.
Pengarahan:
 Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
 Memberikan pengarahan kepada ketua tim tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan dan fungsi-fungsi manajemen.
 Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
 Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
 Melalui supervisi:
 Supervisi langsung terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan melalui pengamatan sendiri atau laporan
langsung secara lisan dari ketua tim.
 Supervisi tidak langsung dengan cara mengecek, membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan.

22
 Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang
terjadi pada saat itu juga.
 Membimbing bawahan yang kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
 Memberi pujian kepada bawahan yang melaksanakan tugas
dengan baik.
 Memberi teguran kepada bawahan yang membuat kesalahan.
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

Pengawasan:
 Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun anggota tim/ pelaksana mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan secara langsung kepada
pasien.
 Melalui evaluasi : mengevaluasi upaya/ kerja ketua tim dan
anggota tim/ pelaksana dan membandingkan dengan peran
masing-masing serta dengan rencana keperawatan yang telah
disusun.
 Memberi umpan balik kepada ketua tim.
 Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.
 Pengendalian logistik dan fasilitas ruangan.
 Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelayanan
keperawatan.
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
Hasil observasi tugas penanggung jawab ruangan terhadap
sistem asuhan keperawatan dengan model tim Ruang Anggrek
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro pada tanggal 15-16 Mei 2018.

23
Tabel 2.8 Hasil Observasi Kepala Ruang Anggrek
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Tanggal 13-15 Mei 2018

No Daftar Pertanyaan Y T
1. Mengumpulkan data tentang kondisi ruang (personil dan alat) √
2. Merancang tujuan pelayanan keperawatan tingkat ruang rawat √
3. Menyusun rencana kerja kegiatan tahunan ruang rawat √
4. Koordinasi seluruh kegiatan pelayanan √
5. Mendesain struktur organisasi ruang rawat √
6. Merancang tugas pokok dan fungsi perawat primer dan asosiet √
7. Mengembangkan instrumen penilaian kinerja perawat √
8. Menetapkan kebutuhan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan √
9. Merancang dan membuat kriteria kebutuhan jumlah tenaga perawat √
10. Membuat program orientasi perawat baru, membimbing, dan supervise √
11. Membuat jadwal dinas jaga perawat √
12. Menilai tingkat kedisiplinan, etika dan kejujuran perawat √
13. Mendesain rencana pengembangan karir perawat √
Mengadakan pertemuan berkala dalam rangka komunikasi, informasi,
14. √
dan edukasi
15. Memberikan motivasi dan dorongan agar perawat memiliki semangat kerja √
16. Menyelesaikan konflik internal dengan prinsip win-win solution √
17. Memecahkan masalah dan membuat keputusan yang tepat √

24
18. Membangun komunikasi inter/antar perawat dan profesi kesehatan √
19. Menetapkan punishment yang sesuai dan reward yang logis √
20. Membangun gugus kendali mutu asuhan keperawatan √
21. Melakukan audit pasien mingguan dan bulanan √
22. Melakukan monitoring pendokumentasian asuhan keperawatan √
23. Menilai kinerja perawat primer dan asosiet √
Jumlah 20 3
Persentase 86,9%

Keterangan Kriteria :
 Sangat Baik : Bila jawaban Ya 76 – 100%
 Baik : Bila jawaban Ya 60– 75 %
 Cukup : Bila jawaban Ya 40 – 59 %
 Kurang : Bila jawaban Ya < 40 %

Analisa :
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal
15-16 Mei 2018, menunjukkan bahwa 86,9%, kepala ruangan sudah
menjalankan tugas dengan sangat baik dan beberapa tugas yang belum
dilakukan atau terpenuhi sekitar 13,1% yaitu pada poin yang
menjelaskan tentang pengembangan instrument penilaian kerja
perawat, pembuatan program orientasi perawat baru, membimbing dan
supervise membangun gugus kendali mutu asuhan keperawatan.
Dibutuhkan adanya modifikasi untuk mencapai kinerja yang
maksimal seperti diadakannya pre dan post conference setiap hari.
Pada sistem penyusunan shift/ dinas disusun langsung oleh kepala
ruang, dimana kepala ruang bertanggung jawab terhadap kinerja ketua
tim dan perawat pelaksana. Kepala ruang berlatar belakang pendidikan
Ners yang memiliki kompetensi dan dihitung dari banyaknya
pengalaman kerja serta dihitung dari lamanya perawat bekerja.

25
b) Katim
Gaya kepemimpinan untuk ruang Anggrek adalah demokratis,
dimana saat ruangan membahas tentang sesuatu semua perawat
dapat mengungkapakan pendapat, setelah itu diambil suara
terbanyak lalu keputusan tetap ada di tangan kepala ruang.
1) Ketua Tim
 Perencanaan.
- Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya
bersama kepala ruangan.
- Bersama kepala ruangan melakukan pembagian tugas
untuk anggota tim/pelaksana.
- Menyusun rencana asuhan keperawatan.
- Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan.
- Memberi pertolongan segera pada pasien dengan
masalah kedaruratan.
- Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
- Mengorientasikan pasien baru.
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
 Pengorganisasian dan ketenagaan.
- Merumuskan tujuan dari metode penugasan
keperawatan tim.
- Bersama kepala ruangan membuat rincian tugas untuk
anggota tim/pelaksana sesuai dengan perencanaan
terhadap pasien yang menjadi tanggung jawabnya
dalam pemberian asuhan keperawatan.
- Melakukan pembagian kerja anggota tim/ pelaksana
sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.
- Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan
lain.
26
- Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim/ pelaksana.
- Mendelegasikan tugas pelaksanaan proses keperawatan
kepada anggota tim/pelaksana.
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
 Pengarahan
- Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota tim/
pelaksana.
- Memberikan informasi kepada anggota tim/ pelaksana
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.
- Melakukan bimbingan kepada anggota tim/ pelaksana
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.
- Memberi pujian kepada anggota tim/ pelaksana yang
melaksanakan tugasnya dengan baik, tepat waktu,
berdasarkan prinsip, rasional dan kebutuhan pasien.
- Memberi teguran kepada anggota tim/pelaksana yang
melalaikan tugas atau membuat kesalahan.
- Memberi motivasi kepada anggota tim/pelaksana.
- Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai
dengan akhir kegiatan.
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
 Pengawasan .
- Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan anggota tim/ pelaksana asuhan
keperawatan kepada pasien.
- Melalui supervisi: melihat/ mengawasi pelaksanaan
asuhan keperawatan dan catatan keperawatan yang
dibuat oleh anggota tim/ pelaksana serta menerima/
mendengar laporan secara lisan dari anggota
tim/pelaksana tentang tugas yang dilakukan.

27
- Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang
terjadi pada saat itu juga.
- Melalui evaluasi:
 Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/ pelaksana
dan membandingkan dengan peran masing-masing serta
dengan rencana keperawatan yang telah disusun.
 Penampilan kerja anggota tim/ pelaksana dalam
melaksanakan tugas.
 Upaya peningkatan kemampuan, keterampilan dan sikap.
 Memberi umpan balik kepada anggota tim/ pelaksana.
 Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.
 Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan.
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
Berikut ini adalah tabel hasil observasi pelaksanaan tugas Ketua TIM
dengan model tim Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
pada tanggal 15-16 Mei 2018 :

Tabel 2.9
Hasil Observasi Ketua TIM Ruang Anggrek
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Tanggal 15-16 Mei 2018

Ketua TIM
No Daftar Pertanyaan (N=2)
Y T
Mengkaji secara menyeluruh kondisi pasien yang menjadi tanggungjawabnya √
1.
Menganalisis data yang telah dikaji dan merumuskan diagnosa √
2.
keperawatan secara tepat
3. Membuat rencana tindakan keperawatan keperawatan secara rasional √
4. Melakukan tindakan keperawatan sesuai lingkup kewenangannya √
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter penanggungjawab pasien √
Mengkoordinasikan rencana tindakan keperawatan dengan perawat √
6.
asosiet
7. Mengevaluasi perkembangan pasien secara terus menerus dan seksama √
8. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan dengan benar √
28
9. Mendelegasikan beberapa tindakan keperawatan kepada perawat asosiet √
Melakukan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan membuat dischart planning √
10.
11. Melakukan supervisi dan mentoring kepada PA √
12. Merancang kegiatan case conference √
13. Merancang kegiatan ronde keperawatan √
14. Merancang kegiatan peer review √
15. Memimpin pre dan post conference √
16. Memimpin overan jaga √
17. Menjadi agen pembaharu bagi dirinya dan PA √
Jumlah 14 3
Persentase 82,
3%
Keterangan Kriteria :
 Sangat Baik : Bila jawaban ya 76-100%
 Baik : Bila jawaban ya 60-75 %
 Cukup : Bila jawaban ya 40-59 %
 Kurang : Bila jawaban ya < 40 %

Analisa :
Ruang Anggrek memiliki memiliki 1 tenaga Katim dan yang
masuk ke dalam penilaian. Hasil dari observasi dan wawancara
penilaian penugasan Katim didapatkan hasil 82,3% pada kategori
baik dan 17,7 % pada kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa
kinerja Katim di Ruang Anggrek dianggap baik, hal ini diharapkan
menjadi acuan untuk terus meningkatkan professional dalam
kinerjanya. Salah satunya seperti terus belajar dan mengikuti
kegiatan pelatihan atau seminar kesehatan dalam meningkatkan kerja
yang lebih baik lagi, serta melakukan menyelenggarakan diskusi
kasus dengan dokter atau tim kesehatan lain. Kekuatan yang
didapatkan ialah setiap perawat Katim menguasai setiap tindakan
maupun tugas yang ada dalam ruangan dan perawat-perawat yang
ada di ruang Anggrek memiliki pendidikan terendah Diploma
Keperawatan sesuai Undang-Undang. Beberapa hal yang perlu

29
ditingkatkan berdasarkan hasil observasi yaitu dalam merancang
kegiatan case conference, ronde keperawatan dan pre-post
conference dalam hal ini dikarenakan tidak adanya kegiatan tersebut
di Ruang Anggrek.
Menurut Nursalam (2015), syarat dari ketua Tim adalah
Lulusan S1 keperawatan dengan pengalaman kerja minimal 6 bulan,
Lulusan DIII keperawatan dengan pengalaman kerja minimal 2
tahun, mempunyai kemampuan untuk mengelola pasien, peralatan
dan sistem pelayanan, Mempunyai sertifikat khusus manajemen
dasar ruangan, mampu melakukan koordinasi dengan kepala shiff, CI
ruangan dan perawat pelaksana, Tidak bekerja di instansi lain, serta
berakhalak baik berwibawa sehat dan amanah. Sementara ketua Tim
masih perlu meningkatkan kemampuan untuk mengelola pasien,
peralatan dan sistem pelayanan, mempunyai sertifikat khusus
manajemen sehingga dapat meningkatkan kinerja dari Ketua Tim.
Model keperawatan yang digunakan di ruang Anggrek adalah adalah
model keperawatan tim, tetapi dalam pelaksanaannya di Ruang
Anggrek hanya memiliki 1 Ketua Tim yang membawahi 2 Tim.

c) Perawat Pelaksana
 Perencanaan
- Bersama kepala ruang dan ketua tim mengadakan serah
terima tugas.
- Menerima pembagian tugas dari ketua tim.
- Bersama ketua tim menyiapkan keperluan untuk
pelaksanaan asuhan keperawatan.
- Mengikuti ronde keperawatan bersama kepala ruangan.
- Menerima pasien baru.
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
 Pengorganisasian dan ketenagaan.

30
- Menerima penjelasan tujuan dari metode penugasan
keperawatan tim.
- Menerima rincian tugas dari ketua tim sesuai dengan
perencanaan terhadap pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
- Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim.
- Melaksanakan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan
lain.
- Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim/
pelaksana lainnya.
- Melaksanakan asuhan keperawatan.
- Menunjang pelaporan dan pendokumentasian tindakan
keperawatan yang dilakukan.
 Pengarahan.
- Menerima pengarahan dan bimbingan dari ketua tim
tentang tugas setiap anggota tim/ pelaksana.
- Menerima informasi dari ketua tim berhubungan dengan
asuhan keperawatan.
- Menerima pujian dari ketua tim.
- Dapat menerima teguran dari ketua tim apabila melalaikan
tugas atau membuat kesalahan.
- Mempunyai motivasi terhadap upaya perbaikan.
- Terlibat aktif dari awal sampai dengan akhir kegiatan.
- Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.
 Pengawasan.
- Menyiapkan dan menunjukkan bahan yang diperlukan
untuk proses evaluasi serta terlibat aktif dalam
mengevaluasi kondisi pasien.
- Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.

31
32
Berikut adalah hasil observasi pelaksanaan perawat asosiate di Ruang Anggrek pada tanggal 15-16 Mei
2018

Tabel 2.10
Observasi Pelaksanaan Tugas Perawat Assosiate Ruang Anggrek
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Tanggal 15-16 Mei 2018
No Daftar Pertanyaan (N=10) PP1 PP2 PP3 PP4 PP5 PP6 PP7 PP8 PP9 PP10 JUMLAH
PP11
Mengerjakan pengkajian data dan pendokumentasian asuhan keperawatan
1 Y Y
(ketika menerima delegasi tugas) Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y=11
Koordinasi dan kolaborasi dengan perawat primer untuk melaporkan
2 Y Y
kondisi pasien Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y=11

3 Membaca rencana tindakan keperawatan yang disusun perawat primer Y Y


Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y=11
4 Mengerjakan tindakan keperawatan sesuai kewenangannya Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y=11

5 Memantau respon pasien atas tindakan keperawatan yang diberikan Y Y


Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y=11
6 Mencatat tindakan keperawatan pada lembar catatan NCP Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y=11

Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan


7 Y Y
keluarganya(selama pengkajian belum dilakukan penyuluhan kesehatan)
Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y=11
8 Patuh dan mengikuti arahan dan bimbingan perawat primer Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y=11

Menyiapkan pasien tertentu yang akan dibahas dalam ronde keperawatan


9 T T
(selama pengkajian belum pernah dilakuakan ronde keperawatan)
T T T T T T T T Y T=11
10 Menjaga lingkungan kerja tetap aman, nyaman, dan kondusif Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y=`11
11 Mengikuti pre dan post-conference Y T T T Y T T T T T T Y=2, T=9
12 Mengikuti serah terima jaga Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y=11
13 Mengikuti ronde keperawatan (tidak pernah dilakuakn ronde keperawatan) T T
T T T T T T T T Y T=11
14 Mengikuti case conference Y Y T Y T T Y Y Y T T Y=4, T=7
Mengikuti peer review (selama pengkajian tidak ada perawat yang
15 T T
melakukan peer review) T T T T T T T T T T=11
16 Menjadi agen pembaharu bagi dirinya dan perawat lain Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y=11

Jumlah
Y=121 T=49

Persentase 75,6% 30,6%

Keterangan Kriteria :
 Ya : Ya
 Tidak : Tidak
 Sangat Baik : 76 – 100%
 Baik : 60 – 75 %
 Cukup : 40 – 59 %
 Kurang : < 40 %

N=11 perawat pelaksana


Analisa :
Distribusi hasil kajian tugas PA memilih Ya sebesar 75,6%
sehingga masuk kategori baik. Sedangkan 30,6% memilih Tidak. Hal
ini menunjukkan bahwa kinerja PA diruang Anggrek sudah baik.
Namun ada beberapa point yang belum optimal, yaitu keikutsertaan
perawat pelaksana pre dan post conference, mengikuti case conference,
ronde keperawatan, dan peer review. Beberapa hal tersebut menjadi
masalah dikarenakan di ruang anggrek memang tidak ada kegiatan pre
dan post conference, ronde keperawatan, case conference, dan peer
review.

Hal ini diharapkan menjadi acuan untuk terus meningkatkan


professional dalam kinerjanya. Salah satunya seperti terus belajar dan
mengikuti kegiatan pelatihan atau seminar kesehatan dalam
meningkatkan kerja yang lebih baik lagi, serta menyelenggarakan
diskusi kasus dengan dokter atau tim kesehatan lain. Kekuatan yang
terdapat dalam PA yaitu perawat associate terdiri dari 7 perawat yang
berpendidikan terakhir DIII keperawatan yang merupakan level
minimal pendidikan yang harus dilampaui bagi seorang perawat
asosiate dan 6 perawat yang berpendidikan terakhir Ners, setiap
perawat menguasai tugas dan tindakan yang ada diruangan.

3) Pergantian Staff
Sistem pergantian staff perawat di ruang Anggrek menjadi kewenangan
bagian Keperawatan dan Kepegawaian RSUD dr. Soehadi Prijonegoro,
jika ada ruang lain kekurangan jumlah perawat, maka perawat tersebut
dapat dipindahkan sesuai kebutuhan.
4) Cara Meminimalkan Ketidakhadiran Pegawai
Cara Kepala Ruang Anggrek untuk meminimalkan
ketidakhadiran pegawai yaitu dengan cara pembuatan jadwal jaga
perawat yang teratur P-P-S-S-M-M-TP-L, sehingga meminimalkan
kelalaian jaga perawat dan pembuatan jadwal dibuat seminggu sebelum
pergantian bulan. Identifikasi ketidakhadiran perawat ruang Anggrek
selama pengkajian tidak ada, ketidakhadiran perawat dilakukan dengan
bukti surat cuti resmi dari yang ditandatangani oleh bagian Wadir
Umum, dan sepengetahuan Kepala Ruang Anggrek.
Keterlambatan perawat ruang Anggrek selama pengkajian
terdapat beberapa perawat yang datang terlambat saat dilakukannya
operan jaga.
2. Materials
a. Denah Ruangan

Ruang Bermain
BALKON

Ruang Anggrek Anggrek HCU Ruang Anggrek Anggrek Anggrek


Tititpan (6) (5) Tindakan (4) (3) (7) Gudang
Bedah 1-6 1-6 1-3 1-3 1-6
Hidran
WC Pria

WC wanita

Anggrek Linen Kotor Tangga


Ruang
Ruang Nurse Anggrek

Ruang Karu dan


Kosong
Obat (1) (2)
Perinatologi

Station 1-2 1-2

Pantry

dokter
Ruang

Ruang
Wijaya Kusuma

Gambar 2.2
Denah Ruang Mawar RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
b. Komposisi Ruangan
Ruang Anggrek merupakan salah satu ruang rawat inap di RSUD
dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang memberikan pelayanan terdiri dari
HCU, kelas I, kelas II, kelas III, dan ruang titipan anak khusus bedah.
HCU sebanyak 1 kamar, berisi 2 tempat tidur. Kelas I sebanyak 2 kamar
masing-masing berisi 2 tempat tidur. Kelas II sebanyak 2 kamar berisi 3
tempat tidur. Kelas III sebanyak 3 kamar berisi 5 tempat tidur dan
terdapat 1 ruang khusus untuk kamar infeksius. Ruang Anggrek juga
terdapat ruang khusus titipan untuk bedah anak sebanyak 1 kamar berisi
3 tempat tidur.
Ruang Anggrek merupakan salah satu ruang perawatan di RSUD
dr. Soehadi Prijonegoro yang memberikan perawatan bagi pasien laki-
laki dan perempuan yang umurnya kurang dari 29 hari sampai 17 tahun
11 bulan 29 hari. Ruang Anggrek merupakan ruang rawat inap dengan
kasus anak yang memberikan pelayanan untuk pasien umum dan pasien
BPJS.
Terdapat beberapa ruangan yang terdapat di bangsal Anggrek,
seperti : Nurse Station yang digunakan sebagai pusat pelayanan pasien,
1 ruang Kepala Ruangan dan 1 ruang dokter, 1 ruang yang digunakan
untuk penyimpanan obat dan alat. Ruang bermain yang digunakan
sebagai sarana dan prasarana bermain anak serta pengggunaan sebagai
praktikkan untuk melakukkan Satuan Acara Bermain (SAB) dan
terdapat 1 ruang kosong pada ruang Anggrek.

38
c. Inventaris Ruangan
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan dan hasil observasi
langsung inventaris Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro :
1) Inventaris Alat Medis di Ruang Anggrek
Tabel 2.11
Inventaris Alat Medis di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Bulan Januari-April 2018

Kondisi
No Nama Jumlah Observasi Standar Keterangan
Baik Rusak
1 Monitor 2 2 0 2 2/ruangan Baik
2 Infus Pump 2 2 0 2 2/ruangan Baik
3 Syring Pump 2 2 0 2 2/ruangan Baik
4 ECG 1 1 0 1 1/ruangan Baik
5 Nebulizer 2 2 0 2 1/ruangan Baik
6 Glucotes/Tes Gula Darah 1 1 0 1 1/ruangan Baik
7 Set medikasi 1 1 0 1 1/ruangan Baik
8 Lamp Emergency 1 0 1 1 1/ruangan Baik
10 Stetoskop Anak 3 3 0 3 2/ruangan Baik
11 Stetoskop dewasa 3 3 0 3 2/ruangan Baik
12 Suction 1 1 0 1 1/ruangan Baik
Pulse Oksimetri 2 2 0 2 2/ruangan Baik
13 Timbangan 2 2 0 2 1/ ruangan Kurang
14 Timbangan Bayi 1 1 0 1 1/ruangan Baik
15 Oksigen Kecil 2 2 0 2 2/ruangan Baik
16 Regulator 6 6 0 6 4/ruangan Baik
17 Tensimeter raksa 2 2 0 2 3/ruangan Baik
18 Almari Linen 2 2 0 2 2/ruangan Baik
19 Bed Pasien 22 22 0 22 1/pasien Baik
20 Kursi Roda 1 1 0 1 2/ruangan Baik
21 Lemari Obat 1 1 0 1 1/ruangan Baik
22 Senter 2 2 0 2 2/ ruang pasien Kurang
23 Termometer Air Raksa 2 2 0 2 1/ pasien Kurang
24 Termometer Elektrik 2 0 2 2 1/pasien Kurang
25 Tromol 1 1 0 1 1/ ruangan Baik
26 Pispot 8 8 0 8 1/ruangan Baik
27 Urinal 8 8 0 8 1/ruangan Baik
28 Tiang Infus mobile 5 5 0 5 1/ruangan Baik
39
29 Tiang Infus 22 22 22 1/ruangan Baik
30 Ambubag 3 3 0 3 2/ruangan Baik
31 Troli injeksi 2 2 0 2 1/ tim Baik

Sumber : Buku inventaris alat medis dan observasi di Ruang Anggrek Bulan
Januari- Maret 2018
Analisa :
Berdasarkan dari data pengkajian inventaris alat medis
didapatkan total inventaris alat medis sebanyak 31 jenis, alat medis
yang kurang memenuhi standar adalah termometer elektrik.
2) Inventaris Alat Tenun di Ruang Anggrek
Tabel 2.12
Inventaris Alat Tenun di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Bulan Januari-April 2018

Kondisi
No Nama Jumlah Observasi Standar Keterangan
Baik Rusak
1 Bantal 22 22 0 22 1/pasien Baik
2 Guling 12 12 0 12 1/pasien kelas 1 dan 2 Baik
3 Sarung Bantal 50 50 0 50 3/ bantal Kurang
4 Sarung Guling 20 20 0 20 3/ guling Kurang
5 Selimut 50 50 0 50 3/ bed pasien Kurang
6 Sprei 50 50 0 50 3/ bed pasien Kurang
7 Perlak 44 44 0 44 3/ bed pasien Kurang
Sumber : Buku inventaris alat tenun dan observasi di Ruang Anggrek Bulan
Januari- Februari 2018

Analisa :
Berdasarkan dari data pengkajian diatas alat perlengkapan
tenun total inventaris diruang Anggrek sebanyak 7 jenis, alat tenun
belum memenuhi standar. Berdasarkan jumlah tempat tidur di anggrek,
perbandingan alat tenun dan jumlah bed adalah 2 : 1. Sedangkan
standart untuk alat tenun adalah 3 alat tenun : 1 tempat tidur pasien.
Sehingga dapat diketahui bahwa alat tenun di ruang anggrek masih
kurang dan belum standart.
3) Inventaris Alat Non Medis di Ruang Anggrek

40
Tabel 2.13
Inventaris Alat Non Medis di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Bulan Januari- April 2018

Kondisi
No Nama Jumlah Observasi Standar Keterangan
Baik Rusak
1 APAR 2 2 0 2 1/ruangan Baik
2 Jam Dinding 2 2 0 2 1/ ruang perawat dan obat Baik
3 Kipas Angin 14 14 0 14 2/ ruang pasien Baik
4 Kulkas 2 2 0 2 1/ ruang perawat dan obat Baik
5 Lemari Kaca 2 2 0 2 2/ruang tenun baik
6 Lemari Loker 1 1 0 1 1/ruang perawat Baik
7 Lemari Pakaian 1 1 0 1 1/ruang perawat Baik
8 Meja Tulis 5 5 0 5 1/ ruang perawat Baik
9 White Board 1 1 0 1 1/ ruang perawat Baik
10 Wastafel 20 20 - 20 1/kamar Baik
Sumber : Buku inventaris alat non medis dan observasi di Ruang
Anggrek bulan Januari- Februari 2018

Analisa :
Berdasarkan dari data pengkajian diatas alat non medis diruang
Anggrek sebanyak 10 jenis, alat non medis di Ruang Anggrek selama
observasi dalam kategori baik tidak ada yang rusak.

4) Inventaris Administrasi Penunjang


Tabel 2.14
Inventaris Administrasi Penunjang di Ruang Anggrek RSUD
41
dr.Soehadi Prijonegoro Bulan Januari- April 2018

42
No Nama barang Jumlah
1 Assesment Medis Rawat Inap pasien terminal 67 lembar
2 Buku Laporan DHF 1 buah
3 Buku Rekam Medis Anggrek 1 buah
4 Buku Inventaris Bahan Habis Pakai 1 buah
5 Buku Cuci Korden 1 buah
6 Buku Bon Obat Habis Pakai 1 buah
7 Form Surat Istirahat 25 lembar
8 Form Rekonsiliasi Obat 23 lembar
9 Form Keterangan Pulang 18 lembar
10 Daftar Kontrol Paien 57 lembar
11 Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik 65 lembar
12 Buku Register 1 buah
12 Buku Pinjam Alat 1 buah
14 Buku Laporan Pasien Tim 3 buah
15 Form Edukasi 57 lembar
16 Buku Laporan Kerusakan 1 buah
18 Buku Pindah Ruang Anggrek 1 buah
19 Buku Jadwal Ruang Anggrek 1 buah
20 Buku Bon Barang 1 buah
21 Buku Kejadian Luar Biasa 1 buah
22 Form Catatan Pemberian Obat Parenteral 57 lembar
23 Form Persetujuan Transfusi Darah 46 lembar
24 Form Penolakan Transfusi Darah 7 lembar
25 Form Tindakan Keperawatan Harian 58 lembar
28 Form Asessment Ulang Nyeri 3 lembar
29 Form Penolakan Tindakan 29 lembar
30 Lembar Operasi 47 lembar
31 Form Lembar Transfer Pasien Eksternal 21 lembar
32 Form Permintaan Pelayanan Rohani/Spiritual 26 lembar
33 Form Asuhan Keperawatan 68 lembar
34 Form Resiko Jatuh 56 lembar
37 Form Resiko Nyeri 45 lembar
38 Form Grafik Tanda Vital 50 lembar
40 Form Catatan Pemberian Obat 58 lembar
44 Form Transfer Pasien Interns Rumah Sakit 57 lembar
45 Form Assasment Rawat Inap 45 lembar
46 Form Discharge Planning 20 lembar
47 Form Pernyataan APS 17 lembar
48 Form Pernyataan Operasi 14 lembar
49 Form Edukasi Pasien 45 lembar
50 Form Surat Keterangan Pulang 47 lembar
51 Form Lembar Pengantar Radiologi 37 lembar
52 Form Lembar Pengantar Laborat 43 lembar
53 Form Perintah Pindah Ruangan 24 lembar
54 Form Penunjukan Kewenangan Penerima Informasi Medis 17 lembar
55 Form ECG 15 lembar
56 Form Kematian 23 lembar
57 Form Sensus harian 1 buah
58 Buku Laundry 1 buah
43
59 Form Identifikasi Pasien Baru 45 lembar
60 Form Permintaan Diit Pasien 64 lembar
61 Resep 3 buah
62 Buku Registrasi Edukasi 1 buah
63 Buku Vital Sign 3 buah
64 Buku Monitoring Mutu 3 buah
Jumlah = 64
Sumber : Buku inventaris Januari- Februari 2018 ruang Anggrek Bulan RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro

Analisis :
Berdasarkan diatas inventaris alat tulis kantor yang dimiliki
ruang Anggrek yang ada sebanyak 64 inventaris alat tulis kantor sudah
banyak yang sesuai dan mencukupi, akan tetapi pada buku laporan
Tim Kurang sesuai. Dikarenakan buku laporan Tim tidak terbagi
menjadi 2 tim, namun terbagi sesuai dokter spesialis anak yang ada
menjadi 3 buku laporan Tim. Assement Ulang Nyeri perlu
ditambahkan formatnya dikarenakan jumlahnya hanya 3 lembar.

5) Inventaris Ruang Bermain

Tabel 2.15
Inventaris Ruang Bermain di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Bulan April 2018

Kondisi
No Nama Jumlah Observasi Standar Keterangan
Baik Rusak
1 Kuda-kudaan 3 3 0 3 1/ ruangan Baik
2 Persegi 8 8 0 8 1/ ruang pasien Baik
3 Lingkaran Kecil 8 8 0 8 1/ ruang pasien Baik
4 Bola Plastik 1 1 0 1 Baik
5 Bebek 1 1 0 1 Baik
6 Bola Kayu 1 1 0 1 Baik
7 Robot Kayu (bagiannya adu) 16 16 0 16 Baik
44
8 Kubus Alfabet 15 15 0 15 Baik
9 Kubus Piramida 15 15 0 15 Baik
10 Bolling 6 6 0 6 Baik
11 Papan Alfabet 26 26 0 26 Baik
12 Papan Angka 10 10 0 10
1 Set Bangunan (balok,
13 43 43 0 43 Baik
persegi, segi 3)
14 1 Set Ular Tangga Kayu 8 8 0 8 Baik
Sumber : Buku inventaris Ruang Bermain di Ruang Anggrek bulan
April 2018

Analisa :
Berdasarkan dari data pengkajian diatas ruang bermain di ruang
Anggrek sebanyak 14 jenis permainan di ruang bermain di Ruang
Anggrek selama observasi dalam kategori baik tidak ada yang rusak
dikarenakan ruang bermain baru dioperasikan sejak bulan April 2018.

d. Sterilisasi Alat
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat di Ruang Anggrek
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro pelaksanaan sterilisasi alat dilakukan di
CSSD. Kemudian setelah alat selesai ruangan mengambil alat yang
sudah steril di CSSD dan kemudian setelah selesai digunakan diantar
kembali ke CSSD dengan box container unuk di sterilisasi kembali.

e. Fasilitas Kamar Pasien


(1) Fasilitas ruang kelas 1 : Tiap kamar berisi : 2 bed pasien, terdapat 2
buah kipas angin, kursi penunggu, 1 buah televisi 2 buah wastafel
dan kamar mandi.
(2) Fasilitas ruang kelas 2 : tiap kamar berisi : 3 bed pasien, terdapat 2
buah kipas angin, kursi penunggu, 2 buah wastafel dan kamar
mandi.
(3) Fasilitas ruang kelas 3 : tiap kamar berisi : 5 bed pasien, terdapat 2
buah kipas angin, kursi penunggu, 1 wastafel dan kamar mandi

45
(4) Fasilitas HCU : tiap ruangan berisi : 2 bed pasien, terdapat AC, 2
wastafel, monitor dan kamar mandi
f. Fasilitas Staff
Fasilitas staf di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro yaitu
ruang perawat/nurse station, ruang tindakan yang dipergunakan untuk
menaruh linen, lemari loker, kamar mandi perawat, dan ruang obat.

3. Methods
a. Metode penugasan
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan pada pasien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode. Pemberian metode asuhan
keperawatan profesional dengan semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, maka metode sistem pemberian
asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.
Metode pemberian asuhan keperawatan MAKP merupakan
penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan.
Agar implementasi MAKP memberikan dampak yang lebih optimal,
perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan keperawatan.
Pada MAKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah
ada sistem yang tepat untuk menerapkannya.
Metode yang digunakan di ruang Anggrek adalah metode TIM.
Metode Tim merupakan pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok perawat kepada sekelompok klien yang dipimpin oleh
perawat teregistrasi dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan
dalam bidangnya. Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh
pimpinan kelompok/Ketua Tim. Selain itu Ketua Tim bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum tugas dan menerima
laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu
anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan.

46
Metode tim terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri atas tenaga
professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang
saling membantu. Dimana enam-tujuh perawat professional dan
perawat pelaksana bekerja sebagai satu tim yang disupervisi oleh ketua
tim.
Penerapan metode tim yang terdapat di ruang anggrek terdiri dari
kepala ruang, 1 orang katim, dan perawat pelaksana. Berdasarkan hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Tim di ruang
anggrek masih belum sesuai dengan definisi metode Tim yang telah
dijelaskan sebelumnya, yaitu seharusnya dalam penerapan metode Tim
terdapat 2 – 3 tim, namun di ruang Anggrek hanya terdapat 1 orang
katim. Selama penerapan metode tim dengan hanya 1 ketua tim di ruang
anggrek belum ada perawat yang mempertanyakan tentang kesenjangan
tersebut, hal tersebut dikarenakan perawat di ruang anggrek masih
belum terlalu mengetahui tentang Metode Tim yang selama ini di
terapkan di ruangan.

b. Pelaksanaan timbang terima


Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan
atau belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan
dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung
47
jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Nursalam,
2014).
Bagan 2.1 Alur Timbang Terima

PASIEN

DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA KEPERAWATAN


MASALAH KOLABORATIF

RENCANA TINDAKAN

YANG TELAH DILAKUKAN YANG AKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN KEADAAN
PASIEN

MASALAH :

TERATASI
BELUM TERATASI
TERATASI SEBAGIAN
BARU

Pelaksanaan timbang terima pasien di ruang Anggrek


dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat mengetahui
perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

Tabel 2.16

Pelaksanaan Overan jaga Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro


Tanggal 15 – 16 Mei 2018

TAHAP KEGIATAN Ceklist


Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan setiap √
pergantian shift/ operan √
48
2. Prinsip timbang terima, semua pasien baru
masuk dan pasien yang dilakukan timbang terima khususnya
pasien yang memiliki permasalahan yang belum/ dapat
teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut
3. PP menyampaikan timbang terima pada PP
berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam timbang √
terima: √
 Jumlah pasien √
 Identitas klien dan diagnosa medis √
 Data (keluhan/ subjektif dan objektif) √
 Masalah keperawatan yang masih muncul
 Intervensi keperawatan yang sudah dan belum √
dilaksanakan (secara umum) √
 Intervensi kolaboratif dan dependen
 Rencana umum dan persiapan yang perlu
dilakukan dalam kegiatan operatif, pemeriksaan
laboratorium / pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau untuk
prosedur yang tidak rutin dilaksanakan.
Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan
Pelaksanan 1. Kedua kelompok dinas sudah siap (shift jaga) -
2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan √
buku catatan -
3. Kepala ruang membuka acara timbang terima √
4. Perawat yang melakukan timbang terima
dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab, dan melakukan
validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan dan
berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas. -
5. Kepala ruangan / PP menanyakan kebutuhan √
dasar pasien √
6. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat
7. Perawat yang melaksanakan timbang terima
mengkaji secara penuh terhadap masalah keperawatan,
kebutuhan, dan tindakan yang telah atau belum dilaksanakan √
serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan
8. Hal-hal yang bersifat khusus dan memerlukan
perincian yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk √
kemudian diserah terimakan kepada petugas berikutnya
9. Lama timbang terima untuk tiap pasien tidak
49
lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan
memerlukan keterangan yang rumit
Penutup 1 Diskusi √
2 Pelaporan untuk timbang terima dituliskan √
secara langsung pada format timbang terima yang
ditandatangani oleh PP yang jaga saat itu dan PP yang jaga
berikutnya diketahui oleh kepala ruang
3 Ditutup oleh kepala ruang -

Prosentase: 14/18 77%

Keterangan Kriteria :
 Sangat Baik : 76 – 100%
 Baik : 60 – 75 %
 Cukup : 40 – 59 %
 Kurang : < 40 %
Analisa :
Pelaksanaan timbang terima pasien di ruang Anggrek
dilaksanakan setiap pergantian shift. Dari data penilaian diatas
dapat disimpulkan bahwa kegiatan operan jaga di ruang anggrek
berjalan dengan baik dengan nilai penilaian 77%. Namun, masih
terdapat 23% kegiatan yang belum terpenuhi, diantaranya ada
perawat yang belum hadir atau terlambat hadir saat pelaksanaan
timbang terima, kepala ruangan/ PP tidak menanyakan kebutuhan
dasar pasien, kepala ruang tidak membuka dan menutup operan hal
tersebut dikarenan karu dan katim hanya hadir di pagi hari,
sedangkan untuk shif siang dan malam karu dan katim tidak ada
jadwal shif.

Diharapkan dalam pelaksanaan timbang terima di shift pagi


karu dapat memimpin jalannya timbang terima sehingga perawat
lain akan lebih tertib baik untuk waktu kedatangan maupun

50
pelaksanaan timbang terima. Diharapkan pula dalam pelaksanaan
timbang terima tersebut kebutuhan dasar pasien benar-benar
dibahas dan menjadi perhatian dan tanggung jawab bersama.

c. Alur penerimaan pasien


Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima
kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien
baru disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan,
medis, dan tata tertib ruangan.

51
Tujuan penerimaan pasien baru :
1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik
2) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan klien
3) Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk Rumah Sakit.

Pelaksaan alur penerimaan pasien di ruang Anggrek yaitu :

1) Tahap pra penerimaan pasien baru


a) Menyiapkan kelengkapan administrasi
b) Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
c) Menyiapkan format penerimaan pasien baru
d) Menyiapkan format pengkajian
e) Menyiapkan informed consent sentralisasi/pengelolaan obat.
f) Menyiapkan nursing kit
g) Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan
h) Menyiapkan lembar hak dan kewajiban pasien
i) Menyiapkan kartu penunggu
2) Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru
a) Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/ KaTim /
perawat yang diberi delegasi.

52
b) Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya.
c) Perawat menunjukkan kamar/ tempat tidur klien dan mengantar
ke tempat yang telah ditetapkan.
d) Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat
tidur (apabila pasien datang dengan branchard/ kursi roda) dan
berikan posisi yang nyaman
e) Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan
format.
f) Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar.
g) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat
memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang
orientasi ruangan, perawatan (termasuk perawat yang
bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang
bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata tertib ruangan.
h) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang
telah disampaikan
i) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani informed concent sentralisasi obat.
j) Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuesioner tingkat
kepuasan pasien.
Pelaksanaan orientasi alur pasien baru di ruang Anggrek yaitu :

1) Pelaksanaan secara efektif dan efisien


2) Dilakukan oleh kepala ruangan atau Katim atau perawat
assosiate yang telah diberi wewenang / delegasi.
3) Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi klien
4) Ajak pasien dan keluarga komunikasi yang baik dan berikan
sentuhan terapeutik

53
Adapun peran perawat dalam penerimaan pasien baru di ruang Anggrek
yaitu :

1) Kepala ruangan
Menerima pasien baru

2) Ketua Tim
a) Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru
b) Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
c) Melakukan pengkajian pada pasien baru
d) Mengorientasikan klien pada ruangan
e) Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang
bertanggung jawab
f) Memberikan penjelasan tentang sentralisasi obat pada pasien
g) Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
3) Perawat Pelaksana
Membantu KaTim dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru

Tabel 2.17

Pelaksanaan Penerimaan pasien baru Ruang Anggrek Tanggal 15-16 Mei 2018

No Kegiatan Ceklist

1 Menyiapkan kelengkapan adminsitrasi (form penerimaan pasien √


baru, lembar tata tertib, format pengkajian, informed concent,
centralisasi obat)

2 Menyiapkan fungsi kamar sesuai pesanan √

3 Menyiapkan nursing kit √

4 Karu, PP yang diberi delegasi dan PA menyambut kedatangan √


pasien

5 Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga -

54
6 Perawat mengantar pasien ke tempat tidur yang telah ditetapkan √

7 Memindahkan pasien dari brankard ke tempat tidur √

8 Mengatur posisi pasien dan peralatan pasien, infus dll √

9 Mengecek kelengkapan administrasi dari perawat pengantar √

10 Memperkenalkan pasien baru kepada pasien sekamar -

11 Mengkaji keadaan umum pasien √

12 Melengkapi atau mengkaji pasien √

13 Menginventarisasi barang-barang yang dibawa pasien dan -


menyimpan di almari pasien, barang yang tidak diperlukan dibawa
pulang keluarga pasien

14 Melakukan orientasi ruangan (peralatan yang bisa digunakan), -


perawatan (perawat yang bertanggung jawab, sentralisasi obat),
medis (dokter, jadwal visit), tata tertib

15 Perawat menanyakan kejelasan informasi yang telah disampaikan -

16 Perawat berpamitan dan mengucapkan salam √

Prosentase 11/16 x 100% 68,75 %

Keterangan Kriteria :
 Sangat Baik : 76 – 100%
 Baik : 60 – 75 %
 Cukup : 40 – 59 %
 Kurang : < 40 %
Analisa :

Alur penerimaan pasien di ruang anggrek cukup baik yaitu


bernilai 68,75 % namun masih perlu diperbaiki kembali karena masih
ada 31,25% yang kurang terutama terkait penjelasan ruangan dan tata
tertib ruangan. Selain itu perawat juga perlu memperkenalkan diri
kepada pasien dan keluarga sehingga keluarga pasien tidak bingung
55
untuk meminta bantuan kepada siapa jika ada yang dibutuhkan. Dan
diharapkan perawat memperkenalkan pasien yang ada disamping pasien
baru.

d. Pendokumentasian asuhan keperawatan.


Di Indonesia, standar keperawatan disusun oleh Depkes yaitu :
1) Standar I pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesis, observasi
yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara terus-
menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan
keperawatan sehingga data keperawatan harus bermanfaat bagi
semua anggota tim. Data pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah.
2) Standar II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan
berdasakan data status kesehatan pasien, dianalisis dan
dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan komponennya
terdiri dari masalah, penyebab dan gejala (PES) bersifat aktual dan
potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
3) Standar III perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
4) Standar IV Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
56
maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan dan
pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan keluarga.
5) Standar V Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien.
6) Standar VI Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat
selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan
sebagai informasi, komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat
setelah tindakan dilakukan. Sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatan setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau
paraf atau nama perawat, menggunakan formulir yang baku, dan
disimpan sesuai peraturan yang berlaku.
Standar keperawatan menurut Depkes RI meliputi :
1) Standar Pelayanan Keperawatan (SPK)
2) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Saat ini sedang dikembangkan persamaan penggunakan
bahasa standar dalam penentuan diagnosa keperawatan
berdasarkan NANDA (North American Nursing Diagnosa),
penetapan tujuan dengan NOC (Nursing Outcome
Clasification), dan rencana intervensi dengan NIC (Nursing
Intervention Clasification). Ruang perawatan mempunyai
prosedur tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar
Asuhan Keperawatan) minimal 5 kasus terbanyak penyakit
yang ada di ruangan, diperlukan menentukan mutu, kegiatan-
kegiatan dan untuk menilai mutu, seberapa baik kegiatan
dikerjakan. Di ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
pendokumentasian dilakukan di status pasien,dan di lengkapi
dengan buku bantu.
Tabel 2.18
57
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Diruang Rawat Inap Anggrek RSUD
Dr.Soehadi Prijonegoro Sragen.

No Standar Asuhan Keperawatan Jumlah

1 Standar asuhan keperawatan GEA 1


2 Standar asuhan keperawatan Bronchitis akut 1
3 Standar asuhan keperawatan ISPA 1
4 Standar asuhan keperawatan Kejang demam 1
5 Standar asauhan keperawatan Tonsilitis Kronik 1
6 Standar asuhan keperawatan DHF 1
7 Standar asuhan keperawatan Epilepsi 1
8 Standar asuhan keperawatan Demam Thypoid 1

Analisa :
Di ruang rawat inap Anggrek sudah memiliki SAK, SAK
yang telah dibuat telah menggunkan standar asuhan keperawatan
NANDA NIC-NOC yang lama sehingga perlu adanya penambahan
atau pembuatan SAK dengan menggunakan standar asuhan
keperawatan NANDA 2015 -2017 NIC-NOC. Dari 5 besar kasus, 5
besar yang muncul selama 3 bulan terakhir ini terdapat SAK
(Standar Asuhan Keperawatan) sudah di miliki oleh ruang rawat
inap Anggrek. Selain 5 penyakit terbanyak, ruang Anggrek juga
dilengkapi SAK penyakit lainnya.
Berikut ini hasil dari penilaian pendokumentasian asuhan
keperawatan terhadap 7 rekam medis dari pasien di Ruang
Anggrek. Hasil di dapatkan dari lembar observasi yang berisikan
22 pertanyaan. Jawaban pada pertanyaan berupa pilihan jawaban
“ya” bernilai 1 dan jawaban “tidak” bernilai 0.
Pendokumentasian dilakukan pada tanggal 15 – 16 Mei 2018.

58
Tabel 2.19
Hasil Penilaian Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Ruang Anggrek RSUD
Soehadi Prijonegoro tanggal 15 – 16 Mei 2018
No Daftar
Pertanyaan N=7
Y T
1 Hasil pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian 5 2
2 Data yang dicatat dikelompokkan (bio-psiko- 5 2
sosio- spiritual)
3 Pengkajian data mulai pasien masuk RS sampai pulang 6 1

Presentase: 76%

4 Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah 7 0


dirumuskan
5 Diagnosa keperawatan bersifat aktual atau potensial 5 2
6 Rumusan diagnosa keperawatan mencerminkan 5 2
7 PE/PES tindakan disusun berdasarkan diagnosa
Rencana 6 1
8 perawatankeperawatan disusun menurut urutan prioritas
Diagnosa 7 0
Presentase: 85%
9 Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat 7 0
perintah, terinci dan jelas.
10 Penetapan rencana tindakan menggambarkan 7 0
keterlibatan pasien dan keluarganya
11 Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan 7 0
tim kesehatan lain
Presentase: 100%
12 Semua tindakan keperawatan mengacu pada rencana 7 0
perawatan
59
13 Respon pasien atas tindakan keperawatan dicatat pada 6 1
lembar evaluasi
14 Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat dengan
7 0
ringkas dan jelas
Presentase:

15 Evaluasi tindakan mengacu pada tujuan yang 3 4


16 ditetapkan
Semua hasil evaluasi kepada pasien dicatat dengan 6 1
jelas
Pesentase 64%
17 Catatan askep ditulis pada format yang baku 7 0
18 Pencatatan ditulis dengan jelas dan ringkas 7 0
19 Perawat mencatat nama dan tanggal/jam tindakan 7 0
20 Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan 7 0
ketentuan yang berlaku
Persentase 54/80x100= 80%

Keterangan Kriteria :
 Sangat Baik : 76 – 100%
 Baik : 60 – 75 %
 Cukup : 40 – 59 %
 Kurang : < 40 %
Analisa :
Dari data penilaian dokumentasi ruang anggrek diatas
menunjukkan sangat baik yaitu 80 % , namun ada 20 % yang perlu
diperbaiki terkait masalah dokumentasi, yaitu pada pengkajian
kadang-kadang masih kosong dan belum terisi lengkap, kemudian
masalah kelengkapan rumusan diagnosa yang terkadang tidak di
ceklist. Serta terdapat evaluasi yang masih tidak sesuai dengan
tujuan yang telah dibuat, contohnya pada rekam medis ada 2
diagnosa namun hanya 1 yang dievaluasi.

e. Discharge planning

60
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan
untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan
pelayanan social sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang
merupakan proses yang dinamis agar tim kesehatan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan
perawatan mandiri di rumah. Perencanaan pulang didapatkan dari
proses interaksi ketika perawat professional, pasien dan keluarga
berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas
keperawatan. Perencanaan pulang diperlukan oleh pasien dan harus
berpusat pada masalh pasien, yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif,
serta perawatan rutin yang sebenarnya (Nursalam, 2014).
Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan yang
terintegrasi yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu di rumah
sakit dengan perawatan yang diberikan setelah pasien pulang.
Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan
perawatan di rumah. Namun, sampai saat ini perencanaan pulang bagi
pasien yang dirawat belum optimal karena peran perawat masih terbatas
pada pelaksanaan kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya berupa informasi
tentang jadwal kontrol ulang.(Nursalam, 2014).
Perencanaan pulang bertujuan :
1) Menyiapkan pasien dengan keluarga secara fisik, psikologis dan
social.
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3) Meningkatkan perawtan yang berkelanjutan pada pasien
4) Membantu rujukan pasien pada system pelayanan yang lain
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan
status kesehatan pasien
6) Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.
61
Perencanaan pulang bertujuan membantu pasien dan keluarga
untuk dapat memahami permasalahan dan upaya pencegahan yang
harus ditempuh sehingga dapat mengurangi risiko kambuh, serta
menukar informasi antara pasien sebagai penerima pelayanan dengan
perawat dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit (Nursalam,
2014).
Prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang antara lain:
1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga nilai
keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan di evaluasi
2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi lalu dikaitkan dengan masalah
yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera
diantisipasi
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena merupakan
pelayanan multi disiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4) Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga atau sumber daya
maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system atau tatanan
pelayanan kesehatan.

Komponen perencanaan pulang terdiri atas :


1) Perawatan di rumah meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan
kesehatan (health education) mengenai diet, mobilisasi, waktu
control dan tempat control pemberian pelajaran disesuaikan dengan
tingkat pemahaman dan keluaraga mengenai perawatan selama
pasien di rumah nanti
2) Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya, meliputi dosis, cara
pemberian dan waktu yang tepat minum obat

62
3) Obat-obat yang dihentikan, karena meskipun ada obat-obatan
tersebut sudah tidak diminum lagi oleh pasien, obat-obat tersebut
tetap dibawah pulang pasien
4) Hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan luar sebelum MRS
dan hasil pemeriksaan selama MRS, semua diberikan ke pasien saat
pulang
5) Surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat kontrol.
Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perencanaan pulang adalah :
1) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi dan
perawatan yang diperlukan
2) Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam keluarga
3) Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan
mereka member asuhan
4) Bantuan yang diperlukan pasien
5) Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan,
minum, eliminasi, istirahat dan tidur, berpakaian, kebersihan diri,
keamanan dari bahaya, komunikasi, keagamaan, rekreasi dan
sekolah
6) Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat
7) Sumber finansial dan pekerjaan
8) Fasilitas yang ada di rumah dan harapan pasien setelah dirawat
9) Kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien sebelum


pasien diperbolehkan pulang adalah sebagai berikut.
1) Pendidikan kesehatan: diharapkan bisa mengurangi angka kambuh
atau komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien serta
keluarga tentang perawatan pasca rawat.
2) Program pulang bertahan: bertujuan untuk melatih pasien untuk
kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat. Program ini
63
meliputi apa yang harus dilakukan pasien di rumah sakit dan apa
yang harus dilakukan oleh keluarga.
3) Rujukan: integritas pelayan kesehatan harus mempunyai hubungan
langsung antara perawat komunitas atau praktik mandiri perawat
dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan
pasien di rumah

 Pengetahuan tentang perawatan penyakitnya:


Jumlah pasien yang kurang pengetahuan x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

 Perencanaan pasien pulang (discharge planning):


Jumlah pasien yang tidak dibuat pada periode tertentu x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

Berdasarkan hasil observasi di ruang Anggrek perawat


menjelaskan tentang obat pasien dan menjelaskan surat kontrol yang
harus dibawah setiap kali periksa pada pasien yang sudah dizinkan
pulang, pada pasien yang pulang atas permintaan sendiri tidak berikan
obat dan surat kontrol. Sehingga pelaksanaan discharge planning di
ruang Anggrek belum berjalan secara optimal karena belum ada format
khusus untuk discharge planning untuk setiap diagnosa medis, yang
tersedia discharge planning secara umum yang dibawakan pasien
pulang. Saat ini pasien hanya diberi surat keterangan pulang dan surat
kontrol saja.

64
Tabel 2.20
Hasil Penilaian Discharge Planning Ruang Anggrek RSUD
Soehadi Prijonegoro tanggal 15 – 16 Mei 2018
(dari 1 kegiatan discharge planning yang diamati)
No Kegiatan Ceklist

1 PP mengidentifikasi pasien yang direncanakan untuk pulang √

2 PP menyiapkan lembar discoharge palnning dan kelengkapan yang lain √

3 Mengucapkan salam √

4 PP melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga -

5 PP dibantu dengan PA melakukan pemerikasaan fisik sesuai kondisi pasien √

6 PP memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan untuk pasien dan √


keluarga untuk perawatan di rumah tentang: aturan diet, obat yang harus
diminum, rencana control, yang dibawa saat control

7 PP memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk mencoba -


mendemonstrasikan penkes yang telah diajarkan

8 PP memberikan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya bila belum √


paham

9 PP mengajak pasien dan keluarga berdo’a atas diberikannya kesembuhan -

10 PA mengantar pasien sampai lobi RS √

11 Mengucapkan salam √

Prosentase 72,7 %

Keterangan Kriteria :
 Sangat Baik : 76 – 100%
 Baik : 60 – 75 %
 Cukup : 40 – 59 %
 Kurang : < 40 %
Analisa :

Dari hasil penilaian discharge planning di ruang anggrek


diatas didapatkan prosentase 72,7%, hasil tersebut menunjukkan
65
pelaksanaan discharge planning di ruang anggrek sudah baik.
Namun masih terdapat 27,3% kegiatan dalam discharge planning
belum dilaksanakan diantaranya yaitu, PP tidak melakukan kontrak
waktu dengan pasien dan keluarga, keluarga tidak diberi
kesempatan untuk mendemonstrasikan penkes yang telah
diajarkan, serta keluarga tidak diajak berdo’a sebelum mengakhiri
kegiatan discharge planning.

f. Ronde keperawatan.
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat
disamping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh Primary
Nurse dan atau Konselor, Kepala Ruangan, Associate Nurse yang perlu
juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan.

Karakteristik :
 Pasien dilibatkan secara langsung.
 Pasien merupakan fokus kegiatan.
 AN, PN, dan konselor melakukan diskusi bersama.
 Konselor memfasilitasi kreativitas.
 Konselor membantu mengembangkan kemampuan AN dan PN
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
Di ruang Anggrek tidak dilakukan ronde keperawatan
dikarenakan kurangnya pengetahuan dari perawat ruang anggrek terkait
ronde keperawatan dan saat ini belum ada kasus yang urgent untuk
dilakukan ronde keperawatan oleh perawat serta sampai saat ini tidak
ada masalah dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
66
g. Komunikasi efektif dan terapeutik
Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi
dengan berbagai anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang
membentuk hubungan perawat klien juga dapat diterapkan dalam
hubungan sejawat, yang berfokus pada pembentukan lingkungan kerja
yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis. Komunikasi ini berfokus
pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok, kolaborasi,
konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan manajemen.
Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi, termasuk berbicara
dalam presentasi, persuasi, pemecahan masalah kelompok, pemberian
tinjauan performa, dan penulisan laporan. Didalam lingkungan kerja,
perawat dan tim kesehatan membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik
untuk membangun kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua orang
memilki kebutuhan interpribadi akan penerimaan, keterlibatan,
identitas, privasi, kekuatan dan kontrol, serta perhatian. Perawat
membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan dari
pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan dan harus
dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan klien, sejawat dan
rekan kerja. (Potter & Perry, 2009).

1) Perawat dengan pasien


Perawat penting menggunakan komunikasi terapeutik
berguna dalam pelaksanaan keperawatan, sehingga dapat mengetahui
apa yang sedang dirasakan dan yang dibutuhkan oleh pasien. Dan
dengan komunikasi terapeutik yang ditunjukkan dengan sikap yang
hangat, tulus, dan penuh perhatian dapat menimbulkan
salingpercaya, saling menghargai dan saling menghormati sehingga
pasien dapat menerima tingkat mutu pelayanan kesehatandengan
penuh pengertian dan kekecewaan pasien tidak timbul atau dapat
dihindarkan.

67
Hasil wawancara terhadap 7 orang pasien di ruang Anggrek
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro pada tanggal 15 Mei sampai dengan
16 Mei 2018, 4 orang mengatakan komunikasi perawat baik, 2 orang
mengatakan komunikasi perawat biasa saja dan 1 orang mengatakan
komunikasi perawat kurang, hal ini dilihat dari segi kualitasnya. Dan
pasien mengatakan bahwa mereka lebih tenang dan merasa lebih
dekat pada perawat yang menggunakan komunikasi baik, ramah. dan
pasien mengatakan masih adanya perawat yang judes, kurang ramah,
kurang perhatian, tidak cepat tanggap terhadap keluhan pasien, tidak
mengajak komunikasi saat tindakan (tidak komunikatif), pasien
mengharapkan agar perawat lebih banyak berinteraksi dengan
pasien, agar pasien lebih nyaman, aman dan tenang.
Diharapkan perawat ruang anggrek mendapatkan serta
mengikuti pelatihan, seperti pelatihan service excellent, komunikasi
efektif, dan pelatihan lainnya yang dapat meningkatkan kualitas
pelayanan khususnya di bangsal keperawatan anak.

2) Perawat dengan perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien
komunikasi antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat
sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan
rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat
dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat
berjalan dengan baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan
profesional, hubungan struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan
hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung
jawab yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi
berdasarkan jabatan atau struktur masing- masing perawat dalam
68
menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya
dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat
pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan
perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala
ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan
struktural.
Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan
hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi
komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait
dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan
tugas dan wewenangnya.
Hubungan komunikasi antara perawat dengan perawat di
ruang Anggrek, yaitu telah adanya kesinambungan informasi tentang
klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan
perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik.

3) Perawat dengan tenaga medis lainnya


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan
interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan
kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter dalam berbagai
bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan
asuhan keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat
diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang
telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri.
Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.
Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja
didiagnosa kejang demam pulang kerumah, perawat dan dokter
bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana
pertolongan pertama pada anak yang mengalami kejang di rumah.

69
Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat
terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat
adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta
keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil
laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti
mengenai penyakit pasien.
Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah
menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk
belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat
berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta
mencapai tujuan yang diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan
dengan baik apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan
bukan hanya menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter
sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan.
Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data
asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan
dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta
memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat
terwujud dengan baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara
perawat dengan dokter.
Pelaksanaan komunikasi efektif diruang Anggrek terutama
pelaksanaan SBAR pada saat laporan dengan dengan dokter belum
berjalan maksimal. Berdasarkan hasil pengamatan beberapa perawat
dalam mendokumentasikan SBAR di catatan terintegrasi berbeda-
beda antara perawat satu dengan yang lain. Belum ada format
bakunya.

70
Tabel 2.21
Hasil Penilaian Kolaborasi Ruang Anggrek RSUD Soehadi Prijonegoro
tanggal 15 – 16 Mei 2018
No Kegiatan Checlist
1 Dokter-Perawat Primer telah siap √
2 Mengucapkan salam √
3 Saling menghargai dan kerjasama √
4 Menetukan/menyeleksi bersama klien yang akan didiskusikan √
5 Dokter meminta informasi tentang pasien √
6 Perawat memberikan informasi tentang kondisi pasien √
7 Dokter meminta pendapat tentang penyelesaian masalah pasien √
8 Perawat memberi usulan terkait penyelesaian masalah pasien √
Saling memberi penghargaan terkait topik penyelesaian masalah
9 √
pasien
10 Kepala ruang atau katim memimpin ronde ke kamar pasien -
1
Katim memberi salam kepada pasien √
1
1
Katim menanyakan keluhan kepada pasien untuk klarifikasi -
2
1
Membuat keputusan bersama √
3
1
Dokter- perawat primer saling memberikan pendidikan kepada pasien √
4
1
Saling memberikan dukungan/persetujuan √
5
1
Berpamitan kepada pasien dan mengucapakan salam √
6
1
Mendokumentasikan hasil kolaborasi √
7
1
Menutup kolaborasi dan mengucapkan salam √
8
89
Prosentase
%

71
Keterangan Kriteria :
 Sangat Baik : 76 – 100%
 Baik : 60 – 75 %
 Cukup : 40 – 59 %
 Kurang : < 40 %

Analisa :
Pelaksanaan kegiatan kolaborasi di ruang Anggrek dapat dikatakan
sangat baik, karena berdasarkan penilaian yang telah dilakukan didapatkan
hasil prosentase 94%, yang artinya setiap langkah dalam kegiatan
kolaborasi sebagian besar telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur
operasional yang ada. Namun masih terdapat 11% yang perlu diperbaiki,
diantaranya yaitu sebaiknya kepala ruang atau katim memimpin ronde ke
kamar pasien, serta katim menanyakan keluhan kepada pasien untuk
klarifikasi.

72
Tabel 2.22
Hasil Penilaian SBAR RSUD Soehadi Prijonegoro tanggal 15 – 16 Mei 2018

No Kegiatan Ceklist
SITUATION
1 Ucapkan salam √
2 Sebutkan nama perawat dan unit/ruangan √
3 Sebutkan nama pasien dan no ruang √
4 Menjelaskan kondisi klien saat ini √
BACKGROUND
5 Sebutkan diagnose medis pasien √
6 Sebutkan riwayat medis pasien √
7 Penjelasan singkat dari pengobatan sampai saat ini -
ASSESEMENT
8 Sebutkan vital sign, TD, N, S, P √
9 Jelaskan apakah ada perubahan hasil pengkajian, seperti: status √
mental, status pernapasan, warna kulit, perubahan neurologis,
irama jantung, nyeri, drainage luka muskuluskeletal (kelemahan,
deformitas), gangguan pencernaan (mual, muntah,diare)
10 Menjelaskan tindakan yang sudah dilakukan -
RECOMMENDATION
11 Menanyakan apa yang harus dilakukan √
12 Menanyakan apakah ada pemeriksaan yang dibutuhkan seperti √
EKG, BNP, USG dan lain-lain
13 Menanyakan kepada dokter apakah ada terapi tambahan √
14 Mengucapkan salam √
Prosentase: 12/14 85,7%

73
Keterangan Kriteria :
 Sangat Baik : 76 – 100%
 Baik : 60 – 75 %
 Cukup : 40 – 59 %
 Kurang : < 40 %
Pelaksanaan SBAR di ruang Anggrek sangat baik, karena
berdasarkan penilaian yang telah dilakukan didapatkan hasil prosentase
85,71%, yang artinya setiap langkah dalam pelaksanaan SBAR sebagian
besar telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur operasional yang ada.
Namun masih ada 14,29 % yang kurang dikarenkan perawat Ruang
Anggrek perawat belum menjelaskan tindakan yang sudah dilakukan. Oleh
karena itu sebaiknya tindakan SBAR dilengkapi dengan menjelaskan
kepada dokter terkait tindakan yang telah dilakukan oleh perawat,
kemudian menanyakan apa yang harus dilakukan serta mengklarifikasi
tindakan apa yang akan dilakukan.

h. Penjamin mutu.
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait
dengan struktur, proses, dan outcome sistem pelayanan RS tersebut. Mutu
asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana
pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS.
Secara umum aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumen, instrumen, dan
audit (EDIA) (Nursalam, 2014).
1) Aspek struktur (input)
Struktur adalah semua input untuk sistem pelayanan sebuah RS yang
meliputi M1 (tenaga), M2 (sarana prasarana), M3 (metode asuhan
keperawatan), M4 (dana), M5 (pemasaran), dan lainnya. Ada sebuah
asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur sistem RS tertata
74
dengan baik akan lebih menjamin mutu pelayanan. Kualitas struktur
RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi), dan
mutu dari masing-masing komponen struktur.

2) Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi
lain yang mengadakan interaksi secara professional dengan pasien.
Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang
penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana tindakan pengobatan,
indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan.

3) Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga
profesi lain terhadap pasien.

Hasil Analisa mutu di ruang anggrek pada tahun 2017, yaitu :

(1) BOR (pemakaian tempat tidur)


Menurut Depkes RI (2005), Jumlah BOR di ruang Anggrek pada
tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Jumlah hari perawatan rumah sakit


BOR = X 100%
Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam periode

2912
BOR = X 100%
22 x 365
Dari perhitungan di atas didapatkan jumlah BOR ruang anggrek
pada tahun 2017 adalah sebesar 33,59%. Dengan demikian
BOR = 33,59 %
pemakaian tempat kurang dari normal menurut standar nasional
menurut Baber Johnson (75-85%).
(2) LOS (lama rata-rata hari perawatan)
Menurut Depkes RI (2005), Jumlah BOR di ruang Anggrek pada
tahun 2017 adalah sebagai berikut:

75
Jumlah lama dirawat (dalam periode)
LOS =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

2912
LOS =
794

Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan lama rata-rata hari


LOS = 3,59 hari
perawatan (LOS) pasien di Ruang Anggrek adalah 3,59 hari. Hal
ini menunjukan bahwa lama rata-rata hari perawatan di Ruang
Anggrek sudah memenuhi standar nasional menurut Barber
Johnson (3-4 hari).

(3) TOI (waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong)


Jumlah TOI di ruang Anggrek pada tahun 2017 dengan
perhitungan menurut Depkes RI (2015) adalah sebagai berikut:

(Jumlah TT x periode) – hari perawatan


TOI =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

(22 x 365) - 2912


TOI =
794
Berdasarakan hasil perhitungan di atas, didapatkan hasil waktu
rata-rata tempat tidur ruang Anggrek kosong adalah 7,09 hari.
TOI = 7,09 Hari
76
Hal ini menunjukan bahwa waktu sudah memenuhi standar
nasional menurut Depkes dan Barber Johnson yaitu (1-3 hari).
Semakin kecil angka TOI dapat memungkinkan meningkatnya
kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk itu
Departemen Kesehatan RI memberikan standar ideal TOI adalah
1-3 hari (Sudra, 2010).

(4) BTO (frekuensi pemakaian tempat tidur)


Berdasarkan perhitungan BTO menurut Depkes RI (2015),
frekuensi pemakaian tempat tidur di ruang anggrek sebagai
berikut:

Jumlah pasien di rawat (hidup + mati)


BTO =
Jumlah TT

794
BTO =
22
Berdasarkan perhitungan BTO diatas, didapatkan hasil frekuensi
pemakaian tempat tidur di ruang Anggrek adalah 34,19 kali. Hal
BTO = 34,19 kali
ini menunjukan BTO sudah memenuhi standart menurut Depkes
(5-45 pasien).

Di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro sistem penjaminan mutu


dilakukan oleh Pokja PMKP, pelaporan mutu pelayanan telah dilakukan
secara billing system dan dievaluasi setiap enam bulan sekali.

77
Standar Operasional Prosedur (SPO)

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, terdapat


beberapa SPO yang ada di ruang Anggrek, antara lain adalah sebagai
berikut.

Tabel 2.23
SPO yang ada di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

NO SPO

1 Pemasangan dan pelepasan gelang identifikasi pasien rawat


inap

2 Identifikasi pasien rawat inap dalam pemberian darah atau


produk darah

3 Identifikasi pasien sebelum pengambilan darah atau spesimen


lain

4 Identifikasi pasien rawat inap dalam pemberian obat

5 Pemberian stempel alergi pada rekam medis pasien rawat inap

6 Identifikasi pasien rawat inap dalam melakukan tindakan


medis/ keperawatan (tindakan invasif, pemeriksaan
penunjang)

7 Penggunaan kancing gelang identifikasi pasien DNR (Do Not


Resusitation)

8 Pemasangan kancing gelang identifikasi risiko jatuh pada

78
pasien rawat inap

9 Pemberian penanda nama sama pada tempat tidur pasien


rawat inap

10 Menerima telepon dari luar RS

11 Pemakaian telepon

12 Komunikasi petugas dengan pasien

13 komunikasi efektif antara petugas penunjang dengan dokter/


perawat/bidan

14 Komunikasi efektif antara perawat dengan dokter untuk


konsultasi pasien

15 Pelabelan obat

16 Kebersihan tangan dengan cairan antiseptik (Handsrub) dan


air mengalir (handwash)

17 Lima saat cuci tangan

18 Pencegahan risiko jatuh

19 Pertolongan pada pasien jatuh

20 Pencegahan risiko jatuh pada anak

21 Assesmen pasien risiko jatuh

22 Pemberian penanda risiko jatuh (pencegahan jatuh) pada


tempat tidur pasien rawat inap

23 Pemberian stempel risiko jatuh pada rekam medis pasien


rawat inap

24 Edukasi pasien atau keluarga pasien risiko jatuh

25 Pemasangan kancing gelang identifikasi risiko jatuh pada


pasien rawat inap

26 Pencegahan dan pengendalian ISK, VAP, IDO, Plebitis,


Dekubitus

27 Penggunaan alat pelindung diri (APD)

79
28 Etika batuk

29 Praktik menyuntik yang aman

30 Komunikasi efektif antar petugas dengan staf medis

31 Pengelolaan reaksi tranfusi

32 Pengelolaan sampah benda tajam

33 Pelaksanaan transfusi darah

34 Pengelolaan sampah infeksius

35 Pemberian nutrisi parenteral

36 Pemberian nutrisi enteral melalui NGT

37 Pemberian Oksigen

38 Kompres dingin

39 Menerima pasien baru

40 Bilas lambung

41 Fisioterapi dada

42 Penghisapan sekresi trakea (Suctioning)

43 Penggunaan nebulizer

44 Instruksi kerja syringe pump

45 Persiapan pasien pulang

46 Cuti perawat/bidan

Sumber : Buku Protap Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro


2016

Analisa :
Berdasarkan uraian diatas, ruang Anggrek memiliki 46 SPO
tentang tindakan keperawatan, tentang pemeliharaan alat,
pengoperasian alat-alat kesehatan, tentang farmasi, tentang rekam
medik. SPO yang ada sudah maksimal karena SPO yang ada di Ruang

80
Anggrek diterbitkan tahun 2016. Untuk sosialisasi SPO dilakukan
sebelum SPO diberlakukan. Sosialisasi SPO dilakukan oleh masing-
masing bagian yang terkait.

4. Money
a. Sumber Pemasukan
Di Ruang Anggrek input pengelolan keuangan di kelola 1 pintu yaitu
keuangan RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, yang mengelola penerimaan
dan pengeluaran. Sedangkan untuk kebutuhan sarana prasarana dengan
sistem mengajukan bon/droping.

b. Jenis Pembayaran
Di Ruang Anggrek, terdapat 2 jenis pembayaran pasien, yaitu BPJS/KIS
dan Umum. Keduanya, sesuai dengan hak kelas pasien, yaitu pasien
kelas 1,2,dan 3. Bila pasien ingin naik kelas perawatan, maka harus
menmbah biaya lagi. Biaya kamar pasien dengan hak kelas 1 adalah
130.000 rupiah, kelas 2 adalah 81.000 rupiah, dan kelas 3 adalah 40.000
rupiah/hari.

c. Tarif tindakan di yang dilakukan di Ruang Anggrek


Terdapat beberapa klasifikasi dalam tarif asuhan keperawatan harian
pada pasien, yaitu askep total sebanyak 55.000 rupiah /hari, askep
medium sebanyak 45.000 rupiah/hari, dan askep parsial sebanyak
30.000 rupiah/hari.

d. Pengeluaran
Menyesuaikan kebutuhan dari kondisi di Ruang Anggrek.

e. Sistem Evaluasi Anggaran

81
Karena tidak ada pengelolaan keuangan di ruangan, maka tidak ada
evaluasi anggaran.

f. Kendala Anggaran
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) adalah unit kerja atau
SKPD pemerintah daerah yang paling banyak diubah statusnya menjadi
BLUD (Badan Layanan Umum Daerah). Karakter RSUD memang
sangat cocok dengan status BLUD, misalnya (1) memberikan pelayanan
langsung kepada masyarakat; (2) menarik bayaran atas jasa yang
diberikannya; (3) memiliki “lingkungan persaingan” yang berbeda
dengan SKPD biasa; (4) pendapatan yang diperoleh dari jasa yang
diberikannya cukup signifikan; dan (5) adanya “spesialisasi” dalam hal
keahlian karyawannya.
Pengelolaan keuangan di Ruang Anggrek diatur oleh petugas
administrasi Ruangan Anggrek. Tidak ada dana tambahan atau dana
sosial dari luar ruangan ataupun dalam ruangan. Pengelolaan keuangan
di Ruang Anggrek diatur sepenuhnya secara sentral oleh Bidang
keuangan RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.

82
83
C. PROSES
1. Planning
a. Visi, misi, tujuan dan moto
1) Visi
2) “Menjadi Pilihan Utama Masyarakat dalam Pelayanan dan
Pendidikan Kesehatan”.
3) Misi
a) Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu dan
mengutamakan keselamatan pelanggan;
b) Menerapkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, didukung
sumber daya manusia yang profesional serta ramah
lingkungan;
c) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta
penelitian yang berkualitas, didukung sumber daya manusia
dan sarana prasarana yang memadai;
d) Meningkatkan kemitraan dengan institusi pendidikan dan
pihak terkait.
4) Motto
“Baktiku Untukmu”

b. Pre Conference
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 2 hari yaitu
pada tanggal 15-16 Mei 2018, Pre conference tidak dilaksanakan di
Ruang Anggrek ketika shift pagi. Hal ini disebabkan karena perawat
berpersepsi bahwa operan jaga yang biasa dilakukan selama ini sudah
termasuk dalam kegiatan pre conference. Untuk itu dapat disimpulkan
bahwa perlunya peningkatan terhadap pengetahuan perawat ruangan
terkait kegiatan pre comprence, sehingga perawat di ruang anggrek

84
mampu memahami perbedaan operan yang biasa dilakukan dan juga
perawat dapat mengetahui pentingnya dilakukan kegiatan pre
conference di ruang Anggrek, agar segala informasi tentang pasien
tersampaikan dan dapat dilaksanakan dengan baik oleh perawat.

c. Post Conference
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 2 hari yaitu
pada tanggal 15-16 Mei 2018, didapatkan bahwa Post conference tidak
dilaksanakan di Ruang Anggrek. Hal tersebut disebabkan pengetahuan
dan pengalaman perawat tentang post conference masih kurang. Untuk
itu dapat disimpulkan bahwa perlunya dilakukan penjelasan tentang
post conference, termasuk tujuan dan tata caranya serta dilaksanakan
kegiatan post conference di ruang Anggrek, sehingga perawat akan
terbiasa. Agar semua perawat dan segala informasi tentang pasien
tersampaikan dan dapat dilaksanakan dengan baik.

d. Bimbingan Mahasiswa
Sebelum melakukan bimbingan klinik, mahasiswa membuat kontrak
belajar dengan pembimbing klinik / preceptor di ruang Anggrek.
Adapun bimbingan yang dilakukan oleh preceptor adalah :

1) Bimbingan observasi
a) Observasi lapangan
b) Field trip
c) Ronde keperawatan
d) Metode demonstrasi
2) Bimbingan bedside teaching
Bimbingan yang dilakukan disamping tempat tidur klien dengan
mempelajari klien terhadap asuhan keperawatan yang dibutuhkan
oleh klien.

85
3) Bimbingan nursing clinic
Nursing clinic adalah metode penyajian pasien dengan
menggunakan kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai fokus
diskusi kelompok dengan tujuan dapat memberikan pengalaman
langsung dalam pembahasan prinsip- prinsip dan prosedur perawatan
dari pasien.
4) Bimbingan penugasan membuat catatan dan laporan tertulis
(eksperensial)
Metode yang digunakan dengan memberikan penugasan untuk
membuat catatan dan laporan secara tertulis di lahan praktik.

5) Metode Studi Asuhan Keperawatan (Nursing care study)


Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan pemecahan
masalah dimana peserta didik melakukan pengkajian secara
mendalam dan menyeluruh mengenai masalah klinik yang mendasari
pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang
dilakukan.

6) Konferensi
a) Konferensi awal (Pre-conference)
Diskusi tentang persiapan peserta didik, pengenalan masalah
klien, rencana tindakan keperawatan, cara dan strategi
pelaksanaan tindakan
b) Konferensi akhir (Post-conference)
Diskusi tentang penyelesaian masalah klien, evaluasi
perkembangan klien, pengalaman praktik langsung.

7) Penugasan klinik
Penempatan peserta didik pada lahan praktik

86
8) Diskusi kelompok
Modifikasi dari metode pengajaran diskusi, diskusi kasus dan
brainstorming

9) Metode mentoring
Membagi pengetahuan tentang perawatan pasien dan berlaku sebagai
positif role model
Hasil observasi diruang Anggrek, waktu bimbingan dilakukan sesuai
kontrak belajar dengan pembimbing klinik/ preceptor, bimbingan
dilakukan setiap hari setiap melakukan tindakan dan setiap saat /
fleksibel jika ada kasus urgent dapat dilakukan bimbingan.

e. Jadwal Shif
Penjadwalan shift dilakukan setiap 1 bulan sekali, untuk rolling patner 2
bulan sekali. Dengan jadwal ship :

Tabel 2.24 Jadwal Shif di Ruang Anggrek


RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

Jabatan/Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

Karu P P P P P P L

Katim 1 P P P P P P L

Pelaksana P S S M M TP L

Pelaksana S M M TP L P P

Pelaksana M TP L S S M M

Pelaksana L P P P P L S

Sumber : Data Primer Di Ruang Rawat Inap Anggrek

87
f. Rapat
Rapat di ruang Anggrek tidak rutin terjadwal, namun kalau ada event
seperti persiapan akreditasi akan diadakan rapat.

g. Rotasi Pegawai
Rotasi pegawai perawat merupakan kewenangan dari bagian
keperawatan dan kepegawaian RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, sehingga
rotasi pegawai dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan jumlah
pegawai, jika ada kekurangan jumlah tenaga perawat di ruang lain,
maka perawat dapat dilakukan rotasi.

D. OUTPUT
1. Pasien safety
Tabel 2.24
Evaluasi Pelaksanaan 6 Sasaran Keselamatan Pasien
Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Tanggal 15-16 Mei 2018
No Sasaran Elemen Penilaian Ya Tidak
1. Ketepatan 1. Pasien diidentifikasi menggunakan 6 1
identifikasi pasien dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau
lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum 7 0
pemberian obat, darah, atau produk
darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum 7 0
mengambil darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis
4. Pasien diidentifikasi sebelum 5 2
pemberian pengobatan dan tindakan /
prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan 6 1
pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan
lokasi
Presentase 88,6% 11,4%
88
2 Peningkatan 1. Perintah lengkap secara lisan dan 7 0
komunikasi yang yang melalui telepon atau hasil
efektif pemeriksaan dituliskan secara
lengkap oleh penerima perintah
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau 7 0
hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima
perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan
dikonfirmasi oleh pemberi perintah 7 0
atau yang menyampaikan hasil
pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan
7
pelaksanaan verifikasi keakuratan 0
komunikasi lisan atau melalui telepon
secara konsisten.
Presentase 100% 0%
3. Peningkatan 1. Kebijakan dan/atau prosedur 7 0
keamanan obat dikembangkan agar memuat proses
yang perlu identifikasi, menetapkan lokasi,
diwaspadai (high- pemberian label, dan penyimpanan
alert) elektrolit konsentrat.
2. Kebijakan dan prosedur 5 2
diimplementasikan.
3. Elektrolit konsentrat tidak boleh 7 0
disimpan di unit pelayanan pasien
kecuali jika dibutuhkan secara klinis
dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang kurang hati-hati di
area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di 7 0
unit pelayanan pasien harus diberi
label yang jelas, dan disimpan pada
area yang dibatasi ketat (restrict
access).
Presentase 93% 7%
4. Kepastian tepat- 1. Rumah sakit menggunakan suatu 7 0
lokasi, tepat- tanda yang jelas dan dapat dimengerti
prosedur, tepat- untuk identifikasi lokasi operasi dan
pasien operasi melibatkan pasien di dalam proses
penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu 7 0

89
checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat praoperasi tepat
lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia,
tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap 7 0
menerapkan dan mencatat prosedur
"sebelum insisi / time-out" tepat
sebelum dimulainya suatu prosedur /
tindakan pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur 7 0
dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses untuk
memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk
prosedur medis dan tindakan
pengobatan gigi / dental yang
dilaksanakan di luar kamar operasi.
Presentase 100% 0%
No Sasaran Elemen Penilaian Ya Tidak
5. Pengurangan risiko 1. Rumah sakit mengadopsi atau 7 0
infeksi terkait mengadaptasi pedoman hand hygiene
pelayanan terbaru yang diterbitkan dan sudah
kesehatan diterima secara umum (al.dari WHO
Patient Safety).
2. Rumah sakit menerapkan program 6 1
hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur 7 0
dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan
risiko infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.
Presentase 95% 5%
6. Pengurangan risiko 1. Rumah sakit menerapkan proses 7 0
pasien jatuh asesmen awal risiko pasien jatuh dan
melakukan asesmen ulang bila
diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk 5 2
mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil asesmen dianggap

90
berisiko
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, 4 3
baik keberhasilan pengurangan cedera
akibat jatuh maupun dampak yang
berkaitan secara tidak disengaja.
4. Kebijakan dan/atau prosedur 5 2
dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan risiko
pasien cedera akibat jatuh di rumah
sakit.
Presentase 75% 25%
Sumber : Data Primer di Ruang Anggrek RSUD Dr Soehadi Prijonegoro

Keterangan Kriteria :
 Sangat Baik : 76-100
 Baik : 60-75
 Cukup : 40-59%
 Kurang : < 40%

Berdasarkan Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan


oleh Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kementrian, 2011) dan JCI
Acreditation, makan sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut.

 Sasaran I : ketepatan identifikasi pasien


 Sasaran II :peningkatan komunikasi yang efektif
 Sasaran III :peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High-
Alert Medication)
 Sasaran IV : kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi
 Sasaran V : pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
 Sasaran VI: pengurangan risiko jatuh.

Sasaran I : Ketepatan identfkasi pasien, meliputi standar berikut :

1. Pasien diidentifkasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh


menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

91
2. Pasien diidentifkasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk
darah.
3. Pasien diidentifkasi sebelum pengambilan darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis (lihat juga).
4. Pasien diidentifkasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifkasi yang
konsisten padasemua situasi dan lokasi.

Analisa :
Berdasarkan kajian di atas dalam ketepatan identifikasi pasien,
prosentase yang sudah dilakukan perawat dalam kategori sangat baik
yaitu 88,6% dan belum dilakukan sebanyak 11,4% (n=7).

Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektf (SBAR)

1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan


dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut.
2. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara
lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfrmasi oleh individu yang
memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
4. Kebijakan dan prosedur mendukung praktik yang konsisten dalam
melakukanverifkasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui
telepon.

Analisa :
Berdasarkan kajian di atas dalam peningkatan komunikasi efektif,
prosentase yang sudah dilakukan perawat dalam kategori sangat baik
adalah 100% (n=7).

92
Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(high-Alert Medication)

1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengatur


identifkasi, lokasi,pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang
perlu diwaspadai.
2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang tidak sengajadi area tersebut, bila diperkenankan
kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi
label yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses
(restrict access).

Analisa :
Berdasarkan kajian di atas dalam peningkatan keamanan obat
yang perlu diwaspadai (high alert), prosentase yang sudah dilakukan
perawat dalam kategori sangat baik adalah 93% dan belum dilakukan
sebanyak 7% (n=7).

Sasaran lV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi

1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk


identifkasi lokasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses
penandaan/pemberian tanda.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
melakukan verifkasi praoperasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-
pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,
tepat/benar, dan fungsional.

93
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/
mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum induksi); “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan dan sign out (sebelum meninggalkan kamar operasi).
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedur,
dan tepat pasien, termasukprosedur medis dan tindakan pengobatan
gigi/dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.

Analisa :
Berdasarkan kajian di atas dalam kepastian tepat lokasi, tepat
prosedur, tepat pasien operasi, prosentase yang sudah dilakukan perawat
dalam kategori sangat baik adalah 100% (n=7).

Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene


terbaru yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah diterima secara
umum (antara lain dari WHO Patient Safety).
2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mendukung
pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan.

Analisa :
Berdasarkan kajian di atas dalam pengurangan resiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan, prosentase yang sudah dilakukan perawat
dalam kategori sangat baik adalah 95% dan belum dilakukan sebanyak
5% (n=7).

Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh

94
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan
melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan
secara tidak disengaja.
4. Kebijakan dan/atau prosedur mendukung pengurangan berkelanjutan
dari risiko cedera pasien akibat jatuh di rumah sakit.

Analisa :
Berdasarkan kajian di atas dalam pengurangan resiko pasien
jatuh, prosentase yang sudah dilakukan perawat dalam kategori sangat
baik adalah 75% dan belum dilakukan sebnayk 25%(n=7).

2. Perawatan Diri (Personal Hygine)


a. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, dan eliminasi
yang disebabkan oleh keterbatasan diri.
b. Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (mandi, toilet pada tingkat
ketergantungan parsial dan total).

Tabel 2.25

Evaluasi Perawatan Diri (Personal Hygine)

Di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

Tanggal 15-16 Mei 2018

Pasien 15-05-2018 16-05-2018 Jumlah

Jumlah pasien tidak terpenuhi


0 1 1
kebutuhan diri

Pasien parsial dan total 7 7 14

95
Persentase kebutuhan perawatan diri pasien :

Jumlah pasien yang tidak terpenuhi kebutuhan diri x 100 %

Jumlah pasien dirawat dengan tingkat ketergantungan parsial dan total

1 x 100 % = 7,14%
14

Analisa :
Dari data yang telah dilakukan selama 2 hari, dapat dilihat bahwa
perawatan diri 7,14%, hal ini dikarenakan kelurga sangat berperan serta
dalam perawatan diri pasien, jika keluarga tidak dapat melakukan
perawatan diri terhadap pasien, perawat akan membantu melakukan
perawatan diri terhadap pasien.

3. Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul
sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah
pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan (Imbalo, 2006).
Sedangkan Irawan (2003) mengatakan bahwa kepuasan adalah perasaan
senang atau kecewa dari seseorang yang mendapat kesan dari
membandingkan hasil pelayanan kinerja dengan harapan-harapannya.
Sejalan dengan Oliver (1997, dalam Irawan, 2003) mengungkapkan
kepuasan sebagai respon pemenuhan harapan dan kebutuhan pasien.
Respon ini sebagai hasil dari penilaian pasien bahwa produk/pelayanan
sudah memberikan tingkat pemenuhan kenikmatan.Tingkat pemenuhan
kenikmatan dan harapan ini dapat lebih atau kurang (Paparaya. 2009).

96
Supardi (2008) mengatakan model kepuasan yang komprehensif
dengan fokus utama pada pelayanan barang dan jasa meliputi lima
dimensi penilaian sebagai berikut :

a. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas


memberikan pelayanan kepada pasien dengan cepat. Dalam pelayanan
rumah sakit adalah lama waktu menunggu pasien mulai dari
mendaftar sampai mendapat pelayanan tenaga kesehatan.
b. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan
pelayanan kepada pasien sehingga dipercaya. Dalam pelayanan rumah
sakit adalah kejelasan tenaga kesehatan memberikan informasi tentang
penyakit dan obatnya kepada pasien.
c. Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan,
perhatian, dan memahami kebutuhan pasien. Dalam pelayanan rumah
sakit adalah keramahan petugas kesehatan dalam menyapa dan
berbicara, keikutsertaan pasien dalam mengambil keputusan
pengobatan, dan kebebasan pasien memilih tempat berobat dan tenaga
kesehatan, serta kemudahan pasien rawat inap mendapat kunjungan
keluarga/temannya.
d. Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik
yang dapat langsung dirasakan oleh pasien. Dalam pelayanan rumah
sakit adalah kebersihan ruangan pengobatan dan toilet
e. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan
pelayanan kepada pasien dengan tepat. Dalam pelayanan rumah sakit
adalah penilaian pasien terhadap kemampuan tenaga kesehatan.

97
Tabel 2.26

Evaluasi Kepuasan Pasien Terhadap Penilaian Mutu Asuhan Keperawatan

Di Ruang Anggrek RSUD dr Soehadi Prijonegoro

Tanggal 15 – 16 Mei 2018

NO KRITERIA (n=7) 1 2 3 4
1 Perawat memberi informasi tentang administrasi
0 0 5 2
yang berlaku bagi pasien rawat inap di RS
2 Perawat selalu menjaga kebersihan dan kerapian
0 0 4 3
ruangan yang anda tempati
3 Perawat menjaga kebersihan dan kesiapan alat – alat
0 0 4 3
kesehatan yang digunakan
4 Perawat menjaga kebersihan dan kelengkapan
0 0 6 1
fasilitas kamar mandi dan toilet
5 Perawat selalu menjaga kerapian dan penampilannya 0 0 4 3
6 Perawat mampu menangani masalah perawatan anda
0 0 6 1
dengan tepat dan profesional
7 Perawat memberikan informasi tentang fasilitas yang
tersedia, cara penggunaan dan tata tertib yang berlalu 0 1 5 1
di RS
8 Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal – hal 0 0 5 2

98
yang harus dipatui dalam perawatan anda
9 Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal – hal
0 0 5 2
yang dilarang dalam perawatan anda
10 Ketepatan waktu perawat tiba di ruangan ketika anda
0 0 5 2
membutuhkan
11 Perawat bersedia menawarkan bantuan kepada anda
0 1 4 2
ketika mengalami kesulitan walau tanpa diminta
12 Perawat segera menangani anda ketika sampai di
0 0 5 2
ruangan rawat inap
13 Perawat menyediakan wakt khusus untuk membantu
0 1 5 1
anda berjalan, BAB, BAK, ganti posisi tidur, dll
14 Perawat membantu anda untuk memperoleh obat 0 0 5 2
15 Perawat membantu anda untuk pelaksanaan
0 0 5 2
pelayanan foto dan laboratorium di RS ini
16 Perawat memberikan perhatian terhadap keluhan
0 0 4 3
yang anda rasakan
17 Perawat dapat menjawab pertanyaan tentang tindakan
0 0 5 2
perawatan yang diberikan kepada anda
18 Perawat jujur dalam memberikan informasi tentang
0 0 4 3
keadaan anda
19 Perawat selalu memberikan salam dan senyum ketika
0 0 5 2
bertemu dengan anda
20 Perawat teliti dan terampil dalam melaksanakan
0 0 5 2
tindakan keperawatan kepada anda
21 Perawat memberikan informasi kepada anda tentang
0 0 4 3
segala tindakan perawatan yang akan dilaksanakan
22 Perawat mudah ditemui dan dihubungi bila anda
0 0 5 2
membutuhkan
23 Perawat sering menengok dan memeriksa keadaan
anda seperti mengukur tekanan darah, nadi, suhu, 0 0 5 2
pernapasan, dan cairan infus
24 Pelayanan yang diberikan perawat tidak memandang
0 0 4 3
pangkat/status tapi berdasarkan kondisi anda
25 Perawat perhatian dan memberi dukungan moril
terhadap keadaan anda (menanyakan dan berbincang 0 0 4 3
– bincang tentang keadaan anda)
Jumlah 0 3 119 54
0% 1,7% 67,6% 30,68%

99
Sumber : Data Primer Kuesioner di Ruang Anggrek

Keterangan Kriteria :
1 = Sangat Tidak Puas
2 = Tidak Puas
3 = Puas
4 = Sangat Puas

Analisa :

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa nilai dari data primer


angket kepuasan pasien yang diberikan kepada pasien yang minimal
dirawat selama 3 hari didapatkan nilai 67,6% (n = 6) yang berarti masuk
dalam kategori puas, nilai 30,68% kategori sangat puas, dan nilai 1,7%
kategori tidak puas.
Dari hasil instrumen yang telah diisi oleh pasien dan atau
keluarga di Ruang Anggrek didapatkan hasil bahwa perawat kurang
memberikan informasi tentang fasilitas yang tersedia, cara penggunaan
dan tata tertib yang berlaku di RS serta perawat kurang bersedia
menawarkan bantuan kepada klien/keluarga ketika mengalami kesulitan
walau tanpa diminta. Jika mutu pelayanan perawat baik maka akan
terjadi peningkatan kepuasan keluarga dalam tindakan keperawatan yang
diberikan.
4. Kecemasan
Kecemasan merupakan reaksi yang pertama muncul atau
dirasakan oleh pasien dan keluarganya di saat pasien harus dirawat
mendadak atau tanpa terencana begitu mulai masuk rumah sakit.
Kecemasan pada anak dapat dijelaskan dengan hospitalisasi anak.
Menurut Supartini (2004), hospitalisasi merupakan suatu proses dimana
karena alasan tertentu atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di

100
RS, menjalani terapi perawatan sampai pemulangannya kembali ke
rumah. Terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stres ketika
anak menjalani hospitalisasi seperti: (a) Lingkungan Rumah sakit, (b)
Berpisah dengan orangorang yang berarti, (c) ,Kehilangan kendali, (d)
Cedera tubuh dan nyeri.
Respon anak ketika menjalani hospitalisasi: (a) merasa cemas,
marah sedih, takut dan rasa bersalah, (b) memiliki keterbatasan koping
terhadap stres dan sakit yang dirasakan yang dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan, pengalaman sebelumnya, support system dalam
keluarga,ketrampilan koping dan berat ringannya penyakit.
Hospitalisasi merupakan proses yang menimbulkan dampak
negatif terhadap perkembangan anak. Jika tidak di tangani secara serius,
tepat dan terencana akan mengarah kepada disfungsi perkembangan yang
dapat mengancam kehidupan anak.
Terdapat pengukuran skala kecemasan anak yang berisi 25
pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1. Skala peringkat
kecemasan digambarkan pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.27
Evaluasi Kecemasan
Di Ruang Anggrek RSUD dr Soehadi Prijonegoro
Tanggal 15-16 Mei 2018

No. Pernyataan Tidak Kadang- Sering Selalu


Pernah Kadang
(1) (2) (3) (4)
1 Anak menginginkan ditunggui oleh orang tua 2 1 1 3
2 Anak menangis jika ditinggal orang tua dalam 3 2 1 1
waktu yang tidak lama.

3 Anak menangis jika didekati perawat 1 2 3 1


4 Anak meminta perawat atau dokter untuk keluar 4 1 1 1
dari ruang rawat

101
5 Anak memukul perawat atau dokter yang 4 0 2 1
sedang memberikan perawatan

6 Anak tidak menolak perawat saat akan 2 3 0 2


melakukan prosedur perawatan

7 Anak menangis saat akan dilakukan tindakan 1 1 3 2


keperawatan

8 Anak marah saat dilakukan tindakan 1 1 4 1


keperawatan

9 Anak meminta peralatan yang akan dipakai 5 0 2 0


untuk tindakan perawatan agar tidak dipakai
perawat.

10 Anak berusaha turun dari tempat tidur saat akan 5 2 0 0


dilakukan tindakan keperawatan

11 Anak meminta pulang 7 2 1 1


12 Anak menangis dan sulit ditenangkan jika 2 1 4 0
keinginannya tidak dipenuhi

13 Anak meminta digendong orang tua untuk 2 2 1 2


keluar dari ruangan saat dirawat

14 Anak marah saat diminta untuk tidur di atas 3 3 1 0


tempat tidurnya

15 Anak mulai mengompol yang sebelumnya tidak 5 1 0 1


pernah terjadi

16 Anak tidak mau dibesuk oleh temannya atau 5 1 1 0


saudara yang lain.

17 Anak mengungkapkan rasa bersalah karena 7 0 0 0


sakitnya

18 Anak bertanya mengapa anak bisa sakit. 7 0 0 0


19 Anak tidak mau makan 3 4 0 0
20 Anak tidak berminat untuk bermain 4 3 0 0
21 Anak berkenalan dengan teman satu ruangan 2 2 2 1
22 Anak bermain dengan anak lain yang sedang 3 4 0 0

102
dirawat

23 Anak meminta perawat untuk bermain dengan 2 3 2 0


anak

24 Anak diam dan mengikuti perintah saat 2 3 0 2


dilakukan prosedur tindakan

25 Anak tetap tenang meskipun ditinggalkan orang 2 0 3 2


tua

Total 80 42 32 22
45,4% 23,8% 18,18% 12,5%
Sumber : Data Primer Kuesioner di Ruang Anggrek

Keterangan Kriteria:

1. Skor 80 : normal/tidak cemas


2. Skor 42 : kecemasan ringan
3. Skor 32 : kecemasan sedang
4. Skor 22: kecemasan berat
Analisa :

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa nilai dari data primer


angket kecemasan pasien yang diberikan kepada pasien didapatkan nilai
45,4% yang berarti masuk dalam kategori normal/tidak cemas, 23,8%
kategori cemas ringan, 18,18% kategori cemas sedang, dan 12,5%
kategori cemas berat.
Kecemasan ringan yang terjadi pada pasien yang di rawat di
ruang Anggrek disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya umur,
pengalaman yang terdahulu, kedekatan anak pada orang tua, lamanya
sakit dan seringnya anak di rawat.

5. Pengetahuan

103
Menurut Notoadmodjo (2012) Pengetahuan merupakan hasil
“tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Jadi pengetahuan ini diperoleh dari aktivitas
pancaindra yaitu penglihatan, penciuman, peraba dan indra perasa,
sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga
(Nursalam, 2014).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974)
dalam buku pendidikan dan perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2003 dan
Nursalam, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yaitu :

1. Awareness (kesadaran) ketika seseorang menyadari dalam arti


mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2. Interst (tertarik), ketika seseorang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut baginya
4. Trial (mencoba), ketika seseorang telah mencoba perilaku baru
5. Adoption (adaptasi), ketika seseorang telah berprilaku baru yang
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap
stimulus.
Namun, berdasarkan penelitian selanjutnya, Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahapan
di atas. Jika penerima perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini yaitu dengan didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
yang positif, maka perilaku itu akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran, perilaku itu tidak akan berlangsung lama (Nursalam, 2014).

104
Berdasarkan wawancara dengan 7 orang pasien/keluarga di
Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, 5 orang pasien/keluarga
belum begitu jelas mengetahui penyakit yang meliputi pengertian,
etiologi, tanda gejala dan diet yang diterapkan, sedangkan 2 orang
pasien/keluarga sudah mengetahui penyakitnya.
Analisa :

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa penyakit yang diderita


pasien diataranya Kejang Demam, CKB, ISPA, Diare, Epilepsi
berdasarkan wawancara dengan 7 orang pasien/keluarga sebagian besar
belum mengetahui secara jelas penyakit yang diderita, sehingga perlu
dilakukan intervensi edukasi mengenai penyakit dan leflet penyakit yang
ada di Ruang Anggrek RSUD dr. Soehadi Prijonegoro.

105
BAB III
ANALISA MASALAH
A. Identifikasi Masalah
1. Analisis SWOT
PENGKAJIAN SUB SISTEM SWOT
INPUT Man Strenght Weakness
Kurang 1. Terdapat 13 orang Perawat kurang mengikuti
pengetahuan perawat di ruang pelatihan dalam hal
Perawat Anggrek keperawatan anak
2. BOR: 33, 59%

Opportunity Threatened
1. Adanya 4 perawat baru Observasi penilaian kinerja
BLUD yang sedang perawat 72,5%
orientasi di ruang Anggrek
2. Adanya 2 perawat
magang
3. Adanya mahasiswa profesi
ners yang sedang prektek
stase manajemen
keperawatan
4. Adanya hubungan baik
antara mahasiswa praktek
dengan perawat klinik

Money Strenght Weakness


Kendala dalam Adanya anggaran di bidang Usulan kebutuhan disesuaikan
anggaran keperawatan dengan BLUD, DAL, dst
Opportunity Threatened
Adanya rencana usulan Kebutuhan yang bersifat urgent
kebutuhan ruangan harsus segera daijukan dan
dipenuhi

106
Methods Strenght Weakness
1. Discharge Sudah tersedia lembar 1. Kurang sederhanya bahasa
planning dischrarge planning untuk dalam penyampaian discharge
pasien akan pulang planning pada pasien yang
memiliki pendidikan yang
berbeda-beda saat akan pulang,
dan dipengaruhi keragaman
bahasa
Opportunity Threatened
1. Adanya mahasiswa profesi 1. Pasien tidak melakukan
ners yang sedang prektek prosedur penatalaksanaan dan
stase manajemen pengobatan yang sesuai anjura
keperawatan 2. Pemahaman pasien kurang
2. Adanya hubungan baik
antara mahasiswa praktek
dengan perawat klinik
2. Ronde Strenght Weakness
Keperawatan Terdapat 13 orang perawat di Ketidakpahaman fungsi dari ronde
ruang Anggrekh untuk keperawatan dan kekurangan
melakukan ronde tenaga menyebabkan tidak dapat
keperawatan melakukan ronde keperawatan
Opportunity Threatened
1. Adanya mahasiswa Selama ini tidak ada agen
profesi ners yang sedang pembaharu dalam memecahkan
prektek stase manajemen kasus pasien serta belum ada
keperawatan kasus pasien yang sulit
2. Adanya hubungan baik dipecahkan permasalahannya
antara mahasiswa untuk dilakukan ronde
praktek dengan perawat keperawatan.
klinik
3. Orientasi Strenght Weakness
pasien baru 1. Sudah tersedia papan 1 Bahasa yang kurang sederhana
informasi tentang hak dan dalam penyampaian orientasi
kewajiban pasien ruangan pada pasien baru.
2. Masing-masing PP 2 Kurang optimalnya
mengetahui seluruh pelaksanaan tugas PP untuk
fasilitas masing-masing memberikan informasi tentang
kamar di ruang rawat inap pelayanan dan fasilitas ruangan
terhadap pasien baru.
3 64% orientasi pasien baru
belum terlaksana belum sesuai
standar.

107
Opportunity Threatened
1. Adanya mahasiswa profesi 1. Banyaknya pertanyaan dari
ners yang sedang praktik pasien terkait pelayanan dan
stase manajemen fasilitas yang ada
keperawatan. 2. Ketidakpatuhan pasien dan
2. Adanya kerjasama yang keluarga terkait tata tertib yang
baik antara mahasiswa berlaku
praktek dengan perawat
klinik.
4. S-BAR Strenght Weakness
1. Sudah terdapat SPO S- Kurang optimalnya komunikasi
BAR yang efektif atau pelaksanaan S-
2. Semua perawat di ruang BAR pada seluruh tindakan
Anggrek mengetahui SPO keperawatan yang dilakukan oleh
S-BAR NAKES khususnya perawat
Opportunity Threatened
1. Terjalinnya hubungan Operan jaga dengan S-BAR tidak
sejawat yang baik dilakukan karena memakan waktu
2. Adanya mahasiswa profesi cukup lama
ners yang sedang praktik
stase manajemen
keperawatan.
3. Adanya kerjasama yang
baik antara mahasiswa
praktek dengan perawat
klinik.
Materials Strenght Weakness
Inventaris 1. Jenis peralatan sudah 1. Jumlah peralatan kurang
ruangan tersedia sesuai standar. memadai terhadap kebutuhan
2. Terdapat administrasi di ruangan.
penunjang yang memadai

Opportunity Threatened
1. Adanya prosedur 1. Kurangnya peralatan atau
pengajuan pengadaan alat sarana prasarana dalam
ruangan. pelayanan ke pasien.

108
PROSES Planning Strenght Weakness
1. Pre 1. Terdapat dukungan 1. Tidak dilakukan
conference seluruh perawat untuk 2. Persepsi perawat di Ruang
dilakukan pre conference. Anggrek yang menganggap
2. Terdapat komitmen operan jaga yang biasa
seluruh perawat dilakukan sama pre conference
melakukan pre conference
Opportunity Threatened
1. Adanya mahasiswa profesi 1. Masih terdapat sebagian
ners yang sedang praktik perawat yang datang tidak
stase manajemen tepat waktu.
keperawatan.
2. Adanya kerjasama yang
baik antara mahasiswa
praktek dengan perawat
klinik
2. Post Strenght Weakness
conference 1. Terdapat dukungan 1. Tidak dilakukan
seluruh perawat saat 2. Persepsi perawat di Ruang
dilakukan post conference. Anggrek yang menganggap
2. Terdapat komitmen operan jaga yang biasa
seluruh perawat dilakukan sama post
melakukan post conference
conference
Opportunity Threatened
1. Adanya mahasiswa profesi 1. Masih terdapat sebagian
ners yang sedang praktik perawat yang pulang lebih
stase manajemen awal.
keperawatan.
2. Adanya kerjasama yang
baik antara mahasiswa
praktek dengan perawat
klinik

Organizing Strenght Weakness


Sistem Katim ruang anggrek sudah Terdapat pembagian Team 1 dan
organisasi dan berpendidikan ners Team 2 dengan 1 orang Kepala
job description Tim

109
Opportunity Threatened
1. Adanya mahasiswa profesi Pelaksanaan pembagian Team ini
ners yang sedang praktik saling membantu dengan Team
stase manajemen yang lain
keperawatan.
2. Adanya kerjasama yang
baik antara mahasiswa
praktek dengan perawat
klinik
Actuacting Strenght Weakness
Reward Adanya jasa pelayanan medis Pembayaran jasa tiap bulan tidak
BPJS dan Umum dapat ditetapkan pasti tanggalnya
Opportunity Threatened
Adanya reward penambahan Reward selain penambahan point
point jasa pada kreativitas jasa tidak ada
Controling Strenght Weakness
Supervisi Adanya petugas supervisi di Kurang optimal pelaksanaan
RSUD dr. Soehadi supervise di ruangan
Prijonegoro
Opportunity Threatened
Supervisi bertugas sebagai Penyelesaian masalah jika tidak
wakil case manager dapat diselesaikan dapat
keperawatan disampaikan pada meeting
morning
OUTPUT Pasien safety Strenght Weakness
1. Ketepatan Adanya SPO ketepatan Kurang optimal pelaksanaan
identifikasi identifikasi pasien identifikasi pasien sebelum
pasien Fasilitas gelang identifikasi dilakukannya tindakan
sudah tersedia keperawatan

110
Opportunity Threatened
1. Adanya mahasiswa profesi Perlunya ketelitian dalam
ners yang sedang prektek identifikasi pasien
stase manajemen
keperawatan
2. Adanya hubungan baik
antara mahasiswa praktek
dengan perawat klinik
3. Terdapat gelang identitas
pada seluruh pasien yang
terlampir nama, tempat
tanggal lahir, nomor
rekam medis
2. Kecemasan/ Strenght Weakness
stres Adanya ruang bermain anak 1. Tidak terdapatnya SPO
hospitalisasi yang setiap saat bisa diakses kecemasan atau
penatalaksanaan stres
hospitalisasi
2. Kurangnya hiasan dinding
yang bertemakan tentang anak-
anak
Opportunity Threatened
1. Adanya mahasiswa profesi Beberapa pasien dan keluarga
ners yang sedang prektek tiudak mengalami stres
stase manajemen hospitalisasi
keperawatan
2. Adanya hubungan baik
antara mahasiswa praktek
dengan perawat klinik

111
3. Pencegahan Strenght Weakness
resiko jatuh 1. Adanya SPO pencegahan Ketidak patuhan penunggu pasien
resiko jatuh dalam pencegahan resiko pasien
2. KIE mengenai risiko jatuh
jatuhg selalu diberikan
saat label hendak dipasang
dan selama label masih
terpasang.
3. Pengkajian resiko jatuh
dilaksanakan setiap
pergantian shif
Opportunity Threatened
Adanya label resiko jatuh Kurang pengetahuan penunggu
pada tempat tidur pasien pasien tentang tanda pencegahan
resiko jatuh
4. Hand Strenght Weakness
hygiene/ 1. Adanya SPO hand 1. Ketidakpatuhan tenaga
cuci tangan hygiene kesehatan dalam mencuci
2. Tersedianya hand rub tangan (five moment)
disetiap sudut ruangan 2. Ketidakpatuhan penunggu
dan wastafel untuk pasien dalam cuci tangan
melakukan hand wash
Opportunity Threatened
Tersedianya hand rub disetiap Pemakaian hund rub kurang
sudut ruangan, tiap bed familiar di kalangan penunggu,
pasien dan wastafel untuk penunggu lebih senang cuci
melakukan hand wash tangan tanpa sabun
disetiap kamar
Pengetahuan Strenght Weakness
Adanya SPO pendidikan / Kurangnya pengetahuan pasien
edukasi pasien tentang penyakit yang sering
terjadi pada anak
Opportunity Threatened
1. Adanya leaflet penyakit Pemahaman pasien kurang
anak
2. Peran perawat yaitu
educator

2. Analisa Data
Data Fokus Problem Etiologi

112
Data Subjektif : Kurang efektif Pelaksanaan pre conference, post
Kurangnya antusias dan motivasi MPKP (Model conference, discharge planning,
beberapa perawat untuk Praktik Keperawatan orientasi pasien baru, S-BAR, ronde
melaksanakan MPKP. Profesional) keperawatan kurang optimal
Data Objektif :
1. Persepsi yang salah mengenai
pre conference dan post
conference yang disama artikan
dengan operan jaga yang biasa
di lakukan di Ruang Anggrek
2. Kedatangan beberapa perawat
yang shift selanjutnya tidak
tepat waktu sehingga operan
jaga dilakukan tidak tepat pada
waktunya.
3. Kurangnya penyampaian
discharge planning pada pasien
akan pulang.
4. Kurangnya penyampaian
orientasi ruangan pada pasien
baru.
5. Kurang optimal pelaksanaan S-
BAR saat operan jaga.

113
Data Subjektif : Kurang efektif Pelaksanaan ketepatan identifikasi
1. Kurangnya antusias dan pelaksanaan pasien pasien, stres hospitalisasi, pemakaian
motivasi beberapa penunggu safety alas kaki, pembuangan sampah
dan pengunjung pasien infeksius dan non infeksius,
melaksanakan pasien safety pencegahan resiko jatuh, hand
yaitu : hygiene/ cuci tangan kurang optimal
a. Kurang optimal
pelaksanaan identifikasi
pasien, Kecemasan atau
stres hospitalisasi yang
sering terjadi, beberapa
penunggu dan pengunjung
pasien mengatakan lebih
senang Ketidak patuhan
penunggu pasien dalam
pencegahan resiko pasien
jatuh,
b. Ketidakpatuhan tenaga
kesehatan dalam mencuci
tangan (five moment) dan
penunggu pasien dalam cuci
tangan.
Data Objektif :
1. Perlunya ketelitian dalam
identifikasi pasien, Beberapa
penunggu dan pengunjung
pasien kurang patuh dalam etika
batuk, Penunggu dan
pengunjung pasien tidak patuh
untuk tetap memakai alas kaki,
2. Kurang pengetahuan penunggu
pasien tentang tanda pencegahan
resiko jatuh
3. Pemakaian hund rub kurang
familiar di kalangan penunggu,
penunggu lebih senang cuci
tangan dengan sabun
4. Ketidakpatuhan tenaga
kesehatan dalam mencuci
tangan (five moment) sesuai
dengan SOP yang berlaku

114
Data Subjektif : Kurangnya pendidikan kesehatan kepada
Kurangnya pengetahuan pasien pengetahuan tentang keluarga pasien kurang optimal
tentang penyakit pada anak penyakit pada anak
Data Objektif :
1. Pemahaman pasien kurang
2. Ketersediaan leaflet terkait jenis
penyakit di ruangan masih
kurang

3. Prioritas Masalah
Penetapan prioritas masalah sebagai berikut :

Aspek Yang Dinilai Total


Masalah M S Mn Nc Af Skor
1 Kurang efektif MPKP (Model Praktik Keperawatan
Profesional) berhubungan dengan pelaksanaan pre
conference, post conference, discharge planning,
orientasi pasien baru, S-BAR kurang optimal
4 4 4 4 4 1024
2 Kurang efektif pelaksanaan pasien safety
berhubungan dengan pelaksanaan ketepatan
identifikasi pasien, stres hospitalisasi, pencegahan
resiko jatuh, hand hygiene/ cuci tangan kurang
optimal
3 4 4 4 3 576
3 Kurangnya pengetahuan tentang penyakit pada anak
berhubungan dengan pendidikan kesehatan kepada
keluarga pasien kurang optimal
3 3 3 4 4 432

115
Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan penyelesaian masalah dibuat dalam bentuk Plan Of Action (POA) yang disusun:

Masalah Tujuan Strategi Sasaran Kegiatan PJ Waktu Kriteria evaluasi


Kurang efektif MPKP Mengoptimalkan Role play KARU, 1. Persiapan Arizqu 19 Mei Evaluasi struktur :
(Model Praktik pelaksanaan Pre dan Katim dan  Melakukan 2018 a. Seluruh   perawat
Keperawatan Conference diruang bimbingan Perawat koordinasi dengan
di   Ruang
Profesional) rawat inap Anggrek Pelaksana KaRu, KaTim dan
Anggrek   ikut
berhubungan dengan perawat pelaksana
pelaksanaan pre dalam penerapan aktif   dalam
conference dan post MPKP kegiatan.
conference  Melakukan b. Penyelenggaraan
pengkajian
dilaksanakan   di
pelaksanaan Pre
Conference Ruang Anggrek.
c. Pengorganisasian
2. Pelaksanaan penyelenggaraan
21 mei
 Melakukan role play
– 2 juni kegiatan
dalam pelaksanaan
2018 dilakukan
Pre Conference.
sebelumnya. 
Evaluasi proses :
3. Bimbingan dan

116
Pendampingan 21 mei a. Perawat di Ruang
 Melakukan – 2 juni Anggrek aktif
bimbingan dan 2018 dalam kegiatan
pendampingan dan ada respon
dalam pelaksanaan positif.
Pre Conference. b. Perawat di Ruang

4. Evaluasi Anggrek   aktif


- Evaluasi dan   mampu
4 Juni
pelaksanaan Pre menyampaikan
2018
Conference gagasan/   saran
untuk
keberhasilan
program

Evaluasi hasil :
Perawat di Ruang
Anggrek memahami
pentingnya
peningkatan
pelayanan.

117
- Mengoptimalkan Role play KARU, 1. Persiapan Andhy 19 Mei
Ardat
pelaksanaan Pos dan Katim dan - Melakukan 2018
P.
Conference bimbingan Perawat koordinasi dengan
diruang rawat Pelaksana KaRu, KaTim dan
inap Anggrek perawat pelaksana
dalam penerapan
MPKP
- Melakukan
pengkajian
pelaksanaan Post
Conference

2. Pelaksanaan
- Melakukan role play 21 mei
dalam pelaksanaan – 2 juni
Pos Conference 2018

3. Bimbingan dan
Pendampingan
- Melakukan 21 mei
bimbingan dan – 2 juni
pendampingan 2018

118
dalam pelaksanaan
Pos Conference.
4. Evaluasi
- Evaluasi
pelaksanaan Pos
Conference 4 Juni
2018
Kurang efektif - Mengoptimalkan Role play Karu, Katim 1. Persiapan Hanesia 19 Mei Evaluasi struktur :
Priska
pelaksanaan pasien pelaksanaan dan dan Perawat 1) Melakukan koordinasi 2018 a. Seluruh   perawat
safety berhubungan pasien safety bimbingan pelaksana dengan KaRu, KaTim
di   Ruang
dengan pelaksanaan secara optimal dan perawat pelaksana
ketepatan dalam penerapan Anggrek   ikut
ketepatan identifikasi
pasien/ gelang identitas, identifikasi ketepatan identifikasi aktif   dalam
stres hospitalisasi, pasien/ gelang pasien/ gelang identitas kegiatan.
identitas 2.Pelaksanaan
pencegahan resiko b. Penyelenggaraan
- Melakukan
jatuh, hand hygiene/ 21 mei dilaksanakan   di
bimbingan ketepatan
cuci tangan kurang – 26
identifikasi pasien/ Ruang Anggrek.
optimal juni
gelang identitas
2018 c. Pengorganisasian
penyelenggaraan
3.Bimbingan dan
Pendampingan kegiatan
- Melakukan dilakukan
bimbingan dan 27 mei
sebelumnya. 
pendampingan dalam – 2
Evaluasi proses :
Juni

119
pelaksanaan 2018 a. Perawat di Ruang
ketepatan identifikasi Anggrek aktif
pasien/ gelang dalam kegiatan
identitas dan ada respon
4.Evaluasi 4 Mei positif.
- Evaluasi pelaksanaan 2018 b. Perawat di Ruang
ketepatan identifikasi
Anggrek   aktif
pasien/ gelang
identitas dan   mampu
menyampaikan
gagasan/   saran
untuk
keberhasilan
program
Evaluasi hasil :
Perawat di Ruang
Anggrek memahami
pentingnya
peningkatan
pelayanan.
- Mengoptimalkan Role play Karu, Katim 1.Persiapan Fatah 19 Mei Evaluasi struktur :
Amrulla
pelaksanaan dan dan Perawat - Melakukan h 2018 a. Seluruh
pasien safety bimbingan pelaksana koordinasi dengan
perawat   di
secara optimal KaRu, KaTim dan
Ruang

120
pencegahan perawat pelaksana Anggrek   ikut
resiko jatuh dalam penerapan aktif   dalam
pencegahan resiko
jatuh kegiatan.
2.Pelaksanaan 21 mei b. Menyelenggar
- Melakukan aan
– 26
bimbinagn
juni dilaksanakan
pelaksanaan
2018 di   Ruang
pencegahan resiko
jatuh Anggrek.
3.Bimbingan dan c. Pengorganisasi
Pendampingan
- Melakukan 27 mei an
bimbingan dan – 2 penyelenggara
pendampingan Juni an   kegiatan
dalam pelaksanaan 2018
dilakukan
pencegahan resiko
sebelumnya. 
jatuh
Evaluasi proses :
4.Evaluasi 4 Mei a. Perawat di Ruang
Evaluasi pelaksanaan 2018 Anggrek aktif
pencegahan resiko jatuh dalam kegiatan
dan ada respon
positif.
b. Perawat di Ruang

121
Anggrek   aktif
dan   mampu
menyampaikan
gagasan/   saran
untuk
keberhasilan
program
Evaluasi hasil :
Perawat di Ruang
Anggrek memahami
pentingnya
peningkatan
pelayanan.
- Mengoptimalkan Role play Karu, Katim 1.Persiapan Ahmad 19 Mei Evaluasi struktur :
Taisir
pelaksanaan dan dan Perawat - Melakukan 2018 a. Seluruh   perawat
pasien safety bimbingan pelaksana koordinasi dengan
di   Ruang
secara optimal KaRu, KaTim dan
hand hygiene/ perawat pelaksana Anggrek   ikut
cuci tangan dalam penerapan aktif   dalam
kurang optimal hand hygiene/ cuci kegiatan.
tangan b. Penyelenggaraan
2.Pelaksanaan dilaksanakan   di
- Melakukan 21 mei
Ruang Anggrek.

122
bimbingan dalam – 26 c. Pengorganisasian
pelaksanaan juni penyelenggaraan
hand hygiene/ cuci 2018
tangan kegiatan
dilakukan
3.Bimbingan dan sebelumnya. 
Pendampingan
27 mei Evaluasi proses :
- Melakukan
– 2 a. Perawat di Ruang
bimbingan dan
Juni Anggrek aktif
pendampingan
2018 dalam kegiatan
dalam pelaksanaan
dan ada respon
hand hygiene/ cuci
positif.
tangan
4.Evaluasi b. Perawat di Ruang
Evaluasi pelaksanaan hand Anggrek   aktif
hygiene/ cuci tangan 4 Mei
dan   mampu
2018
menyampaikan
gagasan/   saran
untuk
keberhasilan
program
Evaluasi hasil :
Perawat di Ruang
Anggrek memahami

123
pentingnya
peningkatan
pelayanan.

124
Kurangnya - Mengoptimalkan Bimbingan Karu, Katim 1. Persiapan Fuji 19 mei Evaluasi struktur :
Rahma
pengetahuan tentang pelaksanaan dan Perawat - Melakukan H. 2018 a. Seluruh   perawat
penyakit pada anak pendidikan pelsana koordinasi dengan KaRu
di   Ruang
berhubungan dengan kesehatan tentang dan Kabid Keperawatan
- Pembuatan materi Anggrek   ikut
pendidikan kesehatan penyakit pada
kepada keluarga pasien anak pendidikan kesehatan aktif   dalam
kurang optimal - Pembuatan leaflet tetang penyakit kegiatan.
fraktur dan
penyakit pada b. Penyelenggaraan
anak pembuatan leaflet
dilaksanakan   di
penyakit pada anak
2. Pelaksanaan Ruang Anggrek.
21 mei
- Mengajukan SAK c. Pengorganisasian
April
pendidikan
2018 penyelenggaraan
kesehatan penyakit
pada anak kegiatan
3. Bimbingan dilakukan
- Melakukan 27 mei
sebelumnya. 
bimbingan dan – 2 juni
Evaluasi proses :
pendidikan kesehatan 2018
a. Perawat di Ruang
penyakit pada anak Anggrek aktif
4.Evaluasi
dalam kegiatan
- Evaluasi hasil 4 juni
dan ada respon
pendidikan kesehatan 2018
positif.
penyakit pada anak
b. Perawat di Ruang
Anggrek   aktif
dan   mampu

125
79

Anda mungkin juga menyukai