Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL PROYEK INOVASI

Efektivitas Terapi Air Hangat terhadap Penurunan Nyeri Persalinan


Kala I Fase Aktif pada Ibu Bersalin di Ruang VK
RSD Gunung Jati Kota Kota Cirebon
Tahun 2020

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Departemen Keperawatan


Maternitas

Disusun Oleh
Kelompok 5

1. Dudi (JNR0190021) 6. Rida Lestari (JNR0190042)


2. Luthfi Allatif (JNR0190031) 7. Riza Nur Alfiah (JNR0190044)
3. Nina Riskiyani (JNR0190035) 8. Rizkar Purna D. (JNR0190045)
4. Nurul Chotimah (JNR0190037) 9. Yogi Triyoga (JNR0190061)
5. Pipik Taufik (JNR0190040)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT,


karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas proyek inovasi pada stase maternitas yang berjudul “ Efektivitas Terapi Air
Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala 1 Fase Aktif Pada Ibu Bersalin di
Ruang VK RSD Gunung Jati tahun 2020”.
Laporan ini ditujukan untuk menyelesaikan tugas proyek inovasi pada
stase maternitas di Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kuningan (STIKKU). Dalam Penulisan laporan ini, kami banyak mendapatkan
bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan kali ini tak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung,
membimbing kami dalam proses proyek inovasi ini.
Kami menyadari bahwa dalam laporan proyek inovasi ini terdapat
kesalahan-kesalahan baik dalam segi penulisan ataupun penyusunan laporan
penelitian ini. Kesalahan secara disengaja ataupun tidak disengaja mohon untuk
dimaklumi.
Kami berharap, proyek inovasi yang kami lakukan dapat menjadikan
wawasan, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam
memberikan penangan asuhan keperawatan pada klien nyeri persalinan kala 1
fase aktif pada ibu bersalin.

Cirebon, Januri 2020

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................................1
B. Tujuan Proyek Inovasi .............................................................................................2
C. Manfaat Proyek Inovasi ...........................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep pesalinan ....................................................................................................4
1. Pengertian persalinan ........................................................................................4
2. Sebab – Sebab Persalinan ..................................................................................4
3. Tanda – Tanda Mulainya Persalinan..................................................................5
4. Proses Persalinan ..............................................................................................5
B. Nyeri Persalinan
1. Pengertian Nyeri Persalinan ...............................................................................5
2. Penyebab Nyeri Persalinan ...............................................................................6
3. Fisiologi Nyeri Persalinan..................................................................................6
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan ..........................................6
5. Jenis nyeri persalinan .........................................................................................7
6. Lama nyeri persalinan ........................................................................................7
7. Penyebaran nyeri persalinan ..............................................................................8
8. Akibat tidak mengatasi nyeri ............................................................................8
9. Penanganan nyeri persalinan..............................................................................9
10. Pengukuran skala nyeri ...................................................................................11
C. Konsep Terapi Air Hangat
1. Pengertian terapi air hangat ............................................................................12
2. Manfaat terapi hangat ......................................................................................12
3. Indikasi penggunaan terapi air hangat .............................................................12
4. Kontraindikasi terapi air hangat .......................................................................13
5. Prinsip pemberian air hangat ...........................................................................13
6. Prosedur penggunaan terapi air hangat menggunakan buli-buli ......................13
BAB III PEMBAHASAN
A. Hasil Pembahasan Proyek Inovasi .........................................................................15

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ................................................................................................................18
B. Saran ......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri persalinan atau his persalinan adalah kontraksi otot-otot rahim pada
persalinan, dimana dengan his tersebut yang menyebabkan pendataran dan pembukaan
serviks (Clervo,2011). His juga sebagai salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan
serviks membuka dan mendorong janin ke bawah (Saifuddin, 2012). Sebagian besar ibu
bersalin mengalami rasa nyeri pada waktu melahirkan, tetapi intensitasnya rasa nyeri ini
berbeda pada setiap ibu bersalin. Hal ini sering dipengaruhi oleh psikologis ibu saat
bersalin (rasa takut dan berusaha melawan persalinan) serta ada tidaknya dukungan dari
orang sekitar selama proses persalinan (Yanti, 2014). Saat yang paling melelahkan dan
berat, dan kebanyakan ibu hamil merasakan sakit atau nyeri pada saat persalinan adalah
kala 1 fase aktif.
Adapun cara untuk menghilangkan nyeri persalinan yang paling efektif dan efisien
adalah tindakan medis yang dilakukan oleh medis seperti pemberian obat dan tindakan
non medis atau non farmakologis. Tindakan non medis atau non farmakologis yang dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan atau bidan antara lain adalah relaksasi, teknik pemusatan
pikiran dan imajinasi, teknik pernafasan, hidroterapi, masase atau sentuhan terapeutik,
hipnosis, akupuntur (satu pengobatan alternatif 2 yang banyak dilakukan untuk mengobati
berbagai penyakit) dan acupressure (Danuatmaja, 2015).
Sebagian besar ibu bersalin (90%) memilih metode non farmakologis untuk
mengatasi nyeri. Terapi kompres hangat merupakan salah satu metode non farmakologis
untuk mengatasi nyeri. Metode ini mempunyai risiko yang sangat rendah, bersifat murah,
simpel, efektif, tanpa efek yang merugikan dan dapat meningkatkan kepuasan selama
persalinan. Penggunaan kompres hangat untuk area yang tegang dan nyeri dianggap
mampu meredakan nyeri. Hangat mengurangi spasme otot yang disebabkan oleh iskemia
yang merangsang neuron yang memblok transmisi lanjut rangsang nyeri menyebabkan
vasodilatasi dan peningkatan aliran darah ke area yang dilakukan pengompresan (Walsh,
2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2011) yaitu pengaruh Teknih
Pemberian Perubahan Skala Nyeri Persalinan Pada Klien Primigravida.Terapi kompres
hangat adalah salah satu terapi managemen nyeri persalinan selain terapi alternatif
lainnya seperti pemberian psikoedukasional, terapi biofeedback, terapi endorphin, gate
kontrol dan sensory transformation. Terapi kompres hangat juga telah banyak digunakan
sebagai terapi nyeri di bidang keilmuan lain misalnya mengurangi nyeri persendian, nyeri
postoperasi. Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan signal ke
hipothalamus melalui spinal cord. Ketika reseptor yang peka terhadap panas 3
dihipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan signal yang memulai berkeringat
dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah akan memperlancar sirkulasi
oksigenisasi mencegah, terjadinya spasme otot, memberikan rasa hangat membuat otot
tubuh lebih rileks, dan menurunkan rasa nyeri.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2014) di RB. Ananda Mojokerto yang
bertujuan untuk mengukur ada tidaknya penurunan nyeri dengan metode kompres hangat
pada ibu bersalin. Dari hasil penelitian diperoleh intensitas nyeri sebelum dilakukan
tekhnik kompres hangat nilai rata-rata adalah 73,4% dan setelah dilakukan intervensi nilai
rata-rata adalah 66,6%. Maka dapat disimpulkan adanya pengaruh yang signifikan
sebelum dan setelah intervensi p=0,002 < α=0,05 maka H1 diterima, dari penggunanaan
kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri pada ibu bersalin. Kompres air hangat
yang diberikan pada punggung bawah wanita di area tempat kepala janin menekan tulang
belakang akan mengurangi nyeri, panas akan meningkatkan sirkulasi ke area tersebut
sehinga memperbaiki anoksia jaringan yang disebabkan oleh tekanan. Panas dapat
disalurkan melalui konduksi (botol air panas, bantalan pemanas listrik, lampu, kompres
hangat kering dan lembab) atau konversi (Ultrasonografi, diatermi) (Yani, 2012).
Proyek inovasi mengenai nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada ibu persalinan
telah banyak dilakukan di luar negeri dan menjadi hal yang penting untuk mengatasi
masalah tersebut. Penelitian di Indonesia saat ini masih belum banyak dilakukan. Studi
pendahuluan yang dilaksankan di ruang VK RSU Gunung Jati Kota Cirebon pada tanggal
18 Desember 2019- 10 januarri 2020 terhadap 4 pasien persalinan kala I fase aktif
mengalami nyeri sangat berat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan proyek
inovasi tentang efektifitas terhadap penurunan nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada ibu
persalinan di Ruang VK RSD Gunung Jati Kota Cirebon.

B. Tujuan Proyek Inovasi


1. Tujuan Umum Proyek Inovasi

Proyek inovasi ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi air hangat
terhadap penurunan nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada ibu bersalin di Ruang VK
RSD Gunung Jati Kota Cirebon.

2. Tujuan Khusus Proyek Inovasi


a. Untuk mengetahui skala nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada ibu bersalin
sebelum diberikan intervensi air hangat.
b. Diketahuinya skala nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada ibu bersalin setelah
pemberian intervensi terapi air hangat.
c. Diketahuinya pengaruh dan efektivitas terapi air hangat terhadap penurunan
nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada ibu bersalin.

C. Manfaat Proyek Inovasi


1. Bagi Rumah Sakit
a. Dapat dijadikan pengembangan intervensi untuk tenaga kesehatan memberikan
konseling kepada ibu persalinan untuk mengurangi nyeri persalinan kala 1 fase
aktif pada ibu bersalin.
b. Dapat dijadikan referensi asuhan keperawatan maternitas dalam mengurangi
rasa nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada ibu bersalin.
c. Hasil proyek inovasi dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi untuk
rumah sakit khususnya dalam keperawatan maternitas dalam memberikan
keperawatan mandiri untuk mengurangi nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada
ibu bersalin.
d. Hasil proyek inovasi tentang nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada ibu
bersalin dengan teknik terapi air hangat yang belum dilakukan di ruang VK
sehingga kami tertarik untuk mengambil penelitian tesebut.

2. STIKes Kuningan
Hasil proyek inovasi ini dapat dijadikan referensi tambahan dan
pengembangan proyek inovasi tentang efektivitas terapi air hangat terhadap
penurunan nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada ibu bersalin dengan jumlah
responden dan variasi proyek inovasi yang bias digunakan untuk perunan nyeri
persalinan.

3. Bagi Profesi Keperawatan


Hasil proyek inovasi ini diharapkan dapat menjadi pengembangan intervensi
keperawatan mandiri dan sebagai penambah wawasan atau pengetahuan bagi profesi
keperawatan untuk menurunkan nyeri persalinan kala 1 fase aktif pada ibu bersalin.

4. Bagi Responden
Proyek inovasi nyeri persalinan kala 1 fase aktif secara efektif ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan bagi ibu bersalin yang mengalami gangguan rasa nyeri
dan nyaman. Untuk dapat mengetahui fisiologi dan mampu melaksanakan upaya
penurunan rasa nyeri dam meningkatkan kenyamanan dengan cara kompres air
hangat. juga bermanfaat sebagai pedoman untuk responden didalam penatalaksanaan
nyeri persalinan kala 1 fase aktif secara efektif dan mudah untuk dilaksanakan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain
(Mochtar, 2011). Varney (2015), menjelaskan bahwa persalinan adalah
rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu.
Proses persalinan dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh
perubahan progesif pada serviks, dan akhirnya dengan kelahiran plasenta.
Menurut Manuaba (2011), persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(Janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir dengan bantuan maupun tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwapersalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi berupa janin
danplasenta yang telah cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau jalan lain. Persalinan dimulai dengan adanya
kontraks irahim, ditandai perubahan progresif pada servik, dan diakhiri
dengan kelahiran plasenta.

2. Sebab – Sebab Persalinan


Menurut Mochtar (2011), penyebab terjadinya persalinan belum diketahui
benar, yang ada hanyalah merupakan teori–teori yang kompleks antara lain teori
penurunan hormone, teori plasenta, teori distensi rahim, teori iritasi mekanik,
dan induksi partus (induction of labour). Teori penurunan hormon ditandai
dengan satu sampai dua minggu sebelum partus mulai tejadi penurunan
kadar hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his.
Sedangkan teori plasenta dikarenakan plasenta menjadi tua menyebabkan
turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim,
selain itu juga teori distensi rahim dimana rahim yang menjadi besar dan
merenggang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu
sirkulasi utero–plasenter (Mochtar, 2011).
Sementara itu teori iritasi mekanik berada di belakang serviks terletak
ganglion servikale yang bila digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala bayi,
akan timbul kontraksi uterus. Kemudian mengalami induksi partus, partus
dapat pula ditimbulkan dengan adanya jalan dari Gagang laminaria yaitu
beberapa laminaria dimasukan dalam kanali servikalis dengan tujuan
merangsang pleksus frankenhause. Amniotomi yaitu pemecahan ketuban.
Oksitosin drips adalah pemberian oksitosin menurut tetesan per infus (Mochtar,
2011).
3. Tanda – Tanda Mulainya Persalinan
Farrer (2012) mengemukakan beberapa tanda–tanda dini akan dimulainya
persalin antara lain lightening, sering buang air kecil, dan kontraksi Braxton
– Hicks. Terjadi Lightening dimaksudkan saat kepala janin masuk ke dalam
rongga panggul karena berkurangnya tempat didalam uterus dan sedikit
melebarnya simpisis, pada primigravida akan terlihat pada kehamilan 36
minggu sementara pada multipara tampak setelah persalinan dimulai mengingat
otot--otot abdomennya lebih kendor.
Biasanya ibu – ibu juga sering buang air kecil disebabkan oleh tekanan
kepala janin pada kandung kemih. Kontraksi Braxton – Hicks yang ditandai
dengan uterus yang terengang dan mudah dirangsang akan menimbulkan
distensi dinding abdomen sehingga dinding abdomen menjadi lebih tipis dan
kulit menjadi lebih peka terhadap rangsangan (Mochtar, 2011).
Menurut Mochtar (2011) tanda–tanda inpartu antara lain adalah adanya
rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur disertai
keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan -
robekan kecil pada serviks juga Kadang-kadang ketuban pecah dengan
sendirinya, biasa disebut ketuban pecah dini. Pada saat pemeriksaan dalam
serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

4. Proses Persalinan
Mochtar (2011) menjelaskan tentang proses persalinan yang terdiri dari 4
kala yaitu pada Kala I waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi
pembukaan lengkap 10 cm. Dibagi atas 2 fase yaitu fase latendimana
pembukaan serviks 1–3 cm. Dan fase aktif dimana pembukaan servik 4–10
cm. Pada primigravida berlangsung 13-14 jam dan pada multigravida
berlangsung 6-7 jam. Kemudian pada Kala II merupakan kala pengeluaran janin,
waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan, mendorong
janin keluar hingga lahir. Pada primigravida berlangsung 1,5–2 jam dan
pada multigravida berlangsung 0,5–1 jam.
Sedangkan pada kala III terjadi pelepasan dan pengeluaran uri. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Kala IV
digunakan sebagai pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

B. Nyeri Persalinan
1. Pengertian Nyeri Persalinan
Nyeri merupakan suatu kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatnya, dan hanya pada orang tersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami (Uliyah, 2014).
Nyeri persalinan adalah nyeri rintik dengan peningkatan frekuensi dan
keparahan (Dorland, 2012). Sedangkan menurut Mender (2014) nyeri
persalinan adalah nyeri yang menyertai kontraksi uterus. Nyeri persalinan
berasal dari gerakan (kontraksi) rahim yang berusaha mengeluarkan bayi.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri
persalinan adalah nyeri yang berasal dari gerakan (kontraksi) rahim yang
bersifat subyektif, ritmik dengan peningkatan frekuensi dan keparahan yang
digunakan untuk mengeluarkan bayi.

2. Penyebab Nyeri Persalinan


Menurut Aryasatiani (2012), penyebab nyeri persalinan adalah Gerakan
kontraksi rahim menyebabkan otot-otot dinding rahim mengkerut,menjepit
pembuluh darah sehingga timbul nyeri. Vagina (jalan lahir ) dan jaringan lunak di
sekitarnya meregang sehingga terasa nyeri. Keadaan mental ibu (ketakutan,
cemas, khawatir atau tegang) serta hormone prostaglandin yang meningkat
sebagai respons terhadap stres (Aryasatiani, 2012).

3. Fisiologi nyeri persalinan


1) Fisiologi (alur) terjadinya nyeri dalam persalinan yaitu
a) Pada kala I
Nyeri di hasilkan oleh di latasi serviks dan SBR ,serta distensi uterus.
Intensitas nyeri kala I akibat dari kontraksi uterus involunter nyeri di
rasakan dari pinggang dan menjalar ke perut. Kualitas nyeri bervariasi.
Sensasi impuls dari uterus sinapsnya pada torakal 10,11,12 dan lumbal 3,4.
Mengurangi nyeri pada fase ini dengan memblok daerah di atasnya.
b) Fase transisi
Dari kala I sampai kala II. Selama fase transisi ibu biasanya akan
merasakan sensasi nyeri yang amat sangat. Ekspresi tampak tidak berdaya
dan menujukkan kemampuan penurunan pendengar dan konsentrasi
c) Pada kala II
Nyeri di akibatkan oleh tekanan kepala janin pada pelvis. Distensi
struktur pelvis dan tekanan pada pleksus lumbo sakralis. (Mahdi,a 2011)

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan


1. Budaya
Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengaruhi oleh budaya
individu. Budaya mempengaruhi sikap ibu pada saat bersalin. Menurut
Mulyati bahwa budaya mempengaruhi ekspresi nyeri intranatal pada ibu
primipara.
2. Emosi
Stres atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat menyebabkn kontraksi
uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan. Pada saat tubuh
dalam keadaan stres, hormon stres yaitu katekolamin akan dilepaskan,
sehingga memberi respon nyeri namun sebaliknya bila dalam kondisi rileks
maka akan keluar hormon endorpin penghilang rasa sakit.
3. Pengalaman persalinan
Menurut Bobak, pengalaman persalinan sebelumnya juga dapat
mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu yang memiliki pengalaman
persalinan yang menyakitkan dan sulit pada persalinan sebelumnya,
perasaan cemas dan takut pada pengalaman yang lalu akan mempengaruhi
sensitifitasnya rasa nyeri.
4. Support system
Dukungan dari pasangan, keluarga maupun pendamping persalinan dapat
membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin, juga membantu mengatasi rasa
nyeri.
5. Persiapan persalinan
Persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan cemas dan
takut akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat memilih berbagai teknik
untuk mengatasi ketakutannya.

5. Jenis nyeri persalinan


Persalinan berhubungan dengan dua jenis nyeri yang berbeda. Pertama
nyeri berasal dari otot rahim pada saat otot itu berkontraksi, nyeri yang timbul
disebut nyeri visceral. Nyeri ini tidak dapat ditentukan dengan tepat lokasinya
(pin-pointed). Nyeri visceral juga dapat dirasakan pada orang lain yang bukan
merupakan asalnya disebut nyeri alih (refferedpain). Pada persalinan nyeri alih
dapat dirasakan pada orang pada punggung bagian bawah dan sacrum (Suheimi,
2014).
Nyeri yang kedua timbul pada saat mendekati kelahiran. Tidak seperti
nyeri visceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum dan perineum,
sekitar anus. Nyeri jenis ini disebut nyeri somatik dan disebabkan peregangan
sruktur jalan lahir bagian bawah akibat penurunan bagian terbawah janin
(Suheimi, 2014).
Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan myelin
yang terbesar pada kulit dan mukosa, khususnya pada organ
visceralpersendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu.
Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau
rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histami,
bradikinin,prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas, apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi (Long, 2011 dalam
Uliyah & Hidayat, 2015).
Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik, atau, mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima, oleh receptor tersebut ditransmisikan berupa
implus-implus nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis.
Serabut yang bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C
). Implus-implus yang ditrasmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat
inhibitor yang ditrasmisikan ke serabut C. Serabutserabut aferen masuk ke
spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal
horn sendiri terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan
(Long,2011 dalam Uliyah & Hidayat, 2015).
Di antara lapisan dua dan tiga membentuk substantia gelatinosa yang
merupakan saluran utama implus. Kemudian, implus nyeri menyeberangi
sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur
spinalasendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamus tract (STT) dan
spinoreticular tract yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi nyeri
(Long,2011 dalam Uliyah & Hidayat, 2015).
Dari proses trasmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadi nyeri,yaitu jalur
opiate dan jalur non opiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan receptor pada
otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak
tengah dan medulla ke tanduk dorsal sumsum tulang belakang yang
berkonduksi dengan nosciceptor implus supresif. Serotonin merupakan
neurotransmitter dalam implus supresif. Sistem supresif lebih mengaktifkan
stimulasi nociceptor yang ditrasmisikan oleh serabut A. Jalur non opiate
merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons terhadap naloxone
yang kurang banyak diketahui mekanismennya (Long,2011 dalam Uliyah &
Hidayat, 2015).

6. Lama Nyeri Persalinan


Nyeri selama persalinan dirasakan selama kala pembukaan dan makin
hebat dalam kala pengeluaran. Pada wanita yang baru pertama sekali bersalin,
kala pembukaan berlangsung kira-kira 13 jam dan kala pengeluaran kira - kira
1 1/2 jam. Pada wanita yang pernah melahirkan kala pembukaan berlangsung
lebih singkat yaitu sekitar 7 jam dan kala pengeluaran sekitar 1/2 jam (Hutajulu,
2012).

7. Penyebaran Nyeri Persalinan


Rangsangan nyeri persalinan pada kala I ditrasmisikan dari serataferen
melalui flesus hipogastrik superior, inferior dan tengah, rantai simpatik torakal
bawah, dan lumbal, ke ganglia akar saraf posterior pada T10 sampai L 1. Nyeri
dapat disebar dari area pelvis ke umbilicus, paha atas, dan area midsakral. Pada
penurunan janin, biasanya pada kala II, rangsangan ditransmisikan melalui
saraf pudendal melalui pleksus sacralke ganglia akar saraf posterior pada S2
sampai S4. Selama persalinan kala II, ketika tidak ada lagi tahanan dari serviks,
nyeri masih dialami karena distensi lanjut segmen uterus bawah. Ketika janin turun
ke pelvis, nyeri yang disebabkan oleh distensi sepertiga anterior vagina dan
perineum menggantikan nyeri viseral profunda. Tekanan dan trauma pada fascia,
jaringan subkutan, dan otot skelet merangsang nosiseptif dan menggeser lokus
nyeri secara eksternal. Tekanan pada akar pleksus lumbo sacral menimbulkan
nyeri pada paha, kaki, vagina, perineum,dan rectum (Walsh, 2011).

8. Akibat Tidak Mengatasi Nyeri


Menurut Mander (2014), nyeri persalinan yang berat dan lama dapat
mempengaruhi ventilasi, sirkulasi, metabolisme dan aktivitas uterus. Nyeri saat
persalinan bisa menyebabkan tekanan darah meningkat, dan konsentrasi ibu
selama persalinan menjadi terganggu, tidak jarang kehamilan membawa "stres"
atau rasa khawatir atau cemas yang membawa dampak dan pangaruh terhadap
fisik dan psikis baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya misalnya
mengakibatkan kecacatan jasmani dan kemunduran kepandaian serta mental
emosional. Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas.
Rasa cemas yang berlebihan juga menambah nyeri.
Nyeri dan cemas menyebabkan otot menjadi spastik dan kaku.
Menyebabkan jalan lahir menjadi kaku, sempit dan kurang relaksasi.
Disamping itu dapat pula terjadi keletihan yang mengakibatkan penurunan kontraksi
uterus.Hal ini dapat mengakibatkan lamanya persalinan. Persalinan yang lama
akan membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya (Suheimi, 2015).

9. Penanganan Nyeri persalinan


Menurut Mander (2014) penanganan nyeri persalinan dapat dilakukan
secara farmakologi antara lain dengan penggunaan analgesia inhalasi yaitu
dengan mengisap asap dari zatalami, seperti bunga opium,kloroform,
metoksifluran (0,35%), triklkoretilen (0,25-1%) dan kombinasi dinitrogen
oksida dan oksigen yang telah dicampur diberikan dengan alat entonox.
Analgesia opiolid menggunakan obat narkotik yang digunakan untuk terapi secara
legal, dengan menerapkan peraturan obat terkontrol. Anestia regional dengan
pemberian anestesi lokal, opioid atau kombinasi keduanya. Menurut Potter (2015)
tindakan peredaan nyeri dapat di bagi 2 yaitu secara farmakologi dan non
farmakologi :
1) Metode farmakologis
a) Analgesia inhalasi
b) Analgesia opioid
c) Analgesia regional
d) Anastesi umum
2) Metode non farmakologi
a) Relaksasi
b) Hipnoterapi
c) Imajinasi
d) Akupuntur
e) TENS
f) Terapi musik
g) Hidroterapi
h) Kompres hangat
Secara non-farmakologi antara lain dapat dilakukan dengan cara distraksi,
biofeedback atau umpan balik hayati, hipnosis–diri, mengurangi persepsi nyeri,
dan stimulasi kutaneus. Peredaan nyeri menggunakan distraksi dengan
mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain dan dengan demikian menurunkan
kewaspadaan terhadap nyeri. Distraksi bekerja memberi pengaruh palingbaik
untuk jangka waktu yang singkat, untuk mengatasi nyeri intensif hanya
berlangsung beberapa menit.
Pada Biofeedback atau umpan balik hayati yaitu terapi perilaku yang
dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respons fisiologis
(misalnya tekanan darah atau tegangan) dan cara untuk melatih kontrol volunter
terhadap respon tersebut. Terapi non farmakologi jenis distraksi ini digunakan
untuk menghasilkan relaksasi dalam dan sangat efektif untuk mengatasi
ketegangan otot dan nyeri kepala migran untuk mempelajari terapi ini
dibutuhkan waktu beberapa minggu (Mander, 2014).
Hipnosis - diri dengan membantu mengubah persepsi nyeri melalui
pengaruh sugesti positif. Hipnosis-diri menggunakan sugesti diri dan kesan
tentang perasaan yang rileks dan damai. Individu memasuki keadaan rileks
dengan menggunakan bagian ide pikiran dan kemudian kondisi-kondisi yang
menghasilkan respons tertentu bagi mereka (Edelman dan Mander, 2014).
Hypnosis–diri sama seperti dengan melamun.
Konsentrasi yang intensif mengurangi ketakutan dan stress karena
individu berkonsentrasi hanya pada satu pikiran. Selain itu juga mengurangi
persepsi nyeri merupakan salah satu cara sederhana untuk meningkatkan rasa
nyaman ialah membuang atau mencegah stimulasi nyeri. Hal ini terutama
penting bagi klien yang imobilisasi atau mampu merasakan sensasi
ketidaknyamanan. Nyeri juga dapat dicegah dengan mengatisipasi kejadian
yang menyakitkan, misalnya seorang klien yang dibiarkan mengalami
konstipasi akan menderita distensi dan kram abdomen. Upaya ini hanya klien
alami dan sedikit waktu ektra dalam upaya menghindari situasi yang
menyebabkan nyeri (Edelman dan Mander, 2014).
Terapi stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk
menghilangkan nyeri masase, mandi air hangat, kompres panas atau dingin
dan stimulasi saraf elektrik traskutan (TENS) merupakan langkah-langkah
sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Cara kerja khusus
stimulasi kutaneus masih belum jelas. Salah satu pemikiran adalah bahwa cara
ini menyebabkan pelepasan endorfin, sehingga memblog transmisi stimulasi
nyeri. Teori gate - control mengatakan bahwa stimulus ikutaneus mengaktifkan
transmisi serabut saraf sensori A - beta yang lebih besar dan lebih cepat.
Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut dan delta - A
berdiameter kecil. Gerbang sinap menutup transmisi implus nyeri.
Bahwa keuntungan stimulasi kutaneus adalah tindakan ini dapat ini dapat
dilakukan di rumah, sehingga memungkinkan klien dan keluarga melakukan
upaya kontrol gejala nyeri dan penanganannya. Penggunaan yang benar dapat
mengurangi persepsi nyeri dan membantu mengurangi ketegangan otot.
Stimulasi kutaneus jangan digunakan secara langsung pada daerah kulit yang
sensitif (misalnya luka bakar, luka memar, ream kulit, inflamasi dan kulit dibawah
tulang yang fraktur) (Edelman dan Mander, 2014).
10. Pengukuran Skala Nyeri
Pengukuran skala nyeri dalam proyek inovasi ini menggunakan Numeric
Rating Scale (NRS). Skala penilaian numerik lebih digunakan sebagai pengganti
alat deskripsi kita. Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0 – 10 (Taylor,
2011). Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
setelah intervensi terapeutik (Potter & Perry, 2006).

Gambar 2.1
Numeric Rating Scale
Sumber: Ma’rifah & Surtiningsih (2013)

a. 0 (Tidak Nyeri)
Tidak ada keluhan nyeri haid/kram di area perut bagian bawah, wajah
tersenyum, vocal positif, bergerak dengan mudah, tidak menyentuh atau
menunjukkan area yang nyeri.

b. 1-3 (Nyeri Ringan)


Terasa kram pada perut bagian bawah, tetapi masih dapat ditahan,
masih dapat melakukan aktivitas, masih dapat berkonsentrasi belajar.

c. 4-6 (Nyeri Sedang)


Terasa kram di area perut bagian bawah, kram/nyeri tersebut
menyebar ke pinggang, kurang nafsu makan, sebagian aktivitas dapat
terganggu, sulit/susah berkonsentrasi belajar, terkadang merengek kesakitan,
wajah netral, tubuh bergeser secara netral, menepuk/meraih area yang nyeri.

d. 7-9 (Nyeri Berat)


Terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
pinggang, paha atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas,
tidak kuat beraktivitas, tidak dapat berkonsentrasi belajar, menangis, wajah
merengut/meringis, kaki dan tangan tegang/tidak dapat digerakkan.

e. 10 (Nyeri Sangat Berat)


Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian bawah, nyeri
menyebar ke pinggang, kaki, dan punggung, tidak mau makan, mual, muntah,
sakit kepala, badan tidak ada tenaga, tidak bisa berdiri atau bangun dari
tempat tidur, tidak dapat beraktivitas, tangan menggenggam, mengatupkan
gigi, menjerit, terkadang bisa sampai pingsan

C. Konsep Terapi Air Hangat


1. Pengertian Terapi Air Hangat
Terapi air hangat merupakan bagian dari penatalaksanaan nyeri secara
nonfarmakologis (Potter & Perry, 2011). Pelaksanaan terapi air hangat dapat
digunakan dengan cara meletakkan handuk hangat basah, bantalan panas, warm
shower, pasta silika, atau buli-buli yang dapat di letakkan di perut bagian bawah,
selangkangan, paha, punggung bawah, bahu, atau perinium yang mengalami nyeri
(Ancheta, 2005). Keuntungan pelaksanaan terapi ini meliputi dua hal. Pertama,
terapi air hangat sebagai konduktor panas, dapat melemaskan otot dan meredakan
nyeri. Kedua, yaitu efek hidrokinesis dimana air dapat mengurangi pengaruh
gravitasi dan ketidaknyamanan akibat tekanan pada tulang belakang dan struktur
lainnya (Garland & Jones 1994 ; Mander, 2004).

2. Manfaat Terapi Air Hangat


Terapi air hangat merupakan bagian dari terapi non farmakologi untuk
mengatasi nyeri (Brunner & Suddart, 2002). Terapi air hangat didalam
penatalaksanaan masalah nyeri bereaksi dengan cara menghambat reseptor nyeri
dengan vasodilatasi pembuluh darah sekitar yang diterapi (Demir, 2012).
Penggunaan terapi air hangat sangat direkomendasikan untuk masalah nyeri
tulang belakang karena mudah dan tidak mengeluarkan banyak biaya untuk
melaksanakannya (Backcare, 2002).
Manfaat lainnya yang dihasilkan dari terapi air hangat yaitu meningkatkan
aliran darah ke area tubuh yang diterapi, meningkatkan aliran nutrisi terhadap area
yang diterapi, membuang sisa metabolisme yang tidak digunakan, membuat otot
menjadi relaksasi, mengurangi spasme otot, maupun mati rasa (Potter & Pery,
2011).
Terapi air air hangat didalam kehamilan sejauh ini dimanfaatkan untuk
mengurangi nyeri saat persalinan (Mander, 2004). Terapi air hangat yang
diberikan selama 20 menit dapat menurunkan skala nyeri bagi ibu hamil yang
mengalami nyeri saat akan melahirkan (Lee, Shu-Ling et al, 2010). Terapi air
hangat menurunkan skala nyeri sebanyak 2,07 pada setiap responden yang
diberikan terapi, sedangkan nyeri akan meningkat 0,71 setiap kenaikan kala
persalinan jika tidak diberi terapi air hangat (Manurung dkk, 2013). Pemberian
terapi air hangat juga dapat meningkatkan kenyamanan dan percepatan dilatasi
servik untuk persiapan melahirkan (Lee, Shu-Ling et al, 2011. Sedangkan terapi
air hangat dapat meningkatkan rasa nyaman selama ibu hamil memasuki kala I
persalinan (Yani & Khasanah, 2012).
3. Indikasi Penggunaan Terapi Air Hangat
Penggunaan terapi air hangat dapat diterapkan untuk mengatasi masalah-
masalah seperti spasme otot, kekurangan sirkulasi pada area tertentu, nyeri pada
otot seperti nyeri otot persendian, arthritis, dan nyeri pada tulang belakang.
Masalah lainnya yang dapat diatasi oleh terapi air hangat seperti cedera otot pada
atlet saat berolahraga, migrain maupun masalah persyarafan yang menegang dapat
menggunakan terapi air hangat untuk mengatasinya (Sinclair, 2014).
Terapi air hangat juga digunakan didalam megatasi masalah reproduksi
wanita seperti kram pada saat menstruasi, nyeri pada area tertentu seperti
abdomen ataupun tulang belakang ataupun nyeri perinium saat akan memasuki
persalinan (Ancheta, 2005).
Saat ini banyak sekali cara yang digunakan dalam mengendalikan
nyeri persalinan. Cara tersebut yaitu dengan tindakan medis dan tindakan non
medis. Tindakan medis yang digunakan antara lain penggunaanan algesik,
Penggunaan kompres hangat di punggung bawah atau perut dapat sangat
menenangkan dan memberi rasa nyaman. Saat kompres menjadi dingin ganti
dengan kompres hangat yang lain, hal ini sangat membantu mengurangi rasa
sakit saat permulaan persalinan (Janet Whalley, 2011).

4. Kontraindikasi Terapi Air Hangat


Terapi air hangat akan menyebabkan masalah apabila diterapkan pada
kondisi seperti ketidaknyaman dengan panas yang diberikan pada ibu hamil, usia
yang terlalu muda atau terlalu tua karena lapisan kulit pada usia yang terlalu muda
maupun terlalu tua sangatlah tipis, sehingga beresiko mengalami luka bakar
termal. Masalah lainnya akan terjadi apabila diberikan terapi pada luka terbuka,
edema atau pembentukan jaringan parut, kehilangan stimuli atau penurunan
stimuli seperti diabetes, cedera tulang belakang, ataupun penurunan kesadaran
(C).

5. Prinsip Pemberian Air Hangat


Prinsip pelaksanaan terapi air hangat yang perlu diperhatikan sebelum
memberikan terapi yaitu, memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang
sensasi yang akan dirasakan pasien selama tindakan dilaksanakan,
menginstruksikan kepada pasien untuk melaporkan perubahan yang terjadi selama
terapi dan ketidaknyamanan yang dirasakan selama terapi, memakai jam tangan
untuk mengetahui secara pasti durasi waktu selama terapi, memperhatikan
prosedur tindakan dan perubahan suhu selama terapi berlangsung, tidak
mengijinkan pasien untuk memindahkan terapi air hangat sendiri dengan
menggunakan tangan pasien, serta tidak meninggalkan pasien sendiri selama
terapi berlangsung (Ancheta, 2005).

6. Prosedure Terapi Air Hangat Menggunakan Buli-buli


Terapi menggunakan buli-buli yang diisi dengan air hangat merupakan
terapi yang mudah dilaksanakan dan disesuaikan dengan lokasi yang diinginkan.
Terapi menggunakan air hangat mudah untuk dilaksanakan karena tidak
memerlukan terlalu banyak alat yang digunakan. Terapi hangat memerlukan
termometer, buli-buli tempat air hangat yang akan diisi, stopwatch dan air hangat
yang dibutuhkan.
Langkah pertama untuk melaksanakan terapi air hangat yaitu mengkaji
tanda-tanda kontraindikasi penggunaan terapi air hangat seperti terjadi
perdarahan, luka, ataupun cidera pada area yang akan diintervensi. Selanjutnya
inform consent disampaikan kepada klien tentang manfaat dan dampak akan
intervensi terapi air hangat.
Langkah selanjutnya isilah satu setengah buli-buli sampai dua pertiga buli-
buli dengan air hangat lalu ukur suhu menggunakan termometer dengan suhu 37-
40 celcius. Selanjutnya tempatkan buli-buli ke area punggung dengan beralaskan
pakaian atau handuk tipis selama 15-20 menit. Minta klien untuk menyampaikan
buli-buli apabila terlalu panas dirasa maupun rasa yang tidak nyaman. Selama
pelaksanaan terapi air hangat ini, kajilah perasaan kulit seperti terbakar pada klien
dan hentikan apabila terjadi demikian (Marybetts, 2008).
Kompres hangat yang digunakan berfungsi untuk melebarkan
pembuluh darah menstimulasi sirkulasi darah, dan mengurangi kekakuan.
Selain itu, kompres hangat juga berfungsi menghilangkan sensasi rasa sakit.
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, terapi kompres hangat dilakukan selama
20 menit dengan 1 kali pemberian dan pengukuran intensitas nyeri dilakukan
dari menit ke 15-20 selama tindakan (Yuni Kusmiati, 2014)
Bagian tubuh yang sering didera keluhan nyeri saat bersalin adalah perut,
pinggang. Selain obat dan terapi, untuk pertolongan pertama bisa dilakukan
kompres. Dari jenisnya, kompres dibagi menjadi dua, yakni hangat, yang
memiliki manfaat berikut: Kompres hangat dapat dilakukan dengan
menempelkan kantung karet yang diisi air hangat atau handuk yang telah
direndam di dalam air hangat, ke bagian tubuh yang nyeri. Dampak fisiologis dari
kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih
rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar pasokan
aliran darah (Aisyah,2014).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Hasil Pembahasan Proyek Inovasi

Pada bab ini akan menyajikan hasil pelaksanaan tentang pengaruh terapi air hangat
terhadap penurunan skala nyeri persalinan pada pasien kala I fase aktif. Waktu
pelaksanaan dimulai dari tanggal 30 Desember 2019 sampai tanggal 11 Januari 2020.
Pelaksaaan ini menggunakan metode quasi eksperiment dengan rancangan one group pre
test and post test without control dan teknik pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling. Analisis data menggunakan Chi-square dengan nilai α (p<0,05).
Data diperoleh langsung dengan jumlah 4 orang pasien kala I fase aktif di Ruang VK
RSU Gunung Jati Kota Cirebon 2020.
Tingkat nyeri pada pasien persalinan kala I fase aktif sebelum diberikan tindakan
terapi air hangat dengan mengunakan skala 0-10 yaitu tidak nyeri, nyeri ringan, nyer
sedang, nyeri berat dan nyeri sangat berat, berikut sajian gambaran tingkatan nyeri pada
pasien persalinan kala I fase aktif.
Tabel 1. Distribusi intensitas skala nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum dan
sesudah diberikan terapi air hangat di Ruang VK RSU Gunung Jati Kota
Cirebon tahun 2020.
No Skala Nyeri
Responden Sebelum Sesudah
1 10 8
2 9 7
3 9 7
4 10 8
Sumber: hasil pelaksanaan proyek inovasi tahun 2020
Berdasarkan data intensitas skala nyeri persalinan kala I fase aktif pada tabel 1,
menunjukan bahwa dari 4 responden sebelum diberikan terapi air hangat didapatkan hasil
distribusi intensitas nyeri yang bervariasi, skala nyeri tertinggi adalah 10 (2 responden)
dan skala nyeri 9 (2 responden).
Setelah diberikan kompres air hangat didapatkan hasil yaitu, 2 responden mengalami
skala 8 (tertinggi) dan 2 responden mengalami skala nyeri 7 (terendah).
Table 2. Rata-rata intensitas skala nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum dan
sesudah diberikan terapi air hangat di Ruang VK RSU Gunung Jati Kota
Cirebon tahun 2020.

Skala Nyeri Mean SD P Value N


Sebelum 9.50 0.58 4
0.046
Sesudah 7.50 0.58 4
Sumber: hasil proyek inovasi tahun 2020.
Hasil diatas menunjukan pembuktian hipotesis bahwa adanya perbedaan intensitas
nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum dan sesudah dilakukan tindakan terapi air
hangat menggunakan uji Chi-square. Hasil analisis didapatka p value 0.046 (<0.05) yang
berarti ada perbedaan antara sebelum dan sesudah pemberian terapi air hangat.
Berdasarkan hasil analisis rata-rataanatara sebelum dan sesudah terapi air hangat
mengalami penuruan, intensitas nyeri seelum dilakukan tindakan yaitu sebesar 9.50
kemudian setelah dilakukan tindakan menjadi 7.50. Hal ini sesuai dengan beberapa teori
yang menyatakan bahwa terapi air hangat dapat membantu mengurangi intensitas skala
nyeri persalinan kala I fase aktif.
Sebagian besar ibu bersalin (90%) memilih metode non farmakologis untuk
mengatasi nyeri. Terapi kompres hangat merupakan salah satu metode non farmakologis
untuk mengatasi nyeri. Metode ini mempunyai risiko yang sangat rendah, bersifat murah,
simpel, efektif, tanpa efek yang merugikan dan dapat meningkatkan kepuasan selama
persalinan. Penggunaan kompres hangat untuk area yang tegang dan nyeri dianggap
mampu meredakan nyeri. Hangat mengurangi spasme otot yang disebabkan oleh iskemia
yang merangsang neuron yang memblok transmisi lanjut rangsang nyeri menyebabkan
vasodilatasi dan peningkatan aliran darah ke area yang dilakukan pengompresan (Walsh,
2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2014) di RB. Ananda Mojokerto yang
bertujuan untuk mengukur ada tidaknya penurunan nyeri dengan metode kompres hangat
pada ibu bersalin. Dari hasil penelitian diperoleh intensitas nyeri sebelum dilakukan
tekhnik kompres hangat nilai rata-rata adalah 73,4% dan setelah dilakukan intervensi nilai
rata-rata adalah 66,6%. Maka dapat disimpulkan adanya pengaruh yang signifikan
sebelum dan setelah intervensi p=0,002 < α=0,05 maka H1 diterima, dari penggunanaan
kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri pada ibu bersalin. Kompres air hangat
yang diberikan pada punggung bawah wanita di area tempat kepala janin menekan tulang
belakang akan mengurangi nyeri, panas akan meningkatkan sirkulasi ke area tersebut
sehinga memperbaiki anoksia jaringan yang disebabkan oleh tekanan. Panas dapat
disalurkan melalui konduksi (botol air panas, bantalan pemanas listrik, lampu, kompres
hangat kering dan lembab) atau konversi (Ultrasonografi, diatermi) (Yani, 2012).
Hangat yang diberikan pada punggung bawah wanita diarea tempat kepala janin
menekan tulang belakang akan mengurangi nyeri, hangat akan meningkatkan sirkulasi ke
area tersebut sehinga memperbaiki anoksia jaringan yang disebabkan oleh tekanan
(Varney, 2013). hangat dapat disalurkan melalui konduksi (botol, air panas, bantalan
pemanas listrik,lampu kompres hangat kering dan lembab) atau konversi
(Ultrasonografi,diatermi). Nyeri akibat spasme otot berespons baik terhadap hangat,
karena hangat melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal.hangat
meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin,
histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan nyeri lokal. Hangat juga merangsang
serat saraf yang menutup gerbang nyeri sehingga tranmisi implus nyeri ke medula spinalis
dan otak dapat dihambat (Price, 2015). Sedangkan menurut Johnson (2015) kompres
hangat pada jaringan merangsang sirkulasi dan meningkatkan lokalisasi bahan purulen.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadek Nancy Xaverini (2017) menyatakan
bahwa nilai rata-rata intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum diberi kompres
hangat yaitu 8,2±0,67, sedangkan nilai rata-rata intensitas nyeri persalinan kala I fase
aktif sesudah diberi kompres hangat yaitu 6,2±0.67 sehingga disimpulkan bahwa terjadi
penurunan intensitas nyeri setelah diberikan kompres hangat. Hasil penelitian juga
menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian kompres hangat terhadap intensitas nyeri
persalinan kala I fase aktif (p=0,000; CI95%=0,620-1,379).
Menurut Potter (2015), konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama
dengan nyeri. Menurut teori Rosemary Mander (2014) menyebutkan bahwa nyeri yang
paling dominan dirasakan pada saat persalinan terutama selama kala I persalinan. Secara
fisiologi, nyeri persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase laten dan fase aktif,
timbulnya nyeri disebabkan oleh adanya kontraksi uterus yang mengakibatkan dilatasi
dan penipisan serviks. Dengan makin bertambahnya baik volume maupun frekuensi
kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat dan puncak nyeri terjadi pada
fase aktif. Sebagian besar nyeri diakibatkan oleh dilatasi servik dan regangan segmen
bawah rahim, kemudian akibat distensi mekanik. Intensitas nyeri berhubungan dengan
kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan.
Adapun cara untuk menghilangkan nyeri persalinan yang paling efektif dan efisien
adalah tindakan medis yang dilakukan oleh medis seperti pemberian obat dan tindakan
non medis atau non farmakologis. Tindakan non medis atau non farmakologis yang dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan atau bidan antara lain adalah relaksasi, teknik pemusatan
pikiran dan imajinasi, teknik pernafasan, hidroterapi, masase atau sentuhan terapeutik,
hipnosis, akupuntur (satu pengobatan alternatif yang banyak dilakukan untuk mengobati
berbagai penyakit) dan acupressure (Danuatmaja, 2015).
Berdasarkan pembahasan mengenai hasil analisis kelompok dan beberapa penelitian
sebelumnya, tentu diperlukan adanya solusi dari permasalahan yang berkaitan dengan
tingkat intensitas nyeri bersalin kala I fase aktif. Oleh karena itu, untuk mengatasi
masalah ini tentu saja diperlukan adanya peningkatan dari penggabungan metode
farmakologi dan non farmakologi secara efektif. Terapi kompres air hangat dapat
digunakan sebagai alternative yang dapat digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri
bersalin kala I fase aktif.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil dari pelaksanaan proyek inovasi yang kami lakukan pada klien
nyeri pesalinan kala 1 fase aktif pada ibu bersalin didapatkan bahwa sebelum dilakukan
Terapi kompres Air Hangat, intensitas nyeri rata-rata yang dirasakan responden adalah
pada skala 9,50. Nyeri tertinggi yang dirasakan responden yaitu skala 10 sedangkan yang
terendah pada skala 9.
Sesudah dilakukan pemberian Terapi Komres Air Hangat intensitas nyeri
mengalami penurunan yaitu rata-rata mengalami intensitas nyeri pada skala 7.50 . Nyeri
tertinggi yang dirasakan pada skala 8 sedangkan yang terendah pada skala 7.
Ada perbedaan intensitas nyeri persalinan kala 1 fase aktif ada ibu bersalin
sebelum dan sesudah pemberian Terapi Kompres Air Hangat . Hal ini ditunjukkan
dengan hasil analisis p value 0.046 (<0.05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan
antara sebelum dan sesudah pemberian Terapi Komres Air Hagat.

B. SARAN

Diharapkan bagi ibu Nyeri Persalinan kala 1 fase aktif dapat memahami tentang
Terai Kompres Air Hangat terhadap penurunan intensitas nyeri akibat Persalinan kala
1 fase aktif ada Ibu Bersalin. Informasi yang telah diterima dapat dipraktekkan secara
mandiri oleh keluarga pasien sehingga ketika ibu mengalami nyeri keluarga bisa
melakukan tindakan non farmakologis untuk mengurangi nyeri yaitu dengan tidakan
terapi kompres air hangat.
Diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya paramedis hasil proyek inovasi ini
ini dapat digunakan untuk bahan pertimbangan pengembangan intervensi kebidanan
untuk tindakan non farmakologis dalam mendukung penyembuhan dan pelengkap
tindakan farmakologis
Kelompok menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentatang Terapi
Kompres Air Hangat untuk mengurangi nyeri pada ibu persalinan kala 1 fase aktif
pada ibu bersalin dengan jumlah responden yang lebih banyak dan lama penelitian
yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aisyah. 2014. Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC


2. Alimul . 2014. Buku Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
3. Al-Sayegh, Nowall A. Et al. Pregnancy-Related Lumbopelvic Pain: Prevalence, Risk
Factors, and Profile in Kuwait. Sulaibhkhat-Kuwait: PAIN MEDICINE, 2012
4. American Pregnancy Organisation. Back Pain during Pregnency,
2014 (http://americanpregnancy.org/pregnancy-health/back-pain-during-
pregnancy/ dikutip pada 24 Desember 2019 Jam 6.54 WIB).
5. Ancheta, P. S. Buku Saku Persalinan. Jakarta: EGC, 2005
6. Ansari, Noureddin Nakhostin et al. Low Back Pain During Pregnancy in Iranian
Women: Prevalence and Risk Factors. Teheran: Informa Health Care, 2010 Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien.Jakarta : Salemba Medika.
7. Aryasatiani . 2012. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
8. Asmadi. 2013. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Asri,Clervo. 2011.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Association of
Chartered Physiotherapists In Woman Health. Pregnancy Related Pelvic Girdle Pain
Formerly Known As Symphysis Pubis Disfunction. ACPWH, 2011.
9. Azril Kimin. 2012.Dasar – Dasar Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC.
10. Bahmanesh et al. The Effect of Heat Therapy on Labor Pain Severity and Delivery
Outcome inParturient Women. Iran: Iranian Red Crescent Medical Journal, 2009.
11. Bobak et al. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC, 2004.
12. Campbell, Stuart. Kehamilan Hari Demi Hari. Jakarta : Esensi Erlangga Group, 2005.
13. Chyntya, Godsey. When to Use Hot and Cold Therapy. Rochester-U.S: University of
Rochester Medical Centre, 2014.
14. Coban, Ayden et al. Impact on quality of life and physical ability of pregnancy-
related back pain in the third trimester of pregnancy. Turkey: J Pak Med Assoc, 2011.
15. Danuatmaja, B. dkk.2011.Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit.Jakarta : Puspa
Swara.
16. Dorland. 2012. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC
17. Etty suprtiningsih. 2012. Pengaruh pemberian kompres hangat terhadap
pemenuhan rasa nyaman. Jombang : diakses tanggal 1 Mei 2017.
18. Farrer. 2012. Maternal and Child Health Nursing Second Edition.Litlle,Brown
and Company (inc)
19. Fritamaya. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
cipta
20. Green, Carol & Judith M. Wilkinson. Maternal Newborn Nursing Care Plans. St.
Louis: Mosby, 2004.
21. Hidayat, A. 2015.Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba
22. Hutajulu. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Bandung:
Alfabeta
23. Innes Wendi. Physical Change During Pregnency for First, Second, and Third
Trimester. U.S: Symptomfind, 2014.
24. Janet whalley.2011. PanduanLengkap Kehamilan Persalinan dan Bayi. Jakarta:
Arcan Johnson, Traci C dan M.Faccog. Back Pain in Pregnancy, 2014. WebMd
(http://www.webmd.com/baby/guide/back-pain-in-pregnancy dikutip pada 24
Desember 2019 Jam 6.54 WIB)
25. Johnson. 2015. Asuhan Persalinan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: Gramata
26. Kemenkes. 2015. Penelitian Tentang Nyeri Persalinan dan Kejadian SC. Jakarta:
Basalama
27. Kurup, Vijayan Gopalakrishna et.al. Low Back Pain in Pregnancy – Incidence & Risk
factors. India: 133 Indian Journal of Physiotherapy & Occupational Therapy, 2012.
28. Lee, Shu-Ling et al. Efficacy of Warm Showers on Labor Pain and Birth Experiences
During the First Labor Stage. Taipei: Association of Women’s Health, Obstetric and
Neonatal Nurses, 2011.
29. Leifer. Maternity Nursing an Introductory. Missouri : Elsevier Sunder, 2008.
30. Leung, lawrance. From Ladder To Platform: A New Concept For Pain Management.
Kanada: Journal Of Primary Health Care, 2012.
31. Long, Dalam Uliyah & Hidayat. 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.
Jakarta: EGC
32. Mahdi A. 2011. Pengaruh Relaksasi Pernapasan Terhadap Nyeri Pada Persalinan
Kala I. KTI. Yogyakarta: STIKES AISYAH YOGYAKARTA Mander. 2014.
Nyeri Persalinan. Jakarta : EGC
33. Mander, Rosemery. Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC, 2004.
34. Manuaba. 2011. Ilmu Kebidanan Buku Ajar Obstetri dan Ginekologi. Bali Graha
Cipta Manurung, Suryani dkk. Pengaruh Tehnik Pemberian Kompres Hangat
Terhadap Perubahan Skala Nyeri Marybetts, Sinclair. Modern Hydhroytherapy for
Massage Therapyst. Baltmore & Philadelphia: Lippincont & Williams Wilkin, 2009.
35. Mazacaiglu, Mumtaz et.al. Low Back Bain Prevalence in Turkish Pregnant Women.
Kayseri-Turkey: Journal of Back and Musculoskeletal Rehabilitation, 2006.
36. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Mochtar. 2011. Synopsis
obstetri. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC
37. Mutia felina.2014. Pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri kala I Fase
aktif Persalinan Fisiologis ibu Primipara di BPS Bunda Bukit tinggi. Sumatera
utara : Poltekkes SumutNotoatmodjo. 2012.
38. National Health System. Pelvic Pain in Pregnency, 2014.
(http://www.nhs.uk/Conditions/pregnancy-and-baby/Pages/pelvic-pain-pregnant
spd.aspx dikutip pada 24 Desember 2019 Jam 6.54 WIB).
39. Perry & Potter. Basic Nursing Seventh Edition. St. Louis Missouri: Mosby Elsevier,
2011.
40. Petrofsky, Jerrold et.al. The Influence Of Warm Hydrotherapy On The Cardiovascula
System And Muscle Relaxation, 2014. (http://aanos.org/wp-content/uploads/2014/02
/hydro.pdf dikutip pada 24 Desember 2019 Jam 6.54 WIB
41. Potter. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses.dan Praktik.
Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta : EGC
42. Prawirohardjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
43. Price,A.Sylvia (2015). Patofisiologi : Fonsep Klinis, Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
44. Purba Jan Sudir. Patofosiologi dan Penatalaksanan Nyeri : Suatu Tinjauan Seluler
dan Molekuler Biologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
45. Quaresma et al. Back Pain During Pregnancy: A Longitudinal Study. Lisbon: Órgão
Oficial Da Sociedade Portuguesa De Reumatologia, 2010.
46. Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: Trans Info
Media, 2009.
47. Salmah dkk. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC, 2006.
48. Saminem. Kehamilan Normal : Seri Asuhan Kebinanan. Jakarta: EGC, 2009.
49. Schaffer. Grisel Vargas. Is the WHO analgesic ladder still valid? Twenty-four years
of experience. Canada: Canadian Health Physician, 2010.
50. Setiyowati,arsytia. 2015. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat terhadap penurunan
Nyeri Persalinan di BPS Kusni Sri Marwati Dlinggo.Bantul : Stikkes Aisyah
Yogyakarta
51. Sinclair, Constance. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC, 2010.
52. Sinclair, Marlene et al. How do Women Manage Pregnancy-Related low Back and/or
Pelvic Pain? Descriptive Findings from An Online Survey. Newabey: The Royal
College of Midwives, 2014.
53. Suaheimi . 2014. Persalinan tanpa nyeri. http://www.ksueimi.blogspot.com
54. Suyanti suardi. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan: Penuntun Praktis Bagi
Pemula. Yogyakarta : Mitra cendikia press Uliyah.2014. Fisiologi Proses Persalinan
Normal.Jakarta :Rineka Cipta
55. Varney. 2013. Buku Ajar Asuhan Kebidanan .Jakarta : EGC
56. Vermani, Era et al. Pelvic Girdle Pain and Low Back Pain in Pregnancy: A Review.
Warrington. World Institute of Pain, 2009.
57. Walsh. 2011. Buku ajar Bidan .Jakarta : EGC
58. Wong, Donna L. Maternity Child Nursing Care Third Edition. St. Louis Missouri:
Mosby Elsevier, 2006.
59. Wong. 2015. Pendidikan Prenatal .Jakarta : EGC
60. World Health Organization. 2011. Making Pregnancy Safer. Geneva .
Department of Reproduktif Health and Research
61. Yani, Dian Puspita dan Uswatun Khasanah. Pengaruh Pemberian Kompres Air
Hangat terhadap Rasa Nyaman dalam Proses Persalinan Kala I Fase Aktif. Jombang:
FIK Unipdu, 2012. Yuni kusmiyati. 2014. Pengaruh pemberian kompres hangat
terhadap Intensitas nyeri pada ibu Bersalin Kala I fase Aktif di rumah Bersalin
Mardi Rahayu. Semarang.
LAMPIRAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
TERAPI AIR HANGAT

A. Pengertian
Terapi air hangat merupakan metode relaksasi mengguanakan air sebagai media
intervensinya. Terapi air hangat dapat menyababkan efek relaksasi, mengurangi
nyeri,dan melancarakan aliran darah pada lokasi yang di Intervensi.

B. Tujuan
1. Dapat menyebabkan efek relaksasi
2. Mengurangi nyeri
3. Melancarkan peredaran darah

C. Indikasi
1. Penurunan intensitas nyeri
2. Menurunkan kecemasan
3. Meningkatkan kualitas tidur

D. Kontraindikasi
1. Luka bakar
2. Luka memar
3. Ruam kulit
4. Peradangan kulit
5. Kulit yang kemerahan

E. Peralatan
1. Air hangat dengan suhu 37-400 Celcius
2. Buli-buli
3. Thermometer air raksa
4. Handuk kecil /kain
5. stopwatch
F. Prosedur Pelaksanaan
1. Tahap Prainteraksi
a. Mengecek program terapi
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat

2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam pada pasien dan sapa nama pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

3. Tahap Kerja
a. Mengkaji kontraindikasi terapi botol air hangat
b. Mengkaji skala nyeri sebelum tindakan
c. Mengisi 1/3-2/3 buli-buli dengan air hangat dengan suhu 37-40 Celcius
d. Mengkaji ketebalan pakaian pasien, apabila terlalu tipis dapat menggunakan
handuk pada area yang akan diterapi.
e. Menyampaikan kepada pasien apabila terlalu panas atau perasaan terbakar
f. Taruhlah buli-buli hangat pada area punggung di lumbal 3-4 selama 15 menit.
g. Kaji kondisi kemerahan atau kulit pasien setiap 5 menit
h. Hentikan terapi buli-bulil air hangat setelah terapi berlangsung atau apabila
klien merasakan perasaan terbakar dan tidak nyaman dengan intervensi.
i. Kaji ulang skala nyeri setelah dilakukn tindakan.

4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan
b. Berpamitan dengan klien
c. Membereskan dan kembalikan alat ketempat semula
d. Mencuci tangan
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
LEMBAR OBSERVASI

1. Nama :
2. Usia :
3. Status Obstetric :
4. Usia kehamilan :
5. Pekerjaan :
6. Pendidikan :
7. Skala Nyeri Sebelum Tindakan :
8. Skala Nyeri Setelah Tindakan :

No. Tindakan Sebelum dilakukan Setelah Dilakukan


1. Mengkaji kontraindikasi terapi botol air
hangat
2. Mengkaji skala nyeri sebelum tindakan
3. Mengisi 1/3-2/3 buli-buli dengan air
hangat dengan suhu 37-40 Celcius
4. Mengkaji ketebalan pakaian pasien,
apabila terlalu tipis dapat menggunakan
handuk pada area yang akan diterapi.
5. Menyampaikan kepada pasien apabila
terlalu panas atau perasaan terbakar
6. Taruh buli-buli hangat pada
area punggung di lumbal 3-4 selama 15
menit.
7. Kaji kondisi kemerahan atau kulit pasien
setiap 5 menit
8. Hentikan terapi buli-buli air hangat
setelah terapi berlangsung atau apabila
klien merasakan perasaan terbakar dan
tidak nyaman dengan intervensi.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai