Anda di halaman 1dari 3

KASUS PELAYANAN PUBLIK

MOBIL AMBULANCE TOLAK ANTAR JENAZAH

https://poskotanews.com/2019/08/24/ambulan-puskesmas-cikokol-ogah-antar-ayah-ini-jalan-
kaki-bopong-mayat-anaknya/

TANGERANG – Peristiwa menggunggah hati terjadi di Kota Seribu Industri dan Jasa, Tangerang.
Seorang warga di Kampung Kelapa, Kelurahan Kelapa Indah, Kota Tangerang, terpaksa menggotong mayat
anaknya setelah ambulan Puskesmas Cikokol menolak mengantar ke rumah duka.

Muhamad Husen (8) diketahui merupakan korban tenggelam di Sungai Cisadane. Bocah laki-laki malang
itu kemudian ditolong dan dilarikan oleh warga ke Puskesmas Cikokol guna mendapatkan pertolongan
medis.

Namun naas, nyawa bocah laki-laki berusia 8 tahun itu tak tertolong sesampainya di Puskesmas Cikokol.
Petugas puskesmas menyatakan Husen telah meninggal dunia akibat terlalu banyak menelan air.

Ayah Husen yang datang ke Puskesmas berusaha mengikhlaskan kepergian anaknya. Dia pun meminta
jenazah Husen diantar ke rumah dengan menggunakan mobil ambulan. Namun permintaan itu justru ditolak
mentah-mentah oleh petugas.

Alasannya, mobil ambulan Puskesmas hanya untuk mengangkut pasien sakit. Hal itu sudah menjadi standar
operasi prosedur dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

“Ini sudah menjadi SOP dari Dinas Kesehatan. Ambulan Puskesmas hanya untuk mengangkut pasien,”
ucap Suryadi, petugas Puskesmas Cikokol.

Penjelasan tersebut tentu saja membuat hati ayah Husen terpukul. Dia mengatakan, di benaknya hanya ingin
segera memakamkan jenazah anaknya. Tak pikir panjang, sang ayah kemudian menggotong jenazah Husen
berjalan kaki keluar puskesmas.

Dengan tertatih, ayah Husen membawa jenazah sang anak menuju jembatan penyeberangan orang. Melihat
peristiwa yang memilukan tersebut, seorang pengendara menghentikan laju mobilnya dan memberikan
tumpangan kepada ayah Husen.

Menurut Kapolsek Tangerang Kota Kompol Puji Hardi peristiwa ini terjadi pada Jumat (23/8/2019) sekira
pukul 14.30 WIB.

Poskotanews.com sudah berupaya menghubungi mengkonfirmasi ke pihak Dinas Kesehatan Kota


Tangerang terkait standar operasi prosedur penggunaan ambulan Puskesmas, namun telepon tidak diangkat,
pesan via WA juga belum ada balasan. (imam/win)

SOLUSI

1. Adanya sosialisasi SOP penggunaan mobil ambulance


2. Pengadaan mobil jenazah di setiap pelayanan kesehatan
Tarif Ambulans di Garut Mencekik, Taksi
Online Jadi Alternatif Antar Jenazah
Foto: tangkapan layar media sosial

Garut - Teh Yuny, driver online di Garut, menerima order mengantar jenazah ke Kecamatan
Banjarwangi wilayah selatan Garut yang jaraknya sekitar 60 km dari RSUD dr Slamet, Rabu
(1/5/2019). Keluarga jenazah memilih membayar taksi online Rp 400 ribu
dibanding ambulans dari RS. Loh kenapa?

Dandi memilih taksi online untuk mengantarkan jenazah ibunya, lantaran tak mampu membayar
biaya ambulans. Jarak RS yang berada di pusat kota menuju rumahnya yaitu 60 km dengan
waktu tempuh 3 jam.

"Kata dia ke saya, katanya dia tidak punya cukup uang karena sewa ambulans dimintai biaya
antar Rp 900 ribu," ujar Yuny Anggraeni, sopir taksi online yang mengantar jenazah, kepada
detikcom di Jalan Raya Cipanas, Kamis (9/5).

Namun informasi itu dibantah pihak RSUD dr Slamet Garut. Dalam keterangan tertulis yang
diterima detikcom, Wakil Direktur Umum Eka Ariyani mengatakan kejadian itu terjadi lantaran
adanya miss komunikasi antara pihak keluarga dengan petugas jaga.

"Dapat disimpulkan tidak ada komunikasi dan negosiasi yang lebih lanjut dari pihak keluarga
baik ke petugas IGD maupun ke petugas ambulans. Keluarga lebih memilih angkutan grab yang
lebih murah. Padahal RSUD dr. Slamet Garut selaku kepanjangan tangan dari pemerintah
daerah memiliki kebijakan dalam hal ini pengurangan atau pembebasan biaya yang secara
teknis dapat dilaksanakan oleh manajemen dan yang diberi wewenang oleh manajemen yaitu
supervisor yang pada saat itu sedang piket," ujar Eka.

Pihak rumah sakit membantah tarif ambulans menuju Banjarwangi seharga Rp 900 ribu. Dalam
keterangannya, Eka menyebut tarif ambulans menuju Banjarwangi sesuai ketentuan adalah Rp
400 ribu.

"Seandainya pada saat itu pihak keluarga dan pihak RSUD dr. Slamet Garut berkomunikasi
maka kejadian tersebut dapat menjadi solusi bagi pihak keluarga dan pihak RSUD dr. Slamet
Garut," Eka menambahkan.

Sementara itu, Bupati Garut Rudy Gunawan menyayangkan aksi masyarakat yang lebih
memilih taksi online untuk mengantar jenazah ketimbang ambulans karena dianggap lebih
murah.

Rudy mengatakan pihaknya telah menyediakan dua unit ambulans gratis untuk masyarakat.

"Saya enggak tahu apa motifnya masyarakat bisa sewa Grab (taksi online) ketimbang
ambulans. Padahal biaya itu gratis. Di Pendopo itu kan ada dua ambulans. Satu untuk yang
sakit, satu untuk antar jenazah. Itu semuanya gratis," ujar Rudy kepada wartawan, Rabu (8/5).

Hal sama juga disesalkan Wakil Ketua Komisi I DPRD Garut Yudha Puja Turnawan. Ia
berharap kejadian tersebut tak lagi terulang. Yudha menyarankan agar Pemkab Garut harus
mengoptimalkan armada Public Safety Center yang ada. Sistem jemput bola di media sosial
juga harus lebih dioptimalkan agar masyarakat tidak kebingungan untuk mengadu.

"Kalau konteks PSC bisa dengan 119 (menghubungi) saja, tinggal bagaimana terintegrasi
dengan RSU agar RSU juga enggak diam saja. Kalau konteks lainnya memang harus ada akun
sosial media, agar Pemkab bisa lebih responsif terhadap apa yang dikeluhkan warga Garut,"
pungkas Yudha.

Anda mungkin juga menyukai