KEL2 PERATURAN KEBIJAKAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU DALAM PRAKTIK KEPERAWATANnn
KEL2 PERATURAN KEBIJAKAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU DALAM PRAKTIK KEPERAWATANnn
DISUSUN OLEH :
1. ARYA NUGROHO
2. JERI
3. ROLLY YANUR
4. SUPIAN HIDAYAT
5. SUPIAN HANAFI
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alla SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah mungkin ada
sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman
serta bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga kami dapat
menyelasikan makalah ini dengan baik.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
2
1.2 Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas bagaimanakah masa depan
profesi keperawatan di indonesia apabila tidak ada perundang-
undangan yang berlaku dam praktik keperawata.
3
BAB II
PEMBAHASAN
10
4. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
perawat.
Fungsi legislasi keperawatan
1. Memberi perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan yang diberikan.
2. Memelihara kualitas layanan keperawatan yang diberikan
3. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga
keperawatan.
4. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
5. Memotivasi pengembangan profesi.
6. Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.
Legislasi keperawatan mencakup 3 komponen yaitu registrasi,
sertifikasi, dan lisensi.
Registrasi
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi
lain pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah.
Perawat yang telah terdaftar diizinkan memakai sebutan registered
nurse. Untuk dapat terdaftar, perawat harus telah menyelesaikan
pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari badan pendaftaran
dengan nilai yang diterima. Izin praktik maupun registrasi harus
diperbaharui setiap satu atau dua tahun.
Tujuan registrasi :
a. Menjamin kemamapuan perawat untuk melakukan praktik
keperawatan sesuai dengan kewenangan dan kompetensinya.
b. Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif
terhadap kasus kelalaian tugas atau ketidak mampuan
melaksanakan tugas sesuai dengan standar kompetensi.
11
c. Mengidenttifikasi jumlah dan kualifikasi perawat professional
dan vokasional yang akan melakukan praktik keperawatan
sesuai dengan kewenangan dan kompetensi masing-masing.
Registrasi meliputi 2 kegiatan berikut :
1. Registrasi administrasi adalah kegiatan mendaftarkan diri yang
dilakukan setiap tahun, berlaku untulk perawat professional dan
vokasional.
2. Registrasi kompetensi adalah registrasi yang dilkakukan setiap
5 tahun untuk memperoleh pengakuan ,mendapatkan
kewenangan dalam melakukan praktik keperawatan ,berlaku
bagi perawat professional.
Perawat yang sudah teregistrasi mendapat Surat Izin Perawat(SIP)
dan nomer register.Perawat yang sudah melakukan registrasi akan
memperoleh kewenangan dan hak berikut :
1. Melakukan pengkajian
2. Melakukan terapi keperawatan.
3. Melakukan observasi.
4. Memberikan pendidikan dan konseling kesehatan.
5. Melakukan intervensi medis yang didelegasikan.
6. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan.
Perawat yang tidak teregistrasi ,secara hukum tidak memiliki
kewenangan dan hak tersebut.Registrasi berlaku untuk semua perawat
professional yang bermaksud melakukan praktik keperawatan di
wilayah Negara republic Indonesia, termasuk perawat berijasah luar
negeri.
12
Mekanisme registrasi terdiri dari mekanisme registrasi
administrative dan mekanisme registrasi kompetensi yang dilakukan
melalui 2 jalur,yaitu :
1. Ujian registrasi nasional, dan
2. Pengumpulan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Registrasi yang dilakukan perawat yang baru lulus disebut regustrasi
awal dan registrasi selanjutnya di sebut registrasi ulang.
Sertifikasi
Sertifikasi adalah proses pengakuan terhadap peningkatan
pengetahuan, keterampilan ,dan perilaku (kompetensi) seorang
perawat dengan memeberikan ijasah atau sertifikat.
Tujuan sertifikasi :
a. Menyatakan pengetahuan ,keterampilan ,dan perilaku perawat
sesuai dengan pendidikan tambahan yang diikutinya.
b. Menetapkan klasifikasi ,tingkat dan lingkup praktik
keperawatan sesuai pendidikan tambahan yang dimilikinya.
c. Memenuhi persyaratan registrasi sesuai area praktik
keperawatan.
Lisensi
Lisensi berupa kewenangan kepada seorang perawat yang sudah
teregristasi untuk melaksanakan pelayanan praktik
keperawatan.Lisensi merupakan suatu kehormatan bukan suatu hak
.Semua perawat seyogyanya mengamankan hak ini dengan
mengetahui standar pelayanan yang dapat diterapkan dalam suatu
tatanan praktik keperawatan.
Tujuan lisensi :
13
a. Memberi kejelasan batas kewenangan tiap katagori tenaga
keperawatan untuk melakukan praktik keperawatan.
b. Mengesahkan atau member bukti untuk melekukan praktek
keperawatan professional.
Mekanisme Legislasi
Persyaratan legislasi antara lain berupa kemampuan (kompetensi)
yang diakui, tertuang dalam ijazah dan sertifikat.
Registasi meliputi dua hal kegiatan berikut.
1. Registrasi administrasi; adalah kegiatan mendaftarkan diri yang
dilakukan setiap tahun, berlaku untuk perawat professional dan
vokasional.
2. Registrasi kompetensi; adalah registrasi yang dilakukan setiap 5
tahun untuk memperoleh pengakuan, mendapatkan kewenangan
dalam melakukan praktik keperawatan, berlaku bagi perawat
profesional.
Perawat yang tidak teregristrasi, secara hukum tidak memiliki
kewenangan dan hak tersebut. Regristrasi berlaku untuk semua
perawat profesional yang bermaksud melakukan praktik keperawatan
di wilayah Negara Republik Indonesia, termasuk perawat berijazah
luar negeri. Mekanisme regristasi terdiri dari mekanisme registrasi
administratif dan mekanisme registrasi kompetensi yang dilakukan
melalui 2 jalur yaitu :
1. Ujian registrasi nasional
2. Pengumpulan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Mekanisme Sertifikasi
1. Perawat teregistrasi mengikuti kursus lanjutan di area khusus
praktik keperawatan yang ddiselenggarakan oleh institusi yang
memenuhi syarat.
14
2. Mengajukan aplikasi disertai dengan kelengkapan dokumen
untuk ditentukan kelayakan diberikan sertifikat.
3. Mengikuti proses sertifikasi yang dilakukan oleh konsil
keperawatan.
4. Perawat register yang memenuhi persyaratan, diberikan
serifikasi oleh konsil keperawatan untuk melakuakan praktik
keperawatan lanjut.
Mekanisme Lisensi
Perawat yang telah memenuhi proses registrasi mengajukan
permohonan kepada pemerintah untuk memperoleh perizinan / lisensi
resmi dari pemerintah. Perawat yang telah teregistrasi dan sudah
memiliki lisensi disebut perawat register, dan dapat bekerja di tatanan
pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan keperawatan.
18
Pertama: Perlindungan Hukum Preventif, yakni bentuk
perlindungan hukum dimana kepada rakyat atau seseorang diberi
kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum
suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif;
Kedua: Perlindungan Hukum Represif, yakni bentuk
perlindungan hukum dimana lebih ditujukan dalam penyelesian
sengketa.
Berdasartkan dua kategori perlindungan hukum, maka pengertian
perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan
terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang
bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai
suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat
memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan
kedamaian serta kebahagian.
19
lingkungan hidup yang baik dan sehat berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”.
b. Undang–Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia pada Pasal 9 ayat 3 berbunyi “Setiap orang berhak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat”
c. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada
pasal 4 berbunyi “ Setiap orang berhak atas kesehatan”.
Pasal 27 Undang-Undang No 36 Tahun 2009
- Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan
pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
- Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.
- Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
d. Undang-Undang Nomor. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Pasal 13 menyatakan
Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di rumah
sakit wajib memiliki surat ijin praktik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di rumah sakit wajib
memiliki izin sesuai dengan ketentan peraturan perundang-
undangan
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus
bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah
sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
20
menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan
pasien
Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan
sebagaimana yang di maksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
penyelenggaraan praktik keperawatan saat ini didominasi oleh
kebutuhan formil dan kepentingan pemerintah, sedangkan peran
profesi masih kurang apalagi bila dibandingkan dengan perangkat
hukum negara lain di Asia dan Eropa.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi dibidang keperawatan
yang sangat pesat harus diimabngi pula dengan perangkat hukum yang
ada, sehingga dapat memberikan perlindungan yang menyeluruh
kepada tenaga keperawatan sebagai pemberi pelayanan maupun di
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan. Dalam melakukan
perubahan atau dalam membentuk suatu undang-undang yang
diharapkan dapat sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat, maka
keberadaan naskah akademis menjadi sangat penting.
3.2 Saran
1. Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif
dan partisipatif semua pihak (Stake Holder) yang terkait dalam
penyelenggaran Praktik Keperawatan berorientasi kepada
pelayanan yang bermutu.
2. Perlu adnya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan
yang diselenggarakan oleh tenaga keperawatan dapat mengayomi
dan bersikap mendidik sekaligus bersifat menghukum yang mudah
dipahami dan dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktik
keperawatan menyangkut berbagai pihak sehingga yang terkait
22
hendaknya bersifat proaktif dalam melaksanakan peraturan
perundang-undangan tersebut.
3. Materi naskah akademis praktik keperawatan perlu dinormatifkan
dalam bahasa hukum dan dituangkan dalam praktik keperawatan.
23
DAFTAR PUSTAKA
24