Anda di halaman 1dari 28

1 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

MATERI RANGKAIAN KOMBINASIONAL


A

= =
A A A A A A A
A

ALJABAR BOOLE
Pada tahun 1854 Boole menemukan cara baru untuk
berfikir dan menjelaskan berbagai hal. Boole melihat adanya
suatu pola dalam cara berfikir kita yang memungkinkan untuk
menciptakan “Logika Simbolis”. Suatu penalaran berdasarkan
pada manipulasi huruf-huruf dan lambang-lambang. Logika
simbolis menyerupai aljabar biasa.

(B.C) (A.B)

=
A B C A B C

1. Hukum-hukum Dasar Aljabar Boole

(A+B)
A
=
B A

B
C C (B+C)

a. Hukum Asosiatif
A.B.C = (A.B).C = A.(B.C) = (A.C).B

A + B + C = ( A + B ) + C = A + ( B + C) = ( A + C ) + B
Jika penyalinannya berbeda-beda, maka hukum ini tidak
berlaku
2 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

A.B + C  A.(B + C)
b. Hukum Komutatif

A B
= =
A B B A
B A

A . B = B . A ( A + B ) = ( B + A )
A B (A.B) (B.A) A B (A+B) (B+A)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 1 1 1
1 0 0 0 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
c. Hukum Idempotent (Hukum Perluasan)
A.A = A A+A = A
A.A.A ...= A A+A+A+...+A = A

= 0 = 1
A A
A

d. Hukum Identitas
A = A = A = ...dst
e. Hukum Komplementasi
A.A = 0 A +A = 1
A A A.A A+A
0 1 0 1
1 0 0 1
f. Hukum penyalinan dengan suatu konstanta
A.1 = A A+1 = 1
A.0 = 0 A+0 = A
g. Hukum pembalikan
A = A A = A
3 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

h. Hukum Absorbsi
A+(A.B) = A A(A+B) = A
Bukti : Bukti :
A+(A.B) = A A.(A+B) = A
(A.1)+(A.B) = A (A.A)+(A.B) = A
A.(1 + B) = A A + A.B = A
A.1 = A (A.1)+(A.B) = A
A.(1+B) = A
A.1 = A
A + (A.B) = A + B A.(A + B) = A.B
Bukti : Bukti :
A+(A.B) =(A.A)+(A.B) A.(A + B) = (A.A) + (A.B)
=(A+A).(A+B) = 0 + (A.B)
= 1 . (A+B) = A.B
= (A + B)

A B A.B A+(A.B) A B A+B A(A+B)


0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 1 1 0
1 0 0 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1

A A B A.B A+(A.B) A+B A+B A.(A+B) A.B


0 1 0 0 0 0 1 0 0
0 1 1 1 1 1 1 0 0
1 0 0 0 1 1 0 0 0
1 0 1 0 1 1 1 1 1
i. Hukum Distributif
A.(B+C) = (A.B) + (A.C)
A B C B+C A.(B+C) A.B A.C (A.B)+(A.C)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0
4 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1
A+(B.C) = (A+B).(A+C)
A B C B.C A+(B.C) A+B A+C (A+B).(A+C)
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 1 0
0 1 0 0 0 1 0 0
0 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 1 1 1
1 0 1 0 1 1 1 1
1 1 0 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
j. Hukum De Morgan
Hukum-hukum De Morgan termasuk yang terpenting dalam
aljabar Boole
a. Pengalih suatu fungsi AND yang terdiri dari elemen-
elemen variabel yang dibalikkan menjadi fungsi OR
yang di balik.
Contoh : A.B = A + B A + B = A.B
b. Penyalinan suatu fungsi OR dari elemen-elemen
variabel yang dibalikkan (diinversi) menjadi fungsi
AND yang dibalikkan
Contoh : A + B = A.B A.B = A+B A.B = A + B
Bukti :

A A B B A.B A+B A+B A.B


1 0 0 1 1 1 0 0
1 0 1 0 0 1 1 0
0 1 0 1 0 1 1 0
0 1 1 0 0 0 1 1

A A B B A+B A.B A+B A.B


1 0 0 1 1 1 0 0
1 0 1 0 0 1 0 1
5 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

0 1 0 1 0 1 0 1
0 1 1 0 0 0 1 1

Maka untuk melakukan pengubahan menggunakan Hukum De Morgan


berlaku asas :
1. Simbol penyalinan fungsi AND diubah menjadi fungsi NOR.
2. Simbol penyalinan menggunakan fungsi OR nerubah menjadi
NAND.
3. Tiap-tiap suku dari dari ungkapan dibalik sendiri-
sendiri.
Contoh :
A.(B+C) = A + (B+C) = A + (B.C)
A.(B.C) = A + (B.C) = A + (B+C)
2. Penyederhanaan Fungsi-fungsi Persamaan Boole
2.1. Penyederhanaan fungsi secara Aljabar.
Penyederhaan fungsi-fungsi secara aljabar dilakukan
dengan menggunakan hukum-hukum dasar Aljabar Boole.
Contoh 1: Sederhanakan fungsi-fungsi persamaan dibawah
ini:
E = A.C +A.D + B.C + B.D
Maka dengan menggunakan hukum Distributif, akan
diperoleh :
E = {A.(C+D)} + {B.(C+D)}
E = (A+B).(C+D)
Fungsi tersebut sebelum penyederhanaan membutuhkan 4
buah gerbang AND 2 input dan 1 buah gerbang OR 4
masukan. Sedangkan setelah proses penyederhanaan
hanya membutuhkan 2 gerbang OR 2 input dan 1 gerbang
AND 2 input.
6 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

A
C
A A
D B
E E
B C
C D
B
D

Sebelum penyederhanaan Setelah penyederhaan

Contoh 2:
Diruang kontrol terdapat 3 buah alat pendingin yang
harus diawasi melalui 4 buah lampu. Persyaratannya:
Bila tidak alat yang bekerja maka lampu L1 menyala,
bila satu alat yang bekerja lampu L2 menyala, bila dua
alat yang bekerja maka lampu L3 menyala, dan bila tiga
alat yang bekerja maka lampu L4 menyala. Tuliskan
persamaan Aljabar Boole-nya dengan cara SOP dan POS.
Solusi :
Input Output
A B C L1 L2 L3 L4
0 0 0 1 0 0 0
0 0 1 0 1 0 0
0 1 0 0 1 0 0
0 1 1 0 0 1 0
1 0 0 0 1 0 0
1 0 1 0 0 1 0
1 1 0 0 0 1 0
7 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

1 1 1 0 0 0 1

Dari tabel kebenaran dapat dilihat :


 L1 menyala bila A =1 B=1 dan C =1 sehingga:
L1 = A.B.C
 L2 menyala bila, A=1,B=1, C=1 atau A=1, B=1, dan
C=1 atau A=1,B=1, danC=1 sehingga dapt dituliskan
menjadi: L2=(A.B. C +A. B.C + A.B.C)
 L3 menyala bila, A=1, B=1 dan C=1 atau A=1,B=1 dan
C=1 atau A=1, B=1 dan C=1 sehingga dapat dituliskan
menjadi L3 = (A. B. C + A.B. C + A. B.C)
 L4 menyala bila A=1, B=1 dan C=1 sehinga diperoleh
persamaan L4 = A.B.C
Keempat persamaan Aljabar Boole diatas dituliskan
dalam bentuk standart disjunctif atau biasanya disebut
Sum Of Product (SOP). Bentuk standart disjunctif
dibuat dengan menyalin terlebih dahulu secara
konjunctif tiap-tiap besaran masukan yang berlogika-1
pada outputnya dan kemudian dijalin lagi bentuk
konjunctif tersebut secara disjunctif.
Kebalikan dari bentuk standart disjunctif adalah
bentuk standar konjucntif yang biasa disebut Product
Of Sum (POS). Bentuk standat konjuctif dibuat dengan
menyalin dahulu secara disjunctif tiap-tiap besaran
input yang berlogika-0 pada outputnya dan kemudian
menyalin lagi bentuk disjunctif tersebut secara
konjunctif.
Contoh 3 :
8 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

Perhatikan tabel kebenaran berikut ini, buatlah


persamaan Boolenya secara SOP dan POS
A B T
0 0 1
0 1 0
1 0 1
1 1 1
 Bentuk disjunctif (SOP)
T = (A.B ) + ( A.B ) + ( A + B )
Dengan melakukan perluasan pada A.B tanpa mengubah
nilai logika T, persamaan diatas menjadi:
T = (A.B ) + (A.B) + (A.B) + (A.B)
T = {B (A + A)} + {A.(B + B)}
T = (B.1) + ( A.1)
T = A +B
 Bentuk standart
 konjuctif (POS)

T = A +B A T
Gambar : B

Contoh 4 :
A B T
0 0 0
0 1 0
1 0 1
1 1 0

 SOP (disjucntif)
T = A.B
 POS (Konjunctif)
T = (A +B ).( A+B ).( A + B )
9 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

Dilakukan perluasan terhadap ( A+B) dengan tidak


merubah nilai logika output-T, sehingga diperoleh :
T = (A+B).(A+B).(A+B).(A+B)
T = {A + (B.B)}.{B + (A.A)}

A
T = A.B
B
T

Pengertian Aljabar Boolean dan Hukumnya – Aljabar Boolean atau dalam bahasa
Inggris disebut dengan Boolean Algebra adalah matematika yang digunakan untuk
menganalisis dan menyederhanakan Gerbang Logika pada Rangkaian-rangkaian Digital
Elektronika. Boolean pada dasarnya merupakan Tipe data yang hanya terdiri dari dua nilai
yaitu “True” dan “False” atau “Tinggi” dan “Rendah” yang biasanya dilambangkan
dengan angka “1” dan “0” pada Gerbang Logika ataupun bahasa pemrograman komputer.
Aljabar Boolean ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang Matematikawan yang
berasal dari Inggris pada tahun 1854. Nama Boolean sendiri diambil dari nama
penemunya yaitu George Boole.

Hukum Aljabar Boolean


Dengan menggunakan Hukum Aljabar Boolean ini, kita dapat mengurangi dan
menyederhanakan Ekspresi Boolean yang kompleks sehingga dapat mengurangi jumlah
Gerbang Logika yang diperlukan dalam sebuah rangkaian Digital Elektronika.
Dibawah ini terdapat 6 tipe Hukum yang berkaitan dengan Hukum Aljabar Boolean :

1. Hukum Komutatif (Commutative Law)

Hukum Komutatif menyatakan bahwa penukaran urutan variabel atau sinyal Input tidak
akan berpengaruh terhadap Output Rangkaian Logika.
Contoh :
Perkalian (Gerbang Logika AND)
X.Y = Y.X
Penjumlahan (Gerbang Logika OR)
X+Y = Y+X
Catatan : Pada penjumlahan dan perkalian, kita dapat menukarkan posisi variabel atau
dalam hal ini adalah sinyal Input, hasilnya akan tetap sama atau tidak akan mengubah
10 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

keluarannya.

2. Hukum Asosiatif (Associative Law)

Hukum Asosiatif menyatakan bahwa urutan operasi logika tidak akan berpengaruh
terhadap Output Rangkaian Logika.
Contoh :
Perkalian (Gerbang Logika AND)
W . (X . Y) = (W . X) . Y

Penjumlahan (Gerbang Logika OR)


W + (X + Y) = (W + X) + Y
11 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

Catatan : Pada penjumlahan dan perkalian, kita dapat mengelompokan posisi variabel
dalam hal ini adalah urutan operasi logikanya, hasilnya akan tetap sama atau tidak akan
mengubah keluarannya. Tidak peduli yang mana dihitung terlebih dahulu, hasilnya tetap
akan sama. Tanda kurung hanya sekedar untuk mempermudah mengingat yang mana akan
dihitung terlebih dahulu.

3. Hukum Distributif

Hukum Distributif menyatakan bahwa variabel-variabel atau sinyal Input dapat disebarkan
tempatnya atau diubah urutan sinyalnya, perubahan tersebut tidak akan mempengaruhi
12 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

Output Keluarannya.

Hukum AND (AND Law)


Disebut dengan Hukum AND karena pada hukum ini menggunakan Operasi Logika AND
atau perkalian. Berikut ini contohnya :
13 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

Hukum OR (OR Law)


Hukum OR menggunakn Operasi Logika OR atau Penjumlahan. Berikut ini adalah
Contohnya :
14 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

4. Hukum Inversi (Inversion Law)

Hukum Inversi menggunakan Operasi Logika NOT. Hukum Inversi ini menyatakan jika
terjadi Inversi ganda (kebalikan 2 kali) maka hasilnya akan kembali ke nilai aslinya.

Jadi, jika suatu Input (masukan) diinversi (dibalik) maka hasilnya akan berlawanan.
Namun jika diinversi sekali lagi, hasilnya akan kembali ke semula.
15 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

Rangkaian Kombinasional
Rangkaian kombinasional adalah rangkaian yang outputnya hanya tergantung
pada input ”pada saat itu”. Pada prinsipnya, rangkaian kombinasional
merupakan penerapan dan penerjemah langsung dari aljabar boole, yang
biasanya dinyatakan sebagai fungsi logika. Operator logika yang digunakan
dalam aljabar boole adalah inversi/negasi (NOT), perkalian logika (AND),
penambahan logika (OR).
Ada beberapa Rangkaian logika kombinasional yang akan dibahas adalah
Enkoder, Dekoder, Multiplexer, dan Demultiplexer. Berikut penjelasannya :

1. Enkoder
Enkoder adalah rangkaian logika kombinasional yang berfungsi untuk
mengubah atau mengkodekan suatu sinyal masukan diskrit menjadi keluaran
kode biner.
Enkoder disusun dari gerbanggerbang logika yang menghasilkan keluaran biner
sebagai hasil tanggapan adanya dua atau lebih variabel masukan. Hasil
keluarannya dinyatakan dengan aljabar boole, tergantung dari kombinasi –
kombinasi gerbang yang digunakan.
16 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

Sebuah Enkoder harus memenuhi syarat perancangan m < 2 n . Variabel m


adalah kombinasi masukan dan n adalah jumlah bit keluaran sebuah enkoder.
Satu kombinasi masukan hanya dapat mewakili satu kombinasi keluaran.
2. Multiplexer
Rangkaian logika kombinasional Multiplexer atau disingkat MUX adalah alat atau
komponen elektronika yang bisa memilih input (masukan) yang akan diteruskan
ke bagian output (keluaran). Pemilihan input mana yang dipilih akan ditentukan
oleh signal yang ada di bagian kontrol (kendali) Select.
3. Dekoder
Rangkaian Dekoder mempunyai sifat yang berkebalikan dengan Enkoder yaitu
merubah kode biner menjadi sinyal diskrit. Sebuah dekoder harus memenuhi
syarat perancangan m < 2 n . Variabel m adalah kombinasi keluaran dan n
adalah jumlah bit masukan. Satu kombinasi masukan hanya dapat mewakili
satu kombinasi keluaran.
4. Demultiplekser
Rangkaian logika kombinasional Demultiplekser adalah Komponen yang
berfungsi kebalikan dari MUX. Pada DEMUX, jumlah masukannya hanya satu,
tetapi bagian keluarannya banyak. Signal pada bagian input ini akan disalurkan
ke bagian output (channel) yang mana tergantung dari kendali pada bagian
SELECTnya.

Rangkaian Sekuensial
Rangkaian sekuensial berbeda dengan rangkaian kombinasional. Pada rangkaian
kombinasional, output bergantung pada inputnya, sedangkan pada rangkaian
sekuensial outputnya tergantung pada input dan input sebelumnya atau dapat
dikatakan rangkaian yang bekerja berdasarkan urutan waktu. Ciri rangkaian
logika sekuensial yang utama adalah adanya jalur umpan balik (feedback) di
dalam rangkaiannya. Rangkaian kombinasional tidak memperhatikan input
sebelumnya karena tidak ada memori dan variabel waktu tidak mempengaruhi
suatu rangkaian kombinasional. Sedangkan pada rangkaian sekuensial, input
sebelumnya disimpan sebagai informasi biner pada memori (informasi itu
disebut dengan state)
1. Flip-flop
Flip-flop adalah rangkaian utama dalam logika sequensial. Counter, Register,
Memory, serta rangkaian sequensial lainnya disusun dengan menggunakan flip-
flop sebagai komponen utama. Flip-flop adalah rangkaian yang mempunyai
fungsi pengingat (memory). Artinya rangkaian ini mampu melakukan
penyimpanan data sesuai dengan kombinasi masukan yang diberikan
kepadanya. Flip-flop adalah rangkaian digital yang digunakan untuk menyimpan
satu bit secara semi permanen sampai ada suatu perintah untuk menghapus
atau mengganti isi dari bit yang disimpan. Prinsip dasar dari flip-flop adalah
suatu komponen elektronika dasar seperti transistor, resistor dan dioda yang
dirangkai menjadi suatu gerbang logika yang dapat bekerja secara sekuensial.
Nama lain dari flip-flop adalah multivibrator bistabil.
Ciri utama dari flipflop adalah keluaran Q dan Q’ adalah selalu berlawanan /
stabil (jika Q = 0 maka Q’ = 1, Jika Q = 1 maka Q’ =0). Karena kondisi dua
keadaan stabil ini rangkaian flipflop dinamakan juga dengan rangkaian bistabil.
17 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

Ada beberapa macam flip-flop, antara lain RS flip-flop, JK flip-flop, D flip-flop,


dan T flip-flop. Berikut penjelasan lebih lengkapnya :
 Flip-flop RS atau SR (Set-Reset) merupakan dasar dari flip-flop jenis
lain. Flip-flop ini mempunyai 2 masukan, yang satu disebut S (SET) yang
dipakai untuk menyetel (membuat keluaran flip-flop berkeadaan 1) dan yang
lain disebut R (RESET) yang dipakai untuk me-reset (membuat keluaran
berkeadaan 0). Flip-flop ini mempunyai dua masukan dan dua keluaran, di
mana salah satu keluarannya (y) berfungsi sebagai komplemen. Sehingga
flip-flop ini disebut juga rangkaian dasar untuk membangkitkan sebuah
variabel beserta komplemennya. Flip-flop RS dapat dibentuk dari kombinasi
dua gerbang NAND atau kombinasi dua gerbang NOR.

 Flip-flop JK mempunyai masukan “J” dan “K”. FF ini “dipicu” oleh suatu
pinggiran pulsa clock positif atau negatif. FF JK merupakan rangkaian dasar
untuk menyusun sebuah pencacah. FF JK dibangun dari rangkaian dasar FF
SR dengan menambahkan dua gerbang AND pada masukan R dan S serta
dilengkapi dengan rangkaian diferensiator pembentuk denyut pulsa clock. JK
Flip-flop merupakan rangkaian flip-flop yang dibangun untuk megantisipasi
keadaan terlarang pada flip-flop S-R. Dalam prakteknya, ada kalanya perlu
merealisasikan flip-flop tertentu daripada flip-flop yang tersedia, misalnya
flipflop yang dibutuhkan tidak tersedia atau dari serpih (chip) flip-flop yang
digunakan masih ada sisa flip-flop dari jenis lain yang belum termanfaatkan.
Sebagaimana diuraikan di depan, flip-flop D dapat dibangun dari flip-flop JK
dengan memberikan komplemen J sebagai masukan bagi K. Flip-flop D yang
disusun dari flip-flop JK.
 D Flip-flop. Nama flip-flop ini berasal dari Delay. Flip-flop ini hanya
mempunyai satu masukan, yaitu D. Jenis flip-flop ini sangat banyak dipakai
sebagai sel memori dalam komputer. D Flip-flop merupakan salah satu jenis
flip-flop yang dibangun dengan menggunakan flip-flop S-R. Perbedaannya
dengan flip-flop S-R terletak pada inputan R, pada D Flip-flop inputan R
terlebih dahulu diberi gerbang NOT, maka setiap input yang diumpankan ke
D akan memberikan keadaan yang berbeda pada input S-R, dengan demikian
hanya akan terdapat dua keadaan S dan R yaitu S=0 dan R=1 atau S=1 dan
R=0, jadi dapat diisi. Master Save D Flip-flop merupakan rangkaian flip-flop
yang memiliki 2 latch D dan sebuah inverter. Latch yang satu bernama
Master dan yang kedua bernama Slave. Sebuah masalah yang terjadi pada
Flip-flop RS adalah dimana keadaan R = 1, S = 1 harus dihindarkan. Satu
cara untuk mengatasinya adalah dengan mengizinkan hanya sebuah input
saja dimana FF-D mampu mengatasi masalah tersebut
 T Flip-flop merupakan rangkaian flip-flop yang dibangun dengan
menggunakan flip-flop J-K yang kedua inputnya dihubungkan menjadi satu,
maka akan diperoleh flip-flop yang memiliki watak membalik output
sebelumnya jika inputannya tinggi dan outputnya akan tetap jika inputnya
rendah. Flip-flop T dapat dibentuk dari flip-flop JK dengan menggabungkan
masukan J dan K sebagai masukan T. Perhatikan bahwa bila T=0 akan
membuat J=K=0 sehingga keadaan flip-flop tidak berubah. Tetapi bila T=1,
J=K=1 akan membuat flip-flop beroperasi secara toggle. Nama flip-flop T
diambil dari sifatnya yang selalu berubah keadaan setiap ada sinyal pemicu
18 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

(trigger) pada masukannya. Input T merupakan satu-satunya masukan yang


ada pada flip-flop jenis ini sedangkan keluarannya tetap dua, seperti semua
flip-flop pada umumnya. Kalau keadaan keluaran flip-flop 0, maka setelah
adanya sinyal pemicu keadaan-berikut menjadi 1 dan bila keadaannya 1,
maka setelah adanya pemicuan keadaannya berubah menjadi 0. Karena sifat
ini sering juga flip-flop ini disebut sebagai flip-flop toggle (berasal dari scalar
toggle/pasak).
2. Register
Register adalah memori berukuran sangat kecil dengan kecepatan akses sangat
tinggi. Register digunakan untuk menyimpan data dan instruksi yang sedang
diproses, sementara itu data dan instruksi lainnya yang menunggu giliran
diproses akan disimpan dalam main memory.
3. Counter
Rangkaian Counter (penghitung) adalah logika sekuensial yang dapat
dipergunakan untuk menghitung jumlah pulsa masuk dan dinyatakan dengan
bilangan biner. Sesuai dengan namanya 4 BIT Binary Counter adalah suatu
rangkaian logika yang terdiri dari 4 buah Flip-Flop yang mampu melaksanakan
perhitungan sampai bilangan 16.
4. Memori
Memori adalah pusat dari operasi pada sistem komputer modern, berfungsi
sebagai tempat penyimpanan informasi yang harus diatur dan dijaga sebaik-
baiknya. Memori adalah array besar dari word atau byte, yang disebut alamat.

Kesimpulan
 Suatu rangkaian diklasifikasikan sebagai kombinasional jika memiliki sifat
yaitu keluarannya ditentukan hanya oleh masukkan eksternal saja.
 Suatu rangkaian diklasifikasikan sequential jika ia memiliki sifat
keluarannya ditentukan oleh tidak hanya masukkan eksternal tetapi juga oleh
kondisi sebelumnya.
Perbedaan rangkaian kombinasional dan rangkaian sekuensial :
- Rangkaian kombinasional terdiri dari gerbang logika yang memiliki output
yang selalu tergantung pada kombinasi input yang ada. Rangkaian
kombinasional melakukan operasi yang dapat ditentukan secara logika dengan
memakai sebuah fungsi boolean.

- Rangkaian sekuensial merupakan rangkaian logika yang keadaan outputnya


tergantung pada keadaan input-inputnya juga tergantung pada keadaan output
sebelumnya. Rangkaian ini juga didefenisikan sebagai rangkaian logika yang
outputnya tergantung waktu.
19 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

Peta Karnaugh atau sering di sebut juga K-map adalah metode untuk menyederhanakan
rangkaian logika. K-map mempunyai keiripan dengan tabel kebenaran yang menampilkan
keluaran persamaan Boolean untuk tiap kemungkinan kombinasi variabel masukkan.
Menentukan jumlah sel identik dengan mencari jumlah kombinasi sebuah tabel kebenaran.

1. Variabel yang mempunyai 2n kotak (n adalah banyaknya masukkan), dimana dalam


kotak-kotak atau sel-sel tersebut merupakan kombinasi masukkan yang terjadi.

Misalnya :

a). 2 variabel masukkan membutuhkan 22 atau 4 sel (kombinasi yang terjadi).

b). 3 variabel masukkan membutuhkan 23 atau 8 sel (kombinasi yang terjadi).

c). dan seterusnya

Contoh berbagai variabel pada Peta Karnaugh:

2. Peta Karnaugh dapat digunakan untuk :

a). Menyederhanakan rangkaian (miniaturisasi).

b). Merancang rangkaian.

LANGKAH-LANGKAH PENYEDERHANAAN PETA KARNAUGH

1). Masukan keluaran sesuai dengan nomor minterm atau maxterm.


20 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

2). Untuk penyederhanaan, kelompokkan yang minterm bernilai 1 untuk SOP atau maxterm
yang bernilai 0 untuk POS.

3). Setiap kelompok harus berkelipatan 2 yaitu: 2, 4, 8, 16, dan seterusnya.

4). Usahakan mencari kelompok terbesar terlebih dahulu, lalu mencari kelompok yang lebih
kecil.

PETA KARNAUGH DENGAN 2 VARIABEL MASUKAN (22 = 4)

Aturannya yaitu:

a. Dalam masing-masing kotak kombinasi yang terjadi adalah AND GATE.

b. Antar kotak mempunyai hubungan OR GATE.

Contoh :

a) Gerbang OR

b) Dari gerbang EX-OR.


21 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

1). Aturan miniaturisasi untuk 2 variabel masukan.Bila 4 kotak dari K-Map terisi bernilai “1”
semua, maka persamaan tersebut adalah 1 (X = 1).

X = A¯ B¯ + A B + A B¯ + A¯B = A¯ ( B¯ + B ) + A ( B¯ + B ) = A¯ + A = 1

2). Pernyataan persamaan Boolen dari 2 kotak yang berdekatan (bukan bersilangan), dapat
disederhanakan dari 2 komponen menjadi satu kombinasi persamaan Boolen.

Contoh :
22 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

Perhatikan ekspresi Z = f (A,B) = A B +A B + A B yang diplot di Peta Karnaugh ini.

Penyelesaian:

Pasangan 1 dikelompokkan seperti gambar di atas, dan jawaban diperoleh dengan melihat
nilai 1 yang masuk ke kelompok lingkaran yang menyebabkan nilai A dan B hilang. Hasil
dari penyederhanaan persamaan di atas ialah: Z = A + B .

PETA KARNAUGH DENGAN 3 VARIABEL MASUKAN (23 = 8)

Aturannya yaitu:

a). Seluruh kotak (8 kotak) dapat disederhanakan dengan F = 1.

b). 4 kotak dapat disederhanakan dari 3 variabel menjadi 1 variabel.

c). 2 kotak dapat disederhanakan dari 3 variabel menjadi 2 variabel.


23 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

Dari 2 buah peta Karnaugh di atas dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut:

Contoh:

Sederhanakan persamaan menggunakan Peta Karnaugh dari soal berikut:

1. Z = f (A,B,C) = A¯B¯C¯ + A¯B + ABC¯ + AC

2. Z = f (A,B,C) = A¯B + B C¯ + BC + A B¯ C¯

Penyelesaian :

1. Z = f (A,B,C) = A¯B¯C¯ + A¯B + ABC¯ + AC


Menggunakan aturan simplifikasi, hasil persamaan yang telah disederhanakan ialah = B.

2. Z = f (A,B,C) = A¯B + B C¯ + BC + A B¯ C¯

Menggunakan aturan simplifikasi, hasil persamaan yang disederhanakan ialah = B+A C.

PETA KARNAUGH DENGAN 4 VARIABEL MASUKAN (24 = 16)


24 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

Aturannya yaitu :

a. Seluruh kotak (16 kotak) dapat disederhanakan dengan F = 1.

b. 8 kotak dapat disederhanakan dari 4 variabel menjadi 1 variabel.

c. 4 kotak dapat disederhanakan dari 4 variabel menjadi 2 variabel.

d. 2 kotak dapat disederhanakan dari 4 variabel menjadi 3 variabel.

PENGELOMPOKAN MINTERM

1). Pengelompokan dua-an (n = 1), yang perlu diperhatikan adalah variabel yang tidak
berubah.

2). Pengelompokan empat-an (n = 2), yang perlu diperhatikan adalah variabel yang tidak
berubah.
25 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

3). Pengelompokan delapan-an (n = 3), yang perlu diperhatikan adalah variabel yang tidak
berubah.

4). Pengelompokan enam belas-an (n = 4), yang perlu diperhatikan adalah variabel yang
tidak berubah.
26 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

PERISTIWA TUMPANG TINDIH (OVERLEAPING)

a). Tanpa tumpang tindih

b). Dengan tumpang tindih

Dari gambar-gambar di atas nampak bahwa dengan menggunakan peristiwa tumpang


tindih persamaan menjadi lebih sederhana.

PERISTIWA PENGGULUNGAN (ROLLING)

a). Penggulungan dua-an (n = 1)

b). Penggulungan empat-an (n = 2)


27 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

c). Penggulungan delapan-an (n = 3)

PERISTIWA KELEBIHAN PENGELOMPOKAN (REDUNDANT)

Peristiwa redundant adalah pengelompokan kembali semua suku baik minterm


ataupun maxterm yang sudah dikelompokkan.

a). Tidak terjadi kelebihan pengelompokan

b). Terjadi kelebihan pengelompokan


28 | SMK NEGERI 1 BLORA “PENERAPAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA”

KONDISI TIDAK PEDULI (DON’T CARE)

Suatu kondisi dimana keluaran suatu rangkaian logika sembarang (“1” atau “0”) yang tidak
mempengaruhi kerja dari sistem rangkaian tersebut, kondisi ini dapat menyebabkan can’t
happen (keadaan tak pernah terjadi) dan juga dapat menyebabkan keadaan redundant
(kelebihan suku).

Langkah-langkah penyederhanaan :

a). Suku-suku pada K-map berisi kondisi don’t care diberi tanda “d”.

b). “d” boleh bernilai “0” atau “1”.

c). “d” dipakai hanya bila menyumbang penyederhanaan.

Contoh:

1). Cara kerja suatu rangkaian logika dapat dijelaskan pada tabel kebenaran berikut ini.

Tentukan fungsi Boolean yang telah disederhanakan dengan :

a). Tanpa memanfaatkan kondisi don’t care.

b). Dengan memanfaatkan kondisi don’t care.

Penyelesaian

a). Tanpa memanfaatkan kondisi don’t care : Y(A,B,C) = B¯ C + A B C¯

b). Dengan memanfaatkan kondisi don’t care: Y(A,B,C) = C + A B

Anda mungkin juga menyukai