Anda di halaman 1dari 30

ANALISA LAPORAN KEUANGAN : PERANAN METODE TRANSFER PRICING

SEBAGAI ALAT UNTUK MENCIPTAKAN MEKANISME INTEGRASI DALAM


SUATU PERUSAHAAN YANG MENDIVERSIFIKASI USAHA ATAU BISNISNYA,
KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA DAN STUDI KASUS PADA SUATU
PERUSAHAAN DI INDONESIA YAITU PADA ASTRA GROUP DAN PT TOYOTA
ASTRA TBK.

SISTEM PENGENDALIAN MANAGEMEN 2

KELOMPOK 10

MIRZA FAHLEVI 43215110457


ENCEP CAHYANA 43215110447
DWI NURDIANA 43215110461
AMIRULLAH 43215110450
REGINA DESTYANI RATNA PUTRI 43212120460
SOLIHAH 43215110448
LILIK PERAWATI 43215110588

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI REGULER 2 – AKUNTANSI
2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ……………………………………………………………… 4


1.2 TUJUAN PENULISAN …………………………………………………………… 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 HARGA TRANSFER (TRANSFER PRICING) …………………………………… 6


2.1.1 Definisi Harga Transfer …………………………………………………… 6
2.1.2 Tujuan Penentuan Harga Transfer ………………………………………… 6
2.1.3 Metode Penentuan Harga Transfer ………………………………………… 6
2.2 PENERAPAN KONSEP MATA UANG FUNGSIONAL ………………………… 8
2.2.1 Translasi …………………………………………………………………… 8
2.2.2 Pengukuran Kembali ……………………………………………………… 10
2.2.3 Translasi Dan Pengukuran Kembali Laporan Keuangan Mata Uang
Asing……………………………………………………………………… 12
2.2.4 Transaksi “Intercompany” Dalam Mata Uang Asing …………………… 13
2.3 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN HARGA TRANSFER …………………… 15
2.3.1 Latar Belakang Informasi ………………………………………………… 15
2.3.2 Transaksi “Intercompany” ………………………………………………… 16
2.3.3 Melakukan Translasi Penyesuaian Neraca Saldo Dari Anak Perusahaan Di
Luar Negeri …………………………………………………………………17
2.3.4 Translasi Laporan Keuangan Mata Uang Fungsional Menjadi Mata Uang
Pelaporan Perusahaan Indonesia ………………………………………… 19
2.4 ILUSTRASI – PENGUKURAN KEMBALI ……………………………………… 20
2.4.1 Metode Ekuitas Dan Konsolidasi ………………………………………… 22
2.4.2 Translasi Dan Pengukuran Kembali Perbedaan Di Dalam Laporan
Konsolidasian ……………………………………………………………… 24
2.5 PERLAKUAN “HEDGING” INVESTASI BERSIH PERUSAHAAN LUAR
NEGERI ……………………………………………………………………………24
2.5.1 Ilustrasi …………………………………………………………………… 24

2
2.5.2 Batas Laba Rugi Dari Penyesuaian Translasi ………………………………27

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN ……………………………………………………………………. 29
3.2 SARAN …………………………………………………………………………… 29

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………… 30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Globalisasi yang melanda dunia menyebabkan semakin berkembangnya pasar


modal dan transaksi bisnis yang melewati batas-batas wilayah negara, yang berarti
bahwa globalisasi juga melanda dunia bisnis. Globalisasi pasar modal ditunjukkan
oleh semakin derasnya arus modal dari para investor dari negera lain. Ini merupakan
fenomena positif, karena akan meningkatkan efisiensi penggunaan dana secara
international. Tetapi, karena perbedaan standar dan praktik-praktik akuntansi pada
masing masing negara, maka interpretasi terhadap laporan keuangan yang disusun
oleh sebuah perusahaan di suatu negara akan sulit dilaksanakan oleh investor dari
negara yang lain. Ini dapat menimbulkan kesalahan komunikasi sehingga substansi
informasi yang dilaporkan tidak sama dengan persepsi yang diperoleh investor dan
pemakai laporan keuangan yang lain. Akibatnya investor enggan untak melakukan
analisis terhadap laporan keuangan sebuah perusahaan dari negara lain, sehingga
alokasi dana dalam lingkup internasional tidak terjadi secara efisien.

Transaksi bisnis lintas negara menyebabkan bertambahnya substansi yang perlu


dilaporkan, disebabkan karena perbedaan mata uang yang digunakan oleh masing-
masing negara dan berubah-ubahnya kurs valuta asing. Menyusun laporan keuangan
konsolidasian dengan anak perusahaan di luar negeri harus memperhatikan kurs mata
uang. Globalisasi transaksi bisnis juga menyebabkan semakin kompleksnya operasi
manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan karena masing-masing negera memiliki
politik, ekonomi, dan lingkungan sosial yang berbeda.

Perusahaan menyusun laporan keuangan untuk pelaporan kepada pemegang


saham. Pelaporan transaksi yang berbasis di luar negeri menggunakan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Pada saat penyusunan laporan keuangan, perusahaan
harus mempertimbangkan perbedaan dalam prinsip-prinsip akuntansi dan perbedaan
dalam mata uang yang digunakan untuk mengukur transaksi entitas luar negeri.

4
1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:


1. Memberikan informasi mengenai transfer pricing .
2. Memahami peranan metode transfer pricing dalam menciptakan mekanisme
integrasi di suatu perusahaan yang mendisversifikasi bisnis tersebut.
3. Mempelajari kelebihan dan kekurangan dari transfer pricing di perusahaan.
4. Memberikan informasi terkait PT Toyota Astra, Tbk. beserta analisa laporan
keuangan terkait transfer pricing.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HARGA TRANSFER (TRANSFER PRICING)

Tujuan Penjabaran Laporan Keuangan adalah sebgai berikut:


1. Menyajikan informasi secara umum dengan efek ekonomis yang diharapkan dari
perubahan kurs pada ekuitas dan arus kas perusahaan.
2. Menggambarkan aktifitas keuangan di laporan konsolidasi serta hubungan dari
masing-masing entitas.
3. Penilaian dalam mata uang fungsional agar dapat sejalan dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.

2.1.1 Definisi Harga Transfer

Harga transfer memiliki banyak pengertian. Dalam arti sempit, harga transfer
merupakan adalah harga perpindahan barang atau jasa antara dua pusat laba atau
lebih. Dalam artian luas, bahwa harga transfer adalah harga perpindahan barang
atau jasa yang dipertukarkan antar unit-unit atau antar pusat pertanggungjawaban
dalam suatu organisasi.

Transfer pricing juga dapat didefinisikan sebagai suatu harga jual khusus yang
dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual
(selling division) dan biaya divisi pembeli (buying divison). (Henry Simamora,
1999:272)

Dalam sisi perpajakan, harga transfer merupakan harga yang diperhitungkan


untuk mengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar-pusat
pertanggungjawaban laba atau biaya, termasuk determinasi harga untuk barang,
imbalan atas jasa, tingkat bunga pinjaman, beban atas persewaan dan metode
pembayaran serta pengiriman uang. (Mohammad Zain, 2007:294)

6
2.1.2 Tujuan Penentuan Harga Transfer

Penentuan harga transfer antar masing-masing pusat laba dapat menjadi sangat
penting, ketika :
1. Transaksi transfer barang atau jasa yang terjadi antar masing-masing pusat
laba cukup signifikan.
2. Salah satu komponen penting dari produk akhir yang ditransferkan adalah
biaya barang atau jasa tersebut.
3. Faktor pertimbangan penting di dalam penilaian prestasi divisi yaitu
profitabilitas.

Tujuan dari penentuan harga transfer itu sendiri antara lain :


1. Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk
menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan
perusahaan.
2. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita maksudnya, sistem
harus dirancang sedemikian rupa sehingga keputusan yang meningkatkan laba
unit usaha juga akan meningkatkan laba perusahaan.
3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
4. Untuk memvotivasi manajer pusat laba pengirim, pusat laba penerima, dan
kantor pusat dalam membuat keputusan yang tepat.
5. Untuk menyajikan laporan laba setiap divisi yang secara layak mengukur
prestasi divisi.
6. Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.

2.2 PENERAPAN KONSEP MATA UANG FUNGSIONAL

2.2.1 Translasi

Translasi merupakan pengukuran mata uang fungsional dalam mata uang


pelaporan. Seluruh elemen laporan keuangan (aktiva dan kewajiban) harus
ditranslasikan dengan menggunakan kurs sekarang. Aturan ini mengacu pada

7
metode kurs sekarang (current rate method). Sedangkan pendapatan dan beban
menggunakan kurs rata-rata.

Untuk ekuitas menggunakan kurs historis. Penyesuaian ekuitas dari translasi


diakumulasikan sampai penjualan atau likuidasi investasi entitas asing dilakukan,
pada saat itu mereka dilaporkan sebagai penyesuaian keuntungan atau kerugian
atas penjualan.

Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuangan


gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai
operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan
mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan.

Translasi tidak sama dengan konversi. Translasi hanyalah perubahan satuan


unit moneter, seperti halnya sebuah neraca yang dinyatakan dalam Pound Inggris
disajikan ulang kedalam nilai ekuivalen Dollar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang
terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi seperti bila dilakukan konversi.

Tiga alasan tambahan dilakukannya translasi mata uang asing, yaitu:


a. Mencatat transaksi mata uang asing.
b. Memperhitungkan efeknya perusahaan terhadap translasi mata uang; dan
c. Berkomunikasi dengan peminat saham asing.

Transaksi mata uang bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward, atau
pasar swap.
a. Kurs pasar spot dipengaruhi berbagai faktor, termasuk juga perbedaan tingkat
inflasi antar negara, perbedaan pada saham nasional, dan ekspektasi mengenai
arah tingkat mata uang selanjutnya. Kurs ini bersifat langsung atau tidak
langsung.
b. Kurs pada pasar forward adalah persetujuan untuk mentranslasikan sejumlah
mata uang yang telah ditetapkan untuk masa yang akan datang. Transaksi pada
pasar forward mendapatkan potongan atau premi dari pasar spot, atau sebagai
tingkat palsu pasar forward.

8
c. Transaksi kurs swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward yang
simultan, atau penjualan spot dan pembelian forward mata uang.

Indikator-indikator dalam mata uang fungsional adalah :


Indikator Mata uang sebagai mata uang fungsional jika
memenuhi indikator di bawah ini

Arus kas Arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama


perusahaan didomonasi oleh mata uang tersebut.

Harga jual Harga jual dalam jangka pendek sangat terpengaru


dengan perubahan nilai mata uang tersebut atau
produksi perusahaan sebagian besar di ekspor.

Beban Beban dipengaruhi oleh perubahan nilai mata uang.

Akan tetapi, beberapa entitas asing menggunakan mata uang fungsional yang
berbeda dengan mata uang lokalnya. DSAK telah mengadopsi pendekatan mata
uang fungsional setelah mempertimbangkan tujuan dari proses translasi berikut :
a. Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan pengaruh ekonomi
yang diharapkan dari perubahan nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas
perusahaan.
b. Mencerminkan laporan keuangan konsolidasi hasil keuangan dan hubungan
antara masing-masing entitas konsolidasi dalam mata uang fungsional yang
sesuai dengan prinsip akutansi yang berlaku secara umum di Indonesia.

2.2.2 Pengukuran Kembali

Tujuan dari pengukuran kembali ialah untuk mendapatkan hasil yang sama
seakan-akan pembukuannya dilakukan dengan mata uang fungsional. Untuk
mencapai tujuan ini, baik kurs historis maupun kurs sekarang digunakan dalam
proses pengukuran kembali. Dengan metode ini (metode temporal), aktiva moneter
dan kewajiban moneter diukur kembali dengan kurs historis. Aktiva moneter dan
kewajiban moneter nilainya tetap dalam unit mata uang. Sedangkan item non
moneter nilainya berubah seiring dengan perubahan harga pasar.

9
2.2.3 Translasi Dan Pengukuran Kembali Laporan Keuangan Mata Uang Asing

Translasi dan pengukuran kembali terhadap laporan keuangan dapat terjadi


dalam beberapa kemungkinan. Contohnya PT UNM milik Indonesia berhasil
membeli PT KJL milik Inggris. Pencatatan PT KJL dilakukan dengan Pound
Inggris. Kemungkinannya adalah :
a. Bila mata uang fungsionalnya adalah Pound Inggris, maka prosedur yang
dibutuhkan untuk konsolidasi dengan translasi saja.
b. Bila mata uang fungsionalnya adalah Rupiah, maka prosedur yang dibutuhkan
untuk konsolidasi dengan pengukuran kembali saja.
c. Bila mata uang fungsionalnya adalah Euro, maka prosedur yang dibutuhkan
untuk konsolidasi dengan translasi serta pengukuran kembali.

Dalam menyajikan kembali laporan keuangan afiliasi luar negeri ke rupiah


biasanya digunakan pengukuran kembali. Walaupaun pengukuran kembali untuk
umum sebagaimana translasi, terdapat beberapa situasi dimana mata uang
fungsional dari afiliasi asing bukan mata uang uang lokal. Pengukuran kembali
sama seperti translasi, di mana tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai setara
rupiah dari akun-akun afiliasi asing sehingga dapat digabungkan atau dikonsolidasi
dengan laporan keuangan perusahaan Indonesia. Akan tetapi, kurs yang digunakan
untuk pengukuran kembali berbeda dengan kurs yang digunakan dalam translasi,
yang menghasilkan nilai rupiah yang berbeda untuk akun-akun afiliasi asing.

Proses pengukuran kembali harus memberikan hasil akhir yang sama seakan-
akan transaksi entitas luar negeri sejak awal telah dicatat dalam rupiah. Oleh
karena itu, beberapa transaksi dan saldo akun disajikan kembali menjadi nilai
setara rupiah menggunakan kurs historis, yaitu kurs tunai pada saat transaksi awal
terjadi. Proses pengukuran kembali membagi neraca menjadi akun moneter dan
non moneter. Aset dan kewajiban moneter seperti kas, piutang jangka pendek dan
jangka panjang, dan utang jangka pendek dan jangka panjang, mempunyai jumlah
yang tetap dalam unit mata uang. Akun-akun ini dapat mengalami keuntungan atau
kerugian dari perubahan kurs. Aset non moneter adalah akun-akun seperti
persediaan dan aset tetap, yang nilainya tidak tetap dalam unit moneter.

10
Oleh karena itu, digunakan berbagai kurs untuk mengukur kembali neraca
percobaan mata uang asing, maka debit dan kredit dalam neraca percobaan setara
rupiah tidak akan sama. Dalam kasus ini, pos penyeimbang adalah keuntungan atau
kerugian pengukuran kembali, yang dimasukan ke dalam laporan laba rugi periode
berjalan.

Metode akuntansi untuk mencatat translasi mata uang asing :


1. Metode Current/Non current
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi mata
uang. Dengan metode ini, semua aset dan kewajiban lancar dari cabang-cabang
perusahaan dilaporkan dalam mata uang negara asal dengan kurs saat ini, yaitu
kurs pada saat neraca disusun. Sedang aset dan kewajiban yang tidak lancar
(noncurrent), seperti biaya depresiasi, dilaporkan pada kurs historis, yaitu kurs
pada saat asset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu,
cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang dinilai positif
dalam mata uang lokal akan meningkatkan resiko rugi (translation loss) akibat
devaluasi dengan metode current/non current. Sebaliknya, bila modal kerja
ternyata negatif dinilai dalam mata uang lokal berarti terdapat keuntungan
(translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut.

2. Metode monetary/non monetary


Aset moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka
panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang)
ditranslasikan pada kurs saat ini. Sedangkan pada pos-pos non moneter, seperti
stok barang, asset tetap, dan investasi jangka panjang, ditranslasi pada kurs historis.
Pos-pos dalam laporan laba/rugi ditranslasi pada kurs rata-rata pada periode
tersebut, kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan
kewajiban non moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan ditranslasi pada kurs
yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja
ditranslasi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk
mentranslasi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter
bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang
tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat.

11
3. Metode temporal
Dengan metode temporal, translasi mata uang asing tidak mengubah sifat
sebuah item yang dihitung; hal tersebut hanya mengubah unit perhitungannya saja.
Metode tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah
unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan
pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian
sesungguhnya.
Pada metode kurs sementara, item moneter seperti kas, piutang, dan utang
ditranslasikan dalam kurs nilai saat itu. Item non moneter ditranslasikan pada kurs
yang menjadi dasar perhitungan awal. Secara spesifik, asset yang dihitung harga
perolehannya pada laporan dengan mata uang asing ditranslasikan pada kurs
historis.

4. Metode Current rate


Metode ini merupakan metode yang paling mudah karena semua pos neraca
dan laba/rugi ditranslasikan pada kurs saat ini. Dengan metode ini, bila aset yang
didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas, suatu devalusi akan
menghasilkan kerugian.

2.2.4 Transaksi “Intercompany” Dalam Mata Uang Asing

Sebuah induk perusahaan atau kantor pusat indonesia dapat mempunyai


transaksi penjualan atau pembelian antar perusahaan dengan afiliasi luar negeri
yang menimbulkan piutang atau utang antar perusahaan. Proses translasi piutang
atau utang yang didenominasi dalam mata uang asing. Sebagai contoh, asumsikan
bahwa perusahaan Indonesia mempunyai hutang yang didonimasi dalam mata uang
asing dari anak perusahaan luar negeri.perusahaan Indonesia akan pertama-tama
menilai kembali piutang yang didenominasi dalam mata uang menjadi nilai setara
rupiah pada tanggal laporan keuangan. Setelah laporan keuangan afiliasi luar
negeri ditranslasikan atau diukur kembali, tergantung mata uang fungsional afiliasi
luar negeri, maka piutang atau utang antar perusahaan akan mempunyai nilai
rupiah yang sama dan dapat dieliminasi.

12
Jika transaksi mata uang antar perusahaan tidak akan dilunasi dalam waktu
dekat, maka transaksi antar perusahaan tersebut dapat dianggap bagian dari
investasi bersih di entitas luar negeri. Selisih translasi dari piutang atau utang
jangka panjang ditangguhkan dan diakumulasi sebagai bagian dari akun translasi
kumulatif.
Contoh : Transaksi antar perusahaan yang terjadi Rp 21.000.000 (14.000
Mark Jerman) untuk pembayaran dimuka obligasi tanpa bunga (non-interest
bearing advance) oleh Star kepada PT Raya yang dilakukan pada tanggal 4 Januari
20x2, ketika kursnya masih tetap Rp 1.500. Pembayaran dimuka dinyatakan dalam
Rupiah. Dengan asumsi bahwa PT Raya menentukan mata uang fungsional Star
adalah Mark Jerman, maka pembayaran di muka kepada PT Raya merupakan
transaksi mata uang asing bagi Star, tetapi tidak untuk PT Raya. Maka dari itu Star
menyesuaikan pembayaran dimukanya pada akhir tahun 20x2 untuk
menggambarkan kurs sekarang Rp 1.400. Star mencatat keuntungan pertukaran
karena tidak ada bukti bahwa pembayaran di muka itu merupakan investasi jangka
panjang. Jurnal pada buku Star adalah :
Pembayaran dimuka Kepada PT Raya 1.000
Keuntungan pertukaran 1.000
(Untuk menyesuaikan piutang yang dinyatakan dalam rupiah (Rp 21 juta/ Rp
1.400) – 14.000 Mark)

2.2.5 Entitas Asing Beroperasi Di Negara Asing

Dalam perekonomian yang mengalami inflasi tinggi, Rupiah dengan cepat


kehilangan nilai yang mengakibatkan peningkatan harga barang dan jasa. Pada
umumnya nilai tukar rupiah melemah pada semua mata uang lainnya. Tidak
adanya unit yang mengukur masalah mata uang asing terhadap dollar. Sebagai
contoh kitA asumsikan tahun ke-1, $ 1 dapat ditukar dengan 50 mata uang lokal
(local currency unit), dengan kurs $0.02 tetapi di akhir tahun ke-2 $ 1 dapat
ditukar dengan 200 mata uang lokal dengan kurs $ 0.005. Investasi saham dari
9,000,000 mata uang lokal dari tahun pertama berubah menjadi $ 180,000 karena
nilai tukar mata uang, tetapi setahun sebelumnya dengan investasi saham yang
sama dari 9,000,00 mata uang lokal berubah menjadi $ 45,000. Dengan metode ini

13
keuntungan dan kerugian dilaporkan dan dijadikan pendapatan komprehensif
lainya. Tidak dianggap sebagai pendapatan sampai investasi tersbut habis terjual.

FASB (Financial Accounting Standar Board) sadar dengan tingkat metode ini
akan menimbulkan masalah bagi entitas asing yang berada di negara-negara
dengan tingkat inflasi yang tinggi. Tingkatan harga yang ada tidak sesuai dengan
standar laporan keuangan GAAP (General Accepted Accounting Principles). Untuk
memikirkan dampak dampak dari inflasi yang besar dalam laporan konsolidasi,
laporan mata uang dollar ($) digunakan untuk membantu laporan keuangan entitas
asing yang beroperasi di Negara dengan inflasi yang tinggi. Pertukaran keuntungan
dan kerugian dari perhitungan kembali laporan keuangan entitas luar negeri diakui
untuk satu periode, dengan demkian sejalan dengan dampak dari inflasi yang besar.

Inflasi yang sangat tinggi dalam perekonomian secara kumulatif satu dari tiga
tahun tingkat inflasi mencapai 100% atau lebih.mempertimbangkan dengan Negara
asing. Data untuk periode 3 tahun adalah sebagai berikut :

INDEX CHANGE IN INDEX ANNUAL RATE IN INFLATION

Jan 1,2011 120

Jan 1,2012 150 30 30 : 120 (or 25 %)

Jan 1,2013 210 60 60 : 150 (or 40 %)

Jan 1,2014 250 40 40 : 210 (or 19 %)

Suatu harga pasar. Harga transfer yang ideal harus berdasarkan harga pasar
normal dan wajar dari produk identik yang ditransfer – maksudnya, harga
pasar yang

2.3 ILUSTRASI – TRANSLASI

2.3.1 Latar Belakang Informasi

14
Dicontohkan bahwa sebuah perusahaan Amerika Serikat bernama Pat
Corporation membayar sejumlah $ 525,000 untuk mengakuisisi seluruh saham
perusahaan Inggris bernama Firm Star ketika nilai buku kekayaan bersih sama
dengan nilai kewajaran. Kombinasi bisnis ini diesempurnakan pada 31 desember
2011, ketika nilai tukar untuk Poundsterling Inggris adalah $ 1.50. Aset dan ekuitas
perusahaan Star di akuisisi pada desember 2011 adalah sebagai berikut :

British Pounds Exchange Rate U.S. Dollars

(£) ($) ($)

Assets

Cash 140,000 1,50 210,000

Account Receivable 40,000 1,50 60,000

Inventories (cost) 120,000 1,50 180,000

British Pounds Exchange Rate U.S. Dollars

(£) ($) ($)

Plant assets 100,000 1,50 150,000

Less: Accumulated depreciation (20,000) 1,50 (30,000)

Total assets £ 380,000 $ 570,000

Equities

Account Payable 30,000 1,50 45,000

Bonds payable 100,000 1,50 150,000

Capital stock 200,000 1,50 300,000

Retained earnings 50,000 1,50 75,000

Total Equities £ 380,000 $ 570,000

Pada 2012, nilai mata uang pound inggris melemah terhadap Dollar AS, dan
menyebabkan nilai tukar menjadi $ 1.40. Rata-rata nilai tukar pada tahun 2012

15
adalah $ 1.45. Perusahaan Star membayar dividen sebesar £ 30,000 pada 1
desember 2012, ketika nilai tukar dollar America $ 1.42 terhadap poundsterling
Inggris.

2.3.2 Transaksi “Intercompany”

Berikut adalah contoh perhitungan laba atas transaksi antar perusahaan


persediaan. Satu-satunya transaksi intercompany antara perusahaan adalah $
84,000 (£ 56,000) non-interest-bearing advance dari perusahaan Star kepada
perusahaan Pat telah dibuat pada 4 januari 2012. Ketika nilai tukar mata uang $
1.50. dibawah asumsi Perusahaan bintang funsional mata uang ditetapkan adalah
poundsterling inggris.

Perusahaan Star mengatur kemajuan kepada perusahaan Pat pada akhir tahun
2012 dengan nilai tukar $1.40. Perusahaan Star mencatat dan menuruti kemauan
Perusahan pat untuk memperoleh keuntungan, karena tidak ada kemajuan pada
investasi jangka panjang. Pembukuan Perusahaan Star adalah sebagai berikut :

Advance to Pat (+A) £4,000


Exchange gain (+Ga, +SE) £4,000
To adjust receivable denominated in dollars
[($84,000/$1.40) - £56,000 per books].

Perusahaan Star menyesuaikan neraca saldo pada 31 desember 2012. Dengan


uang muka kepada perusahaan Pat £ 60,000 dan laba selisih sebesar £ 4,000.

2.3.3 Melakukan Translasi Penyesuaian Neraca Saldo Dari Anak Perusahaan Di


Luar Negeri

Terdapat dua metode yang berbeda untuk menyajikan kembali laporan


keuangan entitas asing kedalam rupiah yaitu;
1. Tranlasi laporan keuangan entitas asing ke rupiah.
2. Pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing ke mata uang fungsional
entitas tersebut.

16
Setelah penguuran kembali, keuangan tersebut harus ditranslasikan jika mata
uang fungsionalnya bukan rupiah. Jika mata uang fungsionalnya adalah rupiah
maka tidak diperlukan translasi lagi.

Translasi adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan jika mata uang
lokal adalah mata uang fungsional entitas asing. Ini merupakam kasus normal
dimana, sebagai contoh, anak perusahaan Indonesia di Prancis menggunakan euro
ke rupiah. Setiap selisih translasi yang terjadi akan dimasukan sebagai komponen
laba komprensif. Oleh karena pendapatan dan beban diasumsikan terjadi secara
beragam sepanjang periode, pendapatan dan beban yang ada dalam laporan laba
rugi ditranslasikan dengan mengguakan nilai tukar rata-rata sepanjang periode
pelaporan. Metode translasi sering disebut sebagai metode nilai tukar sekarang
(current rate methods).

Mata uang pembukaan


Metode penyataan
dan pencatatan afiliasi Mata uang fungsional
kembali
luar negeri
Mata uang lokal (yaitu Mata uang lokal rupiah Translasi ke rupiah
mata uang negara tempat indonesia (seperti yang menggunakan nilai tukar
afiliasi berlokasi) mata diharuskan dalam sekarang.
uang lokal perekonomian hiperinflasi) Diukur kembali dari mata
Mata uang negara ketiga uang lokal ke rupiah
Mata uang lokal (bukan mata uang lokal atau Pertama, diukur kembali
rupiah) dari mata uang lokal
kemata uang fungsional,
kemudian di translasikan
dari mata uang fungsional
Rupiah indonesia Rupiah Indonesia ke rupiah.
Tidak diperlukan
pernyataan kembali; sudah
dinyatakan dalam rupiah

17
Pengukuran kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas
asing dari mata uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional entitas
asing. Metode yang digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari
mata uang lokal kepada mata uang fungsionalnya disebut metode temporal
(temporal methods). Berdasarkan metode temporal, nilai tukar sekarang digunakan
untuk mentranslasikan jumlah uang dalam mata uang fungsionalnya. Tabel berikut
menyajikan metode-metode yang dapat digunakan oleh perusahaan Indonesia
untuk menyatakan kembali laporan keuangan afiliasi asing menjadi rupiah.

Alasan konseptual dari dua metode yang berbeda tersebut (translasi dan
pengukuran kembali) berasal dari pertimbangan atas tujuan utama dari proses
translasi, yaitu untuk memberikan informasi yang menunjukkan pengaruh yang
diharapkan dari perubahan nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas perusahaan
Indonesia. Afilasi asing dikategorikan menjadi dua kelompok :
a. Afilasi yang relatif merupakan entitas yang berdiri sendiri yang menghasilkan
dan membelanjakan dalam unit mata uang lokal.
b. Afilasi yang terdiri dari entitas yang merupakan perpanjangan dari perusahaan
Indonesia.

2.3.4 Translasi Laporan Keuangan Mata Uang Fungsional Menjadi Mata Uang
Pelaporan Perusahaan Indonesia

Sebagian besar entitas bisnis melakukan transaksi dan mencatat aktivitas


bisnisnya dalam mata uang lokal. Oleh karna itu, mata uang lokal dari entitas asing
adalah mata uang fungsionalnya. Translasi laporan keuangan entitas asing ke
dalam rupiah merupakan proses yang relatif sederhana.

DSAK menyakini bahwa hubungan ekonomi yang mendasari disajikannya


laporan keuangan entitas asing tidak boleh terdistorsi atau berubah selama proses
translasi dari mata uang fungsional entitas asing menjadi mata uang asing induk
perusahaan. Sebagai contoh, jika laporan keuangan mata uang fngsional
melaporkan rasio lancar 2:1 dan laba kotor 60% dari penjualan, maka hubungan ini
harus tetap dalam proses translasi menjadi mata uang pelaporan induk perusahaan
Indonesia. Merupakan hal yang penting untuk dapat mengevaluasi kinerja dari

18
manajemen afiliasi asing dengan menggunakn ukuran ekonomi yang sama dengan
yang digunakan dalam operasi entitas asing. Untuk memepertahankan hubungan
ekonomi tersebut dalam laporan keuangan mata uang fungsional, saldo akun harus
ditranslasikan dengan nilai tukar yang sebanding.

Translasi dilakukan dengan menggunakan nilai tukar sekarang untuk semua


aset dan kewajiban. Nilai tukar ini merupakan spot rate pada tanggal neraca. Akun
ekuitas pemegang saham, selain saldo laba, ditranslasikan menggunakan nilai tukar
historis. Nilai tukar historis yang digunakan adalah nilai tukar yang terakhir
diantara tanggal induk perusahaan mengakuisisi investasi pada entitas asing atau
tanggal anak perusahaan melakukan transaksi ekuitas pemegang saham. Secara
ringkas, translasi laporan keuangan entitas asing dari mata uang fungsional ke mata
uang pelaporan perusahaan Indonesia adalah sebagai berikut :

Akun laporan laba rugi : Umumnya, nilai tukar rata-rata tertimbang untuk
Pendapatan dan beban periode laporan
Akan neraca :
Aset dan kewajban Nilai tukar sekarang pada tanggal neraca
Ekuitas pemegang saham Nilai tukar historis

Oleh karena untuk translasi masing-masing akun entitas asing digunakan kurs
yang berbeda-beda, maka umumnya debit dan kredit dalam neraca percobaan
setelah translasi tidak sama. Pos penyeimbang debit percobaan translasi dengan
kreditnya disebut selisih translasi.

2.4 ILUSTRASI – PENGUKURAN KEMBALI

Pengukuran kembali adalah pengkonversian laporan keuangan entitas asing dari


mata uang lain kedalam mata uang fungsional milik sendiri. Ketika pencatatan pada
buku suatu entitas asing tidak menggunakan mata uang fungsional, maka laporan
keuangan mata uang asing harus diukur kembali ke dalam mata uang pelaporan. Jika
laporan mata uang asing diukur kembali mata uang fungsional Rupiah, maka tidak
perlu melakukan translasi karena mata uang pelaporan perusahaan induk adalah
Rupiah. Tujuan dari pengukuran kembali adalah untuk menghasilkan laporan

19
keuangan yang sama jika pembukuan/pencatatan perusahaan dicatat menggunakan
mata uang fungsional.

Dalam proses pengukuran kembali digunakan kurs historis, kurs sekarang, dan
kurs rata tertimbang. Aset moneter dan kewajiban diukur kembali pada kurs sekarang
(Current Exchange Rate), sedangkan aset lain dan modal diukur kembali pada kurs
historis (Historical Rate). Aset dan kewajiban moneter nilainya tetap dalam unit mata
uang, sedangkan aset dan kewajiban non moneter nilainya berubah terkait dengan
perubahan harga pasar.

a. Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Historis


Akun neraca :
• Surat berharga yang dinilai berdasarkan harga perolehan.
• Persediaan yang dinilai berdasarkan harga perolehan.
• Pembayaran di muka, seperti asuransi, iklan dan sewa.
• Akitva tetap.
• Paten, merk dagang, lisensi, dan formula.
• Goodwill.
• Aktiva tidak berwujud lainnya.
• Beban ditangguhkan dan kredit, kecuali biaya perolehan polis untuk
perusahaan asuransi.
• Pendapatan ditangguhkan.
• Saham biasa.
• Saham preferen dinilai berdasarkan harga penerbitan.

Akun laporan laba-rugi :


• Pendapatan dan biaya yang terkait dengan aktiva atau kewajiban.
• non-moneter.
• Harga pokok penjualan.
• Penyusutan aktiva tetap.
• Amortisasi aktiva tidak berwujud.
• Amortisasi pendapatan yang ditangguhkan.

20
b. Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Sekarang
Aktiva dan kewajiban selain yang disebutkan di atas diukur dengan
menggunakan kurs sekarang. Pada umumnya, akun yang menggunakan kurs
sekarang adalah aktiva dan kewajiban moneter.

c. Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Rata-Rata Tertimbang


Akun laporan laba-rugi seharusnya diukur dengan menggunakan kurs historis.
Namun apabila hal ini diterapkan, penyusunan laporan keuangan akan menjadi
tidak praktis. Dalam hal ini dapat ditempuh cara lain, yaitu dengan
penggunaan kurs rata-rata tertimbang yang dapat mencerminkan perubahan
kurs selama periode laporan keuangan yang dicakup.
Proses pengukuran kembali menghasilkan penyesuaian atas nilai tukar yang
akan dimasukkan dalam laba karena diharapkan memberikan efek langsung pada cash
flow perusahaan.

2.4.1 Metode Ekuitas dan Konsolidasi

Semua laba dan rugi pengukuran kembali diakui pada current income. Sebagai
contoh, Pat Corporation melakukan investasi kepada Star Company menggunakan
metode ekuitas. Pat Corporation mencatat transaksi investasi tersebut sebagai
berikut :

Investasi pada Star Company $525.000


Kas $525.000
Untuk mencatat akuisisi pada 31 Desember 2011

Kas $42.600
Investasi pada Star Company $42.600
Untuk mencatat penerimaan dividen 1 Desember 2012

Investasi pada Star Company $87.600


Pendapatan lain-lain $87.600
Untuk mencatat pendapatan investasi dividen 1 Desember 2012

21
Investasi Pat Corporation pada Star Company sebesar $570.000 dan setara
dengan aset bersih Star Company sebesar $435.000 dan nilai paten yang belum di
amortisasi sebesar $135.000. Jurnal sehubungan dengan kertas kerja Konsolidasi
yaitu :

a Income from Star (-R, -SE) $87,600


Dividends (+SE) $42,600
Investment in Star (-A) 45,000
b Capital stock—Star (-SE) 300,000
Retained earnings—Star (-SE) 75,000
Patent (+A) 150,000
Investment in Star (-A) 525,000
c Other expenses (+E,-SE) 15,000
Patent (-A) 15,000
d Advance from Star (-L) 84,000
Advance to Pat (-A) 84,000

PAT CORPORATION AND SUBSIDIARY CONSOLIDATION WORKING PAPERS


REMEASUREMENT — FUNCTIONAL CURRENCY U.S. DOLLAR FOR THE YEAR
ENDED DECEMBER 31, 2012
Pat Star Adjustmentsand Consolidated
Eliminations Statements
Income Statement $ 1,218,300 $ 783,000 Debits Credits $ 2,001,300
Sales
Income from Star 87,600 a 87,600
Cost of sales (600,000) (401,100) (1,001,100)
Depreciation (40,000) (15,000) (55,000)
Wages and salaries (300,000) (174,000) (474,000)
Other expenses (150,000) (87,000) c 15,000 (252,000)
Exchange loss (3,300) (3,300)
Net income $ 215,900 $ 102,600 $ 215,900
Retained Earnings $ 245,500 $ 245,500
Retained earnings—Pat
Retained earnings—Star $75,000 b 75,000
Net income 215,900 102,600 215,900
Dividends (100,000) (42,600) a 42,600 (100,000)
Retained earnings— $ 361,400 $ 135,000 $ 361,400
December31,2012
BalanceSheet $ 317,600 $ 154,000 $ 471,600
Cash
Accounts receivable 150,000 112,000 262,000
Inventories 300,000 170,400 470,400
Plant assets 400,000 150,000 550,000
Accumulated depreciation (100,000) (45,000) (145,000)
Advance to Pat 84,000 d 84,000

22
EXHIBI Investment in Star 570,000 a 45,000
T1 4 - 6 b 525,000
Patent b 150,000 c 15,000 135,000
Total assets $ 1,637,600 $ 625,400 $ 1,744,000
Accounts payable $ 142,200 $ 50,400 $ 192,600
Advance from Star 84,000 d 84,000
Bonds payable 250,000 140,000 390,000
Capital stock 800,000 300,000 b 300,000 800,000
Retained earnings 361,400 135,000 361,400
Total equities $ 1,637,600 $ 625,400 $ 1,744,000

Meskipun proses pengukuran kembali lebih rumit dibandingkan dengan


translasi, proses konsolidasi tidak lebih rumit karena pengukuran kembali tidak
menghasilkan laba atau rugi translasi tidak terduga atau penyesuaian ekuitas dari
translasi.

23
2.4.2 Translasi Dan Pengukuran Kembali Perbedaan Di Dalam Laporan
Konsolidasian

Berikut adalah contoh perbedaan translasi dan pengukuran kembali dalam


Laporan Keuangan Konsolidasian :

2.5 PERLAKUAN “HEDGING” INVESTASI BERSIH PERUSAHAAN LUAR


NEGERI

2.5.1 Ilustrasi

Sebagai contoh, diilustrasikan bahwa PT RGZ yang merupakan perusahaan


di Indonesia berhasil membeli 100% kepemilikan saham PT KFG yang
merupakan perusahaan di Amerika Serikat. PT RGZ membeli saham tersebut
dengan nilai wajar yang setara dengan nilai buku. Mata uang fungsional PT KFG

24
adalah Dollar AS. Aset & Liabilitas dari PT. KFG saling melindingi (hedge)
masing-masing, sehingga hanya Aset Bersihnya saja yang memiliki risikodari
fluktuasi nilai tukar.

Pada tanggal 31 Desember 2014, nilai investasi PT. RGZ di laporan PT


KFG sebesar Rp 15.000.000.000, atau sebanyak 100% dari Laporan PT KFG
yang senilai 1,000,000 US$ dikalikan dengan Rp 15.000 dari kurs akhir tahun.
Pada tanggal ini, PT RGZ tidak perlu melakukan penyesuaian translasi terhadap
investadi di PT KFG. Dalama melakukan hedging terhadap investasi bersih di PT
KFG, PT RGZ melakukan pinjaman sebesar 1,000,000 US$ selama setahun
dengan bunga 12% per tahunnya, dikalikan dengan Rp 15.000 dari kurs per 1
Januari 2015. Pinjaman menggunakan mata uang Dollar AS, dengan pembayaran
pokok pinjaman serta bunganya di tanggal 1 Januari 2016. PT RGZ melakukan
pencatatan yaitu :
(31-12-2015)
Kas Rp 15.000.000.000
Hutang Pinjaman Rp 15.000.000.000
(1,000,000 US$ x Rp 15.000)

Pada tanggal 1 September 2015, PT KFG mengumumkan pembagian


dividen dan dibayarkan sebesar 20,000 US$ dengan kurs sebesar Rp 16.500 pada
tanggal tersebut,. Pencatatannya adalah:

(1-9-2015)
Kas Rp 330.000.000
Investasi PT KFG Rp 330.000.000
(200,000 US$ x Rp 16.500)

Pada tahun 2015, PT KFG membukukkan Laba Bersih sebanyak 110,000


US$. Kurs rata-rata tertimbang untuk translasi Pendapatan serta Beban-beban dari
PT KFG pada tahun 2015 sebesar Rp 16.000. Kurs pada 31 Desember 2015
adalah sebesar Rp 17.000. perhitungan Aset Bersih PT KFG adalah sebagai
berikut :

25
Dollar AS (US$) Rupiah (Rp)
Aset Bersih per 1 Jan 2015 1.000.000 x Rp 15.000 15.000.000.000
Ditambah : Laba Bersih tahun 2015 110.000 x Rp 16.000 1.760.000.000
Dikurangi : Dividen (20.000) x Rp 16.500 (330.000.000)
Perubahan penyesuaian ekuitas 2.100.000.000
Aset Bersih per 31 Des 2015 1.090.000 x Rp 17.000 18.530.000.000

Pada tanggal 31 Desember 2015, PT RGZ mencatat pendapatan dari PT


KFG :
(31-12-2015)
Investasi PT KFG Rp 3.860.000.000
Pendapatan PT KFG Rp 1.760.000.000
Pendapatan komprehensif lain-lain Rp 2.100.000.000

Setelah itu, PT. RGZ menyesuaikan hutang pinjaman dan investasi


ekuitasnya sesuai dengan kurs yang berlaku pada 31 Desember 2015 beserta
bunga pinjamannya :
(31-12-2015)
Pendapatan komprehensif lain-lain Rp 2.000.000.000
Hutang Pinjaman Rp 2.000.000.000
(1,000,000 US$ x [Rp 17.000 – Rp 15.000])

Beban Bunga Rp 1.920.000.000


Rugi Kurs Rp 120.000.000
Hutang Bunga Rp 2.040.000.000

Pada 1 januari 2016, PT RGZ melakukan pembayaran hutang pinjaman


serta bunganya pada kurs Rp 17.000 :
(1-1-2016)
Hutang Bunga Rp 2.040.000.000
Pinjaman PT KFG Rp 17.120.000.000
Kas Rp 19.160.000.000

Atas hasil hedging ini, Investasi PT RGZ ke PT KFG yang berubah akibat
perubahan kurs di offsite-kan ke dalam pinjaman pada mata uang AS. Perubahan

26
ekuitas dari translasi di Akun ekuitas para pemegang saham pada neraca PT RGZ
tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp 100.000.000

2.5.2 Batas Laba Rugi dari Perubahan Translasi

Laba rugi pada after-tax basis di operasi hedging yang bisa


dipertimbangkan ke dalam penyesuaian translasi, terbatas pada jumlah
penyesuaian translasi saat itu juga dari investasi ekuitas.

27
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Transaksi antar perusahaan afiliasi akan menghasilkan transaksi mata uang asing
baik untuk perusahaan induk maupun perusahaan anak, apabila mata uang lokal
perusahaan anak adalah mata uang fungsionalnya. Apabila mata uang fungsionalnya
perusahaan anak adalah Rupiah, transaksi antar perusahaan akan menjadi transaksi
mata uang asing, baik untuk kedua afiliasi atau tidak untuk keduanya.

Mata uang fungsional adalah mata uang utama, dalam arti substansi ekonomi
yaitu mata uang utama yang dicerminkan dalam kegiatan operasi perusahaan.
Penerapan konsep mata uang fungsional dalam laporan keuangan mata uang asing
adalah: mata uang fungsional entitas asing yang merupakan mata uang utama dalam
lingkungan ekonomi ditempat ia beroperasi.

Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing
dikatakan menghadapi risiko mata uang jika suatu perubahan kurs nilai tukar mata
uang menyebabkan mata uang induk perusahaan (pelaporan) juga berubah.
Pengukuran risiko ini akan berbeda-beda tergantung dari metode translasi yang dipilih
untuk digunakan oleh perusahaan.

3.2 SARAN

A. Diharapkan materi Laporan Keuangan Konsolidasian mata uang asing akan


dijelaskan lebih baik pada pertemuan selanjutnya.
B. Kedepannya agar Universitas Mercu Buana dapat memberikan kelonggaran tugas
mengingat mahasiswa Reguler 2 sebagian besar sudah bekerja.

28
29
DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N., & Govindarajan, Vijay. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen (11th
Edition). Jakarta : Salemba Empat.

Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Salemba Empat.

Zain, Mohammad. 2007. Manajemen Perpajakan (Edisi 3). Jakarta : Salemba Empat.

http://desr1ana.blogspot.co.id/2012/06/transfer-pricing.html
http://spectrumkonsul.blogspot.co.id/2008/08/konsep-transfer-pricing-dalam.html
http://pustakahary.blogspot.co.id/2013/05/sistem-pengendalian-manajemen.html

30

Anda mungkin juga menyukai