EKSPERIMEN 02
SISTEM KONDENSASI
Teori Singkat
Suatu sistem dapat berupa sistem komponen tunggal, sistem dua komponen, sistem tiga
komponen dan seterusnya. Sistem dengan lebih dari satu komponen dapat disebut sistem
multikomponen. Dalam membahas sistem multikomponen, fase uap sering diabaikan (sistem
sering hanya mempertimbangkan fase padat dan fase cair) dan sistem ini disebut sebagai sistem
kondensasi. Sistem kondensasi memiliki sifat-sifat tertentu terkait dengan sifat bercampur
komponen-komponen didalamnya. Aturan Fase yang dirumuskan oleh J. Willard Gibbs dapat
digunakan untuk menentukan jumlah terkecil variabel intensif yang dapat diubah tanpa mengubah
keadaan kesetimbangan sistem atau dengan kata lain, jumlah minimum variabel yang dibutuhkan
untuk menentkan wujud sistem. Persamaannya yaitu
𝐹 =𝐶−𝑃+2
Dalam persamaan di atas, F adalah derajad kebebasan, C adalah jumlah komponen dan P adalah
jumlah fase.
Sistem dua komponen (disebut juga sistem biner) dapat lebih jauh dibagi menjadi: (1)
sistem dua komponen yang mengandung satu fase cair dan (2) sistem dua komponen yang
2
mengandung fase padat dan fase cair. Contoh dari sistem (1) adalah Fenol-Air, Anilin-Air, Karbon
Disulfida-Metanol, Isopentana-Fenol, Metanol-Sikloheksan, Isobutilakohol-Air, Trietilamin-Air,
Nikotin-Air.
daerah dimana kedua bahan berada dalam fase padat murni. Suhu terendah saat fase cair dapat
berada dalam sistem salol timol adalah 13°C dan ini berupa campuran yang mengadung 34% timol
dalam salol. Titik ini disebut titik eutektikum. Titik eutektikum adalah perbandingan komponen
yang menunjukkan titik leleh terendah yang teramati. Sistem eutektik dapat diaplikasikan pada
pembuatan dispersi padat.
Sistem tiga fase atau dapat juga disebut sistem terner, terdiri atas tiga fase baik cairan
maupun padatan. Jika kita mereduksi derajad kebebasan (F) dalam suatu sistem tiga komponen
dengan menganggapnya menjadi sebuah sistem kondensasi (mengabaikan fase gas) dan menjaga
suhu tetap konstan, sistem tersebut dapat digambarkan dalam sebuah diagram planar segitiga
yang disebut diagram terner (ternary diagram) karena derajad kebabasan sistem direduksi menjadi
2 (Sebelumnya 4). Contoh sistem terner yang terdiri atas komponen cair yang komponen
penyusunnya mengandung sepasang cairan yang bercampur sebagian adalah Sistem Air-Benzen-
Alkohol, Sistem Air-Kloroform-Asam Asetat, Sistem Air-Toluen-Alkohol dan Sistem Air-Butanol-
Asam Asetat.
Kaidah Diagram Segitiga (dikutip langsung dari dengan tambaahan penjelasan):
1. Masing-masing sudut/puncak segitiga sama sisi menunjukkan 100% proporsi berat salah satu
komponennya
2. Ketiga garis yang menghubungkan titik-titik sudut (yang dimaksud di sini adalah sisi segitiga)
menunjukkan campuran dua komponen dari tiga kemungkinan kombinasi
3. Titik, garis dan area didalam segitiga menunjukkan semua kombinasi seluruh komponen yang
mungkin untuk menghasilkan sistem tiga komponen.
4. Jika suatu garis digambarkan dari sudut tertentu menuju satu titik pada sisi yang berlawanan
(garis pink), semua sistem yang ditunjukkan oleh titik-titik pada garis tersebut mempunyai
perbandingan dua komponen yang konstan.
5. Setiap garis yang digambarkan sejajar dengan salah satu sisi segitiga (garis hitam)
menunjukkan sistem terner dengan perbandingan satu komponen bernilai konstan
Konstruksi diagram terner dapat membantu dalam pekerjaan-pekerjaan formulasi. Salah
satu contohnya adalah untuk menentukan komposisi sebuah sistem mikroemulsi (seperti gambar
disamping) yang terdiri atas tiga komponen yaitu fase air, fase minyak dan fase campuran surfaktan
dan ko-surfaktan.
Pra-Praktikum
Bahan pre-reading:
Buku Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika (2011) Bab 2 hal. 60-73
Bahan respon untuk percobaan ini adalah:
1. Aturan Fase
2. Suhu Konsulat Atas dan Suhu Konsulat Bawah
3. Titik Eutektikum
4. Kaidah Diagram Segitiga
5. Membaca Diagram Segitiga
6. Perhitungan dalam Sistem Tiga Komponen
7. Pengaruh Suhu Pada Sistem Tiga Komponen
Sebelum praktikum, mahasiswa harus melengkapi data pada lembar “Prerequisite Data”. Sebelum
praktikum, mahasiswa harus menyelesaikan video Asistensi dan menyelesaikan responsi di LMS.
Safety Check
Check
No. Nama APD Keterangan
()
Gunakan sebelum masuk dan selama berada di dalam
1 Jas Praktikum
laboratorium
Sepatu Gunakan sebelum masuk dan selama berada di
2
Tertutup laboratorium
Eksperimental
Alokasi Waktu : 180 menit
Jumlah Sampel : 1 kelompok sampel bahan obat padat (EX0201), 1 kelompok sampel bahan cair
(EX0202)
Tempat : Lab Farmasetika, Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Pengaturan : Setiap 6 kelompok mengerjakan satu seri data dengan dua replikasi
EX0201 Penentuan Titik Eutektik dan Konstruksi Diagram Biner pada Sistem Dua Komponen
1. Sebelum memulai percobaan, catat suhu ruangan tempat percobaan dilakukan
2. Timbang sampel dengan perbandingan bobot 0:10, 1:9, 2:8, 3:7, 4:6, 5:5, 6:4, 7:3, 8:2, 9:1 dan
10:0.
3. Gerus sampel menjadi serbuk yang sangat halus dalam lumpang. Untuk sampel yang
diprediksi memiliki titik lebur dibawah suhu ruang, lakukan proses penggerusan dalam tangas
es.
4. Isi pipa kaca kapiler (yang salah satu ujungnya tertutup) dengan serbuk kering secukupnya
hingga membentuk kolom di dasar tabung dengan tinggi 3 mm setelah dimampatkan
secukupnya (dengan cara mengetuk-ngetukkan ujung tertutup pipa kapiler pada permukaan
yang padat)
6
5. Tempel kapiler (dengan bantuan cairan tangas) pada termometer utama dengan bagian
terbuka menghadap ke atas dan dasar pipa kapiler sejajar dengan bagian tengah pencadang
raksa
6. Panaskan silikon cair dalam gelas beaker menggunakan kompor listrik hingga suhu mencapai
lebih kurang 10°C dibawah suhu lebur yang diperkirakan
7. Termometer utama dicelupkan kedalam tangas hingga ujung bawa termometer berada
kurang lebih 2 cm dari atas dasar wadah cairan.
8. Termometer pembantu dicelupkan hingga pencadang raksa tepat berada di tengah-tengah
permukaan cairan dan dasar wadah
9. Lanjutkan pemanasan dengan pengadukan tetap secukupnya hingga suhu naik sekitar
3°C/menit hingga kurang lebih mencapai suhu 3°C di bawah suhu lebur dan lanjutkan
pemanasan dengan laju kenaikan suhu 1°C/menit
10. Suhu pada saat fase cair mulai muncul dalam pipa kapiler didefinisikan sebagai suhu awal
peleburan dan suhu ketika seluruh zat uji telah berubah menjadi cairan didefinisikan sebagai
suhu akhir peleburan (suhu ini dicatat sebagai suhu lebur).
11. Catat hasilnya pada lembar observasi
12. Plot hasil yang diperoleh (bersama hasil dai kelompok dengan jenis sampel yang sama) pada
diagram biner (Suhu lebur vs komposisi salah satu fase)
13. Beri label untuk area saat sampel berada pada kondisi (1) 100% cair, (2) Fase A Padat + Cairan,
(3) Fase B Padat + Cairan dan (4) Fase A dan B padat.
EX0202 Konstruksi Diagram Terner pada Sistem Tiga Komponen
1. Sebelum memulai percobaan, catat suhu ruangan tempat percobaan dilakukan
2. Siapkan campuran dua sampel dengan perbandingan volume 0:10, 1:9, 2:8, 3:7, 4:6, 5:5, 6:4,
7:3, 8:2, 9:1 dan 10:0
3. Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit melalui buret hingga diperoleh larutan yang keruh
atau ditemukan fase cair yang tidak bercampur (amati dengan sangat hati-hati). Catat jumlah
air yang dibutuhkan untuk membuat sistem menjadi keruh
4. Hitung %b/b dari bahan dalam campuran dan plot pada diagram terner dengan menggunakan
persamaan berikut
𝑉𝑖 𝜌𝑖
𝑥𝑖 = × 100%
∑3𝑖=1 𝑉𝑖 𝜌𝑖
Vi : Volume komponen i (cm3)
ρi : Kerapatan komponen i (g/cm3)
xi : Fraksi bobot komponen i (g)
5. Tentukan daerah tercampurkan dan daerah tidak tercampurkan dari sistem.
Pertanyaan Eksperimen
1. Bagaimana fenomena eutektik dapat dijelaskan menurut konsep farmasi fisika?
2. Bagaimana pembentukan fase tunggal pada sistem tiga komponen dapat dijelaskan menurut
konsep farmasi fisika?
3. Apa manfaat utama dalam mempelajari diagram fase dalam dunia farmasi?
Amiji MM, et al. Applied Physical Pharmacy 2nd Edition. McGraw Hill. USA. 2014
Felton LA. Essentials of Pharmaceutics. Pharmaceutical Press. UK. 2012
Florence AT, et al. Physicochemical Principles of Pharmacy 4th Edition. Pharmaceutical Press. UK.
2006
8
PREREQUISITE DATA
EX0201 Penentuan Titik Eutektik dan Konstruksi Diagram Biner pada Sistem Dua Komponen
Nama Sampel 1
RM BM RB
Pemerian
Kelarutan
Titik Lebur
Nama Sampel 1
RM BM RB
Pemerian
Kelarutan
Titik Lebur
Suhu : °C
Titik Eutektik Menurut Literatur
Komposisi : % bobot …
Referensi:
9
PREREQUISITE DATA
EX0202 Konstruksi Diagram Terner pada Sistem Tiga Komponen
Nama Sampel 1
RM BM RB
Pemerian
Kelarutan
Kerapatan
Nama Sampel 2
RM BM RB
Pemerian
Kelarutan
Kerapatan
Nama Sampel 3
RM BM RB
Pemerian
Kelarutan
Kerapatan
Referensi:
10
LEMBAR OBSERVASI
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
Nama Mahasiswa
NIM/Kelompok
Golongan
EX0201 Penentuan Titik Eutektik dan Konstruksi Diagram Biner pada Sistem Dua Komponen
(A):
Nama Sampel
(B):
Jarak Lebur (°C)
Perbandingan Titik Lebur ̅*
𝒙
No.
(A:B) Awal Akhir (°C) (°C)
1 (10:0)
2 (9:1)
3 (8:2)
4 (7:3)
5 (6:4)
6 (5:5)
7 (4:6)
8 (3:7)
9 (2:8)
11
(A):
Nama Sampel
(B):
Jarak Lebur (°C)
Titik Lebur 𝒙̅
No. Perbandingan
Awal Akhir (°C) (°C)
10 (1:9)
11 (0:10)
Catatan:
LEMBAR OBSERVASI
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
Nama Mahasiswa
NIM/Kelompok
Golongan
(A):
Nama Sampel (B):
(C):
Perbandingan ̅
𝒙
No. Fase A Fase B Fase C 𝒙𝒊
(A:B) (Fase C)
V: XA :
1 (10:0) V: V: XB :
V: XC :
V: XA :
2 (9:1) V: V: XB :
V: XC :
V: XA :
3 (8:2) V: V: XB :
V: XC :
V: XA :
4 (7:3) V: V: XB :
V: XC :
V: XA :
5 (6:4) V: V: XB :
V: XC :
V: XA :
6 (5:5) V: V: XB :
V: XC :
13
(A):
Nama Sampel (B):
(C):
̅
𝒙
No. Perbandingan Fase A Fase B Fase C 𝒙𝒊
(Fase C)
V: XA :
7 (4:6) V: V: XB :
V: XC :
V: XA :
8 (3:7) V: V: XB :
V: XC :
V: XA :
9 (2:8) V: V: XB :
V: XC :
V: XA :
10 (1:9) V: V: XB :
V: XC :
V: XA :
11 (0:10) V: V: XB :
V: XC :
Perhitungan
(Perhitungan rata-rata dan fraksi bobot sampel yang dikerjakan oleh kelompok)
14