Anda di halaman 1dari 39

KARYA TULIS ILMIAH GAGASAN TERTULIS

POKEMONIA: POTENSI DAUN KELOR (Moringa Oleifera)


SEBAGAI BAHAN SUPLEMEN RUTF BERBASIS LOKAL DALAM
PENCEGAHAN PNEUMONIA AKIBAT GIZI KURANG PADA
BALITA

Ditulis oleh:

Muhammad Yogi Maryadi (NPM 1418011133 / Angkatan 2014)


Agieska Amallia (NPM 1418011005 / Angkatan 2014)

KREATIVITAS KARYA ILMIAH MAHASISWA


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RINGKASAN

POKEMONIA: POTENSI DAUN KELOR (Moringa oleifera) SEBAGAI


BAHAN SUPLEMEN RUTF BERBASIS LOKAL DALAM PENCEGAHAN
PNEUMONIA AKIBAT GIZI KURANG PADA BALITA.
Muhammad Yogi Maryadi1, Agieska Amalia2

Gizi kurang merupakan masalah yang banyak terjadi pada balita karena
pola asuh ibu dan pola makan balita yang salah. Balita dengan gizi kurang
akan mengalami gangguan perkembangan, pertumbuhan dan menurunnya sistem
imunitas sehingga lebih mudah terinfeksi penyakit seperti pneumonia. WHO
mencatat pneumonia telah membunuh 922.000 balita di seluruh dunia pada tahun
2015. Sampai saat ini penanganan pneumonia pada balita rawat jalan bayi
diberikan antibiotik sebagai terapi medis dan RUTF sebagai terapi gizi. Sehingga
diperlukan produk RUTF berbasis lokal dari bahan herbal seperti daun kelor
(Moringa oleifera) yang kaya akan kandungan flavonoid, vitamin, protein,
kalsium, dan nutrisi lainnya. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk dapat
digunakan sebagai sarana menuangkan ide dengan memanfaatkan potensi daun
kelor (Moringa oleifera) sebagai bahan suplemen RUTF berbasis lokal sehingga
ide ini mampu mengurangi prevalensi pneumonia akibat gizi kurang pada balita.
Metode penelitian yang digunakan yaitu telaah pustaka dengan melakukan studi
literatur terhadap penyakit pneumonia yang disebabkan oleh gizi kurang pada
balita dan menciptakan inovasi dengan memanfaatkan potensi daun kelor
(Moringa oleifera) sebagai bahan suplemen RUTF berbasis local yang kaya akan
protein, energi, dan mikronutrien untuk anak dengan gizi kurang. RUTF ini
memiliki rasa enak untuk dimakan, kaya akan lipid, dengan komposisi nutrisi
sama dengan RUTF standar. Selain itu penggunaannya tergolong aplikatif untuk
masyarakat. Dan dapat dimanfaatkan sebagai inovasi baru dibidang kedokteran
untuk mencegah pneumonia akibat gizi kurang pada balita dalam upaya
menurunkan angka mortalitas kematian akibat penyakit pneumonia dan
selanjutnya dapat dikembangkan menjadi penelitian yang lebih sempurna.
Keywords: Daun kelor, Flavonoid, Gizi kurang, Pneumonia, RUTF Lokal,
Suplemen.

KREATIVITAS KARYA ILMIAH MAHASISWA | DIES NATALIS 14 FK UNILA iii


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah untuk
Lomba Karya Tulis Ilmiah Gagasan Tertulis KKIM 2016 dengan judul
“POKEMONIA: Potensi Daun Kelor (Moringa oleifera) sebagai Bahan Suplemen
RUTF Berbasis Lokal dalam Pencegahan Pneumonia Akibat Gizi Kurang pada
Balita”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan, asuhan, dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankanlah
penulis mengucapkan terima kasih kepada,
1. Allah SWT
2. Keluarga tercinta, terutama kedua orang tua dan saudara-saudara penulis yang
telah memberikan dukungan, semangat, dan bantuan baik moral, materi,
ataupun spiritual.
3. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan Endomesium (FK Unila 2015)
sebagai penyelenggara Kreativitas Karya Ilmiah Mahasiswa 2016.
4. Kepada teman-teman CRAN14L (FK Unila 2014) yang telah memberikan
bantuan baik berupa dukungan nyata maupun semangat. Serta pihak lain
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan.
Harapan penulis, karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai sarana
menuangkan ide dengan memanfaatkan potensi daun kelor (Moringa oleifera)
sebagai bahan suplemen RUTF berbasis lokal dalam pencegahan pnemonia akibat
gizi kurang pada balita sehingga ide ini mampu memberikan solusi pencegahan
terhadap penyakit pneumonia akibat gizi kurang pada balita.

Bandar Lampung, 26 Oktober 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
RINGKASAN...................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................v
DAFTAR TABEL.............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................5
BAB II TELAAH PUSTAKA.......................................................................... 6
2.1 Daun Kelor (Moringa Oleifera)..................................................6
2.2 RUTF...........................................................................................8
2.3 Pneumonia...................................................................................9
2.4 Gizi Kurang Balita.......................................................................10
BAB III METODE PENULISAN.................................................................... 12
3.1 Sifat Penulisan............................................................................. 12
3.2 Metode Perumusan Masalah........................................................12
3.3 Kerangka Berpikir....................................................................... 12
3.4 Metode Pengumpulan Data......................................................... 15
3.5 Metode Analisis dan Pemecahan Masalah...................................16
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS.............................................................. 17
4.1 Hubungan Antara Gizi Kurang dan Pneumonia Pada Balita.......17
4.2 Efektifitas RUTF Lokal Dibandingkan dengan RUTF Standar.. 18
4.3 Pengaruh Kandungan Flavonoid Pada Daun Kelor...................21
4.4 Analisis Komposisi RUTF lokal Berbahan Daun Kelor.............22
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.................................................................24
4.1 Simpulan......................................................................................24
4.2 Saran............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................25
LAMPIRAN......................................................................................................29
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Kelor (Moringa oleifera)................................................7


Tabel 4.1 Kandungan Nutrisi RUTF yang Dianjurkan WHO......................22
Tabel 4.2 Kandungan Nutrisi 1000 Gram Daun Kelor (Moringa oleifera).....23
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kelor (Moringa oleifera)..............................................................6


Gambar 3.1 Alur Tahap Penelitian....................................................................13
Gambar 3.2 Skema Kerangka Berpikir.............................................................14
Gambar 4.1 Distribusi Kematian Anak di Negara Berkembang.......................17
Gambar 4.2 Hubungan antara Gizi Kurang dengan Infeksi.............................18
Gambar 4.3 Hubungan Terhadap Keberhasilan Terapi Gizi Kurang................20
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini gizi kurang merupakan masalah kesehatan global
yang terjadi di seluruh belahan dunia khususnya di Negara berkembang.
Secara umum penyebab gizi kurang berkaitan dengan pola asuh ibu dan
pola makan balita yang salah. Balita dengan gizi kurang akan mengalami
gangguan perkembangan, pertumbuhan dan menurunya sistem imunitas
sehingga lebih mudah mengalami infeksi. Salah satu penyakit infeksi
yang paling banyak menyerang balita dengan gizi kurang adalah
pneumonia.

Pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru-paru (alveoli)


yang menjadi penyebab utama kematian balita karena infeksi.
Pneumonia menyebabkan gangguan absorbsi nutrisi, mengurangi nafsu
makan, dan meningkatkan pengeluaran energi. Hal tersebut membuat balita
yang mengalami pneumonia akan mengalami gizi kurang yang lebih parah
dan semakin memperparah penyakit.[1] Sampai saat ini penanganan balita
gizi kurang dilakukan dengan pemberian RUTF (Ready-to-Use
Therapeutic Food) impor, namun karena berbagai alasan RUTF impor
tidak efektif dan tidak tepat sasaran dalam penanganan gizi buruk pada
balita di Indonesia.

Indonesia memiliki prevalensi balita gizi kurang yang masih tinggi,


hasil Riset kesehatan dasar pada tahun 2013 menunjukan perkiraan
jumlah balita kurang gizi dan gizi buruk di Indonesia sebesar 4.646.933
balita.[2] Menurut WHO (2015) gizi kurang berkontribusi terhadap 45%
dari seluruh kematian balita, gizi kurang membuat balita lebih mudah
terkena penyakit infeksi.[1] WHO mencatat pneumonia telah membunuh
922.000 balita di seluruh dunia pada tahun 2015.[3] Menurut data
riskesdas pada tahun 2013 Indonesia merupakan Negara berkembang
yang memiliki angka pneumonia yang masih tinggi dengan prevalensi
KREATIVITAS KARYA ILMIAH MAHASISWA | DIES NATALIS 14 FK UNILA 1
pneumonia sebesar 4,5% pada tahun 2013.[4] Data lain dari kementrian
kesehatan pada tahun 2011 angka balita penderita pneumonia di
Indonesia sebesar 559.114 balita dan pada tahun 2014 meningkat menjadi
657.490 balita.[5,6]

Saat ini penanganan pneumonia balita dibagi menjadi dua, yaitu


rawat inap untuk bayi pneumonia parah dan rawat jalan untuk bayi
pneumonia ringan. Balita akan diberikan antibiotik sebagai terapi medis
[7, 8, 9]
dan RUTF impor dalam bentuk susu formula sebagai terapi gizi.
Susu formula memiliki harga yang sangat mahal, selain itu susu formula
sering tidak diterima oleh masyarakat karena kurang familiar dan
memiliki resiko menimbulkan alergi.[8] Estimasi biaya yang dibutuhkan
untuk terapi gizi menggunakan susu formula setidaknya 100 USD per
anak dalam setiap kasus gizi kurang, sedangkan yang kita ketahui dari
berbagai data bahwa kasus gizi kurang di Indonesia sangat tinggi.[10] Hal
tersebut membuat anggaran Negara yang dikeluarkan untuk mengatasi
gizi kurang sangat besar, ditambah lagi balita dapat mengalami gizi
kurang, lebih dari 1 kali. Karena berbagai alasan tersebut pemberian
RUTF impor pada bayi dinilai sudah tidak efektif, oleh karena itu
diperlukan makanan semi instan pengganti RUTF impor untuk terapi
gizi pada balita pneumonia.

Kelor merupakan tanaman yang mengandung antioksidan seperti


Flavonoid dan senyawa bioaktif lainnya seperti vitamin, asam amino,
polifenol, karotenoid, asam fenolik, kalsium, tannin, saponin, alkaloid,
glucosinolates, isothionates, dan masih banyak lagi.[11] Daun kelor yang
biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia sebagai sayur ini
ternyata memiliki banyak manfaat dan khasiat bagi kesehatan tubuh
untuk itu masyarakat banyak memanfaatkannya sebagai bahan obat
herbal, bahan industri dan makanan lainnya.

Daun kelor yang kaya akan flavonoid ini sangat baik untuk
meningkatkan imunitas atau sistem kekebalan tubuh. Senyawa
flavonoid yang sangat besar pada daun kelor tersebut dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh khususnya untuk mengobati
gejala terkait HIV/AIDS.[12] Gejala yang terkait dengan HIV/AIDS
seperti gangguan pada sistem pernapasan biasa menyebabkan
munculnya penyakit pneumonia. Dengan pemberian asupan gizi atau
suplemen seperti vitamin, mineral, protein, kalsium dan nutrsi lainnya
yang terdapat pada daun kelor dapat mencegah kasus gizi kurang pada
balita yang dapat menyebabkan infeksi pernapasan seperti pneumonia.
Sebab senyawa-senyawa yang terkandung pada daun kelor dapat
memperbaiki sistem kekebalan dan sel-sel rusak di dalam tubuh serta
memenuhi kebutuhan gizi yang baik untuk tubuh. Oleh karena itu
peningkatan taraf gizi sangat penting agar sistem imunitas tubuh
meningkat dan dapat mengurangi terjadinya kasus gizi kurang dan
penyakit infeksi pada balita. Selain berfungsi meningkatkan imunitas tubuh
daun ini juga berfungsi sebagai antiinflamasi, antikanker, antibakteri.
Dalam pengobatan tradisional, daun ini juga digunakan untuk mengobati
beberapa penyakit termasuk malaria, demam tifoid, penyakit parasit,
arthritis, penyakit kulit, penyakit genito-kemih, hipertensi dan diabetes.[13]

Multifungsi yang dimiliki pada daun kelor ini berpotensi besar dalam
mencegah timbulnya penyakit pneumonia terutama pada balita. Maka dari
itu dalam karya tulis ilmiah ini dibuat inovasi untuk menggali potensi
daun kelor (Moringa oleifera) yang banyak mengandung senyawa
bioaktif seperti flavonoid dan nutrsi lainnya sebagai bahan suplemen
RUTF berbasis lokal untuk mencegah pneumonia akibat gizi kurang pada
balita. Penggunaan RUTF lokal dengan kandungan nutrisi mirip RUTF
impor akan memberikan efek positif terhadap gizi kurang karena infeksi
pneumonia pada bayi dan lebih tepat sasaran dengan penghematan biaya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
(a) Bagaimana pengaruh gizi kurang terhadap infeksi pneumonia pada
balita?
(b) Bagaimana efektivitas RUTF lokal dibandingkan RUTF standar
untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita?
(c) Bagaimana efektivitas daun kelor (Moringa oleifera) sebagai bahan
suplemen untuk penderita pneumonia?
(d) Bagaimana komposisi bahan dan kandungan nutrisi RUTF lokal yang
tepat sebagai pengganti RUTF standar?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:

(a) Tujuan Umum


Untuk mengetahui potensi daun kelor (Moringa oleifera) sebagai
bahan suplemen RUTF berbasis lokal dalam pencegahan Pneumonia
akibat kurang gizi pada balita.

(b) Tujuan Khusus


(1) Membuktikan pengaruh gizi kurang terhadap infeksi
pneumonia pada balita.
(2) Membuktikan efektivitas RUTF lokal dibandingkan RUTF
standar untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita.
(3) Membuktikan efektivitas daun kelor sebagai
suplemen untuk penderita pneumonia.
(4) Menganalisis komposisi bahan dan kandungan nutrien RUTF
lokal yang tepat sebagai pengganti RUTF impor.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

(a) Manfaat Keilmuan


Karya tulis ini diharapkan dapat mengembangkan potensi daun kelor
(Moringa oleifera) sebagai bahan suplemen RUTF berbasis lokal.

(b) Manfaat Praktis


Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan suatu gagasan solutif
untuk menanggulangi angka mortalias kematian yang tinggi akibat
pneumonia karena gizi kurang.
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1 Daun Kelor (Moringa oleifera)


Kelor atau Moringa oleifera merupakan tumbuhan yang berasal
dari India dan kemudian menyebar di sekitarnya hingga ke benua Afrika
dan Asia. Kelor tersebut merupakan tumbuhan yang paling banyak
dibudidayakan hingga tersebar luas di wilayah Indonesia. Masyarakat
Indonesia sering memanfaatkan daun kelor sebagai sayuran, maupun
bahan makanan lainnya. Selain itu daun kelor tersebut juga dimanfaatkan
sebagai obat-obatan dan bahan industri. Kelor ini biasa disebut dengan
tumbuhan ajaib karena memilki segudang khasiat dan manfaat. Kelor
yang multiguna tersebut juga memiliki sumber gizi yang sangat besar
dan baik untuk memenuhi kebutuhan gizi sembang bagi tubuh .

Gambar 2.1 Kelor (Moringa oleifera)[32]

Di Indonesia, tanaman kelor dikenal dengan berbagai nama.


Masyarakat Sulawesi menyebutnya kero, wori, kelo, atau keloro. Orang-
orang Madura menyebutnya maronggih. Di Sunda dan Melayu disebut
kelor. Di Aceh disebut murong. Di Ternate dikenal sebagai kelo. Di
Sumbawa disebut kawona. Sedangkan orang-orang Minang mengenalnya
dengan nama munggai.[14] Daun kelor atau Moringa oleifera L
merupakan semak atau dapat pula disebut pohon dengan tinggi 7 – 12 m
dengan diameter 30 cm. Memiliki jenis kayu yang lunak dengan kualitas
rendah. Daun tanaman kelor memiliki karakteristik bersirip tak sempurna,
kecil, berbentuk telur, sebesar ujung jari. Helaian anak daun memiliki
warna hijau sampai hijau kecoklatan, bentuk bundar telur atau bundar telur
terbalik, panjang 1 – 3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung daun tumpul,
pangkal daun membulat, tepi daun rata. Kulit akar berasa dan berbau tajam
dan pedas, dari dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang
dan melintang. Tidak keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit
agak licin, permukaan dalam agak berserabut, bagian kayu warna cokelat
muda, atau krem berserabut, sebagian besar terpisah.[15]

Tabel 2.1 Klasifikasi Kelor (Moringa oleifera).[32]

Kerajaan Plantae

Divisi Magnoliophyta

Kelas Magnoliopsida

Ordo Brassicales

Famili Moringaceae

Genus Moringa

Spesies Moringa oleifera L

Daun kelor memiliki kandungan flavonoid yang paling tinggi bila


dibandingkan dengan sayur dan buah lainnya. Kelor yang mengandung
senyawa flavonoid seperti quersetin dan zeatin merupakan senyawa
yang paling banyak pada daun kelor yang berfungsi sebagai antioksidan.
Senyawa Antioksidan yang terkandung dalam kelor terdiri dari Vitamin A,
Vitamin C, Vitamin E, Vitamin K, Vitamin B (Choline), Vitamin B1
(Thiamin), Vitamin B2 (Riboflavin), Vitamin B3 (Niacin), Vitamin B6,
Alanine, Alpha-Carotene, Arginine, Beta-Carotene, Beta-sitosterol,
Caffeoylquinic Acid, Campesterol, Carotenoids, Chromium, Delta-5
Avenasterol, Delta-7-Avenasterol, Glutathione, Histidine, Indole Acetic
Acid, Indoleacetonitrile, Kaempferal, Leucine, Lutein, Methionine,
Myristic- Acid, Palmitic-Acid, Prolamine, Proline, Quercetin, Rutin,
Selenium, Threonine, Tryptophan, Xanthins, Xanthophyll, Zeatin,
Zeaxanthin, Zinc.[16]

Kandungan nutrisi lain pada daun kelor juga terdapat berbagai


vitamin, kalsium, kalium, asam folat, protein, zat besi, dan senyawa bioaktif
lainnya. Senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan dapat melindungi
tubuh terhadap efek merusak dari radikal bebas dengan menetralkannya
sebelum dapat menyebabkan kerusakan sel dan penyakit. Antioksidan
yang sangat kuat pada kelor ini sangat baik untuk kesehatan tubuh,
memperbaiki sel-sel yang rusak, serta meningkatkan sistem kekebalan
tubuh. Selain itu dengan kaya akan nutrisi yang berlipat ganda
dibanding dengan sayuran dan buah lainnya daun kelor dapat meningkatkan
taraf gizi pada anak terutama pada penderita gizi kurang.[19]

2.2 RUTF
Ready-to-Use Therapeutic Food adalah makanan tinggi energi dan
mikronutrien yang memiliki tekstur lembut atau dapat diminum
langsung oleh pasien tanpa dimasak.[7, 8, 9] RUTF paling banyak digunakan
dalam keadaaan darurat untuk meningkatkan gizi pada anak yang
mengalami gizi kurang dan gizi buruk.[8] Terdapat 4 jenis RUTF yaitu
RUSF (Ready-to-Use Supplementary Food) yang dapat langsung
dikonsumsi tanpa penambahan air, RUCF (Ready-to-Use Complementary
Food) yang dapat dikonsumsi dengan sedikit penambahan air, RUF-H
yang digunakan untuk penderita HIV dan FBF (Fortified Blended Foods)
yang mengandung bahan komoditas khusus yang berbeda pada populasi
satu terhadap populasi yang lain.[7]
WHO menerapkan F75 sebagai salah satu RUTF standar untuk
menangani gizi kurang dan gizi buruk. F75 merupakan formula WHO
tanpa menggunakan sereal dengan energi 75 kilokalori per 100 ml, rendah
protein, lemak dan natrium, namun tinggi karbohidrat yang sering diberikan
kepada penderita balita gizi kurang yang dibawa ke rumah sakit karena
mengalami infeksi.[8] RUTF impor berbasis susu dan kacang memiliki harga
yang mahal, hal tersebut karena mahalnya bahan produksi dan biaya
transportasi.[8, 9]

2.3 Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru-paru (alveoli).
Penyakit ini menyebabkan alveolus terisi oleh lendir dan cairan yang
mengganggu pertukaran gas. Pneumonia sering ditandai dengan batuk,
demam tinggi dan kesulitan bernafas.[19] Pneumonia dapat disebabkan
oleh virus, bakteri dan jamur. Bakteri penyebab pneumonia paling banyak
adalah Streptococcus pneumonia dan penyebab utama karena virus
adalah infeksi Respiratory Syncytial Virus (RSV).[3] penularannya paling
sering melalui droplet yang keluar di udara saat penderita batuk atau
bersin. Transmisi pneumonia sering terjadi, namun tidak akan menjadi
pneumonia apabila tidak ada infeksi dan daya tahan tubuhnya kuat.[20]

Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang paling sulit untuk


ditangani penyebaranya. Menurut WHO (2015) pneumonia menjadi
penyebab kematian infeksi paling banyak pada anak dibawah 5 tahun di
seluruh dunia. Pada tahun 2015 diperkirakan 922.000 balita meninggal
karena pneumonia dari total 5.9 juta balita yang meninggal. [3] Indonesia
merupakan Negara yang memiliki transmisi pneumonia yang tinggi.
Berdasarkan hasil survey dari riskesdas Indonesia memiliki prevalence
pneumonia sebesar 4,5% dan period prevalence 18.5 permil. [4] Data dari
departemen kesehatan RI menunjukan jumlah total balita penderita
pneumonia dari 33 provinsi sebesar 559.114 balita pada tahun 2011 dan
meningkat menjadi 657.490 balita pada tahun 2014.[5, 6]
Pneumonia paling banyak disebabkan karena infeksi bakteri
Streptococcus pneumonia, selain itu infeksi Streptococcus pneumonia
adalah yang paling banyak dipelajari. Dalam keadaan normal
streptococcus pneumonia dalam jumlah yang kecil dapat ditemukan di
posterior nasofaring dan tidak menimbulkan penyakit. Ketika kepadatan
bakteri meningkat Streptococcus pneumonia akan menyebar ke alveolus
dan menimbulkan infeksi. Infeksi di parenkim paru tersebut akan
menimbulkan peradangan dan diikuti oleh migrasi makrofag, Natural
Killer (NK), neutrophil serta fagosit lainya sebagai respon pertahanan
tubuh bawaan. Respon pertahanan tubuh adaptif terhadap paparan
antigen yang pertama akan muncul setelah dua minggu sedangkan
untuk orang yang sudah pernah terpapar sebelumnya respon akan
muncul setelah beberapa hari.[21]

Pada umumnya kematian karena pneumonia terjadi beberapa hari


setelah simptom terjadi, jangka waktu tersebut terlalu pendek sebelum
respon pertahanan tubuh adaptif diaktifkan. Saat terjadi inflamasi
selesai akan terdapat banyak cairan sisa sisa kotoran berupa debris inflamasi,
DNA bakteri dan organel bakteri di alveolus. Cairan dan sisa-sisa
kotoran di alveolus dan menimbulkan plak menghalangi difusi.[21]

2.4 Gizi Kurang Balita


Kurang gizi adalah kondisi yang dihasilkan akibat asupan nutrien
yang tidak cukup, nutrien tersebut dapat berupa karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral. Secara garis besar gizi kurang disebabkan oleh
karena asupan makanan yang kurang, anak sering sakit, atau terkena infeksi.
[8]
Anak yang menderita infeksi membutuhkan asupan gizi yang lebih
banyak, hal tersebut menyebabkan anak yang mendapat makanan cukup
baik tetapi apabila terkena infeksi atau demam akan menderita kurang gizi.
[8]

Indonesia memiliki prevalensi balita gizi kurang yang masih tinggi,


hasil Riset kesehatan dasar pada tahun 2013 menunjukan perkiraan
jumlah balita kurang gizi di Indonesia sebesar 4.646.933 balita. [2]
Menurut WHO (2015) gizi kurang berkontribusi terhadap 45% dari seluruh
kematian balita, gizi kurang membuat balita lebih mudah terkena
penyakit infeksi dan sebaliknya.[1]

Secara umum kurang gizi kurang dibagi menjadi 2 jenis yaitu


Marasmus dan Kwashiorkor. Kwashiorkor adalah suatu bentuk
kekurangan protein yang berat disebabkan oleh asupan karbohidrat
yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat. Bayi
penderita kwashiorkor akan mengalami persisikan pada kulit,
perlemakan hati dan perut buncit karena edema. Marasmus merupakan
bentuk gizi buruk yang paling sering ditemukan pada balita. Marasmus
disebabkan kurangnya asupan protein dan karbohidrat, balita penderita
marasmus akan tampak kurus dan kering, rambut tipis jarang dan kulit
keriput.[22]
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Sifat Penulisan


Karya tulis ilimiah ini bersifat kajian pustaka yang menjelaskan
potensi daun kelor (Moringa oleifera) sebagai bahan suplemen RUTF
berbasis lokal dalam pencegahan pnemonia akibat gizi kurang pada balita.

3.2 Metode Perumusan Masalah


Perumusan masalah ditentukan berdasarkan hubungan antara
pneumonia dengan kurang gizi pada balita dan patomekanismenya secara
umum. Selain itu, juga potensi daun kelor (Moringa oleifera) yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan suplemen RUTF berbasis lokal sehingga
mempunyai efek dalam mencegah penyakit pneumonia melalui terapi gizi.
Ruang lingkup permasalahan terletak pada potensi pemanfaatan daun
kelor (Moringa oleifera) sebagai bahan suplemen RUTF berbasis lokal
dalam pencegahan pnemonia akibat gizi kurang pada balita.
3.3 Kerangka Berpikir
Penulisan ini menggunakan rancangan pendekatan deskriptif
kualitatif dalam bentuk metode literatur dan metode telaah pustaka.
Dipilihnya rancangan ini karena keduanya memiliki karakteristik yang
sesuai. Menurut Bodgan dan Biklen, alur pelaksanaan penelitian ini terbagi
menjadi tiga tahap, yakni refleksi awal, tahap penulisan, analisis data, dan
hasil penulisan.[23] Dengan alur pelaksanaan penulisan ini dapat dilihat
pada gambar 3.1.
Refleksi Awal
Studi pendahuluan, kajian teori dan Penemuan fenomena masalah
4
5

Tahap Penulisan

Persiapan Pelaksanaan
Perencanaan

Mampu menuangkan ide dengan memanfaatkan potensi daun kelor (Moringa


Mencari Metode
oleifera)
data telaah literatur
sebagai bahan suplemen RUTF berb
pustaka serta Metode telaah pustaka
pengumpulan
literatur dan
browsing internet

Analisis Data

Metode Penulisan
Kesimpulan

Gambar 3.1 Alur Tahap Penulisan


Kerangka berpikir yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
dapat dilihat pada gambar 3.2.

Pola Asuh Asupan

Peningkatan
Prevalensi Gizi

Penurunan Sistem Imunitas

Terapi Terapi
Peningkaan Prevalensi
Medis Gizi
Pneumonia

Susu Formula
Antibiotik
Standar WHO

Kurang Efektif, Tidak Tepat Sasaran, Harga

Formula Berbasis
Potensi Daun
Pangan Lokal
Kelor

RUTF Lokal

Gambar 3.2 Skema Kerangka Berpikir


Pola asuh dan asupan nutrisi yang rendah pada balita memicu
terjadinya peningkatan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk. Balita
dengan gizi kurang akan mengalami penurunan sistem imunitas dan
fungsi tubuh lainya. Penurunan kekebalan tubuh ini akan menyebabkan
balita menjadi sangat rentan terhadap infeksi, terutama yang paling
banyak menembunuh balita di seluruh dunia adalah pneumonia.
Balita yang mengalami infeksi pneumonia akan mengalami gizi buruk juga,
hal tersebut membuat salah satu cara mengurangi kematian balita karena
pneumonia dengan meningkatkan kualitas gizi balita.

Saat ini penanganan pneumonia balita dibagi menjadi dua, yaitu


rawat inap untuk bayi pneumonia berat dan rawat jalan untuk bayi
pneumonia ringan. Pada bayi yang menjalani rawat jalan bayi akan
diberikan antibiotik sebagai terapi medis dan susu formula dengan anjuran
standar WHO seperti F-75, F-100, dan F-135 sebagai terapi gizi. Pemberian
susu formula pada bayi dinilai tidak efektif, memiliki harga yang mahal,
dan tidak tepat sasaran. Dengan berkaca pada potensi berbagai zat
suplemen dan gizi dalam daun kelor (Moringa oleifera), maka dapat dibuat
formula berbasis pangan lokal atau yang sering disebut RUTF lokal dengan
bahan suplemen dan gizi dari daun kelor.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Literatur


Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode literatur
yang merupakan cara yang dipakai untuk menghimpun data-data
atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang
diangkat dalam suatu penelitian. Metode ini merupakan gambaran
singkat dari apa yang telah dipelajari, argumentasi, dan ditetapkan
tentang suatu topik, dan biasanya diorganisasikan secara kronologis
atau stematis. Bisa didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku
dokumentasi, internet dan pustaka. Maka dari itu untuk menunjang
kajian pustaka yang digunakan pada karya ini, penulis mencari
sumber-sumber dari jurnal ilmiah melalui internet maupun buku-
buku yang penulis baca di perpustakaan.

3.4.2 Metode Telaah Pustaka


Penulisan dalam karya tulis ilmiah ini juga menggunakan
metode telaah pustaka yang merupakan metode pengumpulkan
data-data teori dari berbagai sumber seperti buku ilmiah, tesis, jurnal
ilmiah, majalah, dan artikel ilmiah, serta data dari internet.
Data-data tersebut dikaji dan dipilih berdasarkan teknik critical
apraissal yakni validitas, hasil, dan relevansinya dengan kajian tulisan
yang akan dibahas. Kemudian penulis menambahkan komentar, kritik
kelebihan serta kekurangan teori dalam pustaka, membandingan
dengan teori (pustaka) lain, yang berkaitan dengan penelitian yang
sedang dilakukan. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan mencari atau
membaca bahan pustaka yang releven dengan penelitian yang
akan dilakukan. Diikuti dengan pengembangan pemahamaan serta
menyimpulkan dan mengambil secara garis besar.

3.5 Metode Analisis dan Pemecahan Masalah


Metode analisis data pustaka dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:
3.5.1 Metode eksposisi, yaitu dengan memaparkan data dan fakta yang ada
sehingga pada akhirnya dapat dicari korelasi antara data-data tersebut.
3.5.2 Metode analitik, yaitu melalui proses analisis data atau informasi
dengan memberikan argumentasi melalui berpikir logis dan yang
selanjutnya diambil suatu kesimpulan.
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Hubungan antara Gizi Kurang dan Pneumonia Pada Balita


Data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menunjukan
bahwa Indonesia memiliki prevalensi balita gizi kurang yang tinggi dengan
perkiraan jumlah balita kurang gizi sekitar 4.646.933 balita (2013) [2] dan
jumlah kasus pneumonia balita sebesar 657.490.[6] Menurut WHO (2015)
gizi kurang berkontribusi terhadap 45% dari seluruh kematian balita di
seluruh dunia.[1] Gizi kurang menjadi penyebab utama penurunan sistem
kekebalan tubuh balita. Balita yang mengalami gizi kurang menjadi rentan
terhadap infeksi, hal tersebut membuat balita dengan gizi kurang rentan
terhadap kematian karena infeksi seperti pneumonia. Pada umumnya daerah
dengan prevalensi gizi buruk balita yang tinggi akan memiliki angka
kejadian pneumonia balita yang tinggi.[24] Pada gambar 4.1 dapat kita lihat
distribusi kematian 10.5 juta anak di Negara berkembang.

Gambar 4.1 Distribusi kematian anak di Negara berkembang.[24]


Pneumonia dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan bahan
kimia. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh infeksi bakteri
Streptococcus pneumonia.[3] Ketika terjadi infeksi pneumonia maka
tubuh akan mengaktifkan respon pertahanan tubuh bawaan dan adaptif.
Respon pertahanan tubuh bawaan akan memicu inflamasi, demam,
peningkatan fagositosis dan sekresi zat antimikroba sedangkan respon
pertahanan tubuh adaptif akan memicu sekresi antibodi dalam jumlah
yang banyak. Hal-hal tersebut memerlukan energi dan protein dalam
jumlah yang tinggi, sehingga balita pneumonia rentan mengalami gizi
kurang. Selain itu pneumonia balita secara tak langsung memicu gizi kurang
karena menurunkan nafsu makan, mengurangi penyerapan nutrisi, dan
meningkatkan metabolisme. Infeksi pneumonia dan gizi kurang pada balita
merupakan lingkaran setan yang harus diputus dengan terapi medis dan
terapi gizi.[26,27] Gambar 4.2 menunjukan skema hubungan antara gizi
kurang dan infeksi.

Gambar 4.2. Hubungan antara kurang gizi dengan infeksi [31]


4.2 Efektifitas RUTF Lokal Dibandingkan dengan RUTF Standar
Pengendalian gizi kurang maupun gizi buruk dapat dilakukan dengan
pemberian suplemen tambahan yang mengandung berbagai nutrien. RUTF
adalah makanan tinggi energi dan mikronutrien yang memiliki tekstur
lembut atau dapat diminum dan memiliki rasa yang disukai balita.[7]
RUTF digunakan untuk mengatasi gizi kurang dan gizi buruk di berbagai
belahan dunia. WHO menerapkan susu formula tanpa sereal F75 sebagai
standar RUTF untuk menangani gizi kurang. F75 memiliki kandungan
energi yang tinggi, yaitu 75 kilokalori per 100 ml. Berbagai jenis dan merk
RUTF dengan standar yang hampir sama dengan F75 digunakan untuk
mengatasi masalah gizi kurang di seluruh dunia.[8,9] Dengan begitu dapat
diproduksi RUTF berbasis lokal dengan bahan-bahan setempat sebagai
pengganti RUTF standar.
RUTF lokal dapat diproduksi menggunakan bahan-bahan yang
mudah ditemukan. Penggunaan RUTF lokal membutuhkan biaya yang
rendah tidak seperti RUTF standar dengan biaya yang sangat tinggi.
Setidaknya anggaran Negara yang digunakan untuk satu kali terapi
pada satu balita adalah 100 USD.[9, 27]
Harga jual yang tinggi tersebut
dikarenakan tingginya biaya pengiriman. Berdasarkan data yang diperoleh,
pengiriman melalui udara meningkatkan harga sebesar 100% sedangkan
melalui jalur laut meningkatkan harga sebesar 10%.[8] Berbeda dengan
RUTF standar, RUTF lokal tidak memerlukan biaya transportasi yang
begitu besar karena dapat diproduksi di manapun sehingga memiliki
harga yang murah. Selain itu RUTF lokal menggunakan bahan-bahan yang
mudah ditemukan sehingga harga bahan dasar RUTF lokal lebih murah
daripada RUTF standar. Hal tersebut akan menghemat anggaran Negara
yang digunakan untuk RUTF standar.
Dengan menggunakan produksi lokal selain memiliki harga yang lebih
murah, RUTF lokal memiliki keuntungan lain seperti ketersediaanya lebih
tinggi dan mudah didapat dibandingkan RUTF standar.[8,9,10,27]
Pada umumnya RUTF yang digunakan untuk mengatasi gizi kurang
di Indonesia berupa susu formula. Pemberian susu formula pada balita gizi
kurang dinilai tidak efektif dan tidak tepat sasaran. Pada beberapa kasus
susu formula yang seharusnya diberikan untuk bayi dengan gizi kurang
malah dijual oleh ibu, atau pada kasus yang lain susu formula yang
seharusnya diberikan untuk bayi gizi kurang malah dibagi dengan saudara
bayi yang lain. Salah satu penyebab ketidak-efektifan RUTF standar karena
masyarakat kurang familiar dengan RUTF standar.[8,9] Karena menggunakan
bahan-bahan yang familiar, hal tersebut membuat RUTF lokal memiliki
coverage yang lebih luas dan berdampak positif terhadap penyembuhan
gizi kurang pada balita. Gambar 4.3 menunjukan dampak coverage yang
tinggi terhadap keberhasilan penyembuhan gizi kurang balita.

Gambar 4.3. Hubungan antara performance dan coverage terhadap


keberhasilan terapi gizi kurang.[8]
4.3 Pengaruh Kandungan Flavonoid Pada Daun Kelor terhadap Gizi
Kurang Pada Balita
Senyawa bioaktif yang terdapat pada daun kelor sangat beragam.
Salah satunya , flavonoid merupakan salah satu senyawa yang terdapat pada
daun kelor yang memiliki manfaat begitu besar. Kelor merupakan salah satu
tanaman yang memiliki jumlah kandungan flavonoid yang sangat banyak.
Kandungan Flavonoid yang terdapat pada daun kelor berfungsi sebagai
antioksidan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, antibakteri,
antiinflamasi, antikanker dan masih banyak lagi. Salah satu peran flavonoid
yaitu meningkatkan sistem imun pada tubuh yang dapat mencegah
terjadinya penyakit infeksi seperti pneumonia yang sering menyerang balita
penderita gizi kurang. Beberapa flavonoid, termasuk apigenin, galangin,
glikosida, flavon dan flavonol, isoflavon, flavanones, dan chalcones telah
terbukti memiliki aktivitas antibakteri ampuh.[27] Sebab itu fungsi flavonoid
sebagai antibakteri sangat baik untuk penderita gizi kurang dan akan
mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri Streptococcus pneumonia.
Catechin berbentuk unit C3 adalah bagian senyawa flavonoid memiliki
aktivitas antimikroba dan secara in vitro merupakan aktivitas antibakteri
terhadap Vibrio cholerae, Streptococcus mutans, Shigella, dan bakteri
lainnya.[29, 30]
Flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan juga memiliki senyawa
bioaktif lain seperti vitamin A, Vitamin C, Vtamin E, Vitamin B6, Choline,
Thiamin, Riboflavin dan Niacin, Alanine, Alpha-Carotene, Arginine, Beta-
Carotene,Campesterol, Carotenoids, Chlorophyll, Chromium, Glutathione,
Histidine, Kaempferal, Leucine, Lutein, Methionine, Proline, Quercetin,
Rutin, Selenium, Threonine, Tryptophan, Xanthins, Xanthophyll, Zeatin,
Zeaxanthin, Zinc.[16]
Flavonoid sebagai antioksidan dan berperan meningkatkan sistem
kekebalan tubuh secara tidak langsung dapat meningkatkan nafsu makan
ketika imun tubuh baik sehingga kecil kemungkinan untuk terjadinya gizi
kurang pada balita. Untuk itu dalam mencegah terjadinya kasus
penyakit infeksi pada balita khususnya pneumonia perlu diberikan makanan
tambahan atau RUTF yang berbasis lokal yang mengandung flavonoid dan
antioksidan lainnya.
4.4 Analisis Komposisi RUTF Lokal dengan Bahan Daun Kelor
RUTF standar memiliki efektifitas yang tinggi untuk mengatasi gizi
buruk pada balita, namun seperti pembahasan sebelumnya RUTF standar
memiliki berbagai kelemahan karena itu pembuatan RUTF lokal di
Indonesia merupakan langkah yang efektif sebagai pengganti alternatif
RUTF standar. Dalam pembuatan RUTF lokal diperlukan kandungan
nutrien yang mirip dengan RUTF standar supaya menghasilkan terapi yang
sama. Dalam gagasan ini penulis menggunakan standar gizi F75 sebagai
acuan kandungan gizi RUTF lokal.

Tabel 4.1 Kandungan nutrisi RUTF yang dianjurkan WHO.[8]

Kelor dapat ditemukan dengan mudah diseluruh provinsi di Indonesia.


Kelor merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat dari segi
kandungan nutrisi maupun zat aktifnya namun sampai saat ini daun kelor
masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Selain mempunyai
kandungan gizi yang tinggi, kelor memiliki berbagai zat aktif yang dapat
digunakan sebagai suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh,
antioksidan, antimikroba dan mengurangi inflamasi yang berlebihan dengan
begitu membantu mempercepat penyembuhan penyakit infeksi.[31] Karena
memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berbagai bahan suplemen yang
bermanfaat sehingga kelor sangat cocok sebagai bahan RUTF lokal.

Tabel 4.2 Kandungan nutrisi 100 gram daun kelor


(Moringa oleifera) segar.[27]

Dengan kandungan nutrisi pada daun kelor yang tinggi tersebut hanya
dibutuhkan 2 bahan gizi tambahan sebagai sumber lemak dan protein yaitu
daging ayam dan tempe. Dalam pembuatan RUTF lokal bersuplemen daun
kelor ini digunakan bahan dapur umum seperti garam, minyak kelapa,
minyak sayur dan gula pasir. Bahan-bahan tersebut dapat diolah
menggunakan teknik dan alat-alat yang sederhana sehingga dapat digunakan
di daerah dengan alat-alat terbatas.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN
Dari data-data yang telah diperoleh, penulis menarik simpulan, sebagai
berikut:
(1) Gizi kurang merupakan pemicu terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan
Atas (ISPA) yaitu pnemonia karena menurunnya sistem imunitas.
(2) Daun kelor (Moringa oleifera) berpotensi dapat dimanfaatkan sebagai
bahan suplemen RUTF berbasis lokal dalam penatalaksanaan penyakit
pneumonia pada balita akibat gizi kurang.
(3) Kandungan flavonoid dalam daun kelor (Moringa oleifera) berpotensi
untuk dikembangkan menjadi formula berbasis pangan lokal atau
RUTF lokal dalam meningkatkan taraf gizi balita.

5.2 SARAN
Dari penulisan dalam karya tulis ini, saran yang bisa diberikan antara lain :
(1) Dibutuhkan penelitian lebih lanjut terutama untuk mengetahui sejauh
mana efektivitas pemanfaatan daun kelor (Moringa oleifera) sebagai
RUTF lokal dalam penatalaksanaan penyakit pneumonia akibat gizi
buruk pada balita.
(2) Dibutuhkan pengkajian lebih lanjut mengenai efek flavonoid dalam
daun kelor (Moringa oleifera) terhadap pasien penyakit pneumonia
pada balita.
(3) Dibutuhkan pengkajian lebih lanjut mengenai cara dan metode yang
paling efektif dan efisien dalam aplikasi dan pemakaian daun kelor
(Moringa oleifera) sebagai RUTF lokal dalam meningkatkan taraf gizi
balita.
(4) Perlu dilakukan sosialisasi kepada pemerintah, tenaga kesehatan,
peneliti dan industri farmasi dunia mengenai potensi pemanfaatan
daun kelor (Moringa oleifera) sebagai RUTF lokal dalam
penatalaksanaan penyakit pneumonia pada balita.
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Children: reducing mortality. [online]. 2016.


Diakses dari: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs178/en/ [11
Oktober 2016]
2. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis
Gizi. 2015. Diunduh dari:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
gizi.pdf [11 Oktober 2016]
3. WHO. Pneumonia. [online]. 2015. Diakses dari:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/ [12 Oktober 2016]
4. Badan pebelitian dan pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar Tahun. 2013. Diunduh dari:
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%2
02013.pdf [12 Oktober 2016]
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2011. 2012. Diunduh dari:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf [12 Oktober 2016]
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Data dan Informasi (Pusat
Kesehatan Indonesia) Tahun 2014. 2015. Diunduh dari:
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/data-dan-informasi-2014.pdf [14 Oktober 2016]
7. Wagh VD. Deore BR. Ready to Use Therapeutic Food (RUTF): An
Overview. Advance in Science and Life Health. 2015.
8. Sethuraman K. Doledec D. Begum F. Zahidul Manir MZ. Managing Acute
Malnutrition: A Review of the Evidence and Country Experiences in South
Asia and a Recommended Approach for Bangladesh. Food and Nutrition
Technical Assistance and United State Agency and International
Development. 2014.
9. Caroline GT and Collins S. Community Therapeutic Care (CTC): A new
approach to managing acute malnutrition in emergencies and beyond. Food
and Nutritional Assistance. 2004.
10. UNICEF. Ready-to-Use Theraputic Food for Children with Severe Acute
Malnutrition. 2013
11. Leone A, Spada A, Battezzati A, Schiraldi A, Aristil J, Bertoli S. Cultivation,
genetic, ethnopharmacology, phytochemistry and pharmacology of Moringa
oleifera leaves: An overview. Int J Mol Sci. 2015;16:12791–835.
Diakses dari:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4490473/#B67-
ijms-16- 12791 [16 Oktober 2016]
12. Kasolo J.N., Bimenya G.S., Ojok L., Ochieng J., Ogwal-Okeng J.W.
Phytochemicals and uses of Moringa oleifera leaves in Ugandan rural
communities. J. Med. Plant Res. 2010;4:753–757.
13. Nurhaedar J. Malnutrisi Pada Penderita HIV/ AIDS. Program Studi Ilmu
Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. 2004.
14. Dudi K. Tak Kenal Maka Taka Sayang: Budidaya. Pusat Informasi dan
PengembanganTanaman Kelor Indonesia. [online]. 2012. Diakses dari:
http://kelorina.com/blog/tak-kenal-maka-tak-sayang/ [16 Oktober 2016]
15. Kholid A, Sarmoko. Kelor (Moringa Oleifera L.): Indonesian Journal of
Cancer Chemoprevention. Cancer Chemoprevention Research Center.
[online]. 2014. Diakses dari: http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=2363
[16 Oktober 2016]
16. Hakim B. All Things Moringa. Pusat Informasi dan Pengembangan
Tanaman Kelor Indonesia. [online]. 2010. Diakses dari:
http://kelorina.com/nutrisi/ [16 Oktober 2016]
17. Zakaria, dkk (2012). Penambahan Tepung Daun Kelor Pada Menu Makanan
Sehari-hari dalam Upaya Penanggulangan Gizi Kurang pada Anak Balita.
Media Gizi Pangan, Volume XIII, Edisi 1, Januari-Des 2012. Diakses dari:
http://eprints.uns.ac.id/23393/ [16 Oktober 2016]
18. Fitri A, Toharmat T, Astuti D, Tamura H. The Potential Use of Secondary
Metabolites in Moringa oleifera as an Antioxidant Source. Media
Peternakan [online]. 2015 38(3):169-175. Diakses dari:
http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/mediapeternakan/article/view/9612/82
70 [16 Oktober 2016].
19. CDC. Pneumonia An Infection of Lungs. [online]. 2015. Diakses dari:
http://www.cdc.gov/pneumonia/ [12 Oktober 2016]
20. Public Health Agency of Canada. Streptococcus Pneumonia. [online]. 2012.
Diakses dari: http://www.phac-aspc.gc.ca/lab-bio/res/psds-
ftss/streptococcus- pneumoniae-eng.php [12 Oktober 2016]
21. Wotton DG. Aston SJ. Gordon SB. The Pathophysiology of pneumoccal
pneumonia. European respiratory monograph, [online] 2014. 63 (4) 42- 63.
Diakses dari:
https://www.researchgate.net/publication/261081967_The_Pathophysiology
_ of_pneumococcal_pneumonia [16 Oktober 2016]
22. Nelson WE. Malnutrition.In Nelson WE.(ed) Mitchel Nelson Text Book of
Pediactrics 5thed. WB Saunders Co. Philadelphia & London. 2007.
23. Bogdan and Biklen. Qualitative Research For Education. Toroto: Alyn and
Bacon. 1982.
24. WHO dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. 2009. Diunduh dari:
http://www.ichrc.org/sites/default/files/Indonesia.pdf [14 Oktober 2016]
25. Katona P, Katona‐Apte J. The Interaction between Nutrition and Infection.
Clinical Infectious Diseases. 2008;46(10):1582-1588. Diakses dari:
http://cid.oxfordjournals.org/content/46/10/1582.full [16 Oktober 2016]
26. Rodríguez L, Cervantes E, Ortiz R. Malnutrition and Gastrointestinal and
Respiratory Infections in Children: A Public Health Problem. International
Journal of Environmental Research and Public Health. 2011;8(12):1174-
1205.
Diakses dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3118884/ [16
Oktober 2016]
27. WHO. Community-Based management of severe acute malnutrition. 2007.
28. Kumar S, Pandey A. Chemistry and Biological Activities of Flavonoids: An
Overview. The Scientific World Journal. 2013;2013:1-16. Diakses dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3891543/ [16 Oktober 2016]
29. Borris RP. Natural products research: perspectives from a major
pharmaceutical company. Journal of Ethnopharmacology. 1996;51(1–3):29–
38.
Diakses dari:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4490473/#B67-
ijms-16-12791 [17 Oktober 2016]
30. Moerman DE. An analysis of the food plants and drug plants of native North
America. Journal of Ethnopharmacology. 1996;52(1):1–22. Diakses dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4490473/#B67-ijms-16-
12791 [17 Oktober 2016]
31. How to Plant, Cultivate, Grow Moringa Oleifera Trees [online].
Miracletrees.org. 2016.
Diakses dari: http://miracletrees.org/growing_moringa.html [17 Oktober
2016]
32. Kelor [online]. Id.wikipedia.org. 2016. Diakses dari:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kelor [17 Oktober 2016]

Lampiran 1. Biodata Penulis


Biodata Ketua
A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Muhammad Yogi Maryadi


2 Jenis Kelamin L/P Laki-Laki
3 Program Studi Pendidikan Dokter
4 NIM/NIDN 1418011133
5 Tempat dan Tanggal Lahir Jambi, 29 Juni 1996
6 E-mail mym.fkunila@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 082179737198

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA
1 Nama Institusi SDS SMPN 7 SMAN 3 Kota Jambi
Attaufiq Kota Jambi
Kota Jambi
2 Jurusan IPA
3 Tahun Masuk-Lulus 2002-2008 2008-2011 2011-2014

C. Penghargaan Karya Tulis Ilmiah dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah,


asosiasi atau institusi lainnya)

Institusi Pemberi Tahun


No Jenis Penghargaan
Penghargaan
1 BEGAWI (Berani Lawan Diabetes Hibah PKM Penelitian - 2016
Mellitus): Efektivitas antara Dikti
Ekstrak Kulit Pisang Kepok
(Musa acuminata) dan Ekstrak
Daun Salam (Syzygium
polyanthum (wight) Walp) sebagai
Agen Kuratif terhadap Diabetes
Mellitus Tipe 2
2 Juara 3 - Karya Tulis Ilmiah Universitas Negeri 2014
Nasional “Strategi: Program SMS Padang
(Siswa Mengajar Siswa) Melalui
Peran Motivator Muda dalam
Upaya Pembangunan Nilai-Nilai
Karakter
3 Juara Favorit – Karya Tulis Ilmiah Universitas Jambi 2014
Provinsi “Pemanfaatan Daun
Brotowali (Tinospora crispa (L.,))
sebagai Obat Herbal Cacingan”
4 Gold Medal - Olimpiade Kemendikbud 2012
Penelitian Siswa Indonesia
“Khasiat Kombinasi Air Rebusan
Belerang (Sulfur) dan Daun Jeruk
Nipis (Citrus aurantifolia) sebagai
Alternatif Penyembuhan Scabies

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini
saya buat dengan sebenarnya untuk mengikuti Lomba Kreativitas Karya Ilmiah
Mahasiswa Dies Natalis 14 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016.

Bandar Lampung, 24 Oktober 2016


Pengusul

(Muhammad Yogi Maryadi)


Biodata Anggota
D. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Agieska Amallia


2 Jenis Kelamin L/P Perempuan
3 Program Studi Pendidikan Dokter
4 NIM/NIDN 1418011005
5 Tempat dan Tanggal Lahir Bandar Lampung, 24 Agustus 1997
6 E-mail agieskaamallia24@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 081274048727

E. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA
1 Nama Institusi SD Negeri SMP Negeri SMA Negeri 9 Bandar
1 Beringin 14 Bandar Lampung
Raya Lampung
2 Jurusan IPA
3 Tahun Masuk-Lulus 2003-2009 2009-2012 2012-2014

F. Penghargaan Karya Tulis Ilmiah dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah,


asosiasi atau institusi lainnya)

Institusi Pemberi Tahun


No Jenis Penghargaan
Penghargaan
1
2
3
4

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini
saya buat dengan sebenarnya untuk mengikuti Lomba Kreativitas Karya Ilmiah
Mahasiswa Dies Natalis 14 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016.

Bandar Lampung, 24 Oktober 2016


Pengusul

(Agieska Amallia)
KREATIVITAS KARYA ILMIAH MAHASISWA | DIES NATALIS 14 FK UNILA xx
xii

Anda mungkin juga menyukai