Ipal Domestik
Ipal Domestik
Disusun oleh
Anissa Lucyana 142016039
Yoga Abdul Rozaq 142016040
Nazhifa Rifda Annisaa 142016043
Nida Annisaa Hanifah 142016049
Maya Rahmayanti 142016054
Azizzah Supartini 142016066
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008, limbah domestik adalah limbah yang berasal dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga tetapi tidak termasuk tinja. Kegiatan sehari-hari
yang dapat menghasilkan limbah adalah mencuci, memasak, mandi, kegiatan pertanian,
kegiatan peternakan.
Menurut Tchobanoglous (1979) dalam Suhartono (2009), limbah domestik adalah limbah
yang dibuang dari pemukiman penduduk, pasar, dan pertokoan serta perkantoran yang
merupakan sumber utama pencemaran di perairan pantai. Menurut Kodoatie dan Sjarief
(2005), air limbah domestik merupakan air bekas yang tidak dapat lagi dipergunakan untuk
tujuan semula, baik yang mengandung kotoran manusia atau dari aktivitas dapur, kamar
mandi, dan cuci, dimana kuantitasnya 50-70% dari total rata-rata konsumsi air bersih yaitu
sekitar 120 – 140 liter/orang/hari. Jumlah pencemar domestik di negara-negara maju
merupakan 15% dari seluruh pencemar yang memasuki badan air (Suriawiria, 1996). Limbah
domestik memiliki sebaran areal yang sangat luas dan menyebar sehingga lebih sulit
dikendalikan daripada limbah industri.
Limbah domestik menurut bentuk fisiknya dapatnya dibagi menjadi, (1) limbah cair yaitu
buangan dari toilet, air cucian, air kamar mandi, (2) limbah padat atau sampah seperti sampah
sisa makanan, bungkus atau kemasan, kantong plastik, botol bekas, dan (3) limbah gas seperti
asap dari kompor minyak, asap dari tungku, asap dari pembakaran sampah, dan bau dari
kakus
Secara garis besar limbah domestik dibagi dalam dua kelompok yaitu limbah organik dan
limbah anorganik. Limbah organik bersumber dari kotoran (tinja), sisa sayuran dan makanan,
sedangkan limbah anorganik dapat berupa plastik, kertas, bahan-bahan kimia yang
diakibatkan oleh penggunaan deterjen, sampo, sabun dan penggunaan bahan kimia lainnya.
Limbah organik umumnya dapat didegradasi oleh mikroba dalam lingkungan. Sebaliknya,
limbah anorganik lebih sulit didegradasi sehingga sering menimbulkan pencemaran di
lingkungan. Pada daerah yang tidak mempunyai unit pengelolaan limbah domestik, umumnya
limbah dibuang langsung ke lingkungan khususnya perairan (sungai, danau) yang kemudian
terangkut dan terendapkan di sepanjang badan perairan.
Air limbah merupakan air bekas yang sudah tidak terpakai lagi sebagai hasil dari adanya
berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Air itu biasanya dibuang ke alam yaitu tanah atau
badan air. Air limbah domestik merupakan limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah
tangga seperti kamar mandi, dapur, cucian. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Rumah Tangga yang dimaksud
dengan air limbah rumah tangga adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama. Mukhtasor
(2007) membagi air limbah domestik menjadi dua bagian yaitu : (1) air limbah domestik yang
berasal dari cucian seperti sabun, deterjen, minyak dan lemak, serta shampo, (2) air limbah
domestik yang berasal dari kakus seperti tinja dan air seni. Air limbah domestik mengandung
lebih dari 90% cairan. Kodoatie, et al. (2010) menyatakan zat-zat yang terdapat dalam air
buangan di antaranya adalah unsur-unsur organik tersuspensi maupun terlarut seperti protein,
karbohidrat, dan lemak dan juga unsur anorganik seperti butiran, garam, metal serta
mikroorganisme.
Air limbah domestik dapat berpengaruh buruk terhadap berbagai hal karena dapat berperan
sebagai media pembawa penyakit, dapat menimbulkan kerusakan pada bahan bangunan dan
tanaman, dapat merusak ekosistem perairan. Air limbah juga dapat menurunkan nilai estetika
(keindahan) karena akan mengakibatkan munculnya bau busuk dan pemandangan yang
kurang sedap (Sugiharto, 1987).
Akibat yang ditimbulkan oleh pembuangan limbah dapat bersifat langsung dan tidak
langsung. Bersifat langsung misalnya, penurunan atau peningkatan temperatur dan pH akan
menyebabkan terganggunya kehidupan biota air, sedangkan akibat tidak langsung adalah
defisiensi oksigen karena jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai limbah akan
semakin meningkat.
Menurut penelitian Komarawidjaja (2004), air limbah domestik yang masuk ke perairan
sungai Citarum mengganggu biota perairan baik dari segi kelimpahan maupun keragaman
jenisnya dan dari hasil identifikasi terhadap invertebrata perairan terungkap bahwa ada
kecenderungan penurunan jenis keragaman invertebrata yang hidup sesil seperti siput.
Penurunan itu dapat terjadi karena tingkat pencemaran organik yang tinggi, senyawa B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun) dan pestisida yang secara rutin masuk ke badan air sungai
tersebut.
Kehadiran bahan pencemar di badan air ada yang secara langsung dapat diketahui tanpa
pemeriksaan laboratorium terlebih dahulu, seperti timbulnya busa, warna, dan bau yang tidak
sedap. Limbah yang masuk ke perairan danau secara terus-menerus terutama limbah organik
dapat menyebabkan terjadinya pengayaan unsur hara di badan air sehingga berpotensi
menimbulkan eutrofikasi.
Pembuangan air limbah ke badan air dengan kandungan beban COD dan BOD di atas 200
mg/L akan menyebabkan turunnya jumlah oksigen dalam air sehingga bakteri aerobik dalam
perairan akan mati sedangkan bakteri anaerobik akan menguraikan nitrat menjadi ammonia
dan sulfat menjadi sulfida yang akan menjadi racun bagi ikan. Air limbah domestik yang
mengandung deterjen akan meningkatkan kadar fosfat sehingga memicu pertumbuhan
ganggang air. Pertumbuhan ganggang yang berlebihan dapat menghancurkan danau melalui
eutrofikasi. Bila ganggang mati, tubuhnya mengendap ke dasar danau. Ketika danau menjadi
lebih dangkal, tumbuhan berakar dapat tegak berdiri, akhirnya danau menjadi rawa dan
akhirnya menjadi padang.
BAB II
KARAKTERISTIK AIR LIMBAH DOMESTIK
Secara umum sifat air limbah cair domestik terbagi atas tiga karakteristik, yaitu :
1. Karakteristik fisik
a. Padatan (solid)
Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang dapat larut, mengendap
atau tersuspensi. Bahan ini pada akhirnya akan mengendap di dasar air sehingga
menimbulkan pendangkalan pada dasar badan air penerima.
b. Bau (odor)
Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganisme yang menguraikan zat-zat organik
yang menghasilkan gas-gas tertentu juga karena adanya reaksi kimia yang
menimbulkan gas. Standar bau dinyatakan dalam bilangan ambang bau (Threshold
Odor Number) yang menunjukkan pengenceran maksimum dari contoh air (limbah)
hingga dihasilkan campuran yang tidak berbau lagi.
c. Warna (color)
Warna dibedakan menjadi true color dan apparent color. Warna yang bisa diukur adalah
true color, yaitu warna yang disebabkan oleh buangan terlarut pada air limbah tersebut.
Sedangkan apparent color disebabkan oleh warna-warna 7 bahan yang terlarut maupun
yang tersuspensi. Secara kualitatif, keadaan limbah dapat ditandai warna-warnanya. Air
buangan yang baru dibuang biasanya berwarna keabu-abuan. Jika senyawa organik
yang ada mulai pecah oleh aktivitas bakteri dan adanya oksigen terlarut direduksi
menjadi nol, maka warna biasanya berubah menjadi semakin gelap. Standar warna
sebagai perbandingan untuk contoh air adalah standar Pt-Co, dan satuan warna yang
digunakan adalah satuan Hazen. Untuk air minum warnanya tidak boleh lebih dari 50
satuan Hazen.
d. Temperatur
Temperatur air limbah mempengaruhi badan penerima jika terdapat temperatur yang
cukup besar. Hal ini akan mempengaruhi kecepatan reaksi serta tata kehidupan dalam
air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimiawi dan biologi. e. Kekeruhan
(turbidity) Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang akan membatasi pencahayaan
kedalam air. Kekeruhan terjadi karena adanya zat-zat koloid yang melayang dan zat-zat
yang terurai menjadi ukuran yang lebih (tersuspensi) oleh binatang , zat-zat organik,
jasad renik, lumpur, tanah, tanah, dan benda-benda lain yang melayang.
2. Karakteristik kimia
a. Parameter organik
Protein
Protein merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup, termasuk di dalamnya
tanaman, dan hewan bersel satu. Protein mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen yang
mempunyai bobot molekul sangat tinggi. Struktur kimianya sangat kompleks dan tidak
stabil serta mudah terurai, sebagian ada yang larut dalam air, tetapi ada yang tidak.
Susunan protein sangat majemuk dan terdiri dari beribu-ribu asam amino dan merupakan
bahan pembentuk sel dan inti sel. Di dalam limbah cair, protein merupakan unsur
penyabab bau, karena adanya proses pembusukan dan peruraian oleh bakteri.
Karbohidrat
Karbohidrat antara lain : gula, pati, sellulosa dan benang-benang kayu terdiri dari unsur
C, H, dan O. Gula dalam limbah cair cenderung terdekomposisi oleh enzim dari bakteri-
bakteri tertentu dan ragi menghasilkan alkohol dan gas CO2 melalui proses fermentasi.
Fermentasi merupakan proses peruraian metabolik dari bahan organik oleh
mikroorganisme yang menghasilkan energi dan gas, yang berlangsung dalam kondisi
anaerobik. Metabolisme merupakan peristiwa pembentukan dan peruraian zat di dalam
diri makhluk hidup yang memungkinkan berlangsungnya hidup. Pati merupakan salah
satu karbohidrat yang relatif lebih stabil, tetapi dapat diubah menjadi gula oleh aktivitas
bakteri. Sedang sellulosa merupakan salah satu karbohidrat yang paling tahan terhadap
dekomposisi atau peruraian bakteri. Karbohidrat ini keberadaannya dalam limbah cair
mengakibatkan bau busuk dan turunnya oksigen terlarut, sehingga dapat mengganggu
kehidupan biota air.
Minyak adalah lemak yang bersifat cair. Keduanya mempunyai komponen utama karbon
dan hidrogen yang mempunyai sifat tidak larut dalam air. Bahan-bahan tersebut banyak
terdapat pada makanan, hewan, manusia dan bahkan ada dalam tumbuh-tumbuhan
sebagai minyak nabati. Sifat lainnya adalah relatif stabil, tidak mudah terdekomposisi
oleh bakteri.
Deterjen
Deterjen termasuk bahan organik yang sangat banyak digunakan untuk keperluan rumah
tangga, hotel, dan rumah sakit. Fungsi utama deterjen adalah sebagai pembersih dalam
pencucian, sehingga tanah, lemak dan lainnya dapat dipisahkan. Pemisahan terjadi akibat
penurunan tegangan muka, sehingga 10 kotoran-kotoran yang menempel pada alat atau
bahan dapat dipisahkan. Bahan aktif pembersih yang terkandung dalam deterjen di
Indonesia sebelum tahun 1993 masih menggunakan ABS (Alkyl Benzene Sulfonate).
ABS ini dapat menimbulkan busa yang mempunyai sifat tahan terhadap peruraian
biologis, sehingga dapat menimbulkan masalah pencemaran air. Sejak tahun 1993, bahan
aktif ini diganti dengan LAS (Linear Alkyl Sulfonate) yang busanya dapat diuraikan,
walaupun harganya relatif lebih mahal.
Chlorida
Merupakan zat anorganik yang larut dan tidak terendapkan atau tidak dapat dihilangkan
dengan proses biologis. Chrorida dalam jumlah kecil berguna sebagai desinfektan, tetapi
dalam bentuk ion jika bersenyawa dengan Na dapat menimbulkan garam yang akan
merusak instalasi/peralatan yang ada dalam air.
Alkalinitas
Disebabkan adanya hidroksida, karbonat dan bikarbonat dari ion-ion seperti K2+,Mg2+,
Na+, Ca2+, NH4 + . Konsentrasi alkali penting dalam pengolahan limbah secara kimiawi.
Logam-logam berat
Kandungan logam-logam berat dalam jumlah tertentu dalam air sangat diperlukan untuk
kehidupan makhluk hidup, namun dalam jumlah yang besar akan bersifat racun, maka
perlu diawasi dengan ketat. Logam tersebut antara lain : Pb, Cr, Mn, Cu, Zn dan Hg.
Nitrogen
Unsur nitrogen merupakan bagian yang penting untuk keperluan pertumbuhan protista
dan tanaman. Nitrogen ini dikenal sebagai unsur hara atau makanan dan perangsang
pertumbuhan. Nitrogen dalam limbah cair terutama merupakan gabungan dari bahan-
bahan berprotein dan urea. Oleh bakteri, nitrogen ini diuraikan secara cepat dan diubah
menjadi ammonia, sehingga umur dari air buangan secara relatif dapat ditunjukkan dari
jumlah ammonia yang ada.
Phospor
Unsur phospor (P) dalam air seperti juga elemen nitrogen, merupakan unsur penting
untuk pertumbuhan protista dan tanaman, yang dikenal pula sebagai nutrient dan
perangsang pertumbuhan. Phospor merupakan komponen yang menyuburkan algae dan
organisme biologi lainnya, sehingga dapat dijadikan tolak ukur kualitas perairan.
Gas-gas
Gas-gas yang umumnya terdapat dalam limbah adalah gas nitrogen (N2), gas oksigen
(O2), gas karbondioksida (CO2), gas hydrogen sulfida (H2S), gas ammonia (NH3) dan
gas methan (CH4). Gas NH3 dan gas CH4 berasal dari hasil peruraian bahan-bahan
organik yang ada dalam air limbah. Gas-gas ini dapat dijadikan tolok ukur kualitas air.
3. Karakteristik Biologi
Parameter penting lainnya adalah golongan mikroorganisme yang ada dalam air dan
golongan patogen, sebab pada dasarnya dalam air mengandung berjuta-juta bakteri baik
yang menguntungkan maupun yang merugikan manusia.
BAB III
TAHAPAN PROSES IPAL
Gambar 3.1 Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Proses Biofilter
Anaerob-Aerob
1. Air limbah domestik dari berbagai sumber ditampung pada bak pemisah lemak atau
minyak. Bak ini berfungsi untuk menghilangkan lemak atau minyak yang nerasal dari
kegiatan dapur. Selain itu, pada bak pengendap ini berfungsi untuk mengendapkan pasir,
tanah atau padatan lain yang tidak dapat terurai secara biologis.
2. Selanjutnya air limbah dari bak pemisah lemak dialirkan ke bak ekualisasi (Sum Pit) yang
berfungsi sebagai bak penampung dan bak control aliran. Air limbah dari bak ekualisasi
selanjutnya di pompa ke unit IPAL.
3. Di dalam unit IPAL, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal untuk
mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak
pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk
padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
4. Air limbah dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob
(biofilter Anaerob) dengan arah aliran dari atas ke bawah. Di dalam bak kontaktor
anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah
bak kontaktor anaerob terdiri dari dua buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang
ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah
beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-
organisme. Mikro- organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum
sempat terurai pada bak pengendap.
5. Air limbah dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di
dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang
tawon, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada
akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel
pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-
orgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media
yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, serta
mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan amonia menjadi lebih
besar. Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration).
6. Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif
yang mengandung mikro-organisme diendapkan dan sebagian air dipompa kembali ke
bagian bak pengendap awal dengan pompa sirkulasi lumpur.
7. Sedangkan air limpasan (outlet/ over flow) sebagian dialirkan ke bak yang ditanami
ikan, dan sebagian lagi dialirkan ke bak khlorinasi/kontaktor khlor. Di dalam bak
kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh
micro-organisme patogen. Penambahan khlor bisa dilakukan dengan menggunakan
khlor tablet atau dengan larutan kaporit yang disuplai melalui pompa dosing. Air olahan,
yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau
saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat
menurunkan zat organik (BOD, COD), amonia, padatan tersuspensi (SS), phospat dan
lainnya dapat juga turun secara signifikan.
BAB IV
SPESIFIKASI BAK DAN PERALATAN
3,125 m3
Dimensi Bak :
Panjang : 3,0 m
Lebar : 1,2 m
kedalam air : 1,0 m
Ruang Bebas : 0,5 m
Volume efektif : 3,6 m3
Konstruksi : Beton K300
Tebal dinding : 20 cm
31,25 m3
Chek :
Volume efektif : 32 m3
Waktu Tinggal :HRT di dalam Bak = 5,12 jam. Disain
bak ekualisasi ditunjukkan seperti pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 : Disain bak Ekualisasi.
4.2.3 Pompa Air Limbah (PL)
Debit air limbah = 150 m3/hari = 6,25 m3/jam = 104,17 liter
per menit.
Spesifikasi Pompa :
Tipe : Pompa Celup/ submersible pump
Tipe Kapasitas : 40 -120 liter per menit
Total Head :5-8m
Output listrik : 120 – 350 watt
Material : Fiber glass dan technopolimer
Pompa yang direkomendasikan :
Merk : Showfou, Pedrollo
Type : SC0511
Merk : Pedrollo
Type : Top 2
Dimensi Ditetapkan :
Lebar : 4,0 m
Kedalaman air efektif : 2,0 m.
Panjang : 2,5 m
Tinggi ruang bebas : 0,4 m (disesuaikan dengan
kondisi lapangan).
Konstruksi : Beton K275
Tebal dinding : 20 cm
Chek :
Waktu Tinggal (Retention Time ) rata-rata (T)
4 m x 2,5 m x 2 m
T= x 24 jam/hari
150 m3/hari
T = 3,2 jam
50 m3 /hari
Beban permukaan (surface loading) =
4 m x 2,5 m
= 15 m3/m2.hari
33,75 kg BOD/hari
BOD Loading per volume media = =
3
(4 x 7x 1,2) m
=1,0 Kg BOD/m3.hari.
Chek :
Waktu tinggal total rata-rata = (35,2/150) x 24 jam
= 5,6 jam
Waktu tinggal total pada saat beban puncak : 2,8 jam
Tinggi ruang lumpur : 0,5 m
Tinggi Bed media pembiakan mikroba : 1,5 m
Volume total media pada biofilter aerob =
= 4 m x 2,4 m x 1,5 m = 14,4 m3.
Chek :
BOD Loading per volume media = (6,75 / 14,4)
= 0,47 Kg BOD/m3.hari.
Standar high rate trickling filter : 0,4 – 4,7 kg BOD/m2.hari.
Kebutuhan Oksigen :
= 29,8 m3/hari.
Efisiensi Difuser = 3 %
29,8 m3/hari
Kebutuhan Udara Aktual = =
0,05
= 596 m /hari = 0,41 m3/menit.
3
= 410 liter/menit.
Spesifikasi Blower :
Tipe : HIBLOW 200
Kapasitas Blower : 200 liter /menit
Head : 2000 mm-aqua ( 2 meter )
Jumlah : 4 unit
Power : 200 watt X 4 = 800 watt
Pipa outlet : ½ Inc.
Kelistrikan : 1 fase
Difuser udara:
Total transfer udara = 800 liter/menit
Tipe Difuser yang digunakan : Perforated Pipe Diffuser atau
yang setara (difuser bentuk piringan dll).
4.2.7 Bak Pengendap Akhir
Debit Limbah : 150 m3/hari
BOD Masuk : 20 mg/l
BOD Keluar : 20 mg/l
Waktu Tinggal Di dalam Bak = 2 - 4 jam
3
Volume bak yang diperlukan = x 150 m3 = 18,75 m3
24
Dimensi :
Lebar : 4,0 m
Kedalaman air efektif : 2,0 m
Panjang : 2,5 m
Tinggi ruang bebas : 0,4 m (disesuaikan dengan
kondisi lapangan).
Konstruksi : Beton K275
Tebal dinding : 20 cm
Chek :
Waktu Tinggal (Retention Time ) rata-rata =
4 m x 2,5 m x 2 m
= x 24 jam/hari = 3,2 jam
3
150 m /hari
150 m3 /hari
Beban permukaan (surface loading) =
4 m x 2,5 m
= 15 m3/m2.hari
Media biofilter yang digunakan adalah media dari bahan plastik yang ringan, tahan lama,
mempunyai luas spesifik yang besar, ringan serta mempunyai volume rongga yang besar
sehingga resiko kebuntuan media sangat kecil.
Spesifikasi Media biofilter yang digunakan :
Material : PVC
Ukuran Modul : 30cm x 25cm x 30cm
Ukuran Lubang : 3 cm x 3 cm
Ketebalan : 0,5 mm
Luas Spesifik : 150 m2/m3
Berat : 30-35 kg/m3
Porositas Ronga : 0,98
Warna : bening transparan
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008, limbah domestik adalah limbah yang berasal
dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga tetapi tidak termasuk tinja. Kegiatan sehari-hari
yang dapat menghasilkan limbah adalah mencuci, memasak, mandi, kegiatan pertanian,
kegiatan peternakan. Secara garis besar limbah domestik dibagi dalam dua kelompok yaitu
limbah organik dan limbah anorganik.
Pembuangan air limbah ke badan air dengan kandungan beban COD dan BOD di atas 200
mg/L akan menyebabkan turunnya jumlah oksigen dalam air sehingga bakteri aerobik dalam
perairan akan mati sedangkan bakteri anaerobik akan menguraikan nitrat menjadi ammonia
dan sulfat menjadi sulfida yang akan menjadi racun bagi ikan.
Secara umum sifat air limbah cair domestik terbagi atas tiga karakteristik, yaitu :
1. Karakteristik fisik
a. Padatan (solid)
b. Bau (odor)
c. Warna (color)
d. Temperatur
2. Karakteristik kimia
a. Parameter organik
Parameter penting lainnya adalah golongan mikroorganisme yang ada dalam air dan
golongan patogen, sebab pada dasarnya dalam air mengandung berjuta-juta bakteri baik
yang menguntungkan maupun yang merugikan manusia.
Pemilihan proses pengolahan air limbah domestic yang digunakan atas beberapa kriteria
yaitu antara lain:
Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar baku mutu air limbah domestik yang
disyaratkan,
Pengelolaanya harus mudah.
Lahan yang diperlukan tidak terlalu besar.
Konsumsi energy sedapat mungki rendah.
Biaya operasinya mudah.
Lumpur yang dihasilkan kecil.
Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.
Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.
Dapat menghilangkan amoniak sampai mencapai standar baku mutu yang berlaku.
Perawatannya mudah dan sederhana.
Berdasarkan kriteria tersebut maka teknologi pengolahan air limbah domestik yang
digunakan adalah kombinasi proses biofilter anaerob-aerob.
Kapasitas Disain yang direncanakan :
Kapasitas pengolahan : 150 m3 per hari
: 6,25 m3 per jam
: 104,17 L/menit
Teknologi pengolahan air limbah domestik yang digunakan adalah kombinasi proses biofilter
anaerob-aerob. Kapasitas disain yang direncanakan :
Kapasitas pengolahan : 150 m3 per hari
: 6,25 m3 per jam
: 104,17 L/menit
Dengan kapasitas yang telah direncanakan maka didapatkan perhitungan desain untuk
mememenuhi keperluan dalam mengolah limbah domestik tersebut, yaitu :
Media biofilter yang digunakan adalah media dari bahan plastik yang ringan, tahan
lama, mempunyai luas spesifik yang besar, ringan serta mempunyai volume rongga
yang besar sehingga resiko kebuntuan media sangat kecil.
Jumlah total media yang dibutuhkan 31,2 m3 .