Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

IMUNISASI
UNTUK MEMENUHI TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN
ANAK PRA-SEKOLAH
DOSEN PENGAMPU : TUHU SURYONO, S.Kep.,Ns

DISUSUN OLEH:
LAILATUD DAFI Q.
(NIM.16010327)

AKADEMI KEBIDANAN DHARMA PRAJA

BONDOWOSO

2016-2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Makalah Imunisasi”.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan


pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 1

1.3 Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3

2.1 Imunisasi di Indonesia ................................................................. 3

2.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan Imunisasi .................................. 3

2.3 Tujuan Imunisasi ......................................................................... 4

2.4 Pengertian Imunisasi .................................................................... 5

2.5 Manfaat Imunisasi ....................................................................... 5

2.6 Jenis Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi .............. 6

2.7 Jenis-Jenis Imunisasi ................................................................... 15

2.8 Jadwal Imunisasi .......................................................................... 23

2.9 KIPI.............................................................................................. 25

BAB III PENUTUP .................................................................................. 28

Kesimpulan ...................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit
menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan
sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai
Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk menurunkan angka
kematian pada anak (Kementrian Kesehatan, 2017)
Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai
tahun 1977 kegiatan Imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan
Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis,
Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B. Beberapa penyakit
yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global yang
wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi
campak dan rubela dan Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN)
(Kementrian Kesehatan, 2017)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Imunisasi di Indonesia?
2. Apa saja dasar hukum penyelenggaraan imunisasi?
3. Apa tujuan dari imunisasi?
4. Apa pengertian imunisasi?
5. Apa manfaat imunisasi?
6. Apa saja jenis enyakit yang dapatdicegah dengan imunisasi?
7. Apa saja jenis-jenis imunisasi?
8. Bagaimana jadwal imunisasi?
9. Apa itu KIPI?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui imunisasi di Indonesia?
2. Untuk mengetahui dasar huum penyelenggaraan imunisasi.
3. Untuk mengetahui tujuan dari imunisasi.
4. Untuk mengetahui pengertian imunisasi.
5. Untuk mengetahui manfaat imunisasi.
6. Untuk mengetahui jenis enyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
7. Untuk mengetahui jenis-jenis imunisasi.
8. Untuk mengetahui jadwal imunisasi.
9. Untuk mengetahui pengertian KIPI.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2.1 Imunisasi Di Indonesia


Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan
sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara
memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi
dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.
Institusi swasta dapat memberikan pelayanan imunisasi sepanjang
memenuhi persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan, Di Indonesia pelayanan imunisasi dasar/
imunisasi rutin dapat diperoleh pada :
1. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas,
Posyandu, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau Rumah
Bersalin
2. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah
misalnya pada saat diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak
Sekolah, pekan Imunisasi Nasional, atau melalui kunjungan dari
rumah ke rumah.
3. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta,
dokter praktik swasta atau rumah sakit swasta.

1.2.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Imunisasi


Dasar hukum penyelenggaraan program imunisasi :
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular.
3. Undang-undang No. 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut.
4. Undang-undang No. 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara.
5. Keputusan Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.

3
6. Keputusan Menkes No. 1626/ Menkes/SK/XII/2005 tentang
Pedoman Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska
Imunisasi (KIPI).

1.2.3 Tujuan Imunisasi Di Indonesia


1. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat
PD3I.
2. Tujuan Khusus
a. Program Imunisasi
1) Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata
pada bayi di 100% desa/ kelurahan pada tahun 2010
2) Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal
(insiden di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu
tahun) pada tahun 2005.
3) Eradikasi polio pada tahun 2008.
4) Tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.
b. Program Imunisasi Meningitis Meningokus
Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis
Meningokokus tertentu, sesuai dengan vaksin yang diberikan
pada calon jemaah haji.
c. Program Imunisasi Demam Kuning
Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang
melakukan perjalanan berasal dari atau ke negara endemis
demam kuning sehingga dapat mencegah masuknya penyakit
demam kuning di Indonesia.
d. Program Imunisasi Rabies
Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular
rabies.

4
1.2.4 Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular
khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang
diberikan kepada tidak hanya anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga pada
dewasa. Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau
virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan
merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi. Antibodi
menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga
dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I tersebut. (Depkes,
2016)
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa
mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih
utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat
lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. (Kemkes,2017)

1.2.5 Manfaat Imunisasi


1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,
dan kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga
apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa
kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

1.2.6 Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

5
1. TBC (Tuberculosis).
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi
karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC.
Kuman inii dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-
paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi,
ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi
BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12
bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi
berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila
pemberian imunisasi ini “berhasil,” maka setelah beberapa minggu
di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan
meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan
sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah suntikan
BCG diberikan, bayi tidak menderita demam.
2. Difteri.
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan
menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala
Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat
selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat
menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang
dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara
(betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang
terkontamiasi.Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi
bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi
berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu–dua bulan.
Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek
samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan
bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan
obat penurun panas
3. Pertusis

6
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “
Batuk Seratus Hari “ adalah penyakit infeksi saluran yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu
batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau
kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk
diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi
melengking.Penularan umumnya terjadi melalui udara
(batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan
imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali
sejak bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan.
4. Tetanus
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya
karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Gejala tetanus
umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan
trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya
pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau
punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut,
lengan atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi
yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir
karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih dan steril, terutama
jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat menyebabkan
kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang.
Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik
melahirkan yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus
dapat ditekan. Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang bayinya
yang berada di dalam kandungan juga dapat mencegah infeksi
tersebut. Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut
dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut
dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf
di sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf
tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal
urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot.

7
Infeksi tetanus terjadi karena luka. Baik karena terpotong, terbakar,
aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat
ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti
bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai,
padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang
biaknya bakteria tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam
waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh.
Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama
kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit
berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan yang
benar maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya
terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah
lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan
walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30,
35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan
melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya
5. Polio
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah
anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah
demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan
di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman
yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa
negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio.
Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur
beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu.
Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG,
vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan
bersamaan dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi polio
akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis.
Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu
tidak kurang dari satu bulan imunisasi ulangan dapat diberikan

8
sebelum anak masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan
sekolah dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah
dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung
kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang
dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada
anak yang lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi
sangat minimal dapat berupa kejang-kejang
6. Influenza
Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan
disebabkan oleh virus influenza, yang menyerang saluran
pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada saat
berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2
hari sebelum gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus
ini sulit dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza
bukan batuk – pilek biasa yang tidak berbahaya. Gejala Utama
infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit otot diseluruh badan,
pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah. Pada Umumnya
penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah selama beberapa
hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza terjadi
sepanjang tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan orang
meninggal diseluruh dunia. Biaya pengobatan, biaya penanganan
komplikasi, dan kerugian akibat hilangnya hari kerja (absen dari
sekolah dan tempat kerja) sangat tinggi.Berbeda dengan batuk pilek
biasa influenza dapat mengakibatkan komplikasi yang berat. Virus
influenza menyebabkan kerusakan sel-sel selaput lendir saluran
pernapasan sehingga penderita sangat mudah terserang kuman lain,
seperti pneumokokus, yang menyebabkan radang paru
(Pneumonia) yang berbahaya. Selain itu, apabila penderita sudah
mempunyai penyakit kronis lain sebelumnya (Penyakit Jantung,
Paru-paru, ginjal, diabetes dll), penyakit-penyakit itu dapat menjadi
lebih berat akibat influenza.

9
Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak. Pada
usia 6-35 bulan cukup 0,25 mL. Anak usia >3 tahun, diberikan 0,5
mL. Pada anak berusia 8 tahun, maka dosis pertama cukup 1 dosisi
saja.
7. Demam Tifoid
Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan
oleh Salmonella Typhi yang masuk melalui saluran pencernaan dan
menyebar keseluruh tubuh (sistemik), Bakteri ini akan berkembang
biak di kelenjar getah bening usus dan kemudian masuk kedalam
darah sehingga meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan
selanjutnya terjadilah peyebaran kuman kedalam limpa, kantung
empedu, hati, paru-paru, selaput otak dan sebagainya. Gejala-
gejalanya adalah: Demam, dapat berlangsung terus menerus.
Minggu Pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningat setiap
hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada
sore/malam hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam keadaan
demam. Minggu ketiga, suhu tubuh berangsung-angsur turun dan
normal kembali diakhir minggu. gangguan pada saluran
pencernaan, nafas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah
ditutupi selaput lendir kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Bisa
juga perut kembung, hati dan limpa membesar serta timbul rasa
nyeri bila diraba. Biasanya sulit buang air besar, tetapi mungkin
pula normal dan bahkan dapat terjadi diare. gangguan kesadaran,
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa
dalam, yaitu menjadi apatis sampai somnolen. Bakteri ini
disebarkan melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang terinfeksi
demam tofoid, yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat
melalui perantara kaki-kakinya dari kakus kedapur, dan
mengkontaminasi makanan dan minuman, sayuran ataupun buah-
buahan segar. Mengkonsumsi makanan / minuman yang tercemar
demikian dapat menyebabkan manusia terkena infeksi demam
tifoid. Salah satu cara pencegahannya adalah dengan memberikan

10
vaksinasi yang dapat melindungi seseorang selama 3 tahun dari
penyakit Demam Tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi.
Pemberian vaksinasi ini hampir tidak menimbulkan efek samping
dan kadang-kadang mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas
suntikan yang akan segera hilang kemudian
8. Hepatitis
Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B
yang menyerang kelompok resiko secara vertikal yaitu bayi dan ibu
pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan para
medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa,
petugas laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur.
9. Meningitis
Penyakit radang selaput otak (meningitis) yang disebabkan
bakteri Haemophyllus influenzae tipe B atau yang disebut bakteri
Hib B merupakan penyebab tersering menimbulkan meningitis
pada anak berusia kurang dari lima tahun. Penyakit ini berisiko
tinggi, menimbulkan kematian pada bayi. Bila sembuh pun, tidak
sedikit yang menyebabkan cacat pada anak. Meningitis bukanlah
jenis penyakit baru di dunia kesehatan. Meningitis adalah infeksi
pada lapisan otak dan urat saraf tulang belakang. Penyebab
meningitis sendiri bermacam-macam, sebut saja virus dan bakteri.
Meningitis terjadi apabila bakteri yang menyerang menjadi ganas
ditambah pula dengan kondisi daya tahan tubuh anak yang tidak
baik, kemudian ia masuk ke aliran darah, berlanjut ke selaput otak.
Nila sudah menyerang selaput otak (meningen) dan terjadi infeksi
maka disebutlah sebagai meningitis.
10. Pneumokokus
Penyakit yang disebabkan oleh kuman pneumokokus sering
juga disebut sebagai penyakit pneumokokus. Penyakit ini dapat
menyerang siapa saja dengan angka tertinggi menyerang anak usia
kurang dari 5 tahun dan usia di atas 50 tahun. Terdapat kelompok
lain yang memiliki resiko tinggi terserang pneumokokus (meskipun

11
dari segi usia bukan risiko tinggi), yaitu anak dengan penyakit
jantung bawaan, HIV, thalassemia, dan anak dengan keganasan
yang sedang mendapatkan kemoterapi serta kondisi medis lain
yang menyebabkan kekebalan tubuh berkurang.
11. MMR ((Mumps Measles Rubella)
a. Mumps (parotitis atau gondongan)
Penyakit mumps (parotitis) disebabkan virus mumps
yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan banyak
diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia
penderita mumps, gejala yang dirasakan semakin hebat.
Kebanyakan orang menderita penyakit mumps hanya sekali
seumur hidup.
Pencegahan mumps paling efektif adalah dengan
imunisasi bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi
MMR) sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2
bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi mumps
terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan
campak dan rubella (vaksinasi MMR). Pemberian imunisasi
MMR akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
mumps, campak dan rubella.
b. Measles (campak)
Penyakit measles (campak) disebabkan virus
campak. Gejala campak yaitu demam, menggigil, serta
hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit
berupa bercak dan bintil merah pada kulit muka, leher, dan
selaput lendir mulut. Saat penyakit campak memuncak,
suhu tubuh bisa mencapai 40oC.
Pencegahan campak paling efektif adalah dengan
imunisasi campak. Imunisasi campak diberikan saat bayi
berumur 9 bulan. Campak juga dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi sebagai bagian vaksinasi MMR.
Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi campak terus

12
dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan
mumps dan rubella (vaksinasi MMR). Imunisasi MMR
diberikan sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2
bulan.
c. Rubella (campak Jerman)
Penyakit rubella disebabkan virus rubella. Rubella
mengakibatkan ruam pada kulit menyerupai campak,
radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam
rubella biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari. Gejala rubella
berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan rasa lemas.
Biasanya rubella diderita setelah penderita berusia belasan
tahun atau dewasa. Bila bayi baru lahir atau anak balita
terinfeksi rubella, bisa mengakibatkan kebutaan. Bila
wanita hamil terinfeksi rubella, dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin. Bayi umumnya lahir dengan cacat fisik
(buta tuli) dan keterbelakangan mental.
Pencegahan rubella paling efektif adalah dengan
imunisasi bersamaan dengan campak dan mumps (vaksinasi
MMR) sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2
bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi rubella
terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan
campak dan mumps (vaksinasi MMR).
12. Rotavirus
Infeksi diare pada anak paling sering disebabkan karena
infeksi rotavirus. Infeksi diare karena rotavirus ini sering
diistilahkan muntaber atau muntah berak. Gejala infeksi rotavirus
berupa demam ringan, diawali muntah sering, diare hebat, dan atau
nyeri perut. Muntah dan diare merupakan gejala utama infeksi
rotavirus dan dapat berlangsung selama 3 – 7 hari. Infeksi rotavirus
dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan nafsu makan, dan
tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat menyebabkan
dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian. Infeksi ini seringkali

13
tidak berhubungan dengan makanan kotor atau makanan basi atau
air kotor. Tetapi penularannya lebih sering lewat fecal oral atau
kotoran masuk melalui mulut. Biasanya virus yang tersebar lewat
muntahan tersebar di sekitar mainan, pintu, lantai atau di sekitar
anak-anak. Saat tangan anak tersentuh virus melalui muntahan atau
bekas feses yang tidak dicuci bersih dapat masuk ke tubuh saat anak
makan atau tangan masuk ke mulut. Angka kejadian kematian diare
masih tinggi di Indonesia dan untuk mencegah di are karena
rotavirus, digunakan vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus yang
beredar di Indonesia saat ini ada 2 macam. Pertama Rotateq
diberikan sebanyak 3 dosis: pemberian pertama pada usia 6-14
minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu kemudian, dan
dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan. Kedua, Rotarix diberikan
2 dosis: dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu dan dosis
kedua pada usia 14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan). Apabila
bayi belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan, maka tidak
perlu diberikan karena belum ada studi keamanannya
13. Varisela
Cacar air merupakan penyakit menular yang menimbulkan
bekas bopeng di beberapa bagian tubuh. Penyakit yang disebabkan
oleh virus varicella ini bisa dicegah dengan pemberian vaksin
varicella.

14. Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
hepatitis tipe A dan menyerang sel-sel hati manusia. Setiap
tahunnya di Asia Tenggara, kasus hepatitis A menyerang sekitar
400.000 orang per tahunnya dengan angka kematian hingga 800
jiwa. Sebagian besar penderita hepatitis A adalah anak-anak.

1.2.7 Jenis- Jenis Imunisasi

14
1. Imunisasi kekebalan tubuh ada 2 macam, yaitu:
a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang bersinggungan
dengan, sebagai contoh, mikroba. Sistem kekebalan akan
membentuk antibodi dan perlindungan/perlawanan lainnya
terhadap mkroba. Imunisasi aktif buatan adalah dimana mikroba,
atau bagian darinya, diinjeksikan kepada seseorang sebelum ia
dapat melakukannya secara alami. Contoh vaksin hidup yang telah
dilemahkan meliputi tampek, gondongan, rubella, atau kombinasi
ketiganya dalam satu vaksin sebagai vaksin MMR, demam kuning
(yellow fever), cacar air (varicella), rotavirus, dan vaksin influenza.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesa dari
sistem kekebalan yang dipindahkan kepada seseorang, sehingga
tubuhnya tidak perlu membuatnya sendiri elemen-elemen tersebut.
Akhir-akhir ini, antibodi dapat digunakan untuk imunisasi pasif.
Metode imunisasi ini bekerja sangat cepat, tetapi juga berakhir
cepat, karena antibodi akan pecah dengan sendirinya, dan jika tak
ada sel-sel B untuk membuat lebih banyak antibodi, maka mereka
akan hilang. Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, ketika
antibodi-antibodi dipindahkan dari ibu ke janin selama kehamilan,
untuk melindungi janin sebelum dan sementara waktu sesudah
kelahiran. Imunisasi pasif buatan umumnya diberikan melalui
injeksi dan digunakan jika ada wabah penyakit tertentu atau
penanganan darurat keracunan, seperti pada tetanus. Antibodi-
antibodi ini dapat dibuat menggunakan binatang, dinamai “terapi
serum”, meskipun ada kemungkinan besar terjadinya syok
anafilaksis, karena sistem kekebalan yang melawan serum binatang
tersebut. Jadi, antibodi manusia dihasilkan secara in vitro melalui
kultur sel dan digunakan menggantikan antibodi dari binatang, jika
tersedia. Di kota-kota besar di Indonesia selalu tersedia vaksin
rabies untuk mereka yang ingin mendapatkan kekebalan terhadap

15
rabies dan serum anti-rabies bagi mereka yang dikhawatirkan sudah
terjangkit rabies, karena misalnya habis digigit anjing atau monyet.
2. Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan
menjadi :
a. Imunisasi program
b. Imunisasi Program terdiri atas:
1) Imunisasi rutin
i. Imunisasi dasar
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia
1 (satu) tahun dan terdiri atas imunisasi terhadap
penyakit:
 hepatitis B
 poliomyelitis
 tuberkulosis
 difteri
 pertusis
 tetanus
 pneumonia dan meningitis yang disebabkan
oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib)
 campak.
ii. Imunisasi lanjutan.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi
dasar untukmempertahankan tingkat kekebalan dan
untuk memperpanjang masa perlindungan anak
yang sudah mendapatkan Imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan pada:
 anak usia bawah dua tahun (Baduta)
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada
Baduta terdiri atas imunisasi terhadap
penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis
B, pneumonia dan meningitis yang

16
disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe
b (Hib), serta campak.
 anak usia sekolah dasar
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak
usia sekolah dasar terdiri atas Imunisasi
terhadap penyakit campak, tetanus, dan
difteri yang diberikan pada bulan imunisasi
anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan
dengan usaha kesehatan sekolah.
 wanita usia subur (WUS).
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada
WUS terdiri atas Imunisasi terhadap
penyakit tetanus dan difteri.
2) Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi
tertentu yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang
paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian
epidemiologis pada periode waktu tertentu.
Pemberian Imunisasi tambahan sebagaimana
dilakukan untuk melengkapi Imunisasi dasar dan/atau
lanjutan pada target sasaran yang belum tercapai.
3) Imunisasi khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi
seseorang dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada
situasi tertentu. Situasi tertentu berupa persiapan
keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan
perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit
tertentu, dan kondisi kejadianluar biasa/wabah penyakit
tertentu.
Imunisasi khususberupa Imunisasi terhadap
meningitis meningokokus, yellow fever (demam kuning),
rabies, dan poliomyelitis.

17
c. Imunisasi pilihan.
Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit:
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
pneumokokus;
 diare yang disebabkan oleh rotavirus;
 influenza;
 cacar air (varisela);
 gondongan (mumps);
 campak jerman (rubela);
 demam tifoid;
 hepatitis A;
 kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human
Papillomavirus;
 Japanese Enchephalitis;
 herpes zoster;
 hepatitis B pada dewasa
 demam berdarah.
3. 5 Macam Imunisasi dasar :
a. Vaksin BCG
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup
namun telah dilemahkan. Imunisasi BCG berfungsi untuk
mencegah penularan Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis
disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama Mycobacterium
tuberculosis complex.
1) Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis :0.05 ml
3) Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)
4) Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat
dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam
6) Cara pemberian

18
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan
kanan atas. Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan
penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan
intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran
26).
7) Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi pembeng-kakan
kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya
menyembuh sendiri walaupun lambat
8) Kontra Indikasi :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit
kulit berat/menahun.
b. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus
tetanus, kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT.
Vaksin diphteri terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah
dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan dikemas bersama-
sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau
dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT.
Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah
toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah
dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan
vaksin tetanus yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan
kombinasi dengan diphteri dan pertusis. Vaksin pertusis terbuat
dari kuman Bordetella pertusis yang telah dimatikan.
1) Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
3) Kemasan : Vial 5 ml
4) Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran
(dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri
di tempat suntikan selama 1-2 hari

19
6) Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti
lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-
kadang terdapat efek samping yang lebih berat, seperti
demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan unsur
pertusisnya.
7) Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang
menderita penyakit kejang demam kompleks, anak yang
diduga menderita batuk rejan, anak yang menderita penyakit
gangguan kekebalan. Batuk, pilek, demam atau diare yang
ringan bukan merupakan kotra indikasi yang mutlak,
disesuaikan dengan pertimbangan dokter.

c. Vaksin Poliomielitis
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing
mengandung virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang
mengandung virus polio yang sudah dimatikan (salk), biasa
diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin yang mengandung virus
polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara pemberian per oral
dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di
Indonesia.
1) Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C
2) Dosis : 2 tetes mulut
3) Kemasan : vial, disertai pipet tetes
4) Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20°C
5) Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada
berak-berak ringan
6) Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan
anggota gerak seperti polio sebenarnya.
7) Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan

d. Vaksin Campak

20
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.
Kemasan untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan
kering tunggal. Namun ada vaksin dengan kemasan kering
kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella
(campak jerman) disebut MMR.
1) Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C
2) Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
3) Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan,
beserta pelarut 5 ml (aquadest)
4) Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran
(dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin
terjadi demam ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di
bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, atau
pembengkakan pada tempat penyuntikan.
6) Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang
ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah
penyuntikan. Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah
penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.
7) Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa
pengobatan, kurang gizi dalam derajat berat, gangguan
kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian
pada ibu hamil.
e. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan
jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara
suntikan 2 dan 3. Namun cara pemberian imunisasi tersebut dapat
berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin. Vaksin hepatitis B
dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak
membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan
kekebalan sampai berumur beberapa bulan setelah lahir.

21
a. Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin
disertai rasa panas atau pembengkakan. Akan menghilang
dalam 2 hari.
b. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
c. Kemasan :HB PID
d. Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek
samping yang berarti
e. Indikasi kontra :anak yang sakit berat.
f. Vaksin DPT/ HB (COMBO)
Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang
dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B
yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg
murni dan bersifat non infectious.
a. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
b. Kemasan :Vial 5 ml
c. Efek samping :gejala yang bersifat sementara seoerti lemas,
demam, pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan.
Kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas,
meracau yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang
terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang dalam 2 hari
d. Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir
atau gejala serius keabnormalan pada saraf yang merupakan
kontraindikasi pertusis, hipersensitif terhadap komponen
vaksin, penderia infeksi berat yang disertai kejang
1.2.8 Jadwal Imunisasi
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar

22
Catatan :
 Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam
pasca persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam
sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit, pemberian
Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari.
 Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik
Swasta, Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum
dipulangkan.
 Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat
diberikan sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes
mantoux.
 Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1,
DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval
sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T2.
 IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
 Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat
diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun.
b. Imunisasi Lanjutan
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun

23
Catatan:
 Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-
Hib dan Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-
24 bulan
 Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan
mendapatkan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib
dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3.
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar

Catatan:
 Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi
dasar dan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta
mendapatkan Imunisasi DT dan Td dinyatakan
mempunyai status Imunisasi T5.
Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)

Catatan:
 Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status
Imunisasi T (screening) terlebih dahulu, terutama pada
saat pelayanan antenatal.

24
 Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila
status T sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan
dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau
rekam medis.

1.2.9 KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)


1. Definisi KIPI
KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan
pada seseorang yang terjadi setelah pemberian imunisasi. Kejadian
ini dapat merupakan reaksi vaksin ataupun bukan. Kejadian yang
bukan reaksi vaksin dapat merupakan peristiwa koinsidens
(peristiwa yang kebetulan terjadi) bersamaan atau setelah
imunisasi. Klasifikasi KIPI dibagi menjadi 5 kategori : Pilihlah
salah satu dari 5 kategori dibawah ini untuk mempelajari lebih jauh
tentang klasifikasi KIPI
1. Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin
KIPI yang diakibatkan sebagai reaksi terhadap satu komponen atau
lebih yang terkandung di dalam vaksin.
Contoh : Pembengkakan luas di paha setelah imunisasi DTP.
2. Reaksi KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin
KIPI yang disebabkan oleh karena ada cacat mutu yang
dipersyaratkan dalam produk vaksin, termasuk penggunaan alat
untuk pemberian vaksin yang disediakan oleh produsen.
Contoh : Kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh
produsen vaksin pada waktu melakukan inaktivasi virus polio
saat proses pembuatan vaksin IPVVaksin polio inaktivasi
(IPV)Vaksin polio inaktivasi (mati) dibuat pada tahun 1955
oleh Dr. Jonas Salk. Berbeda dengn vaksin polio oral (OPV) ,
vaksin hidup yang dilemahkan (LAV) , IPV harus diberikan
melalui suntikan untuk membentuk respon imun. (inactivated
polio vaccine). Kelalaian dalam proses inaktivasi dapat

25
menyebabkan kelumpuhan apabila IPV tersebut disuntikkan
kepada orang.
3. Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
KIPI jenis ini disebabkan oleh cara pelarutan vaksin yang
salah dan cara pemberian vaksin yang salah. Kesalahan ini
sangat mudah untuk dihindari.
Contoh : Terjadinya infeksi oleh karena penggunaan vial
multidosis yang terkontaminasi oleh mikroba (Catatan : Jarum
yang berulang-ulang masuk ke dalam vial sewaktu mengambil
vaksin sudah tidak steril lagi).
4. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik
KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu disuntik.
Contoh : Terjadinya apa yang disebut dengan vasovagal
syncopeSinkope yaitu reaksi neurovaskuler yang menyebabkan
terjadinya mata berkunang-kunang , badan terasa lemah sampai
pingsan. Sering terjadi pada anak dewasa muda pada saat
pemberian imunisasi atau sesudah pemberian imunisasi.
5. Kejadian Koinsiden
KIPI ini disebabkan oleh hal-hal lain yang tidak disebutkan
sebelumnya.
Contoh : Demam yang sudah terjadi sebelum atau pada saat
pemberian imunisasi. Dalam hal ini dikatakan sebagai asosiasi
temporalAsosiasi temporalDua atau lebih kejadian yang terjadi
pada waktu yang bersamaan. Kejadian pertama dapat
berhubungan atau tidak berhubungan dengan kejadian
berikutnya.. Sebagai contoh di daerah endemis
malariaMalariaPenyaki infeksi yang disebabkan oleh parasit
(plasmodium) yang ditularkan dari manusia ke manusia melalui
gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Malaria
merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di sub
sahara Afrika. seperti di daerah sub sahara, penderita malaria
yang disebabkan infeksi plasmodium malaria yang ditularkan

26
oleh nyamuk anopheles sangat sering terjadi. Sehingga sering
terjadi KIPI yang bersifat koinsiden.
KIPI koinsiden apabila sering ditemukan didalam kegiatan
imunisasi, maka dapat dijadikan sebagai indikasi bahwa ada
masalah kesehatan masyarakat diwilayah tersebut yang perlu
dianalisis lebih jauh.

27
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan
sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara
memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi
dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular
khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang
diberikan kepada tidak hanya anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga
pada dewasa. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
yaitu TBC (Tuberculosis), difteri, pertusis, tetanus, polio, influenza,
demam tifoid, hepatitis, meningitis, pneumokokus, mmr ((mumps
measles rubella), rotavirus, varisela dan hepatitis A .

28
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. 2007. Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak Siapa Bilang
Anak Sehat Pasti Cerdas. Jakarta: PT Elex Media
Suririnah. Buku Pintar Mengasuh Batita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Priyono, Y. Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Jakarta: PT BUKU KITA
Kementrian Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi .
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._12_ttg_Peny
elenggaraan_Imunisasi_.pdf . Diunduh pada 17 November 2017.
WHO. 2017. Modul 1 Introduksi Keamanan Vaksin. http://in.vaccine-safety-
training.org/adverse-events-classification.html . Diakses pada 16
November 2017.

Departemen Kesehatan. 2016. Situasi Imunisasi di Indonesia.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoDatin
-Imunisasi-2016.pdf. Diunduh pada 10 November 2017

Dokter Indonesia. 2015. Inilah Perbedaan Imunisasi Aktif Dan Imunisasi Pasif .
https://mediaimunisasi.com/2015/03/17/inilah-perbedaan-imunisasi-aktif-
dan-imunisasi-pasif/. Diakses pada 17 November 2017

Santoso, B. 2017. Sekilas Vaksin Pneumokokus.


http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-vaksin-pneumokokus
. Diakses Pada 16 November 2017.

29

Anda mungkin juga menyukai