Anda di halaman 1dari 18

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Bahan Baku Pembuatan Bioetanol
2.2 Jenis Mikroba yang Berperan Dalam Pembuatan Bioetanol
2.3 Pembuatan Bioetanol
2.4 Manfaat Bioetanol
2.5 Dampak Pembuatan Bioetanol

BAB III TUGAS KHUSUS


3.1
3.2
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat Rahmat dan anugrah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Bioethanol”
ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Namun dalam penyusunan makalah ini penulis menemui beberapa hambatan dan
rintangan yang akhirnya bisa diatasi, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Dengan selesainya makalah ini , penyusun dengan berbesar hati dan
tangan terbuka menerima setiap kritik dan saran yang sifatnya membangun yang
berkaitan dengan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini memberikan manfaat sebagai bahan
bacaan serta semoga apa yang penulis berikan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Lhokseumawe, September 2019

Penyusun
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan energi dari bahan bakar minyak bumi (BBM) di berbagai
negara di dunia dalam tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Tidak hanya
pada negara negara maju, tetapi juga di negara berkembang seperti
Indonesia. Untuk mengantisipasi krisis bahan bakar minyak bumi (BBM) pada
masa yang akan datang. Saat ini telah dikembangkan pemanfaatan etanol sebagai
sumber energi terbarukan, contohnya untuk pembuatan bioetanol dan gasohol.
Bioetanol merupakan etanol yang berasal dari sumber hayati, misalnya
tebu: nira sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, jagung, jerami, bonggol jagung dan
kayu. Bahan baku pembuatan bioetanol terdiri dari bahan - bahan yang
mengandung karbohidrat, glukosa dan selulosa.
Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol
adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O atau rumus bangunnya CH3-CH2-
OH. bioetanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada
kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok hidroksil (-OH).
Secara umum akronim dari (Bio)Etanol adalah EtOH (Ethyl-(OH))
Bioetanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan
pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan
keramik yang berumur 9000 tahun dari China bagian utara menunjukkan bahwa
minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari masa Neolitik.
Campuran dari bioetanol yang mendekati kemurnian untuk pertama kali
ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses distilasi pada
masa Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn
Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Catatan yang disusun
oleh Jabir ibn Hayyan (721-815) menyebutkan bahwa uap dari wine yang
mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873) dengan tegas menjelaskan tentang
proses distilasi wine. Sedangkan bioetanol absolut didapatkan pada tahun 1796
oleh Johann Tobias Lowitz, dengan menggunakan distilasi saringan arang.
4

Antoine Lavoisier menggambarkan bahwa bioetanol adalah senyawa yang


terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Nicolas-Théodore
de Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol. Lima puluh tahun kemudian
(1858), Archibald Scott Couper menerbitkan rumus bangun etanol. Dengan
demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan
rumus bangunnya. Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di
Inggris oleh Henry Hennel dan S.G.Serullas di Perancis. Michael Faraday
membuat etanol dengan menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun
1982 yang digunakan pada proses produksi etanol sintetis hingga saat ini.
Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat,
pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun
1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan bioetanol sebagai bahan
bakarnya. Namun pada tahun 1920-an bahan bakar dari petroleum yang harganya
lebih murah telah menjadi dominan menyebabkan etanol kurang mendapatkan
perhatian. Akhir-akhir ini, dengan meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol
kembali mendapatkan perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus
dikembangkan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Definisi dari Bioetanol
2. Bahan bahan apa saja yang digunakan untuk membuat fermentasi
bioetanol
3. Jenis Mikroba apa yang digunakan dalam proses fermentasi bioetanol
4. Bagaimana mekanisme pembuatan fermentasi bioetanol
5. Bagaimana Manfaat bioetanol dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari

1.3 Tujuan
Adapun Tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi dari bioetanol
5

2. Mengetahui bahan bahan apa saja yang digunakan untuk membuat


fermentasi bioetanol
3. Mengetahui jenis mikroba apa yang digunakan atau terkandung dalam
proses fermentasi bioetanol
4. Mengetahui Mekanisme proses pembuatan dan fermentasi bioetanol
5. Mengetahui manfaat dan fungsi bioetanol dalam kehidupan sehari-hari
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Baku Pembuatan Bioetanol


Merujuk pada berbagai literatur dan jurnal maupun karya-karya ilmiah,
ethanol/bioethanol (alkohol) dapat diproduksi dengan menggunakan bahan-baku
tanaman yang mengandung pati atau karbohidrat, yaitu melalui proses konversi
karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air. Beberapa jenis tanaman yang banyak
dijumpai sebagai bahan baku produksi etanol/bioetanol antara lain; ubi jalar, ubi
kayu, sorgum manis (cantel), jagung, molasse (tetes tebu - hasil samping produksi
gula), dan aren (nira aren).
Namun demikian, Bank Dunia merekomendasikan sorgum manis
(sorghum bicolor) sebagai bahan-baku produksi bioetanol dan tidak menyarankan
penggunaan bahan-baku yang saat ini merupakan konsumsi pangan dan pakan,
sehingga dikemudian hari produksi bioetanol tidak menimbulkan konflik
kepentingan yang mengganggu ketersediaan pangan dan pakan yang dapat
memicu terjadinya krisis pangan (dan pakan) dunia. Analogi sederhana-nya, kalo
harga bioetanol bergerak naik maka niscaya harga bahan bakunya akan bergerak
naik. Dan, jika bahan bakunya juga digunakan untuk bahan pangan dan pakan
maka harganya akan ikut terdongkrak naik.
Bila dikaji lebih jauh dengan memperhatikan kondisi berbagai daerah di
Indonesia, biaya produksi yang terkait dengan harga beli bahan-baku ditingkat
petani untuk jenis tanaman yang sama antara satu daerah dengan daerah lain
sangatlah mungkin terjadi perbedaan harga yang signifikan. Begitu pula
perbedaan upah kerja satu daerah dengan daerah lain (setingkat propinsi) serta
besaran pembiayaan pada sisi transportasi-distribusi. Artinya, dalam konteks ini,
harga pokok produksi (HPP) pembuatan bioetanol antara satu daerah dengan
daerah lain jelas tidak otomatis sama, meskipun menggunakan bahan baku dari
tanaman yang sama.
7

Sumber Hasil Panen Perolehan Alkohol


Karbohidrat Ton/ha/th Liter/ton Liter/ha/th
Singkong 25 (236) 180 (155) 4500 (3658)
Tetes 3,6 270 973
Sorgum Bici 6 333,4 2000
Ubi Jalar 62,5* 125 7812
Sagu 6,8$ 608 4133
Tebu 75 67 5025
Nipah 27 93 2500
Sorgum Manis 80** 75 6000
*) Panen 2 ½ kali/th; $ sagu kering; ** panen 2 kali/th. Sumber:
Villanueva (1981); kecuali sagu, dari Colmes dan Newcombe
(1980); sorgum manis, dari Raveendram; dan Deptan (2006) untuk
singkong; tetes dan sorgum biji (tulisan baru)

2.2 Jenis Mikroba yang Berperan Dalam Pembuatan Bioetanol


Bakteri pada pembuatan bioetanol terbentuk pada proses fermentasi
dengan menggunakan yeast. Yeast merupakan fungsi uniseluler yang melakukan
reproduksi secara pertunasan (budding) atau pembelahan (fission). Yeast tidak
berklorofil tidak berflagella, berukuran lebih besar dari bakteri, tidak dapat
membentuk miselium beruukuran bulat, bulat telur, batang, silinder seperti buah
jeruk, kadang-kadang dapat mengalami diforfisme, bersifat saprofit, namun ada
beberapa yang bersifat parasit yaitusaccharomyces cerevisiae merupakan yeast
yang termaksud dalam kelasHemiascomycetes, ordo Endomycetales, family
saccharoycoideae dan genus saccharomyces.
Jenis mikroba yang dapat digunakan dalam pembuatan bioetanol adalah sebagai
berikut:
a. Saccharomyces cerevisiae merupakan organism uniseluler yang bersifat
makhluk mikroskopis dan disebut sebagai jasad sakarolitik, yaitu menggunakan
gula sebagai sumber karbon untuk metabolisme. Saccharomyces cerevisiae
8

mampu menggunakan sejumlah gula diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa,


galaktosa, mannose, maltose dan maltotriosa. Saccharomyces cerevisiae
merupakan mikroba yang paling banyak digunakan pada fermentasi alcohol
karena dapat berproduksi tinggi, tahan terhadap kadar alcohol yang tinggi, tahan
terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan aktivitasnya pada suhu
4-320C.
b. Clostridium thermocellum adalah bakteri termofilik yang anaerobik
memiliki kemampuan mendegradasi selulosa kompleks ke bentuk etanol.
Selain Clostridium thermocellum, bakteri termofilik anaerob lain, Clostridium
stercorarium, baru-baru ini diketahui mempunyai pula sifat selulolitik pula.
Menutut Viljoen, et al. (1980) bahwa C thermocellum didapat setelah mengisolasi
dari kotoran kuda. Bakteri Clostridium thermocellum tersebar luas di alam,
habitatnya adalah bahan organik yang di dekomposisi. Clostridium
thermocellum dapat pula ditemukan di pengolahan limbah pertanian, saluran
pencernaan, lumpur, tanah, dan mata air panas . Clostridium thermocellum dapat
tumbuh di lingkungan anaerobiosis dan temperatur termofilik. Suhu optimum
untuk pertumbuhan adalah 60-64 °C dan pH optimum berkisar 6,1-7,5.
c. Zymomonas mobilis dapat mengubah gula menjadi etanol melalui
fermentasi lebih cepat dari ragi dan tahan terhadap konsentrasi etanol yang tinggi.
Jadi, akan lebih menguntungkan jika enzim-enzim yang digunakan untuk reaksi
hidrolisis pati dan selulosa dapat dimasukkan ke dalam bakteri Zymomonas
mobilis, sehinggal gula yang dihasilkan dapat langsung difermentasi menjadi
etanol.

2.3 Pembuatan Bioetanol


Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses,
yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Destilasi (Pemurnian).
9

Flowsheet Pembuatan Bioetanol

Gambar 2.1 Flowsheet Pembuatan Bioetanol


A. Persiapan bahan baku
Persiapan bahan baku dilakukan untuk mendapatkan glukosa. Glukosa
diperoleh melalui 2 tahap yaitu delignifikasi dan hidrolisa. Pada tahap
delignifikasi akan menghasilkan selulosa. Selulosa akan diproses lebih lanjut
dengan proses hidrolisa sehingga akan dihasilkan glukosa. Untuk bahan molase
(tetes) dapat langsung ditambahkan yeast (ragi) tanpa perlu melalui proses
delignifikasi dan hidrolisis.
1. Delignifikasi
Dalam proses pembuatan bioetanol lignin merupakan salah satu bagian
yang mengayu dari tanaman seperti janggel, kulit keras, biji, bagian serabut kasar,
akar, batang dan daun. Lignin mengandung substansi yang kompleks dan
merupakan suatu gabungan beberapa senyawa yaitu karbon, hidrogen dan
oksigen. Pada tahap delignifikasi ini akan dihasilkan selulosa. Selulosa
merupakan polisakarida yang didalamnya mengandung zat-zat gula. Proses
10

pemisahan atau penghilangan lignin dari serat-serat selulosa disebut delignifikasi


atau pulping.
Proses pemisahan lignin dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
i. Cara mekanis
ii. Cara kimia
iii. Cara semikimia
2. Hidrolisa
Prinsip dari hidrolisis pati ini pada dasarnya adalah pemutusan rantai
polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa (C6H12O6). Pemutusan rantai polimer
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode, misalnya secara enzimatis,
kimiawi ataupun kombinasi keduanya. Hidrolisis secara enzimatis memiliki
perbedaan mendasar dibandingkan hidrolisis secara kimiawi dan fisik dalam hal
spesifitas pemutusan rantai polimer pati. Hidrolisis secara kimiawi dan fisik akan
memutus rantai polimer secara acak, sedangkan hidrolisis enzimatis akan
memutus rantai polimer secara spesifik pada percabangan tertentu. Sedangkan
untuk pembuatan etanol dengan bahan baku selulosa, hidrolisisnya meliputi
proses pemecahan polisakarida di dalam biomassa lignoselulosa, yaitu: selulosa
dan hemiselulosa menjadi monomer gula penyusunnya.
Hidrolisis sempurna selulosa menghasilkan glukosa, sedangkan
hemiselulosa menghasilkan beberapa monomer gula pentose (C5) dan heksosa
(C6). Hidrolisis dapat dilakukan secara kimia (asam) atau enzimatik. Meskipun
demikian, produk akhir etanol yang dimaksudkan merupakan konversi dari
glukosa yang didapat baik dari pati maupun selulosa. Di dalam metode hidrolisis
asam, biomassa lignoselulosa dipaparkan dengan asam pada suhu dan tekanan
tertentu selama waktu tertentu, dan menghasilkan monomer gula dari polimer
selulosa dan hemiselulosa. Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis
asam antara lain adalah asam sulfat (H2SO4), asam perklorat, dan HCl. Asam
sulfat merupakan asam yang paling banyak diteliti dan dimanfaatkan untuk
hidrolisis asam. Hidrolisis asam dapat dikelompokkan menjadi: hidrolisis asam
pekat dan hidrolisis asam encer (Taherzadeh & Karimi,
11

2007). Hidrolisa merupakan proses antara reaktan dengan menggunakan air


supaya suatu persenyawaan pecah atau terurai. Reaksi hidrolisa yaitu :
(C6H10O5)n + nH2O nC6H12O6
Selulosa Air Glukosa
Zat - zat penghidrolisa ada beberapa rnacam, yaitu air, asam, basa, dan enzim.
B. Fermentasi
Tahap selanjutnya pada produksi bioetanol adalah proses fermentasi.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal. Pada proses fermentasi penguraian bahan - bahan karbohidrat
tidak menimbulkan bau busuk dan menghasilkan gas karbondioksida. Suatu
fermentasi yang busuk merupakan fermentasi yang mengalami kontaminasi.
Fermentasi pembentukan alkohol dari gula dilakukan oleh mikroba.
Mikroba yamg biasa digunakan adalah Saccharomyces cereviseae. Perubahan
yang terjadi biasanya dinyatakan dalarn persamaan berikut:
C6H12O6 + Saccharomyces cereviseae 2 C2H5OH + 2 CO2
Gula sederhana + ragi (yeast) alkohol + karbondioksida
Yeast tersebut dapat berbentuk bahan murni pada media agar - agar atau
dalam bentuk yeast yang diawetkan (dried yeast). Misalnya ragi roti dengan dasar
pertimbangan teknik dan ekonomis, maka biasanya sebelum digunakan untuk
meragikan gula menjadi alkohol, yeast terlebih dahulu dibuat starter.
Tujuan pembuatan starter adalah :
1. Memperbanyak jumlah yeast, sehingga yang dihasilkan lebih banyak,
reaksi biokimianya akan berjalan dengan baik.
2. Melatih ketahanan yeast lerhadap kondisi must.
Untuk tujuan tersebut yang perlu diperhatikan adalah zat asam yang
terlarut. Karena itu botol pembuatan starter cukup ditutup dengan kapas atau
kertas saring, dikocok untuk memberi aerasi. Aerasi ini penting karena pada
pembuatan starter tidak diinginkan terjadinya peragian alkohol.
12

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + energi


C. Destilasi
Untuk memisahkan alkohol dari hasil fermentasi dapat dilakukan
dengan destilasi.Destilasi adalah metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik
didih. Proses ini dilakukan untuk mengambil alkohol dari hasil
fermentasi.Destilasi dapat dilakukan pada suhu 80°C, karena titik alkohol 78°C.
sedangkan titik didih air 100oC.
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit
operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori
bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik
didihnya. Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar
adalah air dan etanol).

2.4 Manfaat bioetanol


Etanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang mempunyai
kelebihan dibandingkan BBM. Berdasarkan siklus karbon, etanol dianggap lebih
ramah lingkungan karena CO2 yang dihasilkan oleh hasil buangan mesin akan
diserap oleh tanaman. Etanol dapat juga meningkatkan efisiensi pembakaran
karena mengandung 35% oksigen, selain itu juga etanol ramah lingkungan karena
emisi gas buangannya seperti kadar karbon monoksida, nitrogen oksida, dan gas-
gas lain rendah (19-25%). bensin premium memiliki angka oktan 88. Beberapa
keunggulan lain yang dapat diperoleh dari bioethanol sebagai bahan
bakar adalah nilai oktan yang tinggi menyebabkan campuran bahan bakar terbakar
tepat pada waktunya sehingga tidak menyebabkan fenomena knocking,
pembakaran tidak menghasilkan partikel timbal dan benzena yang bersifat
karsinogen, serta mempunyai efisiensi yang tinggi dibandingkan bensin,
mengurangi emisi fine-particulates yang membahayakan kehidupan manusia.
13

Akan tetapi penggunaan bioetanol sebagai pengganti bahan bakar minyak


memunyai kelemahan yaitu mesin memerlukan modifikasi terlebih dahulu jika
ingin meenggunakan etanol murni pada kendaraan dan juga ada kemungkinan
etanol akan mengeluarkan emisi polutan beracun.
Selain dapat menggantikan fungsi dari bahan bakar minyak bioetanol juga
mempunyai banyak manfaat lainnya, yaitu Sebagai bahan dasar minuman
beralkohol , sebagai bahan kimia dasar senyawa organic, pelarut untuk parfum,
cat dan larutan obat, antidote beberapa racun, sebagai antiseptic, pengobatan
untuk mengobati depresi dan obat bius dan digunakan untuk pembuatan beberapa
deodorant

2.5 Dampak Pembuatan Bioetanol


Dampak positif-negatif dari pembuatan bioetanol terhadap lingkungan
produksi bioetanol dari tanaman dan penggunaannya pada mesin mobil akan
menciptakan siklus karbondioksida yang berarti akan mengurangi laju pemanasan
global dan pembakaran yang lebih sempurna ketika dicampur etanol 10% saja
akan memperbaiki kualitas udara di kota-kota padat lalu lintas bioetanol menjadi
pilihan yang paling murah.
Sisi negatifnya produksi bioetanol secara besar-besaran berpotensi
menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati melalui monokultur bahan baku
berikut praktek-praktek pertanian yang merusak kualitas lahan.
14

BAB III
TUGAS KHUSUS
(DISTILASI)
3.1 Pengertian Distilasi
Pengertian destilas i adalah proses pemisahan dua senyawa atau lebih
dalam campuran dengan menggunakan perbedaan sifat volatilitas (kecenderungan
suatu senyawa untuk berubah wujud dari cair menuju gas) dari element-element
campuran tersebut.
Definisi distilasi di sini merujuk pada proses yang akan berlangsung yaitu
perubahan dari cair menjadi gas (menguap) dan perubahan dari gas menjadi cairan
(kondensasi).
Semua proses yang terjadi dalam destilasi merupakan perubahan fisika, tanpa
melibatkan reaksi kimia.

Prinsip Kerja Destilasi


Terdapat prinsip destilasi yaitu : ”Jika suatu zat dalam larutan tidak sama-
sama menguap, maka uap larutan akan mempunyai komponen yang berbeda
dengan larutan aslinya”. jika salah satu zat menguap maka pemisahannya akan
terjadi sempurna. tetapi jika kedua zat tersebut menguap maka pemisahannya akan
hanya terjadi sebagian tetapi destilat atau produk akan menjadi kaya dapat sebuah
komponen daripada larutan aslinya.

3.2 Fungsi Destilasi


Fungsi destilasi ialah untuk memisahkan larutan ke dalam beberapa
komponennya atau suatu metode pemisahan bahan kimia yang berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap. Prinsip destilasi ialah didasarkan
dari perbedaan titik didih komponen zatnya.
15

Gambar 3.1 Ragkaian alat distilasi sederhana

Bagian-Bagian alat destilasi dan fungsinya


1. Sumber panas (heater)
2. Labu destilasi untuk sampel
3. Tabung penghubung
4. Termometer (pengukur suhu)
5. Kondensor
6. Air pendingin masuk
7. Air pendingin keluar
8. Labu alas bulat hasil pemisahan
9. Gas inlet
10. Tabung penghubung
11. Kontrol panas
12. Kontrol kecepatan pengaduk (magnet stirer)
13. Pengaduk / panas plate
14. Bath pemanas (Minyak/ pasir)
15. Magnet stirer
16. Bath pendingin
16

3.3 Tujuan Destilasi


Tujuan destilasi adalah untuk memurnikan zat cair pada titik didihnya dan
memisahkan cairan dari zat padat. Uap yang yang dibuang dari campuran sebagai
uap bebas. Konsentrat yang hilang sebagai destilat serta bagian cair yang tidak
menguap sebagai residu. apabila yang dikehendaki adalah bagian campurannya
yang tidak teruapkan maka proses tersebut dinamai dengan pengentalan dengan
evaporasi.
17

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Bioethanol dihasilkan karena proses fermentasi gula dari karbohidrat
dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol berasal dari sumber
hayati yaitu dari karbohidrat yang potensial sebagai bahan baku seperti tebu, nira
sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, sagu, jagung, jerami, bonggol jagung dan kayu.
Bakteri pada pembuatan bioetanol terbentuk pada proses fermentasi dengan
menggunakan yeast. Mikroba yang dapat digunakan dalam pembuatan etanol
adalahSaccharomyces cerevisiae, Clostridium thermocellum, dan Zymomonas
mobilis. Produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu:
Persiapan Bahan baku, fermentasi, dan destilasi (pemurnian).
Secara umum bioethanol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, bahan dasar
minuman beralkohol, bahan kimia dasar senyawa organik, dan dimanfaatkan
dalam industri farmasi dan kosmetik
4.2 Saran
Dari pembuatan makalah ini, diharapkan pembaca dapat menambah
pengetahuan mengenai pembuatan bioetanol. Serta dapat mensosialisasikan dalam
kehidupan bermasyarakat.
18

DAFTAR PUSTAKA

http://energibio.wordpress.com/category/bioetanol/bioetanol-sejarah-dan-umum/

http://www.neraca.co.id/harian/article/15370/Sejarah.Pemanfaatan.Bioetanol

http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2013/04/13/rekayasa-jalur-bioetanol

http://www.indoenergi.com/2012/04/keunggulan-dan-kelemahan-bahan-bakar

http://tombomumet.wordpress.com/2011/03//keunggulandankelemahanbioethanol

http://makalahbioproseskelompokdua.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai