Anda di halaman 1dari 28

i

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,


karena atas berkat dan rahmat-Nya, Buku Panduan
Pembuatan Green Hand Sanitizer dari Tongkol Jagung dapat
kami selesaikan. Buku ini dibuat dengan maksud agar
mampu menjadi panduan dalam pembuatan hand sanitizer
dari tongkol jagung bagi masyarakat Desa Kawengan
maupun berbagai pihak yang ingin menerapkan pembuatan
hand sanitizer dari tongkol jagung.
Buku ini akan memberikan informasi secara lengkap
mengenai pembuatan hand sanitizer dari tongkol jagung
yang diharapkan mampu mengurangi limbah pertanian
khususnya tongkol jagung.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam penulisan buku panduan ini.
Kami juga sadar bahwa buku ini jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, kami meminta dukungan dan masukan dari
para pembaca agar kedepannya buku ini mampu memberikan
maanfaat yang maksimal.
Bojonegoro, 15 Juli 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................. iii
MENGENAL BIOETANOL .................................................... 1
A. Apa Sih Bioetanol?................................................................. 1
B. Sejarah Bioetanol ................................................................... 2
C. Karakteristik Bioetanol ......................................................... 3
D. Bahan Baku Bioetanol ........................................................... 4
BIOMASSA UNTUK BIOETANOL ...................................... 5
A. Apa Itu Biomassa? ................................................................. 5
B. Biomassa Lignoselulosa ......................................................... 6
C. Sumber Biomassa Lignoselulosa dan Potensinya ............... 10
D. Peluang dan Tantangan Konversi Biomassa ...................... 12
PROSEDUR PEMBUATAN BIOETANOL DARI
TONGKOL JAGUNG ............................................................... 14
A. Persiapan Bahan Baku ........................................................ 14
B. Pretreatment (Perlakuan Awal) .......................................... 15
C. Hidrolisis .............................................................................. 17
D. Fermentasi............................................................................ 18
E. Destilasi (Penyulingan) ........................................................ 19
PEMBUATAN HAND SANITIZER ................................... 20
A. Apa Itu Hand Sanitizer?....................................................... 20
B. Prosedur Pembuatan Hand Sanitizer .................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 22

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bioetanol ............................................................. 1


Gambar 2 Rumus Bangun Bioetanol ................................... 3
Gambar 3 Ilustrasi Biomassa ............................................... 5
Gambar 4 Struktur Selulosa ................................................. 7
Gambar 5 Struktur Gula Penyusun Hemiselulosa ............... 8
Gambar 6 Struktur Lignin .................................................... 9
Gambar 7 Limbah Tongkol Jagung di Desa Kawengan .... 12
Gambar 8 Pengecilan Tongkol Jagung .............................. 14
Gambar 9 Fermentor Sederhana ........................................ 19
Gambar 10 Alat Destilasi Sederhana ................................ 19
Gambar 11 Hand Sanitizer ................................................. 20

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kandungan Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin .. 12

iii
SATU
MENGENAL BIOETANOL

A. Apa Sih Bioetanol?


Bioetanol adalah etanol atau etil alkohol yang dibuat dengan
teknik fermentasi tumbuh-tumbuhan dengan rumus kimia
C2H5OH. Bioetanol merupakan senyawa kimia yang banyak
fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam indutri kimia,
bioetanol digunakan sebagai bahan baku untuk asam asetat,
etil asetat, asetaldehid, industri minuman keras, industri
anggur, soft drink, dll.

Gambar 1 Bioetanol
Sumber: energia.roams.es

1
Bioetanol juga digunakan sebagai pelarut pada industri-
industri farmasi, kosmetik, rokok, pembekuan dan
pengawetan ikan, industri minyak atsiri dan minyak makan
nabati, dan juga sebagai desinfektan dan antiseptik dalam
dunia kesehatan.
Akan tetapi, penggunaan bahan nabati yang mengandung
pati/glukosa untuk pembuatan bioetanol menimbulkan
persaingan antara pemanfaatan komoditas ini untuk pangan,
untuk sumber energi, dan untuk antiseptik. Jika sebagai
sumber energi, komoditas tersebut harus melalui proses
konversi menjadi etanol yang selanjutnya digunakan sebagai
substitusi bahan bakar minyak, sama halnya untuk antiseptik
yang memerlukan proses konversi menjadi etanol.
B. Sejarah Bioetanol
Bioetanol telah digunakan sejak zaman dahulu untuk bahan
minuman beralkohol. Dalam perkembangannya, campuran
bioetanol yang mendekati kemurnian ditemukan oleh
kimiawan muslim yang mengembangkan proses distilasi
pada masa Khalifah Abbasid, dengan peneliti yang popular,
yaitu Jabir Ibn Hayyan (Geber), al-Kindi (Alkindus), dan al-
Razi (Rhazes). Etanol sebagai bahan bakar diketahui melalui
catatan Jabir Ibn Hayyan (721-815 M) yang menyebutkan
bahwa uap wine yang mendidih mudah terbakar. Sementara
itu, al-Kindi (801-873 M) menjelaskan proses destilasi wine.
Bioetanol mutlak baru didapatkan pada 1796 oleh Johann
Tobias Lowitz yang menggunakan saringan arang.
Bioetanol pertama kali dibuat secara sintesis pada 1829 di
Inggris oleh Henry Hennel dan S.G. Serullas di Prancis. Pada
1828, Michael Faraday membuat etanol dengan hidrasi etilen
menggunakan katalis asam. Proses inilah yang kemudian di

2
gunakan dalam produksi etanol sintetis hingga saat ini.
Antoine Lavoisier menggambarkan etanol sebagai senyawa
yang terbentuk dari karbon, hydrogen, dan oksigen. Pada
1808, Nicolas Theodore de Saussure menentukan rumus
kimia etanol, yakni C2H5OH. Pada1858, Archibald Scott
Couper menerbitkan rumus bangun etanol.

Gambar 2 Rumus Bangun Bioetanol


Sumber: wikipedia.org
Etanol sering disingkat menjadi EtOH. “Et” adalah singkatan
dari gugus etil (C2H5) dan hidroksil –(OH). Rumus molekul
etanol adalah C2H5OH, rumus empirisnya C6H6O, dan rumus
bangunnya CH3-CH2-OH. Etanol tidak berwarna dan tidak
beracun, tetapi memiliki bau yang khas.

C. Karakteristik Bioetanol
Bioetanol memiliki karakteristik yang sama dengan etanol,
karena sejatinya etanol dan bioetanol hanya dibedakan oleh
bahan baku. Bioetanol bersifat mudah menguap, mudah
terbakar, larut dalam air, tidak karsinogenik, dan tidak
berdampak negatif pada lingkungan. Bioetanol memiliki
berat molekul 46,07 g/mol, titik didih 78,15 ̊C, titik beku -
144,1 ̊C, massa jenis 0,79360 kg/L (15 ̊C) – 0,78937 kg/L
(20 ̊C) – 0,78504 kg/L (25 ̊C), serta indeks bias 1,36143
(20 ̊C) – 1,35941 (25 ̊C).

3
D. Bahan Baku Bioetanol
Sesuai dengan namanya, bioetanol merupakan etanol yang
berasal dari tumbuhan yang berpotensi untuk menghasilkan
glukosa yang nantinya dapat dikonversi menjadi etanol. Di
ASEAN, tetes tebu (molase) dan ubi kayu (singkong)
menjadi bahan baku utama bioetanol, Thailand menjadi
negara produsen terbesar (menghasilkan 1370 juta barel pada
2017) dan diikuti oleh Filipina (menghasilkan 271 juta barel
pada 2017). Namun sebetulnya tidak hanya tetes tebu dan ubi
kayu saja yang dapat digunakan sebagai bahan baku
bioetanol. Dalam pembuatan bioetanol, terdapat beberapa
jenis bahan baku nabati yang dapat digunakan:
a. Bahan yang mengandung pati, seperti singkong, ubi jalar,
biji jagung, tepung, biji sorgum, biji chantel, ubi garut,
dll.
b. Bahan yang mengandung gula, seperti molase (tetes
tebu), nira tebu, nira kelapa, nira aren, nira lontar, dll.
c. Bahan selulosa, seperti jerami padi, ampas tebu, tongkol
jagung, dll.

4
DUA
BIOMASSA UNTUK BIOETANOL

A. Apa Itu Biomassa?


Biomassa dalam industri produksi energi, merujuk pada
bahan biologis yang hidup atau baru mati yang dapat
digunakan sebagai sumber bahan bakar atau untuk produksi
industrial. Ada pula yang mengartikan biomassa sebagai
bahan organik yang dihailkan melalui proses fotosintesis,
baik berupa produk maupun buangan yang dikonversikan
menjadi energi dengan berbagai macam proses
pengkonversian. Adapun conoh biomassa antara lain
tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah
hutan, dan lain sebagainya.

Gambar 3 Ilustrasi Biomassa


Sumber: cangkangsawit.id

5
B. Biomassa Lignoselulosa
Indonesia sebagai negara agraris tentunya memiliki lahan
yang luas di sektor pertanian sehingga memiliki potensi
biomassa yang besar pula, terutama biomassa lignoselulosa.
Hal ini dihasilkan dari aktivitas pertanian, perkebunan, dan
pengolahan pascapanen, baik sebagai limbah maupun
sebagai hasil samping. Potensi biomassa ini belum digunakan
secara optimal dan umumnya hanya digunakan sebagai
mulsa (penutup lahan pertanian/perkebunan) atau dibakar di
udara terbuka sehingga mampu menghasilkan emisi karbon.
Tanaman berlignoselulosa dapat dibagi menjadi tiga
kelompok besar. Pertama, kelompok kayu keras (hardwood),
contohnya kayu jati dan mahoni. Kedua, kelompok kayu
lunak (softwood), contohnya kayu pinus. Ketiga, kelompok
tanaman herbaceous, contohnya rumput-rumputan dan
jagung. Biomassa lignoselulosa terdiri atas komponen
selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang mampu membentuk
struktur yang disebut mikrofibril, yang kemudian bergabung
menjadi makrofibril. Struktur inilah yang menyebabkan
dinding sel tanaman menjadi stabil dan kuat.
1. Selulosa
Selulosa adalah karbohidrat alami yang termasuk golongan
polisakarida dan menjadi komponen utama dalam setiap
struktur tanaman. Selulosa terdiri atas unit monomer D-
glukosa yang terikat melalui ikatan β-1-4-glikosidik. Derajat
polimerasi (DP) selulosa bervariasi antara 7.000-15.000 unit
glukosa, tergantung bahan asalnya.

Selulosa cenderung membentuk mikrofibril melalui ikatan


inter dan intramolekuler sehingga memberikan ikatan kuat

6
dan struktur yang sukar larut. Mikrofibril dari selulosa terdiri
atas dua tipe, yaitu kristalin dan amorf. Kristalin dari selulosa
merupakan struktur yang semua atomnya memiliki posisi
tetap. Kumpulan kristalin selulosa merupakan susunan
microfibril yang tersusun kuat dan secara alami mencegah
penetrasi molekul yang lebih kecil, seperti air. Hal ini
mengakibatkan selulosa sukar larut dalam air walaupun
dengan pelarut organik. Selain itu, selulosa tidak dapat
dicerna manusia dan mamalia.

Gambar 4 Struktur Selulosa


Sumber: Biocyclopedia.com
Struktur amorf pada selulosa memiliki susunan yang tidak
teratur. Efek dari struktur serat selulosa heterogen ini
menyebabkan hanya Sebagian kecil serat selulosa yang dapat
dipenetrasi oleh molekul lebih besar, seperti enzim. Makhluk
hidup yang mampu mencerna selulosa adalah makhluk hidup
yang menghasilkan enzim selulase, misalnya jamur, bakteri,
dan invertebrate seperti rayap.
2. Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan heteropolisakarida rantai cabang
dari polisakarida. Hemiselulosa memiliki rantai utama lurus
yang tersusun atas silosa, dan rantai cabang yang tersusun
atas gula pentosa (C5) dan gula heksosa (C6). Gula pentosa

7
terdiri atas D-silosa dan D-arabinose, sementara gula heksosa
terdiri atas D-glukosa, D-mannosa, dan D-galaktosa, dengan
struktur seperti gambar 5.

Hemiselulosa memiliki karakteristik yang berbeda dengan


selulosa. Bobot molekul hemiselulosa lebih kecil, lebih
mudah menyerap air, bersifat plastis, dan mempunyai
permukaan kontak antarmolekul yang lebih luas daripada
selulosa.

Gambar 5 Struktur Gula Penyusun Hemiselulosa


Sumber: Biocyclopedia.com
Ikatan dalam rantai hemiselulosa banyak bercabang karena
gugus β-glukosida dalam molekul yang satu berikatan
dengan gugus hidroksil C2, C3, dan C4 dari molekul yang
lain. Derajat polimerisasi dari hemiselulosa antara 20 sampai
300.
Serat hemiselulosa berbentuk amorf dan tidak membentuk
daerah kristalin. Hal ini menyebabkan hemiselulosa lebih

8
mudah dihidrolisis menjadi gula. Hidrolisis hemiselulosa
dengan asam kuat encer akan menghasilkan gula heksosa dan
pentosa, seperti silosa, arabinose, dan sedikit glukosa.
Hidrolisis lebih lanjut akan menghasilkan furfural dan
produk terdekomposisi lainnya. Gula pentosa (C5) sulit
difermentasi menjadi etanol. Oleh karena itu, diperlukan
enzim dan ragi yang spesifik untuk mengonversi
hemiselulosa menjadi etanol.
3. Lignin

Gambar 6 Struktur Lignin


Sumber: Biocyclopedia.com
Lignin merupakan senyawa polimer yang berikatan dengan
selulosa dan hemiselulosa pada jaringan tanaman. Lignin
berfungsi sebagai perekat sehingga memiliki sifat yang kuat,
kaku, dan keras pada struktur tanaman. Lignin bukan
polisakarida, melainkan senyawa polimer tiga dimensi yang
terdiri atas fenilphropanoid berupa unit guasil (G) dari
prekursor trans koniferil alkohol, unit siringil (S) dari

9
prekursor trans sinafil alkohol, dan unit p-hidroksil fenil (H)
dari prekursor trans p-kumaril alkohol. Ketiganya
dihubungkan dengan beberapa ikatan berbeda antara ikatan
C-O-C dan C-C. Secara alamiah, lignin berfungsi melindungi
komponen lain. Jika masih ada lignin, tidak mudah
menghidrolisis selulosa dan hemiselulosa. Ketahanan
terhadap hidrolisis ini disebabkan oleh adanya ikatan eter.
Lignin adalah polimer dari gugus aromatik dan bukan
merupakan polimer gula. Lignin dan monomernya tidak bisa
difermentasi menjadi bioetanol. Pada proses konversi
biomassa lignoselulosa menjadi bioetanol, lignin menjadi
penghalang dalam proses hidrolisis. Oleh karena itu,
perlakuan awal untuk menghancurkan ikatan lignin agar
konversi polisakarida menjadi bioetanol optimal.

C. Sumber Biomassa Lignoselulosa dan Potensinya


Biomassa dapat diklasifikasikan menjadi enam jenis
berdasarkan sumbernya:
1. Limbah hutan, seperti ranting dan daun;
2. Limbah pertanian, contohnya sekam padi dan jerami;
3. Limbah domestik, misalnya limbah organik perkotaan;
4. Limbah energi, seperti pohon jarak;
5. Limbah industri, contohnya ampas gergaji dan potongan
kayu;
6. Limbah kelautan dan perikanan, seperti rumput laut dan
alga.
Pembahasan sumber biomassa di sini difokuskan pada
biomassa limbah pertanian yang berpotensi untuk
digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Limbah pertanian
adalah bagian dari tanaman pertanian yang tersisa setelah

10
dipanen atau diambil hasil utamanya. Limbah pertanian
dapat digolongkan menjadi empat kelompok sebagai berikut.
a) Limbah pertanian prapanen, contohnya daun, ranting,
dan buah yang gugur.
b) Limbah pertanian saat panen, seperti jerami padi dan
batang jagung.
c) Limbah pertanian pascapanen, misalnya kulit kacang
dan kulit buah.
d) Limbah industri pertanian, contohhnya tongkol jagung.

Dari banyaknya komoditas pertanian di Indonesia, tanaman


pertanian yang paling banyak tersebar di Indonesia, yaitu
padi dan jagung.
1. Limbah Padi
Limbah tanaman padi yang cukup besar adalah jerami dan
sekam padi. Jerami padi tersedia dalam jumlah cukup
banyak dibandingkan limbah pertanian lainnya. Pada
pertanian tradisional, jerami padi umumnya dibakar di
persawahan sebagai sumber mineral tanah. Selain itu, jeram
padi juga digunakan sebagai tambahan untuk pakan ternak
dan pulp kertas. Komponen limbah padi terdiri atas selulosa,
hemiselulosa, dan lignin yang dapat dilihat pada tabel 1.
2. Limbah Jagung
Jagung merupakan tanaman semusim yang dapat
dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Oleh karena
itu, hampir semua provinsi di Indonesia memiliki
perkebunan jagung dengan tingkat produksi yang berbeda.
Tanaman jagung menghasilkan limbah yang terdiri atas
25,65% kulit jagung, 3,48% tangkai jagung, dan 36,69%
tongkol jagung. Limbah jagung mengandung selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Tongkol jagung memiliki
kandungan selulosa dan hemiselulosa yang lebih tinggi jika

11
dibandingkan dengan limbah jagung lain sehingga lebih
berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku bioetanol.

Gambar 7 Limbah Tongkol Jagung di Desa Kawengan


Sumber: Tim PKM-PM

Tabel 1 Kandungan Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin


Tipe Selulosa Hemiselulosa Lignin
Jerami Padi 37-41% 25-30% 15-24%
Sekam Padi 35-39% 13-17% 26-31%
Tongkol Jagung 39-43% 29-33% 18-26%
D. Peluang dan Tantangan Konversi Biomassa
Konversi biomassa menjadi bioetanol memiliki peluang yang
besar karena jika dilihat dari kuantitas bahan baku, jumlah
limbah biomassa yang mampu dijadikan bioetanol sangat
melimpah. Pemanfaatan limbah seperti ini juga perlu
dilakukan mengingat limbah yang dihasilkan berjumlah
besar yang jika tidak dimanfaatkan akan mencemari
lingkungan. Selain itu, jika limbah dimanfaatkan juga akan
lebih menguntungkan dari sisi lingkungan maupun ekonomi
karena mampu mengurangi potensi pencemaran dan
memperbesar nilai jual dari produk yang dihasilkan.
Adapun tantangan yang harus dihadapi, yaitu kendala teknis
dan ekonomi dalam pengkonversian biomassa menjadi

12
bioetanol. Kendala teknis yang harus dihadapi, seperti
kurang matang/lengkapnya sumber metode yang digunakan
atau dijadikan acuan sehingga mampu menghasilkan hasil
yang berbeda dari literatur. Untuk kedala ekonomi, seperti
mahalnya alat destilasi dan bahan-bahan tambahan untuk
pembuaan (enzim, asam, basa, dll). Oleh karena itu, perlu
dilakukan banyak riset dan pengembangan agar dapat
menghasilkan teknologi konversi biomassa yang efisien dan
ekonomis.

13
TIGA
PROSEDUR PEMBUATAN
BIOETANOL DARI TONGKOL
JAGUNG

A. Persiapan Bahan Baku


Setelah tongkol jagung terkumpul, ukuran tongkol jagung
diperkecil terlebih dahulu. Untuk pengecilan ukuran dapat
dilakukan dengan pemotongan menggunakan pisau atau
dengan ditumbuk. Tongkol jagung yang ukurannya telah
kecil tersebut selanjutnya digiling hingga menyerupai
serbuk.

Gambar 8 Pengecilan Tongkol Jagung


Sumber: Tim PKM-PM

14
Tujuan memperkecil ukuran tongkol jagung, yaitu agar
proses konversi gula dan alkohol berjalan dengan sempurna.
Untuk itu memperluas ukuran permukaan bahan sangat
diperlukan. Lalu, tongkol jagung yang telah digiling diayak
dengan ayakan ukuran 40 mesh dan melalui proses
pretreatment (perlakuan awal).
B. Pretreatment (Perlakuan Awal)
Perlakuan awal pada biomassa lignoselulosa dapat dilakukan
dengan menambahkan bahan kimia yang bertujuan untuk
mendegradasi salah satu komponen yang ada, tergantung dari
bahan kimia yang digunakan. Biasanya bahan kimia yang
digunakan bersifat asam atau basa/alkali.
1. Perlakuan awal menggunakan asam
Proses perlakuan awal menggunakan asam akan
menghidrolisis Sebagian besar hemiselulosa dan menyisakan
banyak selulosa dan lignin. Proses ini umumnya dilakukan
dengan cara menambahkan larutan asam pada sari tongkol
jagung, kemudian dilakukan pemanasan pada rentang
temperatur 140-100 ̊C. Pada umumya metode perlakuan awal
menggunakan asam sulfat (H2SO4) atau asam klorida (HCl)
dengan konsentrasi rendah (0,5-6%) selama 30-60 menit.
Selain itu, metode ini dapat juga dilakukan dengan
menggunakan asam (misal H2SO4) dengan konsentrasi tinggi
(>6%) selama beberapa menit. Adapun kekurangan dari
perlakuan awal dengan menggunakan larutan asam kuat,
yakni mampu menghasilkan produk samping, seperti furfural
dan hidroksi metal furfural (HMF) yang dapat menghampat
proses fermentasi. Untuk mengatasi hal ini, temperature
moderat (121̊C) dapat dipilih. Selain itu, pemberian kalsium

15
hidroksida untuk detoksifikasi juga dapat dilakukan, tetapi
memerlukan biaya tambahan.
2. Perlakuan awal menggunakan basa/alkali
Proses perlakuan awal kimia menggunakan alkali bertujuan
mengurangi kandungan lignin, senyawa grup asetil dan
melarutkan sedikit hemiselulosa. Pada proses ini, ikatan-
ikatan silang, seperti ikatan lignin dengan hemiselulosa akan
hilang. Akibatnya, porositas bahan lignoselulosa meningkat.
Larutan alkali (NaOH) dengan konsentrasi rendah
mengakibatkan bahan lignoselulosa mengembang sehingga
luas permukaan internal meningkat, derajat polimerisasi
menurun, derajat kristalinitas berkurang, kemudian
menyebabkan pemisahan ikatan antara lignin dan karbohidrat
serta pemecahan struktur lignin.

Pada proses perlakuan awal, untuk tongkol jagung digunakan


metode perlakuan awal menggunakan basa/alkali dengan
jenis natrium hidroksida (NaOH) konsentrasi 10%
sebanyak 10 mL per gram berat tongkol jagung dengan cara
perendaman selama 28 jam.

Ion OH- dari NaOH akan memutuskan ikatan-ikatan dari


struktur dasar lignin, sedangkan ion Na+ akan berikatan
dengan lignin membentuk natrium fenolat. Garam fenolat ini
bersifat mudah larut. Lignin yang terlarut ditandai dengan
warna hitam pada larutan yang disebut lindi hitan
(blackliquor). Berdasarkan hal tersebut, NaOH mampu
memisahkan lignin dari selulosa.

Selanjutnya, dikeringkan di bawah sinar matahari.

16
C. Hidrolisis
Pada tahap hidrolisis, selulosa dan hemiselulosa diubah
menjadi gula sederhana. Bahan kimia yang digunakan pada
proses hidrolisis adalah asam. Asam yang dapat digunakan
untuk hidrolisis seperti asam sulfat, asam klorida, asam
fluorida, asam fosfat, asam nitrat, dan asam format.
Namun, hidrolisis murni terjadi sangat lambat sehingga
membutuhkan katalisator yang dapat mempercepat reaksi.
Katalisator dapat menggunakan enzim selulase yang
memiliki kondisi optimum pada suhu 20 – 50 ̊C dan pH
optimumnya adalah 4 – 5, sedangkan pH stabilnya 4 – 6.
Serbuk tongkol jagung yang telah di pretreatment disiapkan
sebagai substrat dengan konsentrasi 10% (%w/w) dan
dimasukkan dalam wadah yang berisi 250 mL akuades.
Setelah itu diatur pH-nya menggunakan HCl (asam klorida)
hingga pH=6, kemudian ditambahkan larutan buffer untuk
menjaga pH.
𝑤 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% = × 100%
𝑤 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Misalnya serbuk tongkol jagung setelah pretreatment
sebanyak 5 gram, maka:
5
10% = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
massa larutan sebanyak:
5
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = × 100%
10%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 = 50
Jadi, total serbuk tongkol jagung dan air seberat 50 gram.

17
Lalu, dipanaskan untuk mencapai suhu operasi 50 ̊C dan
dibantu dengan pengadukan agar menjadi homogen dan
ditambahkan enzim selulase sebanyak 10% dari volume
pelarut dengan diiringi pengadukan selama 150 menit.
Dari proses ini yang terbentuk nantinya adalah glukosa.
Glukosa yang terbentuk, selanjutnya akan melewati proses
fermentasi agar menjadi etanol.

D. Fermentasi
Pada proses pembuatan bioetanol wajib melalui proses
fermentasi yang bertujuan untuk mengubah gula sederhana
(glukosa dan Sebagian fruktosa) menjadi etanol. Reaksi
pembentukan etanol terjadi karena adanya aktivitas adari
mikrob pada substrat. Mikrob akan menggunakan materi
yang mengandung karbon seperti glukosa untuk proses
metabolismenya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Saccharomyces cerevisiae
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2
Glukosa Etanol Karbon dioksida
Pada proses ini dilakukan penambahan (NH4)2HPO4 /
MgSO4 sebanyak 0,9 gram per 10 gram berat limbah jagung
dan Saccharomyces cerevisiae (fermipan) sebanyak 1 gram
per 10 gram berat limbah tongkol jagung. Setelah itu
dilakukan pengadukan agar homogen (tercampur merata).
Proses fermentasi ini memerlukan peran dari bakteri anaerob.
Bakteri anaerob merupakan bakteri yang tumbuh dalam
Susana krang atau tanpa oksigen (O2). Oleh karena itu, saat
proses fermentasi diusahakan dalam kondisi/lingkungan
yang tidak terlalu banyak/tanpa oksigen (O2).

18
Setelah tercampur rata, campuran dimasukkan ke fermentor
dan dibiarkan hingga 3-5 hari.

Gambar 9 Fermentor Sederhana


Sumber: Tim PKM-PM

E. Destilasi (Penyulingan)
Destilasi atau lebih umum dikenal dengan istilah
penyulingan dilakukan untuk memisahkan etanol dalam
cairan hasil fermentasi. Dalam proses destilasi digunakan
prinsip kerja titik didih. Misalnya dalam pemisahan larutan
garam. Titik didih air lebih rendah daripada garam, maka
digunakan proses destilasi untuk menguapkan airnya dengan
cara dipanaskan hingga suhu 100 ̊C (titik didih air).
Cairan hasil fermentasi didestilasi menggunakan destilator
dengan suhu 78,37 ̊C (titik didih alkohol). Nantinya, etanol
akan menguap lebih dahulu daripada air (titik didih 100 ̊C).

Gambar 10 Alat Destilasi Sederhana


Sumber: Tim PKM-PM

19
EMPAT
PEMBUATAN HAND SANITIZER

A. Apa Itu Hand Sanitizer?


Hand sanitizer merupakan pembersih tangan yang memiliki
kemampuan antibakteri dalam menghambat hingga
membunuh kuman dan bakteri. Hand sanitizer sendiri
memiliki dua wujud, yaitu cair (spray) dan gel. Hand
sanitizer spray cenderung lebih cepat kering setelah
pengaplikasian daripada hand sanitizer gel. Cara
menggunakan hand sanitizer, yaitu dengan diaplikasikan
langsung pada kulit. Biasanya hand sanitizer yang beredar di
pasaran menggunakan alkohol sebagai bahan baku utamanya.
Alkohol yang digunakan minimal harus memiliki konsentrasi
60% agar mampu efektif membunuh kuman dan bakteri.

Gambar 11 Hand Sanitizer


Sumber: cleanipedia.com

20
B. Prosedur Pembuatan Hand Sanitizer
Pada awal COVID-19, World Health Organization (WHO)
membagikan pedoman pembuatan hand sanitizer sebagai
berikut.
Bahan-bahan:
a. Etanol 96%
b. Gliserol 98%
c. Hidrogen peroksida 3%
d. Bibit parfum (opsional)
Alat:
a. Gelas ukur 1000 mL
b. Beaker glass
c. Gelas ukur 50 mL
d. Gelas ukur 25 mL
e. Batang pengaduk
Prosedur pembuatan:
a. Etanol 96% sebanyak 833,3 mL dimasukkan ke dalam
gelas ukur 1000 mL.
b. Tambahkan 41,7 mL hidrogen peroksida 3%.
c. Gliserol 98% sebanyak 14,5 mL ditambahkan ke dalam
gelas ukur yang telah berisi etanol dan hidrogen
peroksida
d. Ditambahkan akuades hingga volume total mencapai
1000 mL.
e. Tambahkan bibit parfum bila perlu dan aduk hingga
homogen.

21
DAFTAR PUSTAKA

A., Dwi Ana, Dian Arif, and Noranda Jelfano. 2016.


"Pemanfaatan Limbah Hasil Panen Jagung untuk
Pembuatan Energi Alternatif yang Ramah
Lingkungan." SENIATI 7-14.
Gugule, Sanusi, Feti Fatimah, and Chaleb P. Maanari. 2019.
"Pemisahan dan Karakterisasi Etanol dari Nira Aren
(Arenga pinnata)." SENAKI 13-17.
Huda, Niamul. 2017. “Proses Pembuatan Bioetanol.”
repositori.kemdikbud.go.id.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2019.
Perkembangan Bioetanol G2: Teknologi da
Perspektif. Jakarta: LIPI Press.
Nur, Syukri M., dan Jusri Jusuf. 2014. Biomassa Bahan Baku
& Teknologi Konversi untuk Energi Terbarukan.
Bogor: PT Insan Fajar Mandiri Nusantara.
Sina, Nanda Widya Fibni, Asti Aprilya Sukmaria, dan Sri
Redjeki. 2020. “Studi Kinetika Reaksi Fermentasi
Selulosa Tongkol Jagung Menggunakan Enzim
Selulase Pada Reaktor Batch.” Journal of Chemical
and Process Engineering 1 (2): 14-19.
World Health Organization (WHO). 2009. WHO-
recommended hanrub formulations. Diakses 8 12,
2022.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK144
054/#!po=96.6667.

22
23

Anda mungkin juga menyukai