Anda di halaman 1dari 4

Panduan Praktik Klinis

Diagnosis Peyakit: Pneumotorax

No Dokumen : No Revisi :00 Halaman : 1 / 4

Ditetapkan
STANDAR TanggalTerbit : Direktur,
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr. EkoWahyu Agustin, MM
.
Pengertian Pneumothorax adalah akumulasi udara pada rongga pleura
disertai kolaps paru.
Pneumothorax berdasarkan penyebab terjadinya:
1. Artifisial atau iatrogenic: pneumothorax disebabkan
tindakan tertentu atau memang disengaja untuk tujan
tertentu (misal: terapi kolaps paru pada pasien
tuberculosis paru dengan batuk darah massif )
2. Traumatik: pneumothorax disebabkan jejas yang mengenai
dada (misal: peluru menembus dada dan paru, ledakan
bom, kecelakaan lalu lintas)
3. Spontan: pneumothorax yang terjadi spontan, seringkali
dida-patkan penyakit dasar penyebab (tuberculosis paru,
bronchitis kronis dengan kekambuhan akut, emfisema,
asma bronchial kronis yang mengalami serangan batuk,
kanker paru)
Pneumothorax berdasarkan lokalisasi :
1. Pneumothorax parietalis
2. Pneumothorax medialis
3. Pneumothorax basalis
Pneumothorax berdasarkan derajat kolaps :
1. Pneumothorax totalis
2. Pneumothorax parsialis
Pneumothorax berdasarkan jenis fistel :
1. Pneumothorax terbuka
2. Pneumothorax tertutup
3. Pneumothorax ventil/tension pneumothorax
Anamnesis  Keluhan terjadi dengan didahului factor pencetus atau
penyebab.
Pada pneumothorax spontan, sebagai pencetus atau
auslosend moment adalah batuk keras, bersin, mengangkat
barang berat, mengeja.
 Sesak nafas ringan sampai berat, sering mendadak dan
makin lama makin memberat.
 Nyeri dada ringan sampai berat, terutama pada sisi yang
sakit kadang disertai rasa berat dan tertekan. Terasa lebih
nyeri pada gerakan pernapasan.
 Batuk.
 Gagal nafas dan mungkin disertai sianosis.
Pemeriksaan Fisik  Tampak sesak ringan sampai berat tergantung
kecepatan udara yang masuk serta ada tidaknya klep.
Penderita bernapas tersengal, pendek-pendek
dengan mulut terbuka, seperti ikan hidup yang
berada di luar air.
 Sesak napas dengan/atau tanpa sianosis.
 Penderita tampak sakit mulai ringan sampai berat.
Badan tampak lemah dan dapat disertai syok. Bila
pneumothorax baru terjadi penderita berkeringat
dingin.
 Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan:
Inspeksi:
- Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit.
- Pada waktu respirasi, bagian yang sakit
gerakannya tertinggal.
- Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.
Palpasi:
- Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal
atau melebar.
- Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat.
- Fremitus suara melemah atau menghilang pada
sisi yang sakit.
Perkusi:
- Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai
timpani dan tidak menggetar.
- Batas jantung terdorong kea rah toraks yang
sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi.
Auskultasi:
- Pada bagian yang sakit, suara napas melemah
sampai menghilang.
- Suara napas terdengar amforik bila ada fistel
bronkopleura yang cukup besar pada
pneumothorax terbuka.
- Suara vocal melemah dan tidak menggetar serta
bronkofoni negative.
- “Coin Test”: ketokan dua mata uang logam, yang
satu ditempelkan di dada dan yang lain
diketokkan pada uang logam yang pertama.
Terdengar bunyi metalik yang dapat didengar
dengan telinga yang ditempelkan di punggung.
Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Kerja Pneumothorax
Diagnosis Banding 1. Pleurisi dan perikarditis
2. Infark miokard dan emboli paru
3. Bronkitis kronis dan emfisema
4. Hernia diafragmatika
5. Dissecting aneurysma aorta
Pemeriksaan  Pemeriksaan laboratorium: Darah Lengkap
Penunjang  Pemeriksaan radiologi: Foto toraks:
 Bagian pneumothorax akan tampak hitam, rata
dan paru kolaps akan tampak garis yang
merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang
kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi
berbentuk lobuler yang sesuai dengan lobus paru.
 Pada pneumothorax parsial dengan lokasi di
anterior atau posterior, batas garis kolaps
mungkin tidak terlihat. Bila diperlukan dapat
dilakukan foto toraks lateral.
 Perlu diamati ada tidaknya pendorongan. Apabila
ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru
yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi
pneumothorax ventil dengan tekanan intra pleura
yang tinggi.
 Pada pneumothorax perlu diperhatikan
kemungkinan terjadi keadaan ini:
 Pneumomediastinum, terdapat ruang atau
celah hitam pada tepi jantung, mulai dari basis
sampai ke apeks.
 Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada
rongga hitam dibawah kulit.
 Bila ada cairan di dalam rongga pleura, maka
akan tampak permukaan cairan sebagai garis
datar di atas diafragma.
Tata Laksana Penatalaksanaan pneumothorax tergantung dari jenis
pneumothorax, derajat kolaps, berat ringan gejala,
penyakit dasar, dan penyulit yang terjadi.
1. Pneumothorax spontan primer stabil :
 Kolaps paru kecil ( < 15 – 20 % ) : observasi,
suplemen O2 untuk mempercepat reabsorbsi.
 Kolaps luas dan ada keluhan : aspirasi, kateter
toraks.
2. Pneumothorax spontan sekunder :
 Kateter toraks
 Torakoskopi dengan stapling bleb dan abrasi
pleura atau pleurodesis dengan bahan sklerosing
untuk mencegah relaps.
3. Pneumothorax ventil :
 Dekompresi dengan jarum besar yang dimasukkan
ke rongga pleura – midklavikula ruang antar iga 2
depan, dilanjutkan pemasangan kateter toraks.
 Setelah pemasangan kateter toraks 5 – 7 hari paru
masih kolaps atau bronkopleura fistula menetap,
dianjurkan torakoskopi / VATS
4. Pengobatan Tambahan :
 Apabila nyeri, dapat diberikan analgetika.
 Apabila terdapat proses lain di paru, maka
pengobatan juga untuk penyakit tersebut, misal :
terdapat tuberculosis paru maka diberi obat anti
tuberculosis.
 Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar
defekasi, dapat diberikan laksan ringan, sehingga
penderita tidak perlu mengejan saat defekasi.
Penyulit 1. Pneumothorax ventil dapat berakhir fatal bila terjadi
kolaps sirkulasi.
2. Hemopneumothorax
3. Empiema
4. Atelektasis
5. Pneumothorax berulang/rekuren
6. Emfisema subkutis atau mediastinum
7. Edema paru reekspansi
8. Syok kardiogenik
9. Gagal napas
Edukasi Mengkomunikasikan, menginformasikan, dan
mengedukasikan tentang penyakit, pengobatan,
penyulit, dan prognosisnya.
Konsultasi Dokter Spesialis Paru
Dokter Spesialis Bedah, jika penyebab pneumothorax
karena trauma
Prognosis Dubious ad bonam
Tingkat Evidens
Tingkat
Rekomendasi
Penelaah Kritis SMF Paru RS Muhammadiyah Lamongan
Indikator Medis
Kepustakaan Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, Departemen Ilmu
Penyakit Paru, FK Unair – RSUD dr.Soetomo, Surabaya,
Tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai