Akuntansi, Spiritualitas Dan Kearifan Lokal Beberapa Agenda Penelitian Kritis
Akuntansi, Spiritualitas Dan Kearifan Lokal Beberapa Agenda Penelitian Kritis
Sujoko Efferin
Universitas Surabaya
Jl. Ngagel Jaya Selatan No.169, Gubeng, Surabaya
Surel: s_efferin@staff.ubaya.ac.id
http://dx.doi.org/DOI: 10.18202/jamal.2015.12.6037
466
Efferin, Akuntansi,Spiritualitas dan Kearifan Lokal Beberapa ... 467
Meskipun demikian, terdapat tinjau- Pertama, pemilihan ini didasarkan pada di
an kritis dari Argiles dan Gracia-Blandon selenggarakannya konferensi TEMAN ketiga
(2011) yang menyoroti bahwa jurnal ilmiah tahun 2015 yang secara khusus mencoba
akuntansi di tingkat internasional terlalu untuk mengembangkan adopsi Tri Hita Ka-
didominasi oleh sekelompok elit akademisi rana dan budaya Bali. Rangkaian TEMAN
yang berafiliasi pada sejumlah kecil insti- telah menjadi inspirasi bagi kalangan akade-
tusi peguruan tinggi dan didominasi pula misi untuk terus menggali kearifan lokal ba-
oleh topik-topik dan metodologi tertentu. Ke gi pengembangan literatur akuntansi ke de-
timpangan ini amat mencolok dalam bidang pan. Tulisan ini mencoba untuk menindak
akuntansi dibandingkan disiplin lainnya lanjuti secara konkret agar inisiasi yang su-
dalam bisnis. Selain itu, waktu yang diper- dah dilakukan melalui TEMAN ketiga dapat
lukan mulai dari pengiriman draf pertama bergulir dalam penelitian-penelitian berikut-
sampai publikasi tergolong sangat lama nya. Kedua, Tri Hita Karana telah menjadi
dengan tingkat penerimaan yang rendah. sebuah program nasional yang didukung
Sebagai akibatnya, penulis sepakat dengan oleh pemerintah, para pelaku usaha di Bali,
Argiles dan Gracia-Blandon (2011) yang me- dan masyarakat setempat. Kolaborasi siner-
nyatakan bahwa disiplin akuntansi tidak gis ini merupakan momentum yang penting
mampu menghasilkan pengetahuan inovatif untuk dimanfaatkan dalam model akun
dan berkontribusi bagi penelitian kritis dan tabilitas bisnis ke depannya. Ketiga, parti-
kesejahteraan sosial jangka panjang. Dalam sipasi kalangan akademisi dalam adopsi Tri
hal ini, tidak ada ruang gerak yang cukup Hita Karana dan budaya Bali diharapkan
untuk mengembangkan keberagaman sudut dapat menginspirasi penyelenggaraan kon-
pandang akuntansi dalam arena internasio ferensi lainnya untuk mengadopsi kekayaan
nal yang berbasis kearifan lokal. kearifan lokal nusantara dalam pengemban-
Namun demikian, patut disyukuri gan literatur akuntansi, misalnya budaya
bahwa di Indonesia keragaman sudut pan- slametan di Jawa, ritual Toraja, adat Bugis-
dang tersebut masih mendapat ruang. Makassar, akulturasi akuntansi dan Kon-
Keberadaan jurnal-jurnal nasional yang fusianisme serta budaya lokal pada komu-
disebutkan di atas beserta berbagai simpo- nitas Tionghoa Indonesia, dan sebagainya.
sium yang tersebar (misalkan Simposium Berbagai penelitian akuntansi sudah mulai
Nasional Akuntansi–IAI KAPD; Pertemuan membahas berbagai aspek dari budaya nu-
Masyarakat Akuntansi Multiparadigma In- santara beserta problematikanya (misalkan
donesia (TEMAN) tahunan yang sudah tiga Efferin dan Hopper 2007; Randa et al. 2011;
kali berlangsung; Konferensi Regional Akun- Efferin dan Hartono 2015; Salle 2015; dan
tansi (KRA) tahunan yang mulai bangkit di Syarifuddin dan Damayanti 2015). Tentu-
beberapa wilayah (di Jawa Timur sudah dua nya akan lebih sistematis jika di kemudian
kali berlangsung); serta berbagai simposium hari berbagai simposium khusus diseleng-
nasional/internasional lainnya yang dise garakan untuk membahas kearifan lokal se-
lenggarakan berbagai PTN dan PTS) yang cara tersendiri dalam rangka pengembangan
memungkinkan adanya diseminasi kearifan penelitian. Hal ini penting untuk mendekat-
lokal dan akses publikasi yang relatif lebih kan akuntansi dan realita yang melingkupi
merata dibandingkan dengan apa yang ter- nya serta mengidentifikasi agenda-agenda
jadi di dunia internasional. Dengan kata yang mungkin dapat dikembangkan sebagai
lain, melalui berbagai konferensi tersebut sebuah tradisi inovatif dan produktif bagi
ada semangat kebersamaan yang relatif kuat perkembangan pengetahuan, praktik, dan
di antara akademisi Indonesia untuk saling akuntabilitas di Indonesia.
belajar, mendukung dan berkembang bersa-
ma-sama. Proses maju bersama ini tentunya HASIL DAN PEMBAHASAN
bersifat gradual dan sedikit “ketakutan” ma- Pesan dari Critical Social Sciences:
sih muncul di sana sini. Meskipun demikian, Berbagai Paradigma dalam Penelitian So-
layak untuk dikatakan bahwa akademisi In- sial. Paradigma penelitian adalah kerangka
donesia telah berada pada jalur yang benar. pengelompokkan teori dan penelitian yang
Berangkat dari fenomena di Indone- meliputi seperangkat asumsi dasar, isu-
sia, tulisan ini mencoba menyoroti prospek isu yang dianggap penting, berbagai model
adopsi kearifan lokal dari budaya Bali. Ada penelitian, dan metode-metode untuk me
beberapa alasan menggunakan Tri Hita nemukan jawaban atas keingintahuan ter-
Karana dan budaya Bali dalam tulisan ini. tentu (Neuman 2011). Menurutnya terdapat
468 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 466-480
lima paradigma dasar dalam penelitian so dapat berupa kuantitatif, kualitatif atau
sial yaitu positivisme, interpretivisme, kritis, kombinasi keduanya. Misi penelitian lebih
feminisme, dan posmodernisme. penting daripada alat penelitian.
Positivisme merupakan model ilmu Menurut paradigma kritis, dalam ma-
sosial yang menganggap realita sosial memi- syarakat ada berbagai struktur tersembunyi
liki keberadaan yang obyektif dan indepen- yang tanpa disadari telah membentuk dan
den terhadap pelakunya (Hopper dan Powell mengarahkan cara kita memandang dunia
1985). Penelitian yang dilakukan menekan sekitar. Akibatnya manusia kurang dapat
kan pada penemuan kebenaran yang be- merealisasikan potensi yang dimiliki dan
bas nilai, cenderung atomistik, berbasiskan terjebak dalam asumsi-asumsi bawah sadar
hubungan sebab akibat probabilitas, dan yang telah tercipta sebelumnya. Meskipun
menekankan pada pentingnya penggunaan manusia memiliki berbagai pilihan dalam
berbagai metode atau alat kuantitatif untuk bertindak, pilihan tersebut telah terbatasi
menjelaskan dan memprediksikan fenome- oleh pandangan mereka tentang yang “nam-
na-fenomena di sekitar kita. Pelaku dianggap paknya mungkin” dipilih. Untuk merealisasi-
memiliki kecenderungan mekanistik dalam kan potensi dirinya, manusia harus menem-
bertindak sesuai kondisi eksternalnya. bus realita di permukaan, dan melihat jauh
Interpretivisme merupakan model ke dalam sehingga mereka menyadari kapa-
ilmu sosial yang menganggap realita sosial sitas yang dimiliki untuk mengubah dunia
sebagai hal tak terpisahkan dari aspirasi yang ada. Peneliti perlu membongkar mitos
para pelakunya dan terkonstruksi secara yang ada dan menyingkap tabir yang me-
sosial (Hopper dan Powell 1985). Model ini nyelubungi tampilan di permukaan melalui
menekankan pada pemahaman tindakan teori, mengamati proses terjadinya krisis
sosial sesuai konteks spesifiknya dengan dan/atau konflik, melihat kesalingterkaitan,
relativisme nilai-nilai yang ada dalam kon- melihat masa lalu dan mempertimbangkan
teks tersebut. Oleh karena itu metode atau berbagai kemungkinan di masa depan.
alat penelitian yang digunakan mementing- Dalam perkembangan selanjutnya,
kan keterlibatan mendalam dari sang pene paradigma kritis melahirkan paradigma
liti dalam dunia yang ditelitinya untuk me feminisme dan posmodernisme. Kedua para
nemukan pemahaman empatik (verstehen- digma ini berbagi pandangan yang sama
Max Weber). Beberapa contoh aplikasinya dengan penelitian kritis bahwa misi dari
adalah melalui metode etnografi, grounded penelitian ilmu sosial seharusnya mem-
theory method, dan fenomenologi. bongkar mitos dan memberdayakan manu-
Paradigma kritis (juga disebut critical sia. Feminisme berfokus pada mitos ten-
social science) adalah model ilmu sosial yang tang gender dan ketidakadilan sosial yang
memandang realita sebagai lautan mitos, di- mengatasnamakan karakter maskulin dan
penuhi oleh distorsi, mengandung kebenar feminin. Posmodernisme memfokuskan
an berlapis-lapis, dan substansinya berisi- pada penolakan terhadap modernisme yang
kan penindasan dan ketidakadilan. Para- berisikan berbagai asumsi dasar, keyakinan
digma kritis ini menganggap bahwa sains dan nilai yang muncul pada Enlightenment
seharusnya memiliki misi untuk mengubah Era (modernisme). Modernisme menganggap
dunia dan memberdayakan para pelakunya, bahwa standarisasi tentang keindahan, ke-
yaitu melihat apa yang sesungguhnya ada benaran (termasuk penelitian dan perkem-
dibalik permukaan. Penelitian kritis adalah bangan ilmu sosial) dan moralitas adalah
bagian dari aktivitas berbasis nilai-nilai ter- penting untuk diciptakan. Namun menurut
tentu untuk membebaskan manusia. De posmodernisme, mitos terkait standarisasi
ngan demikian ilmu sosial merupakan: “..a ini menghambat pemberdayaan manusia,
critical process of inquiry that goes beyond menciptakan ketidakadilan baru, dan kare-
surface illusions to uncover the real structures nanya perlu dibongkar.
in the material world in order to help people Djamhuri (2011) mengingatkan bah-
change conditions and build a better world for wa keberadaan berbagai paradigma dalam
themselves” (Neuman 2011:108). Beberapa penelitian akuntansi amat diperlukan bukan
tokoh yang pemikirannya sering menjadi saja untuk memperkaya pengembangan aka-
rujukan dalam paradigma kritis antara lain demik akuntansi sebagai ilmu sosial, namun
Karl Marx, Sigmund Freud, Theodor Adorno, juga untuk mencegah miskonsepsi di mata
Erich Fromm, Herbert Marcuse dan Jurgen masyarakat bahwa akuntansi adalah seke-
Habermas. Penelitian dalam paradigma ini dar alat informasi akuntabilitas yang digu-
Efferin, Akuntansi,Spiritualitas dan Kearifan Lokal Beberapa ... 469
nakan dalam hubungan keagenan. Miskon- Pada bagian selanjutnya, tulisan ini
sepsi tersebut dapat menyebabkan akuntan akan memfokuskan pada paradigma kritis.
memiliki keyakinan buta bahwa ada satu Meskipun demikian, ini tidak berarti para-
model akuntabilitas yang berlaku untuk se- digma feminisme dan posmodernisme sama
gala konteks dan situasi dalam masyarakat. sekali tidak relevan karena kedua paradigma
Djamhuri lebih lanjut menekankan bahwa terakhir juga terinspirasi dari paradigma kri-
konsep akuntabilitas yang monolithic akan tis. Pemilihan fokus tersebut adalah semata-
“...menyederhanakan dan menyeragamkan mata untuk mempertajam arah pembahasan
sesuatu yang sebenarnya tidak seragam tulisan ini khususnya terkait kearifan lokal.
dan tidak sederhana” (Djamhuri 2011:153). Penelitian kritis dalam akuntansi.
Saat ini akuntansi sedang mengalami masa Berbagai perkembangan awal dari penelitian
transisional karena tingginya dinamika so- kritis akuntansi dimulai dengan memasuk-
sial dalam masyarakat. Disiplin akuntansi, kan perspektif politik (McPhail 2011). Akun-
dengan demikian, amat membutuhkan tansi dilihat sebagai bagian dari politik ke-
pengembangan konseptual yang lebih be- pentingan dalam tataran makro maupun mi-
ragam dan memenuhi berbagai kebutuhan kro organisasi. Sehingga akuntansi bukan-
dari stakeholders-nya agar tetap relevan dan lah alat yang netral dan objektif, namun alat
tidak justru “mematikan” kearifan lokal. yang secara inheren mengandung tujuan
Mulawarman (2010) juga menyatakan untuk mengedepankan kepentingan kelom-
bahwa pemikiran arus utama yang berkem- pok tertentu mengatasi kelompok yang lain-
bang di akuntansi tidak terlepas dari domi- nya. Manifestasi dari konflik tersebut dapat
nasi paradigma keilmuan sekuler yang ber- dilihat pada isu-isu antara lain lingkungan
cirikan tiga hal utama yaitu self-interest, hidup, konflik kultural, pertentangan antar
kekuasaan, dan relativitas. Self-interest di kelas dan ketidakadilan sosial, hegemoni
sini adalah kepentingan dari stakeholders ekonomi, dan sebagainya. Penelitian kritis
akuntansi yang meliputi akuntan, regu- akuntansi diharapkan dapat mengungkap
lator, pemilik perusahaan, birokrat, dan dan membantu menciptakan emansipasi
politisi. Berbagai pihak tersebut berupaya manusia dari berbagai macam penindasan
memaksimalkan expected utilities masing- yang terjadi secara struktural (Dillard 1991
masing melalui pengembangan pemikiran dan 2007; Gray 1996 dan 2009). Untuk
dan alat akuntansi yang dianggap sanggup mencapai misinya, paradigma kritis dalam
memenuhi kepentingannya. Ini berimplikasi penelitian akuntansi banyak menggunakan
pada kekuasaan yang diperjuangkan ma literatur dari berbagai disiplin ilmu yang
sing-masing pihak melalui dan/atau sebagai meliputi ilmu politik, budaya, filsafat, dan
hasil dari akuntansi yang digunakan. Objek- sosiologi.
tivitas yang hendak diklaim oleh akuntansi Dalam perkembangan awal ini, agama
menjadi objektivitas yang relatif sifatnya atau spiritualitas dianggap tidak memiliki
yakni “objektif menurut siapa”. Jadi pengem- tempat dalam perkembangan akuntansi
bangan akuntansi tidak mungkin bebas ni- pada masyarakat yang kritis. Sangat mung-
lai namun selalu memiliki substansi keber- kin hal ini terkait dengan trauma abad
pihakan pada stakeholders yang dominan. pertengahan di Eropa dimana gereja Katolik
Dalam kondisi semacam ini, akuntansi akan Roma berhadapan dengan sains dan mem-
menjauhkan orang-orang dari cinta yang berikan batasan yang sah dan tidak sah
universal dan sebaliknya selalu mengede- dalam perkembangan sains. Hal ini mem-
pankan egoisme individual. Oleh karena itu, bawa korban yaitu Galileo dan Copernicus
diperlukan pengembangan akuntansi yang yang mempertahankan pandangan helio-
berorientasi pada kerakyatan yang meliputi sentris melawan pandangan gereja masa itu
kebersamaan, bermoral, bertanggung jawab yang mempertahankan geosentris. Menarik
sosial, dan berketuhanan (Mulawarman untuk dilihat bahwa sampai saat ini pun di
2013). Hal ini kemudian diidentifikasi oleh Eropa Barat, masih ada “jarak” yang belum
Mulawarman (2013:162) menjadi pengem- sepenuhnya terjembatani dalam konteks
bangan akuntansi yang berkearifan holistik, hubungan kelembagaan antara gereja de
yang meliputi pembangunan akuntabilitas ngan ilmuwan. Namun Zizek seperti dikutip
berbasiskan nilai tambah kuanta diri-sosial- dalam McPhail (2011) memberikan kritik
semesta-spiritual, nilai tambah batiniah di- dengan menyatakan bahwa upaya meng-
ri-sosial-semesta-spiritual, dan nilai tambah hilangkan agama atau spiritualitas adalah
kearifan diri-sosial-semesta-spiritual. upaya menekan kebebasan. Dalam upaya
470 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 466-480
“membebaskan” manusia tersebut, mereka gian di bawah ini akan membahas mengapa
justru mengancam kebebasan itu sendiri spiritualitas menjadi hal terpenting dalam
termasuk kebebasan mengekspresikan perubahan positif bagi dunia tempat kita
agama atau spiritualitas dalam kehidupan tinggal.
sehari-hari. Spiritualitas untuk perubahan dunia:
Pada perkembangan selanjutnya, spiri- penderitaan adalah sebuah realita. Pen
tualitas atau agama mulai banyak dirujuk deritaan menghinggapi tidak saja bagi me
dan mengondisikan munculnya sebuah reka yang secara materi mendapatkan sedikit
era yang disebut sebagai post-secular criti- maupun banyak. Penderitaan merujuk pada
cal thinking (McPhail 2011). Sebagai contoh rasa kurang terhadap apa yang sudah dimi
adalah edisi khusus tahun 2004 dari Ac- liki dan berusaha mendapatkan materi lebih
counting, Auditing and Accountability Journal banyak. Ada ketamakan yang selalu muncul
tentang Theological Perspectives on Accoun dan menciptakan kesenjangan antara harap
ting. Semua perkembangan ini bertujuan an dengan kenyataan. Untuk mengeliminasi
untuk membawa masuk kajian dimensi kesenjangan tersebut, banyak individu atau
spiritual dalam komunitas akuntansi kritis perusahaan berusaha melakukan redistri-
dan lintas disiplin. Beberapa contoh pene- busi bagian materi de ngan pihak-pihak di
litian dalam perkembangan baru ini adalah sekitarnya (stakeholders). Ini dapat memicu
fungsi atau peranan akuntansi dalam in- tindakan yang merugikan para stakeholders
stitusi keagamaan (Laughlin 1988), akunt- tersebut. Selama bisnis masih dibangun
abilitas dalam perspektif komunitas religius dengan filosofi “mendapatan lebih,” zero sum
(Kreander et al. 2004 dan Quattrone 2004), game akan menjadi dasar hubungan an-
hubungan antara akuntansi dan Teologi Pem- tara individu atau perusahaan dengan para
bebasan (Gallhofer dan Haslam 2004), dan stakeholders. Pada gilirannya, semua pihak
refleksi teologis dari hubungan ilahi antara terus berusaha saling mengambil bagian
cinta dan keadilan untuk menantang konsep pihak lain. Aksi memicu reaksi, sehingga
keadilan ekuivalensi dalam akuntansi (McK- permainan tersebut akan terus berlang-
ernan dan Kosmala 2004). Dengan kata lain, sung seperti minyak memberi makan api.
ada kehampaan di balik kajian kritis akun- Apakah materialisme adalah sumber keba-
tansi berbasis pemikiran sekular yang masih hagiaan atau justru sumber ketamakan dan
menganggap materialisme sebagai cara un- penderitaan?
tuk membangun keseimbangan hidup mela- Spiritualitas memiliki banyak definisi
wan “ketidakadilan” dan penindasan dalam maupun aspek yang telah dikembangkan
dunia ini. Basis pemikirannya adalah seke- di berbagai literatur. Sebagai contoh, Field
lompok orang mendapatkan “sedikit” karena (2007) yang terinspirasi dari ajaran Bud-
kelompok lain yang lebih kuat mendapatkan dhisme menyatakan bahwa spiritualitas
“banyak” sehingga perlu redistribusi bagian dalam bisnis tidak terpisahkan dari proses
materi melalui pembenahan struktural dan mengeliminasi ketamakan, mengurangi
institusional. penderitaan, mengembangkan welas asih
Penulis sepakat jika disiplin akuntansi dan kebijaksanaan pada semua mahluk
ingin membawa perubahan dan berkontri- hidup dan lingkungan. Setiap perusahaan
busi positif bagi perkembangan masyarakat, perlu memiliki “cause no harm” value, yaitu
maka penggunaan literatur serta adopsi (2007:32):
sudut pandang tidak seharusnya dibatasi
“..to continuously be mindful of
hanya karena prasangka tertentu yang be-
our intentions, and to contribute
rangkat dari trauma masa lalu (misalkan
positively to making “better com-
pengalaman buruk hegemoni kebenaran
munities” among all our internal
oleh kelompok agamawan di Eropa di abad
and external stakeholders.... will
pertengahan). Dengan kata lain, emansipasi
not acquire any raw materials, or
tidak seharusnya membuat batasan dan
design, manufacture, or sell any
prasangka bahwa hanya sekulerisme yang
products or services, the doing of
dapat membebaskan dan spiritualitas tidak
which will be harmful to any sen-
memiliki tempat dalam masyarakat modern
tient being or to the environment.”
yang terberdayakan. Emansipasi dapat ter-
inspirasi dari berbagai kebijaksanaan yang Ajaran Buddhisme mengenal konsep
sudah ada maupun yang terus dikembang- anatta (tiada diri). Intinya adalah semua
kan di masa mendatang. Lebih jauh, ba- komponen, benda, atau mahluk hidup ter-
Efferin, Akuntansi,Spiritualitas dan Kearifan Lokal Beberapa ... 471
diri dari komponen yang berasal dari luar menekankan pada sustainability; berkontri-
dirinya sendiri. Saat kita melihat bunga yang busi pada nilai; menghargai kreativitas; me-
mekar dengan indah, sesungguhnya bunga numbuhkembangkan inklusivitas; mengem-
tersebut tidak memiliki inti kekal yang in- bangkan prinsip etika; dan berorientasi pada
heren di dalamnya. Bunga tersebut terdiri passion yang menyatukan kehidupan dan
dari awan, hujan, mineral, tanah, cuaca dan pekerjaan. Enam komponen itu diperlukan
sebagainya yang berasal dari luar dirinya untuk menciptakan manusia yang utuh,
namun termanifestasi menjadi bunga yang menciptakan spiritualitas di tempat kerja,
indah saat sebab dan kondisi telah ter- dan akhirnya membawa perubahan ke ma-
penuhi. Demikian juga dengan kebahagiaan syarakat luas. Enam aspek tersebut bersifat
diri sendiri yang sesungguhnya merupakan universal dan tidak bertentangan dengan
manifestasi dari interaksi positif dengan atau merugikan kepentingan siapapun.
alam dan mahluk lainnya. Saat kita mem- Dalam konteks pengembangan litera-
buat orang lain bahagia, maka kebahagiaan tur akuntansi di Indonesia, Iwan Triyuwono
tersebut akan melenyapkan penderitaan mempelopori masuknya dimensi spiritu-
kita sendiri dan mendatangkan kebahagiaan alitas. Ia menekankan pada pentingnya
bagi semuanya. Tidak ada bisnis yang dapat dekons truksi pemikiran akuntansi main-
berkelanjutan jika dibangun atas dasar ke- stream yang terlalu mendewakan rasionali-
serakahan dan pemuasan ego dengan seke- tas dan menciptakan ilusi keterpisahan an-
dar mengambil sesuatu dari orang lain dan tara subjek (pelaku, akuntan) dan objek (ma-
alam. syarakat) (Triyuwono 2000a dan 2000b). Se-
Dalam ajaran Islam juga dikenal amal bagai hasilnya, akuntansi menjadi alat yang
saleh. Amal berarti perbuatan atau tindak mendukung berbagai tindakan destruktif
an, sedangkan saleh berarti yang baik atau atas nama rasionalitas ekonomi. Triyuwono
yang patut. Amal saleh ialah perbuatan baik (2000a) memandang bahwa nilai cinta ber-
yang memberikan manfaat bagi semuanya potensi hilang dari aktivitas ekonomi karena
bukan hanya berorientasi pada kepentingan akuntansi lebih mengutamakan nilai-nilai
diri atau kelompok sendiri. Pengertian amal egoistik, materialistik, dan utilitarian. Untuk
dalam pandangan Islam adalah setiap amal menghindari proses dehumanisasi dalam
saleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang masyarakat, nilai-nilai cinta perlu diban-
diridai oleh Allah SWT. Alam semesta berupa gun dalam pembelajaran dan pengemban-
keseimbangan dan keserasian yang perlu di- gan penelitian yang membentuk kerangka
jaga dan menjadi tanggung jawab manusia. pemikiran akuntansi. Triyuwono (2000b)
Dengan demikian, amal dalam Islam tidak menyarankan pengembangan literatur dan
hanya terbatas pada ibadah formal, namun praktik akuntansi berbasiskan akuntabilitas
juga dalam setiap tindakan dalam keseha horisontal (manusia dan alam) dan vertikal
rian kita termasuk dalam mengembangkan (Tuhan). Akuntansi seharusnya bukan seke-
bisnis. Dengan kata lain, bekerja adalah juga dar instrumen bisnis namun juga berkontri-
sebuah ibadah jika dilakukan dengan tepat. busi untuk menunjang penemuan hakikat
Dalam ajaran Kristen atau Katolik juga diri dan tujuan hidup manusia.
dikenal pernyataan yang diucapkan Yesus: Selanjutnya, Molisa (2011) mengang-
“Kasihilah sesamamu manusia seperti di kat masalah spiritualitas dalam penelitian
rimu sendiri.” Sesama manusia tidak meru- kritis dan sosial akuntansi sebagai sebuah
juk pada orang yang memiliki agama, etnis tantang an untuk menghasilkan berbagai
atau ideologi yang sama namun semua orang penelitian yang dapat berkontribusi pada
tanpa pengecualian. Bahkan setiap orang emansipasi. Namun, Molisa mengkritisi bah-
perlu memandang baik atau tidaknya tin- wa berbagai penelitian kritis akuntansi ter-
dakan yang dilakukan kepada orang lain se lalu berharap pada perubahan eksternal un-
perti tindakan kepada dirinya sendiri. Jadi, tuk mengakhiri penderitaan manusia. Yang
ukuran yang digunakan kepada diri sendiri diperlukan adalah bagaimana menyadarkan
perlu digunakan juga terhadap semua orang manusia bahwa akar masalah sebenarnya
dalam segala aspek kehidupan termasuk ada pada ego. Ego menghasilkan ketamak-
dalam mengembangkan bisnis. an, keterpisahan antar manusia dan keter-
Contoh lain, Rhodes (2006) membuat pisahan antar seluruh mahluk hidup. Pada
sebuah ringkasan yang menjembatani ber- gilirannya, ego menyebabkan penderitaan.
bagai aspek dari spiritualitas dalam bisnis. Saat ego dilenyapkan, transformasi internal
Spiritualitas dinyatakan memiliki 6 aspek: akan terjadi dan cinta akan muncul. Menu-
472 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 466-480
rut Molisa, praktik akuntansi dan akun filosofi yang berakar dari Tradisi Hindu.
tabilitas membutuhkan bentuk baru yaitu Filosofi ini menekankan pada pentingnya
awakening accounts, awakened accounting, membangun keharmonisan antara Tuhan
dan awakened doing untuk dapat berkontri- (parhyangan), manusia, dan alam/lingkung
busi pada pengakhiran penderitaan. Akun an (palemahan) (Pertiwi dan Ludigdo 2013).
diartikan sebagai sebuah penjelasan yang Unsur alam atau lingkungan dan manusia
menunjukkan alasan dibalik pelaksanaan akan selalu berhubungan dengan Parhya
sebuah kegiatan. Akun juga dapat berarti ngan sebagai sebuah kesatuan yang tak
catatan atu deskripsi tentang hal-hal yang terpisahkan.
dianggap penting dan perlu diperjuangkan.
“As is the microcosm, so is the
Ini berimplikasi pada ontologi, epistemologi,
macrocosm,
aksiologi dan praktik baru yang amat ber-
beda dengan yang selama ini mengilhami As is the atom, so is the universe.
diskursus akuntansi. Bagaimana bentuk
As is the human body. So is the
konkretnya masih membutuhkan banyak
cosmic body.
penelitian di masa mendatang.
Jadi spiritualitas tidak meninggalkan As is the human mind, so is the
agama, namun melampaui batas-batas cosmic mind.”
institusi keagamaan dan relevan secara (ayat dari Vedha, dikutip dari
global untuk mengatasi masalah-masalah Chopra 1997:14)
yang terjadi di sekitar kita. Perkembangan
pemaknaan spiritualitas di atas tidak saja Dalam ajaran Hindu, jasmani manu-
membuka komunikasi lintas agama dan bu- sia digambarkan sebagai mikrokosmos se-
daya, namun juga memungkinkan adanya dangkan alam semesta ini atau jagat raya
kerjasama dan upaya kolektif untuk mencip- sebagai makrokosmos. Kosmos di dalam
takan lingkungan yang lebih baik, member- istilah Hindu disebut “bhuwana” yang arti-
dayakan manusia, mencegah dominasi dan nya dunia. Alam semesta adalah bhuwana
penghisapan dari kelompok atau individu agung dan tubuh manusia adalah bhuwana
yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah, alit. Dunia ini sesungguhnya semu. Walau-
dan menggeser uang atau kesuksesan mate- pun semu, namun dapat dilukiskan. Dengan
rial sebagai satu-satunya tujuan dalam ber- mencintai alam, maka kita sedang mengem-
bisnis. Seberapapun perubahan eksternal bangkan cinta kepada Tuhan dan manusia.
terjadi, tanpa ada perubahan internal dalam Berbuat jahat kepada manusia lain berarti
diri sendiri maka semuanya akan sia-sia. juga mencederai bhuwana dan Sang Hyang
Ego adalah sebuah delusi yang mengakibat- Widhi. Tuhan adalah sumber yang meman-
kan keterpisahan diri dan lingkungan. Se- carkan segala sesuatunya. Jadi manusia
lama batin kita masih menderita, maka ba adalah gambaran dari alam, demikian se-
nyak hal yang kita lakukan juga membawa baliknya. Ketiga unsur tersebut sesungguh-
penderitaan bagi orang lain dan lingkungan. nya menyatu dan tidak dapat dipisahkan.
Hal-hal ini tentunya sejalan dengan paradig- Hindu Dharma mengajarkan agar manusia
ma penelitian kritis akuntansi untuk mem- menjaga keharmonisan kedua kosmos demi
bawa emansipasi dan menciptakan dunia kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan
yang lebih baik, bahkan seharusnya menjadi batin. Jadi keseimbangan ekosistem perlu
tujuan perkembangan ilmu dalam disiplin diciptakan dan dijaga karena kesatuan ma-
dan praktik akuntansi di masa mendatang. nusia dengan alamnya.
Penulis beranggapan bahwa ada ba Dalam konteks bisnis, aktivitas bis-
nyak hal dalam tradisi spiritualitas kita nis perlu mengedepankan keharmonisan
masing-masing yang memberikan kebijaksa- unsur-unsur di atas dan diwujudkan dalam
naan untuk meminimalkan dan mengelimi- hubungan di antara unsur-unsur tersebut.
nasi ego. Dengan melihat dan memahami Pertiwi dan Ludigdo (2013) menunjukkan
sejarah, kontribusi pemikiran orang-orang bagaimana filosofi tersebut diimplemen-
bijak di masa lalu, dan menyikapinya dalam tasikan dalam aktivitas CSR perusahaan
konteks masa kini, maka akan ada banyak (Hotel Discovery Kartika Plaza, Kuta Bali)
hal yang bisa diambil hikmahnya. Ini akan yang tidak semata-mata berorientasi pada
dibahas pada bagian selanjutnya. profit finansial, namun juga kesinambungan
Belajar dari kearifan lokal: Tri Hita antara perusahaan dengan karyawannya,
Karana. Tri Hita Karana merupakan sebuah orang sekitar, alam dan Tuhan. Aktivitas
Efferin, Akuntansi,Spiritualitas dan Kearifan Lokal Beberapa ... 473
CSR ini meliputi: kesempatan berkembang pemungutan pajak dan sistem pemungutan
bagi masyarakat sekitar dalam aktivitas pajak dari rakyat hingga diterima oleh Raja.
ekonomi melalui berbagai program terinte- Daerah-daerah yang bertugas memelihara
grasi dengan aktivitas perusahaan; peng- bangunan suci dan fasilitas pertahanan di-
gunaan listrik dan air secara bertanggung- bebaskan dari pajak namun wajib merawat
jawab; implementasi DFSMS (Discovery Food bangunan tersebut.
Safety and Management System); pelatihan Akuntabilitas perpajakan juga diba
menghadapi kecelakaan/kebakaran bagi ngun dengan filosofi melaksanakan pem-
karyawan; komitmen perusahaan terhadap bangunan tanpa harus memberatkan rak
kesejahteraan karyawan; pengolahan dan yat. Temuan dari penelitian Budiasih (2014)
pemanfaatan limbah; kebersamaan inter- menunjukkan bahwa bencana atau musibah
nal dalam pengambilan keputusan; dan sosial (perampokan) juga menjadi perha-
dukung an bagi pengembangan kehidupan tian khusus untuk mengenakan atau tidak
religius karyawan dan masyarakat sekitar. mengenakan pajak. Selain itu, penggunaan
Implementasi CSR tersebut berkon- sumber daya alam juga menjadi perhatian
tribusi bagi kesinambungan operasi peru- khusus dan dikendalikan melalui mekanisme
sahaan dalam jangka panjang. Pertiwi dan perpajakan. Dengan kata lain, perpajakan
Ludigdo (2013) mengidentifikasikan empat menjadi salah satu mekanisme yang digu-
nilai utama dari pelaksanaan CSR berbasis nakan pada masa itu untuk membangun
Tri Hita Karana, yaitu: nilai material, sosial, harmoni di antara penguasa, rakyat, alam
vital dan spiritual. Keempat nilai ini penting semesta dan Tuhan. Dengan memahami hal
untuk menciptakan sustainability bagi peru- tersebut, fenomena perpajakan dapat dipa-
sahaan. Hal lain yang tak kalah menariknya hami secara lebih mendalam dan melampaui
dari penelitian tersebut ditemukan bahwa batas-batas materialisme (sekedar alat me
dengan menjalankan CSR berbasis Tri Hita ngumpulkan uang untuk mendukung akti-
Karana, ada kedamaian, keselarasan dan vitas kerajaan/pemerintahan sebuah masa).
kebahagiaan dari orang-orang yang terlibat Ada tujuan-tujuan lain yang hendak dicapai
di dalamnya. melalui fenomena perpajakan dan itu tidak
Ini juga selaras dengan temuan dari Sa- terlepas dari spiritualitas yang berkembang
putra (2012). Dalam studinya tentang kiner- di Bali pada masa itu.
ja dan kepuasan kerja internal auditor yang Penelitian kritis dalam akuntansi
memiliki nilai-nilai Tri Hita Karana, ditemu- berbasis kearifan lokal: beberapa agenda.
kan bahwa nilai-nilai tersebut berkontribusi Ketiga penelitian berbasis kearifan lokal
pada penguatan locus of control dari para au- yang telah didiskusikan di atas, memang bu-
ditor dan meningkatkan kinerja dan kepuas kan berangkat dari paradigma penelitian kri-
an kerja mereka. Kedua penelitian di atas tis. Namun mereka membuka sebuah tradisi
memberikan sebuah gambaran awal yang baru yang memungkinkan pengembangan
penting dan inspiratif. Spiritualitas tidak- penelitian kritis akuntansi dalam konteks
lah dapat dipisahkan dari kehidupan kerja Indonesia untuk membawa perubahan bagi
dan karenanya adalah penting untuk men- dunia sekitar kita ke arah yang lebih baik.
jaga keselarasan antara tindakan bisnis dan Pertiwi dan Ludigdo (2013), Saputra (2012)
spiritualitas di tempat kerja. dan Budiasih (2014) telah menunjukkan
Praktik perpajakan di era bali kuno. bahwa akuntabilitas dan spiritualitas ti-
Kebijaksanaan lokal berikutnya dapat di- dak dapat dipisahkan. Ini selaras dengan
pelajari dari penelitian yang dilakukan oleh pendapat McPhail (2011) tentang muncul-
Budiasih (2014). Penelitian ini mendeskrip- nya era post-secular thinking dalam perkem-
sikan bagaimana praktik perpajakan ti- bangan penelitian kritis akuntansi.
dak terlepas dari aspek kehidupan sosial Tidak selamanya pemikiran dari tokoh-
dan kultur budaya masyarakat sekitarnya. tokoh tradisional dalam penelitian kritis se
Mengambil konteks historis pada abad IX- perti Marx, Freud, Marcuse dan Habermas re
XV di Bali, Budiasih menemukan bahwa levan dengan kondisi Indonesia karena mun-
akuntabilitas praktik perpajakan dibangun culnya pemikiran atau ide juga dikondisikan
dengan mengadopsi perbedaan waktu hasil dari dinamika lingkungan sekitarnya. Pada
panen dari penduduk, pembatasan penge- praktiknya, pemikiran-pemikiran sekular
naan pajak yang bersifat khusus di daerah- hanya akan menghasilkan ideologi. Ideologi
daerah tertentu (swatantra), jenis pekerjaan adalah sistem dari ide-ide yang menjustifi-
dan keahlian dari wajib pajak, pelaksana kasi atau melegitimasi subordinasi sebuah
474 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 466-480
kelompok oleh kelompok lainnya (Collins pek-aspek non materi dalam organisasi. Se-
Dictionary of Sociology). Ideologi tidaklah bagian orang mungkin berpendapat bahwa
membawa kepada pencerahan namun mem- teknologi akuntansi memang bukan bagian
bawa pertentangan baru antara ego kami dari domain spiritualitas. Namun jika kita
melawan mereka (us and them). Sebagai melihat lebih kritis, bukankah spiritualitas
masyarakat yang memiliki sejarah panjang sesungguhnya ada di setiap aspek kehidup
dalam perjalanan spiritualitasnya, Indonesia an kita? Hanya saja masalahnya apakah
membutuhkan proses perubahan ekonomi, kita mengutamakan spiritualitas atau justru
sosial, dan budaya yang dapat dimaknai dan menguburnya dan menggantikannya dengan
dilegitimasi secara spiritual agar membawa ketamakan dan ilusi keterpisahan antara
hasil positif bagi keberagaman yang ada. Tri kita dengan pihak lain. Ini tergantung pada
Hita Karana dan kebijaksanaan lokal lannya sejauh mana kita mau menggunakan setiap
dapat digali, dipelajari dan digunakan untuk hal yang kita gunakan, setiap orang yang ki-
mengubah masyarakat kita, untuk mencip- ta jumpai,dan bahkan setiap nafas yang kita
takan dan memperkuat keadilan, persauda- hembuskan sebagai sarana membangun
raan, welas asih, pelestarian lingkungan dan spiritualitas dan mendapatkan pencerahan.
etika dalam bermasyarakat. Teknologi akuntansi dapat menjadi sarana
Di bawah ini penulis memberikan be- pencerahan dan pembebasan namun juga
berapa agenda yang dapat dilaksanakan dapat menjadi sarana penindasan untuk
untuk mengembangkan penelitian kritis memuaskan kepentingan sendiri dan men-
akuntansi berbasis spiritualitas dan keari- ciptakan disharmoni dalam organisasi dan
fan lokaldalam rangka membawa perubahan masyarakat.
bagi Indonesia. Tentunya berbagai agenda di Karenanya, kajian kritis berbasis ke-
bawah ini bukan sebuah daftar komprehen- arifan lokal dapat mengkritisi: Sejauh mana
sif sehingga masih banyak agenda penelitian teknologi tersebut membawa kedekatan atau
kritis lainnya yang dapat dikembangkan se- inklusivitas antar manusia dan antara ma-
jalan dengan keunikan masalah yang dite- nusia dengan lingkungan?; Apakah teknolo-
mukan di masyarakat. gi yang diadopsi justru membawa alienasi
Kajian kritis tentang teknologi dan dan individualitas?; Apa motif dan dampak
akuntabilitas. Perkembangan akuntansi di balik introduksi dan adopsi berbagai
dan akuntabilitas telah mengadopsi berb- teknologi yang ada?; dan bagaimana cara
agai teknologi untuk mempercepat peny- kita menyadarkan masyarakat dan mengin-
elesaian sebuah aktivitas, meningkatkan troduksi teknologi yang lebih membawa ke
efisiensi atau produktivitas proses, mening- selarasan antara manusia, alam dan Tuhan?
katkan akurasi, meningkatkan komparabili- Kajian kritis tentang perubahan
tas dan memonitor proses dan hasil akhir. eksternal vs transformasi internal. Ban-
Ini meliputi antara lain: IFRS, metode cost- yak peneliti kritis masih beranggapan bah-
ing, sistem penilaian kinerja, digitalisasi do- wa perubahan masyarakat dapat terjadi
kumen, komunikasi berbasis intranet dan jika ada perubahan institusional, intervensi
internet, software akuntansi, standarisasi pemerintah, pembenahan aparat, perangkat,
prosedur atau aktivitas, sistem pengukuran dan sistem hukum, perubahan cara mengu-
kinerja, paperless dan electronic office, dan kur hasil, pembatasan kegiatan kelompok
sebagainya. Untuk apa sesungguhnya adop- tertentu, dan sebagainya. Kesemuanya itu
si teknologi tersebut? Jika tujuannya semata adalah faktor-faktor eksternal yang berpo-
adalah untuk membuat kita lebih efisien tensi memperkuat ilusi tentang keterpisah
dan efektif dibandingkan pihak lain, maka an antara kami dan mereka (us and them).
sesungguhnya teknologi yang kita ciptakan Meskipun perubahan faktor-faktor tersebut
adalah “senjata” untuk memuaskan ego kita dapat turut memberikan sebab dan kondisi
agar bisa mengambil lebih banyak lagi dari bagi sebuah perubahan, yang lebih penting
yang lain. Pemuasan ego hanya membawa sesungguhnya transfomasi internal. Se
pada penderitaan berikutnya karena keta- bagaimana dikatakan oleh Mahatma Gan-
makan akan selalu menyertainya. dhi: “You must be the change you wish to see
Apakah investasi teknologi hanya me- in the world.”
miliki manfaat sesempit itu? Tentunya ada Saat kita merasakan keselarasan de
peluang dimana teknologi sebagai sebuah ngan lingkungan untuk mencapai tujuan
“alat” dapat dirancang dan atau atau digu- hidup yang melampaui kesuksesan materi
nakan untuk menumbuhkembangkan as- semata, kita akan lebih bisa berdamai de
Efferin, Akuntansi,Spiritualitas dan Kearifan Lokal Beberapa ... 475
ngan apa yang terjadi “diluar sana”. Kita ti- sector than serial underestimation
dak terjebak memaksa dunia untuk berubah of the true magnitude of problema
sesuai keinginan kita, namun secara paralel tic assets. Partial recognition of
kita juga belajar menerima apa yang ada di inevitable losses may buy time in
sekitar kita. Pada titik ini kedamaian dan the short run, but in the end leads
kebahagiaan mulai muncul dan termani- to round after round of ‘definitive’
festasi pada apapun yang akan kita lakukan rescue programmes and a gra
(pribadi dan bisnis). Kita lebih dapat melihat dual erosion of confidence in the
bahwa orang lain dan lingkungan sesung- markets.”
guhnya adalah gambaran diri kita sendiri
Jadi yang menjadi isu paling funda-
dan kebaikan universal non-diskriminatif
mental sesungguhnya adalah ego dan kese
akan terpancar dari diri kita.Keterpisahan
rakahan yang melekat pada organisasi yang
diri kita dengan orang lain dan alam ada
menyajikan instrumen keuangan tersebut
di pikiran kita masing-masing. Thich Nhat
dalam laporan keuangannya. Apapun juga
Hanh, seorang guru Zen, menggambarkan
regulasi eksternal yang diterapkan ha
tentang ilusi keterpisahan sebagai dua sisi
nya akan memicu kreativitas egoistik dari
pada selembar kertas, sisi kiri dan kanan.
organisasi tersebut untuk mengakalinya.
Kiri dan kanan tidak dapat dipisahkan.
Ini akan terus muncul selama belum ada
Setiap kali kita memotong kertas tersebut,
transformasi internal dari organisasi yang
maka selalu akan muncul lagi dua sisi terse-
bersangkutan.
but karena keduanya sesungguhnya adalah
Namun sejauh manakah kita terbiasa
satu dan tak dapat dipisahkan. Ini belaku
untuk berpikir bahwa keterpisahan hanya
juga untuk persepsi “kami” dan “mereka”.
lah ilusi? Setiap harinya prinsip dan stan-
Subjek dan objek tidak dapat muncul se-
dar akuntansi yang kita gunakan selalu
cara independen karena mereka sesungguh-
bertujuan untuk memposisikan perusahaan
nya satu kesatuan. Dengan berbagi banyak
sebagai sebuah entitas yang independen se-
hal dengan orang lain maupun alam, kita
hingga kita terbiasa membuat garis batas
memberi kebahagiaan kepada semuanya
yang tegas antara diri sendiri dan pihak-pi-
dan energi kebahagiaan tersebut akan kem-
hak “di luar diri’. Sebagaimana diungkapkan
bali ke diri kita sendiri. Sesungguhnya diri
secara tegas oleh IASB (2015) dalam rencana
kita dan alam adalah satu kesatuan, tidak
kerja perancangan kerangka konseptual re-
mungkin kita berbahagia jika pihak lain ti-
porting entity:
dak bahagia, demikian pula sebaliknya. Ini-
lah perlunya cara pikir yang mengutamakan “General purpose financial reports
inklusivitas dan ketiadaan ego. provide information about a par-
Sebuah contoh adalah transparansi ticular reporting entity. Therefore,
sebagai salah satu kriteria pilar tata kelola the objective of the reporting entity
perusahaan (corporate governance). IFRS phase is to develop the concept of
mencoba memperkuat transparansi me- a reporting entity and also to con-
lalui pembenahan pengukuran instrumen sider other relevant issues such as
keuangan yang disajikan dalam laporan how to determine the composition
keuangan. Diharapkan pembenahan ini of a group reporting entity.”
akan meningkatkan kemampuan prediktif
Tanpa merendahkan alasan pragma-
dari laporan keuangan tentang masa depan
tis-rasional dibalik perancangan kerangka
sebuah perusahaan. Isu sebenarnya adalah
konseptual tersebut, penggunaan satu
mana yang lebih “cerdas” menyajikan “fak-
asumsi saja untuk seluruh tujuan pelaporan
ta”, regulator ataukah manajemen organisa-
akuntansi dapat membahayakan validitas
si terkait? Semakin banyak regulasi dibuat,
pelaporan itu sendiri, khususnya tentang
semakin banyak pula “lubang” yang belum
“kebenaran” asumsi dasar bahwa ada ke
diatur. Lomba adu cepat akan selalu muncul
terpisahan antara diri dan pihak lain. Yang
di masa mendatang di antara kedua belah
muncul adalah objektifikasi dari asumsi
pihak. Sebagaimana dinyatakan oleh Hans
tersebut di mata stakeholders pelaporan
Hoogervorst, Chairman IASB pada tanggal 4
keuangan. Dengan kata lain, seluruh akti-
Juni 2012:
vitas perusahaan di mata para stakeholders-
“There is nothing more damaging nya adalah tidak lebih dari upaya pemenu-
to the credibility of the financial han kebutuhan entitas yang mandiri terse-
476 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 466-480
but dengan cara mengambil dari “eksternal” kan perubahan untuk membawa pendidikan
untuk pemenuhan kebutuhan “internal”. akuntansi sebagai alat pembebasan berpikir
Aktivitas CSR, sebagai contoh, berpotensi bagi sarjana akuntansi di masa mendatang.
untuk dimaknai secara sempit sebagai upaya Tentunya diperlukan pembelajaran akun-
perolehan legitimasi eksternal organisasio tansi yang dapat mendidiki calon akuntan
nal. Apa sebenarnya yang membedakan CSR agar memiliki karakter positif, welas asih,
dan soft marketing? Atau apa yang membe- etika dan hati nurani, inklusivitas, dan
dakan laporan CSR dengan laporan aktivitas punya kebijaksanaan daripada sekedar ke
strategic business networking? Dengan kon- terampilan profesional-teknis belaka.
sep reporting entity tersebut, CSR tidak lebih Namun harus diakui bahwa saat ini
dari sebuah investasi yang memiliki return belum banyak kurikulum pendidikan tinggi
yang lebih bersifat jangka panjang dan lebih akuntansi di berbagai perguruan tinggi yang
sulit terukur dibandingkan aktivitas bisnis secara khusus berusaha menggali kearifan
konvensional. lokalberbasis spiritualitas untuk diajarkan
Berangkat dari pentingnya transfor- secara integral dalam setiap mata kuliah
masi internal di atas, penelitian kritis dapat akuntansi. Spiritualitas dan/atau budi pe-
mengkaji beberapa hal meliputi sejauh ma- kerti cenderung dianggap sebagai ranah ilmu
na Tri Hita Karana membawa transformasi tersendiri yang diajarkan di mata kuliah ter-
internal bagi orang-orang yang berinteraksi pisah (misalkan di mata kuliah Agama atau
dalam perusahaan/aktivitas bisnis?; Sejauh Kewarganegaraan). Tidak jarang pula banyak
mana CSR dilakukan berdasarkan kesadar pihak menganggap pendidikan spiritualitas
an sendiri dibandingkan tuntutan regulasi bukanlah tanggungjawab perguruan tinggi
dan apa implikasinya?; Bagaimana bentuk melainkan tempat ibadah masing-masing.
pelaporan CSR agar dapat menggambarkan Akibat yang muncul adalah tidak sedikit
sejauh mana kesadaran sudah terbangun orang yang seolah-olah hidup di “dua dunia
dari pihak internal perusahaan dan/atau terpisah”. Dunia nyata saat mereka bekerja
membangkitkan kesadaran bagi pemba- dan berjuang untuk mendapatkan materi,
canya (awakening accounts dan awakened sedangkan dunia spiritual adalah saat mere-
accounting)?; dan bagaimanakah praktik- ka melaksanakan ritual keagamaannya ma-
praktik yang dilakukan oleh perusahaan sing-masing. Dunia spiritual, dalam situasi
untuk membangkitkan kesadaran internal tersebut, merupakan dunia utopia yang ter-
karyawannya dan menciptakan kesatuan lalu indah untuk diwujudkan dalam dunia
antara pekerjaan dan spiritualitas? nyata. Akibatnya, banyak keputusan dan
Kajian kritis tentang pendidikan praktik akuntansi yang dimaknai sekedar
akuntansi. Pendidikan akuntansi telah bagian dari ketrampilan teknis atau men-
mendapatkan banyak sorotan karena di- dukung status quo. Padahal dalam keseha
anggap kurang “mendidik” sehingga turut rian, setiap kebijakan dan praktik akuntansi
berkontribusi terhadap munculnya berbagai dan akuntabilitas tidak terlepas dari dilema
krisis finansial dan global, dan banyak akun- dan keberpihakan pada tujuan/sistem nilai
tan tidak mampu menyesuaikan diri dengan tertentu. Dari sinilah muncul kemelekat
bebagai kompleksitas praktik bisnis yang an terhadap ide keterpisah an, pandangan
terus berkembang (Molisa 2011). Kamayanti dualistik (kami vs mereka), dan diskrimi-
et al. (2011) lebih jauh mengemukakan bah- nasi (kepentingan siapa yang diperjuang-
wa pendidikan akuntansi di Indonesia telah kan oleh akuntan). Kemelekatan tersebut,
terjebak pada beauty cage yang berisikan in- pada gilirannya, hanya akan menghasilkan
doktrinasi maskulinitas pada peserta didik ketakutan, kekuatiran, kebencian dan ke-
dan kolonisasi kepentingan profesi. Sebagai kerasan. Sebaliknya, pandangan yang meng
hasilnya, sarjana akuntansi menjadi ter- utamakan kesalingterkaitan, non-dualistik,
lalu mendewakan rasionalitas ekonomi dan dan kebersamaan akan membangun peneri-
menganggap akuntansi tidak lebih dari alat maan, cinta dan perdamaian. Jadi seharus-
untuk menjadi akuntan profesional yang nya pembelajaran akuntansi adalah sebuah
diterima pasar. Pesan yang disampaikan sarana untuk membangun spiritualisme di
oleh Kamayanti et al. (2011) adalah untuk tempat kerja. Tidak lagi ada dua dunia yang
menyadarkan para akademisi akuntansi terpisah (materi dan spirit), namun semua
tentang situasi yang terjadi dan mengingat- nya merupakan satu kesatuan dan bersa
kan apakah mereka memang sudah puas lingperan untuk membangun manusia yang
dengan keadaan tersebut atau mengingin utuh.
Efferin, Akuntansi,Spiritualitas dan Kearifan Lokal Beberapa ... 477
Field, L. 2007. Business and the Buddha: Do- Accounting, Auditing & Accountability
ing Well by Doing Good. Penerbit Wis- Journal, Vol. 1, No. 2, hlm 19–42.
dom Publication. Sommerville, MA. McKernan, J.F. dan K.K.M. Kosmala. 2004.
Gallhofer, S, dan J. Haslam. 2004. “Account- “Accounting, Love and Justice”. Ac-
ing and Liberation Theology: Some In- counting, Auditing & Accountability
sights for the Project of Emancipatory Journal, Vol. 17, No.3, hlm 327–360.
Accounting”. Accounting, Auditing & Ac- McPhail, K. 2011. “A Review of the Emergence
countability Journal, Vol. 17, No. 3, hlm of Post-Secular Critical Accounting and
382-407. A Provocation from Radical Orthodoxy”.
Gray, R. H., D. L. Owen, dan C. Adams. 1996. Critical Perspectives on Accounting, Vol.
Accounting and Accountability: Changes 22, hlm 516-528.
and Challenges in Corporate Social and Molisa, P. 2011. “A Spiritual Reflection on
Environmental Reporting. Prentice Hall. Emancipation and Accounting”. Criti-
London, UK. cal Perspectives on Accounting, Vol. 22,
Gray, R. H., J.F. Dillard, dan C. Spence. hlm 453-484.
2009. “Social Accounting Research as Mulawarman, A.D. 2010. “Integrasi Paradig-
if the World Matters: An Essay in Post- ma Akuntansi: Refleksi atas Pendeka-
algia and A New Absurdism”. Public tan Sosiologi dalam Ilmu Akuntansi”.
Management Review, Vol. 11, No. 5, Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol.
hlm 545-573. 1, No. 1, hlm 155-171.
Hoogervorst, H. 2012. Speech on the 3rd ECB Mulawarman, A.D. 2013. “Nyanyian
Conference on Accounting, Financial Re- Metodologi Akuntansi ala Nataatmadja:
porting and Corporate Governance for Melampaui Derridian Mengembang-
Central Banks. Diunduh tanggal 18 Mei kan Pemikiran Bangsa Sendiri”. Jurnal
2015. <http://www.ifrs.org/Alerts/ Akuntansi Multiparadigma, Vol. 4, No.
Conference/Pages/Hans-speech-4- 1, hlm 149-164.
June-2012.aspx> Neuman, W.L. 2011. Social Research Meth-
Hopper, T. dan A. Powell. 1985. “Making ods: Qualitative and Quantitative Ap-
Sense of Research into the Organi- proaches. Edisi 7. Penerbit Pearson
zational and Social Aspects of Mana Education Inc. Boston, NY.
gement Accounting: A Review of Its Pertiwi, I.D.A.E. dan U. Ludigdo. 2013. “Im-
Underlying Assumptions”. Journal of plementasi Corporate Social Respon-
Management Studies, Vol. 22, No. 5, sibility Berlandaskan Budaya Tri Hita
hlm 429-465. Karana”. Jurnal Akuntansi Multipara-
IASB. 2015. Work Plan on Conceptual Frame- digma, Vol. 4, No. 3, hlm 430-507.
work of Reporting Entity. Diunduh tang- Quattrone P. 2004. “Accounting for God: Ac-
gal 18 Mei 2015.<http://www.ifrs.org/ counting and Accountability Practices
Current-Projects/IASB-Projects/Con- in the Society of Jesus (Italy, 16th–17th
ceptual-Framework/Reporting-entity/ centuries)”. Accounting, Organizations
Pages/Reporting-entity.aspx> and Society, Vol. 29, No. 7, hlm 647–
Kamayanti, A., I. Triyuwono, G. Irianto, dan 683.
A. D. Mulawarman. 2011. “Exploring Randa, F., I. Triyuwono, U. Ludigdo, dan
the Presence of Beauty Cage in Ac- E.G. Sukoharsono. 2011. “Studi Etno-
counting Education: Evidence from In- grafi Akuntabilitas Spiritual pada Or-
donesia”. The Indonesian Journal of Ac- ganisasi Gereja Katolik yang Terinkul-
counting Research, Vol. 14 No. 3, hlm turasi Budaya Lokal”. Jurnal Akuntansi
273-295. Multiparadigma, Vol. 2, No. 1, hlm 35-
Kreander N, K. McPhail, dan D. Molyneaux. 51.
2004. “God’s Fund Managers: A Criti- Rhodes, K. 2006. “Six Components of a Mod-
cal Study of Stock Market Investment el for Workplace Spirituality”. Graziadio
ractices of the Church of England and Business Review, Vol. 9, No. 2. Pepper-
UK Methodists”. Accounting, Auditing & dine University.
Accountability Journal, Vol. 17, No. 3, Salle, I. Z. 2015. “Akuntabilitas Manuntun-
hlm 408–441. gi: Memaknai Nilai Kalambusang pada
Laughlin, R. 1988. “Accounting in Its Social Lembaga Amil Zakat Kawasan Adat
Context: An Analysis of the Account- Ammatoa”. Jurnal Akuntansi Multipara-
ing Systems in the Church of England”. digma, Vol. 6, No. 1, hlm 28-37.
480 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 3, Desember 2015, Hlm. 466-480
Saputra, K.A.D. 2012. “Pengaruh Locus of Triyuwono, I. 2000a. Organisasi dan Akun-
Control terhadap Kinerja dan Kepuasan tansi Syari’ah. Penerbit LKiS. Yogya-
Kerja Internal Auditor dengan Kultur karta.
Lokal Tri Hita Karana sebagai Variabel Triyuwono, I. 2000b. Posmodernisme: Be-
Moderasi”. Jurnal Akuntansi Multipara- berapa Konsep Transedental Tradisi
digma, Vol. 3, No. 1, hlm 86-100. Islam untuk Metodologi Penelitian
Syarifuddin, dan R.A. Damayanti. 2015. Akuntansi, Bisnis dan Ekonomi. Short
“Story of Bride Price: Sebuah Kritik atas Course Metodologi Penelitian Paradigma
Fenomena Uang Panaik Suku Makas- Alternatif, CBIES FE Unibraw bersama
sar”. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, IAI KAPd, 8 - 9 Mei 2000.
Vol. 6, No.1, hlm 79-98.