2015
Dewi, Rosmala
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/14373
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN PERILAKU CARING DAN MOTIVASI
DENGANKINERJAPERAWATPELAKSANAMENERAPKAN
PRINSIP ETIKKEPERAWATAN DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR.
MUHAMMAD ILDREM MEDAN
TESIS
Oleh
ROSMALA DEWI
137046001/ADMINISTRASIKEPERAWATAN
THESIS
BY
ROSMALA DEWI
137046001/ NURSING ADMINISTRATION
TESIS
Oleh
ROSMALA DEWI
137046001/ ADMINISTRASI KEPERAWATAN
Tesis
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademis di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
Rosmala Dewi
Tahun : 2015
ABSTRAK
dengan tugas dan wewenang perawat dengan memenuhi ketentuan kode etik, standar
profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
dengan kinerja menerapkan prinsip etik keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.
cross sectional. Tempat penelitian di ruang rawat inap Rumah Sakit Prof. Dr.
(64,7%), motivasi rendah (55,3%), kinerja perawat pelaksana kurang baik (58,8%),
sedangkan hasil analisis data dengan uji chi- square p value = 0,001 ada
value = 0,001 ada berhubungan secara signifikan antara motivasi dengan kinerja
prinsip etik di rumah sakit dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien dan
perlu disusun aturan baku pelaksanaan perilaku caring dan prinsip etikbagi perawat
pengulangan dalam pemantapan budaya caring serta perlu seminar dan pelatihan
perilaku caring.
Year : 2015
ABSTRACT
nursing care to achieve health care which is in line with nurses’ task and
obligation by fulfilling the code of ethics, professional standard, the right to use
health care, service standard, and operational standard procedure. The objective of
the research was to analyze the correlation of caring behavior and motivation with
correlation method with cross sectional design. It was conducted in the inpatient
room in June, 2015. The samples were 85 nurse practitioners, taken by using
showed that there was significant correlation of caring behavior and motivation
culture of caring behavior and pay attention to the principle of ethics in providing
nursing care for clients. Implementation standard of caring behavior and the
principle of ethics for nurse practitioners and regular supervision in stabilizing the
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T Tuhan Yang
Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Muhammad Ildrem Medan”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi dalam proses penyelesaian studi pada Program Studi Magister
Sumatera Utara, Setiawan, S.Kp., MNS, Ph.D, penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME dan Wardiyah Daulay,
pengarahan dan motivasi kepada penulis sejak awal hingga penulisan tesis ini
selesai.
Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Amri
Amir, SpF(K), DFM, SH, Sp. Akup dan Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku
Penguji yang telah memberikan masukan, kritikan, saran, bimbingan dan arahan
serta motivasi kepada penulis sekaligus sebagai expert dalam proses penyelesaian
tesis ini.
Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan, yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di rumah sakit tersebut. Penulis juga
menyampaikan banyak terima kasih kepada Suami, anak-anak tercinta dan kedua
orang tua tercinta yang selalu memberikan doa, support dan semangat kepada
penulisan tesis ini, oleh karena itu peneliti menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tesis ini dan harapan penulis semoga tesis ini
Medan,31 Agustus2015
Penulis
Rosmala Dewi
Pekerjaan : PegawaiNegeriSipil
Agama : Islam
Email : rosmaladewip@yahoo.com
RiwayatPendidikan:
RiwayatPekerjaan:
Seminar“UtilisasiMetodologiKuantitatifdanKualitataifDalamRisetKeperawatandanKe
Utara, Medan.
Workshop
“UtilisasiMetodologiKuantitatifdanKualitataifDalamRisetKeperawatandanK
Utara, Medan.
Donor Darah Dalam kegiatan “Internasional Nurses Day (IND)”,13 May 2015,
Seminar Ilmiah Dalam Rangka Dies Natalis Ke -63 Usu (SI-DIES 2015) Sebagai
Publikasi:
Dewi, R, Syam, B, Daulay, W. (2015). Perilaku Caring dan Motivasi dengan Kinerja
Medan.JurnalRisetKeperawatanIndonesia, 1 (2).
Proceeding :
Dewi, R, Syam, B, Daulay, W. (2015). Pengaruh Perilaku Caring dengan Kinerja Perawat
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xiv
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
117
LAMPIRAN ..................................................................................................................
129
Halaman
Tabel 3.1. Data Jumlah distribusi perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.
Muhammad Ildrem Medan dan Sampel Penelitian ................................ 64
Tabel 3.3. Persebaran Nomor Pernyataan Tiap Sub Variabel Kuesioner Perilaku
Caring Perawat…………………………………………. 68
Tabel 3.4. Persebaran Nomor Pernyataan Tiap Sub Variabel Kuesioner Motivasi
Perawat………………………………………………… 69
Tabel 3.5. Persebaran Nomor Pernyataan Tiap Sub Variabel Kuesioner Kinerja
Perawat Menerapkan Prinsip Etik Keperawatan………... 70
Tabel 4.5 Hubungan perilaku caring dengan kinerja perawat pelaksana ............... 82
Halaman
Gambar 2.4. Landasan Teoritis ............................................................................. 60
Gambar 2.5. Kerangka Konsep ............................................................................. 61
Halaman
1 Instrumen Penelitian…………………………………………. 129
PENDAHULUAN
dengan adanya mutu pelayanan yang berkualitas oleh pihak rumah sakit. Oleh
sebab itu, industri pelayanan kesehatan membutuhkan tenaga kerja yang lebih
terampil sebagai akibat dari kemajuan teknologi medis dan permintaan untuk
Tim keperawatan harus bekerja sesuai standar yang telah ditetapkan dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada klien. Hal ini ditujukan agar pelayanan
mampu memenuhi kebutuhan dan harapan baik dari segi kualitas maupun
kompleks yang beresiko membahayakan diri sendiri atau orang lain dan tidak
dapat secara efektif diobati dengan layanan yang tersedia yang ada di masyarakat
2014).
tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara
perawat untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya serta
jiwa agar dalam memberikan pelayanan keperawatan jiwa kepada pasien dapat
keperwatan jiwa dengan keadaan yang berbeda-beda. Ini merupakan kondisi yang
berat karena harus membuat suatu pilihan atau tindakan yang kurang sempurna,
keputusan yang cepat tanpa ada waktu untuk musyawarah yang mengakibatkan
pelanggaran etik dalam merawat pasien di Rumah Sakit jiwa, seperti melakukan
tindakan tanpa informed consent, ketika klien harus menjalankan tindakan khusus
klien minum obat atau program pengobatan lain dengan kasar. Inilah dilema yang
berhubungan dengan menghormati otonomi klien dan melakukan yang baik bagi
klien.
menjadi meningkat 65% jumlah klien pertama masuk ke Rumah Sakit untuk
menahan diri. Hal ini terutama terjadi pada hari pertama masuk seperti mengunci
ruangan, klien tidak ada kontak dengan perawat bahkan minuman dan makanan,
dasarnya karena tindakan pelayanan tidak sesuai dengan standar Mental Health
consent dari setiap tindakan seperti pengekangan fisik hanya 50% klien yang
mendapat persetujuan dari keluarga dan terkait dengan pedoman pengobatan 8,3%
jiwa prof. DR. Muhammad Ildrem Medan diantaranya ketika klien makan
bersama perawat tidak mengawasi klien tetapi membiarkan klien, kemudian klein
diberi obat tanpa ada komunikasi terapeutik dan klein yang tidak mau makan obat
dipaksa dan terkadang dengan kekerasan hal ini menunjukkan perawat tidak
prof. DR. Muhammad Ildrem Medan ada beberapa orang klein yang dirantai kaki
dan tangannya khususnya klein yang baru masuk dan ada juga klein yang lama.
ini disebabkan karena kurangnya tenaga, beban kerja yang berlebihan, kondisi
pekerjaan (Prinsip etik sering menjadi isu yang kontroversi), kurangnya supervisi,
memenuhi kebutuhan dan harapan baik dari segi kualitas maupun kuantitas
kurang optimalnya pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Peningkatan
prinsip etik dalam memberikan asuhan keperawatan. Penerapan prinsip etik juga
merupakan kompetensi inti ke dua dari 12 kompetensi inti yang harus dimiliki
bekerjasama dengan Depkes dan Asean Development Bank (ADB) sebagai hasil
Delphi Process pada bulan Mei 2007. Hal ini berarti perawat dalam memberikan
tentang masalah etik dan hukum. Tanggung jawab utama perawat professional
adalah memberikan pelayanan yang tepat dan aman baik untuk klien maupun diri
asuhan keperawatan.
tentang kode etik untuk bekerja sehingga diperoleh kepuasan perawat dan pasien.
perawat yang dalam melakukan asuhan keperawatan berperilaku tidak etik dapat
dapat mengalami injury atau bahaya fisik seperti nyeri, kecacatan atau kematian,
serta bahaya emosional seperti perasaan tidak berdaya atau terisolasi (Canadian
yang berkaiatan dengan masalah etik dalam berinteraksi sehari-hari dengan klien
yang paling sensitive terhadap pelanggaran etik. Kerugian yang dialami klien
tersebut akan menyebabkan ketidak puasan klien yang pada akhirnya akan
berdampak pada citra dan pendapatan rumah sakit (Ismail et al., (2012).
perawat, klien dan petugas kesehatan lain sehingga klien merasa yakin akan
etik dalam asuhan keperawatan adalah perilaku caring perawat dan motivasi
perawat (Burtson & Stichler, 2010). Perilaku caring perawat sangat erat
staf perawat termasuk perilaku caring yang dapat memberikan kontribusi besar
etika dalam asuhan keperawatan karena mempunyai kompetensi yang baik dalam
berperilaku caring dimana hal ini merupakan representasi nilai, sikap dan perilaku
Rumah Sakit Jiwa pemerintah yang ada di Propinsi Sumatera Utara yang memiliki
kesehatan sebagai acuan dalam melayani pasien dan menghormati dan melindungi
hak-hak pasien. Serta melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua
terlambat, kurang disiplin, dan pelanggaran lain yang dirasakan tidak merugikan
klien secara langsung diusahakan oleh perawat yang menjadi teman satu shift jaga
untuk tidak dilaporkan kepada atasan. Hal ini disebabkan rasa kasihan dan
Pelaporan dan pembinaan pelanggaran etik baru dilakukan jika pasien atau
keluarga mengeluh secara langsung kepada pihak menejer. Hal ini tentu saja
turun dikarenakan perilaku etik sangat erat hubungannya dengan adanya peran
rekan kerja dan juga supervisi atasan (Deshpande & Joseph, 2008; Gillies, 1994).
lama dalam pelaksanaannya. Ada pula yang menyebutkan bahwa tidak ada
dan supervisi berhubungan signifikan terhadap kinerja dan kepuasan kerja perawat
pelaksana. Peningkatan kinerja pada perawat memerlukan usaha yang keras dari
seorang perawat agar prestasi kerjanya berbeda dengan orang lain dan perawat
tersebut harus memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik
dari sebelumnya.
1.2 Permasalahan
perawat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan.
Ildrem Medan.
Ildrem Medan.
1.4 Hipotesis
etik keperawatan dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.
dengan perilaku caring dan motivasi kinerja perawat dalam menerapkan prinsip etik
TINJAUAN PUSTAKA
Chaaralambous, 2010).
Caring adalah ciri dan ekspresi yang esensial sebagai manusia. Caring
kapasitas untuk mengekspresikan caring. Dengan kata lain setiap orang tumbuh
Lima konsep utama caring yaitu ciri manusia, moral yang sangat penting, afek,
yang caring mampu, melalui konsep diri yang kuat, menyusun aktivitas sehari-
hari dan adanya keterbukaan terhadap kebutuhan orang lain dan kemampuan
orang lain baik secara individu maupun kelompok. Caring dapat diartikan sebagai
beban, sebagai tanggung jawab dan sebagai perasaan terhadap orang lain
(Nyberg, 1998).
Teori caring Jean Watson pertama kali dipublikasikan pada tahun 1979
dengan judul: the Philosophy and Science of Caring. Jean Watson mendefinisikan
caring sebagai ilmu. Perspektif ilmu caring didasarkan pada ontologi hubungan
dimana semua yang terlibat berada dalam suatu hubungan, bersatu dan
mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lain. Caring merupakan sebuah
perkembangan ilmu pengetahuan bidang baru yang didasarkan pada disiplin ilmu
2008).
Watson melihat caring sebagai ideal moral dan etika keperawatan yang
Caring moment merupakan bagian yang penting bagi seseorang. Hal ini
sumber daya yang dimiliki, membuat moment tersebut menjadi sangat penting
(Watson, 2008).
dari keperawatan profesional yang dapat dilihat pada praktek keperawatan, teori
kemanusiaan dan hubungan caring dengan pasien. Hal ini meliputi keinginan
menjalin suatu hubungan yang berfokus pada perasaan klien yang merupakan
maupun keluarga mengenai praktek keperawatan dan caring merupakan kata sifat
yang biasa digunakan oleh perawat dan siswa perawat untuk menggambarkan
klinik caring (clinical caring processes) adalah representasi nilai, sikap dan
oleh klien (Watson, 2009). Clinical caring process adalah hubungan yang
menyatukan tindakan fisik, interaksi, hubungan dan memahami satu sama lain
adalah caring terdiri atas dua aspek yaitu berupa tindakan nyata perawat dalam
klien dan aspek afektif perawat seperti perasaan cinta, altruisme, belas kasih,
tindakan fisik, interaksi, hubungan dan memahami satu sama lain antara perawat
dan klien.
the other (menghormati orang lain), (2) assurance of human presence (mengakui
positif), (4) professional knowledge and skill (pengetahuan dan keterampilan yang
yang dapat digunakan untuk mengaplikasikan caring dalam berbagai situasi klinis
didalam lingkup kerja ilmu medis (Watson, 2007). Sepuluh karatif faktor tersebut
adalah:
dini dengan nilai-nilai yang berasal dari orang tuanya. Sistem nilai ini
Hal ini dianggap penting untuk pendewasaan diri perawat yang kemudian akan
meningkatkan sikap altruistik. Melalui sistem nilai humanistik dan altruistik ini
klien.
harapan).
spiritual. Dengan menggunakan faktor karatif ini akan tercipta perasaan lebih baik
melalui kepercayaan dan atau keyakinan yang sangat berarti bagi seseorang secara
spiritual. Dengan menggunakan faktor karatif ini akan tercipta perasaan lebih baik
dan ramah. Kongruen berarti menyatakan apa adanya dalam berinteraksi dan tidak
jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien. Ramah berarti
penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa
tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah dan lain-lain.
klien. Berbagi perasaan merupakan pengalaman yang cukup beresiko baik bagi
perawat maupun klien. Perawat harus siap untuk ekspresi perasaan positif maupun
pengambilan keputusan).
terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Konsep yang relevan terhadap
dan lingkungan yang astetik. Karena klien bisa saja mengalami perubahan baik
dari lingkungan internal maupun eksternal, maka perawat harus mengkaji dan
manusia).
yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya.
Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan biofisik yang paling
existential - phenomenological).
Faktor ini bertujuan agar penyembuhan diri dan kematangaan diri dan jiwa
klien dapat dicapai. Diakuinya faktor ini dalam ilmu keperawatan membantu
perawat untuk memahami jalan hidup seseorang dalam menemukan arti kesulitan
hidup. Karena adanya dasar yang irrasional tentang kehidupan, penyakit dan
belajar (learning) yang didasari oleh semangat keyakinan (faith), cinta (love) dan
a. Knowing (Mengetahui)
mencegah adanya asumsi, berfokus pada perawatan untuk klien, mencari tanda-
tanda, melakukan pengkajian secara cermat dan melibatkan diri dengan klien.
Being with berarti menghadirkan emosi saat bersama klien. Hal ini berarti
hadir secara fisik, menyampaikan keberadaan dan berbagi perasaan dengan klien
klien dalam perawatan total atau mendukung klien untuk melakukan perawatan
mandiri. Sub kategori perilaku yang termasuk hal ini adalah mengantisipasi
secara kompeten dan terampil, dan melindungi martabat klien selama perawatan.
kehidupan atau melalui peristiwa yang tidak biasa dengan cara berfokus pada
Proses ini merupakan fondasi caring. Sub kategori yang ada dalam proses
yang penuh dengan keterampilan, suatu proses dan pengambilan keputusan yang
empati, mendukung, belas kasih, melindungi, dan hal-hal lain tergantung kebutuhan,
nilai, masalah, nilai dan tujuan yang ingin dicapai oleh individu ataupun kelompok
Caring diartikan sebagai proses interaktif antara klien dengan perawat dan
bertujuan untuk memberikan perawatan sesuai dengan harapan pasien (Chen, Yen,
e. Mengenal klien, hubungan caring yang terbentuk antara klien dan perawat
membantu perawat untuk lebih mengenal klien secara individu yang unik
Eropa dan penelitan yang dilakukan oleh Sossong & Poirier (2013) di Amerika
caring perawat.
persepsi perawat dan keluarga pasien menyatakan ada persamaan persepsi antara
dan terampil, sedangkan menurut Brunton dan Beaman (2000) adalah sensitif,
memberikan instruksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Alexis (2009) tentang persepsi perawat luar
negeri terhadap sikap caring kolega mereka di Inggris yaitu mencakup empati,
pemahaman dan perspektif caring, dampak emosional dan kurangnya tim kerja.
human presence, Knowledge and skill, respectful deference to others, and positive
bahwa ada perbedaan persepsi perawat tentang perilaku caring sebelum dan
setelah intervensi pendidikan (Reigniting the Spirit of Caring) dan penelitian yang
Jonsdottir, Reykjavik, & Iceland, 2002) unit perawatan luka ((Oskouie, Rafii, &
Suliman, Welmann, Omer, dan Thomas (2009) perbedaan budaya perawat dan
yang tinggi, upah yang rendah, perasaan perwat yang tertekan, kurangnya
motivasi perawat dan usia pasien juga dapat mempengaruhi perilaku caring
perawat.
dalam asuhan keperawatan adalah perilaku caring perawat dan motivasi perawat
Penelitian Wolf, Miller & Devine (2010) menyatakan bahwa kinerja staf
menggunakan konsep dasar caring secara umum dan teori transpersonal caring
Watson. Versi pertama alat ukur ini terdiri atas 75 item yang dengan proses
CBI 43 item pertanyaan diuji menggunakan 541 subjek penelitian yang terdiri dari
278 perawat dan 263 pasien. Konsistensi reliabilitas internal dilaporkan sampai
0.96 pada tahun 1994. Wolf et al., (1994) mengkategorikan faktor karatif dari
teori Watson menjadi 5 dimensi perilaku caring sepeti tergambar pada tabel 2.1:
Tabel 2.1
Lima Dimensi Perilaku Caring yang Berhubungan dengan FaktorKaratif dari
Teori Watson
Dimensi Karatif Berhubungan dengan Faktor Karatif Watson
I Mengakui • Pembentukkan system nilai humanistic dan
keberadaan manusia altruistic
(assurance of human • Memberikan kepercayaan harapan
presence) • Menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri
dan orang lain
II Menanggapi dengan • Mengembangkan hubungan saling percaya
rasa hormat • Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan
(Respectful) positif dan negatife klien
III Pengetahuan dan • Menggunakan metode sistematis penyelesaian
keterampilan untuk pengambilan keputusan
professional • Peningkatan pembelajaran dan pengajaran
(Proffessional interpersonal
knowledge and skill)
IV Menciptakan • Menciptakan lingkungan fisik mental,
hubungan positif soaiokultural dan spiritual yang mendukung
)Positive
connectedness)
V Perhatian terhadap • Memberikan bimbingan dalam memuaskan
yang dialami orang kebutuhan manusiawi
lain (Attentiveness to • Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat
the other’s fenomenologis agar pertumbuhan diri dan
experience) kematangan jiwa klien dapat tercapai
Pengukuran perilaku caring perawat pada Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.
Inventory dari Wolf (1994) dengan difokuskan pada lima dimensi perilaku caring.
Hal ini karena dimensi caring ini erat hubungannya dengan kompetensi afektif.
memandang klien sebagai individu yang unik dan menganggap bahwa klien
Lebih lanjut dijelaskan oleh Thiroux (1990 dalam Potter & Perry, 2005)
respect dan assurance of human presence berarti semua orang tidak terkecuali
dirinya sendiri dan orang lain termasuk kehidupan dan kematian. Kehidupan
adalah hak dasar yang dimiliki oleh semua manusia dan merupakan sesuatu yang
berharga bagi manusia, oleh karena itu perawat diwajibkan untuk melakukan
maupun secara kualitas. Tindakan ini juga berarti menghargai perbedaan dan
Perilaku caring perawat jika tidak dilakukan dengan baik akan berdampak
pada klien dan juga perawat. Perawat yang tidak caring tidak termotivasi
menerapkan prinsip etik karena sifat keras hati, tidak perhatian dengan klien dan
kesehatan, adanya komunitas caring di sekolah yang dapat dijadikan ajang untuk
melatih perilaku caring di antara sesama teman, dan adanya role model serta
kepada klien yang dapat diwujudkan dalam bentuk role play atau studi kasus
(Duffy, 2005).
b. Pendekatan psikologis, yaitu melalui supervisi dan pembinaan serta role model
yang baik dari atasan dalam berperilaku caring. Hal ini sesuai dengan penelitian
kepuasan pasien antara kelompok perawat yang diberi pelatihan dan bimbingan
sebanyak 3 x.
dalam organisasi yang dapat mendorong perawat berperilaku caring, dimana hal
dan menantang yang dilakukan oleh para manajer. Para manager perlu mengetahui
yang mereka inginkan dari pekerjaan dalam suatu organisasi (Swansburg, 2001).
(Swansburg, 2001).
Pernyataan serupa dinyatakan oleh Vilma & Egle (2007) bahwa motivasi adalah
daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin
demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya, di mana hal ini dapat terjadi
tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang akan
motivasi muncul dari dalam individu. Hal yang dapat dilakukan manajer adalah
secara personal dengan tim kerja untuk menghasilkan motivasi pekerja. Pimpinan
dapat menjadi role model, pendengar, dan pendukung serta pendorong bagi
untuk menghasilkan sesuatu guna mencapai suatu hal yang diinginkan. Motivasi
intrinsik dipengaruhi orang tua, kelompok dan budaya. Motivasi ekstrinsik adalah
Herzberg dan Mausners terdiri dari faktor intrinsik atau disebut motivator yang
mempromosikan kepuasan kerja dan faktor ekstrinsik atau faktor higieni yang
dengan baik. Faktor motivator terdiri dari prestasi kerja, pengakuan, pekerjaan itu
adalah faktor yang dapat memberikan pengalaman yang tidak memuaskan yang
status, kehidupan pribadi dan kebijakan perusahaan (Marquis & Huston, 2012).
kerja menunjukkan secara umum prestasi kerja perawat adalah tinggi (56,7%),
motivasi kerja ekstrinsik tinggi sebanyak 44%, motivasi kerja intrinsik 55,4%
tinggi dan adanya hubungan yang bermakna dengan prestasi kerja perawat adalah
perawat di Rumah Sakit Jiwa Medan. Hasil penelitian membuktikan ada pengaruh
maju dan kepuasan kerja terhadap kinerja perawat. Variabel kinerja menggunakan
penuh terhadap hasil dan perasaan memiliki terhadap proses pekerjaan (Kelner,
1998). Tanggung jawab perawat di rumah sakit berkaitan erat dengan uraian tugas
diharapkan organisasi terhadap diri perawat dan kewenangan apa yang dimiliki
Whitehead 2004). Pemberian tanggung jawab yang lebih besar pada seseorang
dapat menimbulkan kepuasan tersendiri bagi seseorang dan juga menambah rasa
kewenangannya.
sumber daya manusia sehingga mempunyai kepuasan kerja yang pada akhirnya
akan berdampak pada peningkatan motivasi perawat yang secara tidak langsung
dasar dari semua kebutuhan manusia. Gaji yang didapatkan oleh pegawai dapat
akan menentukan taraf ekonomi dan gaya hidup serta status sosial pegawai di
masyarakat (Rachmawati, 2007). Gaji juga merupakan alat motivasi yang efektif
paling dominan mempengaruhi kinerja perawat adalah dari hasil penelitian Gatot
kepuasan kerja perawat adalah hubungan dengan atasan. Hubungan dengan atasan
yang harmonis akan membuat bawahan menjadi respek terhadap atasan dan setiap
tugas yang diberikan akan dikerjakan dengan baik sehingga proses pendelegasian
dapat berjalan dengan baik. Penelitian lain yang menemukan hasil yang berbeda
dilakukan oleh Supratman (2002) dan Tri Pipo (2001) yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara supervisi atasan dengan kinerja dan
prestasi kerja.
sedih dan saling mendengarkan maupun tempat mencari dukungan sosial. Rekan
kepuasan kerja karyawan yang pada akhirnya akan berdampak pada kinerja
peran rekan kerja dalam meningkatkan perilaku etik perawat sangat berhubungan.
Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian Aprizal, Kuntjoro dan Probondari
(2008) yang menyatakan bahwa hubungan dengan rekan kerja berpengaruh secara
penelitian Yohana (2003) yang menyatakan bahwa hubungan dengan rekan kerja
keperawatan.
pencapaian tujuan dan pemenuhan kepuasan semua pihak, baik organisasi maupun
anggota organisasi (Marquis & Huston, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh
Rochatun (1999) yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh aspek
rumah sakit swadana yaitu kebijakan kepegawaian terdiri dari faktor insentif,
pemberian penghargaan dan pembinaan oleh atasan yang diterapkan oleh atasan
sejak terjadi perubahan status rumah sakit menjadi swadana. Hasil penelitian
dan latihan, pemberian penghargaan dan pembinaan oleh atasan yang diterapkan
oleh atasan dengan motivasi kerja perawat. Sesuai dengan Siagian (1995) yang
karyawan.
Secara garis besar teori motivasi terbagi menjadi dua, yaitu teori motivasi
isi dan teori motivasi proses. Isi teori motivasi berfokus pada faktor yang ada
Teori motivasi proses juga disebut sebagai teori modifikasi perilaku. Teori
menjadi perilaku. Teori yang termasuk teori motivasi proses adalah teori harapan
(Expectasi), teori goal setting dan teori Equity (Burtson & Stichler, 2010).
berikut:
akan timbul rasa percaya diri dan mempercayai orang lain serta saling
mendukung.
kepada staf perawatan untuk maju dan mendapatkan tugas yang lebih
datang.
teori motivasi-hygiene Herzberg berupa hal-hal yang ada dalam dan di luar
rekan kerja dan status pengembangan karir) dan factor ekstrinsik (keamanan kerja,
kondisi kerja, kebijakan Rumah Sakit, system penggajian dan supervise atasan)
namun kepribadian, demografi dan Faktor bekerja hanya sebagian kecil yang
mempengaruhi motivasi.
2.3.1 Kinerja
ditampakkan oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu perusahaan dan dapat
menyatakan bahwa kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas
tertentu. Menurut Mafini & Dlodlo(2013) kinerja merupakan hasil pekerjaan yang
adalah kinerja bukan hanya hasil suatu pekerjaan melainkan juga apa yang
dilakukan, bagaimana melakukan kerja tersebut dan hasil dari pekerjaan tersebut.
kerja. Kinerja adalah hasil karya individu dalam suatu organisasi sehingga kinerja
organisasi.
mencapai tujuan layanan kesehatan sesuai dengan tugas dan wewenang perawat
dengan memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan
36 tahun 2009).
Indonesia (PPNI) pada tahun 2010 telah mensyahkan standar profesi keperawatan
sebagaimana tercantum dalam pasal 24 ayat (2) UU no 36 tahun 2009 yang terdiri
dari dari standar kompetensi dan standar praktik keperawatan. Standar praktik
standar asuhan dan standar kinerja profesional yang dipakai sebagai evaluasi
dalam menilai asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat meliputi: (1)
standar I jaminan mutu, (2) standar II pendidikan, (3) standar III penilaian kinerja,
(4) standar IV kesejawatan, (5) standar V etik, (6) standar VI kolaborasi, (7)
standar VII riset dan (8) standar XIII pemanfaatan sumber. Standar Praktek
Secara formal Etika adalah cabang ilmu filsafat (studi keyakinan dan
asumsi) disebut filsafat moral. Etik berasal dari istilah Yunani etos, yang berarti
adat istiadat, kebiasaan, perilaku, dan karakter (Aiken, D., & Catalano, J.T.,
1994). Terkait dengan konsep etik adalah moral. Moral adalah standar dasar untuk
apa yang kita anggap benar dan salah (Ellis & Hartley, 2004). Sebuah teori etik
adalah prinsip moral yang dapat digunakan untuk menilai apa yang secara moral
benar atau salah dalam situasi tertentu (Delaune & Ladner, 2014).
adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang atau anggota profesi yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan
buruk yang dilakukan oleh seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan
keputusan dalam praktik terutama yang berkaitan dengan masalah etis (Potter &
Perry, 2002). Olah karena itu seluruh perawat harus dapat memahami tentang etik
itu sendiri. Etika dapat digambarkan sebagai kedudukan dari pengetahuan yang
focus mana yang benar dan yang baik, tepat dan adil (Sumijatun, 2009).
beretika dan dalam pengambilan keputusan etis. Prinsip etika berfungsi untuk
diizinkan dalam suatu keadaan. Menurut Beuchamp dan Childress (Fowler, 1989;
Potter & Perry, 1992) prinsip etik dapat digunakan untuk memperkirakan isu etika
S. E., 2009).
a. Prinsip Otonomi
pilihan dan berbuat sesuai dengan pilihannya tersebut (Kelly & Heidental, 2004).
setiap individu akan diperlakukan secara unik dan sama dengan setiap individu
lainnya (Davis et al, 1997 dalam Ellis & Hartley, 2004). Prinsip otonomi
ini mengarah pada hak seseorang untuk membuat pilihan menurut apa yang
seorang yang mempunyaiharga diri dan martabat yang mampu menetukan sesuatu
bagi dirinya.
kecakapan dan kemampuan dalam mengambil keputusan dan otonomi keluar jika
pilihan mereka tidak dibatasi dan dipaksakan oleh orang lain (Delauner & Ladner,
2014).
sebagai berikut:
atau penyimpangan.
informasi tersebut.
hak klien untuk membuat pilihan terkait tindakan medis atau keperawatan yang
Perry, 2002).
terhadap setiap informasi yang diterima klien, pemecahan masalah, dan membuat
otonomi pada klien jiwa masih perdebatan (kontroversi).Apa yang terjadi jika
klein menolak minum obat yang perlu diingat penggunaan kekerasan atau paksaan
b. Nonmaleficence
tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera bagi orang lain (Purba, J. M.
orang lain. Tsitsis (2014) nonmaleficence adalah jangan merugikan prinsip dasar
berkewajiban untuk secara sadar tidak menimbulkan bahaya atau injury bagi
kematian, atau bahaya emosinal seperti perasaan tidak berdaya atau terisolasi
(CNA, 2008). Jika tidak dapat berbuat baik maka paling tidak jangan
Prinsip ini merupakan dasar dari kode etik keperawatan. Tappen, Weiss, dan
cara melindungi klien yang tidak bisa melindungi dirinya sendiri karena kondisi
mental atau fisik mereka, seperti anak kecil, klien dalam pengaruh anestesi, klien
kemoterapi dapat meningkatkan kualitas hidup klien dan dapat juga menimbulkan
c. Beneficence
Childress, 2001). Kebaikan mengacu pada kewajiban untuk berbuat baik, tidak
membahayakan, untuk orang lain. Hal ini memelihara kita untuk mencegah
kejahatan atau bahaya (Bukhardt & Nathaniel, 1998 dalam Ellis & Hartley,
2013).
bahaya yang tidak berarti dan melakukan yang baik. Sebagai contoh, perawat
suatu derajat bahaya atau nyeri. Tinadakan ini beneficence karena tindakan ini
dengan penuh kasih, empati, simpati, altruisme, baik hati, belas kasih, cinta,
persahabatan dan ketulusan. Berbagai contoh berbuat baik antara lain (Malau, 2008):
d. Veracity
perawat dan pasien. Tindakan mencurangi, kebohongan yang disengaja atau tidak
keputusan terkait dengan kesehatannya (Potter & Perry, 2002: Heidenthal, 2004).
berhubungan dengan situasi klien. Hal-hal yang diidentifikasi oleh perawat harus
diajukan dalam diskusi oleh klien dan tim perawatan kesehatan (Potter & Perry,
2002).
e. Fidelity
dan janji (Marquis & Huston, 2010). Prinsip ini menjelaskan kewajiban perawat
untuk tetap setia terhadap komitmen, loyal, menepati janji, mengatakan yang
benar dan tetap setia kepada klien yang telah mempercayakan kepada perawat
yang dibuatnya pada klien. Ketika klien dan keluarga tidak dapat bergantung pada
perawat untuk menjalankan perjanjian tersebut, mereka berada pada resiko (Potter
f. Justice
orang (Ujung & Groves, 1998 dalam Ellis & Harley, 2004). Prinsip keadilan
(ICN, 2008).
perawat untuk menyakinkan adanya alokasi yang adil sarana yang ada bagi setiap
g. Confidentiality
klien, hubungan profesional antara perawat dan klien serta menjelaskan prosedur
pertukaran informasi klien yang secara logis dapat menerima, mengizinkan dan
perawat ini akan menjadi variabel confounding pada penelitian ini. Berikut ini
a. Umur
pengalaman, perilaku etik yang kuat dan komitmen dalam menjaga kualitas
pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhartati (2002)
semakin bertambah tua maka kecenderungan perawat untuk berperilaku etik akan
lebih besar, terutama perawat dengan usia di atas 40 tahun. Hasil yang sama
didapatkan dari penelitian Purbadi dan Sofiana (2006) usia berpengaruh positif
terhadap kinerja, meskipun dalam penelitian ini perawat yang dianggap mempunyai
kinerja yang lebih baik adalah perawat dengan usia di atas 30 tahun karena dianggap
mempunyai kemampuan analisis yang lebih baik. Sehingga semakin bertambah usia
berpikir secara rasional, semakin bijaksana, mampu mengendalikan emosi dan toleran
tingkat ketergantungan terhadap pengaruh dari luar dalam mengambil keputusan etik
ataupun berperilaku etik. Individu yang telah maju pada tahap perkembangan moral
yang makin tinggi akan menaruh perhatian yang lebih terhadap hak orang lain, tidak
budaya dalam organisasi yang dirasa tidak sesuai dengan prinsip etik atau moral yang
b. Jenis kelamin
perempuan untuk berperilaku etik tetapi perbedaan ini sangat kecil (Robbins, 2001).
penyelesaian masalah atau dilema etika dengan lebih seksama sehingga akan
berperilaku etika lebih baik dibandingkan perawat laki-laki. Perilaku etika ini juga
penelitian dan temuan tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam dunia keperawatan
perempuan lebih dominan akan tetapi perawat pria cenderung menduduki posisi
manager yang tidak secara langsung bersentuhan dengan klien, atau pada area dengan
teknologi tinggi seperti ICU, IBS, IGD sehingga perawat pria tetap dapat
1997).
yang lebih matang dikarenakan wawasan yang lebih luas. Penelitian yang dilakukan
oleh Sofiana dan Purwadi (2006) membuktikan bahwa perawat dengan pendidikan
Sarjana Keperawatan dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempunyai efisiensi
kerja dan penampilan kerja yang lebih baik. Hasil yang sama juga didapatkan dari
penelitian yang dilakukan oleh Casterlé, Janssen, dan Grypdonck (1996) yang
menyatakan ada pengaruh antara pendidikan dengan perilaku etik siswa perawat.
Penelitian yang dilakukan oleh Indiyah (2001), Burdahyat (2009) dan Muadi
(2009) menemukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
kinerja dan produktivitas perawat. Habaghery, Salsali dan Ahmadi (2004) dalam
yang efektif dan etik. Hal ini dapat dijelaskan oleh Siagian (2002) yang menyatakan
pendidikan yang dimaksud bukan saja merupakan pendidikan formal yang diperoleh
melalui sekolah melainkan juga pendidikan yang di luar jalur sekolah seperti
d. Lama kerja
pekerjaan. Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa perilaku seseorang di masa
lalu menjadi dasar yang baik untuk perilaku di masa depan. Seorang perawat akan
masalah atau dilema etik karena pernah mengalami hal tersebut di masa lalu dan telah
menganalisisnya dengan lebih baik. Masa kerja di atas 3 tahun membuat perawat
mengambil keputusan yang lebih cermat terkait pekerjaannya tersebut (Purbadi &
Sofiana, 2006). Hal ini dijelaskan oleh Siagian (2002) karena semakin lama seseorang
bekerja maka akan semakin matang secara teknis dan psikologis yang menunjukkan
kematangan jiwanya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Supratman (2002) dan Indiyah (2001)
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna kinerja perawat berdasarkan
masa kerja. Perbedaan hasil antara beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya
mendasari perlu dilakukan pengkajian lagi untuk variabel masa kerja dengan kinerja
agar dapat lebih memperkuat dan membuktikan kebenarannya dalam penelitian yang
e. Status Pernikahan
bahwa individu yang telah menikah akan meningkat dalam kinerja karena mempunyai
pemikiran yang lebih matang dan bijaksana yang sangat diperlukan dalam penerapan
prinsip etik. Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian Buick dan Thomas
(2001) yang menyatakan bahwa karyawan yang telah menikah akan termotivasi untuk
bekerja lebih baik dibandingkan karyawan yang belum menikah dan telah bercerai.
lebih berharga dan penting. Mayoritas pekerja yang loyal dan puas terhadap
bahwa seorang pria yang telah menikah dengan kehidupan pernikahan yang kurang
bahagia cenderung kurang bisa mengatur emosinya. Saat seseorang tidak bisa
mangatur emosinya maka orang tersebut tidak akan bisa berpikir secara seksama dan
teliti serta mempunyai lapang pandang yang sempit sehingga tidak bisa menganalisa
suatu masalah secara rasional dan akan menghasilkan keputusan yang cenderung
tidak etikal.
ada perbedaan secara bermakna status pernikahan dengan kinerja perawat. Penelitian
tatanan seting nyata. Self confident atau keyakinan diri adalah keyakinan perawat
akan kemampuan yang dimiliki. Keyakinan diri ini membuat perawat merasa mampu
kekuatan untuk membuat keputusan etis secara bebas. Kesimpulan yang dapat
keyakinan diri perawat sehingga perawat merasa mampu dan mempunyai kekuatan
serta otoritas untuk membuat keputusan termasuk dalam hal membela hak klien.
1. Faktor Sosial
a. Kode etik
Kode etik dimiliki oleh profesi untuk menuntun anggota profesi dalam
mencapai suatu tujuan (Jonstone, 2000). Beberapa pernyataan tentang kode etik dapat
diambil kesimpulan bahwa kode etik adalah pedoman yang dipandang esensial
sebagai karakteristik profesi yang mencerminkan nilai, norma dan ideal profesi
yang memberikan tuntunan bagi anggota profesi melaksanakan praktek dalam bidang
keperawatan, baik yang berhubungan dengan klien, masyarakat, teman sejawat, dan
profesi keperawatan (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995: Potter & Perry, 2005).
Pernyataan Aiken (2003) mengenai kode etik keperawatan adalah daftar perilaku atau
bentuk pedoman atau panduan etik perilaku profesi keperawatan secara profesional
(Aiken, 2003).
dengan berbagai variasi content, akan tetapi pada dasarnya memuat prinsip yang sama
yaitu meliputi prinsip otonomi, berbuat baik, tidak merugikan, adil, berkata
baik/jujur, setia/menepati janji (keeping promise), dan menjaga kerahasiaan (Potter &
Perry, 2005). Tujuan adanya kode etik keperawatan adalah sebagai pedoman bagi
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pernyataan bahwa kode etik
penerimaan secara jujur dan bertanggung jawab dan merupakan daftar perilaku
yang menjadi panduan perilaku etis anggota profesi yang merupakan ciri penting
jawab profesi dengan berdasarkan nilai-nilai, moral profesional dan tujuan profesi.
Fungsi dan tujuan adanya kode etik keperawatan adalah (CNA, 2008:
PPNI, 2010):
melaksanakan pekerjaannya.
tanggung jawab perawat terhadap profesi (CNA, 2008; ICN, 2006; PPNI, 2010).
Kode etik adalah hal utama yang harus dimiliki oleh suatu organisasi untuk
mencegah adanya perilaku yang tidak sesuai dengan etika. Kode etik tidak akan
berpengaruh secara positif terhadap perilaku anggota suatu organisasi jika hanya
sebagai aksesoris semata dan akan bekerja secara baik jika setiap pekerja
menerima kode etika sebagai bagian dari budaya organisasi. Fungsi kode etik
organisasi yang lebih besar. Organisasi harus membangun budaya yang kuat yang
mencakup kode etik yang mendukung dan menghargai pekerja yang mentaati
keperawatan yang merupakan pedoman perawat untuk berperilaku etik akan dapat
diterapkan secara baik semua perawat menerima kode etik sebagai bagian dari
budaya kerja pada saat perawat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.
Kode etik keperawatan berfungsi secara maksimal jika rumah sakit sebagai
organisasi tempat kerja yang menaungi perawat mempunyai budaya yang kuat
b. Pembinaan
Tujuan pembinaan etika profesi adalah untuk menjaga mutu profesi dan
menjaga harkat dan martabat profesi serta memelihara tata tertib anggota profesi.
Jenis pembinaan bersifat mendidik dan membina selama perawat yang melakukan
kegiatan sosialisasi standar keperawatan, etik dan pembahasan kasus, tidak cuti
selama pembinaan dan dinas pagi selama jangka waktu tertentu serta pemotongan
kepada klien dan perilaku etis yang ditunjukkan perawat dalam memberikan asuhan
beranggapan job description dan peraturan rumah sakit membatasi otoritas perawat.
Organisasi yang tidak mempunyai aturan atau kebijakan juga dapat meningkatkan
perilaku yang tidak etis. Kebebasan individu untuk berperilaku tidak etik dalam suatu
organisasi dapat dicegah dengan adanya aturan atau kebijakan (Pride, Hughes &
Kapoor, 2010).
Acharya (2005) menyatakan bahwa perilaku yang tidak etika tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang buruk tetapi lebih kepada iklim yang ada pada
organisasi adalah inti dari perilaku etika dalam organisasi sebagai hasil lingkungan di
mana organisasi beroperasi dan karakteristik organisasi meliputi struktur dan nilai
b. Sistem Management
dukungan yang sangat bermanfaat untuk berperilaku etis akan tetapi berdasarkan
dukungan emosional.
membuat perawat hanya berorientasi pada tugas dan kurang pertimbangan dalam
klien, beban kerja yang terlalu berat, peningkatan tugas-tugas non keperawatan
yang menurunkan interaksi perawat dan klien sehingga perawat cenderung kurang
mengenal klien secara individu yang dapat menurunkan perilaku caring perawat
(Sobirin, 2006).
untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan lingkup dan disiplin ilmunya agar
2007). Adanya struktur dan kebijakan institusi yang mengakui pentingnya pendidikan
dan pembelajaran berkelanjutan, menekan kan pada team work dan kesejawatan serta
dan disiapkan secara baik pada semua level dalam organisasi. Pengaturan praktik
misi, visi, nilai dan kebijakan organisasi mendukung praktik keperawatan untuk
dengan kepuasan kerja, produktivitas, rekruitmen, retensi perawat dan yang paling
dalam berperilaku caring yang pada akhirnya akhirnya akan mempengaruhi perawat
untuk membangun lingkungan kerja yang etika dan menurunkan stres kerja staf
staf yang dapat menfasilitasi kasus etik saat ini, membagikan artikel secara rutin
setiap bulan kepada semua unit dan melakukan pembinaan pada pertemuan staf
dan ronde keperawatan, melakukan survei pada staf perawat untuk mengkaji
permasalah etik yang sering terjadi di tempat kerja atau kasus yang sulit untuk
lain untuk mencari pemecahan masalah etik berkaitan dengan isu etik, komite etik,
kebijakan etik, program pendidikan dll serta mengirimkan staf perawat atau
Chaousis (2000) menyatakan ada beberapa cara yang dapat dilakukan suatu
a. Faktor Individu
bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirinya dikarenakan faktor keberuntungan dan
hal-hal yang tidak dapat dikendalikan oleh dirinya akan cenderung berperilaku tidak
etis, berbeda dengan individu yang beranggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi
pada dirinya merupakan hal dapat diusahakan maka akan cenderung berperilaku etis.
Pemberian tanggung jawab individu dan otonomi individu dalam pekerjaan dapat
b. Faktor Organisasi
dan etika yang ada di organisasi, menjelaskan konsep-konsep abstrak yang terdapat
organisasi, menyediakan forum diskusi untuk mencari solusi dilema atau masalah etik
organisasi bahwa keputusan dan perilaku etik adalah suatu hal yang dapat dipelajari,
pimpinan harus dapat berperan sebagai role model untuk berperilaku etik bagi
anggota organisasi yang berperilaku etik dan tidak mendukung perilaku yang tidak
etik, membuat sistem performa appraisal yang menyertakan penilaian kinerja etik
pada salah satu penilaiannya, melakukan audit perilaku etik dan mengumumkan
berhubungan dengan kinerja perawat menerapkan prinsip etik perlu dilakukan agar
perawat menerapkan prinsip etik sehingga dapat melakukan upaya yang tepat sesuai
perilaku caring perawat dan motivasi. Perilaku caring yang menjadi fokus pada
penelitian ini yaitu, (1) dimensi mengakui keberadaan manusia atau assurance of
prinsip etik dalam asuhan keperawatan. Motivasi yang menjadi fokus dalam
penelitian ini berdasarkan teori motivasi Herzberg yang meliputi faktor intrinsik
• Respectful
• Assurance of human presence Kinerja Perawat
• Positive connectedness menerapkan prinsip
• Professional knowledge and skill etik
• Attentiveness to the other’s experience • Otonomy
Wolft (1994 dalam Watson, 2009) • Mal efiecience
• Beneficence
• Justice
Motivasi (Herzberg) • Veracity
• Confidentiality
Motivasi Intrinsik Motivasi Entrinsik • Fidelity
Prestasi Sistem Penggajian (Gillies, 1994: Potter
Penghargaan Pengawasan Kerja & Perry, 2002)
Otonomi Keamanan kerja
Tanggung jawab Kondisi kerja
Kemajuan Hubungan Interpersonal
Status kehidupan
pribadi
METODE PENELITIAN
Medan .
Ildrem Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini, adalah (1) rumah sakit
pendidikan, (2) Satu-satunya Rumah Sakit Jiwa pemerintah yang ada di Propinsi
melakukan asuhan keperawatan bagi klien selama dua puluh empat jam, (4)
belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya dengan judul yang sama dengan
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang rawat
inap Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan. Kriteria inklusi
sedang mengambil cuti atau tugas belajar pada saat proses penelitian dilakukan.
Jumlah seluruh perawat pelaksana ruang rawat inap dalam penelitian 129 orang.
3.3.2 Sampel
sampel size yaitu dengan menggunakan alpha (“α” = level of significance), 1-beta
(1-β =power), gamma (“γ” = effect size) (Polit & Beck, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Bruston & Stichler, (2010) tentang korelasi
menggunakan power analysis dalam menentukan sampel dengan nilai alfa level
(α) = .05 dan power (γ) = .80 dan 1-β (efect size) sebesar .30 sehingga
size (1-β) = .30, alfa level (α) = .05 dan power (γ) = .80, maka sampel penelitian
secara acak dan berstrata secara proporsional. Berdasarkan proporsi yang sama di
dijadikan sampel. Penarikan sampel di setiap ruang dilakukan secara acak yaitu
dengan cara undian dengan memasukkan nama perawat di dalam kotak lalu
dicabut sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan, hal ini disebabkan
dan selanjutnya menyampaikan surat ijin tersebut ke rumah sakit yang diteliti.
bertemu dan melakukan kontrak dengan perawat yang bertugas sesuai dengan
kriteria inklusi. Peneliti menjelaskan secara rinci pada calon responden tentang
tujuan penelitian, batasan waktu pengisian kuesioner, manfaat penelitian dan cara
responden dalam penelitian ke tiap ruangan pada setiap shif dinas responden.
3.5.1 Variabel
Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu Variabel bebas
Pelaksana)
sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 5 pertanyaan dari nomor 1 sampai dengan 5
yang meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja dan status
pernikahan. Data yang diambil merupakan data primer, dimana perawat menjawab
pertanyaan yang ada di kuesioner A dengan mengisi atau memberi tanda check
yang dikembangkan oleh Wolf (1994). Kuesioner perilaku caring perawat terdiri
dari 24 butir pernyataan yang didasari oleh sepuluh carative factors dan
(dua) dimensi dari 5 (lima) dimensi perilaku caring dengan modifikasi yang
dilakukan peneliti. Hasilnya Variabel perilaku caring perawat ini diukur melalui
perolehan skor dari setiap item pernyataan yang terdiri dari 16 item
pernyataan yang terdapat dalam kuesioner dengan memberikan tanda chek pada
kolom yang sesuai. Jawaban pernyataan dengan menggunakan skala likert dari 1-4
dengan kriteria penilaian sebagai berikut: yaitu Tidak pernah, jika pernyataan
tersebut tidak pernah dilakukan sama sekali oleh perawat, diberi nilai 1, Kadang-
oleh perawat, diberi nilai 2, Sering, jika pernyataan tersebut sering dilakukan
(jarang tidak dilakukan) oleh perawat, diberi nilai 3, Selalu, jika pernyataan
tersebut selalu dilakukan (tidak pernah tidak dilakukan) oleh perawat, diberi nilai
eksternal dan internal yang ada dalam pekerjaan perawat yang dirancang dan
dengan teori motivasi dari Herzberg yang dikaitkan dengan penerapan prinsip etik
pernyataan setelah dilakukan uji coba terdiri dari 24 item pernyataan yang
Nomor pernyataan dari masing-masing sub variabel tergambar pada tabel 3.4
Tabel 3.4
Distribusi Pernyataan Motivasi Perawat Ditinjau Dari Tiap Sub Variabel
No Sub variabel Pertanyaan Positif Pertanyaan Jumlah
Negatif pertanyan
1. Otonomi kerja 1, 3, 4 2 4
2. Tanggung jawab 5, 6, 7 - 3
kerja
3. Sistem Penggajian 8, 10 9 3
4. Kebijakan RS 11, 12, 13 - 3
5. Hubungan dengan 14, 16, 17, 18, 19 15 6
rekan kerja
6. Supervisi atasan 20, 22, 23, 24 21 5
Jumlah 24
chek pada kolom yang sesuai. Jawaban pernyataan dengan menggunakan skala
likert dari 1-4, dengan kriteria penilaian sebagai berikut: Sangat Tidak Setuju, jika
pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi yang
anda alami di rumah sakit ini, diberi nilai 1.Tidak Setuju, jika pernyataan tersebut
tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi yang anda alami di rumah sakit ini,
diberi nilai 2. Setuju, jika pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat atau kondisi
yang anda alami di rumah sakit ini, diberi nilai 3. Sangat Setuju, jika pernyataan
tersebut sangat sesuai dengan pendapat atau kondisi yang anda alami di rumah
sakit ini, diberi nilai 4. Nilai pernyataan negatif berkebalikan dengan nilai yang
Etik Keperawatan)
profesi keperawatan yang dibuat oleh Suhartati (2002) dan dikembangkan sendiri
oleh peneliti dengan teoridari literatur dan kode etik keperawatan Indonesia.
Variabel kinerja perawat ini diukur melalui perolehan skor dari setiap item
Tabel 3.6
Distribusi Pernyataan Kinerja Perawat Menerapkan Prinsip Etik Keperawatan
Ditinjau Dari Tiap Sub Variabel
No Sub variabel Pernyataan positif Pernyataan Jumlah Pertanyaan
negatif
1. Otonomy 1, 2, 3 1, 2 3
2. Non 4, 5, 6 - 3
Malafience
3. Benefience 7, 8, 9 - 3
4. Veracity 10, 11, 12 - 3
chek pada kolom yang sesuai. Jawaban pernyataan dengan menggunakan skala
pernyataan tersebut tidak pernah dilakukan sama sekali oleh perawat, diberi nilai
dilakukan) oleh perawat, diberi nilai 2. Sering, jika pernyataan tersebut sering
dilakukan (jarang tidak dilakukan) oleh perawat, diberi nilai 3.Selalu, jika
pernyataan tersebut selalu dilakukan (tidak pernah tidak dilakukan) oleh perawat,
diberi nilai 4. Nilai pernyataan negatif berkebalikan dengan nilai yang didapatkan
dan kemudian diterjemahkan kembali ke bahasa asli oleh penterjemah yang tidak
(2006) menggunakan bahasa Inggris. Dalam penelitian ini, peneliti dan subjek
dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan meminta ahli bahasa menerjemahkan
kembali kuisioner CBI hasil terjemahan oleh peneliti dalam bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Inggris kembali dan mencocokkan hasil terjemahan kembali dalam
bahasa Indonesia dengan kuesioner asli dalam bahasa Inggris. Jika sumber asli
dan hasil terjemahan back translation sama maka item-item pernyataan dalam
persentase skor item pada rating 3 dan 4 yang disetujui oleh para expert. CVI
diterima minimal 0.80 (Lynn, 1986; Polit & Beck, 2004). Bila validitas telah
dicapai sesuai dengan kriteria maka data tersebut bebas dari kesalahan sistematis.
0,889 , hasil CVIkuesioner motivasi adalah 0,942 dan hasil CVI kuesioner kinerja
prinsip etik 0,944 Maka hasil uji instrumen menunjukan bahwa kuesioner perilaku
caring, motivasi dan kinerja prinsip etik valid dan reliabel sehingga dapat
apakah instrumen tersebut cukup handal atau tidak, komunikatif, dan dapat
dipahami.
pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem
yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat kehandalan dan dapat
reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan jika nilai
mendapatkan hasil bahwa nilai cronbach’s alpha secara global untuk instrumen
perilaku caring didapatkan nilai Chronbach alpha 0,918. Hasil uji reliabilitas pada
instrumen motivasi didapatkan nilai Chronbach alpha 0,954. Hasil uji reliabilitas
pada instrumen prinsip etik didapatkan nilai Chronbach alpha 0,942. Dengan hasil
caring dan motivasi dengan kinerja perawat dalam penerapan prinsip etik
keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan, dengan
masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini analisa univariat ditampilkan
peluang lebih tinggi untuk kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip etik
Dengan persamaan :
1
𝑃𝑃 =
1 + 𝑒𝑒 −𝑦𝑦
Keterangan :
𝑒𝑒 = 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 (2,7)
𝑦𝑦 = 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 + 𝑎𝑎1x1+𝑎𝑎2x2+.....+𝑎𝑎1x1
penelitian dilakukan oleh peneliti setelah mendapat izin dan rekomendasi dari
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari rumah sakit, (3)
seluruh responden diberi lembar persetujuan, yang ditanda tangani sebagai bukti
kepada calon responden, (5) anonymity, peneliti tidak mencantumkan nama pada
lembar kuesioner dan hanya memberikan inisial dan kode saja, dan (6)
peneliti.
HASIL PENELITIAN
Sakit Jiwa) di Glugur, sebagai Rumah Sakit Jiwa yang ke-5 dan memiliki
kapasitas 26 tempat tidur sampai dengan pada masa pendudukan Jepang Tahun
jiwa Rumah Sakit Glugur dievakuasi ke Dolok Merangir ± 100 km dari Medan ke
arah Pematang Siantar dan selama ± 3 tahun lamanya berada di Dolok Merangir.
Pada tahun 1950 penderita gangguan jiwa dipindahkan oleh Tentara Belanda ke
bekas Rumah Sakit Harrison dan Crossfield serta sebagian ditampung di Rumah
Penjara Pematang Siantar. Tahun 1950 sampai dengan 1958 dibuka Poliklinik
Psikiatri yang merupakan Annex Rumah Sakit Jiwa Pematang Siantar terletak di
Jl. Timor No.19 Medan. Tahun 1958 sampai dengan 1981 Rumah Sakit milik
sebagai Rumah Sakit Jiwa Medan dan menampung pasien rawat inap dari
lokasi baru (tanggal 5 Februari 1981) terletak di terusan Padang Bulan Km. 10 Jl.
Bekala Lama, Kampung Mangga Kecamatan Medan Johor dengan luas tanah ±
Kota Medan, alamat Rumah Sakit Jiwa diganti dengan alamat baru yaitu Jln.
Letjend. Djamin Ginting Km. 10 atau Jln. Tali Air No. 21 Medan, baru kemudian
Setelah otonomisasi dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003, Rumah
Sakit Jiwa Medan merupakan UPT Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
Kemudian sesuai dengan Perda Nomor 8 Tahun 2004 dan Surat Keputusan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara, maka Rumah Sakit Jiwa
Pusat Medan menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
satunya Rumah Sakit Jiwa Pemerintah yang ada di Provinsi Sumatera Utara
Keperawatan (D3, D4, S1) dan Program Pendidikan Dokter (S1 Kedokteran
pelayanan yang dimiliki, saat ini Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
Utara juga merupakan Rumah Sakit Jiwa Rujukan bagi rumah sakit lain yang
Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem menangani pasien 40-50 orang
per hari, dan 3-5 orang diantaranya merupakan pasien baru rawat inap. BOR lebih
dari 100%, pasien UGD yang berkunjung sebanyak 4 orang per hari (pelayanan di
luar jam kerja) (Profil RSJ Prof. DR. Muhammad Ildrem, 2014).
Visi Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan yaitu
komprehensif.
dan profesionalisme.
komprehensif.
kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan lama kerja di Rumah Sakit
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Identitas Perawat PelaksanaBerdasarkan Umur dan Masa
Kerja di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan Tahun 2015
(n=85)
N Variabel Nilai Mean Median Modus SD SE
o Min Maks
1 Umur 22 57 39.13 39.00 48 8.562 0.929
tahun dan maksimal 57 tahun. Rata – rata usia perawat pelaksana yaitu 39,13 usia
tengah 39,00 dan usia perawat paling banyak berusia 48 tahun dengan SD = 8,562
dan SE = 0,929. Paling rendah perawat bekerja 1 tahun dan maksimal 35 tahun.
Rata – rata perawat sudah bekerja 13,91 tahun dengan Median = 14,00. Mayoritas
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Perawat Pelaksana Berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat
Pendidikan dan Status Pernikahan di RS Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem
Medan Tahun 2015 (n = 85)
Sakit Jiwa adalah perempuan sebanyak (87,1%) dan mayoritas memiliki latar
menikah (91,8%).
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Perilaku caring Perawat Pelaksana di RS Jiwa Prof. DR.
Muhammad Ildrem Medan tahun 2015 ( n = 85)
No Perilaku Caring f %
1 Baik 30 35.3
2 Kurang Baik 55 64.7
Jumlah 85 100.0
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Perawat Pelaksana tentang Motivasi Kerja di RS Jiwa Prof.
DR. Muhammad Ildrem Medan tahun 2015 (n = 85)
No Motivasi f %
1 Tinggi 38 44.7
2 Rendah 47 55.3
Jumlah 85 100,0
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi kinerja Perawat Pelaksana di RS Jiwa Prof. DR. Muhammad
Ildrem Medan tahun 2015 (n = 85)
No Kinerja f %
1 Baik 35 41,2
2 Kurang Baik 50 58,8
Jumlah 85 100.0
pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 4.6
Hasil Uji Chi-Square Antara Motivasi dengan Kinerja Perawat Pelaksana
Menerapkan Prinsip Etik dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof.
DR. Muhammad Ildrem Medan Tahun 2015 ( n = 85)
Motivasi Kinerja Perawat Total p value
Baik Kurang Baik
f % F % f % 0,001
Tinggi 28 32,9 10 11,8 38 44,7
Rendah 7 8,2 40 47,1 47 55,3
motivasikurang (55,3%) dan kinerja yang kurang baik (47,1%). Dan perawat
pelaksana dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.
perawat pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji Chi-Square Antara Perilaku Caring dengan Kinerja PerawatPelaksana
Menerapkan Prinsip Etik dalam Asuhan Keperawatan di RS Jiwa Prof. DR.
Muhammad Ildrem Medan Tahun 2015 (n = 85)
Kinerja Perawat
Perilaku Total p value
Baik Kurang Baik
Caring
f % f % f %
Baik 25 29,4 5 5,9 30 35,3 0,001
Kurang Baik 10 11,8 45 52,9 55 64,7
yang memiliki perilaku caringyang kurang baik(64,7%) dan kinerja yang kurang
kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem
Analisis multivariat pada penelitian ini menggunakan uji regresi logistik berganda
multivariat.
c. Dari hasil uji bivariat, seluruh variabel yang diteliti dijadikan kandidat
model pada uji logistik ganda adalah variabel perilaku caring, motivasi
Hasil analisis variabel yang masuk dalam model regresi logistik adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.8
Variabel Yang Masuk Dalam Model Regresi Logistik
No Variabel p value
1 Motivasi 0,001
2 Perilaku Caring 0,001
model regresi logistik karena p value< 0,25.Hasil analisis multivariat dengan uji
Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi Logistik Berganda
Variabel Tidak
Baik p OR CI 95%
Baik
𝑦𝑦 = 2,890 − 5.887
𝑦𝑦 = −2.997
1
𝑃𝑃 =
1 + 𝑒𝑒 −𝑦𝑦
1
𝑃𝑃 =
1 + 2.7− (2.997)
1
𝑃𝑃 =
1 + 20,02
1
𝑃𝑃 =
21.02
𝑃𝑃 = 0.047𝑋𝑋 100%
𝑃𝑃 = 4.7%
di ruang rawat inap Rumah sakit Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.
PEMBAHASAN
perawat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan
tergolong kurang baik (64.7%). Dari hasil kuesioner Perilaku caring yang kurang
Hasil penelitian ini di dukung oleh hasil penelitian Juliani (2009) hasil
perilaku caring. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian dari Agustini
(2007) yang menyatakan bahwa lebih dari separuh responden (51%) bersikap
caring dan (49%) responden yang belum bersikap caring. Berdasarkan hasil
Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan hasil penelitian diatas adalah
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien di ruang rawat inap
pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan yang
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan perlu perhatian. Menurut
Fungsi manajemen yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah fungsi
semua sumber daya yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara efisien
sentral adalah sumber daya manusia karena itu proses staffing sangat menentukan
pelaksana loyal terhadap organisasi adalah dengan memotivasi staf agar dapat
meningkatkan kinerja sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesi dan
baik hanya dapat dilakukan jika manager mengetahui secara pasti faktor-faktor
caring dan hal-hal yang ada di dalam maupun di luar pekerjaan yang dapat
perawat untuk berperilaku sesuai dengan standar profesional dan standar etik
terhadap manusia dan kehidupan serta rasa cinta, demikian juga hal-hal yang ada
tidak terkecuali kinerja menerapkan prinsip etik. Prinsip etik keperawatan adalah
landasan moral bagi perawat yang merupakan pendorong bagi perawat untuk
rumah sakit belum menjadikan perilaku caring sebagai kompetensi penting dalam
maksimal berupaya sebagai role model dalam berperilaku caring, serta hasil
sumber daya manusia pelaksanaan seminar dan pelatihan tentang caring bagi
pasien, hal ini menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan di sebuah rumah
kepeduliannya terhadap pasien. Perawat adalah orang yang menjadi salah satu
kunci dalam memenuhi kepuasan pasien. Oleh karena itu, perilaku caring
5.2 Motivasi di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan
pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan masih rendah
(55.3%).
keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan
(Marquis & Huston, 2006). Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan
pengarahan sebagai unsur penting dalam mencapai tujuan pegawai dan organisasi.
manager kurang optimal dalam memotivasi staf agar dapat meningkatkan kinerja
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesi dan organisasi, serta belum
pekerja, serta sebagai role model, pendengar, dan pendukung serta pendorong bagi
dalam bekerja. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak
harapan, keinginan dan keperluannya dapat tercapai dan dipenuhi oleh organisasi
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan masih kurang baik
(58.8%).
di Rumah sakit jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan ini disebabkan karena
prinsip etik salah satunya prinsip etik otonomi ketika masalah timbul antara
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien, maka situasi ini
klienpun tidak bisa memutuskan sendiri dalam pengobatan karena gangguan jiwa
jadi harus melibatkan rekan kerja yang lain dan keluarga klien untuk memutuskan
program pengobatan klien. Dilema etik ini merupakan suatu faktor lain yang
jiwa sering dihadapkan pada dilema etik dalam praktek keperwatan jiwa dengan
keadaan yang berbeda-beda. Ini merupakan kondisi yang berat karena harus
membuat suatu pilihan atau tindakan yang kurang sempurna, keputusan yang
cepat tanpa ada waktu untuk musyawarah yang mengakibatkan kegelisahan dan
yang berkaiatan dengan masalah etik dalam berinteraksi sehari-hari dengan klien
yang paling sensitive terhadap pelanggaran etik. Kerugian yang dialami klien
tersebut akan menyebabkan ketidak puasan klien yang pada akhirnya akan
berdampak pada citra dan pendapatan rumah sakit (Ismail et al., (2012).
perawat, klien dan petugas kesehatan lain sehingga klien merasa yakin akan
membuat perawat hanya berorientasi pada tugas dan kurang pertimbangan dalam
klien, beban kerja yang terlalu berat, peningkatan tugas-tugas non keperawatan
yang menurunkan interaksi perawat dan klien sehingga perawat cenderung kurang
mengenal klien secara individu yang dapat menurunkan perilaku caring perawat
kinerja perawat yang baik bila dilihat dari teori namun hasil penelitian bertolak
belakang kinerja perawat kurang baik. Hal ini menurut peneliti motivasi perawat
belum optimal sisebabkan seluruh perawat pegawai negeri sipil (PNS) sehingga
daya saing tidak ada dan mahasiswa yang banyak silih berganti praktek di rumah
tidak ada seperti remunerasi belum ada sehingga bekerja hanya sebatas rutinitas.
Faktor lain yang mempengaruhi kinerja perawat dilihat dari peran dan
sesuai dengan lingkup dan disiplin ilmunya dan strategi yang digunakan untuk
membangun lingkungan kerja yang etik dan menurunkan stress kerja staf
dikarenakan dilema etik. Terlihat ada perpustakaan di rumah sakit tapi tidak
dibuat programnya misalnya study kasus dan ronde keperwatan sebulan sekali
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan mendapatkan hasil
mayoritas perawat pelaksana memiliki perilaku caring yang kurang baik (64,7%),
dan kinerja yang kurang baik (52,9%). Hasil analisis hubungan perilaku caring
keperawatan didapatkan p value = 0, 000 lebih kecil dari nilai alpha (0,05). Hasil
perawat di RS Dr. M. Djamil Padang didapati perawat masih kurang ramah dalam
terapeutik perawat di RSU Pandan Arang Boyolali yang dijumpai masih ada
perawat yang cenderung emosi saat menerima keluhan dari pasien, perawat yang
mengenai kondisi pasien, program pengobatan yang sudah diberikan dan yang
akan diberikan, serta perawat yang kurang memahami keluhan yang dirasakan
pasien. Ini menunjukkan bahwa perilaku caring masih kurang ditunjukkan oleh
memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa
caring yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan
jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Medan. Perawat di Rumah Sakit Jiwa
menerapkan prinsip etik akan baik jika perilaku caring perawat juga baik.
Pendapat peneliti tentang hasil tersebut adalah perlunya upaya peningkatan kinerja
perawat dan klien yang memerlukan kerjasama antara kedua belah pihak, dan agar
Penelitian yang sesuai yaitu penelitian yang dilakukan Gay (1999) dan
Kimble (2003) yang menyatakan bahwa aspek emosional sama pentingnya dengan
Aspek teknik yang dianggap klien sebagai perilaku caring perawat adalah perawat
dipersepsikan oleh klien yaitu mengajarkan pada klien apa yang mereka butuhkan
untuk diketahui yaitu perawat dapat menjawab pertanyaan klien secara jelas dan
dapat dapat memberikan informasi yang dibutuhkan klien dengan bahasa yang
dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart & Laraia,
2005).
etik dalam asuhan keperawatan adalah perilaku caring perawat dan motivasi
perawat (Burtson & Stichler, 2010). Perilaku caring perawat sangat erat
Penelitian yang dilakukan oleh Raffi et al., (2008) di Iran dan penelitian
yang dilakukan oleh Wolf et al. (1998) di Philadelphia menunjukan ada hubungan
terhadap pasien.
Perawat adalah orang yang menjadi salah satu kunci dalam memenuhi
kepuasan pasien. Oleh karena itu, perilaku caring perawat dapat memberikan
pengaruh dalam pelayanan yang berkualitas kepada pasien (Porter et al., (2014).
Hal ini didukung penelitian Wolf, Miller & Devine, 2010 menyatakan bahwa
kinerja staf perawat termasuk perilaku caring yang dapat memberikan kontribusi
menerapkan prinsip etik akan baik jika perilaku caring perawat juga baik.
Pendapat peneliti tentang hasil tersebut adalah perlunya upaya peningkatan kinerja
pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan yang
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan kurang maksimal sehingga
menjadikan perilaku caring sebagai SOP untuk setiap tindakan dan tidak
caring, serta belum ada perencanaan seminar dan pelatihan tentang perilaku
caring bagi perawat pelaksana maupun kepala ruang dan wakil kepala ruang,
kemudian belum ada membuat standar aturan baku dan instrumen baku penilaian
evaluasi perilaku caring perawat pelaksana sebagai dasar penilaian kinerja yang
kurang baik sehingga kinerja perawat juga kurang baik disebabkan Komite Etik
dikatakan tidak ada karena setiap laporan belum optimal direspon dari pihak
rumah sakit. Kemudian kode etik keperawatan juga tidak dijadikan pedoman
dalam praktek terlihat dari SOP dan peraturan yang menggunakan Kode Etik
kode etik.
kinerja menerapkan prinsip etik. Hasil ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Arquiza (1997 dalam Malau, 2008) bahwa perawat yang
memandang klien sebagai individu yang unik dan menganggap bahwa klien
pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan masih rendah
(55.3%) dan kinerja perawatnya juga menunjukkan hasil yang kurang baik
lebih kecil dari nilai alpha (0,05). Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan yang
etik.
pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Penelitian lain
perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan belum mampu
variabel motivasi instrinsik yang dimiliki oleh perawat pelaksana baik dari
prestasi, rasa ingin diakui orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju dan
dan benar. Dengan kata lain, upaya untuk mencapai prestasi yang gemilang telah
memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar. Sehingga
berbagai pola dan desain yang secara khusus dirancang untuk memberikan
dengan kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip etik. Banyak literatur dan
penelitian yang membuktikan adanya hubungan yang erat antara motivasi dengan
motivasi (persepsi peran, desain pekerjaan, kondisi kerja, pengembangan karir dan
membuat staf loyal terhadap organisasi dengan cara memotivasi staf agar dapat
meningkatkan kinerja sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesi dan
langsung bawahannya, karena motivasi muncul dari dalam individu. Hal yang
mempengaruhi kolega dan berinteraksi secara personal dengan tim kerja untuk
keperawatan sekarang ini menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer
pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume
yang tinggi.
mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, bimbingan perencanaan karier, serta
berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data dari seluruh sumber daya (
manusia, fasilitas, peralatan dan dana) dan kegiatan pelayanan yang ada.
regresi logistik karena p value< 0,25. Kemudian hasil analisis multivariat regresi
perilaku caring dengan OR = 0,044. Perawat yang memiliki motivasi kurang baik
memiliki resiko 0,063 melakukan kinerja yang kurang baik sedangkan perawat
yang memiliki perilaku caring kurang baik memiliki resiko 0,044 melakukan
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perilaku caring dan motivasi yang
erat antara motivasi dengan kinerja (Gillies, 1994). Penelitian yang dilakukan oleh
Baedoeri (2003) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara semua
pengembangan karir dan imbalan) terhadap kinerja perawat yang merupakan sikap
Rowell (2003 dalam ICN, 2007) menyatakan lebih lanjut bahwa pengaturan
praktek keperawatan adalah hal yang dibutuhkan oleh perawat untuk menjalankan
tugasnya sesuai dengan ruang lingkup dan ilmunya agar menghasilkan pelayanan
perawat terhadap tanggung jawab pekerjaannya perlu juga didukung oleh aturan
dalam meningkatkan kinerjanya karena tahu secara jelas tanggung jawab yang
diembannya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dan tahu bahwa
apa yang dilakukannya sesuai dengan kebijakan yang berlaku di RS serta tahu
harapan organisasi terhadap dirinya dalam hal ini yang diharapkan diwujudkan
perawat tidak sibuk dengan aktivitas pemberian asuhan keperawatan kepada klien,
tetapi meskipun telah dipilih waktu dimana perawat tidak sibuk, tetap saja pada
penelitian ini ada 5 perawat yang menunda mengisi kuesioner karena ada kejadian
hasil karena terkadang perawat lupa atau menjadi tidak fokus pada saat mengisi
6.1 Kesimpulan
prinsip etik keperawatan dalam asuhan keperawatan di di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Medan menunjukkan hasil motivasi rendah, dilihat dari Peran dan fungsi
menunjukan hasil kinerja yang kurang baik, terkait sistem manajemen yang
perawat dan klien, beban kerja yang terlalu berat, peningkatan tugas-tugas
dirawat.
6.2 Saran
sistem remunerasi dan pemberlakuan sistem jenjang karier untuk perawat klinik
penilaian kinerja dengan memasukkan unsur caring sebagai salah satu kriteria
a. Melakukan evaluasi terhadap peraturan, peran dan prosedur yang belum jelas
prinsip etik agar mempunyai inisiatif dalam memenuhi aturan yang berlaku.
mempunyai kredibilitas yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya
manager.
manager rumah sakit dan atasan serta promosi jabatan sesuai dengan
prestasinya. Prestasi kerja juga dapat digunakan sebagai dasar penilaian poin
melalui:
c. Adanya pembinaan yang intensif baik dalam bentuk studi kasus maupun
dan perilaku caring perawat karena kepala ruang adalah first liner
lebih menumbuhkan rasa cinta dan memiliki terhadap profesi keperawatan dengan
cara melakukan introspeksi diri terkait perilaku caring dan motivasi serta kinerja
Pribadi caring dapat muncul dari institusi yang secara terus menerus
melakukan pengembangan mutu yang selaras dengan hal tersebut, tidak hanya
institusi pendidikan melainkan juga institusi tempat tempat praktek serta sarana
Ahmadi, F., Jafari, T., & Homauni, G. (2011). Survey relationship between
personality and motivation as well as job satisfaction in inspection
organization in Iran. 3(2).
Aiken, D., & Catalano, J.T., (1994). Legal, ethical, and political issues in nursing.
Philadelphia: F.A. Davis Company.
Alligood, M. R.,& Tomey, A. M. (2010). Nursing theorists and their work. (7th
ed). missouri: elsevier Inc.
Baldursdottir, G., Jonsdottir, H., Reykjavik, & Iceland. (2002). The importance of
nurse caring behaviors as perceived by patients receiving care at
anemergencydepartment. Heart & Lung, 31(1).
Beauchamp, T.L., & Childress, J.F. (1994). Principles of biomedical ethics (4th
ed). New York: Oxford University Press.
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2015). Kozier ERB’S fundamental of
nursing: concepts, prosess and practice. (10th ed).Amerika: Pearson.
Buick, I., & Thomas, M. (2001). Why do middle manager in hotel burnout?
International Journal of Contemporary Hospitality Management, 13(6),
304-309.
__________, (2008). Code of ethics for registered nurses. Ottawa: Author. Januari
14, 2010.
Chen, S. Y., Yen, W. J., Lin, Y. J., Lee, C. H., & Lu, Y. C. (2012). A Chinese
Version of the Caring Assessment Report Evaluation Q-Sort Scale for
Measuring Patients’ Perception on Nurses’ Caring Behaviours: Reliability
and Validity Assessment. International Journal of Nursing Practice. 18,
388-395.
Cherry, B.,& Jacob, S. (2005). Contemporary nursing. (3rd ed). Elsevier Inc:
Missouri.
Chinn, P.L. (1991). Anthologi on caring. New York: national League for Nursing
Press.
Clukey, L., Hayes, J., Merrill, A., Curtis, D. (2009). Helping them understand:
Nurses caring behaviors as perceived by family members of trauma patients.
Journal of Trauma Nursing, 16(2), 73-81.
Davis, A. J., Tschudin, V., & Reave, L. D. (2006). Essentials of teaching and
learning in nursing ethics perspective and methods. United States of
America: McGraw-Hill, Inc.
Desmond, M., Horn, S., Keith, K., Kelby, S., Ryan, L., & Smith, J. (2014).
Incorporating Caring Theory into Personal and Professional Nursing
Practice to Improve Perception of Care. International Journal for Hhuman
Caring, 18(1).
Duffy, J.R. (2005). Annual review of nursing education: strategies for teaching,
assestment and program planning. In m.h. oermann & k.t. heinrich
(ed.).Want to graduate nurses who care? Assesing nursing students’ caring
competencies. New York: Springer Publishing Company.
Ellis, J.R., & Harley, C.L. (2004). Nursing in today’s world: trend, issues &
management. (8th ed).
Faisol, E., & Rofiuddin. (2009). Kalla ingatkan rumah sakit tidak boleh tolak
pasien miskin. Koran Tempo. Maret 19,
2010.http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/05/22/Berita_Ut
ama -Jateng/krn.20090522.165813.id.html.
Fini, I. A., Mousavi, M. S., Sabdani, A. M., & Hajbaghery, M. A. (2012). Corr
elation between nurses’ caring behaviors and patients’ satisfaction. Nurs
Midwifery Study,1(1), 36-40.doi:10.5812/nms.7901.
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., & Donnelly, Jr, J.M. (1996). Perilaku Organisasi.
(Adiarni, N., Penerjemah). Jakarta: Binarupa Akasara.
Hagbaghery, M.A., Salsali, M.,& Ahmadi, F. (2004). The Factors facilitating and
inhibiting effective clinical decision making in nursing: A qualitative study.
BMC Nursing, 3(2). Maret 17 2010.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC411049/pdf/1472-6955-3-
2.pdf/?tool=pmcentrez.
Hamid, A.Y.S. (Ed.). (2007). Riset keperawatan: konsep, etika & instrumentasi,
(Vol 2). Jakarta: EGC.
_______________. (2008). Kompetensi perawat perlu ditingkatkan. Koran
Kompas. http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0705/14/humaniora/3531067.
Husted, G.L., & Husted, J.H. (1995). Ethical decision making in nursing (2nd ed).
Missouri: Mosby.
International Council of Nurses. (2006). The icn code of ethis for nurses.Genewa:
Author. Januari 2, 2010. http://icn.ch/icncode.pdf.
Jones, R.A.P. (2007). Nursing leadership & management: theorist, process &
practice. Philadelpia: FA. Davis Company.
Kavanaugh, K., Moro, T.T., Savage, T., & Mahendale, R. (2006). Enacting a
theory of caring to recruit and retain vulnerable participants for sensitive
research. Research in nursing & health, 29(3), 244-252.
Keliat, B.A. ( 2010). model praktek keperawatan profesional jiwa. Jakarata: ECG
Kode Etik Rumah Sakit. (2001). Hak-hak asasi pasien: The Author.
Kozier, B., Erb, G., & Blais, K. (1997). Professional nursing practice: concept
and perspectives (3rd ed). California: Addison Wesley Longman.
Kozier, B., Erb, G., Blais, K., & Wilkinson, J.M. (1995). Fundamentals of
nursing: Concept, process, and practice (5th ed). California: Addison
Wesley Nursing.
Kurnia, L. (2010). Rumah sakit belum berpihak pada warga Miskin Kompas,
http://www.ham.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=17
23%3Arumah-sakit-belum-berpihak-pada-warga-miskin&Itemid=152.
Leininger, M.M. (1988). Care, the essence of nursing and health. Detroit: Wayne
State Univercity Press.
Marquis, B. L., & Huston, C.J. (2006). Leadership roles and management
functions in nursing: Theory and application.(5th ed). Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins.
Marquis, B.L.,& Huston, C.J. (2012). Leadership roles and management function
of nursing. (7th ed). Theory Aplication. Limpicott.
Mayasari, I. (2008). The creating of ethical work climate & the role for
influencing work attitude. Jurnal Universitas Paramadina,5(2). 204-213.
Mizuno, M., Ozawa, M., Evan, D.R., Okada, A., & Takeo, T. (2005). Caring
behavior perceived by nurses in a japanese hospital. Journal Nurse Studies,
4(1), 13-19.
Muadi (2009). Hubungan iklim dan kepuasan kerja dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di instalasi rawat inap BRSUD waled kabupaten
cirebon. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Murrels, T., Robinson,S., & Griffiths, P. (2008). Job satisfaction treds during
nurse’s early career. BMC Nursing,7(7). doi: 10.1186/1472-6955-7-7.
Nanasaheb, M.P., Raghavend, B.N., Govind, S.B., & Sameran, S.C. (2011)
Dilemmas in private psychiatric practice. Indian Journal of Psychological
Medicine, 33( 2).
NASMHPD. (2014). The vital role of state psychiatric hospital. Diakses dari
www.nasmhpd.org. Pada tanggal 29 February 2014.
O’Connel, E.,& Landers, M. (2008). The importance of critical care nurses’ caring
behaviours as perceived by nurses and relatives. Intensive and Critical Care
Nursing, 24, 349-358.
Okpara, J.O., & College, B. (2002). The influence of ethical climate types on job
satisfaction of it managers: implications for management practice and
development in a developing economy. Diperoleh pada 23 Mei 2010 dari
http://www.questionpro.com/academic/online-survey-research-This-
surveyinstrument-is-for-a-doctoral-dissertation-and-contains-items-from-
fourreviously-published-survey-instruments.--The.html.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2010). Standar profesi dan kode etik
keperawatan indonesia. Jakarta: Authors.
Peterson, S.J., & Bredow, T.S., (2008). Middle range theories: Application to
nursing research. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Petersson, V. W., Essen, L., V., &Sjoden, P. O. (1998). Cancer patient and staff
perceptions of caring and clinical care in free versus forced choice response
formats. Original Article, 12, 238-245.
Polit, D.F., & Beck, C.T. (2006). Essentials of nursing research: Methods,
appraisal, and utilization (6th ed). Philadelphia: Lippincot Williams &
Walkins.
Porter, C. A., Cortese, M., Vezina, M., & Fitzpatrick, J.J. (2014). Nursing caring
behavior following implementation of a relationship centered care
professional practice model. International Journal of Caring Sciences,7(3),
818.
Pride, W.M., Hughes, R.J., & Kapoor, J.R. (2010). Business. USA: South Western
Congage Learning.
Purba, J.M., & Pujiastuti, S. E (2010) Dilema etik & pengambilan keputusan etis
dalam praktek keperawatan jiwa.
Purbadi, D., & Sofiana, N.A. (2006. Analisis faktor lingkungan dan individu yang
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perawat (studi kasus instalasi
rawat inap rumah sakit annisa cikarang). Institusi tekhnologi Bandung.
Purbadi, D., & Sofiana, N.A. (2006. Analisis faktor lingkungan dan individu yang
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perawat (studi kasus instalasi
rawat inap rumah sakit annisa cikarang). Institut Teknologi Bandung.
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptsbmitb-gdl-
nooraridas-86.
Raffi, F., Hajinezhad, M. E., & Haghani, H. (2007). Nurse caring in iran and it’s
relationship with patient satisfaction. Australian Journal of Advanced
Nursing, 26(2).
Raffi, F., Hajinezhad, M. E., & Haghani, H. (2008). Nurse caring and patients
satisfaction in iran. International Journal for Human Caring, 12(3).
Riyadi, S., & Kusnanto, H. (April, 2007). Motivasi kerja dan karakteristik
individu perawat di rsd dr. h. moh. anwar sumenep madura. KMPK
Universitas Gadjah Mada. WPS no 18.
Robbins, S.P., & Judge,T.A. (2008). Perilaku organisasi (12th ed). (Vol 2). Diana
Angelica, Ria Cahyani & Abdul Rosyid, penerjemah). Jakarta: Salemba
Empat.
____________, (2007). Perilaku organisasi (12th ed.) (Vol 1). (Diana Angelica
penerjemah). Jakarta: Salemba Empat.
RPNC. (2010). Code ethics & standars of psychiatric nursing practice. Diakses
dari www.crpnm. Mb. Ca/index.php/download_file/view/13/.
Sossong, A. & Poirier, P. (2013). Patients and nurse perceptions of caring in rural
united states. International Journal for Human Caring, 17(1).
Stuart, G.W., & Laraia, M.T. (2005). Principle and practice of psychiatric
nursing (8th ed). Missouri: Elsevier Mosby.
Suliman, W. A., Welmann, E., Omer, T., & Thomas, L. (2009). Applying
watson’s nursing theory to assess patients perceptions of being cared for in a
multicultural environment. Journal of Nursing Research,17(4).
Swansburg, R.C. (2001). Introductory management and leadership for nurses (2nd
ed). Boston: Jones and Bartlett Publisers.
Tappen (1995). Nursing leadership and management, concept and practice (3rd
ed). Philadelphia: Lipponcont.
Tappen, R.M., Weiss, S.A., & Whitehead, D.K. (2004). Essentials nursing
leadership and management (3rd ed). Philadelphia: F.A. Davis Comapany.
Tempointeraktif. (Maret 1, 2009). Tarif rumah sakit jawa tengah mulai naik.
Tempo Interaktif . Maret 19, 2010.
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/03/01/brk,20090301-
162567,id.html.
Tomey, A. M. (1994). Nursing theorist and their work. (3rd ed). Missouri: Mosby.
Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing theorists and their work (6th ed).
Missouri: Mosby Elsevier.
Tschudin, V. (2003). Ethics in nursing: the caring relationship. (3rd ed). Cina:
Elsevier.
Tsitsis N. (2014). Ethical and legal aspects of nursing care:a focus on the greek
Legislation. Vol. 7, Issue 1.
Vecchio, R.P. (1995). Organizational behavior. (3rd ed). US: The Dryden Press.
Vilma, Z., & Egle, K. (2007). Improving motivation among health care workers in
private health care organizations a perspective ofnursing personal. Basic
Journal Of Management, 2(2).
Watson, J. (2009). Caring as the Essence and Science of Nursing and Health Care.
Research Report, 33(2): 143-149.
Wolf, Z.B., & Miller, P.A. (2003). Relationship between nurse caring and patient
satisfaction in patients undergoing invasive cardiac procedures. Jurnal
Medsur Nursing, 12(6), 391-396.
Wolf, Z. R., Colahan, M., Costello, A., Warwick, F., Ambrose, M. S., & Giardino,
E. R. (1998). Relationship Between Nurse Caring and Patient Satisfaction.
Medsurg Nursing, 7(2).
Wolf, Z.B., Colahan, M., Costello, A., Warwick, F., Ambrose, M.S., & Giardino,
E.R. (1998). Relationship between nurse caring and patient satisfaction.
Jurnal Medsur Nursing, 7(2), 99-105.
Wotans, J., Happel., & Johnstone. (2006). The role nurse practioner in psychiatric/
mental health nursing: eksploring consumer satisfaction. Journal of
Psychiatric and Mental Health Nursing, 13, 78-84.
Zaman, H. M. F., Nas, D.R., Ahmed, M., Raja, Y. M., & Marri, M. Y. K. (2013).
The Mediating role of intrinsic motivation between islam work ethics and
employee job satisfaction. 5(1).
Medan, 2015
Peneliti Responden
Responden Kode
Petunjuk :
Bapak/Ibu/Saudara rekan sejawat dimohon untuk mengisi kuesioner ini dengan
cara mengisi titik-titik atau memberi tanda check (√) pada kolom yang telah
tersedia.
Petunjuk Pengisian :
1. Mohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk menjawab semua
pertanyaan yang ada.
2. Beri tanda check (√) pada kolom yang saudara pilih sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya saudara rasakan, dengan alternatif jawaban.
Tidak pernah, jika pernyataan tersebut tidak dilakukan sama sekali.
Kadang-kadang, jika pernyataan tersebut jarang dilakukan (lebih sering
tidak dilakukan)
Sering, jika pernyataan tersebut sering dilakukan (jarang tidak dilakukan).
Selalu, jika pernyataan tersebut selalu dilakukan (tidak pernah tidak
dilakukan)
3. Sebelum mengumpulkan kuesioner dimohon memeriksa kembali jawaban
anda, dimohon tidak mengosongkan satu pertanyaan pun.
Petunjuk Pengisian :
1. Mohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk menjawab semua
pertanyaan yang ada.
2. Beri tanda check (√) pada kolom yang saudara pilih sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya saudara rasakan, dengan alternatif jawaban.
Sangat Tidak Setuju, jika pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai
dengan pendapat atau kondisi yang anda alami di rumah sakit ini.
Tidak Setuju, jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan pendapat atau
kondisi yang anda alami di rumah sakit ini.
Setuju, jika pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat atau kondisi yang
anda alami di rumah sakit ini.
Sangat Setuju, jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan pendapat atau
kondisi yang anda alami di rumah sakit ini.
3. Sebelum mengumpulkan kuesioner dimohon memeriksa kembali jawaban
anda, dan dimohon tidak mengosongkan satu pertanyaan pun.
Sangat Tidak Tidak Sangat
No Pernyataan Setuju
Setuju Setuju Setuju
1. Saya dapat merencanakan
tindakan keperawatan yang
akan saya lakukan kepada
klien secara bebas sesuai
wewenang
2. Supervisor mengawasi
pekerjaan saya dengan ketat
3. Saya diberikan kebebasan
melakukan tindakan
keperawatan kepada klien
4. Saya mempunyai kebebasan
dalam mengambil keputusan
perawatan klien sesuai
dengan wewenang saya
5. Saya mempunyai tanggung
jawab tertentu dalam
melaksanakan tugas
diruangan
Petunjuk Pengisian :
1. Mohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk menjawab semua
pertanyaan yang ada.
2. Beri tanda check (√) pada kolom yang saudara pilih sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya saudara rasakan, dengan alternative jawaban.
Tidak pernah, jika pernyataan tersebut tidak dilakukan sama sekali.
Kadang-kadang/jarang, jika pernyataan tersebut jarang dilakukan (lebih
sering tidak dilakukan)
Sering, jika pernyataan tersebut sering dilakukan (jarang tidak dilakukan).
Selalu, jika pernyataan tersebut selalu dilakukan (tidak pernah tidak
dilakukan)
3. Sebelum mengumpulkan kuesioner dimohon memeriksa kembali jawaban
anda, dimohon tidak mengosongkan satu pertanyaan pun.
Tidak
No Pernyataan Jarang Sering Selalu
Pernah
Tidak
No Pernyataan Jarang Sering Selalu
Pernah
Dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien, saya
5. Menciptakan lingkungan yang
nyaman dan menyenangkan bagi
klien dengan saling berkomunikasi
diantara sesama teman.
6. Melakukan pengekangan fisik
terhadap klien sesuai indikasi
medis
7. Melakukan pengkajian
keperawatan secara komprehensif
agar dapat memahami kebutuhan
klien secara tepat
8. Memberikan pujian dan
penghargaan positif kepada klien
dari setiap perilaku yang
kontruktif
9. Membimbing klien untuk
mengembangkan minat dan
kemampuan yang di milikinya .
10. Menjelaskan kondisi klien yang
sebenarnya kepada keluarga
maupun klien
11. Menjelaskan aturan makan obat
dan respon klien setelah makan
obat
12. Melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan secara benar
dan jujur
13. Tidak menepati kontrak waktu
yang disepakati dengan klien
14. Meluangkan waktu untuk
berkomunikasi dengan keluarga
RIWAYAT HIDUP
Medan Amplas
BIODATA EXPERT
BIODATA EXPERT