Anda di halaman 1dari 164

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Keperawatan Tesis Magister

2015

Hubungan Perilaku Caring dan Motivasi


dengan Kinerja Perawat Pelaksana
Menerapkan Prinsip Etik Keperawatan
dalam Asuhan Keperawatan di Rumah
Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan

Dewi, Rosmala
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/14373
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN PERILAKU CARING DAN MOTIVASI
DENGANKINERJAPERAWATPELAKSANAMENERAPKAN
PRINSIP ETIKKEPERAWATAN DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR.
MUHAMMAD ILDREM MEDAN

TESIS

Oleh

ROSMALA DEWI
137046001/ADMINISTRASIKEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


CORRELATIONOF CARING BEHAVIOR AND MOTIVATION
WITHNURSE PRACTITIONERS’ PERFORMANCE IN
APPLYING NURSING ETHICS PRINCIPLE IN NURSING
CARE AT PROF. DR. MUHAMMAD ILDREM MENTAL
HOSPITALMEDAN

THESIS

BY

ROSMALA DEWI
137046001/ NURSING ADMINISTRATION

PROGRAM STUDY MASTER OF NURSING


NURSING FACULTY
UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


HUBUNGAN PERILAKU CARING DAN MOTIVASI
DENGANKINERJA PERAWAT PELAKSANA
MENERAPKAN PRINSIP ETIK KEPERAWATAN DALAM
ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT JIWA
PROF.DR.MUHAMMAD ILDREM MEDAN

TESIS

DiajukanSebagai Salah SatuSyarat


untukmemperolehGelar Magister Keperawatan (M.Kep)
dalam Program Studi Magister IlmuKeperawatan
MinatStudiAdministrasiKeperawatan
padaFakultasKeperawatan
Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSMALA DEWI
137046001/ ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Telahdiuji

Padatanggal: 31 Agustus 2015

KOMISI PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. BustamiSyam, M.S.M.E

Anggota : 1. WardiyahDaulay, S.Kep.,Ns, M.Kep

2. Prof. dr. Amri Amir, SpF(K), DFM, SH, Sp.Akup

3. EviKarota Bukit, S.Kp., MNS

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

HUBUNGAN PERILAKU CARING DAN MOTIVASI


DENGANKINERJA PERAWAT PELAKSANA
MENERAPKAN PRINSIP ETIK KEPERAWATAN DALAM
ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT JIWA
PROF.DR.MUHAMMAD ILDREM MEDAN

Tesis

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademis di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 31Agustus 2015

Rosmala Dewi

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : Hubungan Perilaku Caring dan Motivasi dengan Kinerja Perawat
Pelaksana Menerapkan Prinsip Etik keperawatan dalam Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof.DR.Muhammhad Ildrem
Medan
Nama Mahasiswa : Rosmala Dewi

Program Studi : Magister Ilmu keperawatan

Minat Studi : Administrasi Keperawatan

Tahun : 2015

ABSTRAK

Kinerja keperawatan merupakan aktivitas yang diberikan kepada klien melalui

pelaksanaan asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan layanan kesehatan sesuai

dengan tugas dan wewenang perawat dengan memenuhi ketentuan kode etik, standar

profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur

operasional.Tujuan penelitian menganalisis hubungan perilaku caring dan motivasi

dengan kinerja menerapkan prinsip etik keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.

Muhammad Ildrem Medan. Desain penelitian deskripsi korelasi dengan rancangan

cross sectional. Tempat penelitian di ruang rawat inap Rumah Sakit Prof. Dr.

Muhammad Ildrem Medanpada bulanJuni 2015. Pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik proporsional (proportionate stratified random sampling), yaitu 85

perawat pelaksana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku caringkurang baik

(64,7%), motivasi rendah (55,3%), kinerja perawat pelaksana kurang baik (58,8%),

sedangkan hasil analisis data dengan uji chi- square p value = 0,001 ada

berhubungan secara signifikan antara perilaku caringdengan kinerja perawat

Universitas Sumatera Utara


pelaksana menerapkan prinsip etik, dan hasil analisis data dengan uji chi- square p

value = 0,001 ada berhubungan secara signifikan antara motivasi dengan kinerja

perawat pelaksana menerapkan prinsip etikserta Variabel yang paling berhubungan

adalah motivasi perawat pelaksana dengan nilai OR = 0,063. Direkomendasikan

kepada pihak Rumah sakit mengoptimalkan kinerja perawat pelaksana menerapkan

prinsip etik dengan meningkatkan budaya perilaku caring dan memperhatikan

prinsip etik di rumah sakit dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien dan

perlu disusun aturan baku pelaksanaan perilaku caring dan prinsip etikbagi perawat

pelaksana serta adanya pelaksanaan supervisi secara berkala sebagai proses

pengulangan dalam pemantapan budaya caring serta perlu seminar dan pelatihan

perilaku caring.

Kata kunci: perilaku caring, motivasi, kinerja menerapkan etik

Universitas Sumatera Utara


Thesis Title : Correlation of Caring Behavior and Motivation with

Nurse Practitioners’ Performance in Applying

Nursing Ethics Principle in Nursing Care at Prof.

Dr.Muhammad Ildrem Mental Hospital

Name : Rosmala Dewi

Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization : Nursing Administration

Year : 2015

ABSTRACT

Nursing performance is an activity provided for clients through the application of

nursing care to achieve health care which is in line with nurses’ task and

obligation by fulfilling the code of ethics, professional standard, the right to use

health care, service standard, and operational standard procedure. The objective of

the research was to analyze the correlation of caring behavior and motivation with

performance by applying the principle of nursing ethics at Prof. Dr.

MuhamadIldrem Mental Hospital, Medan. The research used descriptive

correlation method with cross sectional design. It was conducted in the inpatient

room in June, 2015. The samples were 85 nurse practitioners, taken by using

proportionate stratified random sampling technique. The result of the research

showed that there was significant correlation of caring behavior and motivation

with nurse practitioners’ performance in applying the principle of ethics. The

Universitas Sumatera Utara


variable which had the most dominant correlation was nurse practitioners’

motivation. It is recommended that the hospital management optimize nurse

practitioners’ performance in applying the principle of ethics by increasing the

culture of caring behavior and pay attention to the principle of ethics in providing

nursing care for clients. Implementation standard of caring behavior and the

principle of ethics for nurse practitioners and regular supervision in stabilizing the

culture of caring behavior through seminars and training should be provided.

Keywords: caring behavior, motivation, performance in applying ethics

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T Tuhan Yang

Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan usulan penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku Caring dan

Motivasi dengan Kinerja Perawat Pelaksana Menerapkan Prinsip Etik

Keperawatan dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.

Muhammad Ildrem Medan”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat yang

harus dipenuhi dalam proses penyelesaian studi pada Program Studi Magister

Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dr. Dedi Ardinata, M.Kes, Ketua

Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara, Setiawan, S.Kp., MNS, Ph.D, penulis juga mengucapkan banyak

terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME dan Wardiyah Daulay,

S.Kep, Ns, M.Kep selaku Pembimbing yang selalu memberikan bimbingan,

pengarahan dan motivasi kepada penulis sejak awal hingga penulisan tesis ini

selesai.

Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Amri

Amir, SpF(K), DFM, SH, Sp. Akup dan Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku

Penguji yang telah memberikan masukan, kritikan, saran, bimbingan dan arahan

serta motivasi kepada penulis sekaligus sebagai expert dalam proses penyelesaian

tesis ini.

Universitas Sumatera Utara


Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Direktur Rumah

Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan, yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian di rumah sakit tersebut. Penulis juga

menyampaikan banyak terima kasih kepada Suami, anak-anak tercinta dan kedua

orang tua tercinta yang selalu memberikan doa, support dan semangat kepada

penulis dalam menyelesaikan pendidikan, serta seluruh rekan-rekan Program

Studi Magister Keperawatan angkatan III 2013/2014 yang ikut memberikan

dukungan dalam menyelesaikan tesis ini.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penulisan tesis ini, oleh karena itu peneliti menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan tesis ini dan harapan penulis semoga tesis ini

dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya profesi keperawatan.

Medan,31 Agustus2015
Penulis

Rosmala Dewi

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Nama : Rosmala Dewi

Tempat/TanggalLahir : Rantauprapat, 29 April 1977

Pekerjaan : PegawaiNegeriSipil

Agama : Islam

Alamat : Jl.Adam Malik Gg. Musholah Rantauprapat

Email : rosmaladewip@yahoo.com

RiwayatPendidikan:

JenjangPendidikan NamaInstitusi Tahun Lulus

SD SD Negeri Bilah Hilir 1990

SLTP MTsPesantren Atthoyyibah 1993

SLTA MAN Rantauprapat 1996

D III AKPER Labuhan Batu 1999

S1 PSIK FK USU, Medan 2003

Profesi PSIK FK USU, Medan 2005

S2 FakultasKeperawatan USU, Medan 2015

RiwayatPekerjaan:

Perawat TenagaSukarelaRumah Sakit Umum Rantauprapat tahun 1999 – 2000

Staf Dosen Akper Pemkab Labuhanbatutahun 2000 – 2002

Pegawai Negeri Sipil (PNS) Akper Pemkab Labuhanbatutahun 2006 - sekarang

MahasiswaTugasBelajar Magister IlmuKeperawatanFakultasKeperawatanUniversitas

Sumatera Utaratahun 2013 – 2015

Universitas Sumatera Utara


KegiatanAkademikPenunjangstudi:

Seminar“Riset Keperawatanyang Berlandaskan Etika”, 6 November 2013,

FakultasKeperawatanUniversitasSumatera Utara, Medan.

Seminar “Diagnostic Reasoning NANDA dan ISDA Basic”,24November 2013,

FakultasKeperawatanUniversitas Sumatera Utara, Medan.

Workshop“Diagnostic Reasoning NANDA dan ISDA Basic”, 24November 2013,

FakultasKeperawatanUniversitas Sumatera Utara, Medan.

Seminar“UtilisasiMetodologiKuantitatifdanKualitataifDalamRisetKeperawatandanKe

sehatan”, 7 Desember 2013, FakultasKeperawatanUniversitas Sumatera

Utara, Medan.

Workshop

“UtilisasiMetodologiKuantitatifdanKualitataifDalamRisetKeperawatandanK

esehatan”, 7 Desember 2013, FakultasKeperawatanUniversitas Sumatera

Utara, Medan.

Workshop “Computer Assited Qualitative Data Analysis Software (CAQDAS)”, 7

Desember 2013, FakultasKeperawatanUniversitas Sumatera Utara, Medan.

SeminarNasional Keperawatan, Medan, 15 April 2015,

FakultasKeperawatanUniversitas Sumatera Utara, Medan.

Seminar Nasional Keperawatan“ Sistem Jenjang Karir Perawat di Indonesia”, 28 April

2015, FakultasKeperawatanUniversitas Sumatera Utara, Medan.

Donor Darah Dalam kegiatan “Internasional Nurses Day (IND)”,13 May 2015,

Fakultas KeperawatanUniversitas Sumatera Utara, Medan

Universitas Sumatera Utara


Seminar Nasional“The Golden Ways to get happiness & Success”, 17 May 2015, Di

Convention Hall Hermes PlaceMeda.

Seminar Ilmiah Dalam Rangka Dies Natalis Ke -63 Usu (SI-DIES 2015) Sebagai

PEMAKALAH, 18-19 AGUSTUS 2015, Kantor Pusat Administrasi Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Publikasi:

Dewi, R, Syam, B, Daulay, W. (2015). Perilaku Caring dan Motivasi dengan Kinerja

Perawat Pelaksana Menerapkan Prinsip Etik Keperawatan dalamAsuhan

Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. Muhammad Ildrem

Medan.JurnalRisetKeperawatanIndonesia, 1 (2).

Proceeding :

Dewi, R, Syam, B, Daulay, W. (2015). Pengaruh Perilaku Caring dengan Kinerja Perawat

Pelaksana Menerapkan Prinsip Etik Keperawatan dalamAsuhan Keperawatan di

Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Permasalahan .................................................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
1.4. Hipotesis .............................................................................................. 10
1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................. 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 12


2.1. Konsep Perilaku Caring ........................................................................ 12
2.2.Konsep Motivasi ................................................................................... 29
2.3.Kinerja Perawat Menerapkan Prinsip Etik ............................................ 37
2.4. Landasan Teori ..................................................................................... 60
2.5. Kerangka Konsep. ................................................................................ 61

BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................................. 62


3.1. Jenis Penelitian .............................................................................................. 62
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 62
3.3. Populasi dan Sampel ............................................................................ 62
3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 63
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional ...................................................... 64
3.6. Metode Pengukuran ............................................................................ 66
3.7. Metode Analisis Data ........................................................................... 67
3.8. Pertimbangan Etik ......................................................................................... 75

BAB 4. HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 76


4.1. Gambaran Singkat Tempat Penelitian .................................................. 76
4.2. Analisis Univariat .................................................................................. 79
4.3. Analisis Bivariat ..................................................................................... 82

Universitas Sumatera Utara


4.4. Analisis Multivariat ............................................................................... 84

BAB 5. PEMBAHASAN………………………………………………......... ...................................... 93


5.1 Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 93
5.1.1 Perilaku caring perawat pelaksana.................................. 93
5.1.2 Motivasi perawat pelaksana ............................................ 96
5.1.3 Kinerja Perawat pelaksana .............................................. 98
5.1.4 Hubungan Perilaku caringdengan Kinerja
Perawat menerapkan prinsip etik ....................................
........................................................................................ 101
5.1.5 Hubungan Motivasi perawat pelaksana dengan
Kinerja Perawat menerapkan prinsip etik .......................
........................................................................................ 107
5.1.6 Variabel yang paling berhubungan dengan
Kinerja Perawat pelaksana menerapkan prinsip etik ......
........................................................................................ 110
5.2 Keterbatasan Penelitian...............................................................
.................................................................................................... 112

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................


113
5.1 Kesimpulan ............................................................................
................................................................................................ 113
5.2 Saran ......................................................................................
................................................................................................ 114

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
117

LAMPIRAN ..................................................................................................................
129

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1. Data Jumlah distribusi perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.
Muhammad Ildrem Medan dan Sampel Penelitian ................................ 64

Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel Independen .............................................. 66

Tabel 3.3. Persebaran Nomor Pernyataan Tiap Sub Variabel Kuesioner Perilaku
Caring Perawat…………………………………………. 68

Tabel 3.4. Persebaran Nomor Pernyataan Tiap Sub Variabel Kuesioner Motivasi
Perawat………………………………………………… 69

Tabel 3.5. Persebaran Nomor Pernyataan Tiap Sub Variabel Kuesioner Kinerja
Perawat Menerapkan Prinsip Etik Keperawatan………... 70

Tabel 4.1. Distribusi frekwensi perawat pelaksana berdasarkanumur dan lama


kerja ......................................................................................................... 79

Tabel 4.2. Distribusi frekwensi perawat pelaksana berdasarkan jenis kelamin,


tingkat pendidikan dan status menikah .................................................. 80

Tabel 4.3. Distribusi frekwensi Perilaku caring perawat pelaksana ......................... 80

Tabel 4.4 Distribusi frekwensi perawat pelaksana berdasarkan motivasi .............. 81

Tabel 4.5 Hubungan perilaku caring dengan kinerja perawat pelaksana ............... 82

Tabel 4.6 Hubungan Motivasi dengan kinerja perawat pelaksana ......................... 83

Tabel 4.8 Variabel yang masuk dalam model regresi logistik……………... 84

Tabel 4.9 Hasil uji regresi logistik ............................................................................ 85

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.4. Landasan Teoritis ............................................................................. 60
Gambar 2.5. Kerangka Konsep ............................................................................. 61

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Instrumen Penelitian…………………………………………. 129

2 Biodata Expert…...……………………………....................... 138

3 Izin Penelitian…………………………………………........... 139

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai

dengan adanya mutu pelayanan yang berkualitas oleh pihak rumah sakit. Oleh

sebab itu, industri pelayanan kesehatan membutuhkan tenaga kerja yang lebih

terampil sebagai akibat dari kemajuan teknologi medis dan permintaan untuk

perawatan klien yang lebih canggih (Ramasodi, 2010).

Tim keperawatan harus bekerja sesuai standar yang telah ditetapkan dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada klien. Hal ini ditujukan agar pelayanan

keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan pelayanan yang aman, serta

mampu memenuhi kebutuhan dan harapan baik dari segi kualitas maupun

kuantitas pelayanan keperawatan (Liang, Chen Le,& Huang, 2012).

Rumah sakit jiwa merupakan bagian penting dalam pelayanan

keperawatan yang berkelanjutan, berorientasi terhadap pemulihan, dan

memberikan komponen pengobatan dalam sistem kesehatan untuk menilai,

mengevaluasi, dan memperlakukan orang dengan kondisi kejiwaan yang paling

kompleks yang beresiko membahayakan diri sendiri atau orang lain dan tidak

dapat secara efektif diobati dengan layanan yang tersedia yang ada di masyarakat

(Nasional Association of State Mental Health Program Directors [NASMHPD],

2014).

Universitas Sumatera Utara


MenurutAmerican Nurses Associations(2007)Keperawatan Jiwa

merupakan area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu

tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara

terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan, mental

klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (Shives,2012).

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan sangat penting

perawat untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya serta

memahami beberapa konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan

jiwa agar dalam memberikan pelayanan keperawatan jiwa kepada pasien dapat

lebih profesional (Keliat.B.A, 2010).

Perawat jiwa sering dihadapkan pada dilema etik dalam praktek

keperwatan jiwa dengan keadaan yang berbeda-beda. Ini merupakan kondisi yang

berat karena harus membuat suatu pilihan atau tindakan yang kurang sempurna,

keputusan yang cepat tanpa ada waktu untuk musyawarah yang mengakibatkan

keputusan yang salah dan kemungkinan penyesalan (Nanasaheb et al., 2011).

Menurut Gustafson et al., (2013) tanpa disadari perawat melakukan

pelanggaran etik dalam merawat pasien di Rumah Sakit jiwa, seperti melakukan

tindakan tanpa informed consent, ketika klien harus menjalankan tindakan khusus

seperti tindakan Electroconvulsive therapy (ECT), Klien ditempatkan sendiri,

pengekangan fisik ketika klien memperlihatkan perilaku kekerasan dan memaksa

klien minum obat atau program pengobatan lain dengan kasar. Inilah dilema yang

berhubungan dengan menghormati otonomi klien dan melakukan yang baik bagi

klien.

Universitas Sumatera Utara


Tahun 2009 masalah etik keperawatan di Rumah sakit jiwa di Belanda

dan di negara-negara lain di luar Eropa, menunjukkan peningkatan dari 22%

menjadi meningkat 65% jumlah klien pertama masuk ke Rumah Sakit untuk

dirawat sering dilakukan tindakan - tindakan koersif seperti pengasingan dan

menahan diri. Hal ini terutama terjadi pada hari pertama masuk seperti mengunci

pasien sendirian di diruangan khusus dengan atau tanpa persetujuan. Di dalam

ruangan, klien tidak ada kontak dengan perawat bahkan minuman dan makanan,

mengambil kotoran dan urine tidak terpenuhi (Yolande, 2014).

Masalah dilema etik keperawatan di Rumah sakit jiwa terjadi pada

dasarnya karena tindakan pelayanan tidak sesuai dengan standar Mental Health

Act (1987) diantaranya mengabaikan persetujuan dari keluarga misalnya informed

consent dari setiap tindakan seperti pengekangan fisik hanya 50% klien yang

mendapat persetujuan dan tindakan terapi electroconvulsive hanya 10.42% yang

mendapat persetujuan dari keluarga dan terkait dengan pedoman pengobatan 8,3%

tidak sesuai dengan SOP( Nanasaheb M. et al., 2011).

Masalah pelanggaran etik keperawatan banyak ditemukan di Rumah sakit

jiwa prof. DR. Muhammad Ildrem Medan diantaranya ketika klien makan

bersama perawat tidak mengawasi klien tetapi membiarkan klien, kemudian klein

diberi obat tanpa ada komunikasi terapeutik dan klein yang tidak mau makan obat

dipaksa dan terkadang dengan kekerasan hal ini menunjukkan perawat tidak

menerapkan prinsip etik keperawatan diantaranya prinsip justice (keadilan)

artinya perawat idealnya berperilaku sesuai masalah dan kebutuhan klein.

Universitas Sumatera Utara


Masalah pelanggaran etik lain yang sering terjadi di Rumah sakit jiwa

prof. DR. Muhammad Ildrem Medan ada beberapa orang klein yang dirantai kaki

dan tangannya khususnya klein yang baru masuk dan ada juga klein yang lama.

Inilah dilema yang berhubunguan dengan menghormati otonomi klien dan

melakukan yang baik bagi klien.Perawat melaporkan bahwa pada dasarnya

mereka tidak ingin melakukan kekerasan atau pemaksaan, namun mengalami

kesulitan mengidentifikasi pilihan(Observasi diruangan, 2015).

Masalah pelanggaran etik banyak ditemukan pada perawat psikiatrik hal

ini disebabkan karena kurangnya tenaga, beban kerja yang berlebihan, kondisi

pekerjaan (Prinsip etik sering menjadi isu yang kontroversi), kurangnya supervisi,

pelatihan tentang pelayanan (Sossong, & Poirier, 2013).

Penelitian Liang et al., (2012) menegaskan agar pelayanan keperawatan

yang diberikan senantiasa memberikan pelayanan yang aman, serta mampu

memenuhi kebutuhan dan harapan baik dari segi kualitas maupun kuantitas

pelayanan keperawatan. Kualitas pelayanan kesehatan jiwa termasuk

memperhatikan hak orang atas pemenuhan, perlindungan, dan penghargaan atas

martabat (Keliat,B.A 2010).

Peningkatan kinerja petugas kesehatan yang ada di rumah sakit mutlak

dilakukan guna memperbaiki citra yang terbentuk di masyarakat dikarenakan

kurang optimalnya pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Peningkatan

kinerja juga perlu dilakukan tenaga keperawatan sebagai mayoritas tenaga

kesehatan yang bekerja di rumah sakit (Gillies, 1994).

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini menfokuskan pada kinerja perawat dalam menerapkan

prinsip etik dalam memberikan asuhan keperawatan. Penerapan prinsip etik juga

merupakan kompetensi inti ke dua dari 12 kompetensi inti yang harus dimiliki

seorang perawat berdasarkan standar kompetensi yang dikembangkan PPNI

bekerjasama dengan Depkes dan Asean Development Bank (ADB) sebagai hasil

Delphi Process pada bulan Mei 2007. Hal ini berarti perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan berkewajiban berpedoman terhadap prinsip otonomi, non

maleficence, beneficence, justice, veracity, confidentiality, dan fidelity (Gillies,

1994; Potter & Perry, 2002).

Menurut penelitian Tsitsis et al., (2014) menyatakan Perawat dalam

memenuhi kebutuhan klien, harus memiliki kompetensi khusus dan pengetahuan

tentang masalah etik dan hukum. Tanggung jawab utama perawat professional

adalah memberikan pelayanan yang tepat dan aman baik untuk klien maupun diri

perawat sendiri dengan penerapan prinsip etik keperawatan.

Penelitian Suhartati (2002) tentang faktor-faktor yang berhubungan

penerapan etik keperawatan dalam asuhan keperawatan meliputi prinsip

otonomy,non maleficence, beneficence, justice, veracity, confidentiality,dan

fidelity oleh perawat pelaksana di rumah sakit M Jakarta menemukan bahwa

50,4% berperilaku etik dalam memberikan asuhan keperawatan dan 49,6%

berperilaku tidak etikdalam memberikan asuhan keperawatan. Penelitian ini

menegaskan bahwa pentingnya penerapan etik keperawatan dalam memberikan

asuhan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini menyimpulkan perlu pengetahuan perawat dan pasien

tentang kode etik untuk bekerja sehingga diperoleh kepuasan perawat dan pasien.

Kinerja perawat menerapkan prinsip etik penting untuk dilakukan mengingat

perawat yang dalam melakukan asuhan keperawatan berperilaku tidak etik dapat

menimbulkan kerugian bagi klien sebagai penerima asuhan keperawatan yaitu

dapat mengalami injury atau bahaya fisik seperti nyeri, kecacatan atau kematian,

serta bahaya emosional seperti perasaan tidak berdaya atau terisolasi (Canadian

Nurses Assosiation [CNA], 2004).

Penelitian Gustafson et al., (2014) Perawat menghadapi banyak tantangan

yang berkaiatan dengan masalah etik dalam berinteraksi sehari-hari dengan klien

yang paling sensitive terhadap pelanggaran etik. Kerugian yang dialami klien

tersebut akan menyebabkan ketidak puasan klien yang pada akhirnya akan

berdampak pada citra dan pendapatan rumah sakit (Ismail et al., (2012).

Sebaliknya perawat yang mengetahui tentang prinsip etik dan menerapkannya

dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dan keluarga akan

menimbulkan kepuasan kepada klien dan mempertahankan hubungan antara

perawat, klien dan petugas kesehatan lain sehingga klien merasa yakin akan

mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas (Fairchild, 2010).

Faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dalam menerapkan prinsip

etik dalam asuhan keperawatan adalah perilaku caring perawat dan motivasi

perawat (Burtson & Stichler, 2010). Perilaku caring perawat sangat erat

hubungannya dengan kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan indikator

kualitas dan efisiensi sistem pelayanan kesehatan (Merkouris et al., 2013).

Universitas Sumatera Utara


Penelitian Raffi et al., (2008) di Iran dan penelitian yang dilakukan oleh

Wolf et al., (1998) di Philadelphia menunjukan ada hubungan antara perawat

yang caring dengan kepuasan pasien.Hal ini merupakan sentral praktik

keperawatan, juga merupakan cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat

bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannyaterhadap pasien. Hal ini

didukung penelitian Wolf, Miller,& Devine, (2010) menyatakan bahwa kinerja

staf perawat termasuk perilaku caring yang dapat memberikan kontribusi besar

terhadap kualitas pengalaman klien selama dirawat.

Watson (2008) menjelaskan perawat akan termotivasi untuk menerapkan

etika dalam asuhan keperawatan karena mempunyai kompetensi yang baik dalam

berperilaku caring dimana hal ini merupakan representasi nilai, sikap dan perilaku

perawat yang menimbulkan perasaan dipedulikan yang dipersepsikan oleh klien.

Dengan demikian, perilaku caring sangat berpengaruh terhadap motivasi perawat

dalam kinerja menerapkan prinsip etik dalam asuhan keperawatan.

Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem adalah satu-satunya

Rumah Sakit Jiwa pemerintah yang ada di Propinsi Sumatera Utara yang memiliki

kemampuan pelayanan diklasifikasi kelas A dengan sifat kekhususannya

dikategorikan dengan tipe B dengan akreditasi B. Sesuai dengan standar akreditasi

B maka Rumah sakit melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan

kesehatan sebagai acuan dalam melayani pasien dan menghormati dan melindungi

hak-hak pasien. Serta melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua

petugas rumah sakit dalam melaksanakan tugas.

Universitas Sumatera Utara


Perawat yang diwawancarai mengakui bahwa pelanggaran etik seperti

terlambat, kurang disiplin, dan pelanggaran lain yang dirasakan tidak merugikan

klien secara langsung diusahakan oleh perawat yang menjadi teman satu shift jaga

untuk tidak dilaporkan kepada atasan. Hal ini disebabkan rasa kasihan dan

kesetiakawanan serta tidak ingin temannya terlibatmasalah dengan atasan.

Pelaporan dan pembinaan pelanggaran etik baru dilakukan jika pasien atau

keluarga mengeluh secara langsung kepada pihak menejer. Hal ini tentu saja

menyebabkan motivasi perawat menerapkan etik keperawatan menjadi sangat

turun dikarenakan perilaku etik sangat erat hubungannya dengan adanya peran

rekan kerja dan juga supervisi atasan (Deshpande & Joseph, 2008; Gillies, 1994).

Hasil observasi peneliti tanggal 6 maret 2015 didapatkan bahwa penerapan

komunikasi terapeutik lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa yang sedang

praktek, Penerapan komunikasi terapeutik belum dilaksanakan secara menyeluruh

oleh perawat di Rumah Sakit Jiwa, menurut pendapat beberapa perawat

komunikasi terapeutik tidak menyelesaikan masalah pasien dan memakan waktu

lama dalam pelaksanaannya. Ada pula yang menyebutkan bahwa tidak ada

teguran dari atasan jika perawat tidak melakukan komunikasi terapeutik.

Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Apriyanti (2008) motivasi

dan supervisi berhubungan signifikan terhadap kinerja dan kepuasan kerja perawat

pelaksana. Peningkatan kinerja pada perawat memerlukan usaha yang keras dari

seorang perawat agar prestasi kerjanya berbeda dengan orang lain dan perawat

tersebut harus memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik

dari sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara


Fenomena-fenomena yang terjadi di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.

Muhammad Ildrem Medan ini menunjukkan bahwa kinerja perawat dalam

menerapkan prinsip etika dalam asuhan keperawatan perlu perhatian, Maka

peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan perilaku caring danmotivasi dengan

kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dalam asuhan

keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan fenomena yang terjadi di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.

Muhammad Ildrem Medan maka rumusan masalah penelitian ini adalah

Bagaimana hubungan perilaku caring dan motivasi dengan kinerja perawat

pelaksana dalam menerapkan prinsip etik keperwatan dalam asuhan keperawatan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis adanya hubungan

antara perilaku caring dan motivasi dengan kinerja perawat pelaksana

menerapkan prinsip etik keperawatan dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit

Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Menganalisis perilaku caring (respectfuldan assurance of human presence)

perawat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan.

Universitas Sumatera Utara


2. Menganalisis motivasi (faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik) menerapkan

prinsip etik keperawatan dalam asuhan keperawatan perawat pelaksana di

Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan.

3. Menganalisis kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan

dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad

Ildrem Medan.

4. Menganalisis hubungan antara perilaku caring (respectfuldan assurance of

human presence) dengan kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip etik

keperawatan dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.

Muhammad Ildrem Medan.

5. Menganalisis hubungan antara motivasi (faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik)

dengan kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan

dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad

Ildrem Medan.

6. Menganalisis variabel yang paling berhubungan dengan kinerja perawat

pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dalam asuhan keperawatan di

Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan.

1.4 Hipotesis

1. Ada hubungan perilaku caring dengan kinerja perawat pelaksana dalam

penerapan etik keperawatan dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit

Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan.

Universitas Sumatera Utara


2. Ada hubungan motivasi dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan

etik keperawatan dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.

Muhammad Ildrem Medan.

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Manfaat Penelitian Bagi Pelayanan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan bagi managemen rumah

sakit melakukan upaya untuk meningkatkan kinerja perawat dengan cara

meningkatkan motivasi dan perilaku caring perawat.

1.5.2 Manfaat Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini bermanfaat bagi khasanah keilmuan keperawatan

untukupaya meningkatkan perilaku menerapkan prinsip etik keperawatan dengan

cara pengembangan perilaku caring dan motivasi peserta didik perawat.

1.5.3 Manfaat Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evidence based dan

pertimbangan bagi penelitian keperawatan selanjutnya, khususnya yang berkaitan

dengan perilaku caring dan motivasi kinerja perawat dalam menerapkan prinsip etik

dalam asuhan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Caring

Konsep caring dalam pelayanan kesehatan memberikan gambaran tentang

perkembangan dan perubahan dalam praktik keperawatan yang dilakukan oleh

perawat dan yang dirasakan oleh pasien (Papastavrou, Efstathiou,&

Chaaralambous, 2010).

Caring adalah ciri dan ekspresi yang esensial sebagai manusia. Caring

adalah proses dimana setiap orang sepanjang kehidupannya tumbuh dalam

kapasitas untuk mengekspresikan caring. Dengan kata lain setiap orang tumbuh

dalam kompetensinya untuk mengekspresikan diri sebagai orang yang caring.

Lima konsep utama caring yaitu ciri manusia, moral yang sangat penting, afek,

interaksi interpersonal dan intervensi (Boykin & Schoenhofer, 2013).

Caring adalah komitmen yang saling mempengaruhi dimana seseorang

yang caring mampu, melalui konsep diri yang kuat, menyusun aktivitas sehari-

hari dan adanya keterbukaan terhadap kebutuhan orang lain dan kemampuan

memotivasi orang lain, untuk mengarahkan perilaku caring pada pertumbuhan

orang lain baik secara individu maupun kelompok. Caring dapat diartikan sebagai

beban, sebagai tanggung jawab dan sebagai perasaan terhadap orang lain

(Nyberg, 1998).

Universitas Sumatera Utara


2.1.1 Defenisi Caring dalam Keperawatan

Caring diartikan sebagai proses interaktif antara pasien dengan perawat

dan sesama perawat yang memberikan perlindungan, meningkatkan dan

melindungi martabat manusia serta dimanifestasikan melalui serangkaian tindakan

yang bertujuan untuk memberikan perawatan sesuai dengan harapan pasien

(Chen, Yen, Lin, Lee,& Lu, 2012;Alexis, 2009).

Teori caring Jean Watson pertama kali dipublikasikan pada tahun 1979

dengan judul: the Philosophy and Science of Caring. Jean Watson mendefinisikan

caring sebagai ilmu. Perspektif ilmu caring didasarkan pada ontologi hubungan

dimana semua yang terlibat berada dalam suatu hubungan, bersatu dan

mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lain. Caring merupakan sebuah

perkembangan ilmu pengetahuan bidang baru yang didasarkan pada disiplin ilmu

keperawatan dan perkembangan ilmu keperawatan, tetapi baru-baru ini juga

meliputi bidang-bidang ilmu dan disiplin ilmu lainnya, misalnya Perempuan /

Feminis studi, Pendidikan, Ekologi, kedamaian, Filsafat / Etika , Arts and

Humanities, Mindbodyspirit Kedokteran. Dengan demikian, perhatian ilmu ini

dengan cepat menjadi Transdisciplinary Interdisciplinary bidang studi (Watson,

2008).

Watson melihat caring sebagai ideal moral dan etika keperawatan yang

berdasarkan pada humanism dan hubungan interpersonal disamping

menganggap caring sebagai suatu seni yang hidup, diekpresikan dan

dikembangkan dalam tindakan caring. Caring dapat diterapkan pada semua

bidang pelayanan manusia maupun pendidikan khususnya kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


Konsep utama dari teori caring menurut Watson terdiri dari teori human

caring, transpersonal caringrelationship dan caring moment (Watson, 2009).

Transpersonal caring relationship (hubungan caring transpersonal) merupakan

panduan dalam menyusun Caritas Consciousness. Hal tersebut menekankan pada

perhatian terhadap kehidupan dan makna subjektif seseorang. Transpersonal

mencakup menyayangi, kebaikan dan ketenangan hati seseorang dalam caring

moment (Watson, 2008).

Caring moment merupakan bagian yang penting bagi seseorang. Hal ini

dapat mempengaruhi perawat dan pasien dan memancarkan hubungan dengan

lingkungan dimana manusia berada (Watson, 2008). Caring moment merupakan

saat dimana perawat berhubungan dengan orang lain mencakup kepribadian,

penampilan fisik, penyakit, diagnosis bahkan perilaku. Perawat tersebut

mengenali seseorang melalui lingkungannya. Caritas nurse (perawat caritas)

dalam caring moment menggunakan seluruh keterampilan, pengetahuan dan

sumber daya yang dimiliki, membuat moment tersebut menjadi sangat penting

(Watson, 2008).

Watson (2009) juga menyatakan bahwa caring profesional sebagai intisari

dari keperawatan profesional yang dapat dilihat pada praktek keperawatan, teori

keperawatan, kurikulum keperawatan, falsafah, dan perspektif etik terhadap

kemanusiaan dan hubungan caring dengan pasien. Hal ini meliputi keinginan

untuk merawat klien dengan tulus yang meliputi komunikasi terapeutik,

tanggapan positif, dukungan atau intervensi fisik oleh perawat.

Universitas Sumatera Utara


Swanson (1991) mendefinisikan caring sebagai suatu proses untuk

menjalin suatu hubungan yang berfokus pada perasaan klien yang merupakan

suatu komitmen dan tanggung jawab seorang perawat. Duffy (2005)

menambahkan bahwa perilaku caring merupakan suatu harapan dari pasien

maupun keluarga mengenai praktek keperawatan dan caring merupakan kata sifat

yang biasa digunakan oleh perawat dan siswa perawat untuk menggambarkan

karakteristik praktek keperawatan.

Kompetensi caring dalam keperawatan yang lebih dikenal sebagai proses

klinik caring (clinical caring processes) adalah representasi nilai, sikap dan

perilaku perawat yang menimbulkan perasaan dipedulikan yang dipersepsikan

oleh klien (Watson, 2009). Clinical caring process adalah hubungan yang

menyatukan tindakan fisik, interaksi, hubungan dan memahami satu sama lain

antara perawat dan klien (Duffy, 2005).

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pernyataan pakar di atas

adalah caring terdiri atas dua aspek yaitu berupa tindakan nyata perawat dalam

melakukan peran dan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

klien dan aspek afektif perawat seperti perasaan cinta, altruisme, belas kasih,

kehangatan serta perasaan lain yang mendasari perawat melakukan tindakan

caring kepada klien. Proses klinik caringmerupakan hubungan yang menyatukan

tindakan fisik, interaksi, hubungan dan memahami satu sama lain antara perawat

dan klien.

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Komponen Perilaku caring

Perilaku caring adalah tindakan yang berhubungan dengan kesejahteraan

pasien seperti sensitifitas, kenyamanan, mendengarkan dengan penuh perhatian,

kejujuran dan penerimaan (Salimi & Azimpour, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Wolf, Giardino, Osborne dan Ambrose

(1994) menghasilkan 5 dimensi caring perawat, yaitu (1) respectfuldeference to

the other (menghormati orang lain), (2) assurance of human presence (mengakui

keberadaan manusia), (3) positive connectedness (menciptakan hubungan yang

positif), (4) professional knowledge and skill (pengetahuan dan keterampilan yang

profesional), dan (5) attentiveness to the other’s experience (perhatian terhadap

pengalaman orang lain).

2.1.2.1 Sepuluh Faktor Karaktif Caring

Caring menurut Watson (1979) adalah proses yang mencakup

pengetahuan, tindakan dan konsekuensi dan menggambarkan carative factors

yang dapat digunakan untuk mengaplikasikan caring dalam berbagai situasi klinis

praktik keperawatan. Sepuluh Carative Factors diidentifikasi sebagai aspek yang

penting dari keperawatan dimana tanpa caring perawat tidak menampilkan

keperawatan profesional tetapi berfungsi sebagai teknisi atau pekerja terampil

didalam lingkup kerja ilmu medis (Watson, 2007). Sepuluh karatif faktor tersebut

adalah:

a. Humanistic-altruistic system of values (sistem nilai humanistic dan altruistic).

Pembentukan sistem nilai humanistic - altruistic mulai berkembang di usia

dini dengan nilai-nilai yang berasal dari orang tuanya. Sistem nilai ini

Universitas Sumatera Utara


menjembatani pengalaman hidup seseorang dan mengantarkan ke arah

kemanusiaan. Perawatan yang berdasarkan nilai-nilai humanistik dan altruistik.

Hal ini dianggap penting untuk pendewasaan diri perawat yang kemudian akan

meningkatkan sikap altruistik. Melalui sistem nilai humanistik dan altruistik ini

perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada

klien.

b. Installation of faith and hope(Menanamkan sikap kepercayaan dan penuh

harapan).

Kepercayaan dan pengharapan sangat penting bagi proses karatif maupun

kuratif. Perawat perlu memberikan alternatif-alternatif bagi pasien jika

pengobatan modern tidak berhasil; berupa meditasi, penyembuhan sendiri, dan

spiritual. Dengan menggunakan faktor karatif ini akan tercipta perasaan lebih baik

melalui kepercayaan dan atau keyakinan yang sangat berarti bagi seseorang secara

individu (Watson, 1979). Perawat memberikan kepercayaan dengan cara

memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Dalam

hubungan perawat-klien yang efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimis,

harapan, dan kepercayaan.

c. Cultivation of sensitivity to oneself and others (menanamkan sensitivitas

terhadap diri sendiri dan orang lain)

Kepercayaan dan pengharapan sangat penting bagi proses karatif maupun

kuratif. Perawat perlu memberikan alternatif-alternatif bagi pasien jika

pengobatan modern tidak berhasil; berupa meditasi, penyembuhan sendiri, dan

spiritual. Dengan menggunakan faktor karatif ini akan tercipta perasaan lebih baik

Universitas Sumatera Utara


melalui kepercayaan dan atau keyakinan yang sangat berarti bagi seseorang secara

individu (Watson, 1979). Perawat memberikan kepercayaan dengan cara

memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Dalam

hubungan perawat-klien yang efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimis,

harapan, dan kepercayaan. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien

dalam mencari pertolongan kesehatan.

d. Developing a helping – trusting relationship (mengembangkan hubungan

saling membantu dan saling percaya).

Pengembangan hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah

sangat krusial bagi transportal caring. Hubungan saling percaya akan

meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Pengembangan

hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi untuk menjalin

hubungan dalam keperawatan. Karakteristik faktor ini adalah kongruen, empati,

dan ramah. Kongruen berarti menyatakan apa adanya dalam berinteraksi dan tidak

menyembunyikan kesalahan. Perawat bertindak dengan cara yang terbuka dan

jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien. Ramah berarti

penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa

tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah dan lain-lain.

e. Promotion and acceptance of the expression of positive and negative

feelings (meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif).

Perawat menyediakan dan mendengarkan semua keluhan dan perasaan

klien. Berbagi perasaan merupakan pengalaman yang cukup beresiko baik bagi

perawat maupun klien. Perawat harus siap untuk ekspresi perasaan positif maupun

Universitas Sumatera Utara


negatif bagi klien. Perawat harus menggunakan pemahaman intelektual maupun

emosional pada keadaan yang berbeda.

f. Systematic use of the scientific problem-solving method for decision

making (menggunakan metode penyelesaian masalah ilmiah sistematis dalam

pengambilan keputusan).

Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan

pendekatan asuhan kepada klien, sehingga akan mengubah gambaran tradisional

perawat sebagai “pembantu” dokter. Proses keperawatan adalah proses yang

sistemati, dan terstruktur seperti halnya proses penelitian.

g. Promotion of interpersonal teaching and learning (meningkatkan proses

belajar - mengajar interpersonal).

Faktor ini adalah konsep yang penting dalam keperawatan, yang

membedakan antara caring dan curing. Perawat memberikan informasi kepada

klien. Perawat bertanggung jawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien.

Perawat memfasilitasi proses belajar mengajar yang didesain untuk memampukan

klien memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan mandiri, menetapkan

kebutuhan personal klien.

h. Attending to a supportive, protective, and/or corrective mental, physical,

societal, and spiritual environment(menciptakan lingkungan mental, fisik, sosial

dan spiritual yang suportif, protektif atau korektif).

Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien

terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. Konsep yang relevan terhadap

lingkungan internal yang mencakup kesejahteraan mental dan spiritual, dan

Universitas Sumatera Utara


kepercayaan sosiokultural bagi seorang individu. Sedangkan lingkungan eksternal

mencakup variabel epidemiologi, kenyamanan, privasi, keselamatan, kebersihan

dan lingkungan yang astetik. Karena klien bisa saja mengalami perubahan baik

dari lingkungan internal maupun eksternal, maka perawat harus mengkaji dan

memfasilitasi kemampuan klien untuk beradaptasi dengan perubahan fisik,

mental, dan emosional.

i. Assistance with gratification of human needs (memenuhi kebutuhan dasar

manusia).

Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan

biofisik, psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan

yang paling mendasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya.

Nutrisi, eliminasi, dan ventilasi adalah contoh dari kebutuhan biofisik yang paling

rendah. Pencapaian dan hubungan merupakan kebutuhan psikososial yang tinggi,

dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan interpersonal yang paling tinggi.

j. Allowance for existential - phenomenological forces (menghargai kekuatan

existential - phenomenological).

Faktor ini bertujuan agar penyembuhan diri dan kematangaan diri dan jiwa

klien dapat dicapai. Diakuinya faktor ini dalam ilmu keperawatan membantu

perawat untuk memahami jalan hidup seseorang dalam menemukan arti kesulitan

hidup. Karena adanya dasar yang irrasional tentang kehidupan, penyakit dan

kematian, perawat menggunakan faktor karatif ini untuk membantu memperoleh

kekuatan atau daya untuk menghadapi kehidupan atau kematian.

Universitas Sumatera Utara


2.1.2.2 Perilaku Caring Menurut Erickson

Perilaku caring diekspresikan melalui usaha (tending), berbuat (playing) dan

belajar (learning) yang didasari oleh semangat keyakinan (faith), cinta (love) dan

harapan (hope). Karakteristik usaha adalah kehangatan, kedekatan, dan sentuhan.

Permainan diekspresikan melalui sebuah percobaan, latihan, kreativitas, imajinasi,

keinginan dan harapan. Sedangkan belajar bertujuan untuk pertumbuhan dan

perubahan (Eriksson, 1992 dalam Tomey & Alligood, 2006).

2.1.2.3 Perilaku Caring Menurut Swanson

Swanson (1991) mendefinisikan perilaku caring terdiri atas lima proses

caring, dimana masing-masing proses terdiri atas beberapa subkategori adalah:

a. Knowing (Mengetahui)

Knowing berarti berusaha memahami arti suatu kejadian kehidupan klien,

mencegah adanya asumsi, berfokus pada perawatan untuk klien, mencari tanda-

tanda, melakukan pengkajian secara cermat dan melibatkan diri dengan klien.

b. Being with (Kehadiran atau keberadaan)

Being with berarti menghadirkan emosi saat bersama klien. Hal ini berarti

hadir secara fisik, menyampaikan keberadaan dan berbagi perasaan dengan klien

tanpa membebani klien.

c. Doing For (Melakukan)

Melakukan berarti melakukan pelayanan keperawatan untuk membantu

klien dalam perawatan total atau mendukung klien untuk melakukan perawatan

mandiri. Sub kategori perilaku yang termasuk hal ini adalah mengantisipasi

kebutuhan klien, memberikan kenyamanan, memberikan pelayanan keperawatan

secara kompeten dan terampil, dan melindungi martabat klien selama perawatan.

Universitas Sumatera Utara


d. Enabling (Memungkinkan)

Enabling berarti membantu klien untuk melalui masa transisi dalam

kehidupan atau melalui peristiwa yang tidak biasa dengan cara berfokus pada

kejadian tersebut, menginformasikan, menjelaskan, mendukung, menvalidasi

perasaan, memberikan alternatif tindakan, berfikir dan memberikan feedback.

e. Mempertahankan kepercayaan (maintaining belief).

Proses ini merupakan fondasi caring. Sub kategori yang ada dalam proses

ini perawat harus mempercayai klien, menyediakan sikap penuh pengharapan,

mempertahankan perasaan realistik dan optimistik klien, membantu klien

memaknai arti kehidupan.

2.1.2.4 Perilaku Caring Menurut Leinenger

Leinenger (1988) mendeskripsikan perilaku caring sebagai aktivitas perawat

yang penuh dengan keterampilan, suatu proses dan pengambilan keputusan yang

berhubungan dengan membantu klien yang merefleksikan atribut sikap seperti

empati, mendukung, belas kasih, melindungi, dan hal-hal lain tergantung kebutuhan,

nilai, masalah, nilai dan tujuan yang ingin dicapai oleh individu ataupun kelompok

yang dibantu perawat.

2.1.2.5 Perilaku Caring dalam Praktek Keperawatan

Caring diartikan sebagai proses interaktif antara klien dengan perawat dan

sesama perawat yang memberikan perlindungan, meningkatkan dan melindungi

martabat manusia serta dimanifestasikan melalui serangkaian tindakan yang

bertujuan untuk memberikan perawatan sesuai dengan harapan pasien (Chen, Yen,

Lin, Lee,& Lu, 2012; Alexis, 2009).

Universitas Sumatera Utara


Perilaku perawat yang ditunjukkan perawat dalam asuhan keperawatan

berhubungan dengan caring meliputi:

a. Menyediakan keberadaan bukan berarti hanya hadir secara fisik melainkan

juga komunikasi dan juga memahami klien

b. Kenyamanan, berarti perawat memberikan kenyamanan baik secara fisik

maupun emosi kepada klien dengan intervensi keperawatan.

c. Sentuhan, sebagai satu bentuk komunikasi yang merupakan awal terjadinya

hubungan antara perawat dan klien.

d. Mendengarkan, membangun hubungan saling percaya, membuka jalur

komunikasi dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien.

e. Mengenal klien, hubungan caring yang terbentuk antara klien dan perawat

membantu perawat untuk lebih mengenal klien secara individu yang unik

sehingga perawat dapat menentukan tindakan keperawatan yang sesuai dan

efektif bagi klien (Potter & Perry, 2012).

2.1.2.6 Penelitian Perilaku Caring Perawat

Penelitian yang dilakukan oleh Papastavrou et al., (2011) di enam negara

Eropa dan penelitan yang dilakukan oleh Sossong & Poirier (2013) di Amerika

menunjukan adanya perbedaan persepsi perawat dan pasien tentang perilaku

caring perawat.

Penelitian yang dilakukan oleh Landers dan O’Connell (2008) tentang

persepsi perawat dan keluarga pasien menyatakan ada persamaan persepsi antara

kedua kelompok tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian Green(2004) perilaku caring perawat adalah menghormati orang

lain, berada ditempat saat dibutuhkan pasien, menjalin hubungan serta

mempelajari tentang pasien dan keluarga, profesional, mempunyai pengetahuan

dan terampil, sedangkan menurut Brunton dan Beaman (2000) adalah sensitif,

berbicara kepada pasien, merahasiakan informasi, memperlakukan pasien sebagai

individu, menunjukan perhatian, menganjurkan untuk memanggil, jujur, dan

memberikan instruksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Alexis (2009) tentang persepsi perawat luar

negeri terhadap sikap caring kolega mereka di Inggris yaitu mencakup empati,

pemahaman dan perspektif caring, dampak emosional dan kurangnya tim kerja.

Persepsi perawat tentang Perilaku caring mereka setelah 6 bulan

mengimplementasikan Model Praktek Propesional (PPM) adalah: Assurance of

human presence, Knowledge and skill, respectful deference to others, and positive

connectiveness (Porter et al., 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Glembocki dan Dunn (2010) menyatakan

bahwa ada perbedaan persepsi perawat tentang perilaku caring sebelum dan

setelah intervensi pendidikan (Reigniting the Spirit of Caring) dan penelitian yang

dilakukan oleh Desmon et al. (2014) menunjukan ada peningkatan persepsi

perawat tentang sikap dan perilaku caring perawat setelah pelatihan.

Perilaku caring perawat memiliki makna yang berbeda pada lingkungan

yang berbeda seperti pada unit perawatan gawat darurat (Baldursdottir,

Jonsdottir, Reykjavik, & Iceland, 2002) unit perawatan luka ((Oskouie, Rafii, &

Nikravesh, 2006) unit perawatan kritis (Landers & O’Connell, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Perilaku caring perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salimi dan

Azimpour (2013) menyatakan bahwa persepsi, metode penugasan perawat, waktu

dan dukungan dapat mempengaruhi perilaku caring perawat dan menurut

Suliman, Welmann, Omer, dan Thomas (2009) perbedaan budaya perawat dan

pasien juga dapat mempengaruhi perilaku caring perawat.

Penelitian yang dilakukan oleh Oskouie, Rafii, dan Nikravesh (2006)

menyatakan bahwa karakteristik perawat dan pasien dapat mempengaruhi

perilaku caring. Karakteristik perawat meliputi hati nurani, agama, falsafah

pribadi, rasa tanggung jawab dan altruism (mendahulukan kepentingan orang

lain). Kurangnya jumlah perawat, kurangnya dukungan organisasi, beban kerja

yang tinggi, upah yang rendah, perasaan perwat yang tertekan, kurangnya

motivasi perawat dan usia pasien juga dapat mempengaruhi perilaku caring

perawat.

Faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dalam menerapkan prinsip etik

dalam asuhan keperawatan adalah perilaku caring perawat dan motivasi perawat

(Burtson & Stichler, 2010).

Penelitian Wolf, Miller & Devine (2010) menyatakan bahwa kinerja staf

perawat termasuk perilaku caring yang dapat memberikan kontribusi besar

terhadap kualitas pengalaman klein selama dirawat.

2.1.3 Alat Mengukur Perilaku Caring

Caring Behavior Inventory (CBI) dikembangkan oleh Wolf (1986) dengan

menggunakan konsep dasar caring secara umum dan teori transpersonal caring

Watson. Versi pertama alat ukur ini terdiri atas 75 item yang dengan proses

Universitas Sumatera Utara


psikometrik direduksi menjadi 43 kemudian mengecil kembali menjadi 42 item.

CBI 43 item pertanyaan diuji menggunakan 541 subjek penelitian yang terdiri dari

278 perawat dan 263 pasien. Konsistensi reliabilitas internal dilaporkan sampai

0.96 pada tahun 1994. Wolf et al., (1994) mengkategorikan faktor karatif dari

teori Watson menjadi 5 dimensi perilaku caring sepeti tergambar pada tabel 2.1:

Tabel 2.1
Lima Dimensi Perilaku Caring yang Berhubungan dengan FaktorKaratif dari
Teori Watson
Dimensi Karatif Berhubungan dengan Faktor Karatif Watson
I Mengakui • Pembentukkan system nilai humanistic dan
keberadaan manusia altruistic
(assurance of human • Memberikan kepercayaan harapan
presence) • Menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri
dan orang lain
II Menanggapi dengan • Mengembangkan hubungan saling percaya
rasa hormat • Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan
(Respectful) positif dan negatife klien
III Pengetahuan dan • Menggunakan metode sistematis penyelesaian
keterampilan untuk pengambilan keputusan
professional • Peningkatan pembelajaran dan pengajaran
(Proffessional interpersonal
knowledge and skill)
IV Menciptakan • Menciptakan lingkungan fisik mental,
hubungan positif soaiokultural dan spiritual yang mendukung
)Positive
connectedness)
V Perhatian terhadap • Memberikan bimbingan dalam memuaskan
yang dialami orang kebutuhan manusiawi
lain (Attentiveness to • Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat
the other’s fenomenologis agar pertumbuhan diri dan
experience) kematangan jiwa klien dapat tercapai

Pengukuran perilaku caring perawat pada Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.

Muhammad Ildrem Medan direncanakan menggunakan Caring Behavior

Inventory dari Wolf (1994) dengan difokuskan pada lima dimensi perilaku caring.

Hal ini karena dimensi caring ini erat hubungannya dengan kompetensi afektif.

Universitas Sumatera Utara


Arquiza (1997 dalam Malau, 2008) menyatakan bahwa perawat yang

mempunyai rasa menghormati terhadap keberadaan manusia maka akan

memandang klien sebagai individu yang unik dan menganggap bahwa klien

berhak mendapatkan perlakuan sesuai dengan martabatnya sebagai manusia

sehingga perawat melakukan asuhan keperawatan dengan menerapkan prinsip etik

seperti menghormati pilihan klien, tidak membeda-bedakan klien, mengijinkan

klien berpartisipasi dalam perawatannya dan lain-lain.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Thiroux (1990 dalam Potter & Perry, 2005)

respect dan assurance of human presence berarti semua orang tidak terkecuali

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien harus menghargai

dirinya sendiri dan orang lain termasuk kehidupan dan kematian. Kehidupan

adalah hak dasar yang dimiliki oleh semua manusia dan merupakan sesuatu yang

berharga bagi manusia, oleh karena itu perawat diwajibkan untuk melakukan

segala upaya untuk mempertahankan kehidupan klien baik secara kuantitas

maupun secara kualitas. Tindakan ini juga berarti menghargai perbedaan dan

keunikan klien sebagai individu.

Perilaku caring perawat jika tidak dilakukan dengan baik akan berdampak

pada klien dan juga perawat. Perawat yang tidak caring tidak termotivasi

meningkatkan kinerja sesuai dengan standar profesi termasuk kinerja dalam

menerapkan prinsip etik karena sifat keras hati, tidak perhatian dengan klien dan

bertindak tanpa perasaan seperti robot.

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Upaya Peningkatan Perilaku Caring

Gibson, Ivancevich, & Donnelly (1997) Upaya peningkatan perilaku caring

perawat dapat dilakukan melalui:

a. Pendekatan individu, melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan caring

dengan pelatihan, seminar, workshop maupun peningkatan pendidikan formal.

Strategi pembelajaran yang dilakukan yaitu pengenalan konsep caring yang

dilakukan pada masa awal pendidikan bersamaan dengan pengenalan konsep

kesehatan, adanya komunitas caring di sekolah yang dapat dijadikan ajang untuk

melatih perilaku caring di antara sesama teman, dan adanya role model serta

metode pembelajaran yang memberikan gambaran nyata penerapan caring

kepada klien yang dapat diwujudkan dalam bentuk role play atau studi kasus

(Duffy, 2005).

b. Pendekatan psikologis, yaitu melalui supervisi dan pembinaan serta role model

yang baik dari atasan dalam berperilaku caring. Hal ini sesuai dengan penelitian

Sutriyanti (2009) yang menyatakan adanya perbedaan yang bermakna pada

kepuasan pasien antara kelompok perawat yang diberi pelatihan dan bimbingan

sebanyak 6 x dibanding kelompok perawat yang diberi pelatihan dan bimbingan

sebanyak 3 x.

c. Pendekatan organisasi, yaitu dengan membangun struktur, sistem dan budaya

dalam organisasi yang dapat mendorong perawat berperilaku caring, dimana hal

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriatin (2009).

Universitas Sumatera Utara


2.1 Konsep Motivasi

Memotivasi dan memberikan penghargaan kepada karyawan adalah penting

dan menantang yang dilakukan oleh para manajer. Para manager perlu mengetahui

bagaimana dan mengapa mereka termotivasi (Robbins, 2009).

Perawat manager harus mengaplikasikan teknik, keterampilan, dan

pengetahuan termasuk teori motivasi untuk membantu individu memperoleh apa

yang mereka inginkan dari pekerjaan dalam suatu organisasi (Swansburg, 2001).

2.2.1 Defenisi motivasi

Motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk mendeskripsikan baik

kondisi-kondisi ekstrinsik yang merangsang timbulnya suatu perilaku tertentu

maupun respon-respon intrinsik yang menunjukkan perilaku seorang manusia

(Swansburg, 2001).

Robbinst (2010) mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses yang

menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan individu untuk mencapai tujuannya.

Pernyataan serupa dinyatakan oleh Vilma & Egle (2007) bahwa motivasi adalah

daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin

demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya, di mana hal ini dapat terjadi

jika tujuan pribadi anggota organisasi juga tercapai.

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa motivasi adalah keadaan dalam

pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan

tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang akan

mewujudkan perilaku yang diarahkan untuk mencapai kepuasan.

Universitas Sumatera Utara


Manager tidak dapat memotivasi secara langsung bawahannya, karena

motivasi muncul dari dalam individu. Hal yang dapat dilakukan manajer adalah

menciptakan lingkungan, mendukung, mempengaruhi kolega dan berinteraksi

secara personal dengan tim kerja untuk menghasilkan motivasi pekerja. Pimpinan

dapat menjadi role model, pendengar, dan pendukung serta pendorong bagi

pekerja yang mengalami penurunan motivasi.

Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri individu, mendorong individu

untuk menghasilkan sesuatu guna mencapai suatu hal yang diinginkan. Motivasi

intrinsik dipengaruhi orang tua, kelompok dan budaya. Motivasi ekstrinsik adalah

motivasi yang dihasilkan dari lingkungan kerja atau penghargaan eksternal.

Organisasi harus memberikan lingkungan yang menstimulasi motivasi instrinsik

dan ekstrinsik individu (Marquis dan Huston, 2010).

2.2.2 Teori Motivasi menurut herzberg

Teori dua faktor dikembangkanoleh Frederick Herzberg

denganmenggunakan teori Abraham Maslowsebagai titik acuannya. Teori

Herzberg dan Mausners terdiri dari faktor intrinsik atau disebut motivator yang

mempromosikan kepuasan kerja dan faktor ekstrinsik atau faktor higieni yang

menyebabkan ketidakpuasan (Muller, Robinson, & Griffiths, 2008).

Herzberg meyakini motivatorada dalam pekerjaan itu sendiri dan

memberikan keinginan kepada individu untuk bekerja dan melakukan pekerjaan

dengan baik. Faktor motivator terdiri dari prestasi kerja, pengakuan, pekerjaan itu

sendiri, tanggung jawab, kemajuan dan pertumbuhan. Sedangkan faktor higiene

adalah faktor yang dapat memberikan pengalaman yang tidak memuaskan yang

Universitas Sumatera Utara


berasal dari hal-hal di luar pekerjaan. Faktor higieneini meliputi: gaji,

pengawasasan, keamanan kerja, kondisi kerja, hubungan interpersonal/kelompok,

status, kehidupan pribadi dan kebijakan perusahaan (Marquis & Huston, 2012).

Penelitian Supratman (2002) di Rumah Sakit Islam yang mengkaji variabel

motivasi meliputi motivasi intrinsik dan ekstrinsik dihubungkan dengan prestasi

kerja menunjukkan secara umum prestasi kerja perawat adalah tinggi (56,7%),

motivasi kerja ekstrinsik tinggi sebanyak 44%, motivasi kerja intrinsik 55,4%

tinggi dan adanya hubungan yang bermakna dengan prestasi kerja perawat adalah

gaji, kebijakan institusi, supervisi, penghargaan, tanggung jawab dan kesempatan

berkembang. Variabel prestasi kerja menggunakan indikator hubungan dengan

pasien, hubungan dengan rekan kerja, kemampuan profesional, potensi untuk

berkembang, sikap terhadap rumah sakit dan kualifikasi personal.

Penelitian Juliani (2007) mengkaji motivasi intinsik terhadap kinerja

perawat di Rumah Sakit Jiwa Medan. Hasil penelitian membuktikan ada pengaruh

signifikan antara motivasi instrinsik berdasarkan tanggung jawab, peluang untuk

maju dan kepuasan kerja terhadap kinerja perawat. Variabel kinerja menggunakan

indikator disiplin, tanggung jawab, loyalitas, dan kerjasama perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

Tanggung jawab adalah perasaan yang dimiliki oleh pegawai tentang

berjalannya pekerjaannya tanpa supervisi, perasaan pertanggungjawaban secara

penuh terhadap hasil dan perasaan memiliki terhadap proses pekerjaan (Kelner,

1998). Tanggung jawab perawat di rumah sakit berkaitan erat dengan uraian tugas

(job description) perawat pelaksana yang tertuang dalam SK direktur Rumah

Universitas Sumatera Utara


Sakit. Uraian tugas ini sangat penting agar perawat mengetahui apa yang

diharapkan organisasi terhadap diri perawat dan kewenangan apa yang dimiliki

perawat dalam melaksanakan tugasnya (Tappen, 1995; Tappen, Weiss, dan

Whitehead 2004). Pemberian tanggung jawab yang lebih besar pada seseorang

dapat menimbulkan kepuasan tersendiri bagi seseorang dan juga menambah rasa

percaya diri karena berarti memberikan kesempatan kepada seseorang untuk

menunjukkan kinerja dengan baik (La Monica, 1996).

Otonomi adalah bagian dari karakteristik pekerjaan yang merupakan dari

persepsi terhadap kedalaman pekerjaan, dimana otonomi merupakan cara orang

melakukan pekerjaan yang sebagian tergantung pada bagaimana seseorang

mempersepsikan dan memikirkan pekerjaannya (Stone & Gueuthal, 1985; dalam

Ivancevich, Konopaske & Matteson, 2005). Oermann (1997, dalam Schwirian,

1998) otonomi dalam keperawatan merupakan kebebasan mengambil keputusan

dalam lingkup praktek keperawatan. Kesimpulan pengertian otonomi adalah

persepsi perawat tentang pekerjaannya dalam hal merencanakan, membuat

keputusan dan melakukan asuhan keperawatan kepada klien sesuai dengan

kewenangannya.

Penggajian adalah salah satu upaya organisasi untuk mempertahankan

sumber daya manusia sehingga mempunyai kepuasan kerja yang pada akhirnya

akan berdampak pada peningkatan motivasi perawat yang secara tidak langsung

akan membuat pencapaian organisasi akan terwujud (Sopiah, 2008). Maslow

menyatakan bahwa gaji merupakan kebutuhan fisiologis atau kebutuhan paling

dasar dari semua kebutuhan manusia. Gaji yang didapatkan oleh pegawai dapat

Universitas Sumatera Utara


dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga secara tidak langsung

akan menentukan taraf ekonomi dan gaya hidup serta status sosial pegawai di

masyarakat (Rachmawati, 2007). Gaji juga merupakan alat motivasi yang efektif

untuk meningkatkan kinerja, produktivitas dan kepuasan kerja (Rachmawati,

2007; Siagian, 1995).

Adapun dari beberapa penelitian didapatkan bahwa faktor-faktor yang

paling dominan mempengaruhi kinerja perawat adalah dari hasil penelitian Gatot

dan Adisasmito (2005) faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap

kepuasan kerja perawat adalah hubungan dengan atasan. Hubungan dengan atasan

yang harmonis akan membuat bawahan menjadi respek terhadap atasan dan setiap

tugas yang diberikan akan dikerjakan dengan baik sehingga proses pendelegasian

dapat berjalan dengan baik. Penelitian lain yang menemukan hasil yang berbeda

dilakukan oleh Supratman (2002) dan Tri Pipo (2001) yang menyatakan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara supervisi atasan dengan kinerja dan

prestasi kerja.

Rekan kerja berperan sebagai teman yang memberikan komunikasi sebagai

tempat untuk menghilangkan stres kerja. Komunikasi dengan rekan kerja

mengenai kesulitan menjalankan pekerjaan atau menangani pasien, tempat berbagi

sedih dan saling mendengarkan maupun tempat mencari dukungan sosial. Rekan

kerja yang menciptakan situasi bersahabat dan mendukung akan menimbulkan

kepuasan kerja karyawan yang pada akhirnya akan berdampak pada kinerja

(Gibson, Ivancevich, & Donnell, 1997).

Universitas Sumatera Utara


Desphande dan Joseph (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa

peran rekan kerja dalam meningkatkan perilaku etik perawat sangat berhubungan.

Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian Aprizal, Kuntjoro dan Probondari

(2008) yang menyatakan bahwa hubungan dengan rekan kerja berpengaruh secara

positif dengan kepuasan kerja perawat meskipun yang paling dominan

mempengaruhi kinerja perawat adalah sistem penghargaan. Demikian juga hasil

penelitian Yohana (2003) yang menyatakan bahwa hubungan dengan rekan kerja

berpengaruh secara kuat dengan kinerja perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan.

Kebijakan dibuat oleh suatu organisasi untuk dilaksanakan dengan maksud

pencapaian tujuan dan pemenuhan kepuasan semua pihak, baik organisasi maupun

anggota organisasi (Marquis & Huston, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh

Rochatun (1999) yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh aspek

rumah sakit swadana yaitu kebijakan kepegawaian terdiri dari faktor insentif,

pemberian pendidikan dan latihan, keamanan kerja, pengembangan karier,

pemberian penghargaan dan pembinaan oleh atasan yang diterapkan oleh atasan

sejak terjadi perubahan status rumah sakit menjadi swadana. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor insentif, pemberian pendidikan

dan latihan, pemberian penghargaan dan pembinaan oleh atasan yang diterapkan

oleh atasan dengan motivasi kerja perawat. Sesuai dengan Siagian (1995) yang

menyatakan bahwa kebijakan rumah sakit mengenai pengembangan karir akan

memotivasi pegawai dalam meningkatkan kinerja.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dari pernyataan motivasi Herzberg bahwa motivator

berkontribusi terhadap kepuasan karyawan dan ini merupakan sumber motivasi

untuk melakukan perilaku dalam mencapai tujuan. Kewajiban bagi manajemen

untuk membentuk sistem yang dapat memberikan kepuasan dan memotivasi

karyawan.

2.2.3 Teknik Motivasi

Secara garis besar teori motivasi terbagi menjadi dua, yaitu teori motivasi

isi dan teori motivasi proses. Isi teori motivasi berfokus pada faktor yang ada

dalam individu yang menguatkan, mengatur, mendorong dan menghentikan

perilaku serta menjelaskan kebutuhan spesifik seseorang (Swansburg, 2001).

Teori motivasi proses juga disebut sebagai teori modifikasi perilaku. Teori

ini berdasarkan pada pembelajaran penyebab perilaku, penguatan perilaku melalui

reinforcement perilaku yang baik dengan penghargaan, pujian, dan pengakuaan

(Swansburg, 2001). Teori proses tidak menjelaskan secara langsung mengenai

kebutuhan tetapi mendeskripsikan bagaimana proses kebutuhan diterjemahkan

menjadi perilaku. Teori yang termasuk teori motivasi proses adalah teori harapan

(Expectasi), teori goal setting dan teori Equity (Burtson & Stichler, 2010).

Swansburg dan Swansburg (1999) mengungkapkan Teknik motivasi adalah

kemampuan seseorang atau pemimpin menggunakan sumber daya dan sarana

dalam menciptakan situasi yang memungkinkan timbulnya motivasi pada

bawahan untuk berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi.

Universitas Sumatera Utara


Teknik motivasi yang dapat digunakan oleh manager keperawatan dalam

meningkatkan kinerja perawat dalam menerapkan perilaku etika adalah sebagai

berikut:

1. Harga diri, yaitu pengakuan terhadap terhadap pekerjaan yang telah

dilakukan staf perawatan sehingga semakin meningkatkan harga diri dan

diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dalam penerapanperilaku etik.

2. Memperkaya tugas, yaitu mengembangkan tugas staf perawatan sehingga

tugas itu sendiri membuat staf termotivasi.

3. Pendelegasian, melalui pendelegasian tanggung jawab dan kewenangan

akan timbul rasa percaya diri dan mempercayai orang lain serta saling

mendukung.

4. Promosi lateral, yaitu promosi karier dengan memberikan kesempatan

kepada staf perawatan untuk maju dan mendapatkan tugas yang lebih

komplek dan sesuai.

5. Pertumbuhan, yaitu tumbuh dan berkembang guna meningkatkan

kemampuan dengan cara memberikan kesempatan kepada staf perawatan

untuk meneruskan pendidikan dan pelatihan.

6. Komunikasi, hal ini bertujuan memberikan motivasi dengan menggunakan

informasi dan konsultasi.

7. Penghargaan, pemberian penghargaan dapat berupa finansial maupun non

finansial, penghargaan ini dimaksudkan untuk mendorong atau

menstimulasi dalam melakukan hal-hal yang sama di masa yang akan

datang.

Universitas Sumatera Utara


2.2.4 Mengukur Motivasi

Lussiner (1993) mengembangkan kuesioner untuk menentukan dimensi dari

teori motivasi-hygiene Herzberg berupa hal-hal yang ada dalam dan di luar

pekerjaan yang dianggap penting bagi pekerja (Robbins, 2010).

Ahmadi, Jafari, dan Homaini (2014), mengembangkan kuesioner untuk

menentukan dimensi dari teori motivasi-hygiene Herzberg menggambarkan

Faktor yang sangat dominan mempengaruhi motivasi bekerja dalam organisasi

adalah factor intrinsik yaitu keberhasilan, penghargaan, otonomi, tanggung jawab

rekan kerja dan status pengembangan karir) dan factor ekstrinsik (keamanan kerja,

kondisi kerja, kebijakan Rumah Sakit, system penggajian dan supervise atasan)

namun kepribadian, demografi dan Faktor bekerja hanya sebagian kecil yang

mempengaruhi motivasi.

2.2 Kinerja Perawat Menerapkan Prinsip Etik

2.3.1 Kinerja

Robbins (2010) menyatakan bahwa kinerja merupakan perilaku kerja yang

ditampakkan oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu perusahaan dan dapat

dinyatakan melalui sistem evaluai kerja atauperformance appraisal.

Pendapat lain mengenai kinerja disampaikan oleh Juliani (2007) yang

menyatakan bahwa kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas

tertentu. Menurut Mafini & Dlodlo(2013) kinerja merupakan hasil pekerjaan yang

mempunyai hubungan dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan pelanggan dan

memberikan kontribusi ekonomi.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat beberapa pakar tersebut

adalah kinerja bukan hanya hasil suatu pekerjaan melainkan juga apa yang

dilakukan, bagaimana melakukan kerja tersebut dan hasil dari pekerjaan tersebut.

Kinerja dari sisi individu mencakup pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

kerja. Kinerja adalah hasil karya individu dalam suatu organisasi sehingga kinerja

organisasi adalah keseluruhan kinerja individu-individu yang terlibat dalam suatu

organisasi.

2.3.2 Kinerja Keperawatan

Kinerja keperawatan atau praktik keperawatan menggambarkan aktivitas

yang diberikan kepada klien melalui pelaksanaan asuhan keperawatan untuk

mencapai tujuan layanan kesehatan sesuai dengan tugas dan wewenang perawat

dengan memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan

kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.

Kinerja profesional keperawatan merupakan rangkaian aktivitas pelayanan

keperawatan yang diberikan perawat melalui penerapan standar kinerja yang

dijadikan ukuran dan pedoman dalam memberikan arah dalam pelaksanaan

praktik keperawatan yang didasari kompetensi keperawatan (Undang- Undang no

36 tahun 2009).

Kinerja keperawatan diukur berdasarkan hasil pencapaian pelaksanaan

standar kinerja dalam pelayanan keperawatan. Persatuan Perawat Nasional

Indonesia (PPNI) pada tahun 2010 telah mensyahkan standar profesi keperawatan

sebagaimana tercantum dalam pasal 24 ayat (2) UU no 36 tahun 2009 yang terdiri

dari dari standar kompetensi dan standar praktik keperawatan. Standar praktik

Universitas Sumatera Utara


merupakan komitmen perawat dalam melindungi masyarakat terhadap praktik

yang dilakukan oleh anggota profesi. Standar praktik keperawatan meliputi

standar asuhan dan standar kinerja profesional yang dipakai sebagai evaluasi

dalam menilai asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat meliputi: (1)

standar I jaminan mutu, (2) standar II pendidikan, (3) standar III penilaian kinerja,

(4) standar IV kesejawatan, (5) standar V etik, (6) standar VI kolaborasi, (7)

standar VII riset dan (8) standar XIII pemanfaatan sumber. Standar Praktek

Profesional meliputi (1) standar pengkajian, (2) standar II Diagnosa Keperawatan,

(3) standar III Perencanaan, (4) standar IV Pelaksanaan tindakan (Implementasi),

(5) standar V Evaluasi.

2.3.3 Etik Keperawatan

Secara formal Etika adalah cabang ilmu filsafat (studi keyakinan dan

asumsi) disebut filsafat moral. Etik berasal dari istilah Yunani etos, yang berarti

adat istiadat, kebiasaan, perilaku, dan karakter (Aiken, D., & Catalano, J.T.,

1994). Terkait dengan konsep etik adalah moral. Moral adalah standar dasar untuk

apa yang kita anggap benar dan salah (Ellis & Hartley, 2004). Sebuah teori etik

adalah prinsip moral yang dapat digunakan untuk menilai apa yang secara moral

benar atau salah dalam situasi tertentu (Delaune & Ladner, 2014).

Beberapa pernyataan tentang etika tersebut jika disimpulkan maka etika

adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku

seseorang atau anggota profesi yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan

buruk yang dilakukan oleh seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan

tanggung jawab moral.

Universitas Sumatera Utara


Etika keperawatan merupakan fondasi yang kuat dalam pengambilan

keputusan dalam praktik terutama yang berkaitan dengan masalah etis (Potter &

Perry, 2002). Olah karena itu seluruh perawat harus dapat memahami tentang etik

itu sendiri. Etika dapat digambarkan sebagai kedudukan dari pengetahuan yang

focus mana yang benar dan yang baik, tepat dan adil (Sumijatun, 2009).

2.3.4 Prinsip Etik

Prinsip etika mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku yang

beretika dan dalam pengambilan keputusan etis. Prinsip etika berfungsi untuk

membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan, atau

diizinkan dalam suatu keadaan. Menurut Beuchamp dan Childress (Fowler, 1989;

Potter & Perry, 1992) prinsip etik dapat digunakan untuk memperkirakan isu etika

dan membuat keputusan etis yang terdiri dariotonomi, non maleficence,

beneficence, veracity, fidelity, justice, danconfidentiality(Purba, J. M. & Pujiastuti,

S. E., 2009).

a. Prinsip Otonomi

Otonomi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membuat suatu

pilihan dan berbuat sesuai dengan pilihannya tersebut (Kelly & Heidental, 2004).

Otonomi sebagai penghormatan terhadap individu dan termasuk harapan bahwa

setiap individu akan diperlakukan secara unik dan sama dengan setiap individu

lainnya (Davis et al, 1997 dalam Ellis & Hartley, 2004). Prinsip otonomi

diaplikasikan dalam pelayanan kesehatan melalui pembuatan keputusan dan hal

ini mengarah pada hak seseorang untuk membuat pilihan menurut apa yang

dianggap dan dipikirkan paling baik untuk dirinya (CNA, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dari beberapa penyataan pakar tersebut adalah otonomi berari

kebebasan dan kemampuan untuk membuat pilihan serta bertindakan dan

menentukan diri sendiri. Menghargai otonomi berarti menghargai individu sebagai

seorang yang mempunyaiharga diri dan martabat yang mampu menetukan sesuatu

bagi dirinya.

Perawat yang menghargai otonomi pasien adalah perawat yang menyadari

keunikan individu beserta hak kemanusiaan termasuk hak dalam pengambilan

keputusan. Seseorang mempunyai otonomi ke dalam jika mereka mempunyai

kecakapan dan kemampuan dalam mengambil keputusan dan otonomi keluar jika

pilihan mereka tidak dibatasi dan dipaksakan oleh orang lain (Delauner & Ladner,

2014).

Beberapa tindakan yang tidak memperhatikan prinsip otonomi adalah

sebagai berikut:

1. Melakukan sesuatu bagi klein tanpa pemberitahuan sebelumnya

2. Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi yang penting diketahui klein

dalam menentukan suatu pilihan.

3. Memberi tahu klien bahwa keadaannya baik padahal terdapat gangguan

atau penyimpangan.

4. Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klein menghendaki

informasi tersebut.

5. Memaksa klein memberi informasi tentang hal-hal yang mereka sudah

tidak bersedia menjelaskannya.

Universitas Sumatera Utara


Perilaku yang menerapkan prinsip otonomi adalah perawat menghormati

hak klien untuk membuat pilihan terkait tindakan medis atau keperawatan yang

akan dilakukan, memberikan informed concent sebelum melakukan tindakan,

informed concent merupakan dasar moral komunikasi keperawatan (Potter &

Perry, 2002).

Perawat harus berhati-hati dalam mengkaji kemampuan klein gangguan jiwa

terhadap setiap informasi yang diterima klien, pemecahan masalah, dan membuat

keputusan sendiri. Pengkajian menjadi sesuatu yang kritikal ketika perawat

memberikan informed consent pada Klien. Contoh, ketika klien memberikan

persetujuan terhadap suatu program pengobatannya, apakah mereka diberi

kebebasan untuk menanda tangani lembar persetujuan tersebut? Penerapan

otonomi pada klien jiwa masih perdebatan (kontroversi).Apa yang terjadi jika

klein menolak minum obat yang perlu diingat penggunaan kekerasan atau paksaan

bertentangan dengan prinsip etik.

b. Nonmaleficence

Nonmaleficence (tidak merugikan orang lain/jangan mencelakakan) berarti

tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera bagi orang lain (Purba, J. M.

& Pujiastuti, S. E., 2009). Aiken (2003) menyatakan Nonmaleficenceberarti

tindakan atau perilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan

orang lain. Tsitsis (2014) nonmaleficence adalah jangan merugikan prinsip dasar

tindakan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawat

berkewajiban untuk secara sadar tidak menimbulkan bahaya atau injury bagi

pasien pada saat memberikan asuhan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


Bahaya atau injury dapat berupa bahaya fisik seperti nyeri, kecacatan atau

kematian, atau bahaya emosinal seperti perasaan tidak berdaya atau terisolasi

(CNA, 2008). Jika tidak dapat berbuat baik maka paling tidak jangan

menimbulkan bahaya dan kerugian bagi pasien.

Prinsip ini merupakan dasar dari kode etik keperawatan. Tappen, Weiss, dan

Whitehead (2004) perawat dapat menerapkan prinsip non maleficenece dengan

cara melindungi klien yang tidak bisa melindungi dirinya sendiri karena kondisi

mental atau fisik mereka, seperti anak kecil, klien dalam pengaruh anestesi, klien

dengan penyakit alzeimer (Delauner & Ladner, 2014).

Prinsip non-malefisien menuntut perawat menghindari bahaya klien selama

pemberian asuhan keperawatan. Sebagai contoh prinsip nonmaleficence dapat

terjadi dalam pemberian kemoterapi kepada klien kanker, diketahui bahwa

kemoterapi dapat meningkatkan kualitas hidup klien dan dapat juga menimbulkan

“ kerugian “ (efek samping) pada klien(Purba, J. M. & Pujiastuti, S. E., 2009).

c. Beneficence

Prinsip beneficence dapat diartikan sebagai mengutamakan berbuat baik dan

melakukan tindakan yang memberikan keuntungan bagi orang lain dan

berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan bagi orang lain (Beuchampt &

Childress, 2001). Kebaikan mengacu pada kewajiban untuk berbuat baik, tidak

membahayakan, untuk orang lain. Hal ini memelihara kita untuk mencegah

kejahatan atau bahaya (Bukhardt & Nathaniel, 1998 dalam Ellis & Hartley,

2013).

Universitas Sumatera Utara


Dalam situasi klinis perawat sering sulit untuk menggambarkan garis antara

bahaya yang tidak berarti dan melakukan yang baik. Sebagai contoh, perawat

diklinik bayi-sehat yang mengimunisasi anak terhadap penyakit tertentu member

suatu derajat bahaya atau nyeri. Tinadakan ini beneficence karena tindakan ini

mencegah bahaya serius dari penyakit masa kanak-kanak.

Perilaku perawat yang mencerminkan prinsip beneficence yaitu merawat pasien

dengan penuh kasih, empati, simpati, altruisme, baik hati, belas kasih, cinta,

persahabatan dan ketulusan. Berbagai contoh berbuat baik antara lain (Malau, 2008):

1. Melindungi dan mempertahankan hak-hak pasien

2. Mencegah timbulnya kerugian bagi klien/keluarga

3. Menghilangkan keadaan yang dapat menimbulkan kerugian bagi klien.

4. Menolong klien dari ketidakmampuan

5. Menyelamatkan klien dalam keadaan bahaya.

6. Memahami kebutuhan klien dan membantu klien memenuhi kebutuhan tersebut.

7. Memberikan terapi untuk mengurangi nyeri

d. Veracity

Kejujuran merupakan dasar terbinanya hubungan saling percaya antara

perawat dan pasien. Tindakan mencurangi, kebohongan yang disengaja atau tidak

membimbing klien merupakan tindakan yang melanggar prinsip ini (Tappen,

Weiss, & Whitehead, 2004).

Kejujuran juga merupakan sentral penerapan informed concent. Petugas

kesehatan harus secara jujur mengungkapkan informasi yang sekiranya dapat

dipergunakan oleh pasien sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil

keputusan terkait dengan kesehatannya (Potter & Perry, 2002: Heidenthal, 2004).

Universitas Sumatera Utara


Perawat dalam Implikasi tindakannya harus berkata jujur, namun juga

membutuhkan adanya sikap positif dalam memberikan informasi yang

berhubungan dengan situasi klien. Hal-hal yang diidentifikasi oleh perawat harus

diajukan dalam diskusi oleh klien dan tim perawatan kesehatan (Potter & Perry,

2002).

e. Fidelity

Fidelity adalah prinsip moral dimana individu harus memegang komitmen

dan janji (Marquis & Huston, 2010). Prinsip ini menjelaskan kewajiban perawat

untuk tetap setia terhadap komitmen, loyal, menepati janji, mengatakan yang

benar dan tetap setia kepada klien yang telah mempercayakan kepada perawat

untuk mendapatkan asuhan keperawatan (Beuchampt & Childress, 2001; Husted

& Husted, 1995).

Prinsip kesetiaan dalam perawatan adalah perawat harus memegang janji

yang dibuatnya pada klien. Ketika klien dan keluarga tidak dapat bergantung pada

perawat untuk menjalankan perjanjian tersebut, mereka berada pada resiko (Potter

& Petter, 2002).

f. Justice

Keadilan mengacu pada kewajiban untuk bersikap adil terhadap semua

orang (Ujung & Groves, 1998 dalam Ellis & Harley, 2004). Prinsip keadilan

berarti kesamaan dan kesetaraan dalam memberikan pelayanan kesehatan dan

pengalokasian sumber daya kepada penerima pelayanan sesuai dengan kebutuhan

(ICN, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil dan

memberikan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Prinsip keadilan mengharuskan

perawat untuk menyakinkan adanya alokasi yang adil sarana yang ada bagi setiap

klien (Potter & Perry, 2002).

g. Confidentiality

Confidentiality (kerahasiaan) merupakan bagian dari privasi, seseorang

bersedia untuk menjaga kerahasiaan informasi. Confidentialityadalah sesuatu

yang profesional dan merupakan kewajiban yang etis dalam menggunakan

penggalian pengetahuan klien untuk meningkatkan kualitas perawatan klien dan

bukan untuk tujuan lain (Purba, J. M. & Pujiastuti, S. E., 2009).

Menurut Winslade (1995) praktek confidentiality terdiri dari tiga aspek

berupa subjek individu atau perawatan kesehatan berhubungan dengan informasi

klien, hubungan profesional antara perawat dan klien serta menjelaskan prosedur

pertukaran informasi klien yang secara logis dapat menerima, mengizinkan dan

mengakses informasi yang bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi sensitif dan

mengeluarkan larangan individu (Registered Nursing Association British

Columbia [RNABC], 2000).

2.3.5 Faktor mempengaruhi kinerja perawat dalam menerapkan prinsip

etik dan mengambil keputusan etik

Beberapa literatur menjelaskan faktor yang secara signifikan mempengaruhi

perilaku etik dan pengambilan keputusan etik. Faktor-faktor tersebut adalah:

Universitas Sumatera Utara


1. Individu perawat

Karakteristik individu pada umumnya meliputi umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, lama kerja dan status pernikahan. Karakteristik demografi individu

perawat ini akan menjadi variabel confounding pada penelitian ini. Berikut ini

akan diuraikan masing-masing karakteristik demografi perawat yaitu:

a. Umur

Robbins dan Judge (2008) menyatakan semakin bertambahnya usia maka

pekerja akan membawa sifat-sifat positif dalam melaksanakan pekerjaannya seperti

pengalaman, perilaku etik yang kuat dan komitmen dalam menjaga kualitas

pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhartati (2002)

semakin bertambah tua maka kecenderungan perawat untuk berperilaku etik akan

lebih besar, terutama perawat dengan usia di atas 40 tahun. Hasil yang sama

didapatkan dari penelitian Purbadi dan Sofiana (2006) usia berpengaruh positif

terhadap kinerja, meskipun dalam penelitian ini perawat yang dianggap mempunyai

kinerja yang lebih baik adalah perawat dengan usia di atas 30 tahun karena dianggap

mempunyai kemampuan analisis yang lebih baik. Sehingga semakin bertambah usia

maka makin bertambah pula kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan,

berpikir secara rasional, semakin bijaksana, mampu mengendalikan emosi dan toleran

terhadap pandangan orang lain.

Kebanyakan orang dewasa berada dalam tingkat menengah pada tahap

perkembangan moral, semakin tinggi perkembangan moral maka semakin berkurang

tingkat ketergantungan terhadap pengaruh dari luar dalam mengambil keputusan etik

ataupun berperilaku etik. Individu yang telah maju pada tahap perkembangan moral

yang makin tinggi akan menaruh perhatian yang lebih terhadap hak orang lain, tidak

Universitas Sumatera Utara


peduli dengan pendapat mayoritas, dan mempunyai kecenderungan untuk menentang

budaya dalam organisasi yang dirasa tidak sesuai dengan prinsip etik atau moral yang

mereka yakini (Suwarto, 1999).

b. Jenis kelamin

Tidak ada perbedaan yang konsisten laki-laki dan perempuan dalam

kemampuan memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetisi,

motivasi, sosiabilitas dan kemampuan belajar. Beberapa studi psikologi menunjukkan

bahwa perempuan cenderung mematuhi peraturan organisasi yang mendorong

perempuan untuk berperilaku etik tetapi perbedaan ini sangat kecil (Robbins, 2001).

Perempuan cenderung menganalisis suatu permasalahan secara lebih mendalam

dan seksama sebelum mengambil keputusan dibandingkan dengan laki-laki. Seorang

perawat perempuan akan lebih dapat mempertimbangkan dan mempunyai alternatif

penyelesaian masalah atau dilema etika dengan lebih seksama sehingga akan

berperilaku etika lebih baik dibandingkan perawat laki-laki. Perilaku etika ini juga

dimungkinkan karena perempuan lebih empati dan mampu memahami perasaan

orang lain dengan lebih baik (Robbins&Judge, 2007). Perbedaan-perbedaan hasil

penelitian dan temuan tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam dunia keperawatan

perempuan lebih dominan akan tetapi perawat pria cenderung menduduki posisi

manager yang tidak secara langsung bersentuhan dengan klien, atau pada area dengan

teknologi tinggi seperti ICU, IBS, IGD sehingga perawat pria tetap dapat

mempertahankan sisi rasionalitas dibandingkan dengan perempuan (MacDougall,

1997).

Universitas Sumatera Utara


c. Tingkat Pendidikan

Penelitian yang dilakukan oleh Jeanine (1989) menyatakan bahwa tingkat

pendidikan perawat mempengaruhi kualitas pengambilan keputusan yang etik oleh

perawat. Perawat dengan tingkat pendidikan lebih tinggi mempunyai pertimbangan

yang lebih matang dikarenakan wawasan yang lebih luas. Penelitian yang dilakukan

oleh Sofiana dan Purwadi (2006) membuktikan bahwa perawat dengan pendidikan

Sarjana Keperawatan dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempunyai efisiensi

kerja dan penampilan kerja yang lebih baik. Hasil yang sama juga didapatkan dari

penelitian yang dilakukan oleh Casterlé, Janssen, dan Grypdonck (1996) yang

menyatakan ada pengaruh antara pendidikan dengan perilaku etik siswa perawat.

Penelitian yang dilakukan oleh Indiyah (2001), Burdahyat (2009) dan Muadi

(2009) menemukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan

kinerja dan produktivitas perawat. Habaghery, Salsali dan Ahmadi (2004) dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa perawat merasa kurikulum yang ada di pendidikan

keperawatan tidak menyiapkan perawat untuk menjadi pembuat keputusan klinik

yang efektif dan etik. Hal ini dapat dijelaskan oleh Siagian (2002) yang menyatakan

bahwa tingkat pendidikan akan meningkatkan produktivitas kerja, akan tetapi

pendidikan yang dimaksud bukan saja merupakan pendidikan formal yang diperoleh

melalui sekolah melainkan juga pendidikan yang di luar jalur sekolah seperti

pelatihan, training ataupun seminar.

d. Lama kerja

Masa kerja berkaitan dengan pengalaman pekerja dalam melaksanakan suatu

pekerjaan. Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa perilaku seseorang di masa

lalu menjadi dasar yang baik untuk perilaku di masa depan. Seorang perawat akan

Universitas Sumatera Utara


dapat mengambil keputusan secara etik dan berperilaku secara etik saat menghadapi

masalah atau dilema etik karena pernah mengalami hal tersebut di masa lalu dan telah

menganalisisnya dengan lebih baik. Masa kerja di atas 3 tahun membuat perawat

mempunyai pengetahuan yang lebih baik terhadap pekerjaannya sehingga dapat

mengambil keputusan yang lebih cermat terkait pekerjaannya tersebut (Purbadi &

Sofiana, 2006). Hal ini dijelaskan oleh Siagian (2002) karena semakin lama seseorang

bekerja maka akan semakin matang secara teknis dan psikologis yang menunjukkan

kematangan jiwanya.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Supratman (2002) dan Indiyah (2001)

menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna kinerja perawat berdasarkan

masa kerja. Perbedaan hasil antara beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya

mendasari perlu dilakukan pengkajian lagi untuk variabel masa kerja dengan kinerja

agar dapat lebih memperkuat dan membuktikan kebenarannya dalam penelitian yang

dilakukan peneliti kali ini.

e. Status Pernikahan

Penelitian yang dilakukan oleh Purbadi dan Sofiana (2006) membuktikan

bahwa individu yang telah menikah akan meningkat dalam kinerja karena mempunyai

pemikiran yang lebih matang dan bijaksana yang sangat diperlukan dalam penerapan

prinsip etik. Hasil yang sama juga didapatkan dari penelitian Buick dan Thomas

(2001) yang menyatakan bahwa karyawan yang telah menikah akan termotivasi untuk

bekerja lebih baik dibandingkan karyawan yang belum menikah dan telah bercerai.

Pernikahan menyebabkan peningkatan tanggung jawab dan pekerjaan tetap menjadi

lebih berharga dan penting. Mayoritas pekerja yang loyal dan puas terhadap

pekerjaannya adalah pekerja yang telah menikah.

Universitas Sumatera Utara


Goleman (1999) mempunyai pendapat agak berbeda dengan yang menyatakan

bahwa seorang pria yang telah menikah dengan kehidupan pernikahan yang kurang

bahagia cenderung kurang bisa mengatur emosinya. Saat seseorang tidak bisa

mangatur emosinya maka orang tersebut tidak akan bisa berpikir secara seksama dan

teliti serta mempunyai lapang pandang yang sempit sehingga tidak bisa menganalisa

suatu masalah secara rasional dan akan menghasilkan keputusan yang cenderung

tidak etikal.

Penelitian Supratman (2002) dan Indiyah (2001) menyebutkan bahwa tidak

ada perbedaan secara bermakna status pernikahan dengan kinerja perawat. Penelitian

Habaghery, Salsali dan Ahmadi (2004) menyebutkan faktor individu yang

mempengaruhi selain karakteristik demografi adalah perasaan kompeten dan

keyakinan diri perawat. Kompetensi didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan

dan pengalaman yang memadai serta kemampuan untuk menggunakannya dalam

tatanan seting nyata. Self confident atau keyakinan diri adalah keyakinan perawat

akan kemampuan yang dimiliki. Keyakinan diri ini membuat perawat merasa mampu

mengontrol dan mempengaruhi situasi sehingga meningkatkan kesempatan dan

kekuatan untuk membuat keputusan etis secara bebas. Kesimpulan yang dapat

diambil dari penelitian ini adalah kemampuan perawat akan mempengaruhi

keyakinan diri perawat sehingga perawat merasa mampu dan mempunyai kekuatan

serta otoritas untuk membuat keputusan termasuk dalam hal membela hak klien.

1. Faktor Sosial

a. Kode etik

Kode etik dimiliki oleh profesi untuk menuntun anggota profesi dalam

menjalankan aktivitas profesinya serta melidungi masyarakat konsumennya. Kode

Universitas Sumatera Utara


etik didefinisikan sebagai seperangkat peraturan atau susunan harapan untuk

mencapai suatu tujuan (Jonstone, 2000). Beberapa pernyataan tentang kode etik dapat

diambil kesimpulan bahwa kode etik adalah pedoman yang dipandang esensial

sebagai karakteristik profesi yang mencerminkan nilai, norma dan ideal profesi

sebagai petunjuk bagaimana anggota profesi harus berperilaku.

Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi

yang memberikan tuntunan bagi anggota profesi melaksanakan praktek dalam bidang

keperawatan, baik yang berhubungan dengan klien, masyarakat, teman sejawat, dan

profesi keperawatan (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995: Potter & Perry, 2005).

Pernyataan Aiken (2003) mengenai kode etik keperawatan adalah daftar perilaku atau

bentuk pedoman atau panduan etik perilaku profesi keperawatan secara profesional

(Aiken, 2003).

Organisasi profesi keperawatan di berbagai negara merumuskan kode etik

dengan berbagai variasi content, akan tetapi pada dasarnya memuat prinsip yang sama

yaitu meliputi prinsip otonomi, berbuat baik, tidak merugikan, adil, berkata

baik/jujur, setia/menepati janji (keeping promise), dan menjaga kerahasiaan (Potter &

Perry, 2005). Tujuan adanya kode etik keperawatan adalah sebagai pedoman bagi

perawat di negara tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman,

kompeten dan sesuai nilai-nilai dan prinsip-prinsip etika (CNA 2008).

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pernyataan bahwa kode etik

keperawatan adalah daftar tentang tentang identitas perilaku sebagai pedoman

bagi anggota profesi dalam melakukan perilaku etika yang mengindikasikan

penerimaan secara jujur dan bertanggung jawab dan merupakan daftar perilaku

yang menjadi panduan perilaku etis anggota profesi yang merupakan ciri penting

Universitas Sumatera Utara


profesi, menunjukkan penerimaan masyarakat terhadap profesi dan tanggung

jawab profesi dengan berdasarkan nilai-nilai, moral profesional dan tujuan profesi.

Fungsi dan tujuan adanya kode etik keperawatan adalah (CNA, 2008:

PPNI, 2010):

1. Mendorong anggota organisasi profesi untuk berperilaku sesuai pedoman

dan meningkatkan kesadaran etika.

2. Meningkatkan kesadaran anggota profesi terhadap aspek moral dalam

melaksanakan pekerjaannya.

3. Memberlakukan peraturan bagi anggota organisasi dimana hal ini

mencerminkan integritas organisasi profesi dan melindungi anggota

profesi dari praktek yang sesuai dengan standar etika.

4. Memberikan petunjuk dalam mengambil keputusan terkaitkonflik moral

5. Memberikan gambaran harapan masyarakat tehadap anggota profesi.

Kode etik mencakup empat prinsip yang merupakan pedoman perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan yakni tanggung jawab perawat terhadap

klien, tanggung jawab perawat terhadap praktek, tanggung jawab perawat

terhadap masyarakat, tanggung jawab perawat terhadap teman sejawat dan

tanggung jawab perawat terhadap profesi (CNA, 2008; ICN, 2006; PPNI, 2010).

Kode etik adalah hal utama yang harus dimiliki oleh suatu organisasi untuk

mencegah adanya perilaku yang tidak sesuai dengan etika. Kode etik tidak akan

berpengaruh secara positif terhadap perilaku anggota suatu organisasi jika hanya

sebagai aksesoris semata dan akan bekerja secara baik jika setiap pekerja

menerima kode etika sebagai bagian dari budaya organisasi. Fungsi kode etik

Universitas Sumatera Utara


tidak berdiri sendiri tetapi terintegrasi, tercakup sebagai bagian dari budaya

organisasi yang lebih besar. Organisasi harus membangun budaya yang kuat yang

mencakup kode etik yang mendukung dan menghargai pekerja yang mentaati

kode etik (Mayasari, 2008).

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kode etik

keperawatan yang merupakan pedoman perawat untuk berperilaku etik akan dapat

diterapkan secara baik semua perawat menerima kode etik sebagai bagian dari

budaya kerja pada saat perawat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.

Kode etik keperawatan berfungsi secara maksimal jika rumah sakit sebagai

organisasi tempat kerja yang menaungi perawat mempunyai budaya yang kuat

yang mendukung serta memberikan penghargaan yang baik terhadap perawat

yang mentaati kode etik keperawatan.

b. Pembinaan

Tujuan pembinaan etika profesi adalah untuk menjaga mutu profesi dan

menjaga harkat dan martabat profesi serta memelihara tata tertib anggota profesi.

Jenis pembinaan bersifat mendidik dan membina selama perawat yang melakukan

kelalaian memiliki keinginan untuk memperbaiki diri yaitu membuat kasus

dengan topik sesuai kasus, ditugaskan mempresentasikan makalah dengan topik

yang sesuai kasus, ditugaskan memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

risiko ringan, melakukan tindakan yang berhubungan dengan kasus, mengikuti

kegiatan sosialisasi standar keperawatan, etik dan pembahasan kasus, tidak cuti

selama pembinaan dan dinas pagi selama jangka waktu tertentu serta pemotongan

jasa keperawatan(Robbins& Judge, 2008).

Universitas Sumatera Utara


2. Organisasi

a. Struktur organisasi dan budaya organisasi

Struktur dan budaya sistem pelayanan kesehatan adalah faktor yang

mempengaruhi partisipasi perawat dalam membuat keputusan terkait pelayanan

kepada klien dan perilaku etis yang ditunjukkan perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan.Habaghery, Salsali, dan Ahmadi (2004) bahwa mayoritas perawat

beranggapan job description dan peraturan rumah sakit membatasi otoritas perawat.

Organisasi yang tidak mempunyai aturan atau kebijakan juga dapat meningkatkan

perilaku yang tidak etis. Kebebasan individu untuk berperilaku tidak etik dalam suatu

organisasi dapat dicegah dengan adanya aturan atau kebijakan (Pride, Hughes &

Kapoor, 2010).

Acharya (2005) menyatakan bahwa perilaku yang tidak etika tidak hanya

disebabkan oleh sesuatu yang buruk tetapi lebih kepada iklim yang ada pada

organisasi yang menfasilitasi atau menghambat perilaku tersebut. Iklim etika

organisasi adalah inti dari perilaku etika dalam organisasi sebagai hasil lingkungan di

mana organisasi beroperasi dan karakteristik organisasi meliputi struktur dan nilai

organisasi. Setiap organisasi perlu mengetahui iklim etika yang berlangsung di

organisasinya sehingga dapat mengembangkan iklim etika yang dapat mendorong

individu dalam organisasi untuk berperilaku etika (Robbins& Judge, 2008).

b. Sistem Management

Sistem managemen adalah faktor lain yang mempengaruhi perawat dalam

berperilaku menerapkan prinsip etik. Dukungan rekan kerja adalah sumber

dukungan yang sangat bermanfaat untuk berperilaku etis akan tetapi berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Habaghery, Salsali dan Ahmadi (2004)

Universitas Sumatera Utara


menyebutkan bahwa perawat merasa manager yang tidak mendukung merupakan

hambatan bagi perawat untuk pengambilan keputusan termasuk pengambilan

keputusan dalam menyelesaikan masalah etik. Dukungan managemen dapat

berupa dukungan uang kesejahteraan, persediaan fasilitas perawatan dan

dukungan emosional.

Penelitian lainnya yang meneliti hal terkait sistem manajemen yang

membuat perawat hanya berorientasi pada tugas dan kurang pertimbangan dalam

memutuskan permasalahan klien adalah ketidakseimbangan rasio perawat dan

klien, beban kerja yang terlalu berat, peningkatan tugas-tugas non keperawatan

yang menurunkan interaksi perawat dan klien sehingga perawat cenderung kurang

mengenal klien secara individu yang dapat menurunkan perilaku caring perawat

(Sobirin, 2006).

c. Positif practice environtment

Positif practice environtment adalah lingkungan kerja yang dibutuhkan perawat

untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan lingkup dan disiplin ilmunya agar

menghasilkan pelayanan keperawatan yang berkualitas (Rowell, 2003 dalam ICN,

2007). Adanya struktur dan kebijakan institusi yang mengakui pentingnya pendidikan

dan pembelajaran berkelanjutan, menekan kan pada team work dan kesejawatan serta

peningkatan kreativitas dan inovasi.

CRNBC (2007) merumuskan guideline lingkungan kerja berkualitas yang

dapat diterapkan pada berbagai seting pelayanan keperawatan yaitu workload

management (manajemen beban kerja), nursing leadership (kepemimpinan

keperawatan), control over practice (pengaturan praktik), professional development

(pengembangan profesional) dan organizational support (dukungan organisasi).

Universitas Sumatera Utara


Managemen beban kerja yaitu ketercukupan jumlah perawat untuk menyediakan

perawatan yang aman, kompeten dan etis.

Kepemimpinan keperawatan adalah adanya pemimpin perawat yang kompeten

dan disiapkan secara baik pada semua level dalam organisasi. Pengaturan praktik

adalah perawat mempunyai tanggung jawab, otoritas dan akuntabilitas untuk

melaksanakan praktik keperawatan. Pengembangan profesional adalah di mana

organisasi mendukung dan menfasilitasi perawat untuk melanjutkan pendidikan dan

menciptakan lingkungan pembelajaran bagi perawat. Dukungan organisasi adalah

misi, visi, nilai dan kebijakan organisasi mendukung praktik keperawatan untuk

menghasilkan pelayanan keperawatan yang sesuai dan aman.

Lingkungan kerja perawat yang berkualitas berhubungan secara langsung

dengan kepuasan kerja, produktivitas, rekruitmen, retensi perawat dan yang paling

penting adalah berpengaruh terhadap perawatan klien dan kesembuhan klien

(CRNBC, 2007). Kepuasan kerja perawat akan mempengaruhi motivasi perawat

dalam berperilaku caring yang pada akhirnya akhirnya akan mempengaruhi perawat

menerapkan prinsip etik dalam pemberian suhan keperawatan kepada klien.

2.3.6 Meningkatkan kinerja penerapan prinsip etik keperawatan

dalam asuhan keperawatan

Seorang manager perlu membangun lingkungan kerja yang dapat

mendorong bawahannya untuk berperilaku etik. Strategi yang dapat digunakan

untuk membangun lingkungan kerja yang etika dan menurunkan stres kerja staf

dikarenakan dilema etik yaitu menyediakan perpustakaan yang berisi buku-buku

atau jurnal etika keperawatan di tempat kerja, mensponsori komite etik

Universitas Sumatera Utara


keperawatan atau komite penelitian, membuat program pendidikan untuk semua

staf yang dapat menfasilitasi kasus etik saat ini, membagikan artikel secara rutin

setiap bulan kepada semua unit dan melakukan pembinaan pada pertemuan staf

dan ronde keperawatan, melakukan survei pada staf perawat untuk mengkaji

permasalah etik yang sering terjadi di tempat kerja atau kasus yang sulit untuk

diselesaikan, mengirimkan perwakilaan dari staf perawat ke organisasi kesehatan

lain untuk mencari pemecahan masalah etik berkaitan dengan isu etik, komite etik,

kebijakan etik, program pendidikan dll serta mengirimkan staf perawat atau

perawat manager dalam pertemuan rutin (Marquis & Huston, 2010).

Chaousis (2000) menyatakan ada beberapa cara yang dapat dilakukan suatu

organisasi untuk memotivasi angota organisasi meningkatkan perilaku etik yaitu

melalui faktor individu dan faktor organisasi. Penjelasannya sebagai berikut:

a. Faktor Individu

Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa seseorang yang berkeyakinan

bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirinya dikarenakan faktor keberuntungan dan

hal-hal yang tidak dapat dikendalikan oleh dirinya akan cenderung berperilaku tidak

etis, berbeda dengan individu yang beranggapan bahwa segala sesuatu yang terjadi

pada dirinya merupakan hal dapat diusahakan maka akan cenderung berperilaku etis.

Pemberian tanggung jawab individu dan otonomi individu dalam pekerjaan dapat

meningkatkan rasa pengendalian diri individu.

b. Faktor Organisasi

Adapun beberapa cara untuk meningkatkan perilaku etik anggota organisasi

adala melibatkan semua orang untuk membangun dan mempertahankan peraturan

dan etika yang ada di organisasi, menjelaskan konsep-konsep abstrak yang terdapat

Universitas Sumatera Utara


dalam peraturan dan kode etik agar dapat diaplikasikan dalam tatanan nyata di

organisasi, menyediakan forum diskusi untuk mencari solusi dilema atau masalah etik

yang dialami anggota organisasi, memberikan pemikiran pada semua anggota

organisasi bahwa keputusan dan perilaku etik adalah suatu hal yang dapat dipelajari,

pimpinan harus dapat berperan sebagai role model untuk berperilaku etik bagi

bawahannya, membangun budaya organisasi dengan cara memberikan reward bagi

anggota organisasi yang berperilaku etik dan tidak mendukung perilaku yang tidak

etik, membuat sistem performa appraisal yang menyertakan penilaian kinerja etik

pada salah satu penilaiannya, melakukan audit perilaku etik dan mengumumkan

secara terbuka hasil audit tersebut.

Penelitian untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi dan

berhubungan dengan kinerja perawat menerapkan prinsip etik perlu dilakukan agar

manajemen mengetahui secara pasti faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

perawat menerapkan prinsip etik sehingga dapat melakukan upaya yang tepat sesuai

dengan faktor-faktor tersebut.

2.3 Landasan Teori

Berdasarkan gambar 2.4 dapat diidentifikasi bahwa kinerja perawat

pelaksana menerapkan prinsip etik dalam asuhan keperawatan dipengaruhi oleh

perilaku caring perawat dan motivasi. Perilaku caring yang menjadi fokus pada

penelitian ini yaitu, (1) dimensi mengakui keberadaan manusia atau assurance of

human presence , (2) dimensi respectful atau menanggapidengan rasa hormat.

Universitas Sumatera Utara


Perilaku caring perawat akan memotivasi perawat untuk menerapkan

prinsip etik dalam asuhan keperawatan. Motivasi yang menjadi fokus dalam

penelitian ini berdasarkan teori motivasi Herzberg yang meliputi faktor intrinsik

dan faktor ekstrinsik yang ada dalam pekerjaan.

5 Dimensi Perilaku Caring

• Respectful
• Assurance of human presence Kinerja Perawat
• Positive connectedness menerapkan prinsip
• Professional knowledge and skill etik
• Attentiveness to the other’s experience • Otonomy
Wolft (1994 dalam Watson, 2009) • Mal efiecience
• Beneficence
• Justice
Motivasi (Herzberg) • Veracity
• Confidentiality
Motivasi Intrinsik Motivasi Entrinsik • Fidelity
Prestasi Sistem Penggajian (Gillies, 1994: Potter
Penghargaan Pengawasan Kerja & Perry, 2002)
Otonomi Keamanan kerja
Tanggung jawab Kondisi kerja
Kemajuan Hubungan Interpersonal
Status kehidupan
pribadi

Gambar 2.4 Landasan Teori

Universitas Sumatera Utara


2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian dalam tinjauan pustaka di atas, maka kerangka konsep

penelitian ini digambarkan 2.5 adalah sebagai berikut :

5 Dimensi Perilaku Caring


• Respectful
• Positive connectedness
• Professional knowledge and
skill
• Attentiveness to the other’s
• experiencence Kinerja Perawat
Wolft (1994 dalam Watson, menerapkan prinsip etik
2009)
• Otonomy
Baik
• Mal efiecience
• Beneficence Kurang baik
Motivasi • Justice
• Veracity
Motivasi Intrinsik • Fidelity
• Otonomi pekerjaan • Confidentiality
• Tanggung jawab kerja (Gillies, 1994: Potter &
Motivasi ekstrinsik P 2002)
• System penggajian
• Kebijakan RS
• Pengawasan atasan
• Hubungan dengan rekan
kerja

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitan ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain

deskriptif korelasi dengan pendekatan pengamatan sewaktu (cross sectional).

Desain korelasi bertujuan untuk menganalisis hubungan perilaku caring dan

motivasi dengan kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan

dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem

Medan .

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Prof.DR. Muhammad

Ildrem Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini, adalah (1) rumah sakit

pendidikan, (2) Satu-satunya Rumah Sakit Jiwa pemerintah yang ada di Propinsi

Sumatera Utara yang memiliki kemampuan pelayanan diklasifikasi kelas B dan

akreditasi B, (3) Perawat pelaksana yang menerapkan prinsip etik dalam

melakukan asuhan keperawatan bagi klien selama dua puluh empat jam, (4)

belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya dengan judul yang sama dengan

penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang rawat

inap Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan. Kriteria inklusi

Universitas Sumatera Utara


perawat, yaitu (1) masa kerja minimal satu tahun sebagai perawat, (2) Tidak

sedang mengambil cuti atau tugas belajar pada saat proses penelitian dilakukan.

Jumlah seluruh perawat pelaksana ruang rawat inap dalam penelitian 129 orang.

3.3.2 Sampel

Power analysis digunakan untuk memastikan signifikansi hasil studi dan

metode mengurangi kemungkinana terjadinya kesalahan tipe II dan

memperkirakan kemungkinan terjadi. Ada tiga komponen untuk menghitung

sampel size yaitu dengan menggunakan alpha (“α” = level of significance), 1-beta

(1-β =power), gamma (“γ” = effect size) (Polit & Beck, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Bruston & Stichler, (2010) tentang korelasi

perilaku caring perawat berhubungan terhadap motivasi kerja perawat.,

menggunakan power analysis dalam menentukan sampel dengan nilai alfa level

(α) = .05 dan power (γ) = .80 dan 1-β (efect size) sebesar .30 sehingga

didapatkan jumlah sampel minimal 85 orang.

Penelitian mengukur variable Perilaku caring dan Motivasi dengan Kinerja

perawat pelaksana menerapkan prinsip etik dengan menggunakan medium effect

size (1-β) = .30, alfa level (α) = .05 dan power (γ) = .80, maka sampel penelitian

ini sesuai dengan tabel power analysis berjumlah 85 perawat.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proporsional (proportionate

stratified random sampling) yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi

secara acak dan berstrata secara proporsional. Berdasarkan proporsi yang sama di

setiap ruang rawat inap yaitu 75%.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1
Data Jumlah distribusi perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap dan Sampel
Penelitian Tahun 2015
No Nama Ruang Rawat Inap Jumlah Perawat Jumlah sampel
1. Ruang Anggrek 7 5
2. Ruang Sinabung 8 7
3. Ruang Melur 7 5
4. Ruang Gunung Sitoli 7 5
5. Ruang Cempaka 6 5
6. Ruang Sipiso-piso 6 5
7. Ruang Kamboja 7 5
8. Ruang Dolok Martubung 7 5
9. Ruang Singgalang 7 5
10. Ruang Nafza 7 5
11. Ruang Mawar 7 5
12. Ruang Sorik Marapi 7 5
13. Ruang Sibual-buali 7 5
14. Ruang Bukit Barisan 9 8
15. Ruang GMO 7 5
16. Ruang Pusuk Buhit 7 5
Jumlah 113 85
Sumber: RSJ Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan, 2015.

Maka setiap ruangan diambil sebanyak 5, 7, atau 8 orang perawat untuk

dijadikan sampel. Penarikan sampel di setiap ruang dilakukan secara acak yaitu

dengan cara undian dengan memasukkan nama perawat di dalam kotak lalu

dicabut sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan, hal ini disebabkan

populasi penelitian bersifat homogen.

3.4 Metode dan pengumpulan Data

3.4.1 Tahap persiapan

Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat surat izin

penelitian yang diperoleh dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

dan selanjutnya menyampaikan surat ijin tersebut ke rumah sakit yang diteliti.

Universitas Sumatera Utara


3.4.2 Tahap pelaksanaan

Setelah mendapat etika clearancedan persetujuan dari rumah sakit, peneliti

bertemu dan melakukan kontrak dengan perawat yang bertugas sesuai dengan

kriteria inklusi. Peneliti menjelaskan secara rinci pada calon responden tentang

tujuan penelitian, batasan waktu pengisian kuesioner, manfaat penelitian dan cara

pengisian tiap kuesioner. Peneliti meminta kesediaan calon responden menjadi

responden dalam penelitian ke tiap ruangan pada setiap shif dinas responden.

Setelah memperoleh persetujuan kesediaan responden kemudian responden telah

menandatangani lembar persetujuan, selanjutnya peneliti membagikan tiga

kuesioner penelitian pada responden tiap ruangan.Selama proses pengisian

kuesioner peneliti mendampingi responden agar dapat menjelaskan pernyataan

yang tidak dimengerti oleh responden. Selanjutnya peneliti mengumpulkan

seluruh kuesioner dan mengkoreksi kuesioner yang belum benar, Penyebaran

kuesioner berlangsung selama tiga minggu.

3.5 Variabel dan Defiinisi Operasional

3.5.1 Variabel

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu Variabel bebas

terdiri dari Perilaku caring dan Motivasi, sedangkan variabel terikatadalah

Kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan.

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dapat dilihat pada table 3.2.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Skala
Penelitian Ukur
Independen
1. Perilaku Pernyataan perawat Menggunakan 0.Baik Ordinal
caring tentang perilaku kuesioner B 1. Kurang
caring yang
dilakukan saat
memberikan asuhan
keperawatan kepada
klien yang meliputi
dimensi respectful
dan Assurance
human presence
2. Motivasi Faktor yang Menggunakan 0.Tinggi Ordinal
mendorong perawat kuesioner C 1.Rendah
pelaksana dalam
menerapkan prinsip
etik keperawatan
meliputi motivasi
intrinsik dan
motivasi ekstrinsik
Dependen
3. Kinerja Penilaian perawat Menggunakan 0.Baik Ordinal
perawat pelaksana atas kuesioner D 1.Kurang
pelaksana kinerjanya
dalam menerapkan prinsip
menerap etik keperawatan
Kan prinsip dalam memberikan
etik asuhan keperawatan
keperawa pada klien meliputi
tan prinsip otonomi, non
maleficence,
beneficence, justice
veracity, fidelity
danconfidentiality

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Alat pengumpul data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dalam

bentuk pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan data karakteristik demografi

Universitas Sumatera Utara


perawat pelaksana, faktor motivasi, perilaku caring perawat dan kinerja perawat

menerapkan prinsip etik dalam asuhan keperawatan.

1. Kuesioner A (Kuesioner Karakteristik Demografi Perawat

Pelaksana)

Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan terkait karakteristik demografi

perawat pelaksana yang merupakan variabel potensial pengganggu yang dibuat

sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 5 pertanyaan dari nomor 1 sampai dengan 5

yang meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja dan status

pernikahan. Data yang diambil merupakan data primer, dimana perawat menjawab

pertanyaan yang ada di kuesioner A dengan mengisi atau memberi tanda check

pada isian yang tersedia(kuesioner terlampir).

2. Kuesioner B (Kuesioner Perilaku Caring Perawat Pelaksana)

Kuesioner ini mengadopsi sebagian dari Caring Behavior Inventory (CBI)

yang dikembangkan oleh Wolf (1994). Kuesioner perilaku caring perawat terdiri

dari 24 butir pernyataan yang didasari oleh sepuluh carative factors dan

dikategorikan menjadi 5 dimensi perilaku caring. Peneliti hanya menggunakan 2

(dua) dimensi dari 5 (lima) dimensi perilaku caring dengan modifikasi yang

dilakukan peneliti. Hasilnya Variabel perilaku caring perawat ini diukur melalui

perolehan skor dari setiap item pernyataan yang terdiri dari 16 item

pernyataan.Nomor pernyataan dari masing-masing sub variabel tergambar pada

tabel 3.3 sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.3
Distribusi Pernyataan Perilaku Caring Perawat Ditinjau Dari Tiap Sub Variabel
No Sub Variabel Jumlah Nomor Item Nomor Item
Pernyataan Favorable Unfavorable
1. Respecful 8 1,2,3,4,5,6 7
2. Assurance 8 9,10,11,12,14,15,16 13
human presence
Jumlah 16
(Caring Behaviors Inventory (CBI-24) (Wu, Larrabe, & Putman, 2006 dalam
Papstavrou et al., 2010).

Kuesioner dibuat sebagai pengumpul data primer, di mana perawat mengisi

pernyataan yang terdapat dalam kuesioner dengan memberikan tanda chek pada

kolom yang sesuai. Jawaban pernyataan dengan menggunakan skala likert dari 1-4

dengan kriteria penilaian sebagai berikut: yaitu Tidak pernah, jika pernyataan

tersebut tidak pernah dilakukan sama sekali oleh perawat, diberi nilai 1, Kadang-

kadangjika pernyataan tersebut jarang dilakukan (lebih sering tidak dilakukan)

oleh perawat, diberi nilai 2, Sering, jika pernyataan tersebut sering dilakukan

(jarang tidak dilakukan) oleh perawat, diberi nilai 3, Selalu, jika pernyataan

tersebut selalu dilakukan (tidak pernah tidak dilakukan) oleh perawat, diberi nilai

4. Nilai pernyataan negatif berkebalikan dengan nilai yang didapatkan dari

pernyataan positif (kuesioner terlampir).

3. Kuesioner C (Kuesioner Motivasi Perawat Pelaksana)

Kuesioner ini untuk mengukur motivasi perawat berdasarkan faktor

eksternal dan internal yang ada dalam pekerjaan perawat yang dirancang dan

dikembangkan oleh peneliti berdasarkan variabel-variabel yang diteliti sesuai

dengan teori motivasi dari Herzberg yang dikaitkan dengan penerapan prinsip etik

keperawatan dan akan dilakukan uji coba intrumen oleh peneliti.

Universitas Sumatera Utara


Variabel motivasi ini diukur melalui perolehan skor dari setiap item

pernyataan setelah dilakukan uji coba terdiri dari 24 item pernyataan yang

merupakan pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable).

Nomor pernyataan dari masing-masing sub variabel tergambar pada tabel 3.4

Tabel 3.4
Distribusi Pernyataan Motivasi Perawat Ditinjau Dari Tiap Sub Variabel
No Sub variabel Pertanyaan Positif Pertanyaan Jumlah
Negatif pertanyan
1. Otonomi kerja 1, 3, 4 2 4
2. Tanggung jawab 5, 6, 7 - 3
kerja
3. Sistem Penggajian 8, 10 9 3
4. Kebijakan RS 11, 12, 13 - 3
5. Hubungan dengan 14, 16, 17, 18, 19 15 6
rekan kerja
6. Supervisi atasan 20, 22, 23, 24 21 5
Jumlah 24

Kuesioner ini merupakan alat pengumpul data primer dimana perawat

mengisi pernyataan yang terdapat dalam kuesioner dengan memberikan tanda

chek pada kolom yang sesuai. Jawaban pernyataan dengan menggunakan skala

likert dari 1-4, dengan kriteria penilaian sebagai berikut: Sangat Tidak Setuju, jika

pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi yang

anda alami di rumah sakit ini, diberi nilai 1.Tidak Setuju, jika pernyataan tersebut

tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi yang anda alami di rumah sakit ini,

diberi nilai 2. Setuju, jika pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat atau kondisi

yang anda alami di rumah sakit ini, diberi nilai 3. Sangat Setuju, jika pernyataan

tersebut sangat sesuai dengan pendapat atau kondisi yang anda alami di rumah

sakit ini, diberi nilai 4. Nilai pernyataan negatif berkebalikan dengan nilai yang

didapatkan dari pernyataan positif (kuesioner terlampir).

Universitas Sumatera Utara


4. Kuesioner D (Kinerja Perawat Pelaksana Menerapkan Prinsip

Etik Keperawatan)

Kuesioner ini mengadopsi sebagian dari kuesioner penerapan prinsip etik

profesi keperawatan yang dibuat oleh Suhartati (2002) dan dikembangkan sendiri

oleh peneliti dengan teoridari literatur dan kode etik keperawatan Indonesia.

Konsistensi reliabilitas berdasarkan Cronbach’s alphapada uji coba I yang

dilakukan oleh Suhartati dengan jumlah responden 30 perawat pelaksana adalah

0,8848 sedangkan pada uji coba II dengan jumlah responden 30 perawat

pelaksana adalah 0,942.

Variabel kinerja perawat ini diukur melalui perolehan skor dari setiap item

pernyataan yang terdiri dari 21 item pernyataan yang merupakan pernyataan

positif (favorable) dan pernyataan negative (unfavorable). Nomor pernyataan dari

masing-masing sub variabel sebagai berikut:

Tabel 3.6
Distribusi Pernyataan Kinerja Perawat Menerapkan Prinsip Etik Keperawatan
Ditinjau Dari Tiap Sub Variabel
No Sub variabel Pernyataan positif Pernyataan Jumlah Pertanyaan
negatif
1. Otonomy 1, 2, 3 1, 2 3
2. Non 4, 5, 6 - 3
Malafience
3. Benefience 7, 8, 9 - 3
4. Veracity 10, 11, 12 - 3

5. Fidelity 13, 14, 15 - 3


6. Justice 16, 17, 18 - 3
7. Confidentiality 19, 20, 21 - 3
Jumlah 21

Kuesioner dibuat sebagai pengumpul data primer, di mana perawat

mengisi pernyataan yang terdapat dalam kuesioner dengan memberikan tanda

chek pada kolom yang sesuai. Jawaban pernyataan dengan menggunakan skala

Universitas Sumatera Utara


likert dari 1-4 dengan kriteria penilaian sebagai berikut: Tidak pernah, jika

pernyataan tersebut tidak pernah dilakukan sama sekali oleh perawat, diberi nilai

1. Kadang-kadangjika pernyataan tersebut jarang dilakukan (lebih sering tidak

dilakukan) oleh perawat, diberi nilai 2. Sering, jika pernyataan tersebut sering

dilakukan (jarang tidak dilakukan) oleh perawat, diberi nilai 3.Selalu, jika

pernyataan tersebut selalu dilakukan (tidak pernah tidak dilakukan) oleh perawat,

diberi nilai 4. Nilai pernyataan negatif berkebalikan dengan nilai yang didapatkan

dari pernyataan positif (kuesioner terlampir).

3.6.2 Back Translation

Proses menterjemahkan insrumen dari sumber bahasa asli ke bahasa target

dan kemudian diterjemahkan kembali ke bahasa asli oleh penterjemah yang tidak

mengetahui tentang sumber yang asli (Polit & Beck, 2012).

Caring Behavior Inventory (CBI-24) yang dikembangkan oleh Wu et al.

(2006) menggunakan bahasa Inggris. Dalam penelitian ini, peneliti dan subjek

penelitian menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi oleh karena itu

kuesioner ini harus diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Peneliti menerjemahkan

dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan meminta ahli bahasa menerjemahkan

kembali kuisioner CBI hasil terjemahan oleh peneliti dalam bahasa Indonesia ke

dalam bahasa Inggris kembali dan mencocokkan hasil terjemahan kembali dalam

bahasa Indonesia dengan kuesioner asli dalam bahasa Inggris. Jika sumber asli

dan hasil terjemahan back translation sama maka item-item pernyataan dalam

instrumen tersebut sudah memiliki makna yang sama.

Universitas Sumatera Utara


3.6.3. Uji Validitas

Para ahli diberikan pertanyaan dan diminta pendapatnya tentang data

demografi, kuisoner perilaku caring, motivasi dan kinerja perawat. Untuk

mendapatkan total Conten Validity Indeks (CVI) dengan cara menjumlahkan

persentase skor item pada rating 3 dan 4 yang disetujui oleh para expert. CVI

diterima minimal 0.80 (Lynn, 1986; Polit & Beck, 2004). Bila validitas telah

dicapai sesuai dengan kriteria maka data tersebut bebas dari kesalahan sistematis.

Berdasarkan ketiga expert didapatkan nilai CVIkuesioner perilaku caring adalah

0,889 , hasil CVIkuesioner motivasi adalah 0,942 dan hasil CVI kuesioner kinerja

prinsip etik 0,944 Maka hasil uji instrumen menunjukan bahwa kuesioner perilaku

caring, motivasi dan kinerja prinsip etik valid dan reliabel sehingga dapat

digunakan dalam penelitian untuk mengukur variabel yang diteliti.

3.6.4. Uji Realibilitas

Uji reliabilitas dilakukan pada sekelompok perawat pelaksana yang bukan

merupakan bagian dari sample penelitian. Hal tersebutberguna untuk mengetahui

apakah instrumen tersebut cukup handal atau tidak, komunikatif, dan dapat

dipahami.

Peneliti menetapkan uji reliabilitas instrumen pada 30 orang perawat

pelaksana ruang rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem

Medan yang tidak termasuk dalam responden.Reliabilitas data merupakan indeks

yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat kehandalan dan dapat

dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis

reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan jika nilai

Universitas Sumatera Utara


Cronbach Alpha > 0,600, maka dinyatakan reliabel. Uji yang telah dilakukan

mendapatkan hasil bahwa nilai cronbach’s alpha secara global untuk instrumen

perilaku caring didapatkan nilai Chronbach alpha 0,918. Hasil uji reliabilitas pada

instrumen motivasi didapatkan nilai Chronbach alpha 0,954. Hasil uji reliabilitas

pada instrumen prinsip etik didapatkan nilai Chronbach alpha 0,942. Dengan hasil

tersebut seluruhnya >0,600 sehingga dinyatakan reliabel.

3.7 Metode Analisis Data

Teknik analisa data yang dilakukan untuk mengetahui hubungan perilaku

caring dan motivasi dengan kinerja perawat dalam penerapan prinsip etik

keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan, dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karateristik masing-

masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini analisa univariat ditampilkan

berupa distribusi frekuensi dan persentase dari data demografi perawat

pelaksana, perilaku caring, motivasi, dan kinerja perawat pelaksana.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada hubungan perilaku

caringdan motivasi dengan kinerja perawat pelaksana dengan uji statistik

nonparametrik menggunakan uji Chi-Square.

Universitas Sumatera Utara


3.7.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi

logistikkarena skala variabel independent dan dependent2 katagorik berskala

ordinal (Hastono,2007). Setelah dilakukan uji multivariat dengan uji regresi

logistik, yaitu variabel motivasi didapatkan nilai OR 0,063 yang memiliki

peluang lebih tinggi untuk kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip etik

keperawatan dalam asuhan keperawatan di Rumah sakit jiwa Prof. DR.

Muhammad Ildrem Medan.

Dengan persamaan :

1
𝑃𝑃 =
1 + 𝑒𝑒 −𝑦𝑦

Keterangan :

𝑃𝑃 = Probabilitas untuk terjadinya suatu kejadian

𝑒𝑒 = 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 (2,7)

𝑦𝑦 = 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 + 𝑎𝑎1x1+𝑎𝑎2x2+.....+𝑎𝑎1x1

a= Nilai koefisien tiap variabel

X= Nilai variabel bebas

Disini di uji variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja perawat

pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dalam asuhan keperawatan di

Rumah sakit jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan.

3.8 Pertimbangan Etik

Universitas Sumatera Utara


Peneliti dalam melakukan penelitian dengan memperhatikan

pertimbangan-pertimbangan etika penelitian, antara lain(1) ethical clearence

oleh komite etik penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan, (2) pelaksanaan

penelitian dilakukan oleh peneliti setelah mendapat izin dan rekomendasi dari

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari rumah sakit, (3)

seluruh responden diberi lembar persetujuan, yang ditanda tangani sebagai bukti

kesediaannya menjadi responden (informed consent), (4) sebelum menyerahkan

lembar persetujuan, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian

kepada calon responden, (5) anonymity, peneliti tidak mencantumkan nama pada

lembar kuesioner dan hanya memberikan inisial dan kode saja, dan (6)

confidentiality, semua informasi yang diberikan oleh responden dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, data-data yang tidak terpakai disimpan oleh

peneliti.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Singkat Lokasi Penelitian

Tahun 1935 didirikan “Doorgangshuizen Voor Krankzinnigen” (Rumah

Sakit Jiwa) di Glugur, sebagai Rumah Sakit Jiwa yang ke-5 dan memiliki

kapasitas 26 tempat tidur sampai dengan pada masa pendudukan Jepang Tahun

1943. Dengan adanya pendudukan tentara sekutu (1943-1947) penderita gangguan

jiwa Rumah Sakit Glugur dievakuasi ke Dolok Merangir ± 100 km dari Medan ke

arah Pematang Siantar dan selama ± 3 tahun lamanya berada di Dolok Merangir.

Pada tahun 1950 penderita gangguan jiwa dipindahkan oleh Tentara Belanda ke

bekas Rumah Sakit Harrison dan Crossfield serta sebagian ditampung di Rumah

Penjara Pematang Siantar. Tahun 1950 sampai dengan 1958 dibuka Poliklinik

Psikiatri yang merupakan Annex Rumah Sakit Jiwa Pematang Siantar terletak di

Jl. Timor No.19 Medan. Tahun 1958 sampai dengan 1981 Rumah Sakit milik

Belanda (Zieken Verpleging) letaknya di Jln. Timor No. 10 Medan dimanfaatkan

sebagai Rumah Sakit Jiwa Medan dan menampung pasien rawat inap dari

Pematang Siantar dengan kapasitas 200 tempat tidur.

Berdasarkan Surat Menkes. RI Nomor 1897/Yankes/DKJ/78 dan dengan

Persetujuan Menteri Keuangan tanggal 8 Desember 1978 Nomor S-

849/MK/001/1978 Rumah Sakit Jiwa di Medan di ruislaag dan dipindahkan ke

lokasi baru (tanggal 5 Februari 1981) terletak di terusan Padang Bulan Km. 10 Jl.

Bekala Lama, Kampung Mangga Kecamatan Medan Johor dengan luas tanah ±

Universitas Sumatera Utara


38.000 m2 (3,8 Ha) dan luas bangunan 5.709 m2. Dengan adanya pengembangan

Kota Medan, alamat Rumah Sakit Jiwa diganti dengan alamat baru yaitu Jln.

Letjend. Djamin Ginting Km. 10 atau Jln. Tali Air No. 21 Medan, baru kemudian

diresmikan pada 15 Oktober 1981 oleh Menteri Kesehatan RI (Dr. Suwardjono

Suryaningrat) yang memiliki kapasitas sebanyak 450 tempat tidur, yang

merupakan RS. Jiwa Departemen Kesehatan.

Setelah otonomisasi dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003, Rumah

Sakit Jiwa Medan merupakan UPT Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

Kemudian sesuai dengan Perda Nomor 8 Tahun 2004 dan Surat Keputusan

Gubernur Sumatera Utara Nomor: 188.34/2641/K/2004, tentang Petunjuk

Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara, maka Rumah Sakit Jiwa

Pusat Medan menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan satu-

satunya Rumah Sakit Jiwa Pemerintah yang ada di Provinsi Sumatera Utara

yang memiliki kemampuan pelayanan diklasifikasikan Kelas A dengan sifat

kekhususannya dikategorikan dengan Tipe B. Selain melaksanakan pelayanan

kesehatan jiwa juga menyelenggarakan pendidikan yang meliputi:

Keperawatan (D3, D4, S1) dan Program Pendidikan Dokter (S1 Kedokteran

dan Program Pendidikan Dokter Spesialis) yang masing-masing bekerjasama

dengan institusi Pendidikan Kesehatan se-Provinsi Sumatera Utara dan

Fakultas Kedokteran (FK-USU, FK-UISU, FK-UMI). Dengan kemampuan

pelayanan yang dimiliki, saat ini Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera

Utara juga merupakan Rumah Sakit Jiwa Rujukan bagi rumah sakit lain yang

Universitas Sumatera Utara


ada di Provinsi Sumatera Utara dan bagi rumah sakit-rumah sakit umum yang

ada di Pulau Sumatera.

Seiring meningkatnya orang penderita gangguan jiwa, rata-rata rawat jalan

Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem menangani pasien 40-50 orang

per hari, dan 3-5 orang diantaranya merupakan pasien baru rawat inap. BOR lebih

dari 100%, pasien UGD yang berkunjung sebanyak 4 orang per hari (pelayanan di

luar jam kerja) (Profil RSJ Prof. DR. Muhammad Ildrem, 2014).

Visi Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan yaitu

menjadi pusat pelayanan kesehatan jiwa secara profesional yang terbaik di

Sumatera Utara, sedangkan misinya adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Jiwa paripurna, terpadu dan

komprehensif.

2. Mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa dan fisik berdasarkan mutu

dan profesionalisme.

3. Meningkatkan penanggulangan masalah psikososial di masyarakat melalui

jejaring pelayanan kesehatan jiwa.

4. Melaksanakan pendidikan dan penelitian kesehatan jiwa terpadu dan

komprehensif.

5. Melaksanakan tata kelola rumah sakit yang baik.

4.2 Analisa Univariat

Universitas Sumatera Utara


4.2.1 Karakteristik Perawat Pelaksana

Berdasarkan data yang diperoleh dari 85 responden pada penelitian ini

dapat digambarkan karakteristik perawat pelaksana berdasarkan umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan lama kerja di Rumah Sakit

Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Identitas Perawat PelaksanaBerdasarkan Umur dan Masa
Kerja di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan Tahun 2015
(n=85)
N Variabel Nilai Mean Median Modus SD SE
o Min Maks
1 Umur 22 57 39.13 39.00 48 8.562 0.929

2 Lama 1 35 13.91 14.00 6 8.874 0.963


Kerja

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa usia perawat paling rendah 22

tahun dan maksimal 57 tahun. Rata – rata usia perawat pelaksana yaitu 39,13 usia

tengah 39,00 dan usia perawat paling banyak berusia 48 tahun dengan SD = 8,562

dan SE = 0,929. Paling rendah perawat bekerja 1 tahun dan maksimal 35 tahun.

Rata – rata perawat sudah bekerja 13,91 tahun dengan Median = 14,00. Mayoritas

perawat bekerja selama 6 tahun dengan SD = 8,874, SE = 0,963.

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Perawat Pelaksana Berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat
Pendidikan dan Status Pernikahan di RS Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem
Medan Tahun 2015 (n = 85)

Universitas Sumatera Utara


No Variabel Frekuensi Presentase (%)
1 Jenis kelamin:
Laki-laki 11 12.9
Perempuan 74 87.1
2 Tingkat pendidikan:
DIII Keperawatan 36 42.4
Ners 47 55.3
S2 Keperawatan 2 2.4
3 Status pernikahan:
Tidak menikah 7 8.2
Menikah 78 91.8
Jumlah 85 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa mayoritas perawat di Rumah

Sakit Jiwa adalah perempuan sebanyak (87,1%) dan mayoritas memiliki latar

belakang pendidikan Ners sebanyak (55,3%) dan mayoritas perawat sudah

menikah (91,8%).

4.2.2 Perilaku Caring Perawat Pelaksana Rumah Sakit Jiwa Prof.

Dr. Muhammad Ildrem Medan

Berdasarkan hasil penelitian tentang identitas responden berdasarkan

perilaku caring perawat pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dalam

asuhan keperawatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Perilaku caring Perawat Pelaksana di RS Jiwa Prof. DR.
Muhammad Ildrem Medan tahun 2015 ( n = 85)
No Perilaku Caring f %
1 Baik 30 35.3
2 Kurang Baik 55 64.7
Jumlah 85 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas perawat pelaksana

memiliki perilaku caring yang kurang baik sebanyak (64,7%).

4.2.3 Motivasi Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.

Muhammad Ildrem Medan

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil penelitian tentang identitas responden berdasarkan

motivasi perawat pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dalam asuhan

keperawatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Perawat Pelaksana tentang Motivasi Kerja di RS Jiwa Prof.
DR. Muhammad Ildrem Medan tahun 2015 (n = 85)
No Motivasi f %
1 Tinggi 38 44.7
2 Rendah 47 55.3
Jumlah 85 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas perawat pelaksana

memilikimotivasi kerjayang redah sebanyak (55,3%).

4.2.4 Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.

Muhammad Ildrem Medan tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian tentang identitas responden berdasarkan kinerja

perawat pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dalam asuhan

keperawatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.
Distribusi Frekuensi kinerja Perawat Pelaksana di RS Jiwa Prof. DR. Muhammad
Ildrem Medan tahun 2015 (n = 85)
No Kinerja f %
1 Baik 35 41,2
2 Kurang Baik 50 58,8
Jumlah 85 100.0

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa mayoritas perawat pelaksana

memiliki kinerja yang kurang baik sebanyak (58,8%).

4.3 Analisa Bivariat

Universitas Sumatera Utara


4.3.1 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Perawat Pelaksana

Menerapkan Prinsip Etik dalam Asuhan Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian hubungan motivasi dengan kinerja perawat

pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 4.6
Hasil Uji Chi-Square Antara Motivasi dengan Kinerja Perawat Pelaksana
Menerapkan Prinsip Etik dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof.
DR. Muhammad Ildrem Medan Tahun 2015 ( n = 85)
Motivasi Kinerja Perawat Total p value
Baik Kurang Baik
f % F % f % 0,001
Tinggi 28 32,9 10 11,8 38 44,7
Rendah 7 8,2 40 47,1 47 55,3

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa perawat pelaksana di Rumah

Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medanmayoritas memiliki

motivasikurang (55,3%) dan kinerja yang kurang baik (47,1%). Dan perawat

pelaksanayang memiliki motivasitinggi (44,7%)dan kinerja yang baik (32,9%).

Setelah di uji chi-square didapatkan hasil p value = 0,001. Hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi perawat

pelaksana dengan kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR.

Muhammad Ildrem Medan tahun 2015.

4.3.2 Hubungan Perilaku Caring dengan Kinerja Perawat Pelaksana

Menerapkan Prinsip Etik dalam Asuhan Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil penelitian hubungan perilaku caring dengan kinerja

perawat pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.7
Hasil Uji Chi-Square Antara Perilaku Caring dengan Kinerja PerawatPelaksana
Menerapkan Prinsip Etik dalam Asuhan Keperawatan di RS Jiwa Prof. DR.
Muhammad Ildrem Medan Tahun 2015 (n = 85)
Kinerja Perawat
Perilaku Total p value
Baik Kurang Baik
Caring
f % f % f %
Baik 25 29,4 5 5,9 30 35,3 0,001
Kurang Baik 10 11,8 45 52,9 55 64,7

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa mayoritas perawat pelaksana

yang memiliki perilaku caringyang kurang baik(64,7%) dan kinerja yang kurang

baik (52,9%). Sedangkan perawat pelaksana yang perilaku caring baik

(35,3%)dan kinerja yang baik (11,8%).

Setelah di uji chi-square didapatkan hasil p value = 0,001. Hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku caringdengan

kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem

Medan tahun 2015.

4.4 Analisa Multivariat

Untuk mengetahui variabel yang paling berhubungan dengan kinerja

perawat menerapkan prinsip etik keperawatan dalam asuhan keperawatan.

Analisis multivariat pada penelitian ini menggunakan uji regresi logistik berganda

(multiple logistic regression) melalui beberapa langkah yaitu:

a. Memilih variabel yang potensial dimasukkan dalam model. Variabel

yang dipilih sebagai kandidat atau yang dianggap signifikan yang

Universitas Sumatera Utara


memiliki nilai p-value<0,25 pada uji bivariat selanjutnya dimasukkan

secara bersama-sama dalam uji multivariat.

b. Penggunaan kemaknaan statistik 0,25 dalam uji regresi logistik

berganda ini yaitu untuk memungkinkan variabel-variabel yang secara

terselubung sesungguhnya penting dimasukkan ke dalam model

multivariat.

c. Dari hasil uji bivariat, seluruh variabel yang diteliti dijadikan kandidat

model pada uji logistik ganda adalah variabel perilaku caring, motivasi

dan kinerja perawat karena memiliki nilai p<0,25.

d. Selanjutnya dilakukan pengujian secara bersamaan dengan metode

Backward Stepwise ( Likelihood Ratio) untuk mengidentifikasi variabel

yang paling berpengaruh terhadap kinerja perawat.

Hasil analisis variabel yang masuk dalam model regresi logistik adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.8
Variabel Yang Masuk Dalam Model Regresi Logistik
No Variabel p value
1 Motivasi 0,001
2 Perilaku Caring 0,001

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan semua variabel bisa masuk ke dalam

model regresi logistik karena p value< 0,25.Hasil analisis multivariat dengan uji

regresi logistik ganda diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi Logistik Berganda
Variabel Tidak
Baik p OR CI 95%
Baik

Universitas Sumatera Utara


n % n % Min Maks
Baik 28 32,9 10 11,8
0,0 0,01
Motivasi Kurang 0,063 0,252
7 8,2 40 47,1 01 5
Baik
Baik 25 29,4 5 5,9
0,0 0,01
Perilaku Caring Kurang 10 11,8 45 52,9 0,044 0,192
01 0
Baik

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel motivasi perawat yang

lebih berhubungan dengan kinerja perawat dengan OR = 0,063 sedangkan

variabel perilaku caring dengan OR = 0,044.

Model regresi logistik dari uji multivariat ini yaitu:

𝑦𝑦 = 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 + 𝑎𝑎1𝑥𝑥1 + 𝑎𝑎2 + ⋯ … . +𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎

𝑦𝑦 = 2,890 + (−2,773 𝑋𝑋 1) + (−3,114 𝑋𝑋1)

𝑦𝑦 = 2,890 − 5.887

𝑦𝑦 = −2.997

1
𝑃𝑃 =
1 + 𝑒𝑒 −𝑦𝑦

1
𝑃𝑃 =
1 + 2.7− (2.997)

1
𝑃𝑃 =
1 + 20,02

1
𝑃𝑃 =
21.02

𝑃𝑃 = 0.047𝑋𝑋 100%

𝑃𝑃 = 4.7%

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa 4,7% kinerja

perawat pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dalam asuhan

keperawatan berhubungan dengan perilaku caring dan motivasi perawat pelaksana

di ruang rawat inap Rumah sakit Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Perilaku caringperawat pelaksanadi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.

Muhammad Ildrem Medan

Hasil analisis univariat didapatkan gambaran bahwa perilaku caring

perawat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan

tergolong kurang baik (64.7%). Dari hasil kuesioner Perilaku caring yang kurang

diaplikasikan adalah dimensi Respecful kuesioner no 1-8 yaitu kuang menanggapi

rasa hormat pada klien.

Hasil penelitian ini di dukung oleh hasil penelitian Juliani (2009) hasil

pelaksanaan perilaku caring perawat masih rendah(54,2%)diruang rawat inap dan

beban kerja perawat memiliki hubungan yang signifikan terhadap pelaksanaan

perilaku caring. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian dari Agustini

(2007) yang menyatakan bahwa lebih dari separuh responden (51%) bersikap

caring dan (49%) responden yang belum bersikap caring. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku caring masih belum sepenuhnya

diterapkan oleh perawat dalam melakukan perawatan terhadap pasien sehingga

perilaku caring perawat masih perlu ditingkatkan.

Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan hasil penelitian diatas adalah

yang dilakukan Ariani (2006) yang bertujuan mengidentifikasi perilaku caring

perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien di ruang rawat inap

Rindu B2 RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan bahwa (88,6%) perawat

sudah berperilaku caring dan (11,4%) perawat tidak berperilaku caring.

Universitas Sumatera Utara


Peneliti berpendapat dengan teridentifikasinya perilaku caring perawat

pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan yang

tergolong kurang baik maka potensi untuk pelaksanaan pelayanan keperawatan di

Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan perlu perhatian. Menurut

peneliti Penerapan manajemen di keperawatan sekarang ini menjadi hal yang

sangat penting untuk dilakukanuntuk mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan sebelumnya. Maka pihak Rumah Sakit perlu mengevaluasi kembali

fungsi-fungsi manajemen diantaranaya planning, organizing, actuating dan

controlling, keempatnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berhubungan

satu sama lain yang mempunyai peranan sama pentingnya.

Fungsi manajemen yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah fungsi

organizing. Organizing adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun

semua sumber daya yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara efisien

untuk mencapai tujuan organisasi. Sumber daya organisasi yang merupakan

sentral adalah sumber daya manusia karena itu proses staffing sangat menentukan

keberhasilan pencapaian organisasi dengan merekrut staf yang kompeten dan

membuat staf yang telah direkrut menjadi loyal terhadap organisasi.

Menurut peneliti peran perawat manager dalam membuat perawat

pelaksana loyal terhadap organisasi adalah dengan memotivasi staf agar dapat

meningkatkan kinerja sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesi dan

organisasi. Peran perawat manager dalam memotivasi perawat pelaksana dengan

baik hanya dapat dilakukan jika manager mengetahui secara pasti faktor-faktor

yang dapat meningkatkan kinerja bawahannya. Penelitian sebelumnya dan

Universitas Sumatera Utara


literatur yang ada menjelaskan adanya hubungan antara kinerja dengan perilaku

caring dan hal-hal yang ada di dalam maupun di luar pekerjaan yang dapat

memotivasi perawat dalam kinerja.

Perilaku caring adalah esensi dari keperawatan yang dapat memotivasi

perawat untuk berperilaku sesuai dengan standar profesional dan standar etik

karena aspek-aspek afektif dalam perilaku caring seperti altruisme, penghargaan

terhadap manusia dan kehidupan serta rasa cinta, demikian juga hal-hal yang ada

di pekerjaan perawat dapat memotivasi perawat dalam meningkatkan kinerja,

tidak terkecuali kinerja menerapkan prinsip etik. Prinsip etik keperawatan adalah

landasan moral bagi perawat yang merupakan pendorong bagi perawat untuk

menampilkan kinerja keperawatan secara profesional yang diwujudkan dalam

pengetahuan, sikap maupun perilaku.

Perilaku caring perawat pelaksanayang kurang baik disebabkan pihak

rumah sakit belum menjadikan perilaku caring sebagai kompetensi penting dalam

tindakan keperawatan dan belum menciptakan lingkungan yang mendukung dan

yang dapat menimbulkan budaya perilaku caring. Pihak Managerpun belum

maksimal berupaya sebagai role model dalam berperilaku caring, serta hasil

wawancara dan surver langsung dilihat dari peran dan fungsi

managemenperencanaan belum ada perencanaan terstrukturpengembangan

sumber daya manusia pelaksanaan seminar dan pelatihan tentang caring bagi

perawat pelaksana maupun kepala ruang dan wakil kepala ruang.

Perilaku Caring perawat sangat penting dalam memenuhi kepuasan

pasien, hal ini menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan di sebuah rumah

Universitas Sumatera Utara


sakit.Hal ini merupakan sentral praktik keperawatan, juga merupakan suatu cara

pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan

kepeduliannya terhadap pasien. Perawat adalah orang yang menjadi salah satu

kunci dalam memenuhi kepuasan pasien. Oleh karena itu, perilaku caring

perawat dapat memberikan pengaruh dalam pelayanan yang berkualitas kepada

pasien (Prompahakul, Nilmanat, & Kongsuwan, 2011).

5.2 Motivasi di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa motivasi kerja perawat

pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan masih rendah

(55.3%).

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan

(Marquis & Huston, 2006). Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan

perilaku yang diarahkan untuk mencapai kepuasan (Swansburg & Swansburg,

1999). Motivasi kerja mendorong pegawai untuk menampilkan kinerja yang

optimal guna mewujudkan tujuan organisasi.

Motivasi merupakan suatu proses dimana kebutuhan kebutuhan

mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke

tercapainya suatu tujuan tertentu (Mangkunegara, 2009). Motivasi kerja di sini

suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang untuk terus meningkatkan,

mengarahkan serta memelihara perilakunya yang berhubungan baik secara

langsung maupun tidak langsung dengan lingkungan kerjanya (Gibson, 1996).

Universitas Sumatera Utara


Menurut pendapat peneliti dilihat dari peran dan fungsi managemen

pengarahan sebagai unsur penting dalam mencapai tujuan pegawai dan organisasi.

Pengarahan yaitu menciptakan suasana yang memotivasi, membina komunikasi

organisasi, menangani konflik, memfasilitasi kerjasama, negosiasi, dan dampak

tawar menawar kolektif. Maka peran dan fungsi menagemen pengarahanperawat

manager kurang optimal dalam memotivasi staf agar dapat meningkatkan kinerja

sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesi dan organisasi, serta belum

optimalnya menciptakan lingkungan, mendukung, mempengaruhi kolega dan

berinteraksi secara personal dengan tim kerja untuk menghasilkan motivasi

pekerja, serta sebagai role model, pendengar, dan pendukung serta pendorong bagi

pekerja yang mengalami penurunan motivasi.

Faktor utama yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah motivasinya

dalam bekerja. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak

menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks

belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.

Motivasi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh

langsung terhadap kinerja individu dalam suatu organisasi. Anggota organisasi

bersedia meningkatkan kinerja jika ada keyakinan bahwa kebutuhan, tujuan,

harapan, keinginan dan keperluannya dapat tercapai dan dipenuhi oleh organisasi

Universitas Sumatera Utara


5.3 Kinerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem

Medan masih kurang baik

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa kinerja perawat pelaksana di

Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan masih kurang baik

(58.8%).

Menurut peneliti kinerja perawat pelaksana menerapkan etik kurang baik

di Rumah sakit jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan ini disebabkan karena

fenomena di praktek keperawatan jiwa ini cukup kontroversial ketika menerapkan

prinsip etik salah satunya prinsip etik otonomi ketika masalah timbul antara

pilihan menghormati otonomi klien dan tanggung jawab perawat secara

profesional dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien, maka situasi ini

klienpun tidak bisa memutuskan sendiri dalam pengobatan karena gangguan jiwa

jadi harus melibatkan rekan kerja yang lain dan keluarga klien untuk memutuskan

program pengobatan klien. Dilema etik ini merupakan suatu faktor lain yang

mempengaruhi motivasi kinerja perawat palaksana rendah di Rumah sakit jiwa

Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan.

Penelitian Nanasaheb et al.,( 2011), menjelaskan bahwa Kinerja Perawat

jiwa sering dihadapkan pada dilema etik dalam praktek keperwatan jiwa dengan

keadaan yang berbeda-beda. Ini merupakan kondisi yang berat karena harus

membuat suatu pilihan atau tindakan yang kurang sempurna, keputusan yang

cepat tanpa ada waktu untuk musyawarah yang mengakibatkan kegelisahan dan

menghasilkan keputusan yang salah dan kemungkinan penyesalan.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian Gustafson et al., (2014). Perawat menghadapi banyak tantangan

yang berkaiatan dengan masalah etik dalam berinteraksi sehari-hari dengan klien

yang paling sensitive terhadap pelanggaran etik. Kerugian yang dialami klien

tersebut akan menyebabkan ketidak puasan klien yang pada akhirnya akan

berdampak pada citra dan pendapatan rumah sakit (Ismail et al., (2012).

Sebaliknya perawat yang mengetahui tentang prinsip etik dan menerapkannya

dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dan keluarga akan

menimbulkan kepuasan kepada klien dan mempertahankan hubungan antara

perawat, klien dan petugas kesehatan lain sehingga klien merasa yakin akan

mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas (Fairchild, 2010).

Penelitian lainnya yang meneliti hal terkait sistem manajemen yang

membuat perawat hanya berorientasi pada tugas dan kurang pertimbangan dalam

memutuskan permasalahan klien adalah ketidakseimbangan rasio perawat dan

klien, beban kerja yang terlalu berat, peningkatan tugas-tugas non keperawatan

yang menurunkan interaksi perawat dan klien sehingga perawat cenderung kurang

mengenal klien secara individu yang dapat menurunkan perilaku caring perawat

Faktor mempengaruhi kinerja perawat dilihat dari faktor individu perawat

meliputi karakteristik data demografi hasilnya mayoritas baik mendukung hasil

kinerja perawat yang baik bila dilihat dari teori namun hasil penelitian bertolak

belakang kinerja perawat kurang baik. Hal ini menurut peneliti motivasi perawat

belum optimal sisebabkan seluruh perawat pegawai negeri sipil (PNS) sehingga

daya saing tidak ada dan mahasiswa yang banyak silih berganti praktek di rumah

Universitas Sumatera Utara


sakit sehingga kerjaaan diambil alih oleh mahasiswa serta intensif khususpun

tidak ada seperti remunerasi belum ada sehingga bekerja hanya sebatas rutinitas.

Faktor lain yang mempengaruhi kinerja perawat dilihat dari peran dan

fungsi pengorganisasian pihak rumah sakit belum optimal menciptakan

lingkungan kerja yang positif dibutuhkan perawat untuk menjalankan tugasnya

sesuai dengan lingkup dan disiplin ilmunya dan strategi yang digunakan untuk

membangun lingkungan kerja yang etik dan menurunkan stress kerja staf

dikarenakan dilema etik. Terlihat ada perpustakaan di rumah sakit tapi tidak

dibuat programnya misalnya study kasus dan ronde keperwatan sebulan sekali

atau perperiode agar perawat menggunakan perpustakaan,dan ada pertemuan

ilmiah secara rutin mengkaji dan membahas permasalahan untuk pengembangan

dunia keperawatan yang akhirnya mempengaruhi kualitas pelayanan sehingga

meningkatkan profit Rumah sakit.

5.4 Hubungan perilaku caring dengan kinerja perawat pelaksana

menerapkan prinsip etik dalam asuhan keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku caring perawat pelaksana di

Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan mendapatkan hasil

mayoritas perawat pelaksana memiliki perilaku caring yang kurang baik (64,7%),

dan kinerja yang kurang baik (52,9%). Hasil analisis hubungan perilaku caring

dengan kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip etik dalam asuhan

keperawatan didapatkan p value = 0, 000 lebih kecil dari nilai alpha (0,05). Hasil

Universitas Sumatera Utara


ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku caring dengan

kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip etik.

Hasil penelitian yang sejalan adalah penelitian Hartati (2007) di sebuah

rumah sakit swasta di Jakarta manyatakan tingkat kepuasan pasien terhadap

pelayanan keperawatan masih kurang terutama dalam dimensi keperdulian

(caring). Menurut penelitian Malini (2009) yang mengidentifikasi perilaku caring

perawat di RS Dr. M. Djamil Padang didapati perawat masih kurang ramah dalam

melayani pertanyaan pasien, berperilaku tidak bersahabat dan jarang tersenyum.

Begitu juga dengan hasil pengamatan Suwardi (2008) terhadap komunikasi

terapeutik perawat di RSU Pandan Arang Boyolali yang dijumpai masih ada

perawat yang cenderung emosi saat menerima keluhan dari pasien, perawat yang

hanya duduk-duduk di ruang perawat, perawat yang cenderung tidak tahu

mengenai kondisi pasien, program pengobatan yang sudah diberikan dan yang

akan diberikan, serta perawat yang kurang memahami keluhan yang dirasakan

pasien. Ini menunjukkan bahwa perilaku caring masih kurang ditunjukkan oleh

perawat yang bekerja di rumah sakit.

Hasil penelitian lain yang memperjelas penelitian ini adalah yang

dilakukan oleh Simarmata (2011), tentang prilaku caring perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Medan menunjukkan bahwa 58,3% responden menunjukkan

perilaku caring yang cukup, dan 41,7% responden memperlihatkan perilaku

caring yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan

jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Medan. Perawat di Rumah Sakit Jiwa

Universitas Sumatera Utara


Daerah Provinsi Medan harus lebih memperhatikan pentingnya perilaku caring

dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien untuk tercapainya pelayanan

kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perawat pelaksana

menerapkan prinsip etik akan baik jika perilaku caring perawat juga baik.

Pendapat peneliti tentang hasil tersebut adalah perlunya upaya peningkatan kinerja

perawat pelaksana menerapkan prinsip etik melalui peningkatan perilaku caring

perawat. Meningkatkan perilaku caring perawat merupakan aspek yang penting

dalam upaya meningkatkan kinerja perawat menerapkan prinsip etik. Upaya

peningkatan perilaku caring perawat dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu

pendekatan individu, pendekatan psikologis dan pendekatan organisasi (Gibson,

Ivancevich, & Donnelly, 1996).

Menurut peneliti bahwa caring sebagai suatu proses interaksi antara

perawat dan klien yang memerlukan kerjasama antara kedua belah pihak, dan agar

klien sebagai penerima asuhan keperawatan dapat kooperatif maka perawat

diharapkan mempunyai kemampuan komunikasi terapeutik dan pengetahuan serta

keterampilan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan yang memadai

sehingga menimbulkan kepercayaan klien kepada perawat.

Penelitian yang sesuai yaitu penelitian yang dilakukan Gay (1999) dan

Kimble (2003) yang menyatakan bahwa aspek emosional sama pentingnya dengan

aspek teknik yang ditunjukkan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan.

Aspek teknik yang dianggap klien sebagai perilaku caring perawat adalah perawat

tahu apa yang dilakukan, tahu bagaimana memberikan injeksi maupun

Universitas Sumatera Utara


menggunakan peralatan keperawatan dan medis, tahu kapan memberitahukan

kepada dokter mengenai kondisi klien, perawat yang memberikan tindakan

keperawatan dan pengobatan tepat waktu. Sedangkan aspek emosional yang

dipersepsikan oleh klien yaitu mengajarkan pada klien apa yang mereka butuhkan

untuk diketahui yaitu perawat dapat menjawab pertanyaan klien secara jelas dan

dapat dapat memberikan informasi yang dibutuhkan klien dengan bahasa yang

mudah dimengerti klien serta mendengarkan keluhan dengan penuh perhatian

sehingga klien dan keluarga dapat mengungkapkan ketakutan dan

keprihatinannya. Hal ini dapat dilakukan jika perawat mempunyai kemampuan

komunikasi terapeutik yang baik.

Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan

yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan

dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart & Laraia,

2005).

Faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dalam menerapkan prinsip

etik dalam asuhan keperawatan adalah perilaku caring perawat dan motivasi

perawat (Burtson & Stichler, 2010). Perilaku caring perawat sangat erat

hubungannya dengan kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan indikator

kualitas dan efisiensi sistem pelayanan kesehatan (Merkouris et al., (2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Raffi et al., (2008) di Iran dan penelitian

yang dilakukan oleh Wolf et al. (1998) di Philadelphia menunjukan ada hubungan

antara perawat yang caring dengan kepuasan pasien.Perawat yang caring

merupakan sentral praktik keperawatan, juga merupakan suatu cara pendekatan

Universitas Sumatera Utara


yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya

terhadap pasien.

Perawat adalah orang yang menjadi salah satu kunci dalam memenuhi

kepuasan pasien. Oleh karena itu, perilaku caring perawat dapat memberikan

pengaruh dalam pelayanan yang berkualitas kepada pasien (Porter et al., (2014).

Hal ini didukung penelitian Wolf, Miller & Devine, 2010 menyatakan bahwa

kinerja staf perawat termasuk perilaku caring yang dapat memberikan kontribusi

besar terhadap kualitas pengalaman klein selama dirawat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perawat pelaksana

menerapkan prinsip etik akan baik jika perilaku caring perawat juga baik.

Pendapat peneliti tentang hasil tersebut adalah perlunya upaya peningkatan kinerja

perawat pelaksana menerapkan prinsip etik melalui peningkatan perilaku caring

perawat. Meningkatkan perilaku caring perawat merupakan aspek yang penting

dalam upaya meningkatkan kinerja perawat menerapkan prinsip etik. Upaya

peningkatan perilaku caring perawat dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu

pendekatan individu, pendekatan psikologis dan pendekatan organisasi (Gibson,

Ivancevich, & Donnelly, 1996).

Peneliti berpendapat, dengan teridentifikasinya perilaku caring perawat

pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan yang

tergolong kurang baik maka potensi untuk pelaksanaan pelayanan keperawatan di

Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan kurang maksimal sehingga

berdampak pada kepuasan klien.

Universitas Sumatera Utara


Menurut analisa peneliti disebabkan pihak rumah sakit belum sepenuhnya

menjadikan perilaku caring sebagai SOP untuk setiap tindakan dan tidak

menciptakan lingkungan yang mendukung untuk menimbulkan budaya perilaku

caring, serta belum ada perencanaan seminar dan pelatihan tentang perilaku

caring bagi perawat pelaksana maupun kepala ruang dan wakil kepala ruang,

kemudian belum ada membuat standar aturan baku dan instrumen baku penilaian

pelaksanaan perilaku caring perawat, melibatkan kepala ruang dalam proses

evaluasi perilaku caring perawat pelaksana sebagai dasar penilaian kinerja yang

menjadi pertimbangan sistem pemberian penghargaan bagi perawat.

Hasil wawancara dan pengamatan peneliti bahwa perilaku caring yang

kurang baik sehingga kinerja perawat juga kurang baik disebabkan Komite Etik

belum berjalan dengan baik terlihat laporan pelanggaran keperawatan hampir

dikatakan tidak ada karena setiap laporan belum optimal direspon dari pihak

rumah sakit. Kemudian kode etik keperawatan juga tidak dijadikan pedoman

dalam praktek terlihat dari SOP dan peraturan yang menggunakan Kode Etik

Keperawatan serta dari perilaku perawat juga tidak tergambarkan menerapkan

kode etik.

Penelitian ini membuktikan bahwa perilaku caring berhubungan dengan

kinerja menerapkan prinsip etik. Hasil ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Arquiza (1997 dalam Malau, 2008) bahwa perawat yang

mempunyai rasa menghormati terhadap keberadaan manusia maka akan

memandang klien sebagai individu yang unik dan menganggap bahwa klien

berhak mendapatkan perlakuan sesuai dengan martabatnya sebagai manusia

Universitas Sumatera Utara


sehingga perawat melakukan asuhan keperawatan dengan menerapkan prinsip etik

seperti menghormati pilihan klien, tidak membeda-bedakan klien, mengijinkan

klien berpartisipasi dalam perawatannya dan lain-lain.

5.5 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Perawat Pelaksana Menerapkan

Prinsip Etik dalam Asuhan Keperawatan

Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja perawat

pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan masih rendah

(55.3%) dan kinerja perawatnya juga menunjukkan hasil yang kurang baik

(44.7%). Hasil analisis hubungan motivasidengan kinerja perawat pelaksana

menerapkan prinsip etik dalam asuhan keperawatan didapatkan p value = 0, 000

lebih kecil dari nilai alpha (0,05). Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan yang

signifikan antara motivasidengan kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip

etik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Amelia (2008),

mengungkapkan bahwa sebanyak 58,2% kinerja perawat pelaksana asuhan

keperawatan jiwa rendah disebabkan oleh rendahnya motivasi berprestasi perawat

pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Penelitian lain

yang sejalan adalah penelitian Norman (2006), mengungkapkan bahwa kinerja

perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan belum mampu

memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada pasien, disebabkan oleh

rendahnya motivasi kerja perawat sebagai pegawai institusi pemerintahan dan

kurangnya kesadaran perawat terhadap status pekerjaan sebagai fungsi pelayanan

Universitas Sumatera Utara


kesehatan. Demikan juga hasil penelitian Juliani (2007), mengungkapkan bahwa

variabel motivasi instrinsik yang dimiliki oleh perawat pelaksana baik dari

prestasi, rasa ingin diakui orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju dan

kepuasan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana

di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi medan.

Menurut Answari (2000), secara filosofis besarnya motivasi yang dimiliki

seseorang kemudian menghantarkan orang tersebut melakukan sesuatu yang baik

dan benar. Dengan kata lain, upaya untuk mencapai prestasi yang gemilang telah

memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar. Sehingga

berbagai pola dan desain yang secara khusus dirancang untuk memberikan

motivasi kepada karyawan dalam sebuah organisasi sepenuhnya dilandaskan pada

upaya sungguh-sungguh untuk menghargai sumber daya manusia dalam

organisasi yang lazim kita sebut sebagai karyawan atau pegawai.

Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi

dengan kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip etik. Banyak literatur dan

penelitian yang membuktikan adanya hubungan yang erat antara motivasi dengan

kinerja (Gillies, 1994). Penelitian yang dilakukan oleh Baedoeri (2003)

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara semua komponen

motivasi (persepsi peran, desain pekerjaan, kondisi kerja, pengembangan karir dan

imbalan) terhadap kinerja perawat yang merupakan sikap dan pengetahuan

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Kinerja individu dalam suatu organisasi, tidak terkecuali kinerja perawat

menerapkan prinsip etik sangat tergantung pada kemampuan perawat manager

Universitas Sumatera Utara


dalam melakukan fungsi staffing yaitu merekrut staf yang kompeten serta

membuat staf loyal terhadap organisasi dengan cara memotivasi staf agar dapat

meningkatkan kinerja sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesi dan

organisasi (Aditama, 2003). Perawat manager tidak dapat memotivasi secara

langsung bawahannya, karena motivasi muncul dari dalam individu. Hal yang

dapat dilakukan manajer adalah menciptakan lingkungan, mendukung,

mempengaruhi kolega dan berinteraksi secara personal dengan tim kerja untuk

menghasilkan motivasi pekerja. Pimpinan dapat menjadi role model, pendengar,

dan pendukung serta pendorong bagi pekerja yang mengalami penurunan

motivasi. (Marquis dan Huston, 2006).

Menurut peneliti dilihat dari penerapan manajemen fungsi organizing

keperawatan sekarang ini menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan

Pengarahan dalam pelayanan keperawatan merupakan kegiatan yang terstruktur

untuk menciptakan iklim kerja yang kondusif melalui kemampuan interpersonal

manajer dalam memotivasi dan membimbing staf sehingga dapat meningkatkan

kinerja. Evaluasi pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan secara obyektif

sebagai upaya yang dapat mendorong terjadinya perubahan perkembangan sistem

dalam peningkatan mutu pelayanan.

Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer

perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitasnya. Proses

penilaian kinerja dapat digunakan secar efektif dalam mengarahkan perilaku

pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume

yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara


Perawat manajer dapat menggunakan hasil penilaian kinerja untuk

mengatur arah kerja dalam memilih, melatih, bimbingan perencanaan karier, serta

pemberian penghargaan kepada perawat yang kompeten .

Perencanaan pelayanan merupakan fungsi utama pengelolaan dan landasan

kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pelayanan, perencanaan disusun

berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data dari seluruh sumber daya (

manusia, fasilitas, peralatan dan dana) dan kegiatan pelayanan yang ada.

5.6 Variabel Yang Paling Berpengaruh Berhubungan Dengan Kinerja

Perawat Pelaksana Menerapkan Prinsip Etik Keperawatan

Berdasarkan hasil analisis semua variabel bisa masuk ke dalam model

regresi logistik karena p value< 0,25. Kemudian hasil analisis multivariat regresi

logistikdidapatkan hasil variabel motivasi perawat yang lebih dominan

berhubungan dengan kinerja perawat dengan OR = 0,063 sedangkan variabel

perilaku caring dengan OR = 0,044. Perawat yang memiliki motivasi kurang baik

memiliki resiko 0,063 melakukan kinerja yang kurang baik sedangkan perawat

yang memiliki perilaku caring kurang baik memiliki resiko 0,044 melakukan

kinerja kurang baik.

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perilaku caring dan motivasi yang

mempengaruhi kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip etik. Hal ini

bersesuaian dengan pendapat Burtson & Stichler (2010). Faktor yang

mempengaruhi kinerja perawat dalam menerapkan prinsip etik dalam asuhan

keperawatan adalah perilaku caring perawat dan motivasi perawat.

Universitas Sumatera Utara


Banyak literatur dan penelitian yang membuktikan adanya hubungan yang

erat antara motivasi dengan kinerja (Gillies, 1994). Penelitian yang dilakukan oleh

Baedoeri (2003) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara semua

komponen motivasi (persepsi peran, desain pekerjaan, kondisi kerja,

pengembangan karir dan imbalan) terhadap kinerja perawat yang merupakan sikap

dan pengetahuan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Praktek keperawatan yang didasarkan pada kewenangan yang jelas dan

tanggung jawab terhadap tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien

membuat perawat termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya (CRNBC, 2007).

Rowell (2003 dalam ICN, 2007) menyatakan lebih lanjut bahwa pengaturan

praktek keperawatan adalah hal yang dibutuhkan oleh perawat untuk menjalankan

tugasnya sesuai dengan ruang lingkup dan ilmunya agar menghasilkan pelayanan

keperawatan yang berkualitas.

Pernyatan-pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa adanya kesadaran

perawat terhadap tanggung jawab pekerjaannya perlu juga didukung oleh aturan

atau kebijakan organisasi yang memberikan kejelasan kewenangan dan tanggung

jawab pada praktek keperawatan sehingga perawat akan semakin termotivasi

dalam meningkatkan kinerjanya karena tahu secara jelas tanggung jawab yang

diembannya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dan tahu bahwa

apa yang dilakukannya sesuai dengan kebijakan yang berlaku di RS serta tahu

harapan organisasi terhadap dirinya dalam hal ini yang diharapkan diwujudkan

perawat dalam kinerjanya.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Herzberg (1959 dalam Ilyas, 2001), mengemukakan kinerja

seseorang dipengaruhi motivasi, dimana seseorang yang termotivasi akan lebih

bertanggung jawab pada pekerjaannya dan berusaha meningkatkan diri. Pendapat

Herzberg mendukung hasil penelitian bahwa motivasi sangat berpengaruh

terhadap kinerja dalam mencapai tujuan organisasi.

5.2 Keterbatasan Penelitian Proses Pengumpulan Data

Peneliti melakukan proses pengumpulan data pada waktu-waktu dimana

perawat tidak sibuk dengan aktivitas pemberian asuhan keperawatan kepada klien,

tetapi meskipun telah dipilih waktu dimana perawat tidak sibuk, tetap saja pada

penelitian ini ada 5 perawat yang menunda mengisi kuesioner karena ada kejadian

yang mengharuskan perawat mendatangai klien. Hal ini dapat mempengaruhi

hasil karena terkadang perawat lupa atau menjadi tidak fokus pada saat mengisi

kuesioner yang tertunda tersebut.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian analisis hubungan

perilaku caring dan motivasi dengan kinerja perawat pelaksana menerapkan

prinsip etik keperawatan dalam asuhan keperawatan di di Rumah Sakit Jiwa Prof.

DR. Muhammad Ildrem Medan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan perilaku caring perawat pelaksana di Rumah Sakit Prof. DR.

Muhammad Ildrem Medan menunjukkan hasil kurang baik, hal ini

disebabkan pihak rumah sakit belum optimal menjadikan perilaku caring

sebagai kompetensi penting dalam tindakan keperawatan dan belum

memperhatikan hal-hal yang dapat mendukung terciptanya lingkungan

budaya perilaku caring.

2. Motivasiperawat pelaksana di Rumah Sakit Prof. DR. Muhammad Ildrem

Medan menunjukkan hasil motivasi rendah, dilihat dari Peran dan fungsi

menagemen pengarahan perawat manager kurang optimal dalam

memotivasi staf agar dapat meningkatkan kinerja sesuai dengan standar

yang ditetapkan oleh profesi dan organisasi, serta belum optimalnya

menciptakan lingkungan, mendukung, mempengaruhi kolega dan

berinteraksi secara personal dengan tim kerja untuk menghasilkan motivasi

pekerja, serta sebagai role model, pendengar, dan pendukung serta

pendorong bagi pekerja yang mengalami penurunan motivasi.

Universitas Sumatera Utara


3. Kinerja perawat pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dalam

asuhan keperawatan di Rumah Sakit Prof. DR. Muhammad Ildrem Medan

menunjukan hasil kinerja yang kurang baik, terkait sistem manajemen yang

membuat perawat hanya berorientasi pada tugas dan kurang pertimbangan

dalam memutuskan permasalahan klien adalah ketidakseimbangan rasio

perawat dan klien, beban kerja yang terlalu berat, peningkatan tugas-tugas

non keperawatan yang menurunkan interaksi perawat dan klien sehingga

perawat cenderung kurang mengenal klien secara individu yang dapat

menurunkan perilaku caring perawat.

4. Perilaku caring berhubungan secara signifikan dengan kinerja perawat

pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dalam asuhan keperawatan,

karena kinerja staf perawat termasuk perilaku caring yang dapat

memberikan kontribusi besar terhadap kualitas pengalaman klein selama

dirawat.

5. Motivasi berhubungan secara signifikan dengan kinerja perawat pelaksana

menerapkan prinsip etik keperawatan dalam asuhan keperawatan, karena

semua komponen motivasi (persepsi peran, desain pekerjaan, kondisi kerja,

pengembangan karir dan imbalan) terhadap kinerja perawat yang merupakan

sikap dan pengetahuan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan,

yang berupaya dapat mendorong terjadinya perubahan perkembangan sistem

dalam peningkatan mutu pelayanan.

6. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja perawat

pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dalam asuhan keperawatan

Universitas Sumatera Utara


adalah variabel motivasi, motivasi sangat berpengaruh terhadap kinerja dalam

mencapai tujuan organisasi, dimana seseorang yang termotivasi akan lebih

bertanggung jawab pada pekerjaannya dan berusaha meningkatkan diri.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti memberi saran sebagai berikut:

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Direktur Rumah Sakit melakukan upaya dalam memotivasi perawat dalam

mengoptimalkan kinerja perawat menerapkan prinsip etik melalui: Pemberlakuan

sistem remunerasi dan pemberlakuan sistem jenjang karier untuk perawat klinik

maupun perawat manager berdasarkan pada tingkat pendidikan, masa kerja,

pelatihan yang dimiliki, kompetensi dan tanggung jawab serta berdasarkan

penilaian kinerja dengan memasukkan unsur caring sebagai salah satu kriteria

penilaian kinerja perawat.

Kasie Keperawatan melakukan upaya dalam memotivasi perawat

pelaksana dalam mengoptimalkan kinerja menerapkan prinsip etik melalui:

a. Melakukan evaluasi terhadap peraturan, peran dan prosedur yang belum jelas

bagi perawat. Kasie Keperawatan harus melibatkan perawat pelaksana dalam

mengembangkan kebijakan tentang peran yang jelas terkait otonomi perawat,

kepatuhan perawat dalam mengikuti dan memenuhi aturan praktik

keperawatan, mendorong dan mendukung perawat pelaksana menerapkan

prinsip etik agar mempunyai inisiatif dalam memenuhi aturan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara


b. Memberikan tanggung jawab yang lebih besar bagi perawat-perawat yang

mempunyai kompetensi baik (kemampuan klinik dan managerial) serta

mempunyai kredibilitas yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya

pemberlakuan sistem jenjang karier untuk perawat klinik maupun perawat

manager.

c. Memberikan penghargaan dalam bentuk materi dan immateri yang diharapkan

dapat memotivasi perawat dalam menerapkan prinsip etik. Penghargaan

immateri berupa pengakuan terhadap perawat yang berprestasi melalui piagam

penghargaan, penobatan sebagai perawat berprestasi, pujian dari pihak

manager rumah sakit dan atasan serta promosi jabatan sesuai dengan

prestasinya. Prestasi kerja juga dapat digunakan sebagai dasar penilaian poin

dalam pemberian insentif sehingga ada perbedaan antara perawat yang

berkinerja baik dengan yang tidak baik.

Kasie Keperawatan melakukan upaya dalam meningkatkan perilaku caring

perawat pelaksana dalam mengoptimalkan kinerja menerapkan prinsip etik

melalui:

a. Meningkatkan budaya perilaku caring di rumah sakit dalam pemberian

asuhan keperawatan kepada klien sehingga perlu disusun aturan baku

pelaksanaan perilaku caring bagi perawat pelaksana serta adanya

pelaksanaan supervisi secara berkala sebagai proses pengulangan dalam

pemantapan budaya caring.

Universitas Sumatera Utara


b. Pelatihan dan seminar perilaku caring untuk meningkatkan pengetahuan

perawat pelaksana tentang caring dan penerapannya dalam mamberikan

asuhan keperawatan terhadap klien.

c. Adanya pembinaan yang intensif baik dalam bentuk studi kasus maupun

pelatihan kepada para kepala ruang yang berkaitan dengan kepemimpinan

dan perilaku caring perawat karena kepala ruang adalah first liner

manager dalam keperawatan dan merupakan role model bagi perawat

pelaksana dalam berperilaku caring

Perawat pelaksana RS Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan untuk

lebih menumbuhkan rasa cinta dan memiliki terhadap profesi keperawatan dengan

cara melakukan introspeksi diri terkait perilaku caring dan motivasi serta kinerja

menerapkan prinsip etik dalam asuhan keperawatan.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Pribadi caring dapat muncul dari institusi yang secara terus menerus

melakukan pengembangan mutu yang selaras dengan hal tersebut, tidak hanya

institusi pendidikan melainkan juga institusi tempat tempat praktek serta sarana

praktek yang sesuai dengan laju perkembangan pendidikan keperawatan.

3. Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian lain yang merupakan kelanjutan dari penelitian ini diharapkan

menyempurnakan hasil dari penelitian ini dengan melakukan penelitian lanjutan

untuk mengetahui faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kinerja perawat

pelaksana menerapkan prinsip etik keperawatan dalam asuhan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Acharya, S. (2005). The ethical climate in academic dentistry in india:faculty and


student perceptions. Journal of Dental Education, 69(6), 671- 680. Maret
17, 2010. http://www.jdentaled.org/cgi/reprint/69/6/671.pdf.

Aditama, T.Y. (2002). Manajemen administrasi rumah sakit (2nded.). Jakarta:


Penerbit Universitas Indonesia.

Aghdam, A. M., Hassankhani, H.., Zamanzadeh, V., Khameneh, S., &


Moghaddam, S. (2013). Knowledge and performance about nursing ethics
codes from nurses’ and patients’ perspective in Tabriz teaching hospitals,
Iran. Journal of Caring Science,2(3), 219-227.

Ahmadi, F., Jafari, T., & Homauni, G. (2011). Survey relationship between
personality and motivation as well as job satisfaction in inspection
organization in Iran. 3(2).

Aiken, D., & Catalano, J.T., (1994). Legal, ethical, and political issues in nursing.
Philadelphia: F.A. Davis Company.

Alexis, O. (2009). Overseas trained nurses’ perception of uk nurses’ caring


attitudes: a quality study. International Journal of Nursing Practice. 15,
265-270.

Alligood, M. R.,& Tomey, A. M. (2010). Nursing theorists and their work. (7th
ed). missouri: elsevier Inc.

Amstrong, M. (2006). A Handbook of human resource management practice. (10th


ed).LondonAndPhiladelpia: Kogan Page.

Aprizal, Kuntjoro,& Probondari. (2008). Kepuasan kerja perawat di rsj prof hb


sa’anin padang. KMPK. Maret 5, 2010. http://www.lrc-
kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/No.17_Yana_04_08.pdf.

Arikunto, S. (2009). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, A. (1996). Pengantar administrasi kesehatan.(Edisi 1). Jakarta: Bina


Rupa Aksara.

Baidoeri, S., (2003). Hubungan antara karakteristik individu, motivasi kerja


perawat dan kepemimpinan kepala ruangan rawat inap dengan kinerja
perawat di ruang rawat inap rumah sakit islam asshobirin tangerang tahun
2003. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak
dipublikasikan.

Universitas Sumatera Utara


Bakhsh, M.R., & Monfared, M. T. (2014). Investigasi the relationship between
motivation and the learner’s satisfaction of different training methods of
management.3(6).

Baldursdottir, G., Jonsdottir, H., Reykjavik, & Iceland. (2002). The importance of
nurse caring behaviors as perceived by patients receiving care at
anemergencydepartment. Heart & Lung, 31(1).

Baron, R.A., & Greenberg, J. (1990). Behavior in organizations: understanding


and managing the human side of work. Boston: Allyn & Bacon.

Beauchamp, T.L., & Childress, J.F. (1994). Principles of biomedical ethics (4th
ed). New York: Oxford University Press.

Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2015). Kozier ERB’S fundamental of
nursing: concepts, prosess and practice. (10th ed).Amerika: Pearson.

Bloom et al. (2000). Genes, environment, and human behavior. Colorado:


Colorado Springs.

Boykin, A.,& Schoenhofer, S. O. (2013). Nursing as caring. a model for


transforming practice. NLN Press.

Boyle, S.M. (2004). Nursing characteristics and patient outcome. Economic


Jurnal, 22(3), 111-119.

Brunton, B. (2000). Nurse Practitioners’ Perceptions of Their Caring Behaviors.


Journal of the American Academy of Nurse Practitioner,12, 11.

Buick, I., & Thomas, M. (2001). Why do middle manager in hotel burnout?
International Journal of Contemporary Hospitality Management, 13(6),
304-309.

Burdahyat (2009).Hubungan budaya organisasi dengan kinerja perawat


pelaksana di RSUD Sumedang tahun 2009. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Burtson, P. L.,& Stichler, J. F. (2010). Nursing work environment and nurse


caring: relationship among motivational factors.

Canadian Nurses Association. (2004). Everyday ethics. Ottawa: Author. Januari 2,


2010. http://www.cna-
aiic.ca/CNA/documents/pdf/publications/EverydayEthics_e.pdf.

__________, (2008). Code of ethics for registered nurses. Ottawa: Author. Januari
14, 2010.

Universitas Sumatera Utara


http://www.cnaiic.ca/CNA/documents/pdf/publications/CodeofEthics_2008
e.pdf.

Casterle, B.D., Janssen, P.J., &Grypdonck, M. (1996). The Relationship between


Education and Ethical Behavior of Nursing Students. Western Journal of
Nursing Research, 18(3), 330-350.

Chaousis, L. (2000). Organisational Behavior. Frenchs Forest: Prentice Hall.

Chen, S. Y., Yen, W. J., Lin, Y. J., Lee, C. H., & Lu, Y. C. (2012). A Chinese
Version of the Caring Assessment Report Evaluation Q-Sort Scale for
Measuring Patients’ Perception on Nurses’ Caring Behaviours: Reliability
and Validity Assessment. International Journal of Nursing Practice. 18,
388-395.

Cherry, B.,& Jacob, S. (2005). Contemporary nursing. (3rd ed). Elsevier Inc:
Missouri.

Chinn, P.L. (1991). Anthologi on caring. New York: national League for Nursing
Press.

Clukey, L., Hayes, J., Merrill, A., Curtis, D. (2009). Helping them understand:
Nurses caring behaviors as perceived by family members of trauma patients.
Journal of Trauma Nursing, 16(2), 73-81.

College & Association of Registered Nurses of Alberta. (2005). Nursing Practice


Standards. Etmonton: Author. Januari 14, 2010.
http://www.nurses.ab.ca/pdf/Nursing%20Practice%20Standards.pdf.

College of Registered Nurses of British Columbia. (2006, November). Nurse


client relationships. Vancouver: Author. Januari 2, 2010.
https://www.crnbc.ca/downloads/406.pdf.

CRPNBC. (2014). Professional standards for psychiatric Nursing. Diakses pada


tanggal 29 February 2014dari http//:www.nasmhpd.org.

Cushway, B.,& Lodgee, D. (1999). Organisational behavior and design: Perilaku


dan desain organisasi. Jakarta: Media Indonesia.

Dahlan, M.S. (2014). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan deskriptif,


bivariat, dan multivariat, dilengkapi aplikasi menggunakan SPSS.(Edisi 6).
Jakarta: Epidemiologi Indonesia.

Davis, A. J., Tschudin, V., & Reave, L. D. (2006). Essentials of teaching and
learning in nursing ethics perspective and methods. United States of
America: McGraw-Hill, Inc.

Universitas Sumatera Utara


Davis, K.,& Newstrom, J. W. (1985). Human behavior at work: organizational
behavior. (7th ed). United States of America: McGraw-Hill, Inc.

Delaune S. C., & Ladner P. K. (2014). Fundamental of nursing standards &


practice. (2nd ed).

Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2005).


Pedoman penyusunan rencana bisnis dan anggaran dan penilaian tingkat
kesehatan rumah sakit. Jakarta: Author.

Desmond, M., Horn, S., Keith, K., Kelby, S., Ryan, L., & Smith, J. (2014).
Incorporating Caring Theory into Personal and Professional Nursing
Practice to Improve Perception of Care. International Journal for Hhuman
Caring, 18(1).

Desphande, S.P., & Joseph, J. (2008). Impact of emotional intelligence, ethical


climate and behavior of peers on ethical behavior of nurses, 85, 403-410.

Duffy, J.R. (2005). Annual review of nursing education: strategies for teaching,
assestment and program planning. In m.h. oermann & k.t. heinrich
(ed.).Want to graduate nurses who care? Assesing nursing students’ caring
competencies. New York: Springer Publishing Company.

Ellis, J.R., & Harley, C.L. (2004). Nursing in today’s world: trend, issues &
management. (8th ed).

Eren, N. (2013).Nursies’ attitudes towward ethical issue in psychiatric inpatient


settings.Nursing Ethics, 2(3), 359-373.

Fairchild, R.M. (2010). Practical ethical theory for nurses responding to


complexity in care. Nursing Ethics, 17(3), 353-362.

Faisol, E., & Rofiuddin. (2009). Kalla ingatkan rumah sakit tidak boleh tolak
pasien miskin. Koran Tempo. Maret 19,
2010.http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/05/22/Berita_Ut
ama -Jateng/krn.20090522.165813.id.html.

Finch, L. P. (2008). Development of substantive theory of nurse caring.


International Journal for Human Caring, 12.

Fini, I. A., Mousavi, M. S., Sabdani, A. M., & Hajbaghery, M. A. (2012). Corr
elation between nurses’ caring behaviors and patients’ satisfaction. Nurs
Midwifery Study,1(1), 36-40.doi:10.5812/nms.7901.

Universitas Sumatera Utara


Gatot, D.B., & Adisasmito, W. (2005). Hubungan karakteristik perawat, isi
pekerjaan dan lingkungan pekerjaan terhadap kepuasan kerja perawat di
instalasi rawat inap rsud gunung jati Cirebon. Makara Kesehatan, 9(1), 1- 8.
Maret 5, 2010.
http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/01_Hubungan%20karakteristik%20pera
wat _Dewi%20Basmala.PDF.

Gay, S. (1999). Meeting cardiac patients’ expectations of caring: Dimensions of


critical care nursing, DCCN journal, 18(4), 46-50.

Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., & Donnelly, Jr, J.M. (1996). Perilaku Organisasi.
(Adiarni, N., Penerjemah). Jakarta: Binarupa Akasara.

Gillies, D.A. (1994). Nursing management: a system approach. (3rd ed).


Philadelphia: WBSaunders Company.

Glembocki, M. M.,& Dunn, K. S. (2010). Building an organizational culture of


caring: caring perceptions enhanced with education. The Journal of
Continuing Education in Nursing,41(12).

Goleman, D. (1999). Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Gordon, J.R. (1993). A diagnostic approach to organizational behavior.(4th ed).


USA: Allyn & Bacon.

Green, A. (2004). Caring behaviors as perceived by nurse practitioners. Journal of


the American Academy of Nurse Practitioners,16.

Gustafsson, L.K., Wigerblad, A., & Lindwall, L. (2013). Undignified care:


violation of patient dignity in involuntary psychiatric hospital care from a
nurse’s perspective.2(2) 176-186.

Hagbaghery, M.A., Salsali, M.,& Ahmadi, F. (2004). The Factors facilitating and
inhibiting effective clinical decision making in nursing: A qualitative study.
BMC Nursing, 3(2). Maret 17 2010.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC411049/pdf/1472-6955-3-
2.pdf/?tool=pmcentrez.

Hamid, A.Y.S. (Ed.). (2007). Riset keperawatan: konsep, etika & instrumentasi,
(Vol 2). Jakarta: EGC.
_______________. (2008). Kompetensi perawat perlu ditingkatkan. Koran
Kompas. http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0705/14/humaniora/3531067.

Universitas Sumatera Utara


Hastono, S.P. (2007). Basic data analysis for health research training: Analisis
data kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Hudack, S. S. (2007). Dimensions of caring: a qualitative analysis of nurses’


stories. Journal of Nursing Education, 47(3).

Husted, G.L., & Husted, J.H. (1995). Ethical decision making in nursing (2nd ed).
Missouri: Mosby.

Ilyas, Y. (1998). Analisis data skala.Jurnal Manajemen dan Administrasi Rumah


Sakit Indonesia, 1(1), 74-80.

Indiyah, S. (2001).Analisis hubungan antara karakteristik individu dan organisasi


dengan kinerja perawat primer di unit interna-Bedah pelayanan kesehatan
sint carolus tahun 2001. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

International Council of Nurses. (2006). The icn code of ethis for nurses.Genewa:
Author. Januari 2, 2010. http://icn.ch/icncode.pdf.

_____________. (2007). Positive practice environments: quality workplaces =


quality patient care. Genewa: Andrea Baumann. Maret 17, 2010.
http://www.icn.ch/indkit2007.pdf.

Ivancevich, J.M. (2005). Organizational behavior and management. Boston:


McGraw-Hill.

Ivancevich, J.M., Konopaske, R., & Matteson, M.T. (2005). Organizational


behavior and management. New York: Mcgraw-Hill Education.

Jeanine, S.S. (1998). The relationship between perception of organizational


climate and the quality of nurses' ethical decisions across four levels of
educational preparation. Februari 8, 2010. ABI/INFORM Global (Proquest)
database.

Jogiyanto(2008). Pedoman survey kuesioner: mengembangkan kuesioner,


mengatasi bias, meningkatkan respon. Jogjakarta: Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UGM.

Johnstone, M.J. (2000). Bioethic: a nursing perspective (4th ed). Australia:


Elseiver.

Jones, R.A.P. (2007). Nursing leadership & management: theorist, process &
practice. Philadelpia: FA. Davis Company.

Universitas Sumatera Utara


Juliani(2007). Pengaruh motivasi intrinsik terhadap kinerja perawat pelaksana di
instalasi rawat inap rumah sakit umum dr. pirngadi medan. Universitas
Sumatera Utara.

Kasie Perawatan Rumah Sakit Prof.Dr. Muhammad Ildrem Medan. (2015).


Pedoman penanganan pelanggaran kode etik profesi keperawatan. Author.

Kavanaugh, K., Moro, T.T., Savage, T., & Mahendale, R. (2006). Enacting a
theory of caring to recruit and retain vulnerable participants for sensitive
research. Research in nursing & health, 29(3), 244-252.

Keliat, B.A. ( 2010). model praktek keperawatan profesional jiwa. Jakarata: ECG

Kelly, P.,&Heidenthal. (2004). Essential of nursing leadership and


management.Indiana: University Calumet Hammond.

Kelner, S. (1998). Managing the climate of a TQM organization. Center for


Quality of Management Journal, 7(1), 31-37.

Kimble, L. (2003). Thesis Patient’s perceptions of nursing caring behavior in an


emergency department. Marshall University College of Nursing and Health
Professions.

Kode Etik Rumah Sakit. (2001). Hak-hak asasi pasien: The Author.

Komisi Disiplin Ilmu Kesehatan. (2002). Praktek Keperawatan Ilmiah. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional Dewan Pendidikan Tinggi Komisi
Disiplin Ilmu Kesehatan: Author.

Kozier, B., Erb, G., & Blais, K. (1997). Professional nursing practice: concept
and perspectives (3rd ed). California: Addison Wesley Longman.

Kozier, B., Erb, G., Blais, K., & Wilkinson, J.M. (1995). Fundamentals of
nursing: Concept, process, and practice (5th ed). California: Addison
Wesley Nursing.

Kurnia, L. (2010). Rumah sakit belum berpihak pada warga Miskin Kompas,
http://www.ham.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=17
23%3Arumah-sakit-belum-berpihak-pada-warga-miskin&Itemid=152.

Leininger, M.M. (1988). Care, the essence of nursing and health. Detroit: Wayne
State Univercity Press.

_____________, (1991). Culture care diversity and universality: A theory of


nursing. New York: National League of Nursing Press.

Universitas Sumatera Utara


Liang, Y.,W.,Le,J., & Huang, L.(2012). Nurse staffing, direct nursing care hours
and patient mortality in Taiwan: the longitudinal analysis of hospital nurse
staffing and patient outcame study. Journal of BIO Medical Central Health
Service.12-44. Diaksesdarihttp://www.biomedcentral.com/147-6963/12/44.

Mafini, C.,& Dlodlo, N. (2014). The relationship between extrinsic motivation,


job satisfaction and life satisfaction amongst employees in a public
organization.

Malau, H. (2008). Ethical principle dimensions of doctor and nurses toward


patient’s satisfaction. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2(1), 39-51. Februari 12
2010. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21083951.pdf.

Maridi (2005). Laporan kegiatan residensi kepemimpinan dan manajemen


keperawatan di rumah sakit islam jakarta pondok kopi jakarta timur 26
september – 28 desember 2005. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Marquis, B. L., & Huston, C.J. (2006). Leadership roles and management
functions in nursing: Theory and application.(5th ed). Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins.

Marquis, B.L.,& Huston, C.J. (2012). Leadership roles and management function
of nursing. (7th ed). Theory Aplication. Limpicott.

Marston, L. (2010). Introductory statistics for health and nursing using


spss.SAGE Publications Ltd.

Martin, K. D. &Cullen, J., B. (2006). Continuities and extensions of ethical


climate theory: a meta- analysis review. Journal of Business Ethic, 69(2),
175-194.

Mayasari, I. (2008). The creating of ethical work climate & the role for
influencing work attitude. Jurnal Universitas Paramadina,5(2). 204-213.

McDougall, G. (1997). Caring: a masculine perspective. Journal of Advanced


Nursing, 25, 809-813.

Mizuno, M., Ozawa, M., Evan, D.R., Okada, A., & Takeo, T. (2005). Caring
behavior perceived by nurses in a japanese hospital. Journal Nurse Studies,
4(1), 13-19.

Monica, E.L. (1998). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan pendekatan


berdasarkan pengalaman. Jakarta: EGC.

Universitas Sumatera Utara


Moody, R. C., & Pesut, D. J. (2006). The motivation to care application and
extension of motivation theory to professional nursing work. Journal of
Health Organization Management, 20(1).

Muadi (2009). Hubungan iklim dan kepuasan kerja dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di instalasi rawat inap BRSUD waled kabupaten
cirebon. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Murrels, T., Robinson,S., & Griffiths, P. (2008). Job satisfaction treds during
nurse’s early career. BMC Nursing,7(7). doi: 10.1186/1472-6955-7-7.

Nanasaheb, M.P., Raghavend, B.N., Govind, S.B., & Sameran, S.C. (2011)
Dilemmas in private psychiatric practice. Indian Journal of Psychological
Medicine, 33( 2).

NASMHPD. (2014). The vital role of state psychiatric hospital. Diakses dari
www.nasmhpd.org. Pada tanggal 29 February 2014.

Nichol, E. M., & Hamer, S. (2007). Leardership and management A 3-


dimensional approach.

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurachmah, E. (2001). Persepsi klien tentang asuhan keperawatan bermutu dan


tingkat kepuasan. Januari 8, 2010.
www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=786&tbl=artikel.

Nyberg, J. J. (1998). A Caring approach in nursing administration.


Colorado:University Press of Colorado.

O’Connel, E.,& Landers, M. (2008). The importance of critical care nurses’ caring
behaviours as perceived by nurses and relatives. Intensive and Critical Care
Nursing, 24, 349-358.

Okpara, J.O., & College, B. (2002). The influence of ethical climate types on job
satisfaction of it managers: implications for management practice and
development in a developing economy. Diperoleh pada 23 Mei 2010 dari
http://www.questionpro.com/academic/online-survey-research-This-
surveyinstrument-is-for-a-doctoral-dissertation-and-contains-items-from-
fourreviously-published-survey-instruments.--The.html.

Oskouie, F. H., Rafii, F., & Nikravesh, M. Y. (2006). Major determinants of


caring behavior. Harvard Health Policy Review, 7(1).
Palese, A. et al. (2011). Surgical patients satisfaction as an outcome of nurses’
caring behaviors: a descriptive and correlational study in six european
countries. Journal of Nursing Scholarship, 43(4), 341-350.

Universitas Sumatera Utara


Papastavrou, E. et al. (2010). Cross-cultural validation and psychometric
properties of the greek version of the caring behaviors inventory: a
methodological study. Journal of Evaluation in Clinical Practice, 17, 435-
443.

Papastavrou, E. et al. (2011). A cross-Cultural Study of the Concept of Caring


Through Behaviours: Patients’ and Nurses’ Perspectives in Six Different EU
Countries. Journal of Advanced Nursing, 68, 1026-1037.

Papastavrou, E. et al. (2011). Patients’ and nurses’ perceptions of respect and


human presence through caring behaviours: a comparative study. Nursing
Ethics,19, 369-379.

Permenkes RI Nomor 340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah


Sakit. Diakses dari bppsdmk.depkes.go.id/web/filesa/peraturan/2. pdf pada
tanggal 25 Maret 2015.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2010). Standar profesi dan kode etik
keperawatan indonesia. Jakarta: Authors.

Peterson, S.J., & Bredow, T.S., (2008). Middle range theories: Application to
nursing research. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Petersson, V. W., Essen, L., V., &Sjoden, P. O. (1998). Cancer patient and staff
perceptions of caring and clinical care in free versus forced choice response
formats. Original Article, 12, 238-245.

Polit, D. F. & Beck, C. T. (2012). Nursing Research. generating and assessing


evidence for nursing practice. (9th ed). Philadelphia: J. B. Lippincott
Company.

Polit, D.F., & Beck, C.T. (2006). Essentials of nursing research: Methods,
appraisal, and utilization (6th ed). Philadelphia: Lippincot Williams &
Walkins.

Porter, C. A., Cortese, M., Vezina, M., & Fitzpatrick, J.J. (2014). Nursing caring
behavior following implementation of a relationship centered care
professional practice model. International Journal of Caring Sciences,7(3),
818.

Potter, K., Smith, P.,Fagg, Smith,P., &Fagg, R. (2006).Leadership and


management for hr prohuttfessional. British: Elsevier.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2002). Fundamental of nursing (6th ed). Missouri:
Elsevier Mosby.

Universitas Sumatera Utara


Potter, P.A., & Perry, A.G. (2007). Basic Nursing: Essentials for practice (6th ed).
Missouri: Elsevier Mosby.

Pride, W.M., Hughes, R.J., & Kapoor, J.R. (2010). Business. USA: South Western
Congage Learning.

Purba, J.M., & Pujiastuti, S. E (2010) Dilema etik & pengambilan keputusan etis
dalam praktek keperawatan jiwa.

Purbadi, D., & Sofiana, N.A. (2006. Analisis faktor lingkungan dan individu yang
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perawat (studi kasus instalasi
rawat inap rumah sakit annisa cikarang). Institusi tekhnologi Bandung.

Purbadi, D., & Sofiana, N.A. (2006. Analisis faktor lingkungan dan individu yang
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perawat (studi kasus instalasi
rawat inap rumah sakit annisa cikarang). Institut Teknologi Bandung.
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptsbmitb-gdl-
nooraridas-86.

Rachmawati, I.K., (2007). Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: Andi.

Raffi, F., Hajinezhad, M. E., & Haghani, H. (2007). Nurse caring in iran and it’s
relationship with patient satisfaction. Australian Journal of Advanced
Nursing, 26(2).

Raffi, F., Hajinezhad, M. E., & Haghani, H. (2008). Nurse caring and patients
satisfaction in iran. International Journal for Human Caring, 12(3).

Ramasodi, J.M. (2010). Factor influencing job satisfaction among healthcare


professional at south ran hospital. Reseach Disertation Master of Public
Health.

Ramasodi, J.M. (2010). Factor influencing job satisfaction among healthcare


professional at south ran hospital. Reseach Disertation Master of Public
Health.

Riyadi, S., & Kusnanto, H. (April, 2007). Motivasi kerja dan karakteristik
individu perawat di rsd dr. h. moh. anwar sumenep madura. KMPK
Universitas Gadjah Mada. WPS no 18.

Robbin, S. (2002). Essential of organization behavior. (7th ed). New Jersey:


Prantice Hall.
Robbin, S.P.,& Coulter, M. (2012). Management. (11th ed). New Jersey: Frentice
Hall.

Universitas Sumatera Utara


Robbin,S.P., & Judge, T.A. (2013). Organizational behavior. Fiftte(15th ed).
England: Pearson.

Robbins, S.P. (1993). Organizational behavior : Concepts, controversies, and


applications. New Jersey : Prentice Hall.

Robbins, S.P., & Judge,T.A. (2008). Perilaku organisasi (12th ed). (Vol 2). Diana
Angelica, Ria Cahyani & Abdul Rosyid, penerjemah). Jakarta: Salemba
Empat.

Robbins, S.P. (2001). Organizational behavior : Concepts, controversies, and


applications (8th ed). Jakarta: Pearson Education Asia.

_____________, (2001). Perilaku organisasi. (8th ed) (Jilid 1). (Hadyana


Pujaatmaka & Benyamin Molan, penerjemah). Jakarta: Pearson Education
Asia.

_____________, (2003). Perilaku organisasi (jilid 1). (Tim Indeks, penerjemah).


Jakarta: Indeks.

____________, (2007). Perilaku organisasi (12th ed.) (Vol 1). (Diana Angelica
penerjemah). Jakarta: Salemba Empat.

Rochayatun (1999) Pengaruh aspek kebijaksanaan rumah sakit swadana


terhadap motivasi kerja perawat rsud raya soewondo pati. Undergraduate
thesis, Diponegoro University. Maret 5, 2010.
http://eprints.undip.ac.id/5532/.

RPNC. (2010). Code ethics & standars of psychiatric nursing practice. Diakses
dari www.crpnm. Mb. Ca/index.php/download_file/view/13/.

Salimi, S., & Azimpour, A. (2013). Determinants of nurses’ caring behaviors


(DNCB): preliminary validation of scale. Journal Of Caring Sciences, 2(4),
269-278.

Saryono. (2008). Metodologi penelitian kesehatan: penuntun praktis bagi pemula.


Mitra Cendikia: Jogjakarta.

Schwirian, P.M. (1998). Professionalization of nursing, current issues and trends


(3rd ed.) Philadelphia: Lippincott.

Shane, M., & Glinow, M.A. V. (2003). Organizational behavior: Emerging


realities for the workplace revolution (2nd ed). New York: McGraw-Hill.
Siagian, S. (2002). Kiat meningkatkan produktivitas kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

_________. (1995). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Universitas Sumatera Utara


Simanjutak, P.J. (2005). Manajemen dan evaluasi kinerja. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Skinner, B. F. (2014). Science and human behavior. Massachusetts: Pearson


Education, Inc.

Smith, A. (1995). An analysis of altruism: a concept of caring. Journal of


Advanced Nursing, 22 (4), 785-790.

Sobirin, C. (2006). Hubungan beban kerja dan motivasi dengan penerapan


perilaku caring perawat pelaksana di brsud unit swadana kabupaten
subang. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak
dipublikasikan.

Sopiah. (2008). Perilaku Organisasional. CV Andi Offset. Yogyakarta.

Sossong, A. & Poirier, P. (2013). Patients and nurse perceptions of caring in rural
united states. International Journal for Human Caring, 17(1).

Stuart, G.W., & Laraia, M.T. (2005). Principle and practice of psychiatric
nursing (8th ed). Missouri: Elsevier Mosby.

Suhartati. (2002). Faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan etik profesi


keperawatan oleh perawat pelaksana di rumah sakit metropolitan medical
center jakarta. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Suliman, W. A., Welmann, E., Omer, T., & Thomas, L. (2009). Applying
watson’s nursing theory to assess patients perceptions of being cared for in a
multicultural environment. Journal of Nursing Research,17(4).

Supratman. (2002). Analisis hubungan antara faktor-faktor motivasi dan


karakteristik demografi dengan prestasi kerja perawat di rumah sakit islam
Jakarta. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Supriatin, E. (2008). Hubungan faktor individu dan faktor organisasi dengan


perilaku caring perawat di instalsi rawat inap rsud kota bandung. Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Supriyadi. (2006). Hubungan karakteristik pekerjaan dengan pelaksanaan


perilaku caring oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap rumah sakit
islam samarinda. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Sutriyanti, Y. (2009). Pengaruh pelatihan perilaku caring perawat terhadap


kepuasan pasien dan keluarga di ruang rawat inap rsud curup Bengkulu.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


Suwarto. (1999). Perilaku organisasi. Jogjakarta: Universitas Atma Jaya.

Swansburg, R.C. (1999). Introductory management and leadership for nurses


(2nd ed). Boston: Jones and Bartlett Publisers.

Swansburg, R.C., & Swansburg, R.J. (1999). Introductory management and


leadership for nurses.(2nd ed). Massachusetts: Jones and Bartlett Publisers.

Swansburg, R.C. (2001). Introductory management and leadership for nurses (2nd
ed). Boston: Jones and Bartlett Publisers.

Swanson, K. M. (1991). Empirical development of a middle range theory of


caring. Nursing Research, 40(3).

Swanson, K. M. (1991). Nursing as informed caring for the well-being of others.


Journal of Nursing Scholarship, 25(4).

Tappen (1995). Nursing leadership and management, concept and practice (3rd
ed). Philadelphia: Lipponcont.

Tappen, R.M., Weiss, S.A., & Whitehead, D.K. (2004). Essentials nursing
leadership and management (3rd ed). Philadelphia: F.A. Davis Comapany.

Tempointeraktif. (Maret 1, 2009). Tarif rumah sakit jawa tengah mulai naik.
Tempo Interaktif . Maret 19, 2010.
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/03/01/brk,20090301-
162567,id.html.

Tomey, A. M. (1994). Nursing theorist and their work. (3rd ed). Missouri: Mosby.

Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing theorists and their work (6th ed).
Missouri: Mosby Elsevier.

Tri, P. (2001). Analisis faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik yang berhubungan


dengan kinerja bidan sebagai ptt di kabupaten padang pariaman. Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.

Tschudin, V. (2003). Ethics in nursing: the caring relationship. (3rd ed). Cina:
Elsevier.

Tsitsis N. (2014). Ethical and legal aspects of nursing care:a focus on the greek
Legislation. Vol. 7, Issue 1.

Universitas Sumatera Utara


Udomluck, S., Tonmukayakul, O., Tiansawad, S., & Srisuphan, W. (2010).
Development of thai nurses’ caring behavior scale. Pacific Rim Int Nurs
Res, 14(1).

Undang-Undang Republik Indonesia no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan. Diakses dari


www.hukor.depkes.go.id/...uu/UU%20No.%2038%20Th%202014%20ttg%
20Keperawatan.pdf pada tanggal 12 Maret 2015.

Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Diakses dari


www.gizikia.depkes.go.id/.../UU-No.-44-Th-2009-ttg-Rumah-Sakit.pdfpada
tanggal 28 Februari 2015.

Vecchio, R.P. (1995). Organizational behavior. (3rd ed). US: The Dryden Press.

Vilma, Z., & Egle, K. (2007). Improving motivation among health care workers in
private health care organizations a perspective ofnursing personal. Basic
Journal Of Management, 2(2).

Ward, M., & Cowman, S. (2007). Job satisfaction in psychiatric nursing.Journal


of Psychiatric and Mental Health Nursing, 14, 454-461.

Watson, J. (2002). Theory of human caring. Februari 2, 2010.


Http://www2.uchsc.edu/son/caring/content/wct.asp.

________. (2005). Caring science as sacret science. Philadelphia: Davis


Company.

_________. (2006). Caring theory as an ethical guide to administrative and


clinical practices. Vol. 30, no.1, pp 48-55.

‎_________. (2008). Nursing. The Philosophy and Science of Caring. Revised


Edition. Colorado: University Press of Colorado.

_________. (2009). Assessing and measuring caring in nursing and health


sciences. (2nd ed). Newyork: Springer Publishing Company.

Watson, J. (2009). Caring as the Essence and Science of Nursing and Health Care.
Research Report, 33(2): 143-149.

Wibowo. (2007). Manajemen kinerja. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Wikberg, A. & Eriksson, K. (2008). Intercultural caring-an abductive model.


Journal Compilation.

Universitas Sumatera Utara


Wilkin K. (2003). The meaning of caring in the practice of intensive care nursing.
British Journal of Nursing, Vol. 12, No. 20.

Wolf, Z.B., & Miller, P.A. (2003). Relationship between nurse caring and patient
satisfaction in patients undergoing invasive cardiac procedures. Jurnal
Medsur Nursing, 12(6), 391-396.

Wolf, Z. R., Colahan, M., Costello, A., Warwick, F., Ambrose, M. S., & Giardino,
E. R. (1998). Relationship Between Nurse Caring and Patient Satisfaction.
Medsurg Nursing, 7(2).

Wolf, Z. R., Giardino, E. R., Osborne, P. A., & Ambrose, M. S. (1994).


Dimensionsof nurse Caring. Journal of Nursing Scholarship, 26(2).

Wolf, Z.B., Colahan, M., Costello, A., Warwick, F., Ambrose, M.S., & Giardino,
E.R. (1998). Relationship between nurse caring and patient satisfaction.
Jurnal Medsur Nursing, 7(2), 99-105.

Wotans, J., Happel., & Johnstone. (2006). The role nurse practioner in psychiatric/
mental health nursing: eksploring consumer satisfaction. Journal of
Psychiatric and Mental Health Nursing, 13, 78-84.

Wu, Y., Larrabee, J. H.,& Putman H. P. (2006). Caring behaviors inventory: a


reduction of the 42-item instrument. Diakses dari
http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=rzh&AN=2009114
454&site=ehost-live.

Wysong, P. R.,& Driver, E. (2009). Patientsperceptions of nurses’ skill. Clinical


Article, 29(4).

Yohana, K. (2003) Beberapa faktor yang berhubungan dengan knerja perawat di


instalasi rawat inap rsud "dr.soedarso"pontianak kalimantan barat.
Undergraduate thesis, Diponegoro University. Februari 5, 2010.
http://eprints.undip.ac.id/7112/.

Zaman, H. M. F., Nas, D.R., Ahmed, M., Raja, Y. M., & Marri, M. Y. K. (2013).
The Mediating role of intrinsic motivation between islam work ethics and
employee job satisfaction. 5(1).

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Judul Penelitian : Hubungan Perilaku Caringdan Motivasi dengan


Kinerja Perawat Pelaksana menerapkan prinsip
etik keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.
Muhammad Ildrem Medan
Nama Peneliti :Rosmala Dewi
Nomor Induk Mahasiswa : 137046001

Saya adalah mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan


Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian
dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang Hubungan Perilaku Caring
dan Motivasi dengan Kinerja Perawat Pelaksana Menerapkan Prinsip Etik
Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr. Muhammad Ildrem Medan.
Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela dan tidak
ada paksaan dari pihak manapun. Apabila saudara bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini maka saudara diharapkan untuk menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden ini.
Peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan data yang responden
berikan. Informasi yang responden berikan akan disimpan seaman mungkin.
Apabila dalam pemberian informasi ada yang kurang mengerti maka responden
dapat menanyakannya kepada peneliti.
Terima kasih atas partisipasi saudara/i dalam penelitian ini.

Medan, 2015

Peneliti Responden

(Rosmala Dewi) (……………………)

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER A
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI PERAWAT

Responden Kode

Diisi oleh peneliti

Petunjuk :
Bapak/Ibu/Saudara rekan sejawat dimohon untuk mengisi kuesioner ini dengan
cara mengisi titik-titik atau memberi tanda check (√) pada kolom yang telah
tersedia.

1. Umur Bapak/Ibu/Saudara (i) : …………………. Tahun

2. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki


( ) Perempuan

3. Pendidikan keperawatan terakhir : ( ) SPK


( ) D III Keperawatan
( ) S1 Keparawatan

4. Status Pernikahan : ( ) Tidak Menikah


( ) Menikah

5. Lama kerja sebagai perawat : …………………. Tahun

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER B
PERILAKU CARING

Petunjuk Pengisian :
1. Mohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk menjawab semua
pertanyaan yang ada.
2. Beri tanda check (√) pada kolom yang saudara pilih sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya saudara rasakan, dengan alternatif jawaban.
Tidak pernah, jika pernyataan tersebut tidak dilakukan sama sekali.
Kadang-kadang, jika pernyataan tersebut jarang dilakukan (lebih sering
tidak dilakukan)
Sering, jika pernyataan tersebut sering dilakukan (jarang tidak dilakukan).
Selalu, jika pernyataan tersebut selalu dilakukan (tidak pernah tidak
dilakukan)
3. Sebelum mengumpulkan kuesioner dimohon memeriksa kembali jawaban
anda, dimohon tidak mengosongkan satu pertanyaan pun.

No Pernyataan Tidak Pernah Jarang Sering Selalu


Dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien, saya
1. Mendengarkan klien dengan
penuh perhatian jika klien
sedang berbicara
2. Menerima perasaan klien
tanpa menghakimi
3. Sering mendatangi klien
untuk mengobservasi kondisi
klien
4. Saya memanggil klien dengan
nama panggilan sehari-hari
5. Segera memenuhi panggilan
klien jika klien membutuhkan
bantuan saya
6. Menyentuh klien dengan
lembut untuk memberikan
kenyamanan pada klien
7. Merasa terganggu saat klien
marah

No Pernyataaan Tidak Pernah Jarang Sering Selalu

Universitas Sumatera Utara


Dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien, saya
8. Merasa klien memehami apa
yang klien rasakan
9. Menghormati klien sebagai
manusia
10. Berusaha meningkatkan
kepercayaan diri klien
11. Memotivasi klien untuk
berpikir positif tentang
kondisi sakitnya
12. Memberikan pujian pada
klien jika klien mematuhi
terapi kesehatannya
13. Tidak memahami apa yang
dirasakan klien
14. Menunjukkan kebaikan hati
saat berinteraksi dengan klien
15. Peka dengan perasaan dan
suasana hati klien
16. Berbicara dengan suara
lembut tapi tegas kepada
klien

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER C
FAKTOR MOTIVASI

Petunjuk Pengisian :
1. Mohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk menjawab semua
pertanyaan yang ada.
2. Beri tanda check (√) pada kolom yang saudara pilih sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya saudara rasakan, dengan alternatif jawaban.
Sangat Tidak Setuju, jika pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai
dengan pendapat atau kondisi yang anda alami di rumah sakit ini.
Tidak Setuju, jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan pendapat atau
kondisi yang anda alami di rumah sakit ini.
Setuju, jika pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat atau kondisi yang
anda alami di rumah sakit ini.
Sangat Setuju, jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan pendapat atau
kondisi yang anda alami di rumah sakit ini.
3. Sebelum mengumpulkan kuesioner dimohon memeriksa kembali jawaban
anda, dan dimohon tidak mengosongkan satu pertanyaan pun.
Sangat Tidak Tidak Sangat
No Pernyataan Setuju
Setuju Setuju Setuju
1. Saya dapat merencanakan
tindakan keperawatan yang
akan saya lakukan kepada
klien secara bebas sesuai
wewenang
2. Supervisor mengawasi
pekerjaan saya dengan ketat
3. Saya diberikan kebebasan
melakukan tindakan
keperawatan kepada klien
4. Saya mempunyai kebebasan
dalam mengambil keputusan
perawatan klien sesuai
dengan wewenang saya
5. Saya mempunyai tanggung
jawab tertentu dalam
melaksanakan tugas
diruangan

Universitas Sumatera Utara


Sangat Tidak Tidak Sangat
No Pernyataan Setuju
Setuju Setuju Setuju
6. Saya merasa bertanggung
jawab jika kondisi kesehatan
klien memburuk dalam
perawatan saya
7. Saya merasa bertanggung
jawab jika klien tidak
mendapatkan informasi yang
dibutuhkan terkait
kesehatannya.
8. Insentif yang saya terima dari
RS ini lebih tinggi
dibandingkan di RS lain
9. Tidak ada perbedaan insentif
di antara perawat di RS ini
10. Bekerja mematuhi peraturan
termasuk penilaian kerja bagi
perawat
11. Bidang keperawatan
mensosialisasi pedoman kerja
bagi perawat
12. RS mempunyai peraturan
sebagai pedoman kerja bagi
perawat
13. Ada sanksi tertulis bagi
perawat yang tidak mematuhi
peraturan
14. Rekan kerja saya mendorong
saya untuk berperilaku sesuai
dengan etika keperawatan
15. Rekan kerja tidak melaporkan
pada atasan jika saya berbuat
kesalahan saat melakukan
perawatan kepada klien
16. Saya melaporkan pelanggaran
etik yang dilakukan oleh
rekan kerja saya pada atasan
17. Saya merasa nyaman bekerja
bersama rekan satu tim saya
sekarang
18. Rekan kerja memberikan
bantuan kepada saya jika saya
mengalami kesulitan dalam
memberikan asuhan
keperawatan

Universitas Sumatera Utara


Sangat Tidak Tidak Sangat
No Pernyataan Setuju
Setuju Setuju Setuju
19. Anggota tim saling
mendukung
20. Atasan saya merupakan
contoh yang baik dalam
melakukan pekerjaan
21. Saya takut menggunakan
permasalahan kerja yang saya
hadapi di tempat kerja pada
supervisor
22. Jika saya kesulitan dalam
mengambil keputusan dalam
perawatan klien maka saya
dapat meminta saran dari
supervisor saya
23. Supervisor saya tidak pernah
memberikan bimbingan dan
arahan terkait permasalahan
etik yang sering terjadi di
tempat kerja
24 Supervisor mengingatkan
saya untuk mematuhi
pedoman prosedur kerja
dalam melakukan tindakan
keperawatan kepada klien

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER D
KINERJA PERAWAT MENERAPKAN PRINSIP ETIK

Petunjuk Pengisian :
1. Mohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk menjawab semua
pertanyaan yang ada.
2. Beri tanda check (√) pada kolom yang saudara pilih sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya saudara rasakan, dengan alternative jawaban.
Tidak pernah, jika pernyataan tersebut tidak dilakukan sama sekali.
Kadang-kadang/jarang, jika pernyataan tersebut jarang dilakukan (lebih
sering tidak dilakukan)
Sering, jika pernyataan tersebut sering dilakukan (jarang tidak dilakukan).
Selalu, jika pernyataan tersebut selalu dilakukan (tidak pernah tidak
dilakukan)
3. Sebelum mengumpulkan kuesioner dimohon memeriksa kembali jawaban
anda, dimohon tidak mengosongkan satu pertanyaan pun.

Tidak
No Pernyataan Jarang Sering Selalu
Pernah

Dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien, saya


1. Memberikan asuhan keperawatan
langsung kepada klien tanpa
membuat kontrak sebelumnya
kepada klien
2. Melakukan tindakan medis (ECT,

Universitas Sumatera Utara


dll) tanpa menjelaskan prosedur
kepada keluarga maupun klien
3. Menghargai hak keluarga maupun
klien dalam memutuskan hal
terbaik yang berhubungan dengan
asuhan keperawatan
4. Melaksanakan standar operasional
prosedur pada setiap tindakan
keperawatan.

Tidak
No Pernyataan Jarang Sering Selalu
Pernah
Dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien, saya
5. Menciptakan lingkungan yang
nyaman dan menyenangkan bagi
klien dengan saling berkomunikasi
diantara sesama teman.
6. Melakukan pengekangan fisik
terhadap klien sesuai indikasi
medis
7. Melakukan pengkajian
keperawatan secara komprehensif
agar dapat memahami kebutuhan
klien secara tepat
8. Memberikan pujian dan
penghargaan positif kepada klien
dari setiap perilaku yang
kontruktif
9. Membimbing klien untuk
mengembangkan minat dan
kemampuan yang di milikinya .
10. Menjelaskan kondisi klien yang
sebenarnya kepada keluarga
maupun klien
11. Menjelaskan aturan makan obat
dan respon klien setelah makan
obat
12. Melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan secara benar
dan jujur
13. Tidak menepati kontrak waktu
yang disepakati dengan klien
14. Meluangkan waktu untuk
berkomunikasi dengan keluarga

Universitas Sumatera Utara


maupun klien
15. Mengevaluasi tindakan
keperawatan yang dilakukan
kepada klien
16. Memberikan asuhan keperawatan `
sesuai kebutuhan tanpa
membedakan klien dengan yang
lain
17. Memprioritaskan tindakan
keperawatan kepada klien yang
lebih membutuhkan
Tidak
No Pernyataan Jarang Sering Selalu
Pernah
Dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien, saya
18. Berfungsi sebagai konseling
secara adil untuk semua klien
ketika klien mengungkapkan
perasaannya yang berkaitan
dengan sakitnya.
19. Tidak memberikan informasi
secara lisan kepada pihak tertentu
tentang kondisi klien tanpa
persetujuan keluarga maupun klien
20. Tidak memberikan Rekam medik
kepada pihak tertentu tanpa seizin
keluarga maupun klien
21. Mempunyai kewajiban menjaga
dan mempertahankan kerahasian
data klien

RIWAYAT HIDUP

Nama : Lenny Khairani, S.Kep. Ns

Tempat/Tanggal Lahir : Gunting Saga, 12 Juli 1979

Alamat : Jln. Bajak III Gg. Mesjid No. 20

Medan Amplas

No. Telp./Hp : 085262208515

Universitas Sumatera Utara


Pekerjaan : Staf Pegawai Rumah Sakit Jiwa Daerah Pemerintah Propinsi

Sumatera Utara mulai 2008 s.d sekarang

BIODATA EXPERT

Nama/Name : Sri Eka Wahyuni


NIP/ID Number : 197906152005012002
Gelar/Title : S.Kep. (USU)
Jabatan/Position : Lektor / Lecturer
Fakultas/Faculty : Fakultas Keperawatan / Faculty of Nursing
Departemen/Department Keperawatan Jiwa Komunitas / Community Psychiatric
:
Nursing
Alamat Kantor/ : Jl. Prof. T. Maas 3, Kampus Padang Bulan

Universitas Sumatera Utara


Office Address Medan 20155
Tel.: 061-8213318
Fax.: 061-8213318
http://fkep.usu.ac.id
e-Mail : eka_rizky06 [at] yahoo.co.id,jamaleka [at] usu.ac.id
Bidang Keahlian/Expertise : Keperawatan Jiwa

BIODATA EXPERT

Nama/Name : Achmad Fathi


NIP/ID Number : 198101202005011001
Gelar/Title : S.Kep. (USU)
Jabatan/Position : Tenaga Pengajar / Teaching Staff
Fakultas/Faculty : Fakultas Keperawatan / Faculty of Nursing
Departemen/Department Keperawatan Medikal Bedah / Medical Surgical
:
Nursing
Alamat Kantor/ Jl. Prof. T. Maas 3, Kampus Padang Bulan
Office Address Medan 20155
:
Tel.: 061-8213318
Fax.: 061-8213318

Universitas Sumatera Utara


http://fkep.usu.ac.id
e-Mail achmad_fathi [at] yahoo.com,achmad_fathi [at]
:
usu.ac.id
Bidang Keahlian/Expertise : Manajemen / Administrasi Komputer

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai