Anda di halaman 1dari 3

Resume Take Home UAS KIMIA POLIMER

Nama : Wahyu Ratnaningsih


NIM : 12/331223/PA/14513

Degradasi Termal Poli metil metakrilat (PMMA)

Poli metil metakrilat


Poli metil metakrilat (PMMA) adalah polimer komersial yang sangat penting dalam kelompok
akrilik. PMMA bersifat amorf dan merupakan polimer linier yang sesuai dengan kekerasan,
kekakuan yang dimilikinya. PMMA adalah bahan yang sangat luas penggunaannya karena tahan
terhadap cuaca.

PMMA digunakan dalam bidang kedokteran, seperti lensa, membran dialisis, inkubator,
bidang ilmu gigi tiruan, bidang industri otomotif, pemberi garis jalan, teknik komputer dan
konfigurasi jaringan.
Degradasi Termal
Pada temperatur tinggi, suatu polimer dengan komponen rantai utama yang panjang akan
mengalami peruraian atau degradasi dan bereaksi antara satu dengan lainnya sehingga polimer
mengalami perubahan kimia. Degradasi dapat dipicu oleh beberapa cara dan kombinasi dari
beberapa cara yang ada. Berikut tabel agen pendegradasi polimer

Degradasi pemutusan rantai utama dapat dilalui dengan depolimerisasi, pemecahan rantai
secara acak, degradasi sisi rantai yang lebih lemah, atau kombinasi dari beberapa cara tersebut.
Pada depolimerisasi, monomer memisahkan diri dari gugus akhir aktivasi dan merupakan kebalikan
dari polimerisasi adisi dan biasa dikenal dengan “unzipping”.

-M -M -M -M
P-MMMMMMM P-MMMMMM P-MMMMM P-MMMM etc.

Degradasi Termal Poli metil metakrilat


Poli metil metakrilat pada temperatur tinggi menjadi tidak stabil, sehingga memicu
terjadinya degradasi melalui depolimerisasi untuk menghasilkan campuran monomer dan polimer.
PMMA mengalami depolimerisasi pada suhu 300 °C. Adanya kecenderungan radikal dan
rusaknya pada struktur kimia polimer dari luar akan menyebabkan materi lebih rentan terhadap
degradasi.

Reaksi di atas adalah inisiasi radikal dari PMMA yang bersifat termolitik. Pada gambar tersebut
terjadi disosiasi ikatan homolitik menjadi alkil radikal tersier dan alkil radikal primer, dimana alkil
radikal tersier mengalami fragmentasi menghasilkan monomer dan radikal tersier yang ekuivalen.
Ada dua reaksi degradasi untuk PMMA antara lain reaksi cepat, dimana inisiasi pada rantai
akhir untuk membentuk molekul polimer rantai akhir yang double bond. Sedangkan reaksi 'lambat'
yang dimulai secara acak. Energi aktivasi untuk reaksi cepat jauh lebih kecil dibandingkan dengan
reaksi lambat. Degradasi isotaktik dan sindiotaktik PMMA, yang mengawali degradasi secara acak,
memiliki reaksi terminasi orde pertama. PMMA dianggap sebagai polimer yang mengalami
depropagasi menjadi monomer oleh thermal degradasi hingga pada temperatur 550 °C. Pada suhu
degradasi yang lebih rendah (340-361 ° C), mekanisme degradasi termal terjadi inisiasi campuran
rantai akhir dan rantai perpotongan, diikuti oleh depropagation. Pada suhu yang lebih tinggi, inisiasi
dengan campuran rantai akhir dan rantai perpotongan, diikuti oleh depropagation ke ujung rantai
polimer.
PMMA menghasilkan arang yang akan menghilangkan sisi gugus metoksikarbonil meng-
hasilkan sistem konjugasi tak jenuh. Jumlah arang yang dihasilkan bervariasi berdasar berat molekul
dan temperaturnya. Diperkirakan sekitar 15% dari struktur PMMA dapat terdegradasi oleh hal itu.

Degradasi PMMA merupakan reaksi radikal berantai yang terjadi melalui tiga tahap ireversibel.
Pertama, tahap inisiasi dimana PMMA mengalami degradasi secara acak menjadi dua radikal oleh
pemutusan ikatan, seperti pada gambar di bawah ini :
Tahap kedua yaitu depropagasi, dimana terjadi pembentukan monomer dari radikal baru yang
terbentuk. Tahap ini adalah kebalikan dari tahap propagasi pada proses polimerisasi.

Tahap terakhir yaitu terminasi yang terjadi akibat interaksi dari pasangan radikal yang membentuk
kembali suatu polimer. Dengan mengasumsikan konsentrasi radikal berada pada keadaan stasioner,
model tersebut mengarahkan konsentrasi polimer ke persamaan laju orde pertama.

Stabilitas termal PMMA akan meningkat apabila ditambahkan:


1. Sukrosa yang tidak mengalami crosslinking sebagai aditif
2. Sukrosa sebagai sebagai aditif dan crosslinker
3. Polistirena
4. Polisulfida seperti polistirena disulfida (PSD) dan polistirena tetrasulfida (PST)
5. Fullerene C[60] yang dapat berkembang menjadi CNT (Carbon Nano Tube) dari bucky ball.

Review
Dengan mempelajari degradasi termal dari PMMA kita dapat mengetahui mekanisme
degradasi PMMA dengan baik dan hal-hal yang bisa dikembangkan dari degradasi termal PMMA
yang diketahui. Seperti yang telah dijelaskan pada mekanisme di atas, inisiasi rantai akhir atau
‘chain-end’ dan rantai perpotongan secara acak kemudian deprogasi dan selanjutnya terminasi
dengan orde pertama. Mekanisme tersebut dapat mempunyai laju konstan dan energi aktivasi yang
berbeda-beda bergantung pada struktur PMMA keadaan eksperimen yang digunakan pada saat
polimer akan didegradasi. Di sisi lain pada penerapannya, permintaan bahan polimer organik terus
meningkat dalam industri modern dan menuntut perkembangan polimer yang mempunyai sifat yang
lebih baik. Dalam hal ini PMMA dapat dilakukan polyblend dengan polistirena membentuk suatu
paduan material polimer baru yang immiscible atau tidak bercampur. Polistirena merupakan polimer
amorf dengan ketahanan terhadap termal dan radiasi yang baik akan tetapi rentan terhadap
degradasi dari radiasi UV, dan diklorinasi hidrokarbon. Sedangkan PMMA adalah bahan polimer
transparan yang memiliki sifat ketahanan kimia yang baik, tidak berwarna dan ketahanan terhadap
cuaca yang baik. Oleh karena itu, sifat mekanik polimer yang baik dapat dicapai dengan polipaduan
antara PMMA dengan polistirena yang juga dapat meningkatkan stabilitas termal PMMA.

Anda mungkin juga menyukai