Farhan Ari Candra
Farhan Ari Candra
Kondisi ini tentunya berefek buruk bagi pelayanan di kota ini. Beberapa
perusahaan jasa penjualan kebutuhan makanan di kota ini pun mengakui
keterlambatan tersebut. Seperti yang dialami NU Store. Kepala Bidang Logistik
NU Store Beni saat dimintai keterangannya mengatakan, pihaknya juga sering
merasakan keterlambatan dari aktivitas bongkar muat di pelabuhan ini. “Terkadang
terlambat sampai empat hari dari yang ditargetkan,” kata Beni.
Faktor lainnya, jika salah satu crane yang mengangkat barang mengalami
kerusakan, tentunya akan menghambat proses penangkutan. “Crane ada dua, satu
crane dari kapal dan yang satu lagi di pelabuhannya. Jika salah satunya rusak,
dapat menyebabkan terhentinya aktivitas bongkar muat tersebut,” tuturnya.
Tidak hanya itu, posisi kontainer di darat juga dapat menyebabkan keterlambatan.
Jika posisi kontainer berada di area belakang, tentunya tentunya harus menunggu
kontainer yang paling depan.
Salah satu kendala yang dialami juga adalah tentang surat-menyuratnya. “Pada saat
bill of landing, harus ditunjuk orang khusus yang menangani hal tersebut. Awalnya
sih minta harus yang pemilik barang sendiri yang mengambil barang dan lalu
memberikannya kepada mandor. Kalau sekarang tidak seperti itu,” jelasnya.
Prosesnya saat ini, yakni dengan cara meminta surat kuasa kepada pihak ekspedisi
yang mengantarkan barang, sehingga pihak ekspedisi menunjuk mandor yang
harus mengantarkan barang tersebut. “Sulitnya jika si mandor yang ditunjuk
berhalangan atau sakit, karena surat kuasa hanya diperuntukan bagi mandor
tersebut. Maka kita tidak bisa membongkar barang, sehingga terhalang lagi
prosesnya bongkar muatnya,” ujarnya.
Salah satu mandor TKBM, Ali menuturkan, masalah keterlambatan dari proses
bongkar muat di pelabuhan Malundung ini wajar terjadi. Sebab area peti kemas
hanya ada satu di Tarakan yang bergabung dengan kapal penumpang, sehingga
ketika loading dan terdapat kapal penumpang yang datang, tentunya kapal
kontainer akan mengalah. “Memang harus sabar menunggu. Aktivitas bongkar
muat harus dihentikan dahulu, menunggu hingga kapal penumpang selesai
menurunkan penumpang. Apalagi jika cuaca buruk, sehingga terkadang kapal lama
sampainya,” ungkapnya.
Meski begitu, Suhadi mengatakan tidak ada keterlambatan yang sangat fatal terjadi
saat ini. Hanya ada beberapa keterlambatan yang dikarenakan masalah pengurusan
surat-surat serta dokumen dan juga masalah teknis lainnya. “Nantinya akan
dilaksanakan proses reklamasi. Sekarang masih dalam proses dan rencananya akan
langsung diresmikan oleh Pak Gubernur,” jelasnya.
SOLUSI :
Rekomendasi itu yang diyakini sebagai solusi yakni dalam pelaksanaan bongkar
muat peti kemas Internasional harus memberdayakan enam alat berat. Terkait alur
pasang surut hingga tiga meter, usulan pengelolaan alur diserahkan ke Pelindo dan
dikompensasi dengan pembayaran konsesi atau labuhan.
Terkait PBM dan OP harus punya kontrak dengan Pelindo sehingga dapat ditata
dengan baik. Tidak seperti saat ini terkesan liar sehingga ada ketentuan biaya yang
disepakati. Berikutnya, Keberadaan TKBM harus dibawah Pelindo atau PBM yang
melakukan bongkar muat bukan dibawah koperasi dan pembinaan OP.
Selain itu, keberadaan TPFT harus dioptimalkan bea cukai. Karantina dan OP
harus melarang bea cukai melakukan pemeriksaan cargo dilapangan bongkar. Bea
Cukai agar mempercepat kinerjanya supaya tidak menghambat kelancaran dan
menambah waktu tunggu PK.
“Banyak asosiasi yang mengeluh kepada kami, untuk itu Depalindo berharap perlu
adanya peningkatan kinerja BICT khususnya untuk pelayanan publik,” kata
Hendrik Sitompul yang sebelumnya telah melakukan kunjungan ke pelabuhan
Belawan.
Pada pertemuan itu menurut Hendrik Sitompul yang juga anggota DPRD Medan
(Fraksi Demokrat) mengatakan pertemuan tampak bermakna, karena juga dihadiri
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi dan sejumlah organisasi kepelabuhan
serta pihak terkait lainnya. Inti pertemuan untuk mendapatkan masukan masalah
kepelabuhan di Indonesia. Termasuk persoalan rentang waktu bongkar muat di
Pelabuhan Belawan.(R02)