Anda di halaman 1dari 21

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FEBRUARI 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

PEMERIKSAAN MUKUS SERVIKS : TES FERN

OLEH :

Fatin Najihah binti Razali

C11112822

PEMBIMBING:

dr. Sardina

SUPERVISOR:

Dr. dr. Sitti Nur Asni, Sp. OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Fatin Najihah binti Razali


Nim : C 111 12 822
Judul refarat : Pemeriksaan Mukus Serviks: Tes Fern

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada departemen


Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar, Februari 2018.

Mengetahui,

Residen Pembimbing, Supervisor Pembimbing,

dr. Sardina Dr. dr. Sitti Nur Asni, Sp.OG

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………,………….…………i

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………...…………ii

DAFTAR ISI…………………...………………………………………………..iii

PENDAHULUAN………………………………………………………………...1

TINJAUAN PUSTAKA……………………………..............................................

2.1 ANATOMI SERVIKS 2

2.2 HISTOLOGI SERVIKS 2-3

2.3 FISIOLOGI MUKUS SERVIKS 4-8

2.4 PEMERIKSAAN FERN/UJI PAKIS 8-15

KESIMPULAN…………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA …………………………………..……………………...16

iii
BAB I : PENDAHULUAN

Mucus serviks terdiri daripada cairan (95-99%) ion, enzim, protein yang
bersifat bakterisidal, protein plasma, dan musin. Sekresi mucus serviks mengisi
pembukaan dari kanalis serviks dan berkontribusi kepada fungsi serviks sendiri;
mengelakkan masuknya pathogen secara ascending dan juga membantu
pergerakan sprema ke tiub Falopian. Fungsi mucus serviks terkait rapat dengan
fase-fase dari siklus menstruasi. 1

Mukus serviks, seperti yang dijelaskan pada penelitian yang sekarang


mencecah usia hampir 30 tahun, dapat dievaluasi secara kuantitatif dan kualitatif
dengan menggunakan skor mucus serviks. Skor ini menggunakan karakterisktik
daripada mucus serviks seperti volume, viskositas, Spinnbarkeit, ferning dan
selularitas, berdasarkan grad masing-masing. Skor ini dapar membantu
memprediksi fase fertil pada seorang wanita. 1

Mukus serviks merupakan indikator penting untuk fertilitas karena ia


menyediakan medium untuk pergerakan sperma selain menyediakan kondisi yang
membolehkan sperma bertahan hidup. Mucus serviks biasanya disadari oleh
hampir semua perempuan pada saat mereka subur. Kegunaan mukus serviks
sebagai kesadaran mengenai fertilitas pertama dipromosikan oleh Dr. Erdward
Keefe pada tahun 1950 terkait dengan tanda-tanda kesuburan dan ketidaksuburan.
Ini dapat dibuktikan dengan adanya penelitian yang mengkaji cara mengelakkan
kehamilan menggunakan mucus serviks berbanding tanda fertilitas lainnya.2

Kelenjar serviks berploriferasi dibawah pengaruh estrogen yang disekresi


pada fase folikuler dari siklus ovari. Kelenjar-kelenjar serviks memanjang selama
fase folikuler berlangsung. Sel epitel kelenjar serviks juga bertambah besar dan
mula mensekresi mucus yang pada awalnya kental. Saat ovulasi, peningkatan
estrogen meningkatkan hidrasi mucus, hingga mucus serviks saat ini lebih
berbentuk cairan dengan kekentalan yang rendah. Mukus serviks yang lebih cair
ini akan membantu sperma untuk lebih mudah berenang ke dalam uterus dan
membenarkan sperma untuk menembusi ovum dan membuahinya.7

1
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI SERVIKS

Serviks merupakan bagian yang terletak di antara isthmus uteri dan


vagina, dibahagikan oleh dinding anterior vagina menjadi portio supravaginalis
dan portio vaginalis. Portio vaginalis meluas ke dalam vagina dan diujungnya
terdapat ostium eksternum uteri. Bagian anterior membentuk labium anterior dan
bagian posterior membentuk labium posterior. 10

Foto 1 : Anatomi serviks11

2.2 HISTOLOGI SERVIKS

Serviks merupakan bagian bawah dari uterus yang berbentuk silinder dan
mempunyai struktur histologi yang berbeda dari uterus.12 Serviks terbahagi
kepada endoserviks dan ektoserviks, rata-rata dengan panjang 3-4 cm dan lebar
2,5 cm.1 Lapisan mukosa dari endoserviks terdiri daripada sel epitel kolumner di
atas lapisan lamina propria yang tebal, berfungsi untuk mensekresi mukus. Bagian
serviks dimana kanal endoserviks membuka kedalam vagina disebut os eksternal,
yang menonjol ke vagina bagian atas dan ditutupi oleh mukosa ektoservikal yaitu
sel epitel skuamos bertingkat.12 Pertemuan sel epitel kolumner endoserviks
dengan sel epitel skuamos bertingkat eksoserviks disebut taut skuamokolumnar

2
(squamocolumnar junction, SCJ). Di sini, sel kolumner dari endoserviks
bermetaplasia menjadi sel skuamos dari ektoserviks.1 Lapisan tengah dari serviks
(lebih di dalam) mengandungi sedikit otot polos dan secara major terdiri daripada
jaringan ikat yang padat. Di sini merupakan tempat di mana limfosit-limfosit dan
leukosit lainnya berpenetrasi ke lapisan epitel bertingkat sebagai sistem imun
lokal serviks untuk menentang mikroorganisma. Sebelum partus, serviks
berdilatasi dengan banyak dan menjadi lunak karena aktivitas kolagenolitik yang
intens dari stroma.12

Mukosa endoserviks mengandungi banyak kelenjar servikal, yang


memproduksi mukus. Perubahan hormonal dari siklus ovari menyebabkan
mukosa untuk membengkak secara periodic dan berpengaruh terhadap aktivitas
dari kelenjar servikal. Sekresi serviks berubah sesuai siklus ovari, dan berperan
penting dalam proses pembuahan dan fase awal kehamilan. Saat ovulasi, produksi
mukus maksimal, lebih cair, dan memfasilitasi pergerakan sperma melewati
uterus. Pada fase luteal, level progesterone yang tinggi menyebabkan sekresi
mukus yang lebih kental hingga membatasi pergerakan dari sperma mahupun
mikroorganisme ke dalam uterus. Pada kehamilan, kelenjar servikal berproliferasi
dan mensekresi mukus dengan banyak dan lebih kental, sehingga membuat
sumbatan di kanal endoservikal, menyebabkan sperma tidak bisa masuk ke dalam
uterus sehingga tidak lagi terjadinya pembuahan.12

Foto 2 : Taut Skuamokolumner (SJC), juga dikenali sebagai zona transformasi.13

3
2.3 FISIOLOGI MUKUS SERVIKS
Serviks, yang mana bagian bawah dari uterus dimana menyambung
dengan bagian vagina paling atas, berfungsi secara general sebagai penahan
sperma yang efektif. Namun, banyak fungsi penting lainnya dari serviks dan
mucus yang disekresi oleh serviks, antara lain:8

 Melindungi sperma dari kondisi vagina yang membunuh sperma.


 Melindungi sperma dari fagositosis oleh leukosit vagina
 Mengelakkan sperma, mikroorganisma dan benda asing untuk mengakses
traktus reproduktif bagian atas dan juga rongga peritoneum.
 Memfasilitasi dan mengawal transpor sperma ketika periode periovulatori
dan ketika siklus menstruasi lainnya.
 Menyaring sperma yang bermorfologi normal.
 Mempertahankan sperma dengan banyaknya di dalam kripte serviks,
menyediakan kondisi biokimia yang cukup untuk penyimpanan sperma,
kapasitasi, migrasi, pelepasan sperma ke traktus genital bagian atas.

Secara normal, mucus serviks mengandungi 92-94% air pada fase pre dan
pascaovulatori, namun pada saat di tengah siklus, kandungan air meningkat
kepada 98%. Unsur primer dari mucus serviks dipercayai adalah
mukopolisakarida yang terbuat dari galaktosa dan heksoamine dan juga sedikit
fokuse dan asam sialic.3

Mucus serviks menjalani perubahan yang banyak saat siklus menstruasi.


Hormone yang disekresi oleh ovari merubah struktur dan aktivitas sekretorik dari
serviks, menghasilkan perubahan mucus serviks secara kualitatif dan kuantitatif.
Saat fase preovulatorik (folikuler) siklus menstruasi, peningkatan kadar estrogen
mempengaruhi serviks untuk menghasilkan mucus serviks yang sangat banyak,
encer dan berair. Pada tengah siklus menstruasi (sekitar waktu ovulasi), kualitas
dan kuantitas mucus serviks optimal untuk penetrasi sperma. Ketika periode
pascaovulasi (fase luteal) dari fase siklus menstruasi, kadar estrogen menurun
danterjadi peningkatan kadar progesteronm menyebabkan serviks memproduksi

4
mucus serviks yang sedikit, dan kental. Pada fase luteal, penetrasi sperma
melewati mucus serviks diinhibisi dengan signifikan.

Serviks berpartisipasi dalam reaksi imun lokal melalui mukus serviks,


sejenis campuran sel yang memproduksi immunoglobulin yang kompleks, yang
biasanya menempati serviks dan sekitarnya. Mucus serviks terdiri daripada 90%
air, tergantung dari fase-fase siklus menstruasi, yang menentukan kualitas dan
kuantitas dari mucus yang dihasilkan. Komposisi dari mucus serviks itu sendiri
berasaskan jaringan glycoprotein, kaya dengan protein-protein imun yang
kompeten, elektrolit (kalsium, sodium dan kalium), fruktosa dan glukosa, asam
amino, sitokin, ptostaglandin dan lain-lain. Ketidakseimbangan dari mucus
serviks ini biasanya dikaitkan dengan infertilitas dan abortus spontan. pH optimal
berkisar antara 74-9.6. Saat ovulasi, pH mucus serviks lebih alkali karena
kandungan air dan elektrolit yang lebih tinggi yang membenarkan sperma hidup.
Setelah menstruasi, mucus serviks menjadi lebih asam yang sama seperti
karakteristik mucus vagina, berkisar antara 3.7-4.5. Mukus serviks berfungsi
sebagai penahan benda asing dari masuk ke uterus. Ini terkait dengan sifat ‘stick
dan thick’. Mucus serviks bekerja sebagai lubrikan alami mengacu kepada
kandungan gliserolnya. Jumlah mucus serviks yang dihasilkan tidak tergantung
kepada hormone. Mucus serviks juga berperan sebagai medium transport dan
penyubur untuk sperma dengan konsentrasi yang lebih encer, jernih dengan
jumlah agen imun yang kompeten lebih rendah dan kadar fruktosa yang lebih
tinggi, dimana sangat penting untuk metabolism sperma yang efisien. Kadar gula
tergantung progesterone. Di sisi lain, serviks sentiasa berperan sebagai wadah
untuk menampung sperma setelah hubungan seksual. Terkait isoimunisasi ketika
siklus menstruasi, mucus serviks mengandungi antibody yang berkerja langsung
kepada sperma. Kadar antibody ini penting saat penetrasi sperma-mukus serviks
yang diikuti dengan proses pembuahan setelahnya. Pasien perempuan dengan
ASA positif sering didiagnosa dengan infertilitas imunologik. Kira-kira 5-10%
pasien perempuan yang infertile positif ASA serviks.6

5
Sepanjang siklus menstruasi, perubahan serviks dalam ukuran dan tekstur.
Tepat sebelum ovulasi dan sebagai akibat dari kenaikan kadar estrogen, serviks
membengkak dan melembut, sementara os eksternalnya melebar. Juga, selama
waktu ini, serviks mengeluarkan lendir yang banyak, licin, jernih dan melar, yang
dimulai dari serviks ke dalam vagina, sehingga memudahkan masuknya sperma
ke dalam rongga rahim. Pada periode periovulasi lebih dari 96% lendir serviks
adalah air, sehingga menunjukkan komposisi lendir yang tinggi.Spinnbarkeit dan
kapasitas ferning; Dengan demikian, penetrasi sperma paling tinggi saat ini.
Setelah ovulasi, progesteron menginduksi serviks mengeras, menutup dan
mengeluarkan lendir yang lebih tebal, yang berfungsi sebagai plug, mencegah
bakteri dan sperma memasuki rahim dan menjadikan fertilasi sangat tidak
mungkin terjadi.2,3
Kanalis endoserviks dilapisi oleh sel epitel kolumnar lapis tunggal,
keduanya bersilia dan tidak bercampur. Serviks tidak mengandung unit kelenjar
sejati; Sebagai gantinya, epitel dilemparkan ke dalam lipatan longitudinal dan
invaginasi dengan tubulus tonjolan yang timbul dari celah yang membentuk
kriptografi di kanal tengah. Sel yang tidak bersilia ini mensekresikan mucin ke
dalam bentuk granular melalui proses eksositosis. Ada beberapa ratus unit sekresi
lendir di dalam kanal serviks. Manakala produksi harian bervariasi dalam
kaitannya dengan perubahan siklus menstruasi, dari 600mg selama pertengahan
siklus sampai 20-60mg selama periode siklus lainnya. Beberapa sel bersilia di
antara sel-sel yang disekresikan mendorong lendir serviks dari lembah asal
menuju ke kanal.3,4
Ada beberapa jenis lendir, seperti yang dikarakterisasi oleh Odeblad.Type
E yang tipis dan berair (dengan sekitar 98% air), yang merupakan karakteristik
dominasi hormon estrogen. Manakala tipe G pula lebih kental dan lengket, dan
mencerminkan stimulasi hormon progestogenik. Di bawah pengaruh progesteron,
kadar air menurun hingga sekitar 90% dan lendir akan menjadi lebih kental. Oleh
karena itu, tipe E dominan pada saat ovulasi pada proporsi sekitar 97% tipe E dan
3% tipe G, sedangkan tipe G mendominasi selama fase luteal normal. Kedua dua
tipe ini selalu hadir dalam proporsi yang berbeda selama siklus menstruasi.

6
Bervariasi sesuai dengan tingkat sirkulasi progesteron dan estrogen. Dengan
menggunakan analisis resonansi magnetik nuklir, Odeblad dan yang lainnya
menetapkan bahwa lendir ovulasi (E) adalah mosaik yang terdiri dari "string"
lendir (disebut Es) dan "loaves" (diberi label sebagai El). "string" ini (Es) adalah
gel cairan, dan "loaves" pula (El) lebih viscid. Sistem Es-El ini sangat dinamis.
Lendir ovulasi mengandung 20-25% tipe Es, tipe 72-77% tipe El dan 3% G.
Karena Es dan El berbeda dalam arsitektur molekuler dan kandungan proteinnya
dan tidak semua area lendir serviks sama-sama dapat ditembus oleh sperma.
Sementara lendir Es menyampaikan spermatozoa dari lembah vagina, tipe El
memiliki peran yang sangat terbatas dalam hal ini. Perbedaan antara masing-
masing jenis lendir ini dapat diamati pada sampel lendir kering yang dilhat i di
bawah mikroskop. Lendir serviks membentuk pola seperti pakis karena kristalisasi
natrium klorida pada seratnya, yang bervariasi sesuai dengan jenis lendir.8
Lendir serviks dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel sekretorik di
serviks. Lendir serviks mengandung 3 komponen utama, yaitu molekul mukus, air
dan kandungan biokimia (natrium klorida, rantai protein dan enzim). Lendir
serviks dihasilkan oleh sel sekretorik di kanalis endoserviks, kanal endoserviks
dilapisi oleh sel epitel columnar baik bersilia maupun tidak bersilia. Lendir
serviks memproduksi sekitar 100 struktur glandula pada canal serviks
memperkirakan struktur glandula ini merupakan sebuah sistem katub atau cripta
yang berkumpul bersama-sama memberikan kesan kelenjar. Kripte endoserviks
wanita usia reproduksi mensekresin 20 - 60 mg lendir serviks perhari, dan
meningkat sampai 600 mg perhari pada pertengahan siklus menstruasi. 7,8
Produksi lendir serviks yang disekresikan berdasarkan siklus menstruasi
diatur oleh hormone ovarium, 17 β –estradiol untuk menstimulasi produksi lendir
serviks dalam jumlah yang banyak dan berair sedangkan progresteron
menghambat aktivitas sekresi dari sel epitel serviks. Lendir serviks yang
mengandung 90% air menunjukan sifat viskositas ( konsistensi) yang di
pengaruhi oleh susunan molekul protein dan kosentrasi ion dari lendir serviks. 14
Pada fase folikuler, konsistensi lendir serviks kental dan impermeable
seperti putih telur, pada fase folikuler lanjut, meningkatnya kadar estrogen

7
menyebabkan lendir yang menjadi lebih encer dan relatif semipermeabel dan
relatif mudah ditembus oleh spermatozoa. Perubahan lendiri servik yang menjadi
lebih encer ini disebut sebagai ‘spinnbarkheit’ Pasca ovulasi, progesteron yang
dihasilkan corpus luteum menetralisir efek estrogen sehingga lendir serviks
menjadi kental kembali dan impermeable.1,7,8
Fluktuasi hormonal selama siklus menstruasi mempengaruhi produksi,
komposisi, dan struktur dari lendir serviks yang pada akhirnya mempengaruhi
kemampuan penetrasi dari sperma. Disfungsi hormonal, yang pada umunya
ditandai dengan produksi estrogen yang tidak adekuat dan atau peningkatan
progresteron yang prematur dan dapat memicu produksi lendir serviks yang tidak
cocok untuk penetrasi sperma yang pada ujungnya menyebabkan infertilitas.7

2.4 TES FERN


Ferning dinilai dengan pemeriksaan lendir serviks yang telah dikeringkan
dengan udara pada slide mikroskop kaca. Proses tersebut dapat membantu dalam
berbagai pola kristalisasi, yang memiliki penampilan seperti pakis. Bergantung
pada komposisi lendir, "pakis" hanya memiliki batang primer, atau batangnya bisa
bercabang sekali, dua atau tiga kali menghasilkan batang sekunder, tersier dan
kuartener. Beberapa perkara untuk persiapan harus diperhatikan, dan skornya
dinyatakan sebagai tingkat tertinggi dari ferning yang khas dari spesimen. tipe
ferning ini bisa sangat bervariasi, tergantung dari, misalnya ketebalan persiapan
dan jumlah sel yang ada dan sampel juga mungkin akan menampilkan lebih dari
satu tahap ferning, dan kadang-kadang tkadang semua tahap dapat ditemukan
dalam satu sampel.15
Lendir serviks membentuk pola seperti pakis ini karena kristalisasi natrium
klorida pada seratnya, yang bervariasi sesuai dengan jenis lender serviks.
Pemeriksaan Fern (uji pakis) lendir serviks merupakan salah satu parameter
dalam evaluasi lendir serviks. Ferning adalah pembentukan struktur seperti daun
pakis mengacu pada derajat dan pola yang tampak jika lendir dikeringkan di atas
permukaan kaca objek. pembentukan struktur daun pakis pada lendir serviks salah
satunya ditentukan oleh konsentrasi NaCl. Sepanjang siklus menstruasi komponen

8
tersebut merupakan garam dengan persentase tertinggi. Konsentrasi garam
tersebut mencapai puncaknya pada saat ovulasi.15
Terbentuknya pola ferning tergantung pada adanya mucin, protein dan
konsentrasi elektrolit . menyebutkan bahwa pada dasarnya semua elektrolit
menghasilkan reaksi pembentukan ferning dalam larutan pada konsentrasi yang
tepat (optimum). Karena semua garam mempunyai kemampuan membentuk
ferning, maka jumlah garam yang banyak akan memberikan gambaran ferning
yang lebih jelas. Lendir serviks mengandung garam kalium dalam jumlah yang
sangat sedikit atau merupakan trace elemen), sebaliknya sepanjang siklus
menstruasi garam natrium terdapat dalam jumlah paling banyak yaitu 0,7 %.
Sehingga dalam lendir serviks garam natrium lebih dominan dalam pembentukan
ferning. 8,15
Waktu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pada saat ovulasi,
bentuk daun pakis akan lebih jelas terlihat apabila diambil sampel lender pada
waktu yang mendekati ovulasi, dimana struktur tersebut akan mengering menjadi
sebuah bentuk seperti daun pakis (tes fern). Sebelum dan sesudah ovulasi dan
selama kehamilan akan di temukan pola dengan ciri khas yang berbeda. Pada saat
terjadi ovulasi lender serviks akan menjadi sangat cair dan jernih sebaliknya akan
tampak kekuningan dan kental jika diperiksa pada saat tahapan pra ovulasi dan
pasca ovulasi dari siklus haid. 15,16
Terdapatnya infeksi serviks atau darah pada saat pemeriksaan fern akan
menghambatkan pembentukan pola pakis yang sempurna. Ditemukannya pola
pakis yang sempurna selama pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas
estrogen yang baik dan tidak terdapat infeksi serviks.8

9
Gambar 1. Mukus serviks yang mengalamai kristalisasi berbentuk daun atau fern 17

2.4.1 FUNGSI PEMERIKSAAN FERN

a) Menilai aktivitas estrogen

Pemeriksaan fern merupakan sebuah metode sederhana untuk dapat


menilai ada atau tidaknya aktivitas dari estrogen. Terdapatnya infeksi
serviks atau darah pada saat pemeriksaan fern akan menghambatkan
pembentukan pola pakis yang sempurna. Ditemukannya pola pakis yang
sempurna selama pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas
estrogen yang baik dan tidak terdapat infeksi serviks. Lendir serviks
mengalami perubahan dramatis selama siklus menstruasi. Hormon yang
disekresikan oleh ovari mempengaruhi struktur dan aktivitas sekretori
serviks, yang mengakibatkan perubahan kuantitatif dan kualitatif pada
lendir serviks. Selama fase preovulasi (folikular) siklus menstruasi normal,
peningkatan kadar estrogen mempengaruhi serviks untuk menghasilkan
jumlah lendir tipis dan berair yang berlebihan. Pada pertengahan siklus
(sekitar waktu ovulasi), kualitas dan kuantitas lendir serviks sangat
optimal untuk penetrasi sperma. Selama fase postovulatory (luteal) siklus
menstruasi, tingkat penurunan estrogen dan progesteron mulai meningkat,
menyebabkan serviks menghasilkan sedikit lendir kental dan kental. Daya
tembus spermatozoa melalui lendir serviks pula sangat terhambat selama
fase luteal.5

10
b) Menentukan ovulasi

Ovulasi dapat di tegakkan dengan cukup akurat pada wanita - wanita


dengna siklus menstruasi yang teratur. Tidak ditemukannya pola pakis
pada mukus serviks selama masa pra menstruasi menandakan aktivitas
dari korpus luteum yang menghasilkan progesteron. Satu apusan mukus
serviks harus di ambil pada saat pertengahan siklus menstruasi dan satu
kali lagi pada saat sebelum menstruasi untuk dapat dengan akurat
menegakkan ovulasi. Ferning atau pola pakis harus ditemukan pada saat
pemeriksaan intermenstruasi dan menghilang pada saat sebelum
menstruasi untuk dapat menegakkan terjadinya ovulasi pada siklus
tersebut. Tetapi karena karena banyaknya faktor yang terlibat dalam
gambaran dari pola pakis ini, maka pemeriksaan ini tidak dapat secara
akurat menentukan hari dimana ovulasi terjadi.7

c) Menilai mukus serviks dan penetrasi sperma


Ditemukannya suatu pola pakis dengan bentuk yang sangat baik
pada saat pertengahan siklus menstruasi menandakan aktivitas estrogen
dan kanal serviks yang sehat, dimana keadaan tersebut memiliki daya
penerimaan terhadap penetrasi sperma yang tinggi. Jika gambaran pola
pakis yang sempurna tidak ditemukan, dan hanya pola pakis yang tidak
khas dengan unsur seluler yang sangat jelas, dan subyek yang di periksa
tidak mengalami endoservitis maka terapi estrogen mungkin dapat di
berikan pada subyek tersebut, tetapi memberikan terapi estrogen hanya
berdasarkan pada pemeriksaan apusan lendir serviks tidak disarankan
untuk di lakukan.7,8

d) Menentukan kehamilan awal


Ditemukannya pola pakis yang sempurna dapat menyingkirkan diagnosis
dari kehamilan jika seorang wanita tidak mengalami haid pada periode
tersebut. Hasil tes fern yang positif menunjukkan terjadinya siklus
anovulatorik pada wanita tersebut. Penggunaan alfa estradiol dosis tinggi

11
parenteral pada pasien dengan iregularitas menstruasi dan siklus anovulatorik
akan mempresipitasi pembentukan fern pada wanita - wanita yang tidak
sedang hamil.8

e) Memeriksa kebocoran cairan amnion


Ruptur membran amnion spontan merupakan suatu kejadian yang
normal terjadi pada saat persalinan. Ruptur yang terjadi sebelum onset
persalinan di sebut dengan ketuban pecah dini, dimana akan terjadi banyak
komplikasi (2% - 20%) infeksi dan mortalitas setelah ruptur terjadi.12
Ketuban pecah dini dapat di diagnosis dengan anamnesis yaitu terdapat
riwayat pengeluaran cairan dari vagina, dan di konfirmasi dengan
pemeriksaan speculum. Pemeriksaan baku emas yang tidak invasif untuk
menentukan diagnosis ruptur, adalah : 17
1) Akumulasi cairan jernih pada fornix posterior di vagina atau kebocoran
cairan yang berasal dari ostium serviks
2) pH yang bersifat basa dari cairan yang dikeluarkan yang dapat di periksa
dengan menggunakan kertas lakmus yang akan mengubah warna kertas
dari kuning menjadi biru (tes nitrazine)
3) ditemukannya pembentukan pola pakis (ferning) pada cairan yang
dikeluarkan oleh serviks pada saat dikeringkan.
Saat ini, pemeriksaan fern sebagian besar digunakan bersama – sama
dengan tes nitrazine untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini (KPD)
Tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang di laporkan dari pemeriksaan fern
adalah 51% dan 70%, pada pasien yang tidak sedang hamil sedangkan
sensitivitas dan spesifisitasnya akan meningkat menjadi 98% dan 88% pada
pasien yang sedang hamil.14

f) Sebagai evaluasi infertilitas


Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami istri
yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan

12
senggama teratur, tanpa menggunakan kontrasepsi tetapi belum berhasil
memperoleh kehamilan.6
Penyebab infertilitas dapat diklasifikasikan sebagai factor koitus laki-
laki (40%), cerviks (5%-10%), tuba uterina (30%) factor ovulasi (15-20%)
dan peritoneal atau factor pelvik (40%).14,16

Pemeriksaan dasar infertilitas merupakan hal yang sangat penting dalam


tatalaksana infertilitas. Dengan melakukan pemeriksaan dasar yang baik dan
lengkap, maka terapi dapat diberikan dengan cepat dan tepat, sehingga
penderita infertilitas dapat terhindar dari keterlambatan tatalaksana
infertilitas yang dapat memperburuk prognosis dari pasangan suami istri
tersebut. Masalah utama yang terkait dengan fertilitas adalah gangguan
fungsi ovulasi. Dengan pengaruh kadar estrogen yang memicu ovulasi,
lendir serviks akan menjadi tipis, berair, asin dan elastis, ketiga
kakrakteristik ini dapat di evaluasi dengan tes fern. Terbentuknya pola
ferning tergantung pada adanya mucin, protein, dan kosentrasi elektrolit,
semua elektrolit menghasilkan reaksi pembentukan ferning maka jumlah
elektrolit yang banyak akan memberikan gambaran ferning yang lebih jelas,
sepanjang siklus menstruasi natrium terdapat dalam jumlah paling banyak
0.7% sehingga dalam lender serviks natrium lebih dominan dalam
pembentukan ferning.

13
2.4.2 PROSEDUR PEMERIKSAAN FERN

a. Tujuan
Tes fern dapat digunakan menentuka aktifitas ekstrogen, menentukan
ovulasi, memastikan kehamilan awal, dan insufisiensi progresteron pada plasenta,
meskipun belum diteliti lebih lanjut untuk digunakan secara rutin. Tes fern juga,
dapat mendeteksi kebocoran cairan amnion pada membrane yang mengelilingi
fetus selama kehamilan. 1,17

b. Alat dan Bahan


Alat : Mikroskop dengan pembesaran objektif 10x - 40x
Bahan : Kaca objek mikroskop, pipet transfer atau swab vagina,
spekulum vagina.

c. Spesimen
Masukkan spekulum vagina ke dalam introitus vagina yang sebelumnya
telah dibersihkan dengan air. Jangan gunakan air pada saat pemeriksaan
karena dapat mengganggu hasil dari pemeriksaan.
d. Cara kerja
1. Ambil swab kemudian teteskan cairan atau usapkan swab tersebut ke atas
kaca objek yang telah di beri label nama pasien sebelumnya.
2. Letakkan kaca objek pada permukaan yang rata.
3. Biarkan spesimen mengering dalam suhu ruangan (kurang lebih 10
menit) atau dikeringkandengan cara melewatkannya di atas lampu
spritus beberapa kali agar benar-benar kering tidak terpengaruh oleh
kelembaban udara.
4. Periksa spesimen tersebut di bawah mikroskop kekuatan rendah tanpa
menggunakan deglass untuk menilai ferning yang tidak khas atau pola
dari ferning. Lalu periksa kembali pada pembesaran 40x untuk menilai
pola kristalisasi dari spesimen.

14
e. Hasil Pemeriksaan
Ferning mengacu pada derajat dan pola kristalisasi yang diamati ketika
lendir serviks kering dipermukaan kaca. Dalam hal ini jenis gambaran
ferning dapat bervariasi dan bergantung misalnya pada tebal siapan atau
jumlah sel. Skor (nilai) yang dipakai pada evaluasi lender serviks adalah:11
A. 0= Tidak ada kristalisasi
B. 1= Terjadi kristalisasi dengan pembentukan daun pakis yang hanya
mempunyai batang primer saja (atipik)
C. 2= Pembentukan daun pakis dengan mayoritas hanya batang primer dan
sekunder.
D. 3= Pembentukan daun pakis dengan batang primer, sekunder, tersier dan
kuartesier

A B

D
C

Gambar 2. Contoh pembentukan pakis lendir serviks pada kaca slide yang telah keringkan di
udara. A) ferning: 1, batang utama; 2, batang sekunder; 3, batang tersier; 4, batang kuaterner (skor
3); (B) batang primer dan sekunder (skor 2) tetapi beberapa terdapat juga batang tersier (C)
atipikal pakis kristalisasi (skor 1); (D) tidak ada kristalisasi (skor 0) 15

15
KESIMPULAN

Pemeriksaan Fern (uji pakis) lendir serviks merupakan salah satu


parameter dalam evaluasi lendir serviks. Ferning adalah pembentukan struktur
seperti daun pakis mengacu pada derajat dan pola yang tampak jika lender
dikeringkan di atas permukaan kaca objek. pembentukan struktur daun pakis pada
lendir serviks salah satunya ditentukan oleh konsentrasi NaCl. Sepanjang siklus
menstruasi komponen tersebut merupakan garam dengan persentase tertinggi.
Konsentrasi garam tersebut mencapai puncaknya pada saat ovulasi dimana
pemeriksaan tersebut dilakukan dapat menentukan proses ovulasi pada siklus
mestruasi, menilai mucus serviks dan penetrasi sperma, menilai insufisiensi
progresteron pada plasenta, menentukan kehamilan awal, memeriksa kebocoran
cairan amnion dan sebagai evaluasi infertilitas. Pelaksanaan Tes Fern dilakukan
dengan cara mengoles sampel lendir pada kaca gelas lalu dikeringkan. Kemudian
diamati dengan mikroskop perbesaran 10x10 dan ditentukan nilai ferning
berdasarkan pedoman penilaian ferning lendir serviks menurut WHO. Ketika
sampel lendir serviks dioleskan pada kaca gelas lalu dikeringkan, lendir serviks
akan mengering dan akan tampak gambaran daun pakis (fern-like pattern). Bentuk
daun pakis akan lebih jelas apabila diambil sampel lendir pada waktu yang
mendekati ovulasi. Ferning mengacu pada derajat dan pola kristalisasi yang
diamati ketika lendir serviks kering dipermukaan kaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Martyn, F., McAuliffe, F. and Wingfield, M. (2014). The role of the cervix
in fertility: is it time for a reappraisal?. Human Reproduction, 29(10),
pp.2092-2098.

2. Kipley JF (2013). Your Right to Know : Cervical Mucus.

3. Moghissi K, Neuhaus OW And Stevenson CS. (1960). Composition And


Properties Of Human Cervical Mucus.I. Electrophoretic Separation And
Identification Of Proteins. Wayne State University College of Medicine,
Detroit, Mich.

4. Keel AB (1981). Cervical Mucus Analysis: A Major Component in


Evaluation of Infertility. Laboratory Medicine. Vol 12, No. 3, March 1981

5. Vasilios Theodoros, H. (2015). The Detection of a Salivary Ferning


Pattern Using the Knowhen Ovulation Monitoring System as an Indication
of Ovulation. Journal of Womens Health Care, 04(03).

6. Andrea Brazdova. Study of immunological properties of sperm and


seminal plasma antigens: anti-seminal and anti-sperm antibodies in female
immune infertility : characterization of targeted proteins. Immunology.
Universit´e Pierre et Marie Curie - Paris VI, 2014. English.

7. Dubey S., V., Kumar Tiwari, M., Gaharwar, U., Pal, M. and Reddy, S.
(2016). Cervical mucus helps in the fertilization. World journal of
pharmacy and pharmaceutical sciences, 5(10).

8. Nakano, F., Leão, R. and Esteves, S. (2015). Insights into the role of
cervical mucus and vaginal pH in unexplained infertility. Medical Express,
2(2).

17
9. Hosseini MA, Nahidi F and Majdfar Z. (2007) Comparison Of Fern And
Evaporation Tests For Detection Of Ruptured Fetal Membranes. Eastern
Mediterranean Health Journal, Vol. 13, No. 1, 2007.

10. Tim Anatomi Unhas. Buku Ajar Anatomi Biomedik II. Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, Edisi 2, 2012

11. https://www.researchgate.net/figure/Figure-1-Anatomy-of-the-human-
uterine-cervix_6444659_fig4 ditelusuri tanggal 8 January 2018, jam 01.17

12. Anthony L. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas. United States.
McGraw Hill. 2010. P 396-404
13. http://reproduksiumj.blogspot.co.id/2011/09/displasia-dan-
kolposkopi.html ditelusuri tanggal 8 January 2018, jam 01.23
14. Charles R. and etc. Obstetrics and Gynecology Sixth Edition. 2010.
Philadelphia. 2010. P 214.
15. WHO. WHO laboratory manual for the examination and processing of
human semen. World Health organization; 2010: P. 245-250
16. Drdaiter.com. (2017). Infertility - A Couple's Survival Guide. [online]
Available at: http://www.drdaiter.com/37.html [Accessed 8 January 2018].
17. Cunningham, FG. Williams Obstetric. 24th edition. United States, New
York : McGraw-Hill Education; 2014. p. 48-49, 168

18

Anda mungkin juga menyukai