Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

TERAPI SENI (MEMBUAT BUNGA GANTUNG)

Disusun oleh:

1. Adelina Mir’atun H 6. Ni Komang Thalia

2. Aziz Oktasari Sihana 7. Novita Dwi Anugrahani

3. Dila Ayu Pertiwi 8. Tuti Ayu Safitri

4. Laylatul Udchiyah 9. Tyas Harum Cahyani

5. Nikita Putri Pertiwi M 10. Yasinta Agustin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES TELOGOREJO SEMARANG

2020
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

A. Latar Belakang
Terapi modalitas yang lebih dikenal dengan terapi komplementer atau terapi alternatif
adalah kelompok system pengobatan dan perawatan kesehatan, praktek dan atau produk
yang tidak tergolong dalam pengobatan konvensional yang bertujuan untuk membantu
proses penyembuhan dan mengurangi keluhan yang dialami oleh klien. Menurut Setyoadi
dan Kushariyadi (2011),menetapkan bahwa terapi komplementer secara garis besar
didasarkan sebagai kategori terapi pikiran-tubuh (mind-body therapy) sementara terapi
biomedis lenih banyak mempengaruhi seluruh tubuh dan berfokus terhadap pengobatan
atau penangan masalah fisik.

Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara.


Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan
kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya. Estimasi di Amerika Serikat 627 juta
orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik
konvensional (Smith et al., 2004 dalam Widyatuti, 2008). Data lain menyebutkan terjadi
peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991
menjadi 42% di 1997 (Synder & Lindquis, 2002 dalam Widyatuti, 2008). Dari sekian
banyak terapi komplementer yang sudah berkembang salah satu yaitu art therapy atau
terapi seni.

Terapi seni adalah bentuk dari terapi gambar, yang dapat digunakan sebagai sarana
curahan ekspresi seseorang. Istilah yang disebut dalam terapi ini adalah terapi seni atau
ekspresif (Jarboe, 2004) atau terapi gambar (The American Art Therapy Association,
2003). Terapi seni bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan penyembuhan pada
individu dengan menggunakan peralatan seni yang dapat diberikan pada semua usia,
keluarga, dan kelompok (Malchiodi, 2005). Terapi seni dapat dilakukan dengan kegiatan
visual berupa bunga gantung sebagai sarana utamanya.

B. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan demonstrasi tentang terapi seni membuat bunga gantung selama 2x60
menit diharapkan lansia mampu membuat bunga gantung.
C. Tujuan instruksional khusus
Setelah dilakukan demonstrasi selama 2x60 menit diharapkan lansia mampu:
1. Mengetahui alat dan bahan untuk membuat bunga gantung
2. Mengetahui cara membuat bunga gantung
3. Membuat bunga gantung

D. Sasaran
Lansia di Panti Wredha Harapan Ibu yang mampu secara fisik dan kognitif.

E. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi / tanya jawab

F. Media
Demonstrasi langsung dengan menggunakan alat dan bahan sebagai berikut :
1. Kain putih polos
2. Kelereng / batu
3. Ember
4. Pewarna pakaian beraneka warna

G. WAKTU DAN TEMPAT


Hari / Tanggal : Jumat, 7 Februari 2020
Waktu : 07.00 - selesai
Tempat : Panti Wredha Harapan Ibu
H. SETTING TEMPAT
Keterangan:

: Alat dan Bahan

: Lansia

: Demonstrator

Terdiri dari 4 kelompok

(kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, kelompok 4)

I. SUSUNAN ACARA

KEGIATAN
TAHAP KEGIATAN METODE MEDIA
PESERTA
Pembukaan 1. Memberi salam dan 1. Menjawab salam Ceramah -
(3 menit) perkenalan 2. Memberi tanggapan
2. Memperkenalkan diri dan pendapat.
dan kontrak waktu 3. Memperhatikan
3. Menjelaskan Tujuan

Penyajian 1. Menjelaskan alat dan 1. Memperhatikan, Ceramah Kain flanel,


(8 menit) bahan yang diperlukan memberi tanggapan dan Diskusi lem tembak,
2. Menjelaskan prosedur pendapat. jarum,
atau cara membuat 2. Memperhatikan benang
bunga gantung 3. Memperhatikan, jahit,
3. Mendemonstrasikan mengajukan benang wol,
pembuatan bunga pertanyaan. stik es krim,
gantung 4. Memperhatikan gunting,
4. Memberi kesempatan uang logam
untuk bertanya. koin
5. Menjawab pertanyaan
peserta
Penutup 1. Memberi pertanyaan 1. Menjawab pertanyaan Ceramah -
(4 menit) kepada peserta 2. Memperhatikan dan diskusi
2. Memberikan 3. Menjawab salam
reinforcement.
3. Menutup salam

J. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktural
1. Pre planning sudah siap dan sudah dikonsulkan maksimal 1 hari sebelum
pelaksanaan demonstrasi
2. Media sudah siap maksimal 1 hari sebelum pelaksanaan demonstrasi
3. Kontrak tempat dan waktu sudah dilaksanakan 2 hari sebelum pelaksanaan
demonstrasi
4. Setting tempat sudah dilakukan 30 menit sebelum pelaksanaan demonstrasi dimulai.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan sesuai dengan kontrak waktu yang disepakati atau direncanakan
b. Peserta hadir sebelum acara dimulai
c. Tempat, alat dan bahan dapat digunakan dengan baik dan disiapkan 30 menit
sebelum demonstrasi dimulai
d. Selama kegiatan terapi seni (membuat bunga gantung) 75% peserta mengikuti
kegiatan dengan baik (kooperatif dan aktif)
e. 100% penyaji mampu mendemonstrasikan cara pembuatan bunga gantung dengan
metode yang dapat diterima dan dipahami serta menggunakan bahasa yang
sederhana sehingga dapat dipahami oleh peserta
3. Evaluasi Hasil
a. 100% peserta mengikuti kegiatan demonstrasi dari awal sampai akhir
b. 100% peserta mampu menyebutkan alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat
bunga gantung
c. 100% peserta mampu mendemonstrasikan cara pembuatan bunga gantung
TERAPI SENI

A. Pengertian Terapi Seni


Terapi seni atau Art Therapy adalah terapi dengan menggunakan seni sebagai media
utamanya. Terapi seni dapat diartikan sebagai seni yang menjadi media terapi atau
melakukan kegiatan seni sebagai terapi. Art Therapy merupakan metode terapeutik yang
menggunakan pembuatan seni, hubungan profesional pada individu yang memiliki
pengalaman yang menyakitkan, trauma, atau individu yang memiliki tantangan dlam
hidupnya. Melalui kesenian dan melakukan refleksi terhadap seni dan prosesnya individu
dapt meningatkan kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain, mengatasi gejala stres,
pengalaman traumatik, meningkatkan kemampuan kognitif, dan dapat menikmati
kehidupan yang menyenangkan dengan membuat kesenian. Melalui aktifitas seni tersebut
individu di asumsikan mendapat media paling aman untuk memfasilitasi komunikasi
melalui eksplorasi fikiran, persepsi, keyakinan, dan pengalaman, khususnya emosi (Holt &
Kaiser, 2009).

B. Jenis-jenis Terapi Seni


Jenis-jenis terapi seni menurut Geue,dkk (2010) antara lain:
1. Terapi seni dalam melukis atau menggambar
Melukis sebagai terapi, berkaitan dengan aspek kontemplatif atau sublimasi.
Kontemplatif atau sublimasi merupakan suatu cara atau proses yang bersifat
menyalurkan atau mengeluarkan segala sesuatu yang bersifat kejiwaan, seperti perasaan
memori, pada setiap sesi terapi. Kontemplatif dalam arti, berbagai endapan batin yang
ditumpuk, baik itu berupa memori, perasaan, dan berbagai gangguan persepsi visual
dan auditorial, diusahakan untuk dikeluarkan atau disampaikan. Dengan demikian
pasien tidak terjebak pada suatu situasi dimana hanya diri sendiri terjebak pada realitas
imajiner yang diciptakan oleh diri sendiri.
Aspek kontemplatif atau sublimasi inilah yang kemudian dikenal dengan istilah katarsis
dalam dunia psikoanalisa. Hal tersebut, juga sekaligus dapat menjadi media untuk
mencari pemicu atau akar permasalahan melalui berbagai visualisasi atau symbol-
simbol yang muncul selama terapi berlangsung, seringkali tampak gambar beberapa
image yang merupakan simbolisasi dari ekspresi bawah sadar dari pasien. Kemudian
bagi terapis, beragam visualisasi inilah yang menjadi perangkat untuk menentukan
diagnose sampai sejauh apakah kerusakan kondisi kejiwaan pasien, dan pengobatan
jenis apakah yang sesuai bagi pasien.
2. Terapi seni dalam dance atau menari
Terapi tari dan gerak merupakan psikoterapeutik dengan menggunakan tarian dan
gerakan dimana setiap orang dapat ikut serta secara kreatif dalam proses untuk
memajukan integritas emosional, kognitif, fisik, dan sosial. Terapi tari dan gerak tidak
hanya mengajarkan kemampuan menari atau latihan tari, terapi tari dan gerak
mempunyai dua asumsi pokok yaitu bagaimana klien dapat mengontrol diri dan
mengekspresikan perasaan serta merupakan pendekatan holistic yang penting bagi
tubuh, proses berfikir, dan bekerja mengacu pada integrasi diri. Individu selalu
mengungkapkan diri dalam gerak dan tari, mengungkapkan rasa terimakasih.
3. Terapi seni dalam memainkan alat music atau menyanyi
Terapi music adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan
suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir
sedemikian rupa hingga tercipta music yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan
mental. Terapi music adalah terapi yang universal. Music memiliki kekuatan untuk
meningkatkan, memulihkan dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional dan
spiritual. Hal ini disebabkan music memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena music
bersifat nyaman, menyenangkan, mampu membuat rileks, berstruktur, dan universal.
Terdapat dua macam terapi music yaitu :
a. Terapi music aktif
Dalam terapi music aktif pasien diajak bernyanyi, belajar memainkan alat
music, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat. Dengan kata lain
pasien berinteraksi aktif dengan dunia music.
b. Terapi music pasif
Terapi music pasif yaitu pasien mendengarkan dan menghayati suatu alunan
music tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya. Hal terpenting dalam
terapi music pasif yaitu pemilihan jenis music harus tepat dengan kebutuhan
pasien.
C. Manfaat Terapi Seni
Manfaat dari penerapan terapi seni menurut Edward, 2014 antara lain:
1. Menstrimulasi partisipasi yang aktif
2. Mendorong untuk mempelajari hal dan fungsi yang baru
3. Mendorong munculnya kesempatan untuk sukses, menjadi positif dan menyenangkan
di dalam sosialisasi
4. Meningkatkan motivasi
5. Pengembangan diri
6. Meningkatkan kemandirian dan arah diri
7. Meningkatkan kesadaran diri
8. Memperkuat memori
9. Dapat meningkatkan konsep diri dapat terjadi karena tumbuhnya percaya diri dalam
bersosialisasi, sehingga memudahkan mereka untuk memandang dirinya lebih positif1

D. Bunga Gantung
Pembuatan bunga gantung menurut Hartati (2013, hlm.94) yaitu sebagai berikut:
1. Alat dan bahan
a. Kain flanel
b. Lem tembak
c. Jarum
d. Benang jahit
e. Benang wol
f. Stik es krim
g. Gunting
h. Uang logam koin
2. Cara pembuatan
a. Gantungan
1) Gabungkan 2 stik es krim menjadi 1 memanjang
2) Susun gabungan 2 stik es krim menjadi berbentuk persegi
b. Bunga
1) Cetak kain flanel merah dan kuning menggunakan uang logam koin atau tutup
botol, lalu potong sesuai bentuk
2) Lipat 4 kain flanel yang sudah dicetak disusun ke atas kemudian dijahit menjadi
satu sehingga menjadi bentuk bunga
3) Cetak kain flanel hijau berbentuk daun, kemudian tempelkan pada belakang
bunga
4) Siapkan benang wol, tempelkan bunga ke benang wol kemudian disusun ke
bawah
5) Setelah selesai bunga ditempel pada benang wol, kemudian ikatkan benang wol
pada gantungan yang sudah dibuat dari stik es krim
DAFTAR PUSAKA

Hartanti, S. (2013). Kerajinan dan ketrampilan. Yogyakarta: Juanda Medika

Holt E, Kaiser DH. The First Step Series: Art therapy for early substance abuse treatment. The

Arts in Psychotherapy. 2009;36:245–250

Jarboe, K.S. (2004). Treatment Nonadherence : Cause And Potensial Solution. Journal of the

American Psychiatric Nurses Association, Vol 8, No. 4 suppl, S18-S25

Malchiodi, C. A. (2005). Expressive Therapies: History, Theory, and Practice. In C. A.

Malchiodi (Ed.), Expressive Therapies (pp. 1-15). New York and London: The

Guilford Press.

Setyoadi, K., 2011; Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa pada Klien Psikogeriatrik; Salemba

Medika, Jakarta

Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004). Clinical nursing skills: Basic to advanced skills.

New Jersey: Pearson Prentice Hall

Snyder, M. & Lindquist, R. (2002). Complementary/alternative therapies in nursing. 4th Ed.

New York: Springer

The American Art Therapy Association. (2003). Frequently asked questions about art therapy.

Dikutip dari http://www.arttherapy.org/aboutarttherapy/about.htm. pada February, 2,

2020.

Widyatuti (2008). Terapi Komplementer Dalam Keperawatan. Jurnal Keperawatan

Indonesia, 12(1), 53-57. https://doi.org/10.7454/jki.v12i1.200

Anda mungkin juga menyukai