Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Keperawatan Medikal


Sub Pokok bahasan : Perawatan Akses Vaskuler
Sasaran : Keluarga Pasien di Ruang Hemodialisa
Tempat : Ruang Tunggu R. Hemodialisa
Hari/Tanggal : Jumat, 8 April 2016
Pemateri : Kelompok 15 PSIK UB

A. Tujuan
 Tujuan Umum
Diharapkan setelah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang perawatan
akses vaskuler, keluarga pasien dapat melakukan perawata secara mandiri.
 Tujuan Khusus
1. Keluarga mampu menjelaskan pengertian akses vaskuler
2. Keluarga mengetahui klasifikasi akses vaskuler
3. Keluarga mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada akses vaskuler
4. Keluarga mampu melakukan persiapan alat dan perawatan akses vaskuler
dengan benar

B. Rencana Kegiatan
1. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
c. Diskusi
2. Media dan Alat Bantu
a. Leaflet
b. LCD
3. Waktu dan Tempat
a. Hari / Tanggal : Jumat, 8 April 2015
b. Alokasi Waktu : 25 menit
c. Tempat : Ruang Tunggu Hemodialisa RSSA Malang
4. Materi dan Pemateri
a. Materi : Akses Vaskuler
- Definisi Akses Vaskuler
- Persiapan alat perawatan akses vaskuler
- Cara melakukan perawatan akses vaskuler
- Pencegahan Infeksi
b. Pemateri : Mahasiswa kelompok 15 PSIK UB

5. Peserta : Keluarga pasien di ruang tunggu hemodialisa RSSA


Malang
C. Tabel Deskripsi Kegiatan
Tahap Wakt Kegiatan Metode Media
u Pemateri Peserta
Pembukaan 5 Pembukaan : Ceramah -
menit - Mengucapkan - Menjawa
salam pembuka b salam
- Memperkenalka - Mendeng
n diri arkan dan
- Kontrak waktu, memperh
mengkondisikan atikan
keluarga pasien pembuka
- Menjelaskan a
agenda
kegiatan, tujuan
kegiatan,
menyebutkan
materi/pokok
bahasan yang
akan
disampaikan

Pendidikan 15 Pelaksanaan : Ceramah Leaflet


Kesehatan menit - Mengeksplor - Menjawab dan
pengetahuan pertanyaa LCD
keluarga n
tentang akses - Mendeng
vaskuler arkan,
- Menjelaskan menyimak
pokok materi dan,
secara memperh
berurutan atikan
yang meliputi : pendidika
 Definisi n yang
akses diberikan.
vaskuler
 Klasifikasi - Membaca
akses dan
vaskuler memaha
 Komplika mi materi
si yang
dapat
terjadi
pada
akses
vaskuler
 Persiapan
alat saat
perawata
n akses
vaskuler
 Cara
perawata
n akses
vaskuler
Penutup 5 Penutup : Ceramah Leaflet
menit - Menanyakan - Bertanya dan
apakah ada mengenai LCD
penjelasan penjelasa
dari penyaji n yang
yang kurang kurang
jelas jelas.
- Mohon maaf - Mendeng
atas arkan dan
kekurangan memperh
dan atikan
mengucapkan penyaji.
terima kasih - Menjawa
atas perhatian b salam
peserta, serta penutup
salam penyaji
penutup.
- Melakukan
evaluasi
dengan
memberikan
beberapa
pertanyaan
terkait materi
D. Evaluasi
 Struktur
1. Tersedianya leaflet sebagai media edukasi
2. Edukasi berjalan sesuai dengan jadwal yang telah dicantumkan
pada silabus.
3. Pemateri menyampaikan materi secara sistematis

 Proses
1. Peserta memperhatikan dan berkonsentrasi selama kegiatan
edukasi berlangsung.
2. Peserta aktif bertanya kepada pemateri terkait materi yang
disampaikan.

 Hasil
Seluruh keluarga pasien di ruang tunggu hemodialisa RSSA dapat
mengerti penjelasan pemateri, dapat menjawab pertanyaan evaluasi
dari pemateri 75%

E. Daftar Lampiran
 Lampiran Materi
 Daftar Pustaka
MATERI PENYULUHAN
PERAWATAN AKSES VASKULER PADA PASIEN HEMODIALISIS

1. PENGERTIAN
- Hemodialisis adalah suatu upaya untuk membersihkan sisa-sisa
metabolisme tubuh dan kelebihan cairan dari darah yang
menggunakan mesin berfiltrasi (Morton, Fontaine, Hudak dan Gallo,
2005). HD bekerja dengan menggunakan prinsip osmosis dan filtrasi.
Untuk pelaksanaan HD diperlukan suatu akses jangka panjang yang
adekuat.
- Kateter double lumen adalah sebuah alat yang terbuat dari bahan
plastic PVC mempunyai 2 cabang, selang merah (arteri) untuk
keluarnya darah dari tubuh ke mesin dan selang biru (vena) untuk
masuknya darah dari mesin ke tubuh (Allen R. Nissenson,dkk, 2004)

2. KLASIFIKASI AKSES VASKULER


 Akses Vaskular Akut, dibagi menjadi :
a. Fistula Eksternal Arteriovenousus
Fistula eksternal arteriovenousus diperkenalkan oleh Scribner dan
Quinton pada tahun 1960, nama lainnya adala shunt Scribner. Shunt
Scribner dibuat dengan memasang selang Silastic dengan ujung
Teflon yang sesuai ke dalam arteri radialis dan vena cephalika pada
pergelangan tangan atau ke dalam arteri tibialis posterior dan vena
saphenousus pada pergelangan kaki. Bila shunt ingin digunakan,
maka selang Silastic dihubungkan secara langsung dengan selang
darah dan mesin dialisa, jika tidak digunakan maka selang
dihubungkan dengan konektor Teflon. Ada kerugian karena pemakaian
shunt Scribner adalah thrombosis, mudah tercabut dan perdarahan.
Karena banyaknya kekurangan shunt Scribner tersebut, maka shunt ini
sekarang sudah jarang dipakai untuk hemodialisis.

b. Kateter Double-Lumen Hemodialisis


Kateter double-lumen hemodialisis merupakan alat akses vaskular
hemodialisis akut. Kateternya terbuat dari polyurethane, polyethylene
atau polytetrafluoethylene.
Gambar 2.

c. Tunneled Cuffed Catheter


Tunneled cuffed catheter adalah kateter double lumen silastic atau
silicon dengan cuff dapat digunakan sebagai akses temporary pada
hemodialisis dimana fistulanya belum siap digunakan. Keuntungannya
kateter ini dapat segera digunakan, tidak ada resiko menembus arteri
dan tidak diperlukan jarum bila memerlukan hemodialisis. Kerugiannya
adalah resiko bakteremia dan infeksi yang menjalar karena pemakaian
kateter dan kecepatan aliran darah yang rendah secara persisten yang
menyebabkan hemodialisis tidak adekuat.

Gambar 3.

 Akses Vaskular Permanen, dibagi menjadi:


a. Fistula Arteriovenousus Primer
AV fistula primer pertama-tama diperkenalkan oleh Cimino dan Brescia
pada tahun 1961. Fistula ini dibuat dengan membuat anastomosis end
to side vena ke arteri pada vena cephalika dan arteri radialis dan
memerlukan waktu 2-6 bulan untuk matur sehingga dapat digunakan.
Jenis fistula primer lainnya adalah fistula brachiocephalica pada siku
dan diubah menjadi fistula brachiobasilica. Perubahan fistula
brachiobasilica dibuat dengan membuat insisi dari lengan bawah ke
axial sepanjang rute vena basilica dan dibuat anastomosis dengan
arteri brachialis. Keuntungannya adalah pemakaian AV fistula dapat
digunakan untuk waktu beberapa tahun, sedikit terjadi infeksi, aliran
darahnya tinggi dan memiliki sedikit komplikasi seperti thrombosis.
Sedangkan kerugiannya adalah memerlukan waktu cukup lama sekitar
6 bulan atau lebih sampai fistula siap dipakai dan dapat gagal karena
fistula tidak matur atau karena gangguan masalah kesehatan lainnya.

Gambar 4.

b. Graft Arteriovenousus Sintetis


AV graft sintetis adalah suatu tindakan pembedahan dengan
menempatkan graft polytetrafluoroethylene (PTFE) pada lengan bawah
atau lengan atas (arteri brachialis ke vena basilica proksimal).
Keuntungannya graft ini dapat dipakai dalam waktu lebih kurang 3
minggu untuk bias dipakai. Kerugiannya dapat terjadi thrombosis dan
infeksi lebih tinggi daripada pemakaian AV fistula primer. Akhir-akhir ini
di temukan bahwa graft PTFE dilakukan pada dinding dada (arteri
aksilaris ke vena aksilaris atau arteri aksilaris ke vena jugularis) atau
pada paha (arteri femoralis ke vena femoralis).

3. KOMPLIKASI YANG TIMBUL AKIBAT KATETER AKSES VASKULER


a. Komplikasi karena penusukkan
Komplikasi karena penusukkan yang terjadi seperti disritmia atrium dan
disritmia ventrikel. Disritmia atrium dapat terjadi 40% pada pemakaian
kateter subclavian dan terjadi 20% disritmia ventrikel. Terjadi komplikasi
pneumothoraks 1-5% pada kateter subclavian tetapi kurang dari 0,1%
pada kateter jugularis internal. Selain itu, terjadi pula komplikasi akibat
penusukkan adalah emboli udara, perforasi pada dinding jantung atau
vena sentral, tamponade pericardium dan tertembusnya arteri.
b. Infeksi
Infeksi karena penggunaan kateter merupakan masalah utama. Infeksi
terjadi akibat migrasi mikroorganisme dari kulit pasien melalui lokasi
tusukan kateter dan turun ke permukaan luar kateter atau dari kateter
yang terkontaminasi selama prosedur hemodialisis. Menurut Nissenson
(2005) pemakaian femoral kateter beresiko terjadi bakteremia 3,1%
selama satu minggu kateterisasi dan meningkat menjadi 10,7% setelah 2
minggu kateterisasi. Oleh karena itu, pemakaian kateter femoral harus
dilepaskan setelah pemakaian satu minggu. Infeksi terjadi pula pada
pemakaian kateter jugularis internal sebesar 5,4% pada 3 minggu dan
meningkat menjadi 10,3% setelah pemakaiam 4 minggu.
c. Thrombosis dan emboli udara
Thrombosis dapat terjadi setelah pemasangan kateter karena kesalahan
teknik. Thrombosis dapat menyebabkan hilangnya akses vascular untuk
HD.
d. Stenosis vena sentral
Stenosis lebih sering terjadi pada pemakaian kateter subclavian.

5. CARA DAN TEKNIK PERAWATAN AKSES VASKULER


a) Tujuan Perawatan Kateter Double Lumen
Adalah mencegah terjadinya infeksi, mencegah adanya bekuan darah
di selang kateter double lumen, kateter dapat digunakan dalam waktu
tertentu dan aliran darah menjadi lancar.

b) Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan kateter double lumen


Adalah kebersihan kateter, kondisi kateter yang tidak tertekuk,
rembesan darah dari sambungan tutup kateter, kateter lepas atau
berubah posisi, tanda – tanda peradangan dan keluhan pasien.

c) Prosedur perawatan kateter double lumen


- Kaji warna kulit disekitar lokasi pemasangan chateter double
lumen, apakah ada kemerahan.
- Kaji daerah lokasi penusukan, apakah ada tanda-tanda
phlebitis seperti kemerahan, nyeri, bengkak
- Monitor respon pasien

d) Persiapan alat
- Set steril (sarung tangan steril, kasa, pinset anatomis, 3 kom
- Bethadine
- Alcohol 70%
- NaCl 0,9%
- Sarung tangan disposable
- Spuit 5 cc
- Kain perlak (alas)
- Plester
- Plastik
- Salep

e) Cara Perawatan
- Perawat mencuci tangan
- Memakai sarung tangan disposable
- Dekatkan alat yang digunakan
- Letakkan alas (perlak) di bawah kateter double lumen
- Lepaskan balutan kotor dari badan pasien dan masukkan balutan
tersebut ke dalam plastik kotor.
- Lepaskan sarung tangan disposible
- Buka set steril
- Pakai sarung tangan steril
- Isilah masing – masing kom dengan betadin solution, alcohol 70 %.
Jika di unit hemodialisa menggunakan bromderm spray (alkohol dan
bethadine)
- Lakukan desinfektan pada area kulit di sekitar lokasi penusukan (exit
site) dengan menggunakan alkohol 70% dan diulangi sampai kulit
bebas dari kotoran. Kemudian berikan desinfektan dengan bethadine
solution secara sirkuler dari arah dalam keluar.
- Sekitar exit site, betroban salep lalu ditutup dengan kasa steril.
- Berikan heparin pekat sesuai dengan anjuran yang tertera dalam
selang pada kateter double lumen (unit hemodialisa).
- Kencangkan kateter double lumen dan tutup kateter double lumen
dan klem dalam posisi terkunci (unit hemodialisa).
- Fiksasi kateter double lumen + elastic verban (femoral)
- Tutuplah seluruh kateter dengan kasa steril dan transparan dressing
- Bersihkan alat-alat yang sudah terpakai
- Cek kembali keadaan exit site dan kelancaran kateter
- Lepaskan sarung tangan steril
- Perawat mencuci tangan
- ( Fresenius Medical Care, Perawatan Catheter double lumen, 2008)
f) Evaluasi
- Kaji respon klien : keluhan nyeri, ekspresi wajah
- Monitor tanda-tanda peradangan, infeksi atau iritasi pada area
tusukkan
- Monitor kondisi kateter : kelancaran, kondisi tertekuk, rembesan.

Anda mungkin juga menyukai