Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN AKSES VASKULER

Disusun Oleh:
KELOMPOK 5 A

Dorkas Maarisi
Eva Gandaria
Indriyani Asky
Shera A. Sausabung
Ummul Khairah M. Anis
Yurike P. Mandolang

POLTEKKES KEMENKES MANADO


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS LANJUTAN
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERAWATAN AKSES VASKULER

Pokok Bahasan : Keperawatan Medikal Bedah


Sub Pokok bahasan : Perawatan Akses Vaskuler
Hari/Tanggal : Kamis, 18 Agustus 2022
Jam : 10:00 s/d selesai
Waktu : 30 menit
Sasaran : Pasien dan keluarga
Tempat : HD DAHLIA RSUP.Prof.Dr.R.D. Kandou Manado
Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners Poltekkes Manado

A. Tujuan
1. TujuanUmum
Diharapkan setelah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang perawatan akses
vaskuler, keluarga pasien dapat melakukan perawata secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
a. Keluarga mampu menjelaskan pengertian akses vaskuler
b. Keluarga mengetahui klasifikasi akses vaskuler
c. Keluarga mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada akses vaskuler
d. Keluarga mampu melakukan persiapan alat dan perawatan akses vaskuler dengan
benar
B. Materi
Terlampir
C. Metode
1. Ceramah 
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
D. Media
Leaflet
E. Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Pendidikan Kesehatan Respon & Sasaran
1. 5 menit Pembukaan : a. Menjawab salam
a. Mengucapkan salam pembuka b. Mendengarkan dan
b. Memperkenalkan diri memperhatikan
c. Kontrak waktu,
mengkondisikan keluarga
pasien
d. Menjelaskan agenda kegiatan,
tujuan kegiatan, menyebutkan
materi/pokok bahasan yang
akan disampaikan

2. 15 menit Pelaksanaan : a. Memperhatikan


a. Mengeksplor pengetahuan
penjelasan materi yang
keluarga tentang akses
vaskuler akan diberikan
b. Menjelaskan pokok materi
secara berurutan yang meliputi
:
1) Definisi akses vaskuler
2) Klasifikasi akses vaskuler
3) Komplikasi yang dapat terjadi
pada akses vaskuler
4) Persiapan alat saat perawatan
akses vaskuler
5) Cara perawata n akses
vaskuler

3. 5 menit Evaluasi : a. Menjawab pertanyaan


b. Menyimak kesimpulan
a. Menanyakan kembali materi
yg di berikan
b. Memberikan kesimpulan
tentang materi peyuluhan

4. 5 menit Penutup : a. Mendengarkan dan


a.    Menyimpulkan hasil penyuluhan memperhatikan
b.    Mengakhiri dengan salam b. Menjawab salam
F. Evaluasi 
a. Struktur :
1. Tersedianya leaflet sebagai media edukasi
2. Edukasi berjalan sesuai dengan jadwal
3. Pemateri menyampaikan materi secara sistematis
b. Proses :
Peserta memperhatikan dan berkonsentrasi selama kegiatan edukasi berlangsung.
c. Hasil :
Seluruh keluarga pasien di ruang tunggu hemodialisa dapat mengerti penjelasan pemateri,
dapat menjawab pertanyaan evaluasi dari pemateri.
G. Sumber
https://id.scribd.com/doc/307188552/Sap-Perawatan-Akses-Vaskuler
MATERI PENYULUHAN
PERAWATAN AKSES VASKULER
PADA PASIEN HEMODIALISIS

A. PENGERTIAN
Hemodialisis adalah suatu upaya untuk membersihkan sisa-sisa metabolisme tubuh dan
kelebihan cairan dari darah yang menggunakan mesin berfiltrasi (Morton, Fontaine,
Hudak dan Gallo, 2005). HD bekerja dengan menggunakan prinsip osmosis dan filtrasi.
Untuk pelaksanaan HD diperlukan suatu akses jangka panjang yang adekuat.

B. KLASIFIKASI AKSES VASKULER


Akses Vaskular Akut, dibagi menjadi :
a. Fistula Eksternal Arteriovenousus
Fistula eksternal arteriovenousus diperkenalkan oleh Scribner dan Quinton pada tahun
1960, nama lainnya adala shunt Scribner. Shunt Scribner dibuat dengan memasang selang
Silastic dengan ujung Teflon yang sesuai ke dalam arteri radialis dan vena cephalika pada
pergelangan tangan atau ke dalam arteri tibialis posterior dan vena saphenousus pada
pergelangan kaki. Bila shunt ingin digunakan, maka selang Silastic dihubungkan secara
langsung dengan selang darah dan mesin dialisa, jika tidak digunakan maka selang
dihubungkan dengan konektor Teflon. Ada kerugian karena pemakaian shunt Scribner
adalah thrombosis, mudah tercabut dan perdarahan. Karena banyaknya kekurangan shunt
Scribner tersebut, maka shunt ini sekarang sudah jarang dipakai untuk hemodialisis.
b. Kateter Double-Lumen Hemodialisis
Kateter double lumen adalah sebuah alat yang terbuat dari bahan plastic PVC mempunyai
2 cabang, selang merah (arteri) untuk keluarnya darah dari tubuh ke mesin dan selang
biru (vena) untuk masuknya darah dari mesin ke tubuh (Allen R. Nissenson,dkk, 2004)
Kateter double-lumen hemodialisis merupakan alat akses vaskular hemodialisis akut.
Kateternya terbuat dari polyurethane, polyethylene atau polytetrafluoethylene.
c. Tunneled Cuffed Catheter
Tunneled cuffed catheter adalah kateter double lumen silastic atau silicon dengan cuff
dapat digunakan sebagai akses temporary pada hemodialisis dimana fistulanya belum
siap digunakan. Keuntungannya kateter ini dapat segera digunakan, tidak ada resiko
menembus arteri dan tidak diperlukan jarum bila memerlukan hemodialisis. Kerugiannya
adalah resiko bakteremia dan infeksi yang menjalar karena pemakaian kateter dan
kecepatan aliran darah yang rendah secara persisten yang menyebabkan hemodialisis
tidak adekuat.

Akses Vaskular Permanen, dibagi menjadi:


a. Fistula Arteriovenousus Primer
AV fistula primer pertama-tama diperkenalkan oleh Cimino dan Brescia pada tahun
1961. Fistula ini dibuat dengan membuat anastomosis end to side vena ke arteri pada
vena cephalika dan arteri radialis dan memerlukan waktu 2-6 bulan untuk matur sehingga
dapat digunakan. Jenis fistula primer lainnya adalah fistula brachiocephalica pada siku
dan diubah menjadi fistula brachiobasilica. Perubahan fistula brachiobasilica dibuat
dengan membuat insisi dari lengan bawah ke axial sepanjang rute vena basilica dan
dibuat anastomosis dengan arteri brachialis. Keuntungannya adalah pemakaian AV fistula
dapat digunakan untuk waktu beberapa tahun, sedikit terjadi infeksi, aliran darahnya
tinggi dan memiliki sedikit komplikasi seperti thrombosis. Sedangkan kerugiannya
adalah memerlukan waktu cukup lama sekitar 6 bulan atau lebih sampai fistula siap
dipakai dan dapat gagal karena fistula tidak matur atau karena gangguan masalah
kesehatan lainnya.

b. Graft Arteriovenousus Sintetis


AV graft sintetis adalah suatu tindakan pembedahan dengan menempatkan graft
polytetrafluoroethylene (PTFE) pada lengan bawah atau lengan atas (arteri brachialis ke
vena basilica proksimal). Keuntungannya graft ini dapat dipakai dalam waktu lebih
kurang 3 minggu untuk bias dipakai. Kerugiannya dapat terjadi thrombosis dan infeksi
lebih tinggi daripada pemakaian AV fistula primer. Akhir-akhir ini di temukan bahwa
graft PTFE dilakukan pada dinding dada (arteri aksilaris ke vena aksilaris atau arteri
aksilaris ke vena jugularis) atau pada paha (arteri femoralis ke vena femoralis).

C. KOMPLIKASI YANG TIMBUL AKIBAT KATETER AKSES VASKULER


1) Komplikasi karena penusukkan
Komplikasi karena penusukkan yang terjadi seperti disritmia atrium dan disritmia
ventrikel. Disritmia atrium dapat terjadi 40% pada pemakaian kateter subclavian dan
terjadi 20% disritmia ventrikel. Terjadi komplikasi pneumothoraks 1-5% pada kateter
subclavian tetapi kurang dari 0,1% pada kateter jugularis internal. Selain itu, terjadi
pula komplikasi akibat penusukkan adalah emboli udara, perforasi pada dinding
jantung atau vena sentral, tamponade pericardium dan tertembusnya arteri.
2) Infeksi
Infeksi karena penggunaan kateter merupakan masalah utama. Infeksi terjadi akibat
migrasi mikroorganisme dari kulit pasien melalui lokasi tusukan kateter dan turun ke
permukaan luar kateter atau dari kateter yang terkontaminasi selama prosedur
hemodialisis. Menurut Nissenson (2005) pemakaian femoral kateter beresiko terjadi
bakteremia 3,1% selama satu minggu kateterisasi dan meningkat menjadi 10,7%
setelah 2 minggu kateterisasi. Oleh karena itu, pemakaian kateter femoral harus
dilepaskan setelah pemakaian satu minggu. Infeksi terjadi pula pada pemakaian
kateter jugularis internal sebesar 5,4% pada 3 minggu dan meningkat menjadi 10,3%
setelah pemakaiam 4 minggu.
3) Thrombosis dan emboli udara
Thrombosis dapat terjadi setelah pemasangan kateter karena kesalahan teknik.
Thrombosis dapat menyebabkan hilangnya akses vascular untuk HD.
4) Stenosis vena sentral
Stenosis lebih sering terjadi pada pemakaian kateter subclavian.

D. CARA DAN TEKNIK PERAWATAN AKSES VASKULER


a. Tujuan Perawatan Kateter Double Lumen
Adalah mencegah terjadinya infeksi, mencegah adanya bekuan darah di selang kateter
double lumen, kateter dapat digunakan dalam waktu tertentu dan aliran darah menjadi
lancar.
b. Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan kateter double lumen
Adalah kebersihan kateter, kondisi kateter yang tidak tertekuk, rembesan darah dari
sambungan tutup kateter, kateter lepas atau berubah posisi, tanda – tanda peradangan
dan keluhan pasien.
c. Prosedur perawatan kateter double lumen
 Kaji warna kulit disekitar lokasi pemasangan chateter double lumen, apakah ada
kemerahan.
 Kaji daerah lokasi penusukan, apakah ada tanda-tanda phlebitis seperti
kemerahan, nyeri, bengkak
 Monitor respon pasien
 Persiapan alat
1. Set steril (sarung tangan steril, kasa, pinset anatomis, 3 kom
2. Bethadine
3. Alcohol 70%
4. NaCl 0,9%
5. Sarung tangan disposable
6. Spuit 5 cc
7. Kain perlak (alas)
8. Plester
9. Plastik
10. Salep
d. Cara Perawatan
1. Perawat mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan disposable
3. Dekatkan alat yang digunakan
4. Letakkan alas (perlak) di bawah kateter double lumen
5. Lepaskan balutan kotor dari badan pasien dan masukkan balutan tersebut ke
dalam plastik kotor.
6. Lepaskan sarung tangan disposible
7. Buka set steril
8. Pakai sarung tangan steril
9. Isilah masing – masing kom dengan betadin solution, alcohol 70 %. Jika di unit
hemodialisa menggunakan bromderm spray (alkohol dan bethadine)
10. Lakukan desinfektan pada area kulit di sekitar lokasi penusukan (exit site) dengan
menggunakan alkohol 70% dan diulangi sampai kulit bebas dari kotora
11. Kemudian berikan desinfektan dengan bethadine solution secara sirkuler dari arah
dalam keluar.
12. Sekitar exit site, betroban salep lalu ditutup dengan kasa steril.
13. Berikan heparin pekat sesuai dengan anjuran yang tertera dalam selang pada
kateter double lumen (unit hemodialisa).
14. Kencangkan kateter double lumen dan tutup kateter double lumen dan klem
dalam posisi terkunci (unit hemodialisa).
15. Fiksasi kateter double lumen + elastic verban (femoral)
16. Tutuplah seluruh kateter dengan kasa steril dan transparan dressing
17. Bersihkan alat-alat yang sudah terpakai
18. Cek kembali keadaan exit site dan kelancaran kateter
19. Lepaskan sarung tangan steril
20. Perawat mencuci tangan
e. Evaluasi
 Kaji respon klien : keluhan nyeri, ekspresi wajah
 Monitor tanda-tanda peradangan, infeksi atau iritasi pada area tusukkan
 Monitor kondisi kateter : kelancaran, kondisi tertekuk, rembesan.

Anda mungkin juga menyukai