Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Edukasi Perawatan Arteri Vena Shunt (AV Shunt)


Pada Pasien Hemodialisis”

Disusun oleh:
Dwi Kuswono
NIM. 225070209111019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERAWATAN AV SHUNT PADA
PASIEN HEMODIALISIS

A. Latar Belakang
Ginjal merupakan tubuh manusia yang memiliki fungsi yang
penting sebagai organ ekskresi dalam tubuh mirip kacang dan terletak
dibelakang perut atau abdomen. Fungsi utama organ tersebut adalah
membersihkan darah dari senyawa beracun pada tubuh sebelum akhirnya
dialirkan ke seluruh tubuh kemudian dikeluarkan melalui urin (Revision et
al., 2023). Apabila fungsi ginjal mengalami penurunan sehingga tidak
mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan maupun pembuangan
elektrolit tubuh serta tidak bisa menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia
tubuh maka kondisi tersebut dapat mengakibatkan penyakit ginjal atau
penyakit ginjal kronik.
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal
atau terjadi kerusakan pada organ ginjal yang telah berlangsung selama 3
bulan atau lebih (Revision et al., 2022). Jumlah pasien gagal ginjal kronis
prevalensinya semakin meningkat, diperkirakan tahun 2025 di Asia
Tenggara, Mediterania dan Timur tengah serta Afrika mencapai lebih dari
380 juta orang, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan penduduk,
peningkatan proses penuaan, urbanisasi, obesitas dan gaya hidup tidak sehat
(Revision et al., 2023). Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2018, angka
kejadian gagal ginjal kronis di Indonesia yaitu sebesar 0,38 % dari jumlah
penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 713.783 jiwa
yang menderita gagal ginjal kronis di Indonesia (Kemenkes, 2018).
Pasien penyakit ginjal kronik dengan etiologi apapun memerlukan
terapi pengganti. Terapi pengganti yang dibutuhkan oleh pasien penyakit
ginjal kronik harus dapat menggantikan fungsi ekskresi maupun fungsi
endokrin dari ginjal itu sendiri. Terapi pengganti dapat dibagi menjadi dua
yaitu transplantasi ginjal dan dialysis. Transplantasi ginjal yang berhasil
akan menggantikan seluruh fungsi ginjal yang rusak, sedangkan dialysis
menggantikan sebagian fungsi ekskresi (Shunt et al., 2020). Dialisis dapat
digolongkan menjadi dialisis peritoneal dan hemodialisis.
Hemodialisis membutuhkan jumlah dan tekanan darah yang adekuat
guna mengalirkan ke mesin dialisis. Oleh karena itu, perlu akses khusus
untuk hemodialisis terutama untuk hemodialisis rutin. Pada umumnya,
akses ini dibentuk pada lengan dengan menyambungkan vena lengan
dengan arteri radialis atau ulnaris. Hal ini akan menimbulkan shunt aliran
darah dari arteri ke vena sehingga vena akan membesar dan mengalami
epitelialisasi.
Arteriovenous Shunt (AV Shunt) adalah tindakan operasi untuk
menyambungkan (anastomosis) arteri dan vena pada lengan atau bagian
tubuh lain dengan tujuan agar sambungan tersebut sebagai akses
hemodialisis (Shunt et al., 2020). Pasien yang menjalani hemodialisa
dengan pemasangan AV Shunt tentu saja memiliki rasa cemas dan khawatir
mengenai tindakan atau perawatannya. Sehingga ada hal-hal yang perlu
diketahui oleh setiap pasien yang menggunakan AV Shunt agar kecemasan
yang dialami pasien-pasien tersebut minimal dapat berkurang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan peserta mengetahui
tentang perawatan Arteriovenous Shunt (AV Shunt).
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran penyuluhan
mampu:
a. Memahami dan mampu menjelaskan pengertian Arteriovenous
Shunt (AV Shunt).
b. Mengetahui dan memahami tujuan perawatan Arteriovenous Shunt
(AV Shunt).
c. Memahami dan mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada
akses Arteriovenous Shunt (AV Shunt).
d. Memahami dan mengetahui perawatan Arteriovenous Shunt (AV
Shunt) yang benar.
C. Rencana Kegiatan
1. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
2. Media dan alat bantu
a. Laptop dan LCD Proyektor
b. leaflet
3. Waktu : ±25 menit
4. Tempat : Ruang Tunggu Hemodialisa
5. Sasaran : Pasien hemodialisa dan Keluarga pasien
6. Materi
a. Pengertian Arteriovenous Shunt (AV Shunt).
b. Tujuan perawatan Arteriovenous Shunt (AV Shunt).
c. Komplikasi pada akses Arteriovenous Shunt (AV Shunt).
d. Perawatan Arteriovenous Shunt (AV Shunt).
7. Narasumber : Mahasiswa PSIK SAP 2022

8. Jadwal Pelaksanaan
Proses Tindakan Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pembukaan a. Memberikan salam, Memperhatikan dan 5 menit
memperkenalkan diri, dan membuka menjawab salam
penyuluhan.
b. Kontrak waktu dan mengkondisikan Bersedia mengikuti
peserta penyuluhan penyuluhan
c. Menjelaskan agenda kegiatan, tujuan
kegiatan serta menyebutkan Memperhatikan
materi/pokok bahasan yang akan
disampaikan
Pendidikan a. Mengeksplor pengetahuan peserta Memperhatikan dan 15 menit
Kesehatan tentang akses vaskuler. memberi tanggapan
b. Menjelaskan pokok materi secara Memperhatikan
berurutan yang meliputi:
1. Pengertian Arteriovenous
Shunt (AV Shunt)
2. Tujuan perawatan
Arteriovenous Shunt (AV
Shunt).
3. Komplikasi yang dapat terjadi
pada akses vaskuler
4. Perawatan akses vaskuler
Penutup a. Menanyakan apakah ada penjelasan Memperhatikan 5 menit
dari penyaji yang kurang jelas
b. Menutup pertemuan dengan memberi
kesimpulan dari materi yang Memberikan saran
disampaikan
c. Melakukan evaluasi dengan Menjawab pertanyaan
memberikan pertanyaan terkait
materi

9. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Tersedianya Laptop, LCD dan leaflet sebagai media
edukasi
2) Edukasi berjalan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
3) Pemateri menyampaikan materi secara sistematis
b. Evaluasi Proses
1) Peserta memperhatikan dan berkonsentrasi selama edukasi
berlangsung.
2) Peserta aktif bertanya kepada pemateri terkait materi yang
disampikan.
c. Evaluasi Hasil
Semua peserta di ruang tunggu hemodialisis RSUB mengerti
penjelasan pemateri dan dapat menjawab pertanyaan dari
pemateri sebesar 75%.
10. Daftar Lampiran
a. Lampiran materi
b. Daftar pustaka
Lampiran

MATERI PENYULUHAN PERAWATAN ARTERIOVENOUS


SHUNT (AV SHUNT) PADA PASIEN HEMODIALIASIS

1. Pengertian Arteriovenous Shunt (AV Shunt)


Arteriovenous Shunt (AV Shunt) adalah tindakan operasi untuk
menyambungkan (anastomosis) arteri dan vena pada lengan atau bagian tubuh
lain dengan tujuan agar sambungan tersebut sebagai akses hemodialisis . AV
shunt adalah gold standart dengan menciptakan akses vaskuler untuk
hemodialisis pada pasien penyakit ginjal kronik. Diharapkan melalui tindakan
AV shunt angka harapan hidup pasien gagal ginjal kronik dapat meningkat
dan harus didukung oleh disiplin ilmu lainnya seperti interna, psikolog dan
keluarga pasien tersebut (Shunt et al., 2020).
2. Tujuan perawatan AV Shunt
Tujuan perawatan akses vaskuer adalah agar akses vaskuler berfungsi baik
dan tetap matur.
3. Komplikasi yang dapat terjadi pada AV Shunt
Menurut Sheldon (2012) ada beberapa komplikasi yang perlu diperhatikan
setelah pemasangan akses vaskuler yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik (Aisah, 2022):
a. Komplikasi akut
1. Trombosis
Trombosis pada fistula terjadi ketika aliran yang melewati fistula tidak
adekuat, sehingga menyebabkan stasis dan trombosis. Trombosis pada
fistula terjadi terutama pada pasien dengan aliran yang tidak lancar.
2. Perdarahan
Merupakan komplikasi akut yang paling sering. Perdarahan spontan
bukanlah hal yang tidak lazim pada pasien uremikum, dimana
mekanisme utama untuk hemostasis terganggu, termasuk
trombositopenia, disfungsi platelet, dan perubahan faktor non
Willebrand.
3. Hematoma
Pembentukan hematoma, dimana disertai atau tanpa disertai
perdarahan aktif, dapat memerlukan pembedahan eksplorasi luka.
b. Komplikasi kronis
1. Pseudoaneurisma anastomosis
Tampak berupa pseudotumural, berupa massa berdenyut yang timbul
pada lokasi insisi yang digunakan untuk membuat fistula.
2. Pseudoaneurisma vena
Komplikasi ini dapat terjadi karena kesalahan pada saat pelayanan
hemodialisis. Dimana terjadi pungsi berulang pada lokasi yang sama.
3. Nekrosis kulit
Kulit menjadi nekrosis pada lokasi penusukan berulang. Hal ini terjadi
setelah superfisilisasi dari vena basilika atau vena brakialis, bila luka
sudah ditutup, lapisan tipis kulit yang menutupi fistula.
4. Iskemia tangan
Komplikasi yang paling serius pada operasi akses vaskuler.
5. Sindroma hiperdinamik
Konsekuensi dari besarnya aliran darah yang melewati fistula,
menyebabkan kelebihan volume darah pada jantung kanan dan gagal
jantung.
6. Edema tangan
Hal ini lebih sering terjadi bila vena superfisial telah digunakan, dan
dibuatnya fistula brakiosefalika
7. Aneurysma
Disebabkan karena adanya stenosis yang dapat meningkatkan tekanan
balik pembuluh darah sehingga terjadilah ketegangan dan kerapuhan
dinding dari pembuluh darah tersebut.
8. Stenosis
Disebabkan karena aliran darah yang berputar-putar di satu
tempat/turbulence. Indikasi adanya stenosis adalah episode clotting
yang berulang (dua kali dalam sebulan atau lebih), kesu;itan kanulasi
fistula, adanya kesulitan pembekuan darah pada saat jarum fistula
dicabut dan adanya pembengkakan pada lengan yang ada AVF nya.
9. Lymphorhea
Komplikasi yang relatif langka < 1 %. Pasien dengan lapisan tebal dari
jaringan subkutan yang diseksi dengan ekstensif, disertai edema
lengan atas setelah operasi kadang berkembang menjadi komplikasi
ini.
10. Infeksi
Komplikasi yang jarang terjadi, hanya sekitar 0,1%. Hal ini bisa terjadi
jika terjadi kontaminasi ketika intraoperatif, setelah beberapa waktu
luka menjadi inflamasi, nyeri, dengan pus purulent, demam.
4. Perawatan AV Shunt
Prosedur yang harus dilakukan oleh pasien hemodialisis adalah sebagai
brikut:
a. Kontrol teratur baik kepada nefrologis maupun kepada dokter spesialis
bedah vaskuler untuk memastikan akses hemodialisisnya tidak
bermasalah.
b. Akses harus dijaga tetap bersih, cuci dengan sabun anti bakteri sebelum
digunakan untuk terapi hemodialisis.
c. Pastikan bahwa akses yang digunakan hanya untuk hemodialisis.
d. Periksa getaran (threll) pada akses setiap hari, segera ke dokter spesialis
bedah vaskuler jika threll mengjilang
e. Perhatikan tanda infeksi seperti bengkak, mengkilat, kemerahan, dan ada
nanah.
f. Tidak boleh mengukur tekanan darah pada lengan yang digunakan sebagai
akses hemodialisis.
g. Jangan menggunakan pakaian ketat dan jam tangan pada lengan yang
digunakan sebagai akses.
h. Jangan sampai tangan yang digunakan sebagai akses tertimpa badan
bahkan bantal ketika tidur.
i. Jangan mengangkat beban beray dengan menggunakan lengan akses.
j. Latih akses vaskuler dengan memegang bola karet dan pijat ibu jari-jari
tengah.
k. Cek denyut (suara) pada anastomosis dengan palpasi atau auskultasi untuk
meyakinkan adanya “threll” dan “bruit”.
l. Cek luka bekas operasi setiap hari sampai luka sembuh. Jangan dibasahi
jika luka bbelum sembuh.
m. Tidak boleh untuk mengangkat beban berat pada anggota tubuh yang ada
akses vaskulernya.
n. Tidak boleh ada penekanan atau penusukan pada anggota tubuh yang ada
akses vaskulernya.
o. Jangan melakukan pemeriksaan tekanan darah pada tangan dimana akses
vaskuler berada.
p. Jika terjadi pembengkakakn sesudah dilakukan kanulasi:
1. Letakkan/angkat lengan lebih tinggi dari jantung.
2. Lakukan kompres dingin 200 selama 24 jam dan kompres hangat
setelah 24 jam.
3. Biarkan fistula istirahat.
DAFTAR PUSTAKA

Aisah, S. (2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Terhadap Kemampuan


Perawatan Akses Vaskular Secara mandiri Pada Pasien Hemodialisis di RS
Swasta Tipe C.
Kemenkes. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018.
Revision, F., Online, A., Hd, C. K. D., & Lumajang, H. (2023). Vascular access;
hemodialysis; Quality of Life C. 244–252.
Revision, F., Online, A., Shunt, A. V, & Shunt, A. V. (2022). knowledge level;
education; self- care; hemodialysis.
Shunt, A., Akses, S., Pasien, H. P., & Ginjal, P. G. (2020). Tinjauan Pustaka
ARTERIOVENOUS SHUNT. 8(2), 111–116.

Anda mungkin juga menyukai