Bedah Beku Dan Bedah Listrik
Bedah Beku Dan Bedah Listrik
Dipresentasikan pada
Hari/Tanggal : Sabtu, 14 Maret 2015
Jam : 08.30 WITA
Oleh :
dr. Azhar Ramadan Nonci
Pembimbing :
dr. Made Sudarjana, SpKK
1
BEDAH BEKU DAN BEDAH LISTRIK
Bedah beku, cryobiology, dan kriogen.
Cryosurgery atau bedah beku merupakan tindakan menggunakan suhu dingin yang
ekstrim untuk menghancurkan sel dari jaringan yang abnormal atau mengalami
kelainan. Bahan pendingin dalam bidang kedokteran pertama kali digunakan oleh
White, seorang dermatologis dari New York pada tahun 1899. Dengan
menggunakan aplikator yang ujungnya dibalut kapas (cotton tipped), kemudian
dicelupkan ke dalam udara yang dicairkan, White berhasil mengobati veruka,
nevus, lesi prekanker dan kanker. Pada tahun 1907 Whitehouse, dermatologis dari
New York lainnya, melaporkan kegunaan metode penyemprotan atau spray dalam
bedah beku sebagai pengobatan pada kanker kulit.
Cryobiology merupakan cabang ilmu yang mempelajari efek suhu di bawah
nol derajat terhadap sistem kehidupan. Cryotherapy menyebabkan injuri pada sel,
stasis vaskuler, dan respon inflamasi sehigga menghasilkan destruksi jaringan.
Pembekuan sel secara cepat menyebabkan pembentukan kristal es
intraseluler, dengan gangguan keseimbangan elektrolit dan perubahan pH,
sedangkan pembekuan secara lambat menyebabkan pembentukan es ekstraseluler
dan kerusakan sel yang lebih sedikit. Oleh karena itu efek pada jaringan dan
kematian sel lebih mudah dicapai jika pembekuan jaringan dilakukan secara cepat.
Selama proses pencairan, rekristalisasi terjadi jika kristal es bergabung
membentuk kristal ukuran besar sehingga merusak membran sel. Selanjutnya saat
es mencair, kondisi ekstraseluler menjadi hipotonik, sehingga air masuk ke dalam
sel, menyebabkan lisisnya sel. Waktu pencairan yang lebih panjang, menimbulkan
kerusakan sel yang lebih berat karena meningkatnya efek zat terlarut dan
rekristalisasi yang lebih besar.
Setelah proses pembekuan, terjadi stasis dalam sistem pembuluh darah. Hal
ini menyebabkan terhentinya sirkulasi dan timbulnya anoksia, sebagai mekanisme
utama pada proses injuri dalam bedah beku. Saat proses pencairan jaringan pada
suhu di atas 0ºC (32ºF), mengakibatkan respon hiperemia yang jelas, yang disertai
timbulnya edema dan inflamasi.
2
Nitrogen cair merupakan kriogen pilihan dalam bidang dermatologi.
Nitrogen cair mudah disimpan dan digunakan, ramah lingkungan, tidak mudah
terbakar, harga terjangkau, dan memiliki suhu terendah (-195,8ºC atau -320ºF)
dibandingkan kriogen lainnya, sehingga menimbulkan pembekuan yang cepat pada
jaringan yang diterapi.
Kriogen lainnya yang tersedia termasuk hidrokarbon yang terfluorisasi,
karbondioksida solid, nitrous oxide (tabel 246-1). Hidrokarbon yang terfluorisasi
digunakan dalam kemasan semprot, untuk menimbulkan efek anestesi temporer
sebelum pengangkatan lesi kulit atau pemberian vaksinasi. Pendingin kriogen
kemasan spray juga digunakan untuk mengurangi nyeri pada tindakan bedah laser
dan mengeliminasi pemanasan yang berlebih pada epidermis.
Tabel 246-1
Kriogen yang digunakan dalam bedah beku
3
batas yang tidak jelas atau lesi dengan gambaran melanotik dengan pigmen yang
berwarna gelap.
PERLENGKAPAN ALAT
Tabung penyimpanan kriogen
Kriogen
Unit penyemprot bedah beku
ANESTESI
Pada sebagian besar penderita, anestesi sebelum tindakan tidak digunakan dalam
tindakan bedah beku. Namun kriogen dapat dirasakan nyeri oleh penderita terutama
pada anak-anak. Lidokain 1% dengan epinefrin 1:100.000 dapat disuntikkan secara
lokal sebelum tindakan. Untuk tindakan bedah beku yang membutuhkan waktu
lebih lama, seperti pada pengobatan neoplasma kulit (lebih dari 30 detik), maka
4
diharuskan pemberian anestesi. Anestesi topikal dapat digunakan satu jam sebelum
tindakan untuk meminimalisir nyeri. Suatu penelitian double blind, dengan plasebo
sebagai kontrol, pada satu pusat pelayanan yang membandingkan dua kelompok
secara pararel, yaitu dengan penggunaan krim lidokain/prilokain 5% diaplikasikan
satu jam sebelum tindakan bedah beku pada penderita dengan kutil, namun
penelitian ini tidak mendapatkan perbedaan yang signifikan terhadap nyeri yang
dirasakan selama tindakan antara dua kelompok. Untuk tindakan bedah beku yang
membutuhkan waktu lebih lama, seperti pengobatan pada neoplasma ( lebih dari 30
detik), dapat disuntikkan secara lokal sebelum dilakukan tindakan.
Tabel 246-2
Temperatur Yang Dicapai Untuk Kematian Sel Pada Jaringan Target
5
Sel Temperatur (ºC/ºF)
6
lebih dalam memiliki batas pembekuan secara klinis sepanjang 5 mm untuk
memastikan keberhasilan tindakan.
Teknik tertutup menggunakan cryoprobe tembaga yang terikat pada unit
bedah beku. Saat probe logam ditekan menghadap lesi kulit, pemicu pada alat akan
tertekan, dan nitrogen cair akan keluar dari alat melalui saluran yang menjaganya
dalam sistem tertutup. Teknik ini bermanfaat pada lesi yang kecil dengan batas yang
jelas atau lesi yang terdapat pada lokasi perbatasan.
Dengan cara yang sama, tabung logam dengan bentuk kerucut dapat
dikaitkan pada alat bedah beku, dan dipegang agar kontak dengan lesi. Hal ini
memungkinkan nitrogen cair tersemprot memasuki kerucut dan membekukan lesi
secara cepat. Pilihan alat lainnya berupa corong yaitu dengan memegang ujung
tutup otoskop menghadap lesi dengan satu tangan sedangkan tangan lainnya
membekukan dengan alat bedah beku. Waktu tindakan dengan metode kerucut ini
sebaiknya dipersingkat karena suhu akhir pada orifisium kerucut dicapai lebih cepat
jika dibandingkan dengan metode penyemprotan terbuka.
Jika alat cryospray ini tidak tersedia, maka dapat digunakan teknik dipstick.
Pertama nitrogen cair dalam jumlah sedikit dituangkan ke dalam cangkir polistirin
atau tempat/wadah yang tertutup. Swab dengan ujung kapas diletakkan pada ujung
bawah wadah dan didinginkan. Dengan tekanan yang kuat, ujung kapas diletakkan
pada lesi hingga terbentuk halo di sekitar lesi kulit yang diobati dengan ukuran 2
hingga 3 mm. Teknik ini digunakan untuk menghindari keterlibatan jaringan
sekitarnya seperti pada area periorbital, mukosa, kuku, dan area genitalis.
Forsep jaringan dapat diletakkan pada wadah dan didinginkan. Metode ini
bermanfaat dalam pengobatan lesi filiformis seperti pada veruka dan skin tags.
Forsep dengan bahan logam ini mendingin dengan cepat, maka digunakan sarung
tangan saat memegang forsep untuk mencegah freeze injury pada jari tangan yang
digunakan memegang alat tersebut.
7
Teknik penyemprotan/spray merupakan modalitas yang efektif untuk mengobati
lesi ini. Walaupun dibutuhkan waktu pembekuan yang lebih lama antara 10 hingga
15 detik dengan halo yang berdiameter 1 hingga 2 mm pada lesi yang meninggi,
pembekuan yang terlalu agresif dapat menyebabkan skar atau hiperpigmentasi.
Untuk tujuan kosmetik dan mencegah perubahan pigmentasi, pembekuan yang
lebih ringan, diikuti dengan kuretase mungkin lebih disukai. Penderita hendaknya
diberikan penjelasan pada saat awal pengobatan, bahwa mungkin dibutuhkan
tindakan yang kedua, terutama pada lesi keratosis seboroik yang lebih tebal.
Veruka
Veruka merupakan masalah yang umum, dengan prevalensi yang tinggi di populasi.
Walaupun tindakan bedah beku merupakan tindakan umum untuk veruka dalam
bidang dermatologi, beberapa teknik diusulkan seperti metode pembekuan, siklus
pembekuan hingga pencairan, dan frekuensi sesi tindakan. Bedah beku
menggunakan teknik spray mungkin merupakan teknik yang paling umum
digunakan karena penggunaan yang membutuhkan waktu lebih singkat, lebih
nyaman, dan lebih mudah mencapai halo di sekitar lesi (gambar 246-1). Teknik
menggunakan aplikator dengan ujung kapas lebih murah dan tidak begitu
menakutkan, terutama pada penderita anak-anak. Harus berhati-hati agar tidak
terjadi kontaminasi silang nitrogen cair dengan meletakkan kembali aplikator ke
dalam tabung.
Diusulkan terapi veruka dengan bedah beku kombinasi. Berth-Jones dan
Hutchinson mendapatkan angka kesembuhan mencapai 52% dalam 3 bulan dengan
terapi bedah beku kombinasi, melalui pengolesan bahan keratolitik dan
pemotongan pada veruka. Peneliti tersebut juga menyatakan bahwa pemotongan
veruka sebelum tindakan beku meningkatkan angka kesembuhan pada veruka di
area plantar namun tidak pada veruka di tangan.
8
Gambar 246-1. Veruka pada tangan yang diterapi dengan nitrogen cair.
Lentigo Solaris
Seperti terlihat pada tabel 246-2, sel yang mengandung pigmen lebih suseptibel
terhadap pembekuan. Oleh karena itu lesi ini membutuhkan waktu beku yang lebih
sedikit sekitar 3 hingga 5 detik dengan halo yang minimal. Pada individu dengan
kulit yang lebih gelap, harus diperhatikan agar tidak menimbulkan hipopigmentasi
pada tempat tindakan. Oleh karena itu tes pada area yang kurang terlihat secara
kosmetik sebaiknya dilakukan terlebih dahulu sebelum memberikan pengobatan
pada lesi multipel di area yang terpapar sinar matahari. Selanjutnya dianjurkan
penggunaan tabir surya setelah tindakan.
Dermatofibroma
Waktu tindakan dapat mencapai 60 detik, karena lesi berasal dari jaringan fibrotik
dan kebutuhan untuk mencapai target yang berlokasi pada dermis bagian dalam.
9
Suatu studi retrospektif pada 393 kasus dermatofibroma yang diterapi dengan bedah
beku, mendapatkan terangkatnya lesi yang terlihat dan palpabel sebanyak 65%.
Hiperplasia sebasea
Lesi yang jinak ini mungkin merupakan masalah kosmetik bagi penderita.
Dibutuhkan waktu pembekuan 5 hingga 10 detik menggunakan teknik cryoprobe
dengan probe yang ditempelkan langsung pada sentral pungtum dari lesi. Penderita
sebaiknya diberikan penjelasan bahwa pengulangan pengobatan sering kali
dibutuhkan.
Keratosis aktinik
Bedah beku merupakan modalitas yang efektif dalam terapi keratosis aktinik
(AKs). Teknik spray terbuka, dengan melakukan semprot satu siklus cair hingga
beku selama 8 hingga 10 detik, merupakan terapi pilihan (gambar 246-2). Keratosis
aktinik hipertrofi membutuhkan waktu pembekuan yang lebih lama dibandingkan
dengan AKs atropi dan AKs pada daerah kulit yang tipis. Batas pembekuan 1
sampai 2 mm dari lesi dianggap adekuat. Untuk lesi yang tebal, pemberian emolien
atau kuretase sebelum tindakan dapat memperpendek waktu pembekuan.
Walaupun bedah beku sering digunakan untuk mengobati AKs, namun
masih sedikit penelitian yang melaporkan angka keberhasilannya. Lubritz dan
Smolewski14 mengobati 1.018 penderita dengan AKs, 70 penderita diterapi dengan
tindakan bedah beku dalam waktu 20 hingga 45 detik. Dilaporkan angka
keberhasilannya sebesar 99% dalam 1 tahun setelah pengobatan.
Penelitian prospektif multisenter lainnya pada 421 AKs dengan diameter
lebih dari 5 mm di daerah wajah dan kepala menunjukkan respon lengkap sebesar
39% dengan waktu pembekuan selama 5 detik, 69% dengan waktu pembekuan
selama 5-20 detik, dan 83% dengan waktu pembekuan selama 20 detik.
10
Goldberg dan kawan-kawan mengobati pasien AKs melakukan monitoring
suhu pada permukaan kulit, dan didapatkan angka keberhasilan sebesar 100%
setelah 6 minggu.
Pada pasien dengan lesi aktinik yang difus, tindakan bedah beku dengan
target yang luas atau cryopeeling, dapat dimanfaatkan. Chiarello melaporkan
bahwa cryopeeling ternyata dua kali lebih efektif dibandingkan dengan 5
fluorourasil dalam pengobatan AKs, dan mencegah terjadinya karsinoma sel
skuamosa dalam 1-3 tahun setelah pengobatan.
Gambar 246-2. Keratosis aktinik pada dahi yang diterapi dengan nitrogen cair.
Lesi maligna
Bedah beku tampaknya bermanfaat pengobatan pada lesi dengan batas yang tegas,
dimana tindakan bedah kurang menguntungkan, juga karena alasan kosmetik dan
teknis, atau karena penderita lebih memilih pilihan pengobatan ini. Tujuan terapi
dengan bedah beku adalah mengobati penderita dengan menghancurkan lesi pada
sekali pengobatan. Tepi lesi yang dihancurkan tidak dapat ditaksir dengan
menggunakan cryosurgery pada tumor yang ganas.
Bowen disease
Ahmed dan kawan-kawan mengobati 26 penderita dengan Bowen disease (BDs)
margin secara klinis 3 mm, dan teknik semprot sebanyak dua siklus beku-cair
selama 5 hingga 10 detik. Setelah 2 tahun, 50% dari lesi kembali timbul. Rata-rata
waktu penyembuhan 46 hari, dengan lesi yang berlokasi pada kaki bagian bawah
membutuhkan waktu lebih lama (90 hari). Walaupun pada penelitian ini BDs yang
11
diterapi dengan bedah beku mendapatkan angka kesembuhan yang rendah, peneliti
menggunakan waktu beku yang rendah untuk meminimalisir efek samping setelah
tindakan.
Lentigo maligna
Dengan seleksi penderita yang tepat, tindakan bedah beku dapat menjadi pilihan
terapi yang tepat pada lentigo maligna (LM), karena sensitivitas melanosit terhadap
suhu dingin. Dengan bantuan lampu Wood digambar margin yang 5 mm sekitar tepi
12
lesi yang tampak secara klinis. Berikutnya lesi diterapi dengan dua siklus beku-cair
masing-masing siklus selama 30 sampai 60 detik. Oleh karena melanosit atipikal
dapat meluas sepanjang folikel rambut, tindakan harus membekukan jaringan ke
arah dalam.
Stevenson dan Ahmed meneliti angka kesembuhan pada lebih dari 200
kasus LM yang diterapi dengan bedah beku, dengan rata-rata angka kekambuhan
kurang dari 9% pada keseluruhan kasus. Namun rentangan angka kekambuhan pada
penelitian ini mencapai 0% hingga 50%.
Keuntungan pengobatan LM dengan tindakan bedah beku mencakup
efisiensinya dan untuk menghindari timbulnya skar akibat tindakan bedah yang
besar. Salah satu kelemahan utama tindakan bedah beku adalah ketidakmampuan
untuk memastikan apakah lesi tersebut telah dihancurkan secara sempurna.
Selanjutnya karena tidak tersedianya jaringan untuk mengkonfirmasi terangkatnya
lesi kanker, maka masih adanya peluang melanoma mengalami kekambuhan dan
dapat bersifat invasif. Jaringan parut di atasnya dapat menutupi lesi kanker.
KOMPLIKASI
Selain nyeri yang dirasakan selama pembekuan lesi, penderita dapat mengalami
rasa tidak nyaman beberapa jam setelah tindakan. Biasanya nyeri dapat dikontrol
dengan pemberian asetaminofen. Lesi seperti veruka periungual, lesi di jari atau
membran mukosa mungkin membutuhkan analgesik yang lebih kuat oleh karena
pembengkakan dan nyeri kuat yang hilang timbul.
A. Perdarahan
Penderita dengan terapi antikouagulan hendaknya berhati-hati akan terjadinya
lebam akibat nekrosis jaringan. Jika timbul bula hemoragik yang nyeri, dapat
dilakukan pemasangan drain dengan jarum gauge 18 yang ditusukkan pada bagian
tepi bula. Perawatan yang dilakukan agar tidak menghilangkan atap bula, seperti
diketahui jaringan ini berfungsi sebagai penutup luka.
B. Perubahan pigmentasi
Hipopigmentasi atau hiperpigmentasi merupakan komplikasi paska bedah yang
dapat membuat penderita tidak percaya diri. Seperti dijelaskan sebelumnya, sel
13
yang berpigmen sensitif pada suhu -4ºC hingga -7ºC (24,8ºF hingga 19,4ºF).
Walaupun perubahan pigmentasi bersifat sementara, waktu pembekuan yang
panjang lebih dari 30 detik dapat menimbulkan kehilangan pigmen yang permanen.
Steroid topikal, asam glikolat, retinoid, dan hidrokuinon dapat membantu
mengurangi keadaan gangguan pigmentasi.
C. Kerusakan saraf
Pengobatan lesi yang berada di atas saraf, seperti saraf postauricular, saraf pada
jari bagian medial dan lateral jari tangan dan jari kaki, yang dapat menyebabkan
parestesia atau disfungsi motorik. Pernah dilaporkan neuropati pada jari yang
terjadi setelah tindakan bedah beku pada veruka di jari.
D. Skar
Fibroblast paling resisten pada suhu pembekuan dan tidak mengalami kematian
hingga suhu -30ºC hingga -35ºC. Oleh karena itu lesi jinak dan premalignan yang
diterapi dengan bedah beku akan menyembuh dengan skar yang minimal. Jaringan
parut dapat timbul setelah lesi malignan yang diterapi dengan bedah beku.
E. Alopesia
Waktu pembekuan melebihi 20 detik dapat menyebabkan alopesia. Alopesia
muncul terutama pada pengobatan lesi maligna.
MONITORING/FOLLOW UP
Tempat lesi jinak dan premaligna sebelumnya, pada umumnya menyembuh setelah
1 sampai 2 minggu, sedangkan pada lesi maligna menyembuh setelah 3 sampai 4
minggu. Pada aktinik keratosis yang diduga secara klinis dan tidak berespon pada
bedah beku sebaiknya dilakukan biopsi untuk menyingkirkan karsinoma sel
skuamosa yang invasif.
14
dikeringkan dengan handuk. Jika timbul lesi basah yang aktif, luka tempat tindakan
dapat dibalut.
BEDAH LISTRIK
Teknik bedah listrik yang menggunakan transmisi listrik untuk memotong, merusak
jaringan dan kauterisasi pembuluh darah. Variasi dari panjang gelombang
menghasilkan efek biologi yang berbeda pada jaringan. Bedasarkan tindakan yang
dilakukan pada kulit, bedah listrik dapat dikelompokkan dalam 6 modalitas terapi
yang berbeda seperti (1) elektrofulgurasi, (2) elektrodesikasi, (3) elektrokoagulasi,
(4) elektroseksi, (5) elektrokauter, dan (6) elektrolisis.
Elektrofulgurasi
Elektrofulgurasi menggunakan teknik arus listrik bolak-balik (alternating
current/AC) dengan tegangan rendah, gelombang sinus teredam, dan voltase tinggi,
untuk membangkitkan percikan listrik dari elektrode monoterminal menuju
jaringan melalui udara. Tidak terdapat kontak antara elektrode dengan jaringan.
Modalitas terapi ini menimbulkan kerusakan jaringan paling minimal diantara
teknik bedah listrik frekuensi tinggi lainnya, sehingga penyembuhan jaringan lebih
cepat tercapai. Jaringan yang rusak sebagian besar bersifat superfisial, terutama
melibatkan epidermis.
Elektrodesikasi
Elektrodesikasi menggunakan teknik arus listrik bolak-balik (alternating
current/AC) dengan tegangan rendah, gelombang sinus teredam, dan voltase tinggi,
untuk membangkitkan aliran dari kontak langsung elektrode monoterminal dengan
jaringan. Kerusakan jaringan superfisial terjadi seiring dengan pemindahan panas
menuju jaringan yang menyebabkan kematian sel. Luasnya jaringan yang
mengalami kerusakan berhubungan secara langsung dengan waktu kontak
elektrode dengan jaringan. Walaupun kerusakan jaringan akibat elektrodesikasi
15
lebih besar dibandingkan akibat elektrofugurasi, namun sebagian besar kerusakan
jaringan masih tetap berada di bagian superfisial.
Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi menggunakan teknik arus listrik bolak-balik (alternating
current/AC), dengan tegangan kuat, gelombang sinus teredam, dan voltase rendah
untuk membangkitkan aliran dari kontak langsung elektrode biterminal dengan
jaringan. Kerusakan jaringan lebih dalam dibandingkan akibat elektrofulgurasi dan
elektrodesikasi, menyebabkan koagulasi jaringan akibat timbulnya panas pada
jaringan.
Perbedaan karakteristik elektrokoagulasi lainnya adalah adanya keterlibatan
penderita dalam sirkuit. Hal ini membutuhkan voltase yang lebih rendah dan kuat
arus yang lebih tinggi untuk menimbulkan koagulasi.
Elektroseksi
Elektroseksi menggunakan teknik arus listrik bolak-balik (alternating current/AC)
tegangan kuat, dengan gelombang yang tidak teredam dan atau sedikit teredam,
voltase rendah, untuk memotong jaringan dengan kerusakan perifer akibat panas
yang minimal. Pisau “Bovie” yang menggabungkan kombinasi gelombang sinus
teredam dan tidak teredam yang menimbulkan baik cutting dan koagulasi pada saat
yang bersamaan.
Elektrokauter
Elektrokauter menggunakan ujung filamen yang berfungsi memanaskan
dihubungkan arus listrik langsung (direct current/DC) tegangan tinggi, dan voltase
rendah, biasanya menggunakan baterai. Panas dialirkan dari filamen menuju
jaringan target, menyebabkan denaturasi protein dan koagulasi jaringan. Tidak ada
aliran listrik yang dipindahkan ke jaringan target, dan penderita tidak berada pada
lingkaran sirkuit.
Pada penderita dengan pacemakers implantable cardiac defibrillators
(ICDs) yang memiliki risiko yang tinggi pada tindakan bedah listrik, paling sering
16
digunakan elektrokauter. Selanjutnya, karena penderita bukan merupakan bagian
dari lingkaran sirkuit, maka elektrokauter bermanfaat untuk area jaringan yang
nonkonduktif pada tubuh, seperti tulang rawan, tulang dan kuku.
Elektrolisis
Elektrolisis menggunakan arus langsung (direct current/DC) tegangan rendah, dan
voltase rendah, dari elektrode positif menuju elektrode negatif. Elektrode negatif
diletakkan pada jaringan target, dimana elekton dilepaskan. Elektron berinteraksi
dengan jaringan menghasilkan gas hidrogen dan natrium hidroksida sehingga
menimbulkan likuifaksi jaringan. Asam diproduksi pada elektrode positif
menimbulkan koagulasi jaringan. Penggunaan elektrolisis yang utama pada
penghilangan rambut.
PEMILIHAN PASIEN
Saat menggali riwayat penderita sebelum tindakan, sebaiknya ditanyakan apakah
penderita menggunakan pacemaker pada jantung atau ICD. Bedah listrik frekuensi
tinggi mungkin dapat mempengaruhi fungsi atau menyebabkan kerusakan
pacemaker/defibrillator, sehingga menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas pada
penderita.
Pada penderita yang menggunakan pacemaker jantung atau ICD, umumnya
dilakukan tindakan bedah kulit. Walaupun terdapat teknologi maju, seperti pelapis
titanium yang mampu melindungi dengan melawan interference electromagnetic
(EMI), namun perlengkapan bedah listrik dapat menyebabkan malfungsi alat-alat
jantung tersebut.
Irama tetap pacemaker tidak dipengaruhi oleh EMI bedah listrik.
Implantable Cardioverter Defibrilators mengantarkan respon elektrik terhadap
irama ventrikel yang abnormal. Beberapa ICDs memiliki kombinasi pacemaker dan
defibrillator, sehingga dapat berespon terhadap bradikardi dan takikardi.
Interference electromagnetic dari alat bedah listrik mungkin dapat menyerupai
aritmia jantung dan menyebabkan penghentian fungsi alat-alat pacemaker.
17
RISIKO DAN PECEGAHANNYA
Telah dipublikasikan rekomendasi manajemen perioperatif dan intraoperatif pada
penderita dengan pacemakers dan ICDs selama pembedahan di bidang dermatologi.
Pada penderita sebaiknya ditanyakan mengenai penggunaan alat-alat jantung ini
sebelum tindakan bedah. Jika ada penggunaan alat-alat jantung ini, maka evaluasi
perioperatif penderita oleh ahli jantung harus dilakukan sebelum tindakan bedah.
Untuk manajemen penderita dengan pacemakers atau ICDs yang menjalani
prosedur bedah, maka perlu dipertimbangkan rekomendasi berikut;
Menyiapkan monitoring elektrokardiografi yang kontinyu selama prosedur.
Memiliki staf yang mampu melakukan advance cardiac life support
(ACLS) dan tersedianya peralatan dan kendaraan darurat.
Letakkan elektode pada lokasi dimana aliran listrik jauh dari peralatan
jantung.
Gunakan peralatan forsep bipolar untuk menjaga aliran antara kedua ujung
forsep.
Gunakan kekuatan minimal dan bedah listrik jangka pendek selama 5 detik
atau kurang.
Pertimbangkan menggunakan peralatan kauter penghantar panas yang
disposibel.
Jangan meletakkan elektrode bedah listrik di atas kulit yang berada
langsung di atas sumber pacemaker.
POSISI PENDERITA
Penderita diposisikan secara supinasi atau pronasi pada tempat tidur periksa.
Dispersing electrode (grounding pad) diletakkan pada lokasi langsung dengan
aliran listrik jauh dari peralatan jantung (biasanya pada kaki kanan bawah). Jika
pedal digunakan, maka pedal tersebut diletakkan dekat dengan kaki operator bedah.
PERALATAN
18
Peralatan bedah digunakan baik pada arus langsung (AC) atau arus bolak-balik
(DC). Pada arus langsung, elektron mengalir pada satu arah, sedangkan pada arus
bolak-balik (DC) elekron mengalir pada arah yang berlawanan. Dengan
pengecualian elektrokauter atau elektrolisis, unit bedah listrik dalam bidang
dermatologi memiliki arus bolak-balik berfrekuensi tinggi.
Istilah monopolar dan bipolar mengandung arti jumlah ujung elektrode
bedah yang membawa jaringan. Monopolar berarti satu ujung sedangkan bipolar
berarti dua ujung elektrode. Monoterminal menunjukkan penggunaan elektrode
pengobatan tanpa indifferent atau dispersing electrode.
ANESTESI
Selama tindakan bedah, dibutuhkan anestesi lokal seperti lidokain dengan epinefrin,
untuk kenyamanan pasien.
TEKNIK
Hemostasis
Aplikasi yang paling sering dari bedah listrik adalah penggunaannnya untuk
mempertahankan hemostasis pada lapangan operasi. Teknik yang berbeda dalam
bedah listrik dapat digunakan berdasarkan tipe unit bedah listrik selama tindakan
bedah. Koagulasi dapat dicapai dengan menggunakan elektrofulgurasi,
elektrodesikasi atau elektrokoagulasi dengan menyentuhkan langsung elektrode ke
pembuluh darah. Hal ini menimbulkan konduksi panas menuju pembuluh darah,
sehingga terjadi koagulasi jaringan (gambar 246-3).
19
Gambar 246-3. Elektrodesikasi pada pembuluh darah yang pecah selama tindakan Mohs
micrographic surgery.
Gambar 246-4. Arus listrik dialirkan pada forsep untuk mengkauter pembuluh darah yan
pecah selama tindakan Mohs micrographic sugery.
20
memastikan angka kesembuhan yang tinggi dan hasil yang dapat diterima secara
kosmetik. Dilakukan pada tumor primer, memiliki batas yang tegas, berlokasi pada
area dengan angka kekambuhan yang rendah seperti pada badan, ekstremitas, atau
area non zona “H” pada wajah, memiliki subtipe histologi atau nodular, dan
memiliki diameter <1cm pada wajah dan <2cm pada badan dan ekstremitas.
Selanjutnya kuretase dan elektrodesikasi sebagai pilihan pengobatan pada penderita
dengan faktor penyerta yang menimbulkan morbiditas tinggi sehingga bedah eksisi
terlalu berisiko bagi penderita atau pada penderita yang tidak dapat di follow-up
secara reguler.
Kuretase dan elektrodesikasi tidak dapat dilakukan pada tumor dengan batas
yang tidak tegas, tumor pada zona “H” di wajah, tumor dengan gambaran histologi
yang agresif, tumor yang berpotensi tinggi untuk bermetastase, dan tumor yang
membutuhkan diagnosis histologi. Pada penderita dengan pacemakers jantung atau
ICDs, maka elektrokauter dapat diganti dengan elektrodesikasi.
Bentuk tumor harus ditandai, dan kombinasi lidokain dengan epinefrin
harus disuntikkan untuk menimbukan anestesi lokal (gambar 246-5). Dengan
tekanan kuat dan terhitung, lesi selanjutnya dikuretase dengan pola papan catur
hingga lesi secara klinis dapat terangkat (gambar 246-6). Tindakan ini diikuti
elektrodesikasi dengan tenaga tinggi pada bagian dasar dan perifer lesi (gambar
246-7). Tindakan C+D diulang hingga dua kali hingga tercapai defek atrofi dan
sisa tumor secara klinis tidak terlihat. Beberapa ahli menganjurkan menggunakan
insisi lingkaran dengan diameter 2 hingga 4 mm pada kulit yang secara klinis
tampak sehat, dan terdapat variasi secara individual pada tindakan tersebut. Jika
kuretase BCC meluas hingga subkutis, dan terjadi invasi yang luas, maka sebaiknya
dilakukan bedah eksisi.
21
Gambar 246-5. Penandaan tumor yang tampak secara klinis sebelum tindakan kuretase
dan elektrodesikasi.
Gambar 246-6. Kuretase pada tumor kulit selama tindakan kuretase dan elektrodesikasi.
Gambar 246-7. Elektrodesikasi pada tumor kulit selama tindakan kuretase dan
elektrodesikasi.
22
PENILAIAN HASIL
Angka kesembuhan 5 tahun ke depan dengan tindakan C+D telah dilaporkan yaitu
74 sampai 100% pada BCCs dan 90 sampai 100% pada SCCs. Walaupun beberapa
ahli melaporkan tumor masih tetap ada setelah tindakan C+D, angka kesembuhan
5 tahun ke depan menunjukkan faktor lain dapat berpengaruh pada kerusakan lesi
maligna yang diterapi. Beberapa peneliti menduga bahwa respon inflamasi atau
respon humoral antitumor spesifik setelah tindakan bedah listrik mungkin
berpengaruh pada angka kekambuhan yang rendah.
Kombinasi kuretase dan desikasi dengan terapi topikal lainnya
menghasilkan efek yang sinergis pada pembersihan tumor. Pada pilot study
terkontrol, dengan plasebo dan double-blinded oleh Spencer, melaporkan 10
penderita BCCs yang diterapi dengan C+D dan 10 penderita BCCs yang diterapi
dengan C+D diikuti pemberian imiquimod krim topikal setiap hari selama satu
bulan. Peneliti tersebut melaporkan penurunan frekuensi residu BCCs secara
substansial dan penampakan secara klinis yang lebih baik pada kelompok yang
mendapat D+C/imiquimod dibandingkan dengan kelompok yang mendapat D+C
saja. Penelitian lain oleh Wu dan kawan-kawan melaporkan efikasi dan hasil secara
kosmetik pada BCCs tipe noduler di badan dan kaki dengan tindakan kuretase
(tanpa desikasi) diikuti dengan pemberian imikuimod krim selama 6-10 minggu.
Pada penelitian tersebut , 32 dari 34(94%) dari lesi menunjukkan tidak adanya
residu tumor secara histologi.
KOMPLIKASI
Walaupun bedah listrik aman, operator harus mengetahui beberapa keadaan yang
membahayakan selama menggunakan teknik ini.
Terbakar
Terdapat beberapa situasi dimana dapat terjadi luka bakar pada tindakan bedah
listrik. Thermal injury dapat terjadi jika terdapat kontak yang inadekuat antara
23
penderita dengan plat disepersing electrode, jika kontak yang tidak baik antara
dispersing elektrode dengan penderita dan dengan operator, dan jika operator
mengurung dirinya sendiri dengan menyentuh komponen logam yang ada pada
meja operasi. Perhiasan logam yang ada di sekitar tempat alat bedah listrik harus
dipindahkan.
Kebakaran
Komponen listrik pada alat bedah listrik dapat memicu kebakaran dari bahan-bahan
yang mudah terbakar seperti alkohol. Sebaiknya menggunakan bahan desinfektan
seperti iodin atau chlorhexidine, ketika meyiapkan penderita sebelum tindakan
bedah listrik. Jika menggunakan bahan desinfektan yang berbahan dasar alkohol,
maka area bedah yang telah didesinfeksi dengan alkohol harus dibiarkan mongering
setidaknya selama 90 detik sebelum tindakan bedah listrik. Selanjutnya, bedah
listrik agar tidak digunakan pada tempat pemasangan kanula nasal, masker, atau
anestesi endotrakea sebagai pengatur oksigen yang masuk. Terakhir tindakan yang
dilakukan agar tidak menimbulkan terbakarnya kertas-kertas yang digunakan
selama tindakan pada lapangan operasi.
Saluran/Hubungan
Arus bedah listrik frekuensi tinggi dapat berhubungan sepanjang berkas saraf, yang
menyebabkan nyeri dan kerusakan jaringan di lokasi yang jauh dari tempat bedah
listrik. Menggunakan arus listrik frekuensi rendah atau forsep bipolar akan
meminimalisir risiko ini.
24
Belum diketahui secara pasti adanya risiko neoplasia atau infeksi. Badan
keselamatan dan kesehatan kerja merekomendasikan asap akibat tindakan bedah
dihilangkan dan disaring dengan baik menggunakan sistem evakuasi asap sedekat
mungkin dengan tempat tindakan bedah. Selanjutnya alat keselamatan kerja seperti
pelindung wajah dan masker harus digunakan saat tindakan bedah listrik.
MONITORING/FOLLOW-UP
Pada semua tipe penderita, area luka sebaiknya dibalut dengan bebat tekan yang
terdiri dari bahan produk minyak bumi topikal dioleskan pada luka, ditutup
pembalut yang tidak lengket dan ditempelkan secara kuat dengan plester perekat.
25
26
27