Anda di halaman 1dari 3

Dear, Member Fiksiana Community...

Mimin udah pada turun gunung nihh, mau ngadain event lagi untuk teman-teman, dan ada
hadiahnya pula.
Untuk event kali ini apa yaa? Hmmm...

Oh ya... Ketika Aku Kecil aja yaa.


Jadi, udah pasti kan teman-teman punya masa kecil yang indah, sulit, gembira, sedih, konyol,
atau apa saja lah, yang penting bisa dituangkan dalam sebuah cerita. Boleh kenyataan (Real) atau
ditambah-tambahin (Fiksi)

Untuk ketentuannya Mimin tulis di paling bawah aja yaa, karena sebelumnya Mimin udah gatel
mau nulis dulu. Pokoknya, kalimat pembuka ditulis dengan kalimat, "ketika aku kecil, aku
pernah...."
Ok... Berikut contohnya.

Lukisan Sederhana
Ketika aku kecil, aku pernah menggambar sosok Ayah yang sedang berdiri di pantai.
Wajahnya menghadap lautan luas berwarna biru, tatapannya jatuh pada horison yang
menjingga.

Aku gemar menggambar sejak usiaku enam tahun. Itu kata ayahku. Aku sendiri tidak
terlalu mengingat sejak kapan aku mulai suka dengan pensil warna. Aku menggambar
apa saja. Pohon jambu di halaman, bunga-bunga di teras rumah, juga menggambar Si
Boleng, kucing peliharaan kami yang berwarna belang. Karena itulah, setiap kali aku
meminta sesuatu, Ayah pasti akan memintaku membuat sebuah gambar dengan tema
yang sudah beliau tentukan.

Seperti tempo hari aku meminta sepeda, Ayah memintaku untuk menggambar sosok Ibu
yang sedang bersepeda. Pun saat aku meminta tas bergambar, Ayah memintaku untuk
menggambar teman-temanku yang sedang bermain di halaman rumah. Jadi, tiap kali
selesai menggambar, aku menunjukkannya pada Ayah, dan aku mendapat apa yang aku
pinta beberapa hari kemudian. Semua hasil karya itu aku kumpulkan hingga tak terasa
sudah menjadi satu buku besar. Beraneka lukisan yang digores dengan berbagai macam
alat gambar, mulai dari pensil warna sederhana hingga cat air yang harganya lumayan
menguras uang jajanku.

Awalnya aku heran, mengapa Ayah selalu memintaku menggambar sesuatu sebelum aku
mendapat apa yang kuinginkan. Baru kusadari saat ini, mungkin kala itu Ayah hendak
mengajariku untuk selalu berusaha atas apa-apa yang aku inginkan, di samping terus
memupuk dan mengembangkan bakat yang ada pada diriku.
Suatu hari, aku mengingat kegembiraan saat bermain di pantai dengan Ayah dan Ibu.
Aku menginginkan hal itu kembali. Kuutarakan keinginanku kepada Ayah. Beliau lalu
menunjuk angka merah pada kalender, tanggal kami akan berekreasi ke pantai. Tentu saja
Ayah mengajukan syarat padaku. Ayah ingin aku menggambar dirinya yang sedang
berdiri di tepi pantai. Dalam waktu satu minggu itu aku berusaha untuk menggambar
dengan baik.

Satu minggu kemudian, sehari sebelum keberangkatan ke pantai, gambarku selesai. Aku
hendak menunjukkan hasil gambarku pada Ayah saat beliau pulang kerja. Aku bersiap
menyambut kedatangannya dengan menggenggam selembar lukisan cat air, tetapi Ibu
berkata supaya aku menunjukkan lukisan esok hari, hari keberangkatan kami ke pantai.
Aku menurut. Aku baru memahami ucapan Ibu saat melihat Ayah di ambang pintu.
Wajahnya agak pasi.

Ibu mengajakku ke rumah sakit. Aku melihat Ayah dibaringkan oleh paramedis di
brankar untuk dibawa menuju suatu ruangan. Ibu meminta aku duduk menunggu. Dan,
ketika aku hendak duduk, aku melihat Ayah mengangkat tangan kanan dan
mengacungkan ibu jarinya untukku.
***
Aku duduk di depan laptop, memandangi layar bertuliskan sebuah cerita pendek berjudul
Baby Shark Vs. Baby Octopus. Judul yang tertera huruf besar itu aku ganti menjadi Bayi
Gurita yang Baik Hati. Sesaat kemudian, aku membawa laptop dan sebuah buku kliping
keluar ruangan.

Lautan berpantai pasir putih tampak terbentang saat aku membuka pintu rumah. Butiran
halusnya seakan berseru riang seiring desir ombak yang berkejaran. Aku meletakkan
laptop dan buku kliping di sebuah meja, membuka bagian akhir buku itu, meletakkan
dalam keadaan terbuka. Aku sangat menikmati pekerjaanku, dengan mulai membuat
gambar di laptop untuk storyboard dari cerita yang sudah aku tulis.

Sebelum meneruskan pekerjaanku, kulirik sekilas lukisan cat air berbingkai yang
tergantung di dinding teras. Belakangan, ketika aku beranjak dewasa, gambar sederhana
itulah yang membuatku tetap semangat menjalani hidup. Aku paham, Ayah sudah berada
di dimensi berbeda. Namun, sosoknya terasa sekali dekat denganku. Aku seperti bisa
melihatnya berdiri di depanku sambil mengacungkan ibu jarinya.

Sangat terasa, meski tak terlihat.

***

Berikut ketentuan event Ketika Aku Kecil.


 Cerita mini 500-700 kata
Karya asli, bukan jiplakan/saduran/kutipan.
Diposkan melalui akun Kompasiana, Web pribadi, atau paling enggak catatan di akun FB pribadi
(jangan di wall FC ya). Setelah itu mencantumkan tautan ke kolom komentar pada artikel yang
akan diposkan FC pada tanggal berlangsungnya event.
Membagikan tautan naskah ke akun social media masing-masing peserta disertai tagar
#ketikaakukecilFC.
Akan dipilih tiga cerita terunik dan mendapat hadiah Rp.100.000. Bisa lewat Gopay, Ovo, atau
pulsa.
Tanggal posting naskah hari Sabtu dan Minggu, tanggal 6-7 juli 2019.
Pemenang akan diumumkan dua minggu setelahnya, tanggal 21 Juli 2019
Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.
Plagiat akan dibully di sini seumur hidup

*Untuk yang post di Kompasiana, jangan lupa sertakan label Fiksiana Community dan
Cermin Ketika Aku Kecil, shere link tulisanmu di kolom komentar artikel ini, ya...

Ok, Mbeeer... Selamat sore...


Admin Fiksiana Community
CC : Langit Quinn, Sekar Mayang, Granito Ibrahim, Selsa, Ando Ajo, Sri Subekti Astadi, Arista
Devi, Ratih Raca, Eka Murti, Meitantei Al Fatih,Menulis Novel, Fahmi Idris, Reva

Anda mungkin juga menyukai