Anda di halaman 1dari 20

BROWN TO GREEN: 2019

TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI

INDONESIA
Emisi gas rumah Indonesia belum berada di jalur yang
kaca (GRK) per kapita
Indonesia berada di ! tepat untuk memenuhi target batasan
suhu global 1,5°C.
bawah rata-rata G20. Indonesia harus mengurangi Jalur kompatibel 1,5°C2
tingkat emisinya hingga di bawah (MtCO2e/tahun)
Namun, tingkat emisi per kapita telah meningkat 551 MtCO2e pada tahun 2030 dan
2,000 NDC
sebesar 17% (2011-2016). hingga di bawah -128 MtCO2e
pada tahun 2050 untuk dapat maks.
berada di rentang kontribusi yang 551
Emisi gas rumah adil yang sesuai dengan skenario
1,000 675 MtCO2e MtCO2e
kaca (GRK) (termasuk IPCC pada pembatasan kenaikan maks.
penggunaan lahan) suhu global 1,5°C. NDC Indonesia 0
-128

5.0
MtCO2e
per kapita1
7.5
hanya akan membatasi emisi
(tCO2e/kapita) tahun 2030 di 1.817 MtCO2e.
Semua penghitungan berasal -1,000
Indonesia G20 average
Rata-rata G20 dari Climate Action Tracker dan
Data tahun 2016
Sumber: CAT 2019;
Tren tidak memperhitungkan emisi
+17 % -1 %
-2,000
PRIMAP 2018;
World Bank 2019 (2011-2016) penggunaan lahan. 2016 2030 2050
Sumber: CAT 2019

Perkembangan RUPTL PLN 2019-2028 me- Perpres kendaraan bermotor listrik Pada bulan Oktober 2019,
terkini3 ningkatkan target kontribu- telah disahkan pada bulan Agustus Pemerintah Indonesia memben-
si batu bara dalam bauran 2019 untuk menciptakan dasar tuk Badan Pengelola Dana Ling-
listrik pada tahun 2025 hukum yang mengatur produksi kungan Hidup untuk mengelola
sebesar 0,2% dibandingkan baterai, persyaratan konten lokal, pendapatan perdagangan
dengan perencanaan sebe- stasiun pengisian daya dan insentif karbon serta dana lain terkait
lumnya. pajak. mitigasi perubahan iklim.

Peluang 61% listrik yang diproduksi di Indonesia hanya memiliki dua Indonesia telah kehilangan 16%
utama untuk Indonesia berasal dari pembangkit kelompok peralatan yang memiliki dari tutupan pohon yang dimiliki
meningkatkan listrik tenaga batu bara. label atau standar yang diwajibkan. pada tahun 2000.
ambisi dalam
menanggulangi R Mkit
perubahan
engurangi jumlah pembang-
listrik tenaga batu bara
R Mdari
eningkatkan efisiensi
peralatan rumah
R Tpembukaan
erapkan moratorium izin
hutan permanen
dan meningkatkan kontribusi tangga dan penerangan yang meliputi hutan primer
iklim3 dari energi terbarukan hingga untuk mengurangi beban dan sekunder, serta restorasi
tiga kali lipat pada sektor puncak daya listrik yang gambut untuk menyelamat-
ketenagalistrikan pada tahun melebihi 25 GW di tahun

#1 #2 #3
kan setidaknya 66Mha area
2030. 2030. hutan.

Profil negara ini adalah bagian dari Brown to Green Report 2019. Laporan lengkap dan profil negara G20 lain bisa diunduh di:
http://www.climate-transparency.org/g20-climate-performance/g20report2019
1

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

INDONESIA –
KONTEKS SOSIAL-EKONOMI

0.694
Indeks Pembangunan Manusia Produk Domestik
Bruto (PDB) per
Indeks Pembangunan Manusia kapita
mencerminkan harapan (PPP US$ const. 2018,
hidup, tingkat pendidikan dan internasional)

13,057 22,694
pendapatan per kapita. Indonesia
menduduki peringkat tengah.
low
rendah very high
sangat
Data tahun 2017 | Sumber: UNDP 2018 Data tahun 2018 | Sumber: World Bank 2019 Indonesia Rata-rata G20
tinggi

Proyeksi populasi Kematian akibat pencemaran udara sekitar


1.1
(per juta jiwa) (Jumlah kematian yang disebabkan oleh polusi Rentang

299.2 330.9 pencemaran sekitar G20

95,156
1.1
World Bank
267.7
0.5
Setiap tahunnya, lebih dari 95.000
memperkirakan populasi orang di Indonesia meninggal dunia

95,156
Indonesia akan meningkat akibat pencemaran udara, stroke,

0.5
sebesar 24% pada tahun penyakit jantung, kanker paru-paru Indonesia
2050. dan penyakit pernapasan kronis.
Dibandingkan dengan total populasi kematian akibat
Indonesia, angka ini berada di pencemaran udara Indonesia
rentang tengah di antara negara-
2018 2030 2050 negara G20 lainnya. 0.1
Tingkat kematian akibat
Data tahun 2016 | Sumber: World Health pencemaran udara per
Sumber: World Bank 2019 Organization 2018 0.1
1.000 penduduk per
tahun, usia distandarisasi

TRANSISI YANG ADIL 3

Pemerintah Indonesia telah mempromosikan penggunaan batu bara sejak pada tahun 2028 akan berasal dari batubara, turun dari
tahun 1980an. Proporsi batu bara dalam bauran energi primer telah meningkat 61% pada tahun 2018. Tetapi penelitian independen
dari 15,5% pada tahun 2007 menjadi 19,9% pada tahun 2018, sedangkan oleh IESR memperkirakan bahwa konsumsi batubara
proporsi minyak dan gas relatif stabil dan cenderung menurun. domestik di masa depan akan menurun dibandingkan
perkiraan RUEN, dan akan ada ketidakpastian dalam
Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2017 menetapkan strategi untuk
ekspor batubara karena permintaan yang lebih rendah
memenuhi target Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2014, yaitu dengan
dari negara-negara tujuan utama. Hal ini akan
meningkatkan persentase energi terbarukan dalam bauran energi primer pada
mengurangi pendapatan negara dan tenaga kerja di
tahun 2025. Namun, kebijakan saat ini mendorong lebih banyaknya konsumsi
sektor batu bara. Sayangnya, industri batu bara tampaknya memiliki ikatan dan
batubara pada pembangkit listrik di tingkat domestik, serta mendorong
keterpaduan yang kuat dengan sistem politik. Penerapan regulasi inklusif yang
pemanfaatan batubara untuk memproduksi bahan bakar cair atau gas.
komprehensif untuk transisi batu bara akan membantu Indonesia mengurangi
Di sektor ketenagalistrikan, PLN memperkirakan bahwa 54% dari bauran listrik risiko di masa depan. Meskipun demikian, strategi seperti itu tampaknya masih
belum ada hingga saat ini.

Legenda untuk Evaluasi Dekarbonisasi4 Evaluasi Kebijakan5


profil semua negara Evaluasi ini mengukur kinerja suatu negara serta Evaluasi kebijakan ini menilai beberapa kebijakan yang menjadi
membandingkannya dengan negara-negara G20 lainnya.
very low low medium high very high
prasyarat untuk memulai transformasi jangka panjang demi
Tren Skor tinggi mencerminkan upaya yang relatif baik dari memenuhi batasan suhu 1,5°C.
Tren menunjukkan perspektif perlindungan iklim meskipun tidak berarti
data perkembangan kompatibel dengan target batasan suhu global 1,5°C.
selama lima tahun
terakhir, jika data
tersedia.
Tanda jempol
rendah
low sedang
medium tinggi
high pelopor
frontrunner
menggambarkan
evaluasi dari perspektif sangat
very low rendah sedang
low medium tinggi sangat
high very high tidak ada sejumlah terdapat target, terdapat target,

perlindungan iklim. rendah tinggi kebijakan kebijakan telah


diberlakukan
strategi dan
kebijakan jangka
strategi dan kebijakan
yang kompatibel
panjang dengan 1,5°C

Untuk informasi lebih lanjut, lihat bagian Lampiran dan Catatan Teknis

low medium high frontrunner 2

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

INDONESIA
M I T I G A S I GAMBARAN UMUM

! Emisi GRK Indonesia telah meningkat sebesar 90% (1990-2016)


dan target iklim pemerintah untuk tahun 2030 (-29% dari
Pada tahun 2030, emisi GRK global harus
berada 45% di bawah level tahun 2010 dan

1.5°C
business as usual) belum sejalan dengan jalur 1,5°C. mencapai nol netto pada tahun 2070.
6

Sumber: IPCC SR1.5 2018

Total emisi GRK lintas sektor2


MtCO2e/year
tahun
Emisi GRK per sektor
GHG emissions by sector
2,000

1,750 674
MtCO2e Total
Totalemisi
emissions
Other sectors
Sektor
Waste
Limbah
lain

1,500 (tidak termasuk


(excl. land use),
penggunaan
historic and lahan), Pertanian
Agriculture
secara historis dan
projected
1,250 proyeksi ke depan Proses industri
Industrial processes
Historical
Histori emisi/ Energi
Energy
1,000 serapan dari
emissions/removals
penggunaan
from land uselahan
750
NDC
500 rentang kontribusi adil
1.5°C kompatibel
yang fair share range
1,5°C
250
Emisi Indonesia (tidak termasuk penggunaan lahan) meningkat
hampir dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2016 dan diproyeksikan
0
akan terus tumbuh hingga setidaknya tahun 2030. Saat ini, emisi
GRK dari sektor kehutanan dan energi berkontribusi sangat besar
-250 terhadap keseluruhan emisi GRK Indonesia. Berdasarkan kebijakan
yang berlaku, Indonesia telah berada di jalur yang tepat untuk
-500 melampaui NDC-nya (tidak termasuk penggunaan lahan), sehingga
memberikan kesempatan yang signifikan bagi pemerintah untuk
-750 meningkatkan aksi iklimnya. Diperlukan upaya signifikan untuk
memenuhi target batasan kenaikan suhu 1,5°C. Kompatibilitas 1,5°C
-1,000 dapat dicapai melalui langkah pengurangan emisi domestik yang
1990 1995 2000 2005 2010 2016 2030 2050 kuat, dan dapat melengkapi upaya global dalam pengurangan emisi
global. Emisi dari sektor kehutanan dapat meningkat sebanyak 300
MtCO2e pada tahun 2030.
Sumber: PRIMAP 2018; CAT 2019

Evaluasi Climate Action Tracker (CAT) terhadap NDC2


Kontribusi yang ditentukan secara nasional (NDC): Mitigasi

Target Untuk mengurangi 26% emisi GRK dari skenario busi-


ness as usual pada tahun 2020 dan 29% pada tahun
sama sangat tidak kompatibel kompatibel panutan
2030, dengan usaha sendiri (tanpa syarat). sekali tidak tidak mencukupi 2°C 1,5°C sesuai
mencukupi mencukupi dengan
Aksi Ada aksi-aksi spesifik (di sektor: lahan dan kehutanan, Kesepakatan
pertanian, energi, dan limbah) Paris
Sumber: CAT 2019
Sumber: UNFCCC, NDC masing-masing negara

Strategi jangka panjang (LTS) yang diserahkan ke UNFCCC pada tahun 2020

Status Belum ada strategi yang diterapkan


Target 2050 n.a.
Langkah sementara n.a.
Target sektoral n.a. Sumber: UNFCCC, LTS
masing-masing negara

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

INDONESIA
M I T I G A S I ENERGI

Sekitar 67% dari bauran energi Indonesia (termasuk Persentase bahan bakar fosil secara global harus
! listrik, panas, bahan bakar transportasi, dll) masih berasal turun menjadi 67% dari total energi primer global
pada tahun 2030 dan menjadi 33% pada tahun
dari bahan bakar fosil. Persentase tersebut pun juga semakin 2050 dan ke tingkat yang secara substansial

1.5°C
meningkat. Penggunaan energi terbarukan tetap stabil selama lebih rendah tanpa
Penangkapan dan 6
bertahun-tahun dengan tingkat penggunaan yang cukup rendah. Penyimpanan
Karbon (CCS).

Sumber: IPCC SR1.5 2018

Bauran energi7
Total
Total pasokan energisupply
primary energy primer (TPES) (PJ)
(PJ)
12,000 Persentase pada tahun 2018
Share in 2018

10,000 28 % Lainnya
biomassa
(termasuk
Other (incl.
traditional tradisional)
biomass)

5%
Energi terbarukan
8,000 (termasuk
Renewableshidro dan
(incl. hydrobiomassa
terkecuali and excl.
5%
zero
nol
residential
skala rumahbiomass)
tangga) carbon
karbon
6,000

16% Gas
4,000
31% Oil
Minyak 67%
fossil
fosil
2,000
20% Batu
Coal bara

0
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2018

Grafik ini menunjukkan bauran bahan bakar untuk semua pasokan energi, termasuk
Sumber: Enerdata 2019 energi yang digunakan untuk pembangkit listrik, penghangat, memasak dan bahan
bakar transportasi. Sebanyak 67% dari bauran energi Indonesia berasal dari bahan
bakar fosil (minyak, batu bara dan gas). Meskipun berada di bawah rata-rata G20
(82%), angka ini masih dianggap tinggi. Sementara itu, penggunaan biomassa
secara tradisional berkontribusi hingga sepertiga dari keseluruhan bauran energi.

sangat rendah
Intensitas karbon di sektor energi Ranking intensitas karbon

Tonnes of CO 2 per
sangatrendah
rendah
dibandingkan negara G20 lainnya4
Ton CO2 per unit dariunit
totalof Tren penilaian (2013-2018)
total primary energy supply (tCO /TJ)
pasokan energi primer (tCO2/TJ) 2 INDONESIA G20

rendah
60
50
tCO2
sedang
Tingkat saat ini (2018)
50
sedangtinggi
40

30 tinggi
sangat tinggi
Sumber: evaluasi sendiri

sangat tinggi
20 Intensitas karbon menunjukkan berapa banyak CO2
yang dihasilkan per unit pasokan energi. Pada tingkat
10 50tCO2e/TJ, intensitas karbon di Indonesia berada di
bawah rata-rata G20 (59tCO2e/TJ). Meskipun demikian,
0 tingkat intensitas tersebut telah naik sebanyak 9%
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2018
(2013-2018). Peningkatan intensitas ini mencerminkan
bertumbuhnya persentase batu bara dan minyak.
Sumber: Enerdata 2019

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

INDONESIA
M I T I G A S I ENERGI

Pengembangan pembangkit listrik tenaga surya, angin, panas bumi dan biomassa8

13 %
Total
Totalpasokan energi primer
primary energy supply (TPES)
(TPES) dari
frompembangkit
solar, wind, listrik tenagaand
geothermal surya, angin,(PJ)
biomass
panas bumi dan biomassa (PJ)
1,400
Persentase TPES
Share of TPES pada tahun 2018
in 2018
1,200
0.00 % Surya
Solar
1,000
0.01 % Angin
Wind
800
9.40 % Panas bumi
Geothermal
600
3.61 % Biomassa, tidak meliputi
Biomass, excl.
biomassa
traditionaltradisional
biomass
400

Pembangkit listrik tenaga panas bumi dan


200
sangat rendah biomassa berkontribusi sebesar 13% dari
keseluruhan pasokan listrik Indonesia –
0 sementara rata-rata G20 untuk keduanya
sangat rendah
1990 1995
Sumber: Enerdata 2019
2000 2005
rendah
2010 2015 2018 hanya 6%. Dalam kurun waktu lima tahun
terakhir, persentase kedua sumber ini
dalam keseluruhan pasokan energi telah
rendah
Evaluasi persentase TPES dibandingkan negara G20 lainnya4
sedang
meningkat sebanyak 16%. Meskipun
demikian, peningkatan tersebut masih lebih
rendah jika dibandingkan dengan rata-rata
Tren penilaian (2013-2018) Tingkat saat ini (2018)
G20 (+29%, 2013-2018). Saat ini, panas
sedang tinggi bumi merupakan pemasok listrik terbesar di
Indonesia.
Sumber: evaluasi sendiri
tinggi sangat tinggi
sangat tinggi
Pasokan energi per kapita
Total pasokan energi primer per kapita

Tingkat pasokan energi per kapita terkait erat dengan pembangunan


ekonomi, kondisi iklim, dan harga energi.

39
Pada tingkat 39 GJ/kapita, pasokan energi per kapita di Indonesia

98
masih lebih rendah dari setengah rata-rata G20, tetapi telah
meningkat lebih banyak (+9%, 2013-2018) dibandingkan rata-rata
G20 (+1%).
Indonesia Rata-rata G20
G20 average
Data tahun 2018 |
Sumber: Enerdata
Tren
+9 %
sangat rendah
(2013-2018) +1 % 2019;
World Bank 2019

rendah
Evaluasi pasokan energi per kapita
dibandingkan negara G20 lainnya4

sedang
Tren penilaian (2013-2018)
sangat rendah
tinggi
rendah
Tingkat saat ini (2018)
sangat tinggi
Sumber: evaluasi sendiri
sedang
tinggi 5

INDONESIA Profil Negara 2019


sangat tinggi
BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

INDONESIA
M I T I G A S I ENERGI

Pasokan energi per kapita di Indonesia masih kurang


! dari setengah rata-rata G20, dan intensitas energi dalam
Emisi CO2 terkait energi dan proses global
harus dikurangi hingga 40% di bawah
tingkat emisi di tahun 2010 pada tahun
perekonomian juga tetap berada di bawah rata-rata. Namun, emisi
2030 dan mencapai netto nol pada tahun

1.5°C
CO2 terkait energi telah meningkat secara signifikan dalam beberapa 2060. 6

tahun terakhir.

Sumber: IPCC SR1.5 2018

Intensitas energi dalam perekonomian


Indikator ini menghitung berapa banyak energi yang digunakan untuk
(TJ/PPP US$2015 juta)
setiap unit PDB. Hal ini terkait erat dengan tingkat industrialisasi, pencapaian
efisiensi, kondisi iklim, atau geografi. Meskipun berada di bawah rata-rata
G20, intensitas energi Indonesia telah menurun ke tingkat yang lebih rendah
sangat rendah
(-9%, 2013-2018) dibandingkan negara G20 lainnya.
sangat rendah
rendah
Rating of energy intensity compared to other G20 countries 4

3.39 4.86 rendah


Tren penilaian (2013-2018)
Indonesia Rata-rata G20
G20 average sedang
sedang
Tren
(2013-2018) -9 % -12 % Tingkat saat ini (2018)
tinggi
tinggi
Data tahun 2018 | Sumber: Enerdata 2019; World Bank 2019
sangat tinggi Sumber: evaluasi sendiri

sangat tinggi
Emisi energi terkait CO29
Emisi CO2 dari from
CO2 emissions pembakaran bahan bakar
fuel combustion (MtCO2/tahun)
(MtCO 2/year) 522
MtCO2
600

540 Persentase total emisi CO2


Share of total energy-related
terkait energi pada
CO2 emissions tahun 2018
in 2018
480

420 28 % Transportasi
Transport

360 1% Pertanian
Agriculture

300 5% Buildings
Bangunan

31 %
240 Industri
Industries
(termasuk autoproduser)
(incl. autoproducers)
180

120
7% Sektor energi lain
Other energy sector

60 28 % Listrik dan and


Electricity panas
heat

0
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2018

Sumber: Enerdata 2019

Secara keseluruhan, penyumbang terbesar emisi GRK adalah emisi CO2 dari pembakaran
bahan bakar. Di Indonesia, emisi jenis ini telah meningkat secara signifikan sejak 1990.
Sektor industri, dengan 31%, merupakan penyumbang terbesar emisi jenis ini, diikuti oleh
listrik dan panas, lalu transportasi.

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISIY | 2019

INDONESIA
M I T I G A S I SEKTOR KETENAGALISTRIKAN

Persentase emisi CO2 terkait


! 61% listrik yang dihasilkan
di Indonesia berasal dari
energi Penggunaan batu bara harus dihentikan di UE/
OECD selambat-lambatnya pada tahun 2030, dan di

28%
batu bara dan angka ini akan seluruh dunia selambat-lambatnya pada tahun 2040.
digandakan dua kali pada tahun Seluruh pembangkit listrik harus didekarbonisasi
2028. Untuk tetap berada dalam sebelum tahun 2050. Energi terbarukan merupakan

1.5°C
batas 1,5°C, Indonesia harus pilihan pengganti 6
menghentikan penggunaan batu yang menjanjikan.5
bara pada tahun 2040. Data tahun 2018 |
Sumber: Enerdata
2019
Sumber: IPCC SR1.5 2018; Climate Analytics 2016; Climate Analytics 20192019

STATUS DEKORBANISASI
Bauran listrik
Gross power
Produksi listrikgeneration
bruto (TWh) Shares in 2018
Persentase pada tahun 2018 Renewables
Persentase shares
energi terbarukan
300

250 12 % Energi
Renewables 6.6 % Air
Hydro
Terbarukan

200 22 % Gas
Gas

5% Minyak
Oil 5.1 % Geothermal
Panas Bumi
150
61 % 0.1 % Wind
Anginonshore
darat
0.7 %
Batu
Coal bara
Biomassa
Biomass
100
Bauran listrik di Indonesia didominasi oleh bahan bakar
50 fosil – hal ini dapat dilihat dari penggunaan batu bara
yang meningkat tajam dalam dekade terakhir dan
kini berkontribusi sebesar 61%. Perkembangan energi
0 terbarukan cenderung lambat dan persentasenya (12%)
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2018 masih berada di bawah rata-rata G20 (25%). Sumber daya
Sumber: Enerdata 2019
terbarukan yang paling banyak digunakan di Indonesia
adalah tenaga air dan panas bumi.

Persentase energi
Intensitas emisi dari Tren (2013-2018) Trend (2013-2018)
terbarukan dalam
sektor ketenagalistrikan
(gCO2/kWh) +10 % -11 % produksi listrik
(termasuk pembangkit listrik +10 % +20 %
761 Indonesia G20 average
rata-rata G20 tenaga air skala besar)
rata-rata
Indonesia G20 average
rata-rata G20

Evaluasi intensitas emisi G20 sangat rendah energi


458
Evaluasi persentase
dibandingkan negara G20
lainnya4
25% terbarukan dibandingkan negara
G20 lainnyarendah
4

Tren penilaian (2013-2018)


sangat rendah
12%
Indonesia
Tren penilaian (2013-2018)
sedang
sangat rendah
Indonesia rata-rata
G20 G20
average Tingkat saat ini (2018) Tingkat saat ini (2018)tinggi
rendah
Data for 2018 | Sumber: Enerdata 2019 sangat rendah rendah
sangat tinggi
rendahsedang
Sumber: evaluasi sendiri Data for 2018 | Sumber: Enerdata 2019 Sumber: evaluasi sendiri
sedang
tinggi
Setiap kilowatt jam listrik memancarkan 761 gCO2 yang bergerak
sedang
bebas di udara Indonesia. Angka ini mendekati dua kali lipat rata-rata tinggi
sangat tinggi
G20. Intensitas emisi telah meningkat 10% (2013-2018) karena adanya
peningkatan penggunaan bahan bakar fosil.
tinggi sangat tinggi

sangat tinggi
7

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

INDONESIA
M I T I G A S I SEKTOR KETENAGALISTRIKAN

KEBIJAKAN 5

rendah
Energi terbarukan di sektor ketenagalistrikan Penghapusan batu bara di sektor ketenagalistrikan

sedang rendah
rendah sedang tinggi pelopor rendah sedang tinggi pelopor

tinggi
Indonesia berencana untuk membangun 16,7 GW listrik energi
sedang
Indonesia belum memiliki rencana untuk menghapus ketergantungan terhadap
batu bara, tetapi sebaliknya, berniat untuk membangun pembangkit listrik batu
terbarukan pada tahun 2028. Indonesia pernah memberlakukan feed-
bara berkapasitas 6 GW pada tahun 2020 dan 27,1 GW pada tahun 2028. Dengan
in-tariff; regulasi saat ini meniadakan skema ini dan memperkenalkan
frontrunner
skema BOOT (Build Own-Operate-Transfer), di mana aset pembangkit
pembangunan ini, kapasitas batu bara Indonesia akan meningkat hingga dua kali
tinggi
lipat pada tahun 2028. Industri batu bara disubsidi secara signifikan baik secara
listrik tidak dapat digunakan sebagai jaminan. langsung (jaminan pinjaman, pembebasan pajak, pengenaan royalti dan tarif

frontrunner
Peraturan yang saat ini diberlakukan membuat investasi energi pajak) maupun tidak langsung (pemberlakuan batas harga batu bara yang dijual
! terbarukan menjadi tidak menarik.
Sumber: evaluasi sendiri Sumber: evaluasi sendiri
frontrunner
ke perusahaan listrik domestik, diperkenalkan pada tahun 2018).

frontrunner
M I T I G A S I SEKTOR TRANSPORTASI
Persentase emisi CO2 terkait
! Emisi sektor transportasi
berkontribusi sebanyak 30%
energi Proporsi bahan bakar rendah
karbon dalam bauran bahan bakar

28%
dari keseluruhan emisi CO2 Indonesia, transportasi harus ditingkatkan
karena sektor ini masih sangat direct menjadi sekitar 60% pada tahun 2050.
didominasi oleh bahan bakar fosil.

1.5°C
Agar tetap berada dalam batas 1,5 ° C, 6
transportasi penumpang dan barang
harus didekarbonisasi.

Data tahun 2018 | Sumber: Enerdata 2019 Sumber: IPCC SR1.5 2018

STATUS DEKARBONISASI
Bauran energi transportasi
Konsumsi energi
Final energy akhir transportasi
consumption of transport
per sumber(PJ/year)
by source (PJ/tahun)
2,100
Persentase pada 2018
Share in 2018

3.5%
1,800
Bahan
Biofuelsbakar
nabati (biofuel) Electricity and biofuels
1,500 0.0% Electricity
Listrik together make up only
1,200 0.0% Gas
3.5% of the energy mix
in transport (the G20

900
96.5% Minyak
Oil average is 6%).

0.0% Batu bara


Coal
600

300

0
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2018 Sumber: Enerdata 2019

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

INDONESIA
M I T I G A S I SEKTOR TRANSPORTASI

STATUS DEKARBONISASI (lanjutan)


Emisi transportasi per kapita10 Emisi penerbangan per kapita11
(tCO2/kapita, (tCO2/kapita)
terkecuali emisi penerbangan) Tren (2013-2018) Tren (2011-2016)

+3 % +5 % +11 % +10 %
1.13 0.15
Indonesia G20 average
rata-rata G20 Indonesia G20 average
rata-rata G20
sangat rendah sangat rendah
Evaluasi emisi transportasi
rendah rendah emissions
Rating of aviation
0.55 dibandingkan negara G20 lainnya4
sangat rendah 0.05 compared to other G20 countries4
sangat rendah
Tren penilaian (2013-2018) Tren penilaian (2013-2018)
sedang sedang
rendah rendah
tinggi tinggi
Tingkat saat ini (2018) Tingkat saat ini (2018)
sedang sedang
Indonesia G20 average sangat tinggi Indonesia G20 average
rata-rata G20 sangat tinggi
Data tahun 2018 | tinggi Data tahun 2016 | tinggi
Sumber: Enerdata 2019; World Bank 2019 Sumber: evaluasi sendiri Sumber: Enerdata 2019; IEA 2018 Sumber: evaluasi sendiri
sangat tinggi sangat tinggi
Tingkat kepemilikan Pangsa pasar penjualan Angkutan penumpang Angkutan barang
kendaraan bermotor kendaraan listrik baru (modal split, dalam % (modal split, dalam % ton-km)
(kendaraan per 1.000 penduduk) (%) penumpang-km)

50 no data
tidak ada
data
no data
no data
tidak ada
data
no data
no data
tidak ada
data
Data for 2014 | Sumber: Agora 2018 Sumber: IEA 2019 Sumber: Agora 2018 Sumber: Agora 2018

KEBIJAKAN 5

Penghapusan kendaraan berbahan Penghapusan kendaraan berat rendah


Pergeseran moda transportasi
bakar fossil berbahan bakar fosil (darat)

rendah rendah sedang


rendah sedang tinggi pelopor rendah sedang tinggi pelopor rendah sedang tinggi pelopor

sedang
Saat ini, belum ada target penghapusan
kendaraan berbahan bakar fosil ataupun standar sedang
Saat ini, belum ada target untuk mengurangi Indonesia mendukung penuh pengembangan tinggi
total emisi yang dihasilkan dari pengangkutan Sistem Transportasi Cerdas, pengenalan Sistem
ekonomi bahan bakar atau emisi karbon. Namun, barang, juga belum ada standar energi atau Bus Rapid Transit di 12 kota dan peningkatan
kendaraan yang rendah tingkat konsumsi
bahan bakarnya atau tingkat emisinya akan tinggi
emisi karbon untuk mengatur kendaraan
berat. Belum ada langkah-langkah untuk tinggi frontrunner
infrastruktur kereta api termasuk elektrifikasi.
Saat ini, Indonesia belum memiliki strategi
diuntungkan dari adanya pengurangan pajak
mendukung logistik pengangkutan rendah jangka panjang untuk mendukung perubahan
front
penjualan. Perpres kendaraan listrik berbasis
moda transportasi ataupun langkah-langkah
frontrunner
karbon, dan intensitas energi angkutan barang
baterai pada tahun 2019 menawarkan insentif
pajak untuk industri maupun para pembeli frontrunner
masih berada pada tingkat yang tinggi. untuk mendukung logistik pengangkutan
kendaraan listrik. rendah karbon.

Sumber: evaluasi sendiri


frontrunner
Sumber: evaluasi sendiri
frontrunner
Sumber: evaluasi sendiri
9

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI BEBAS EMISI | 2019

INDONESIA
M I T I G A S I SEKTOR BANGUNAN

Persentase emisi CO2 terkait


Emisi yang dihasilkan bangunan di seluruh dunia
! Emisi bangunan – yang
meliputi pemanas, memasak
energi
harus dikurangi hingga setengahnya pada tahun
dan penggunaan listrik – 2030, dan berada sekitar 80% di bawah tingkat di

5%
berkontribusi sebanyak 23% dari total tahun 2010 pada tahun 2050. Tujuan ini sebagian
emisi CO2 di Indonesia. Meskipun direct
langsung besar dapat dicapai melalui peningkatan efisiensi,
secara per kapita masih berada jauh

18 %
pengurangan permintaan energi dan elektrifikasi serta
di bawah rata-rata G20, tingkat emisi

1.5°C
dekarbonisasi
bangunan per kapita Indonesia dari
fromlistrik 6
sektor ketenaga-
secara luas cenderung meningkat. electricity
Saat ini, Indonesia masih belum listrikan secara
memiliki kebijakan yang efektif untuk keseluruhan.
mengurangi emisi bangunan.
Data tahun 2018 | Sumber: Enerdata 2019 Sumber: Skenario IEA ETP B2DS yang dinilai dalam IPCC SR1.5 2018

STATUS DEKARBONISASI
Emisi bangunan per kapita Bangunan perumahan: Bangunan komersial dan publik:
(termasuk emisi tidak langsung) penggunaan energi per m2 penggunaan energi per m2

0.71 GJ 0.27 GJ
(tCO2/kapita) (GJ) (GJ)

1.54
Data for 2018 | Sumber: Enerdata 2019; World Bank 2019

0.47

0.17 0.91 rentang G20


G20 range 0.15 3.53 rentang G20
G20 range
Indonesia rata-rata G20
G20 average
Data: tahun berbeda setiap negara | Data: tahun berbeda setiap negara | Sumber: ACEEE 2018

+17.8 % +1 %
Sumber: ACEEE 2018

Trensangat rendah
(2013-2018) Tingkat emisi bangunan Tingkat emisi bangunan sebagian besar didorong
per kapita Indonesia berada oleh seberapa banyak energi yang digunakan dalam
rendahemisi bangunan
Evaluasi tingkat
hanya sepertiga dari rata- pemanasan, pendinginan, penerangan, peralatan rumah
dibandingkan negara G20 lainnya4 rata G20. Namun, berbeda tangga, dll. Di Indonesia, penggunaan energi per m² untuk
dengan rata-rata G20 tersebut, bangunan perumahan terpantau tinggi, sementara untuk
Tren penilaiansedang
(2013-2018) emisi bangunan di Indonesia bangunan komersial dan publik terpantau lebih rendah.
meningkat sebesar 18% (2013-
sangat rendah
tinggi 2018), yang mencerminkan
Tingkat saat ini (2018) peningkatan konsumsi listrik
rendah
sangat tinggi dan persentase batubara dalam
bauran listrik.
Sumber: evaluasi sendiri sedang

KEBIJAKAN 5
tinggi

Bangunan sangat tinggi


baru mendekati nol energi Perbaikan bangunan yang ada

rendah rendah
rendah sedang tinggi pelopor rendah sedang tinggi pelopor
Indonesia belum memiliki strategi nasional untuk membuat bangunan Saat ini, Indonesia belum memiliki kebijakan nasional untuk
sedang
baru dengan konsep mendekati nol energi. Standar Efisiensi Energi sedang
meningkatkan kinerja energi dan memperbaiki bangunan yang
Nasional untuk Bangunan di Indonesia (2011) masih bersifat sukarela sebelumnya sudah ada.
dan hanya berlaku untuk bangunan bertipe non-perumahan.

Sumber: evaluasi sendiri


tinggi Sumber: evaluasi sendiri
tinggi
frontrunner
10

INDONESIA Profil Negarafrontrunner


2019
BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

INDONESIA
M I T I G A S I SEKTOR INDUSTRI

Persentase emisi CO2 terkait


Emisi sektor industri
! menghasilkan lebih
energi (terkecuali emisi proses) Emisi CO₂ dari industri global harus
dikurangi 65-90% dari tingkat di
dari sepertiga emisi CO2 di tahun 2010 pada tahun 2050.
Indonesia. Dibutuhkan
kebijakan yang lebih ketat 31% langsung

1.5°C
untuk dapat mengurangi 6
tingkat emisi ini agar memenuhi
batas 1,5°C. 9% dari
listrik

Data tahun 2018 | Sumber: Enerdata 2019 Sumber: IPCC SR1.5 2018

STATUS DEKARBONISASI
DEKARBONISASI12 Intensitas karbon dari Intensitas karbon dari
(tCO2e/US$2015 GVA) produksi semen13 produksi baja13
(kgCO2/ton produk) (kgCO2/ton produk)
Data tahun 2016 | Sumber: Enerdata 2019;

0.42 0.51 668 1,650


PRIMAP 2018; World Bank 2019

tidak ada tidak ada


data data
G20 average Rata-rata dunia Rata-rata dunia
Indonesia Indonesia Indonesia

Data tahun 2015 | Sumber: CAT 2019 Data tahun 2015 | Sumber: CAT 2019

-1.5 % -10.2 %
Tren (2011-2016) Ketika membandingkan Proses produksi dan pembuatan baja merupakan
sangat rendah emisi industri dengan penghasil emisi GRK yang signifikan, dan tidak
Rating of emissions intensity nilai tambah bruto mudah untuk didekarbonisasi. Indonesia belum
compared to other G20 countries4 (GVA) dari sektor memiliki data mengenai emisi yang dihasilkan
sangatrendah
rendah industri, posisi oleh industri baja atau semen nasionalnya.
Tren penilaian (2011-2016) Indonesia masih berada
rendahsedang
di bawah rata-rata
G20. Akan tetapi, laju
Tingkat saat ini (2016) pengurangan intensitas
tinggi
sedang emisi Indonesia tercatat
lebih lambat (-1,5%) jika
sangat tinggi dibandingkan dengan
Sumber: evaluasi sendiri tinggi rata-rata G20 (-10%,
2011-2016).
sangat tinggi

KEBIJAKAN
rendah
5

Efisiensi energi Kebijakan efisiensi energi yang diwajibkan oleh pemerintah Indonesia mencakup sekitar 26-
50% dari keseluruhan penggunaan energi industri. Saat ini, terdapat kebijakan manajemen

sedang energi, mandat untuk manajer energi, dan persyaratan audit energi yang berlaku secara
nasional. Meskipun demikian, Indonesia belum memiliki standar kinerja untuk motor atau
rendah sedang tinggi pelopor kebijakan untuk mendorong penyebaran panas dan teknologi listrik.
Sumber: evaluasi sendiri
tinggi ! Pada tahun 2009, Pemerintah Indonesia menetapkan sebuah peraturan yang
menjanjikan insentif keuangan bagi pihak yang menjalankan langkah-langkah
efisiensi energi. Namun, insentif tersebut belum diwujudkan hingga saat ini.

frontrunner
frontrunner
11

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

INDONESIA
M I T I G A S I PENGGUNAAN LAHAN

! Agar tetap berada dalam batas 1,5°C, Indonesia harus


menciptakan sektor hutan dan penggunaan lahan sebagai
Deforestasi global harus dihentikan dan
langkah-langkah penghapusan CO2

1.5°C
harus digalakkan hingga setidaknya
penyerap emisi, yaitu dengan menghentikan ekspansi 6
tahun 2030.
perkebunan kelapa sawit dan membuka area hutan baru.

Sumber: IPCC SR1.5 2018

Jumlah kehilangan tutupan pohon kotor berdasarkan penyebab114


KEBIJAKAN
rendah
5

Tutupan pohon yang hilang


(juta hektar)
(Nir) nol deforestasi
0 Deforestasi yang didorong
-0.5
oleh komoditas
sedang
Kehutanan rendah sedang tinggi pelopor
-1.0

-1.5
Pergeseran
pertanian
Pada bulan Agustus 2019, Presiden Indonesia
tinggi
menginstruksikan pemberlakuan moratorium permanen
untuk pembukaan hutan primer dan lahan gambut.
-2.0 Urbanisasi
frontrunner
Namun, instruksi tersebut tidak menciptakan dasar hukum
-2.5 Kebakaran hutan yang kuat serta tidak mencakup hutan sekunder. Saat
ini, Indonesia belum menetapkan target penghentian
-3.0 Total deforestasi dan masih menghadapi tingginya tingkat
2001 2005 2010 2015 2018 deforestasi yang didorong oleh komoditas. frontrunn
Sumber: evaluasi sendiri
Sumber: Global Forest Watch 2019
Catatan: 2000 tingkat tutupan pohon | >30% kanopi pohon | Dari tahun 2001 hingga 2018, Indonesia telah kehilangan 25,6 juta tutupan pohonnya atau
perkiraan ini tidak meliputi kenaikan jumlah tutupan pohon setara dengan tingkat penyusutan sebanyak 16% sejak tahun 2000, dan emisi CO2. sebesar
10,5Gt. Perkiraan ini tidak mencakup kenaikan jumlah tutupan pohon. Hilangnya tutupan pohon
di Indonesia umumnya disebabkan oleh pembukaan lahan hutan untuk perkebunan minyak
kelapa sawit dan pemanenan kayu. Keduanya berkontribusi sekitar dua perlima dari keseluruhan
deforestasi di Indonesia.

M I T I G A S I PERTANIAN

Tingkat emisi metana di seluruh dunia (khususnya fermentasi enterik)


! Sebagian besar emisi yang dihasilkan dari sektor pertanian
di Indonesia berasal dari penanaman padi dan tanah
harus menurun sebanyak 10% pada tahun 2030 dan 35% pada tahun
2050 (dari tingkat di tahun 2010). Emisi nitro oksida (yang sebagian

1.5°C
organik serta limbah ternak. Untuk memenuhi target batas suhu besar berasal dari pupuk dan
6
1,5°C, Indonesia harus menerapkan praktik perubahan pola pupuk kandang) harus dikurangi
sebanyak 10% pada tahun 2030
makan dan pertanian cerdas-iklim (climate-smart).
dan 20% pada tahun 2050.

Sumber: IPCC SR1.5 2018

Emisi GRK dari pertanian (tidak termasuk energi)

Penanaman
21% 4% Residu Tanaman Di Indonesia, sumber emisi GRK terbesar dalam

13 %
Tanah Organik Fermentasi sektor pertanian adalah penanaman padi,
Enterik penanaman tanaman di tanah gambut serta

172
limbah ternak. Penerapan praktik pertanian

MtCO2e
14% Limbah
Ternak
cerdas-iklim (climate-smart) dapat membantu
dalam mengurangi tingginya tingkat emisi.
Penanaman
Padi 37% 11% Pupuk
Sintesis

Data tahun 2016 | Sumber: FAOSTAT 2019


12

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

INDONESIA
ADAPTASI

R Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim dan membutuhkan


tindakan adaptasi.
R Secara rata-rata, terjadi 252 korban jiwa dan kerugian sejumlah US$1,8 miliar setiap
tahunnya yang disebabkan oleh peristiwa cuaca ekstrem.
R Dengan adanya pemanasan global, masyarakat dan sektor pendukungnya semakin
terpapar berbagai peristiwa iklim yang ekstrem seperti meningkatnya frekuensi
gelombang panas.
R Dengan pemanasan sebesar 3°C, Indonesia akan mengalami sekitar 30 hari per
tahun yang terkena suhu panas di atas 35°C.

KEBIJAKAN ADAPTASI

Kontribusi yang ditentukan secara nasional: Adaptasi

Target Tidak disebutkan


Aksi Aksi spesifik (sektor: pertanian, air, kehutanan, kesehatan, infra-
struktur, keanekaragaman hayati/ekosistem)
Sumber: UNFCCC, NDC masing-masing negara

Strategi adaptasi nasional


Sektor
Daerah pesisir & penangkapan ikan
Keanekaragaman hayati

Pendidikan & penelitian

Keuangan & asuransi


Energi & industri

Infrastruktur

Transportasi

Urbanisme
Kehutanan

Proses Pemantauan &


Kesehatan

Pariwisata
Pertanian

Tahun Evaluasi
Nama dokumen publikasi (frekuensi pelaporan)
Air

Pemantauan dilakukan
oleh Kementerian
National Action Plan
terkait dan dilaporkan
on Climate Change 2014 x x x x x x x x x x x x secara berkala kepada
Adaptation (RAN-API)
Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional

Sumber: own research

13

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

INDONESIA
KEBUTUHAN ADAPTASI
Indeks Risiko Iklim untuk Indeks Risiko Iklim Global 2019 | Semua angka merupakan rata-rata
tahun 1998-2017 1 1
Kematian yang Per Kerugian rata- Per unit
Dampak peristiwa cuaca ekstrem disebabkan 100,000 rata tahunan PDB
dalam hal kematian dan kerugian
ekonomi yang ditimbulkan
cuaca ekstrem penduduk
97
peringkat
(PPP US$ juta) (%)
109
252 0.1 1799 0.1
dari 181 peringkat
negara dari 181
negara
181 181
Sumber: Germanwatch 2018

Indonesia telah dilanda bencana ekstrem akibat cuaca ekstrem


seperti banjir, badai tropis, kebakaran, tanah longsor dan hujan lebat.
Sebagaimana disoroti oleh Indeks Risiko Iklim, peristiwa cuaca ekstrem
tersebut menyebabkan kematian dan kerugian ekonomi. Perubahan iklim
diperkirakan akan memperburuk intensitas, frekuensi dan dampak dari
peristiwa serupa.

Kerentanan terhadap dampak pemanasan suhu di masa


depan pada tingkat 1,5°C, 2°C and 3°C
1.5°C 2°C 3°C Secara keseluruhan, semua
sektor terkena dampak
Water % wilayah dengan peningkatan dalam buruk dari kenaikan suhu.
kelangkaan air Di sektor air, kelangkaan
air dan periode kekeringan
% periode kekeringan tercatat meningkat drastis.
Cuaca Panas Frekuensi gelombang panas
& Kesehatan
Jumlah hari dengan suhu di atas 35°C

Sumber: own research Skala peringkat dampak


Sangat rendah
Pertanian Jagung Penurunan durasi panen Rendah
Frekuensi cuaca panas Sedang
Tinggi
Penurunan curah hujan
Sangat Tinggi
Padi Penurunan durasi panen
Kolom yang kosong berarti
Frekuensi cuaca panas tidak ada data yang tersedia

Penurunan curah hujan

Sumber: Berdasarkan Arnell et al 2019

Produksi pertanian nasional

8%
(persentase total
kuantitas produksi Jagung Dari empat jenis tanaman yang dianalisis
dalam ton) (jagung, padi, kedelai, gandum), padi

22 %
dan jagung merupakan kontributor
produksi pertanian terbesar di Indonesia.
Padi Penurunan curah hujan dan durasi panen
mempengaruhi kedua tanaman tersebut.

70%
Pada umumnya, produksi jagung dan
Lainnya padi dipengaruhi oleh kenaikan suhu
dan penurunan curah hujan, terutama di
Data tahun 2017 | Sumber: FAOSTAT 2019 daerah dataran rendah.

14

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

INDONESIA
PEMBIAYAAN
Jumlah subsidi bahan bakar fosil Indonesia berada di angka US$ 7,7 Investasi infrastruktur dan energi
! miliar pada tahun 2017, yang sebagian besar diperuntukkan bagi minyak hijau harus melebihi investasi bahan
bumi dan listrik. Indonesia juga belum memiliki harga karbon eksplisit. bakar fosil pada tahun 2025.

1.5°C
6

Kontribusi yang ditentukan secara nasional: Pembiayaan

Persyaratan NDC terkait secara parsial pada dukungan finansial dari pihak
internasional (Indonesia dapat meningkatkan kontribusinya Sumber: IPCC SR1.5 2018
terhadap upaya pengurangan emisi sebesar 41% terhadap BAU
pada tahun 2030), tergantung pada ketersediaan dukungan
internasional dalam hal pembiayaan, transfer teknologi, serta
pengembangan dan peningkatan kapasitas.
Kebutuhan investasi Tidak ditentukan
Aksi Aksi nasional untuk menyelaraskan aliran keuangan yang telah
ditentukan (pengeluaran publik)
Mekanisme pasar Tidak ditentukan
internasional
Sumber: UNFCCC, NDC masing-masing negara

Regulasi dan kebijakan pembiayaan yang mendukung upaya transisi brown to green

Melalui kebijakan dan regulasi, pemerintah dapat mengatasi sejumlah tantangan untuk memobilisasi pembiayaan hijau (green
finance); termasuk persepsi risiko, kurangnya pengembalian laba atas investasi, serta kesenjangan kapasitas dan informasi.
Kategori Instrumen Tujuan Sedang didiskusikan/ Tidak teridentifikasi
diterapkan
Prinsip Pendana- Tidak tersedia Hal ini menunjukkan adanya kemauan politik dan
an Hijau kesadaran akan dampak perubahan iklim, serta
menunjukkan adanya diskusi umum mengenai x
perlunya menyelaraskan tujuan penanggulangan
perubahan iklim dalam arsitektur pembiayaan nasional.

Sedang di- Tidak ter-


Diwajibkan Sukarela diskusikan identifikasi
Upaya pengawa- Persyaratan Mengungkap risiko perubahan iklim yang
san yang diting- pengungkapan risiko berdampak terhadap lembaga keuangan x
katkan, pengung- perubahan iklim
kapan risiko dan Penilaian risiko Mengevaluasi ketahanan sektor keuangan terhadap
disiplin pasar perubahan iklim dan guncangan iklim x
stress test terkait iklim
Persyaratan mo- Instrumen likuiditas Mengurangi dan mencegah ketidakcocokan dan
dal dan likuiditas jatuh tempo pasar x
yang ditingkat-
kan Batas peminjaman Membatasi risiko dari sektor intensif karbon x
Memberikan insentif terhadap upaya rendah
karbon x
Persyaratan Cadangan Membatasi insentif tidak selaras dan salurkan kredit
yang Dibedakan ke sektor hijau x
Sumber: penelitian sendiri

Pada tahun 2014, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan Roadmap Keuangan Berkelanjutan yang menjabarkan langkah-langkah untuk meningkatkan
pembiayaan hijau melalui penerapan regulasi dan pemberian insentif, pinjaman yang ditargetkan dan skema jaminan, model pinjaman hijau dan obligasi
hijau. OJK juga telah merilis Payung Kebijakan Keuangan Berkelanjutan yang bertindak sebagai panduan bagi sistem keuangan
Indonesia. Kebijakan ini mendefinisikan prinsip-prinsip keuangan berkelanjutan dan mengharuskan lembaga keuangan untuk
menyerahkan rencana tahunan tentang penerapan keuangan berkelanjutan untuk menyoroti upaya mereka dalam mengembangkan
produk keuangan hijau dan memasukkan prinsip-prinsip keuangan hijau ke dalam restrukturisasi organisasi, manajemen risiko dan tata
kelola perusahaan.
15

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

INDONESIA
PEMBIAYAAN

Penggerak kebijakan fiskal


Penggerak kebijakan fiskal berfungsi untuk secara langsung meningkatkan pendapatan dan sumber daya masyarakat.
Secara kritis, hal ini juga mampu menggeser keputusan investasi dan mendorong konsumen untuk menganut perilaku
rendah-karbon dan tahan-iklim dengan menunjukkan eksternalitas harga.

Subsidi bahan bakar fosil Subsidi menurut jenis


bahan bakar Pada tahun 2017, subsidi bahan bakar
miliar US$
fosil Indonesia mencapai US$ 7,7 miliar

10 % 2%
35 (dibandingkan tahun 2008 dengan US$
Gas alam 24 miliar dan tahun 2012 dengan US$
30 33,8 miliar). Dari subsidi yang terhitung,
Batu bara
25 96% diperuntukkan bagi konsumsi
bahan bakar fosil dan sisanya untuk
20 produksi. Minyak bumi merupakan
15 penerima subsidi tertinggi yaitu US$
3,5 miliar, diikuti oleh listrik berbasis
10 bahan bakar fosil sebesar US$ 3,3 miliar.
5
43 %
Listrik
45 %
Minyak bumi
Subsidi terbesar adalah kompensasi
tahunan kepada Perusahaan Listrik
0 Negara atas listrik (yang didominasi
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 berasal dari bahan bakar fosil) yang
Data tahun 2017 | Sumber: OECD-IEA 2019
Sumber: OECD-IEA 2019 dijual di bawah harga pasar (US$ 3,3
miliar).

Pendapatan karbon
Pendapatan karbon (juta US$)
dari skema penetapan harga karbon eksplisit
20,000

15,000
Indonesia tidak memiliki pajak karbon nasional atau skema perdagangan emisi

CO2 tidak ada


dan belum berencana untuk membuat skema serupa. Meskipun demikian, 16%
10,000 dari emisi domestik dari penggunaan energi telah dikenakan sejumlah pajak

data
lainnya. Mengenalkan skema harga karbon telah diidentifikasi sebagai salah
satu cara untuk mengumpulkan dana lingkungan – sebagaimana tercantum
5,000 dalam Peraturan Presiden No. 77/2018, yang mampu membantu Indonesia
untuk mencapai target NDC.
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: I4CE 2019

Kesenjangan harga karbon15


Persentase emisi CO2 terkait energi
Hanya 5% dari total emisi CO2 Indone-
sia yang dihargai €30 atau lebih (tolok
ukur terendah), sehingga menciptakan

95%
kesenjangan harga karbon sebesar 95%.
O€

Tingkat kesenjangan ini berada jauh lebih


tinggi dari rata-rata G20 (71%). Tak hanya
Kesenjangan
pajak karbon eksplisit, harga tersebut juga
mencakup pajak khusus untuk pengguna-
an energi dan harga izin emisi yang dapat
diperdagangkan.

2% dihargai €30 -
60/tCO 2

3% dihargai
€60/tCO 2
atau lebih
Data tahun 2015 | Sumber: OECD 2018

16

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

INDONESIA
PEMBIAYAAN
Public finance
Pembiayaan publik untuk batu bara16
Pemerintah mengarahkan investasi (juta US$) Antara tahun 2016-2017, sejumlah lembaga
melalui lembaga-lembaga keuangan keuangan publik nasional menyediakan US$
publik termasuk melalui bank-bank 286 juta per tahun untuk mendanai produksi
pembangunan, baik di dalam maupun 285.85
285.85 listrik bertenaga batu bara di Indonesia.
300 juta US$
di luar negeri, dan bank investasi
250
hijau (green invesment bank). Negara-
200
negara maju yang tergabung dalam
G20 juga memiliki kewajiban untuk 150 Pembiayaan Domestik
memberikan pembiayaan baik bagi 100
Pembiayaan Internasional
negara berkembang maupun sumber 50

publik, yang juga merupakan aspek 0


Pembiayaan
Domestic International
Pembiayaan Total
penting dari kewajiban sesuai yang Finance Finance
Tahun data: Rata-rata tahun 2016-2017
Domestik Internasional Sumber: Oil Change International 2019
ditetapkan oleh UNFCCC.

Komitmen pembatasan pembiayaan publik khusus untuk produksi listrik bertenaga batu bara17

Tingkat Bank Bank dan badan Badan kredit Pembatasan


Pembangunan pembangunan ekspor domestik kredit ekspor
Multilateral nasional dalam OECD
(MDB) Tanggapan

– – – Belum ada komitmen yang teridentifikasi

x ya – tidak tidak berlaku Sumber: penelitian sendiri

Penyaluran dukungan publik Kewajiban untuk


internasional18 menyediakan pembiayaan YA TIDAK
iklim di bawah UNFCCC

Indonesia tidak terdaftar dalam negara Kontribusi Pembiayaan Rata-rata Tema dukungan
Annex II UNFCCC dan oleh sebab itu Iklim Bilateral kontribusi tahunan
Lintas
tidak berkewajiban secara formal (juta US$, 2015-2016) Mitigasi Adaptasi Sektor Lainnya
untuk memberikan pembiayaan iklim.

0
Meskipun Indonesia berkontribusi
dalam pembiayaan publik internasional 0% 0% 0% 0%
melalui Green Climate Fund dan dapat Sumber: Negara yang melapor ke UNFCCC
menyalurkan pembiayaan serupa
terhadap upaya penanganan perubahan
iklim melalui bank multilateral dan Kontribusi Pembiayaan Rata-rata Tema dukungan
pembangunan lainnya, hal tersebut Iklim Multilateral kontribusi tahunan
belum termuat dalam laporan ini. (juta US$, 2015-2016) Adaptasi Mitigasi Lintas Sektor
Lihat bagian Catatan Teknis untuk
informasi lebih lanjut mengenai

0
dana iklim multilateral dan metode
untuk mengatribusikan jumlah
dana ke masing-masing negara
0% 0% 0%
Sumber: Negara yang melapor ke UNFCCC

Kontribusi Inti/Umum Rata-rata


kontribusi tahunan
(juta US$, 2015-2016)

Sumber: Negara yang melapor ke UNFCCC


0
17

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

C ATATA N A KHI R G20


1) Emisi ‘penggunaan lahan‘ yang digunakan di sini merujuk pada sektor didasarkan pada kebijakan yang telah diterapkan, pertumbuhan
Penggunaan lahan, Perubahan Penggunaan Lahan dan Kehutanan ekonomi yang diharapkan atau tren dalam kegiatan dan konsumsi
(LULUCF). Climate Action Tracker (CAT) memperoleh data mengenai energi.
emisi historis LULUCF dari tabel pelaporan UNFCCC Common Reporting Metodologi CAT tidak memasukkan emisi GRK dari LULUCF karena
Format (CRF) yang dikonversi sesuai dengan kategori yang digunakan tingginya tingkat ketidakpastian pada jenis data ini serta untuk
pada pedoman IPCC 1996, khususnya dalam hal pemisahan bidang memastikan konsistensi dan komparabilitas di setiap negara.
Pertanian dari sektor Penggunaan lahan, Perubahan Penggunaan
3) Lihat bagian Catatan Teknis Laporan Brown to Green 2019 untuk
lahan dan Kehutanan (LULUCF), yang di bawah Pedoman IPCC 2006
mengetahui sumber-sumber yang digunakan dalam penilaian ini.
terbaru telah diintegrasikan ke dalam sektor Pertanian, Kehutanan, dan
Penggunaan Lahan Lainnya (AFOLU). 4) Evaluasi Dekarbonisasi mengukur kinerja suatu negara serta
membandingkannya dengan negara-negara G20 lainnya. Skor tinggi
2) Data rentang pembagian adil 1,5°C untuk tahun 2030 dan 2050
mencerminkan upaya yang relatif baik dari perspektif perlindungan
diperoleh dari CAT. CAT menghimpun berbagai perspektif tentang hal
iklim meskipun tidak berarti kompatibel dengan target batasan
apa saja yang dianggap adil, termasuk pertimbangan seperti tanggung
suhu global 1,5°C. Evaluasi ini juga menilai ‚tingkat saat ini‘ dan
jawab, kemampuan, dan kesetaraan. Negara-negara yang memiliki
‘perkembangan terkini‘ untuk mempelajari titik awal dari masing-
rentang pembagian adil 1,5°C di bawah nol, khususnya untuk periode
masing negara G20. Penilaian ‘perkembangan terkini‘ membandingkan
tahun 2030 hingga 2050, diharapkan dapat mengurangi tingkat
semua data perkembangan yang tersedia selama lima tahun terakhir
emisi domestiknya, yang juga didukung dengan berbagai kontribusi
(umumnya antara tahun 2013 hingga 2018).
terhadap upaya pengurangan emisi global melalui, salah satunya,
keuangan internasional. Selain itu, teknologi emisi negatif diperkirakan 5) Penilaian terhadap kebijakan dan kompatibilitas 1.5°C ditentukan
akan memainkan peran global pada tahun 2030 dan seterusnya untuk berdasarkan Kesepakatan Paris, Laporan Khusus 1,5°C dari International
menghapus sisa emisi positif. Panel on Climate Change (2018), dan Climate Action Tracker (2016):
“Sepuluh langkah jangka pendek terpenting untuk membatasi kenaikan
Evaluasi oleh CAT terhadap NDC menunjukkan target suhu yang dapat
suhu hingga 1.5°C.“ Tabel di bawah ini menampikan kriteria yang
dicapai jika semua pemerintah negara di dunia mengedepankan
digunakan dalam penilaian kinerja kebijakan suatu negara. Lihat bagian
komitmen yang kuat dalam upaya pengurangan emisi. Proyeksi GRK
Catatan Teknis Brown to Green Report 2019 untuk mengetahui sumber-
di tahun 2030 berasal dari laporan CAT pada bulan Juni 2019 dan
sumber yang digunakan dalam penilaian ini.

Pada catatan akhir


5) rendah sedang tinggi pelopor
Energi terbarukan Tidak ada kebijakan untuk Terdapat sejumlah kebijakan yang Kebijakan dan strategi/target Kebijakan jangka pendek + strategi
di sektor listrik meningkatkan persentase berlaku jangka panjang untuk jangka panjang untuk meningkat-
penggunaan energi terbarukan meningkatkan persentase energi kan persentase energi terbarukan di
terbarukan sektor listrik hingga 100% pada
tahun 2050
Penghapusan batu Tidak ada target atau kebijakan Terdapat sejumlah kebijakan yang Kebijakan + persetujuan Kebijakan + penghapusan batu bara
bara di sektor untuk mengurangi batu bara berlaku penghapusan batu bara telah sebelum tahun 2030 (OECD dan
listrik ditetapkan EU28) atau 2040 (seluruh dunia)
Penghapusan Tidak ada kebijakan untuk Terdapat sejumlah kebijakan yang Kebijakan + target nasional untuk Kebijakan + larangan penggunan
kendaraan mengurangi emisi dari kendaraan berlaku (mis. standar kinerja energi/ menghapus kendaraan kelas kendaraan kelas ringan berbahan
ber-bahan bakar kelas ringan emisi atau pemberian bonus/malus) ringan bakar fosil baru pada tahun 2035 di
fosil seluruh dunia
Penghapusan Tidak ada kebijakan Terdapat sejumlah kebijakan yang Kebijakan + strategi untuk Kebijakan + strategi inovasi untuk
kendaraan kelas berlaku (mis. standar atau dukungan mengurangi emisi absolut dari menghilangkan emisi angkutan
berat berbahan kinerja energi/emisi) angkutan barang barang pada tahun 2050
bakar fosil
Perubahan moda Tidak ada kebijakan Terdapat sejumlah kebijakan yang Kebijakan + strategi jangka Kebijakan + strategi jangka panjang
transportasi (darat) berlaku (mis. program dukungan panjang yang konsisten dengan jalur 1,5°C
untuk beralih ke kereta api atau
transportasi tidak bermotor)
Bangunan baru Tidak ada kebijakan Terdapat sejumlah kebijakan yang Kebijakan + strategi nasional untuk Policies + national strategy for
hemat energi berlaku (mis. kode bangunan, bangunan baru hemat energi all new buildings to be near
standar, atau insentif fiskal/ zero-energy by 2020 (OECD
keuangan untuk penerapan opsi countries) or 2025 (non-OECD
rendah emisi) countries)
Perbaikan Tidak ada kebijakan Terdapat sejumlah kebijakan yang Kebijakan + strategi perbaikan Kebijakan + strategi untuk
bangunan berlaku (mis. kode bangunan, mencapai tingkat renovasi
(retrofitting) standar, atau insentif fiskal/ mendalam sebesar 5% per tahun
keuangan untuk penerapan opsi (OECD) atau 3% (non-OECD) pada
rendah emisi) tahun 2020
Efisiensi energi Tidak ada kebijakan Kebijakan efisiensi energi wajib Kebijakan efisiensi energi wajib Kebijakan + strategi untuk
dalam industri mengatur lebih dari 26-50% mengatur lebih dari 51-100% mengurangi emisi industri hingga
penggunaan energi industri penggunaan energi industri 75-90% dari tingkat di tahun 2010
pada tahun 2050
(Nir) nol Tidak ada kebijakan atau insentif Terdapat sejumlah kebijakan yang Kebijakan + target nasional untuk Kebijakan + target nasional untuk
deforestasi untuk mengurangi deforestasi berlaku (mis. insentif untuk mengu- mencapai nol deforestasi mencapai nol deforestasi sekitar
rangi deforestasi atau mendukung tahun 2020 atau meningkatkan luas
skema penghijauan/reboisasi) area hutan

18

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

C ATATA N A KHI R (lanjutan) G20

6) Tolok ukur 1,5°C didasarkan pada Laporan Khusus 1,5°C oleh 13) Indikator ini mencakup emisi yang dihasilkan dari penggunaan listrik
International Panel on Climate Change (2018). Lihat bagian Catatan (Lingkup 2) serta emisi langsung terkait energi dan emisi proses
Teknis Brown to Green Report 2019 untuk mengetahui sumber-sumber (Lingkup 1).
khusus yang digunakan dalam penilaian ini. 14) Indikator ini hanya menunjukkan jumlah kehilangan tutupan pohon
7) Total data pasokan energi primer yang ditampilkan dalam Profil kotor tanpa memperhitungkan jumlah kenaikan tutupan pohon.
Negara ini tidak mencakup nilai penggunaan non-energi. Penggunaan Karena itu, dampak perubahan iklim di sektor hutan tidak dapat
bahan bakar biomassa padat di perumahan memiliki dampak disimpulkan hanya dengan merujuk kepada indikator ini. Definisi
lingkungan dan sosial negatif dan dapat dilihat dalam kategori ‚hutan‘ yang digunakan untuk indikator ini juga berbeda dengan
‘lainnya‘. definisi yang tertera di halaman 3.
8) Penggunaan PLTA skala besar dan bahan bakar biomassa padat di 15) ‘Tingkat karbon efektif‘ adalah harga keseluruhan yang berlaku
perumahan tidak dicantumkan karena memiliki dampak lingkungan untuk emisi CO2 dan terdiri dari pajak karbon, pajak khusus
dan sosial negatif. untuk penggunaan energi serta harga izin emisi yang dapat
9) Kategori ‘listrik dan panas‘ meliputi keseluruhan emisi CO2 yang diperdagangkan. Namun, kesenjangan penetapan harga karbon
dihasilkan oleh pembangkit listrik dan limbah panas dari sektor listrik. didasarkan pada pajak energi yang berlaku di tahun 2015. Angka
Kategori ‘penggunaan energi lain‘ mencakup emisi CO2 terkait energi kesenjangan ini tentunya telah berubah karena tingkat perpajakan
yang dihasilkan dari proses ekstraksi dan pengolahan bahan bakar fosil setiap negara cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
(mis. pengeringan lignit). 16) Basis data yang digunakan untuk memperkirakan pembiayaan publik
10) Indikator ini menunjukkan tingkat emisi transportasi per kapita, untuk sektor batu bara adalah basis data bottom-up yang dihimpun
terkecuali emisi penerbangan. berdasarkan informasi yang dapat diakses melalui berbagai sumber
online. Oleh sebab itu, basis data ini masih dianggap kurang lengkap.
11) Indikator ini menggabungkan tingkat emisi dari penerbangan Untuk informasi lebih lanjut, lihat bagian Catatan Teknis Brown to Green
domestik dan emisi dari penerbangan internasional di masing-masing Report 2019.
negara. Emisi yang dihasilkan oleh pesawat saat terbang di atmosfer
tinggi memberikan dampak perubahan iklim yang lebih besar 17) Lihat bagian Catatan Teknis Brown to Green Report 2019 untuk
dibandingkan emisi dari pembakaran bahan bakar fosil. Namun, Profil mengetahui sumber-sumber yang digunakan dalam penilaian ini.
Negara ini hanya mengasumsikan faktor pemaksaan radiatif sebesar 1. 18) Seluruh data mengenai kontribusi pembiayaan iklim bersumber
12) Indikator ini hanya menunjukkan emisi langsung terkait energi dari laporan dua tahunan yang disampaikan semua pihak terkait
dan emisi proses (Lingkup 1) dan tidak mencantumkan emisi tidak (Biennial Party) kepada UNFCCC. Untuk mendapatkan informasi lebih
langsung yang dihasilkan oleh penggunaan listrik. mendalam mengenai hal ini, lihat bagian Catatan Teknis Brown to
Green Report 2019.

For more detail on the sources and methodologies behind the calculation of the indicators displayed, please download
the Technical Note at: http://www.climate-transparency.org/g20-climate-performance/g20report2019

19

INDONESIA Profil Negara 2019


BROWN TO GREEN: TRANSISI G20 MENUJU EKONOMI NIR EMISI | 2019

C LI M AT E T RANSPARE NCY

Mitra:

Penyandang Supported by:

Dana:

based on a decision of the German Bundestag

Mitra Data:

http://www.climate-transparency.org/g20-climate-performance/g20report2019

Narahubung di Indonesia:
Fabby Tumiwa
Institute for Essential Services
Reform (IESR)
fabby@iesr.or.id

Erina Mursanti
Institute for Essential Services
Reform (IESR)
erina@iesr.or.id

20

INDONESIA Profil Negara 2019

Anda mungkin juga menyukai