INDONESIA
Emisi gas rumah Indonesia belum berada di jalur yang
kaca (GRK) per kapita
Indonesia berada di ! tepat untuk memenuhi target batasan
suhu global 1,5°C.
bawah rata-rata G20. Indonesia harus mengurangi Jalur kompatibel 1,5°C2
tingkat emisinya hingga di bawah (MtCO2e/tahun)
Namun, tingkat emisi per kapita telah meningkat 551 MtCO2e pada tahun 2030 dan
2,000 NDC
sebesar 17% (2011-2016). hingga di bawah -128 MtCO2e
pada tahun 2050 untuk dapat maks.
berada di rentang kontribusi yang 551
Emisi gas rumah adil yang sesuai dengan skenario
1,000 675 MtCO2e MtCO2e
kaca (GRK) (termasuk IPCC pada pembatasan kenaikan maks.
penggunaan lahan) suhu global 1,5°C. NDC Indonesia 0
-128
5.0
MtCO2e
per kapita1
7.5
hanya akan membatasi emisi
(tCO2e/kapita) tahun 2030 di 1.817 MtCO2e.
Semua penghitungan berasal -1,000
Indonesia G20 average
Rata-rata G20 dari Climate Action Tracker dan
Data tahun 2016
Sumber: CAT 2019;
Tren tidak memperhitungkan emisi
+17 % -1 %
-2,000
PRIMAP 2018;
World Bank 2019 (2011-2016) penggunaan lahan. 2016 2030 2050
Sumber: CAT 2019
Perkembangan RUPTL PLN 2019-2028 me- Perpres kendaraan bermotor listrik Pada bulan Oktober 2019,
terkini3 ningkatkan target kontribu- telah disahkan pada bulan Agustus Pemerintah Indonesia memben-
si batu bara dalam bauran 2019 untuk menciptakan dasar tuk Badan Pengelola Dana Ling-
listrik pada tahun 2025 hukum yang mengatur produksi kungan Hidup untuk mengelola
sebesar 0,2% dibandingkan baterai, persyaratan konten lokal, pendapatan perdagangan
dengan perencanaan sebe- stasiun pengisian daya dan insentif karbon serta dana lain terkait
lumnya. pajak. mitigasi perubahan iklim.
Peluang 61% listrik yang diproduksi di Indonesia hanya memiliki dua Indonesia telah kehilangan 16%
utama untuk Indonesia berasal dari pembangkit kelompok peralatan yang memiliki dari tutupan pohon yang dimiliki
meningkatkan listrik tenaga batu bara. label atau standar yang diwajibkan. pada tahun 2000.
ambisi dalam
menanggulangi R Mkit
perubahan
engurangi jumlah pembang-
listrik tenaga batu bara
R Mdari
eningkatkan efisiensi
peralatan rumah
R Tpembukaan
erapkan moratorium izin
hutan permanen
dan meningkatkan kontribusi tangga dan penerangan yang meliputi hutan primer
iklim3 dari energi terbarukan hingga untuk mengurangi beban dan sekunder, serta restorasi
tiga kali lipat pada sektor puncak daya listrik yang gambut untuk menyelamat-
ketenagalistrikan pada tahun melebihi 25 GW di tahun
#1 #2 #3
kan setidaknya 66Mha area
2030. 2030. hutan.
Profil negara ini adalah bagian dari Brown to Green Report 2019. Laporan lengkap dan profil negara G20 lain bisa diunduh di:
http://www.climate-transparency.org/g20-climate-performance/g20report2019
1
INDONESIA –
KONTEKS SOSIAL-EKONOMI
0.694
Indeks Pembangunan Manusia Produk Domestik
Bruto (PDB) per
Indeks Pembangunan Manusia kapita
mencerminkan harapan (PPP US$ const. 2018,
hidup, tingkat pendidikan dan internasional)
13,057 22,694
pendapatan per kapita. Indonesia
menduduki peringkat tengah.
low
rendah very high
sangat
Data tahun 2017 | Sumber: UNDP 2018 Data tahun 2018 | Sumber: World Bank 2019 Indonesia Rata-rata G20
tinggi
95,156
1.1
World Bank
267.7
0.5
Setiap tahunnya, lebih dari 95.000
memperkirakan populasi orang di Indonesia meninggal dunia
95,156
Indonesia akan meningkat akibat pencemaran udara, stroke,
0.5
sebesar 24% pada tahun penyakit jantung, kanker paru-paru Indonesia
2050. dan penyakit pernapasan kronis.
Dibandingkan dengan total populasi kematian akibat
Indonesia, angka ini berada di pencemaran udara Indonesia
rentang tengah di antara negara-
2018 2030 2050 negara G20 lainnya. 0.1
Tingkat kematian akibat
Data tahun 2016 | Sumber: World Health pencemaran udara per
Sumber: World Bank 2019 Organization 2018 0.1
1.000 penduduk per
tahun, usia distandarisasi
Pemerintah Indonesia telah mempromosikan penggunaan batu bara sejak pada tahun 2028 akan berasal dari batubara, turun dari
tahun 1980an. Proporsi batu bara dalam bauran energi primer telah meningkat 61% pada tahun 2018. Tetapi penelitian independen
dari 15,5% pada tahun 2007 menjadi 19,9% pada tahun 2018, sedangkan oleh IESR memperkirakan bahwa konsumsi batubara
proporsi minyak dan gas relatif stabil dan cenderung menurun. domestik di masa depan akan menurun dibandingkan
perkiraan RUEN, dan akan ada ketidakpastian dalam
Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2017 menetapkan strategi untuk
ekspor batubara karena permintaan yang lebih rendah
memenuhi target Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2014, yaitu dengan
dari negara-negara tujuan utama. Hal ini akan
meningkatkan persentase energi terbarukan dalam bauran energi primer pada
mengurangi pendapatan negara dan tenaga kerja di
tahun 2025. Namun, kebijakan saat ini mendorong lebih banyaknya konsumsi
sektor batu bara. Sayangnya, industri batu bara tampaknya memiliki ikatan dan
batubara pada pembangkit listrik di tingkat domestik, serta mendorong
keterpaduan yang kuat dengan sistem politik. Penerapan regulasi inklusif yang
pemanfaatan batubara untuk memproduksi bahan bakar cair atau gas.
komprehensif untuk transisi batu bara akan membantu Indonesia mengurangi
Di sektor ketenagalistrikan, PLN memperkirakan bahwa 54% dari bauran listrik risiko di masa depan. Meskipun demikian, strategi seperti itu tampaknya masih
belum ada hingga saat ini.
Untuk informasi lebih lanjut, lihat bagian Lampiran dan Catatan Teknis
INDONESIA
M I T I G A S I GAMBARAN UMUM
1.5°C
business as usual) belum sejalan dengan jalur 1,5°C. mencapai nol netto pada tahun 2070.
6
1,750 674
MtCO2e Total
Totalemisi
emissions
Other sectors
Sektor
Waste
Limbah
lain
Strategi jangka panjang (LTS) yang diserahkan ke UNFCCC pada tahun 2020
INDONESIA
M I T I G A S I ENERGI
Sekitar 67% dari bauran energi Indonesia (termasuk Persentase bahan bakar fosil secara global harus
! listrik, panas, bahan bakar transportasi, dll) masih berasal turun menjadi 67% dari total energi primer global
pada tahun 2030 dan menjadi 33% pada tahun
dari bahan bakar fosil. Persentase tersebut pun juga semakin 2050 dan ke tingkat yang secara substansial
1.5°C
meningkat. Penggunaan energi terbarukan tetap stabil selama lebih rendah tanpa
Penangkapan dan 6
bertahun-tahun dengan tingkat penggunaan yang cukup rendah. Penyimpanan
Karbon (CCS).
Bauran energi7
Total
Total pasokan energisupply
primary energy primer (TPES) (PJ)
(PJ)
12,000 Persentase pada tahun 2018
Share in 2018
10,000 28 % Lainnya
biomassa
(termasuk
Other (incl.
traditional tradisional)
biomass)
5%
Energi terbarukan
8,000 (termasuk
Renewableshidro dan
(incl. hydrobiomassa
terkecuali and excl.
5%
zero
nol
residential
skala rumahbiomass)
tangga) carbon
karbon
6,000
16% Gas
4,000
31% Oil
Minyak 67%
fossil
fosil
2,000
20% Batu
Coal bara
0
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2018
Grafik ini menunjukkan bauran bahan bakar untuk semua pasokan energi, termasuk
Sumber: Enerdata 2019 energi yang digunakan untuk pembangkit listrik, penghangat, memasak dan bahan
bakar transportasi. Sebanyak 67% dari bauran energi Indonesia berasal dari bahan
bakar fosil (minyak, batu bara dan gas). Meskipun berada di bawah rata-rata G20
(82%), angka ini masih dianggap tinggi. Sementara itu, penggunaan biomassa
secara tradisional berkontribusi hingga sepertiga dari keseluruhan bauran energi.
sangat rendah
Intensitas karbon di sektor energi Ranking intensitas karbon
Tonnes of CO 2 per
sangatrendah
rendah
dibandingkan negara G20 lainnya4
Ton CO2 per unit dariunit
totalof Tren penilaian (2013-2018)
total primary energy supply (tCO /TJ)
pasokan energi primer (tCO2/TJ) 2 INDONESIA G20
rendah
60
50
tCO2
sedang
Tingkat saat ini (2018)
50
sedangtinggi
40
30 tinggi
sangat tinggi
Sumber: evaluasi sendiri
sangat tinggi
20 Intensitas karbon menunjukkan berapa banyak CO2
yang dihasilkan per unit pasokan energi. Pada tingkat
10 50tCO2e/TJ, intensitas karbon di Indonesia berada di
bawah rata-rata G20 (59tCO2e/TJ). Meskipun demikian,
0 tingkat intensitas tersebut telah naik sebanyak 9%
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2018
(2013-2018). Peningkatan intensitas ini mencerminkan
bertumbuhnya persentase batu bara dan minyak.
Sumber: Enerdata 2019
INDONESIA
M I T I G A S I ENERGI
Pengembangan pembangkit listrik tenaga surya, angin, panas bumi dan biomassa8
13 %
Total
Totalpasokan energi primer
primary energy supply (TPES)
(TPES) dari
frompembangkit
solar, wind, listrik tenagaand
geothermal surya, angin,(PJ)
biomass
panas bumi dan biomassa (PJ)
1,400
Persentase TPES
Share of TPES pada tahun 2018
in 2018
1,200
0.00 % Surya
Solar
1,000
0.01 % Angin
Wind
800
9.40 % Panas bumi
Geothermal
600
3.61 % Biomassa, tidak meliputi
Biomass, excl.
biomassa
traditionaltradisional
biomass
400
39
Pada tingkat 39 GJ/kapita, pasokan energi per kapita di Indonesia
98
masih lebih rendah dari setengah rata-rata G20, tetapi telah
meningkat lebih banyak (+9%, 2013-2018) dibandingkan rata-rata
G20 (+1%).
Indonesia Rata-rata G20
G20 average
Data tahun 2018 |
Sumber: Enerdata
Tren
+9 %
sangat rendah
(2013-2018) +1 % 2019;
World Bank 2019
rendah
Evaluasi pasokan energi per kapita
dibandingkan negara G20 lainnya4
sedang
Tren penilaian (2013-2018)
sangat rendah
tinggi
rendah
Tingkat saat ini (2018)
sangat tinggi
Sumber: evaluasi sendiri
sedang
tinggi 5
INDONESIA
M I T I G A S I ENERGI
1.5°C
CO2 terkait energi telah meningkat secara signifikan dalam beberapa 2060. 6
tahun terakhir.
sangat tinggi
Emisi energi terkait CO29
Emisi CO2 dari from
CO2 emissions pembakaran bahan bakar
fuel combustion (MtCO2/tahun)
(MtCO 2/year) 522
MtCO2
600
420 28 % Transportasi
Transport
360 1% Pertanian
Agriculture
300 5% Buildings
Bangunan
31 %
240 Industri
Industries
(termasuk autoproduser)
(incl. autoproducers)
180
120
7% Sektor energi lain
Other energy sector
0
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2018
Secara keseluruhan, penyumbang terbesar emisi GRK adalah emisi CO2 dari pembakaran
bahan bakar. Di Indonesia, emisi jenis ini telah meningkat secara signifikan sejak 1990.
Sektor industri, dengan 31%, merupakan penyumbang terbesar emisi jenis ini, diikuti oleh
listrik dan panas, lalu transportasi.
INDONESIA
M I T I G A S I SEKTOR KETENAGALISTRIKAN
28%
batu bara dan angka ini akan seluruh dunia selambat-lambatnya pada tahun 2040.
digandakan dua kali pada tahun Seluruh pembangkit listrik harus didekarbonisasi
2028. Untuk tetap berada dalam sebelum tahun 2050. Energi terbarukan merupakan
1.5°C
batas 1,5°C, Indonesia harus pilihan pengganti 6
menghentikan penggunaan batu yang menjanjikan.5
bara pada tahun 2040. Data tahun 2018 |
Sumber: Enerdata
2019
Sumber: IPCC SR1.5 2018; Climate Analytics 2016; Climate Analytics 20192019
STATUS DEKORBANISASI
Bauran listrik
Gross power
Produksi listrikgeneration
bruto (TWh) Shares in 2018
Persentase pada tahun 2018 Renewables
Persentase shares
energi terbarukan
300
250 12 % Energi
Renewables 6.6 % Air
Hydro
Terbarukan
200 22 % Gas
Gas
5% Minyak
Oil 5.1 % Geothermal
Panas Bumi
150
61 % 0.1 % Wind
Anginonshore
darat
0.7 %
Batu
Coal bara
Biomassa
Biomass
100
Bauran listrik di Indonesia didominasi oleh bahan bakar
50 fosil – hal ini dapat dilihat dari penggunaan batu bara
yang meningkat tajam dalam dekade terakhir dan
kini berkontribusi sebesar 61%. Perkembangan energi
0 terbarukan cenderung lambat dan persentasenya (12%)
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2018 masih berada di bawah rata-rata G20 (25%). Sumber daya
Sumber: Enerdata 2019
terbarukan yang paling banyak digunakan di Indonesia
adalah tenaga air dan panas bumi.
Persentase energi
Intensitas emisi dari Tren (2013-2018) Trend (2013-2018)
terbarukan dalam
sektor ketenagalistrikan
(gCO2/kWh) +10 % -11 % produksi listrik
(termasuk pembangkit listrik +10 % +20 %
761 Indonesia G20 average
rata-rata G20 tenaga air skala besar)
rata-rata
Indonesia G20 average
rata-rata G20
sangat tinggi
7
INDONESIA
M I T I G A S I SEKTOR KETENAGALISTRIKAN
KEBIJAKAN 5
rendah
Energi terbarukan di sektor ketenagalistrikan Penghapusan batu bara di sektor ketenagalistrikan
sedang rendah
rendah sedang tinggi pelopor rendah sedang tinggi pelopor
tinggi
Indonesia berencana untuk membangun 16,7 GW listrik energi
sedang
Indonesia belum memiliki rencana untuk menghapus ketergantungan terhadap
batu bara, tetapi sebaliknya, berniat untuk membangun pembangkit listrik batu
terbarukan pada tahun 2028. Indonesia pernah memberlakukan feed-
bara berkapasitas 6 GW pada tahun 2020 dan 27,1 GW pada tahun 2028. Dengan
in-tariff; regulasi saat ini meniadakan skema ini dan memperkenalkan
frontrunner
skema BOOT (Build Own-Operate-Transfer), di mana aset pembangkit
pembangunan ini, kapasitas batu bara Indonesia akan meningkat hingga dua kali
tinggi
lipat pada tahun 2028. Industri batu bara disubsidi secara signifikan baik secara
listrik tidak dapat digunakan sebagai jaminan. langsung (jaminan pinjaman, pembebasan pajak, pengenaan royalti dan tarif
frontrunner
Peraturan yang saat ini diberlakukan membuat investasi energi pajak) maupun tidak langsung (pemberlakuan batas harga batu bara yang dijual
! terbarukan menjadi tidak menarik.
Sumber: evaluasi sendiri Sumber: evaluasi sendiri
frontrunner
ke perusahaan listrik domestik, diperkenalkan pada tahun 2018).
frontrunner
M I T I G A S I SEKTOR TRANSPORTASI
Persentase emisi CO2 terkait
! Emisi sektor transportasi
berkontribusi sebanyak 30%
energi Proporsi bahan bakar rendah
karbon dalam bauran bahan bakar
28%
dari keseluruhan emisi CO2 Indonesia, transportasi harus ditingkatkan
karena sektor ini masih sangat direct menjadi sekitar 60% pada tahun 2050.
didominasi oleh bahan bakar fosil.
1.5°C
Agar tetap berada dalam batas 1,5 ° C, 6
transportasi penumpang dan barang
harus didekarbonisasi.
Data tahun 2018 | Sumber: Enerdata 2019 Sumber: IPCC SR1.5 2018
STATUS DEKARBONISASI
Bauran energi transportasi
Konsumsi energi
Final energy akhir transportasi
consumption of transport
per sumber(PJ/year)
by source (PJ/tahun)
2,100
Persentase pada 2018
Share in 2018
3.5%
1,800
Bahan
Biofuelsbakar
nabati (biofuel) Electricity and biofuels
1,500 0.0% Electricity
Listrik together make up only
1,200 0.0% Gas
3.5% of the energy mix
in transport (the G20
900
96.5% Minyak
Oil average is 6%).
300
0
1990 1995 2000 2005 2010 2015 2018 Sumber: Enerdata 2019
INDONESIA
M I T I G A S I SEKTOR TRANSPORTASI
+3 % +5 % +11 % +10 %
1.13 0.15
Indonesia G20 average
rata-rata G20 Indonesia G20 average
rata-rata G20
sangat rendah sangat rendah
Evaluasi emisi transportasi
rendah rendah emissions
Rating of aviation
0.55 dibandingkan negara G20 lainnya4
sangat rendah 0.05 compared to other G20 countries4
sangat rendah
Tren penilaian (2013-2018) Tren penilaian (2013-2018)
sedang sedang
rendah rendah
tinggi tinggi
Tingkat saat ini (2018) Tingkat saat ini (2018)
sedang sedang
Indonesia G20 average sangat tinggi Indonesia G20 average
rata-rata G20 sangat tinggi
Data tahun 2018 | tinggi Data tahun 2016 | tinggi
Sumber: Enerdata 2019; World Bank 2019 Sumber: evaluasi sendiri Sumber: Enerdata 2019; IEA 2018 Sumber: evaluasi sendiri
sangat tinggi sangat tinggi
Tingkat kepemilikan Pangsa pasar penjualan Angkutan penumpang Angkutan barang
kendaraan bermotor kendaraan listrik baru (modal split, dalam % (modal split, dalam % ton-km)
(kendaraan per 1.000 penduduk) (%) penumpang-km)
50 no data
tidak ada
data
no data
no data
tidak ada
data
no data
no data
tidak ada
data
Data for 2014 | Sumber: Agora 2018 Sumber: IEA 2019 Sumber: Agora 2018 Sumber: Agora 2018
KEBIJAKAN 5
sedang
Saat ini, belum ada target penghapusan
kendaraan berbahan bakar fosil ataupun standar sedang
Saat ini, belum ada target untuk mengurangi Indonesia mendukung penuh pengembangan tinggi
total emisi yang dihasilkan dari pengangkutan Sistem Transportasi Cerdas, pengenalan Sistem
ekonomi bahan bakar atau emisi karbon. Namun, barang, juga belum ada standar energi atau Bus Rapid Transit di 12 kota dan peningkatan
kendaraan yang rendah tingkat konsumsi
bahan bakarnya atau tingkat emisinya akan tinggi
emisi karbon untuk mengatur kendaraan
berat. Belum ada langkah-langkah untuk tinggi frontrunner
infrastruktur kereta api termasuk elektrifikasi.
Saat ini, Indonesia belum memiliki strategi
diuntungkan dari adanya pengurangan pajak
mendukung logistik pengangkutan rendah jangka panjang untuk mendukung perubahan
front
penjualan. Perpres kendaraan listrik berbasis
moda transportasi ataupun langkah-langkah
frontrunner
karbon, dan intensitas energi angkutan barang
baterai pada tahun 2019 menawarkan insentif
pajak untuk industri maupun para pembeli frontrunner
masih berada pada tingkat yang tinggi. untuk mendukung logistik pengangkutan
kendaraan listrik. rendah karbon.
INDONESIA
M I T I G A S I SEKTOR BANGUNAN
5%
berkontribusi sebanyak 23% dari total tahun 2010 pada tahun 2050. Tujuan ini sebagian
emisi CO2 di Indonesia. Meskipun direct
langsung besar dapat dicapai melalui peningkatan efisiensi,
secara per kapita masih berada jauh
18 %
pengurangan permintaan energi dan elektrifikasi serta
di bawah rata-rata G20, tingkat emisi
1.5°C
dekarbonisasi
bangunan per kapita Indonesia dari
fromlistrik 6
sektor ketenaga-
secara luas cenderung meningkat. electricity
Saat ini, Indonesia masih belum listrikan secara
memiliki kebijakan yang efektif untuk keseluruhan.
mengurangi emisi bangunan.
Data tahun 2018 | Sumber: Enerdata 2019 Sumber: Skenario IEA ETP B2DS yang dinilai dalam IPCC SR1.5 2018
STATUS DEKARBONISASI
Emisi bangunan per kapita Bangunan perumahan: Bangunan komersial dan publik:
(termasuk emisi tidak langsung) penggunaan energi per m2 penggunaan energi per m2
0.71 GJ 0.27 GJ
(tCO2/kapita) (GJ) (GJ)
1.54
Data for 2018 | Sumber: Enerdata 2019; World Bank 2019
0.47
+17.8 % +1 %
Sumber: ACEEE 2018
Trensangat rendah
(2013-2018) Tingkat emisi bangunan Tingkat emisi bangunan sebagian besar didorong
per kapita Indonesia berada oleh seberapa banyak energi yang digunakan dalam
rendahemisi bangunan
Evaluasi tingkat
hanya sepertiga dari rata- pemanasan, pendinginan, penerangan, peralatan rumah
dibandingkan negara G20 lainnya4 rata G20. Namun, berbeda tangga, dll. Di Indonesia, penggunaan energi per m² untuk
dengan rata-rata G20 tersebut, bangunan perumahan terpantau tinggi, sementara untuk
Tren penilaiansedang
(2013-2018) emisi bangunan di Indonesia bangunan komersial dan publik terpantau lebih rendah.
meningkat sebesar 18% (2013-
sangat rendah
tinggi 2018), yang mencerminkan
Tingkat saat ini (2018) peningkatan konsumsi listrik
rendah
sangat tinggi dan persentase batubara dalam
bauran listrik.
Sumber: evaluasi sendiri sedang
KEBIJAKAN 5
tinggi
rendah rendah
rendah sedang tinggi pelopor rendah sedang tinggi pelopor
Indonesia belum memiliki strategi nasional untuk membuat bangunan Saat ini, Indonesia belum memiliki kebijakan nasional untuk
sedang
baru dengan konsep mendekati nol energi. Standar Efisiensi Energi sedang
meningkatkan kinerja energi dan memperbaiki bangunan yang
Nasional untuk Bangunan di Indonesia (2011) masih bersifat sukarela sebelumnya sudah ada.
dan hanya berlaku untuk bangunan bertipe non-perumahan.
INDONESIA
M I T I G A S I SEKTOR INDUSTRI
1.5°C
untuk dapat mengurangi 6
tingkat emisi ini agar memenuhi
batas 1,5°C. 9% dari
listrik
Data tahun 2018 | Sumber: Enerdata 2019 Sumber: IPCC SR1.5 2018
STATUS DEKARBONISASI
DEKARBONISASI12 Intensitas karbon dari Intensitas karbon dari
(tCO2e/US$2015 GVA) produksi semen13 produksi baja13
(kgCO2/ton produk) (kgCO2/ton produk)
Data tahun 2016 | Sumber: Enerdata 2019;
Data tahun 2015 | Sumber: CAT 2019 Data tahun 2015 | Sumber: CAT 2019
-1.5 % -10.2 %
Tren (2011-2016) Ketika membandingkan Proses produksi dan pembuatan baja merupakan
sangat rendah emisi industri dengan penghasil emisi GRK yang signifikan, dan tidak
Rating of emissions intensity nilai tambah bruto mudah untuk didekarbonisasi. Indonesia belum
compared to other G20 countries4 (GVA) dari sektor memiliki data mengenai emisi yang dihasilkan
sangatrendah
rendah industri, posisi oleh industri baja atau semen nasionalnya.
Tren penilaian (2011-2016) Indonesia masih berada
rendahsedang
di bawah rata-rata
G20. Akan tetapi, laju
Tingkat saat ini (2016) pengurangan intensitas
tinggi
sedang emisi Indonesia tercatat
lebih lambat (-1,5%) jika
sangat tinggi dibandingkan dengan
Sumber: evaluasi sendiri tinggi rata-rata G20 (-10%,
2011-2016).
sangat tinggi
KEBIJAKAN
rendah
5
Efisiensi energi Kebijakan efisiensi energi yang diwajibkan oleh pemerintah Indonesia mencakup sekitar 26-
50% dari keseluruhan penggunaan energi industri. Saat ini, terdapat kebijakan manajemen
sedang energi, mandat untuk manajer energi, dan persyaratan audit energi yang berlaku secara
nasional. Meskipun demikian, Indonesia belum memiliki standar kinerja untuk motor atau
rendah sedang tinggi pelopor kebijakan untuk mendorong penyebaran panas dan teknologi listrik.
Sumber: evaluasi sendiri
tinggi ! Pada tahun 2009, Pemerintah Indonesia menetapkan sebuah peraturan yang
menjanjikan insentif keuangan bagi pihak yang menjalankan langkah-langkah
efisiensi energi. Namun, insentif tersebut belum diwujudkan hingga saat ini.
frontrunner
frontrunner
11
INDONESIA
M I T I G A S I PENGGUNAAN LAHAN
1.5°C
harus digalakkan hingga setidaknya
penyerap emisi, yaitu dengan menghentikan ekspansi 6
tahun 2030.
perkebunan kelapa sawit dan membuka area hutan baru.
-1.5
Pergeseran
pertanian
Pada bulan Agustus 2019, Presiden Indonesia
tinggi
menginstruksikan pemberlakuan moratorium permanen
untuk pembukaan hutan primer dan lahan gambut.
-2.0 Urbanisasi
frontrunner
Namun, instruksi tersebut tidak menciptakan dasar hukum
-2.5 Kebakaran hutan yang kuat serta tidak mencakup hutan sekunder. Saat
ini, Indonesia belum menetapkan target penghentian
-3.0 Total deforestasi dan masih menghadapi tingginya tingkat
2001 2005 2010 2015 2018 deforestasi yang didorong oleh komoditas. frontrunn
Sumber: evaluasi sendiri
Sumber: Global Forest Watch 2019
Catatan: 2000 tingkat tutupan pohon | >30% kanopi pohon | Dari tahun 2001 hingga 2018, Indonesia telah kehilangan 25,6 juta tutupan pohonnya atau
perkiraan ini tidak meliputi kenaikan jumlah tutupan pohon setara dengan tingkat penyusutan sebanyak 16% sejak tahun 2000, dan emisi CO2. sebesar
10,5Gt. Perkiraan ini tidak mencakup kenaikan jumlah tutupan pohon. Hilangnya tutupan pohon
di Indonesia umumnya disebabkan oleh pembukaan lahan hutan untuk perkebunan minyak
kelapa sawit dan pemanenan kayu. Keduanya berkontribusi sekitar dua perlima dari keseluruhan
deforestasi di Indonesia.
M I T I G A S I PERTANIAN
1.5°C
organik serta limbah ternak. Untuk memenuhi target batas suhu besar berasal dari pupuk dan
6
1,5°C, Indonesia harus menerapkan praktik perubahan pola pupuk kandang) harus dikurangi
sebanyak 10% pada tahun 2030
makan dan pertanian cerdas-iklim (climate-smart).
dan 20% pada tahun 2050.
Penanaman
21% 4% Residu Tanaman Di Indonesia, sumber emisi GRK terbesar dalam
13 %
Tanah Organik Fermentasi sektor pertanian adalah penanaman padi,
Enterik penanaman tanaman di tanah gambut serta
172
limbah ternak. Penerapan praktik pertanian
MtCO2e
14% Limbah
Ternak
cerdas-iklim (climate-smart) dapat membantu
dalam mengurangi tingginya tingkat emisi.
Penanaman
Padi 37% 11% Pupuk
Sintesis
INDONESIA
ADAPTASI
KEBIJAKAN ADAPTASI
Infrastruktur
Transportasi
Urbanisme
Kehutanan
Pariwisata
Pertanian
Tahun Evaluasi
Nama dokumen publikasi (frekuensi pelaporan)
Air
Pemantauan dilakukan
oleh Kementerian
National Action Plan
terkait dan dilaporkan
on Climate Change 2014 x x x x x x x x x x x x secara berkala kepada
Adaptation (RAN-API)
Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional
13
INDONESIA
KEBUTUHAN ADAPTASI
Indeks Risiko Iklim untuk Indeks Risiko Iklim Global 2019 | Semua angka merupakan rata-rata
tahun 1998-2017 1 1
Kematian yang Per Kerugian rata- Per unit
Dampak peristiwa cuaca ekstrem disebabkan 100,000 rata tahunan PDB
dalam hal kematian dan kerugian
ekonomi yang ditimbulkan
cuaca ekstrem penduduk
97
peringkat
(PPP US$ juta) (%)
109
252 0.1 1799 0.1
dari 181 peringkat
negara dari 181
negara
181 181
Sumber: Germanwatch 2018
8%
(persentase total
kuantitas produksi Jagung Dari empat jenis tanaman yang dianalisis
dalam ton) (jagung, padi, kedelai, gandum), padi
22 %
dan jagung merupakan kontributor
produksi pertanian terbesar di Indonesia.
Padi Penurunan curah hujan dan durasi panen
mempengaruhi kedua tanaman tersebut.
70%
Pada umumnya, produksi jagung dan
Lainnya padi dipengaruhi oleh kenaikan suhu
dan penurunan curah hujan, terutama di
Data tahun 2017 | Sumber: FAOSTAT 2019 daerah dataran rendah.
14
INDONESIA
PEMBIAYAAN
Jumlah subsidi bahan bakar fosil Indonesia berada di angka US$ 7,7 Investasi infrastruktur dan energi
! miliar pada tahun 2017, yang sebagian besar diperuntukkan bagi minyak hijau harus melebihi investasi bahan
bumi dan listrik. Indonesia juga belum memiliki harga karbon eksplisit. bakar fosil pada tahun 2025.
1.5°C
6
Persyaratan NDC terkait secara parsial pada dukungan finansial dari pihak
internasional (Indonesia dapat meningkatkan kontribusinya Sumber: IPCC SR1.5 2018
terhadap upaya pengurangan emisi sebesar 41% terhadap BAU
pada tahun 2030), tergantung pada ketersediaan dukungan
internasional dalam hal pembiayaan, transfer teknologi, serta
pengembangan dan peningkatan kapasitas.
Kebutuhan investasi Tidak ditentukan
Aksi Aksi nasional untuk menyelaraskan aliran keuangan yang telah
ditentukan (pengeluaran publik)
Mekanisme pasar Tidak ditentukan
internasional
Sumber: UNFCCC, NDC masing-masing negara
Regulasi dan kebijakan pembiayaan yang mendukung upaya transisi brown to green
Melalui kebijakan dan regulasi, pemerintah dapat mengatasi sejumlah tantangan untuk memobilisasi pembiayaan hijau (green
finance); termasuk persepsi risiko, kurangnya pengembalian laba atas investasi, serta kesenjangan kapasitas dan informasi.
Kategori Instrumen Tujuan Sedang didiskusikan/ Tidak teridentifikasi
diterapkan
Prinsip Pendana- Tidak tersedia Hal ini menunjukkan adanya kemauan politik dan
an Hijau kesadaran akan dampak perubahan iklim, serta
menunjukkan adanya diskusi umum mengenai x
perlunya menyelaraskan tujuan penanggulangan
perubahan iklim dalam arsitektur pembiayaan nasional.
Pada tahun 2014, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan Roadmap Keuangan Berkelanjutan yang menjabarkan langkah-langkah untuk meningkatkan
pembiayaan hijau melalui penerapan regulasi dan pemberian insentif, pinjaman yang ditargetkan dan skema jaminan, model pinjaman hijau dan obligasi
hijau. OJK juga telah merilis Payung Kebijakan Keuangan Berkelanjutan yang bertindak sebagai panduan bagi sistem keuangan
Indonesia. Kebijakan ini mendefinisikan prinsip-prinsip keuangan berkelanjutan dan mengharuskan lembaga keuangan untuk
menyerahkan rencana tahunan tentang penerapan keuangan berkelanjutan untuk menyoroti upaya mereka dalam mengembangkan
produk keuangan hijau dan memasukkan prinsip-prinsip keuangan hijau ke dalam restrukturisasi organisasi, manajemen risiko dan tata
kelola perusahaan.
15
INDONESIA
PEMBIAYAAN
10 % 2%
35 (dibandingkan tahun 2008 dengan US$
Gas alam 24 miliar dan tahun 2012 dengan US$
30 33,8 miliar). Dari subsidi yang terhitung,
Batu bara
25 96% diperuntukkan bagi konsumsi
bahan bakar fosil dan sisanya untuk
20 produksi. Minyak bumi merupakan
15 penerima subsidi tertinggi yaitu US$
3,5 miliar, diikuti oleh listrik berbasis
10 bahan bakar fosil sebesar US$ 3,3 miliar.
5
43 %
Listrik
45 %
Minyak bumi
Subsidi terbesar adalah kompensasi
tahunan kepada Perusahaan Listrik
0 Negara atas listrik (yang didominasi
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 berasal dari bahan bakar fosil) yang
Data tahun 2017 | Sumber: OECD-IEA 2019
Sumber: OECD-IEA 2019 dijual di bawah harga pasar (US$ 3,3
miliar).
Pendapatan karbon
Pendapatan karbon (juta US$)
dari skema penetapan harga karbon eksplisit
20,000
15,000
Indonesia tidak memiliki pajak karbon nasional atau skema perdagangan emisi
data
lainnya. Mengenalkan skema harga karbon telah diidentifikasi sebagai salah
satu cara untuk mengumpulkan dana lingkungan – sebagaimana tercantum
5,000 dalam Peraturan Presiden No. 77/2018, yang mampu membantu Indonesia
untuk mencapai target NDC.
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
95%
kesenjangan harga karbon sebesar 95%.
O€
2% dihargai €30 -
60/tCO 2
3% dihargai
€60/tCO 2
atau lebih
Data tahun 2015 | Sumber: OECD 2018
16
INDONESIA
PEMBIAYAAN
Public finance
Pembiayaan publik untuk batu bara16
Pemerintah mengarahkan investasi (juta US$) Antara tahun 2016-2017, sejumlah lembaga
melalui lembaga-lembaga keuangan keuangan publik nasional menyediakan US$
publik termasuk melalui bank-bank 286 juta per tahun untuk mendanai produksi
pembangunan, baik di dalam maupun 285.85
285.85 listrik bertenaga batu bara di Indonesia.
300 juta US$
di luar negeri, dan bank investasi
250
hijau (green invesment bank). Negara-
200
negara maju yang tergabung dalam
G20 juga memiliki kewajiban untuk 150 Pembiayaan Domestik
memberikan pembiayaan baik bagi 100
Pembiayaan Internasional
negara berkembang maupun sumber 50
Komitmen pembatasan pembiayaan publik khusus untuk produksi listrik bertenaga batu bara17
Indonesia tidak terdaftar dalam negara Kontribusi Pembiayaan Rata-rata Tema dukungan
Annex II UNFCCC dan oleh sebab itu Iklim Bilateral kontribusi tahunan
Lintas
tidak berkewajiban secara formal (juta US$, 2015-2016) Mitigasi Adaptasi Sektor Lainnya
untuk memberikan pembiayaan iklim.
0
Meskipun Indonesia berkontribusi
dalam pembiayaan publik internasional 0% 0% 0% 0%
melalui Green Climate Fund dan dapat Sumber: Negara yang melapor ke UNFCCC
menyalurkan pembiayaan serupa
terhadap upaya penanganan perubahan
iklim melalui bank multilateral dan Kontribusi Pembiayaan Rata-rata Tema dukungan
pembangunan lainnya, hal tersebut Iklim Multilateral kontribusi tahunan
belum termuat dalam laporan ini. (juta US$, 2015-2016) Adaptasi Mitigasi Lintas Sektor
Lihat bagian Catatan Teknis untuk
informasi lebih lanjut mengenai
0
dana iklim multilateral dan metode
untuk mengatribusikan jumlah
dana ke masing-masing negara
0% 0% 0%
Sumber: Negara yang melapor ke UNFCCC
18
6) Tolok ukur 1,5°C didasarkan pada Laporan Khusus 1,5°C oleh 13) Indikator ini mencakup emisi yang dihasilkan dari penggunaan listrik
International Panel on Climate Change (2018). Lihat bagian Catatan (Lingkup 2) serta emisi langsung terkait energi dan emisi proses
Teknis Brown to Green Report 2019 untuk mengetahui sumber-sumber (Lingkup 1).
khusus yang digunakan dalam penilaian ini. 14) Indikator ini hanya menunjukkan jumlah kehilangan tutupan pohon
7) Total data pasokan energi primer yang ditampilkan dalam Profil kotor tanpa memperhitungkan jumlah kenaikan tutupan pohon.
Negara ini tidak mencakup nilai penggunaan non-energi. Penggunaan Karena itu, dampak perubahan iklim di sektor hutan tidak dapat
bahan bakar biomassa padat di perumahan memiliki dampak disimpulkan hanya dengan merujuk kepada indikator ini. Definisi
lingkungan dan sosial negatif dan dapat dilihat dalam kategori ‚hutan‘ yang digunakan untuk indikator ini juga berbeda dengan
‘lainnya‘. definisi yang tertera di halaman 3.
8) Penggunaan PLTA skala besar dan bahan bakar biomassa padat di 15) ‘Tingkat karbon efektif‘ adalah harga keseluruhan yang berlaku
perumahan tidak dicantumkan karena memiliki dampak lingkungan untuk emisi CO2 dan terdiri dari pajak karbon, pajak khusus
dan sosial negatif. untuk penggunaan energi serta harga izin emisi yang dapat
9) Kategori ‘listrik dan panas‘ meliputi keseluruhan emisi CO2 yang diperdagangkan. Namun, kesenjangan penetapan harga karbon
dihasilkan oleh pembangkit listrik dan limbah panas dari sektor listrik. didasarkan pada pajak energi yang berlaku di tahun 2015. Angka
Kategori ‘penggunaan energi lain‘ mencakup emisi CO2 terkait energi kesenjangan ini tentunya telah berubah karena tingkat perpajakan
yang dihasilkan dari proses ekstraksi dan pengolahan bahan bakar fosil setiap negara cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
(mis. pengeringan lignit). 16) Basis data yang digunakan untuk memperkirakan pembiayaan publik
10) Indikator ini menunjukkan tingkat emisi transportasi per kapita, untuk sektor batu bara adalah basis data bottom-up yang dihimpun
terkecuali emisi penerbangan. berdasarkan informasi yang dapat diakses melalui berbagai sumber
online. Oleh sebab itu, basis data ini masih dianggap kurang lengkap.
11) Indikator ini menggabungkan tingkat emisi dari penerbangan Untuk informasi lebih lanjut, lihat bagian Catatan Teknis Brown to Green
domestik dan emisi dari penerbangan internasional di masing-masing Report 2019.
negara. Emisi yang dihasilkan oleh pesawat saat terbang di atmosfer
tinggi memberikan dampak perubahan iklim yang lebih besar 17) Lihat bagian Catatan Teknis Brown to Green Report 2019 untuk
dibandingkan emisi dari pembakaran bahan bakar fosil. Namun, Profil mengetahui sumber-sumber yang digunakan dalam penilaian ini.
Negara ini hanya mengasumsikan faktor pemaksaan radiatif sebesar 1. 18) Seluruh data mengenai kontribusi pembiayaan iklim bersumber
12) Indikator ini hanya menunjukkan emisi langsung terkait energi dari laporan dua tahunan yang disampaikan semua pihak terkait
dan emisi proses (Lingkup 1) dan tidak mencantumkan emisi tidak (Biennial Party) kepada UNFCCC. Untuk mendapatkan informasi lebih
langsung yang dihasilkan oleh penggunaan listrik. mendalam mengenai hal ini, lihat bagian Catatan Teknis Brown to
Green Report 2019.
For more detail on the sources and methodologies behind the calculation of the indicators displayed, please download
the Technical Note at: http://www.climate-transparency.org/g20-climate-performance/g20report2019
19
C LI M AT E T RANSPARE NCY
Mitra:
Dana:
Mitra Data:
http://www.climate-transparency.org/g20-climate-performance/g20report2019
Narahubung di Indonesia:
Fabby Tumiwa
Institute for Essential Services
Reform (IESR)
fabby@iesr.or.id
Erina Mursanti
Institute for Essential Services
Reform (IESR)
erina@iesr.or.id
20