Disusun oleh :
Hesti Kusumaningtyas (1307031)
Ida Khoerunnisah (1302021)
Ikhlas Fathurohman (1301508)
0
Tanggal Praktikum : 17 Februari 2015
Judul Praktikum :
Penentuan Kadar Paracetamol dan Kafein dengan Menggunakan Metode HPLC
(High Performance Liquid Chromatography)
1. Tujuan
1.1 Dapat memahami cara kerja instrumen HPLC
1.2 Dapat melakukan preparasi dengan tepat dan akurat , serta dapat mengikuti
manual pengoperasian HPLC.
1.3 Dapat menentukan/menghitung kadar parasetamol dan kafein dalam sampel obat.
2. Tinjauan Pustaka
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) merupakan tipe kromatografi
elusi yang paling serbaguna dan digunakan secara luas. Teknih ini digunakan oleh para
kimiawan untuk memisahkan dan menentukan spesi-spesi dalam berbagai bahan atau
senyawa seperti senyawa organik, anorganik, maupun material biologis. Pada
kromatografi cair, fasa gerak merupakan pelarut cair berisi sampel yang berupa campuran
dari bahan-bahan terlarut. Jenis-jenis kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) biasanya
dikelompokkan oleh mekanisme pemisahannya ataupun jenis
fasa diamnya. Pengelompokkan tersebut diantaranya:
a) Partisi atau Kromatografi Cair-Cair
b) Adsorpsi atau kromatografi Padat-Cair
c) Penukar Ion atau Kromatografi Ion
d) Size-Exclusion Chromatography (Kromatografi Eksklusi Ukuran)
e) Kromatografi Afinitas
f) Kromatografi Kiral
Ada dua cara pengelusian dalam kromatografi cair kinerja tinggi, yaitu elusi isokratis
dan elusi gradien. Elusi yang menggunakan pelarut tunggal dengan komposisi tetap atau
campuran beberapa pelarut ynag komposisinya dibuat tetap disebut elusi isokratik.
Sedangkan pada elusi gradien, digunakan dua (atau kadang lebih) pelarut dalam suatu
sistem yang memiliki perbedaan kepolaran yang besar / signifikan. Perbandingan dari
kedua atau lebih pelarut ini divariasikan melalui cara yang telah ditentukan dengan
1
program saat pemisahan berlangsung. Pengubahan perbandingan ini kadang dilakukan
secara terus-menerus dan kadang secara bertahap. Elusi gradien seringkali meningkatkan
efisiensi pemisahan, seperti halnya pemrograman suhu pada GC. Instrumen HPLC
modern biasanya dilengkapi dengan katup yan berpotongan sehingga dapat memasukkan
cairan dari dua atau lebih reservoir dengan perbandingan yang dapat divariasikan secara
terus menerus.
(Skoog, 2004: 973-977)
Fasa gerak
Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau rasa gerak adalah salah satu dari
variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang sangat luas pada solven
yang digunakan untuk KCKT/HPLC, tetapi ada beberapa sifat umum yang sangat disukai,
yaitu rasa gerak harus :
1. Murni, tidak terdapat kontaminan
2. Tdak bereaksi dengan wadah (packing)
3. Sesuai dengan defektor
4. Melarutkan sampel
5. Memiliki visikositas rendah
6. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"
7. Diperdagangan dapat diperoleh denganharga murah (reasonable price)
Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang karena prosedur
pemumiannya kembali sangat membosankandan mahal biayanya. Dari semua persyaratan
di atas, persyaratan 1) s/d 4) merupakan yang sangat penting.
Menghilangkan gas (gelembung udara) dari solven, terutama untuk KCKT/HPLC yang
menggunakan pompa bolak balik(reciprocating pump) sangat diperlukan terutama bila
detektor tidak tahan kinerja sampai 100 psi. Udara yang terlarut yang tidak dikeluarkan
akan menyebabkan gangguan yang besar di dalam detektor sehingga data yang diperoleh
tidak dapat digunakan (the data may be useless). Menghilangkan gas (degassing) juga
2
sangat baik bila menggunakan kolom yang sangat sensitif terhadap udara (contoh :kolom
berikatan dengan NH2).
3
Pelarut dimasukkan ke kolom melalui pipa atau selang menggunakan pompa.
Pelarut dipompa dari reservoir sehingga dapat membawa sampel menuju kolom. Pompa
yang digunkan dalam HPLC hatus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Harus memiliki aliran terkontrol yang ‘reproducible’
2) Harus menghasilkan aliran yang ‘pulse-free’ (bebas pulsa, tidak menghasilkan
gelembung)
3) Hold-up volume (volume tampungan) kecil
(R.P. Budhiraja, 2004: 172)
Karena HPLC menggunakan tekanan yang cukup tinggi, mustahil sampel dapat
diinjeksikan dengan cara yang sama seperti pada kromatografi gas. Maka dari itu, sampel
dimasukkan melalui loop injector. Sampling loop dapat diganti dan tersedia pada volume
0,5 mikroliter sampai 2 mililiter. Pada posisi terisi, sampling loop terisolasi dari fasa gerak
dan terbuka terhadap atmosfer. Sebuah syringe dengan kapasitas beberapa kali dari loop
sampling digunakan untuk menempatkan sampel kedalam loop.
Kolom yang paling umum digunakan untuk HPLC dibuat dari stainless steel
dengan diameter internal antara 2,1 mm dan 4,6 mm dengan panjang mulai dari sekitar 30
mm sampai 300 mm. kolom-kolom ini dipak dengan 3-10 mikrometer partikel-partikel
silika berpori yang dapat berbentuk irregular atau spherical. Kolom ini berfungsi sebagai
tempat pemisahan berlangsung.
Terdapat dua masalah yang menyebabkan kolom analitik berkurang masa
hidupnya. Pertama, zat terlarut yang mengikat fasa diam secara irreversibel menurunkan
performa kolom karena fasa diam yang tersedia menjadi berkurang. Kedua, material
partikulat yang diinjeksikan bersama sampel dapat menyumbat kolom analitik. Maka dari
itu, kolom guard ditempatkan sebelum kolom analitik untuk meminimalisasi masalah-
masalah tersebut. Kolom guard biasanya berisi material partikulat packing dan fasa diam
yang sama dengan kolom analitik, namun jauh lebih pendek dan murah. Panjangnya 7,5
mm dan harganya satu persepuluh dari kolom analitik. Hal ini dikarenakan kolom guard
digunakan sebagai “tumbal” dan diganti secara berkala.
4
Selanjutnya sampel yang telah terpisahkan dibawa menuju detektor. Detektor ini
berfungsi untuk memberikan sinyal sehingga data dapat diolah dan ditampilkan. Detektor-
detektor yang dapat digunakan dalam HPLC diantaranya:
Detektor Spektroskopi (adsorpsi sinar UV)
Detektor elektrokimia
Selain itu, ada juga detektor yang menggunakan pengukuran pada perubahan index
refraksi dari fasa gerak, namun kurang berguna untuk elusi gradien kecuali komponen-
komponen fasa gerak memiliki index refraksi yang mirip.
(Harvey David, 2000: 578-585)
Keuntungan KCKT/HPLC
Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari1 jam. Banyak analisis yang dapat
diselesaikan sekitar 15-30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit (uncomplicated), waktu
analisis kurang dari 5 menit bisa dicapai
Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa dimana interaksi
selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit berinteraksi dengan zat padat;
pemisahan terutama dicapai hanya dengan rasa diam.
Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan fasa diam dan fasa gerak
5
pada KCKT memberikan parameter tambahan untuk mencapai pemisahan yang
diinginkan.
Sensitivitas detektor: Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam KCKT dapat
mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari bermacam- macam zat.
Detektor-detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi jumlah sampai
picogram(10-12 gram). Detektor-detektor seperti Spektrofotometer Massa, Indeks
Refraksi, Radiometri, dll dapat juga digunakan dalam KCKT
Kolom yang dapat digunakan kembali: Berbeda dengan kolom kromatografi klasik,
kolom KCKT dapat digunakan kembali (reusable) . Banyak analisis yang bisa dilakukan
dengan kolom yang sma sebelum darijenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven
dan jenis solven yang digunakan Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik :zat – zat
yang tidak bisa dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya diderivatisasi
untuk menganalisi spsesies ionik. KCKT dengan tipe eksklusi dan penukar ion ideal
sekali untuk mengalissis zat –zat tersebut.
Mudah rekoveri sampel: Umumnya setektor yang digunakan dalam KCKT tidak
menyebabkan destruktif(kerusakan) pada komponen sampel yang diperiksa, oleh karena
itu komponen sampel tersebut dapat dengan mudah dikumpulkan setelah melewati
detector.Solvennya dapat dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk kromatografi
penukarion memerlukan prosedur khusus.
(Effendy De Lux Putra, 2004: 8)
Teknik HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan
baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan
teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas/area puncak analit dalam kromatogram,
dibandingkan dengan luas/area standar. Pada prakteknya, pembandingan kurang
menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan satu standar. Oleh karena itu, maka
pembandingaan dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi.
Parasetamol dan kafein pada umumnya terdapat bersama sama dalam satu tablet
obat yang memiliki sifat kepolaran berbeda. Gugus kromofor yang dimilikinya
menyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV. Karaktersitik senyawa ini
memungkinkan analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom nonpolar seperti C-18
dan fasa gerak polar campuran beberapa pelarut.
6
(Tim Dosen Praktikum Pemisahan dan Pengukuran, 2015: 1)
Paracetamol
Kafein
Alkaloid yang mempunyai lingkar purin (lingkar senyawa heterosiklik yang majemuk,
yang merupakan kondensasi antara lingkar imidazol dan lingkar pirimidin). Dengan
rumus molekul C5H10N4O2 yang terdapat dalam biji-biji kopi dan daun teh. Kristal
kafein berbentuk jarum-jarum berwarna putih, tidak berbau, dan berasa pahit. Kafein
yang tidak mengandung kristal mencair pada suhu 238 . Kafein larut dalam larutan
pirol dan tetrahidrofuran. Kelarutan kafein dalam air berkurang degan adanya asam-
asam organik.
(Damin Sumardjo, 2009: 447)
Asetonitril
7
Metil Sianida CH3CN, zat cair toksik, disediakan dari asetilena dan amonia atau oleh
dihidrasi asetamida, digunakan untuk melarutkan senyawa organik ataupun anorganik.
Isopropil Alkohol
8
Alat dan Bahan Praktikum
2.1 Alat Praktikum
Perangkat HPLC 1 set
Spatula 1 buah
Labu ukur 50 mL 1 buah
Labu ukur 10 mL 6 buah
Neraca analitik terkalibrasi 1 set
Corong pendek 1 buah
Pipet tetes 2 buah
Gelas kimia 50 mL 3 buah
Ultrasonic vibrator 1 set
Pipet Ukur 1 ml 1 buah
Pipet Ukur 2 ml 1 buah
Pipet Ukur 3 ml 1 buah
Pipet Ukur 4 ml 1 buah
Pipet Ukur 5 ml 1 buah
Pipet Ukur 6 ml 1 buah
Ball Filler 1 buah
Filter Membran Selulosa Nitrat 1 set
Botol Vial 2 buah
9
3.2 Pembuatan larutan induk parasetamol
Ditimbang seksama sejumlah 25 mg Parasetamol p.a dan 12,5 mg kafein
p.a dimasukkan kedalam labu 50 mL
Tambahkan pelarut sebanyak 20 mL, disonikasi selama 15 menit,
diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda batas..
Hitunglah konsentrasi larutan induk untuk parasetamol dan kafein
10
Pastikan kabel penghubung listrik telah tersambung dengan benar.
Tekan tombol “ON” pada sakelar listrik.
Isi botol fasa gerak dengan volume yang memadai dan kosongkan botol
penampung.
Tekan tombol “ON” pada alat, berturut-turut untuk power, detektor dan
pompa.
Lakukan pemrograman alat dengan computer.Ikuti langkahnya sesuai instruksi
dalam komputer.
Pilihlah mode yang akan digunakan sesuai dengan parameter kondisi
instrumen.
Alirkan fasa gerak.
Apabila respon kromatogram tidak muncul lagi, artinya alat telah
menunjukkan base line yang mendatar, maka instrumen siap digunakan.
Injeksikan berturut-turut larutan standar (mulai dari konsentrasi terendah), dan
terakhir larutan sampel
Cetak hasil pengukuran, catat kondisi percobaannya.
Setelah selesai digunakan, matikan pompa dengan menyoroti tanda pompa
dalam computer.
Tutup file sesuai petunjuk, lalu matikan computer.
Untuk mematikan, tekan tombol “Off” pada pompa, detector dan power secara
berurutan. Putuskan sambungan listrik.
11
Hasil dan Analisis Data
2. 0,8530 g
3. 0,8407 g
4. 0,8326 g
5. 0,8350 g
6. 0,8315 g
7. 0,8418 g
8. 0,8568 g
9. 0,8321 g
10. 0,8427 g
Rata- 0,84016 g
rata
Sampel Obat
Diduga zat yang terkandung Waktu Retensi (menit) Luas Area
Paracetamol 2.38 11705288
Kafein 3.62 2164128
12
Konsentrasi (ppm) Luas Area Waktu Retensi (menit)
50 2252106 2.38
100 4239085 2.38
150 6208253 2.38
200 7979072 2.38
250 10093086 2.39
300 12261550 2.38
Berdasarkan data hasil percobaan, luas area kandungan sampel yang diduga
paracetamol (11705288), berada pada rentang deret standar paracetamol (10093086-
12261550). Sehingga kadar paracetamol dapat dihitung menggunakan persamaan
garis
y = 39646 x + 234188
Sehingga,
y = 39646 x + 234188
11705288 = 39646 x + 234188
11705288 - 234188
x =
39646
x = 289,3381 ppm
= 2,8934 mg
Bobot sampel = 4,1 mg
Berat Rata- rata penimbangan obat bodrex = 840,16 mg
13
2,8934 mg x mg
4,1 mg l 840,16mg
2,8934 mg x 840,16 mg
x
4,1mg
Paracetamol 592, 9070 mg/tablet
Berdasarkan data hasil percobaan luas area kandungan sampel yang diduga kafein
(2164128) berada di luar rentang deret standar kafein ( < 2164416), sehingga kadar kafein
dalam sampel dihitung menggunakan perbandingan standar dengan sampel, yaitu
konsentrasi dan luas areanya.
14
[Standar]. Luas Area Sampel
[Sampel] =
Luas Area Standar
25 ppm. 216412
[Sampel] =
216416
= 0,2500 mg
0,2500 mg x mg
4,1 mg l 840,16mg
0,2500 mg x 840,16 mg
x
4,1mg
Kafein 51,2293 mg/tablet
Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan kadar paracetamol dan kafein
dalam sampel obat menggunakan instrumen HPLC (High Performance Liquid
Chromatography). Prinsip dasar HPLC yaitu berdasarkan perbedaan distribusi komponen-
komponen dalam sampel di antara dua fase, fase gerak dan fase diam. Fase gerak yang
digunakan berupa campuran senyawa KH2PO4, methanol, asetonitril, dan isopropyl
alkohol dengan perbandingan 42 : 2 : 2 : 3. Sedangkan fase diam yang digunakan adalah
kolom C-18 yang bersifat non polar. Oleh karena itu percobaan kali ini menggunakan
metode HPLC fase terbalik, karena fase gerak yang digunakan bersifat polar sedangkan
fase diamnya bersifat non polar, dengan sistem elusi isokratik, artinya selama analisis
digunakan fase gerak dengan perbandingan pelarut yang tetap.
Dalam preparasi sampel, sampel ditimbang kemudian dilarutkan menggunakan
aquabidest. Digunakan aquabidest karena dalam analisis menggunakan HPLC diperlukan
15
pelarut dengan kemurnian yang tinggi, sebab larutan sampel yang akan dianalisis
jumlahnya sangat sedikit (sekitar 20µl) sehingga apabila digunakan pelarut dengan
kemurnian kurang akan dapat mengganggu hasil pemisahan. Sebelum pengenceran
sampel sampai 10 ml, dilakukan sonikasi terlebih dahulu agar semua komponen dalam
sampel larut dan homogen. Setelah diencerkan sampai 10 ml secara kuantitatif, larutan
sampel disaring sebanyak dua kali. Penyaringan pertama dilakukan menggunakan kertas
saring kasar. Hal tersebut dilakukan karena dalam obat tidak hanya mengandung
paracetamol dan kafein, namun terdapat zat penyusun lain yang belum larut seluruhnya
yang masih berupa partikel-partikel padat dalam larutan. Selanjutnya filtrate disaring
kembali menggunakan membran selulosa nitrat agar diperoleh larutan sampel murni tanpa
ada partikel-partikel pengganggu /pengotor yang dapat mempengaruhi hasil pemisahan.
Apabila langsung dilakukan penyaringan menggunakan membran selulosa nitrat,
dikhawatirkan partikel-partikel yang tidak larut dalam larutan sampel akan menyumbat
pori-pori membran sehingga penyaringan akan membutuhkan waktu yang lama. Sebelum
ditampung, sebagian filtrat dibuang terlebih dahulu yang dimaksudkan untuk membilas
membran agar dapat dipastikan tidak ada zat kontaminan dari membran yang dapat ikut
tertampung.
Analisis pada percobaan kali ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi komponen dalam sampel
dengan waktu reteensi standar. Puncak yang akan muncul pada kromatogram adalah
puncak komponen paracetamol terlebih dahulu. Hal tersebut dapat ditentukan berdasarkan
struktur kimia dari masing-masing komponen.
16
Gambar Struktur Paracetamol
Dapat dilihat bahwa paracetamol memiliki gugus hidroksi (-OH) yang dapat membentuk
ikatan hidrogen dengan air sehingga lebih mudah larut dalam air atau senyawa polar
lainnya sedangkan kafein memiliki struktur yang relatif lebih non polar dibandingkan
dengan paracetamol sehingga akan tertahan lebih lama di kolom yang sifatnya non polar.
Pada analisis kuantitatif, dilakukan perhitungan kadar paracetamol dan kafein
dalam sampel berdasarkan luas area puncak menggunakan metode kurva kalibrasi larutan
derat standar yang dibuat dari pengenceran 1-6 ml larutan induk paracetamol 500 ppm
dan kafein 250 ppm dalam 10 ml larutan. Kadar analit dapat ditentukan dengan
menghitung konsentrasi analit menggunakan persamaan garis y = mx + b yang diperoleh
dari kurva kalibrasi deret standar. Namun, apabila luas area puncak analit tidak masuk
dalam area deret standar maka digunakan perbandingan konsentrasi dan luas area deret
standar dengan sampel.
Sebelum dilakukan pemisahan, instrument HPLC harus dikondisikan pada
keadaan optimal agar hasil pemisahan yang didapatkan baik. Kemudian baik sampel
maupun deret standar, sebelum diinjeksikan ke dalam HPLC perlu dilakukan degassing
untuk menghilangkan gelembung udara karena gelembung udara dapat terkumpul di
kepala pompa ataupun detektor sehingga akan mengganggu kondisi HPLC.
Berdasarkan data pengamatan, diperoleh kadar paracetamol dan kafein dalam
sampel obat masing-masing sebesar 592,9070 mg/tablet dan 51,2293 mg/tablet. Hasil
17
tersebut mendekati data kadar yang tercantum pada kemasan obat yaitu paracetamol
sebanyak 600 mg/tablet dan kafein sebanyak 50 mg/tablet.
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama analisis pada percobaan ini di
antaranya, masih terdapat sisa sampel yang telah ditimbang yang tidak ikut dilarutkan
sehingga kadar yang diperoleh kurang akurat, masih terdapat gelembung setelah
dilakukan penginjeksian, atau pengoperasian instrument yang kurang tepat sehingga
mempengaruhi hasil kromatogram yang akan didapat.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kadar paracetamol
dan kafein dalam sampel obat masing-masing sebesar 592,9070 mg/tablet dan 51,2293
mg/tablet. Hasil tersebut mendekati kadar yang tercantum pada kemasan obat yaitu
paracetamol sebanyak 600 mg/tablet dan kafein sebanyak 50 mg/tablet.
Daftar Pustaka
Budhiraja, R.P. (2004). Separation Chemistry. New Delhi: New Age International (p) Ltd.
David, Haervey. (2000). Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill
De Lux Putra, Effendy. (2004). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi
Jurnal, hlm. 5-8.
Ellis, Frank dkk. (2002). Paracetamol-a curicullum resource. United Kingdom :
Royal Society of Chemistry
Moejadi, Hadiat. (2004). Kamus Sains . Jakarta : Balai Pustaka
Pudjaatmaka, Hadyana. (2002). Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka
18
Lampiran
Langkah Kerja & Tabel Pengamatan
No Langkah Kerja Data Pengamatan
1. -Fasa Gerak Sudah
Pembuatan Fasa Gerak (Pelarut)
-diambil 420 mL KH2PO4 0,01 M pada gelas kimia disediakan
- ditambahkan Metanol 20 mL
- ditambahkan Asetonitril 30 mL
- ditambahkan Isopropil Alkohol 30 Ml
- disaring menggunakan membran whatman filter
PTFE 0,2 m
- disonifikasi selama 30 menit
Kafein + Paracetamol
- keduanya dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL
- ditambahkan pelarut (fasa gerak)
- disonifikasi selama +/- 5 menit -Fasa Gerak : Cairan
- diencerkan dengan pelarut (fasa gerak) hingga tidak berwarna
tanda batas -Disonifikasi agar
larutan menjadi
homogen
Larutan Induk Kafein + Paracetamol
-Larutan Induk
- disonifikasi selama 5 menit Paracetamol + kafein :
- dihitung konsentrasi larutan induk paracetamol & Tidak berwarna
kafein
- Konsentrasi
Konsentrasi Larutan Induk Paracetamol : 500 ppm
- Konsentrasi Kafein :
250 ppm
19
3. Pembuatan Deret Larutan Standar Kafein & Paracetamol
Larutan Induk Kafein + Paracetamol
- dipipet sebanyak 1ml;2ml;3ml;4ml;5ml;6ml
- dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 10
ml
- ditambahkan pelarut (fasa gerak) hingga tanda batas
- disonifikasi selama 5 menit -disonifikasi agar
- didegasing homogen
- didegasing dengan
membuka tutup labu
Deret Larutan Standar ukur,agar gelembung yg
ada dapat hilang
- diinjeksikan larutan sebnayak 20 L
- deret larutan standar =
- dibuat kurva kalibrasi
tidak berwarna
Kurva Kalibrasi
20
4. Pembuatan Larutan Sampel
-Obat Bodrex : Serbuk
Serbuk Tablet Obat Berwarna jingga
- Data Sampel Obat
- ditentukan berat rata-rata tablet obat pada kemasan
- ditimbang sebanyak 4 mg mengandung
- dimasukkan ke dalam ukur 10 mL paracetamol 800 mg
dan kafein 50 mg
Labu Ukur 10 ml -Rata-rata berat
penimbangan sampel
- ditambahkan pelarut hingga setengah volume labu
obat = 0,84016 g
ukur
-Berat Kertas Timbang
- disonifikasi selama 5 menit
= 0,1219 g
- ditambahkan pelarut hingga tanda batas
- Hasil penimbangan
- dikocok
Kertas Timbang +
- disaring menggunakan kertas saring
Sampel Obat = 0,1260 g
- Massa Obat = 0,0041
Hasil Filtrat g/ 0,41 mg
- ditampung dalam botol vial - Pelarut = Aquabides
- disaring menggunakan membran selulosa nitrat
- dimasukkan ke dalam ukur 10 mL - Larutan sampel saat
penambahan hingga
setengah volume labu
Hasil Filtrat ke-2 ukur = berwarna jingga
- 1ml filtrat dibuang (digunakan untuk membilas - Larutan sampel saat
injeksi, botol vial) ditanda bataskan = tidak
- 1 ml berikutnya ditampung berwarna
- dimasukkan ke dalam ukur 10 mL
- siap untuk diinjeksikan
-Kertas Saring =
Berwarna Putih
Sampel Siap untuk Diinjeksikan
-Membran Selulosa
Nitrat = Berwarna Putih
- Volume yg
diinjeksikan = 20 L
21
5. Penyiapan Instrumen HPLC
Kondisi Analisis Paracetamol & Kafein
Fasa Gerak
- KH2PO4 0,01 M 420ml
- 20 ml metanol
- 30 ml asetonitril
- 30 ml Iso Propil Alkohol
22
Perhitungan
Pembuatan Larutan Induk
Larutan Induk
25mg
[ Paracetamol 500 ppm
0,05 L
23
1 ml . 250 ppm 10 ml . x
1 ml . 250 ppm
x 25 ppm
10 ml
b. 2 ml larutan induk
2 ml . 250 ppm 10 ml . x
2 ml . 250 ppm
x 50 ppm
10 ml
c. 3 ml larutan induk
3 ml . 250 ppm 10 ml . x
3 ml . 250 ppm
x 75 ppm
10 ml
d. 4 ml larutan induk
4 ml . 250 ppm 10 ml . x
4 ml . 250 ppm
x 100 ppm
10 ml
e. 5 ml larutan induk
5 ml . 250 ppm 10 ml . x
5 ml . 250 ppm
x 125 ppm
10 ml
f. 6 ml larutan induk
6 ml . 250 ppm 10 ml . x
6 ml . 250 ppm
x 150 ppm
10 ml
24
Lampiran Foto Selana Praktikum
3. Pelarut/ Aquabides
25
12. Proses Sonifikasi pada Ultrasonic
9. Penambahan pelarut(aquabides/ Vibrator
fasa gerak)untuk membuat
larutan induk, larutan sampel
26
18. Penginkjeksian Deret larutan
standar/ Larutan sampel
27