Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Aljabar dan Klasifikasi dari Aljabar

Written By ZUHRY YUDHA YUANA PUTRA on Selasa, 05 Maret 2013 | 04.38.00


Aljabar (Algebra) adalah cabang matematika yang mempelajari struktur, hubungan dan kuantitas. Untuk
mempelajari hal-hal ini dalam aljabar digunakan simbol (biasanya berupa huruf) untuk merepresentasikan
bilangan secara umum sebagai sarana penyederhanaan dan alat bantu memecahkan masalah. Contohnya, x
mewakili bilangan yang diketahui dan y bilangan yang ingin diketahui. Sehingga bila Andi mempunyai x buku dan
kemudian Budi mempunyai 3 buku lebih banyak daripada Andi, maka dalam aljabar, buku Budi dapat ditulis
sebagai y = x + 3. Dengan menggunakan aljabar, Anda dapat menyelidiki pola aturan aturan bilangan umumnya.
Aljabar dapat diasumsikan dengan cara memandang benda dari atas, sehingga kita dapat menemukan pola
umumnya.

Aljabar telah digunakan matematikawan sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Sejarah mencatat penggunaan
aljabar telah dilakukan bangsa Mesopotamia pada 3.500 tahun yang lalu. Nama Aljabar berasal dari kitab yang
ditulis pada tahun 830 oleh Matematikawan Persia Muhammad ibn Musa al-Kwarizmi dengan judul ‘Al-Kitab al-
Jabr wa-l-Muqabala’ (yang berarti "The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing"), yang
menerapkan operasi simbolik untuk mencari solusi secara sistematik terhadap persamaan linier dan kuadratik.
Salah satu muridnya, Omar Khayyam menerjemahkan hasil karya Al-Khwarizmi ke bahasa Eropa. Beberapa
abad yang lalu, ilmuwan dan matematikawan Inggris, Isaac Newton (1642-17 27) menunjukkan, kelakuan
sesuatu di alam dapat dijelaskan dengan aturan atau rumus matematika yang melibatkan aljabar, yang dikenal
sebagai Rumus Gravitasi Newton.

Aljabar bersama-sama dengan Geometri, Analisis dan Teori Bilangan adalah cabang-cabang utama dalam
Matematika. Aljabar Elementer merupakan bagian dari kurikulun dalam sekolah menengah dan menyediakan
landasan bagi ide-ide dasar untuk Ajabar secara keseluruhan, meliputi sifat-sifat penambahan dan perkalian
bilangan, konsep variabel, definisi polinom, faktorisasi dan menentukan akar pangkat.

Sekarang ini istilah Aljabar mempunyai makna lebih luas daripada sekedar Aljabar Elementer, yaitu meliputi
Ajabar Abstrak, Aljabar Linier dan sebagainya. Seperti dijelaskan di atas dalam aljabar, kita tidak bekerja secara
langsung dengan bilangan melainkan bekerja dengan menggunakan simbol, variabel dan elemen-elemen
himpunan. Sebagai contoh Penambahan dan Perkalian dipandang sebagai operasi secara umum dan definisi ini
menuju pada struktur bilangan seperti Grup, Ring, dan Medan (fields).

Asal Mula Aljabar

Asal mula Aljabar dapat ditelusuri berasal dari bangsa Babilonia Kuno yang mengembangkan sistem aritmatika
yang cukup rumit, dengan hal ini mereka mampu menghitung dalam cara yang mirip dengan aljabar sekarang ini.
Dengan menggunakan sistem ini, mereka mampu mengaplikasikan rumus dan menghitung solusi untuk nilai
yang tak diketahui untuk kelas masalah yang biasanya dipecahkan dengan menggunakan persamaan Linier,
Persamaan Kuadrat dan Persamaan Linier tak tentu. Sebaliknya, bangsa Mesir, dan kebanyakan bangsa India,
Yunani, serta Cina dalam milenium pertama sebelum masehi, biasanya masih menggunakan metode geometri
untuk memecahkan persamaan seperti ini, misalnya seperti yang disebutkan dalam ‘the Rhind Mathematical
Papyrus’, ‘Sulba Sutras’, ‘Euclid's Elements’, dan ‘The Nine Chapters on the Mathematical Art’. Hasil karya
bangsa Yunani dalam Geometri, yang tertulis dalam kitab Elemen, menyediakan kerangka berpikir untuk
menggeneralisasi formula matematika di luar solusi khusus dari suatu permasalahan tertentu ke dalam sistem
yang lebih umum untuk menyatakan dan memecahkan persamaan, yaitu kerangka berpikir logika Deduksi.

Seperti telah disinggung di atas istilah ‘Aljabar’ berasal dari kata arab "al-jabr" yang berasal dari kitab ‘Al-Kitab al-
Jabr wa-l-Muqabala’ (yang berarti "The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing"), yang
ditulis oleh Matematikawan Persia Muhammad ibn Musa al-Kwarizmi. Kata ‘Al-Jabr’ sendiri sebenarnya berarti
penggabungan (reunion). Matematikawan Yunani di jaman Hellenisme, Diophantus, secara tradisional dikenal
sebagai ‘Bapak Aljabar’, walaupun sampai sekarang masih diperdebatkan siapa sebenarnya yang berhak atas
sebutan tersebut Al-Khwarizmi atau Diophantus?. Mereka yang mendukung Al-Khwarizmi menunjukkan fakta
bahwa hasil karyanya pada prinsip reduksi masih digunakan sampai sekarang ini dan ia juga memberikan
penjelasan yang rinci mengenai pemecahan persamaan kuadratik. Sedangkan mereka yang mendukung
Diophantus menunjukkan Aljabar ditemukan dalam Al-Jabr adalah masih sangat elementer dibandingkan Aljabar
yang ditemukan dalam ‘Arithmetica’, karya Diophantus. Matematikawan Persia yang lain, Omar Khayyam,
membangun Aljabar Geometri dan menemukan bentuk umum geometri dari persamaan kubik. Matematikawan
India Mahavira dan Bhaskara, serta Matematikawan Cina, Zhu Shijie, berhasil memecahkan berbagai macam
persamaan kubik, kuartik, kuintik dan polinom tingkat tinggi lainnya.

Peristiwa lain yang penting adalah perkembangan lebih lanjut dari aljabar, terjadi pada pertengahan abad ke-16.
Ide tentang determinan yang dikembangkan oleh Matematikawan Jepang Kowa Seki di abad 17, diikuti oleh
Gottfried Leibniz sepuluh tahun kemudian, dengan tujuan untuk memecahkan Sistem Persamaan Linier secara
simultan dengan menggunakan Matriks. Gabriel Cramer juga menyumbangkan hasil karyanya tentang Matriks
dan Determinan di abad ke-18. Aljabar Abstrak dikembangkan pada abad ke-19, mula-mula berfokus pada teori
Galois dan pada masalah keterkonstruksian (constructibility)

Tahap-tahap perkembangan Aljabar simbolik secara garis besar adalah sebagai berikut:

- Aljabar Retorik (Rhetorical algebra), yang dikembangkan oleh bangsa Babilonia dan masih mendominasi
sampai dengan abad ke-16;

- Aljabar yang dikontruksi secara Geometri, yang dikembangkan oleh Matematikawan Vedic India dan Yunani
Kuno;

- Syncopated algebra, yang dikembangkan oleh Diophantus dan dalam ‘the Bakhshali Manuscript’; dan

- Aljabar simbolik (Symbolic algebra), yang titik puncaknya adalah pada karya Leibniz.

Klasifikasi dari Aljabar

Aljabar secara garis besar dapat dibagi dalam kategori berikut ini:

1. Aljabar Elementer, yang mempelajari sifat-sifat operasi pada bilangan riil direkam dalam simbol sebagai
konstanta dan variabel, dan Aturan yang membangun ekspresi dan persamaan Matematika yang melibatkan
simbol-simbol.(bidang ini juga mencakup materi yang biasanya diajarkan di sekolah menengah yaitu
‘Intermediate Algebra’ dan ‘college algebra’);

2. Aljabar Abstrak, kadang-kadang disebut Aljabar Modern, yang mempelajari Struktur Aljabar semacam Grup,
Ring dan Medan (fields) yang didefinisikan dan diajarkan secara aksiomatis;

3. Aljabar Linier, yang mempelajari sifat-sifat khusus dari Ruang Vektor (termasuk Matriks);

4. Aljabar Universal, yang mempelajari sifat-sifat bersama dari semua Struktur aljabar.

Dalam studi Aljabar lanjut, sistem aljabar aksiomatis semacam Grup, Ring, Medan dan Aljabar di atas sebuah
Medan (algebras over a field) dipelajari bersama dengan telaah Struktur Geometri Natural yang kompatibel
dengan Struktur Aljabar tersebut dalam bidang Topologi.

Aljabar Elementer

Aljabar Elementer adalah bentuk paling dasar dari Aljabar, yang diajarkan pada siswa yang belum mempunyai
pengetahuan Matematika apapun selain daripada Aritmatika Dasar. Meskipun seperti dalam Aritmatika, di mana
bilangan dan operasi Aritmatika (seperti +, −, ×, ÷) muncul juga dalam Aljabar, tetapi disini bilangan seringkali
hanya dinotasikan dengan simbol (seperti a, x, y). Hal ini sangat penting sebab: Hal ini mengijinkan kita
menurunkan rumus umum dari aturan Aritmatika (seperti a + b = b + a untuk semua a dan b), dan selanjutnya
merupakan langkah pertama untuk penelusuran yang sistematik terhadap sifat-sifat sistem bilangan riil.

Dengan menggunakan simbol, alih-alih menggunakan bilangan secara langsung, mengijinkan kita untuk
membangun persamaan matematika yang mengandung variabel yang tidak diketahui (sebagai contoh “Carilah
bilangan x yang memenuhi persamaan 3x + 1 = 10"). Hal ini juga mengijinkan kita untuk membuat relasi
fungsional dari rumus-rumus matematika tersebut (sebagai contoh "Jika anda menjual x tiket, dan kemudian
anda mendapat untung 3x - 10 rupiah, dapat dituliskan sebagai f(x) = 3x - 10, dimana f adalah fungsi, dan x
adalah bilangan dimana fungsi f bekerja.").
Written by Alexander

http://zuhryyudha.blogspot.com/2013/03/pengertian-aljabar-dan-klasifikasi-dari.html , 23 Sep. 14

SEJARAH ALJABAR
1. Pengertian Aljabar

Aljabar berasal dari Bahasa Arab "al-jabr" yang


berarti"pertemuan", "hubungan" atau "perampungan") adalah cabangmatematika yang dapat dicirikan
sebagai generalisasi dan perpanjangan aritmatika. Aljabar juga merupakan nama sebuah struktur aljabar
abstrak, yaitu aljabar dalam sebuah bidang[1].

Aljabar adalah cabang matematika yang mempelajari struktur, hubungan dan kuantitas. Untuk
mempelajari hal-hal ini dalam aljabar digunakan simbol (biasanya berupa huruf) untuk merepresentasikan
bilangan secara umum sebagai sarana penyederhanaan dan alat bantu memecahkan masalah. Contohnya, x
mewakili bilangan yang diketahui dan y bilangan yang ingin diketahui.

2. Asal Usul Aljabar

Asal mula Aljabar dapat ditelusuri berasal dari Babilonia Kuno yang mengembangkan system
matematika yang cukup rumit, dengan hal ini mereka mampu menghitung dalam cara yang mirip dengan
aljabar sekarang ini. Dengan menggunakan sistem ini, mereka mampu mengaplikasikan rumus dan
menghitung solusi untuk nilai yang tak diketahui untuk kelas masalah yang biasanya dipecahkan dengan
menggunakan persamaan Linier, persamaan Kuadrat dan Persamaan Linier tak tentu. Sebaliknya, bangsa
Mesir dan kebanyakan bangsa India, Yunani, serta Cina dalam melenium pertama belum masehi, biasanya
masih menggunakan metode geometri untuk memecahkan persamaan seperti ini, misalnya seperti yang
disebutkan dalam “the Rhind Mathematical Papyrus”, “Sulba Sutras”, “Eucilid’s Elements” dan “The Nine
Chapters on the Mathematical Art”. Hasil bangsa Yunani dalam Geometri, yang tertulis dalam kitab
elemen, menyediakan kerangka berpikir untuk menggeneralisasi formula metematika di luar solusi khusus
dari suatu permasalahan tertentu ke dalam sistem yang lebih umum untuk menyatakan dan memecahkan
persamaan, yaitu kerangka berpikir logika Deduksi.

Seperti telah disinggung di atas istilah “aljabar” berasal dari kata Arab “al-jabr” yang berasal dari
kitab “Al-Kitab aj-jabr wa al-Muqabala” (yang berarti “The Compendious Book on Calculation by
Completion and Balancing”) Yang ditulis oleh matematikawan Persia Muhammad ibn Musa Al-
Khawarizmi. Kata “Al-Jabr” sendiri sebenarnya berarti penggabungan (reunion). Matematikawan Yunani
di zaman Hllenisme, Diophantus, secara tradisional dikenal sebagai “Bapak Aljabr”, walaupun sampai
sekarang masih diperdebatkan, tetapi ilmuwan yang bernama R Rashed dan Angela Armstrong dalam
karyanya bertajuk The Development of Arabic Mathematics, menegaskan bahwa Aljabar karya Al-
Khawarizmi memiliki perbedaan yang signifikan dibanding karya Diophantus, yang kerap disebut-sebut
sebagai penemu Aljabar. Dalam pandangan ilmuwan itu, karya Khawarizmi jauh lebih baik di banding
karya Diophantus.

Al-Khawarizmi yang pertama kali memperkenalkan aljabar dalam suatu bentuk dasar yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan konsep aljabar Diophantus lebih cenderung
menggunakan aljabar sebagai alat bantu untuk aplikasi teori bilangan.

Para sajarawan meyakini bahwa karya al-Khawarizmi merupakan buku pertama dalam sejarah di
mana istilah aljabar muncul dalam konteks disiplin ilmu. Kondisi ini dipertegas dalam pembukuan,
formulasi dan kosakata yang secara teknis merupakan suatu kosakata baru.

Ilmu pengetahian aljabar sendiri sebenarnya merupakan penyempurnaan terhadap pengetahuan yang
telah dicapai oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Kedua bangsa tersebut telah memiliki catatan-catatan yang
berhubungan dengan masalah aritmatika, aljabar dan geometri pada permulaan 2000 SM. Dalam
bukuArithmetica of Diophantus terdapat beberapa catatan tentang persamaan kuadrat. Meskipun demikian
persamaan yang ada belum terbentuk secara sistematis, tetapi terbentuk secara tidak sengaja melalui
penyempurnaan kasus-kasus yang muncul. Karena itu, sebelum masa al-Khawarizmi, aljabar belum
merupakan suatu objek yang secara serius dan sistematis dipelajari[2].

3. Tokoh-tokoh Dalam Mengembangkan Aljabar

a. Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi, Ia adalah yang pertama kali yang mencetus Al-Jabar dalam
bukunya dengan judul “Al-kitab al-jabr wa-l-Muqabala” kitab ini merupakan karya yang sangat
monumental pada abad ke-9 M. ia merupakan seorang ahli matematika dari Persia yang dilahirkan pada
tahun 194 H/780 M, tepatnya di Khawarizm, Uzbeikistan.

b. Al-Qalasadi dalam mengembangkan matematika sungguh sangat tak ternilai. Ia sang matematikus Muslim
di abad ke-15, kalau tanpa dia boleh jadi dunia dunia tak mengenal simbol-simbol ilmu hitung. Sejarang
mencatat, al Qalasadi merupakan salah seorang matematikus Muslim yang berjasa memperkenalkan
simbol-simbol Aljabar. Symbol-simbol tersebut pertama kali dikembangkan pada abad 14 oleh Ibnu al-
Banna kemudian pada abad 15 dikembangkan oleh al-Qalasadi, al-Qalasadi memperkenalkan symbol-
simbol matematika dengan menggunakan karakter dari alphabet Arab[3].

Ia menggunakan wa yang berarti “dan” untuk penambahan (+), untuk pngurangan (-), al-Qalasadi
menggunakan illa berarti “kurang”. Sedangkan untuk perkalian (x), ia menggunakan fi yang berarti “kali”.
Simbol ala yang berarti ”bagi” digunakan untuk pembegian (/).

c. Nikolai Ivanovich Lobachevsky (1 Desember 1792 – 24 Februari1856) adalah matematikawan Rusia. Ia


terutama dikenal sebagai orang yang mengembangkan geometri non-Euclides(independen dari hasil
karya János Bolyai) yang diumumkannya pada 23 Februari 1826, serta metode hampiranakar persamaan
aljabar yang dikenal dengan nama Metode Dandelin-Gräffe

d. Sharaf al-Dīn al-Muẓaffar ibn Muḥammad ibn al-Muẓaffar al-Ṭūsī (1135-1213) adalah
matematikawan dan astronom Islam dari Persia. Sharif al-Din mengajar berbagai topik matematika,
astronomi dan yang terkait, seperti bilangan, tabel astronomi, dan astrologi. Al-Tusi menulis beberapa
makalah tentangaljabar. Dia memberikan metode yang kemudian dinamakan sebagai metode Ruffini-
Horner untuk menghampiri akarpersamaan kubik. Meskipun sebelumnya metode ini telah digunakan oleh
para matematikawan Arab untuk menemukan hampiran akar ke-n dari sebuah bilangan bulat, al-Tusi
adalah yang pertama kali yang menerapkan metode ini untuk memecahkan persamaan umum jenis ini.
Dalam Al-Mu'adalat(Tentang Persamaan), al-Tusi menemukan solusi aljabar dan numerik dari persamaan
kubik dan yang pertama kali menemukan turunan polinomial kubik, hasil yang penting dalam kalkulus
diferensial

e. Omar Khayyam, ilmuwan yang berasal dari Persia ini membangun Aljabar Geometri dan menemukan
bentuk umum geometri dari persamaan kubik.

f. Kowa Seki ilmuwan yang berasal dari Jepang pada abad 17, ia mengambangkan tentang determinan.

g. Robert Recorde adalah seorang yang memperkenalkan tanda “=” yang terdapat dalam bukunya yang
berjudul “The Whetstone of Witte” pada tahun 1557.[4]
4. Klasifikasi dari Aljabar

Aljabar secara garis besar dapat dibagi dalam beberapa kategori berikut ini:

a. Aljabar Elementer, yang mempelajari sifat-sifat operasi pada bilangan riil direkam dalam symbol sebagai
konstanta dan variabel, dan aturan yang membangun ekspresi dan persamaan matematika yang melibatkan
simbol-simbol. (bidang ini juga mencakup materi yang biasanya diajarkan di sekolah menengah)

Aljabar Elementer adalah bentuk paling dasar dari Aljabar, yang diajarkan pada siswa yang belum
mempunyai pengetahuan Matematika apapun selain daripada Aritmatika Dasar. Meskipun seperti dalam
Aritmatika, di mana bilangan dan operasi Aritmatika (seperti +, -, x, ) muncul juga dalam aljabar, tetapi
disini bilangan seringkali hanya dinotasikan dengan symbol (seperti a, x, y, ). Hal ini sangat penting sebab:
hal ini mengijinkan kita menurunkan rumus umum dari aturan Aritmatika (seperti a + b = b + a untuk
semua a dan b), dan selanjutnya merupakan langkah pertama untuk penelusuran yang sistematik terhadap
sifat-sifat sitem bilangan riil.

Dengan menggunakan symbol, alih-alih menggunakan bilangan secara langsung, mengijinkan kita untuk
membangun persamaan matematika yang mengandung variable yang tidak diketahui (sebagai contoh
“Carilah bilangan x yang memenuhi persamaan 3x+1=10”) . Hal ini juga mengijinkan kita untukmembuat
relasi fungsional dari rumus-rumus matematika tersebut (sebagai contoh “Jika anda mnjual x tiket,
kemudian anda mendapat untung 3x -10 rupiah, dapat dituliskan sebagaif(x) = 3x – 10, dimana f adalah
fungsi dan x adalah bilangan dimana fungsi f bekerja”)[5]

b. Aljabar Abstrak, kadang-kadang disebut Aljabar Modern, yang mempelajari Stuktur Aljabar semacam
Grup, ring dan Medan (fields) yang didefinisikan dan diajarkan secara aksiomatis.

c. Aljabar Linier, yang mempelajari sifat-sifat khusus dari Ruang Vektor (termasuk Matrik)

d. Aljabar Universal, yang mempelajari sifat-sifat bersama dari semua Stuktur aljabar.

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Aljabar

[2] Al-khwarizmi dan pemikirannya dalam bidang matematika, Muhammad Sabirin hal : 694-695

[3] www.suaramedia.com

[4] Wahyudin, Sudrajat. ”Ensiklopedi Matematika untuk SLTP. Tarity Samudra Berlian 2003.
jakarta hal.104

[5] www.suaramedia.com yang ditulis oleh Alexander pada bulan maret 2009

http://aby-matematika.blogspot.com/2011/08/sejarah-aljabar.html
TEORI ALJABAR AL-KHAWARIZMI
Riana Afliha Eka Kurnia

ABSTRACT

Islam generates leaders and scientists who influence and contribute greatly to the development of science. One of them is Al-Khwarizmi who is known as a
scientist in the field of mathematics. He also produced many other works in the scientific world. Field of education has demonstrated that al-Khwarizmi was a
prominent Islamic scientist. His knowledge and expertise not only in the field of Shari’ah but also in the fields of philosophy, logic, arithmetic,geometry, music,
arithmetic, Islamic history and chemistry. His work is very fonumental and it’s very well known, namely calculation and algebra. His prominent role in
arithmatics of which he gave the cornerstone in mathematics combining arithmatichs and algebra forms and he introduced hindu’s numerical system to Europe.
For his work, he is well known in moslem and westen works of knowledge. He is named as the Father of Algebra.

Islam banyak melahirkan tokoh-tokoh dan ilmuwan yang memberi pengaruh dan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah
Al-Khawarizmi dikenal sebagai ilmuwan di bidang matematika. Beliau juga banyak menghasilkan karya-karya lain dalam dunia ilmu penge- tahuan. Dalam
pendidikan telah dibuktikan bahwa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam
bidang syari’at tapi di dalam bidang Falsafah, Logika, Aritmatika, Geometri, Musik, Ilmu Hitung, Sejarah Islam dan Kimia. Karyanya yang sangat fonumental
dan sangat terkenal,di bidang matematika, yaitu mengenai perhitungan dan Aljabar. Kiprah Al-Khawarizmi yang paling menonjol memang dalam bidang
Aritmatika, yaitu memberi dasar dan tonggak dalam matematika, menggabungkan bentuk-bentuk Aritmatika dan Aljabar, serta me- ngenalkan bilangan-bilangan
Hindu ke benua Eropa. Atas jasanya itu beliau hingga sekarang sangat dikenal, baik di dunia ilmu pengetahuan Islam dan Barat. Atas karyanya di bidang
Matematika tersebut beliau akhirnya di beri gelar Bapak Aljabar.

http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/juridic/article/view/2170

Alamat Penerbit: Gedung Fakultas Syariah


Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang-Jawa Timur, Indonesia
Jl. Gajayana No. 50, 65144 Malang
Telp./Fax.: +62 341 551354
Email: syariah@uin-malang.ac.id

ISSN: 2086-7549

Anda mungkin juga menyukai