Anda di halaman 1dari 3

Artikel Singkat Konsep Aljabar

“Sejarah Yang Berhubungan Dengan Konsep Aljabar”

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Matematika yang diampu oleh:

Dr. Hj. Rini Setianingsih, M. Kes.

Disusun Oleh:

Dewi Isarotur Rohmah 18030174058 / 2018C

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2019
Pendahuluan
Aljabar merupakan salahsatu materi dan bahan ajar dalam Matematika. Membicarakan
matematika, tentunya kita tidak akan lepas dengan hal itu. Dalam kehidupan
sehari-hari, kita selalu saja menjumpai masalah yang terkait dengan Matematika.
Dalam jual beli kita bisa dengan mudah menemukan persoalan Aljabar. Walau secara
tidak sadar, kita tidak mengetahui hal tersebut.

Dalam era saat ini banyak siswa yang mengeluhkan materi Aljabar. Beranjak dari hal
tersebut, materi Aljabar selalu diusahakan disajikan dalam bentuk yang mudah dan
menyenangkan. Tidak seperti konsep Aljabar yang masih rumit seperti zaman dahulu.

Lalu bagaimana dengan konsep Aljabar dimasa lalu ?. Artikel ini akan membahas
secara singkat terkait sejarah Aljabar yang dihubungkan dengan konsep Aljabar saat
ini.

Sejarah dan Konsep Aljabar


Istilah Aljabar berasal dari kata Arab Al-Jabr yang berasal dari Kitab “Al-Kitab
Aj-Jabr wa al-Muqabala” yang berarti “Buku Lengkap tentang Penghitungan dengan
Menyelesaikan dan Menyeimbangkan”. Buku ini ditulis oleh Matematikawan Persia
Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi. Kata Al-Jabr sendiri sebenarnya berarti
penggabungan .

Selain dari Kitab “Al-Kitab Aj-Jabr wa al-Muqabala”, Al-Khawarizmi juga menulis


dikitab lainnya yaitu kitab “Al-jam wa’l-tafriq bi-hisab al-Hid” yang ditulis antara
tahun 813- 833 berkait dengan teori persamaan linier dan kuadrat dengan satu variabel
yang tak diketahui, sebagaimana dasar perhitungan yang terkait bilangan binominal
dan trinominal.

 Bagian pertama tulisan Al-Khwarizmi menekankan teori-teori yang berkait


dengan subyeknya, memberi pengertian terhadap terminologi penulisan dan
konsep penulisan.

 Bagian kedua, lebih menekankan pada prosedur normal yang memperbolehkan


penggunaan perhitungan praktis untuk direduksi dengan dasar-dasar aljabar.

 Bagian akhir berkaitan dengan aplikasi aljabar didalam bidang perdagangan,


penelitian lapangan, pengukuran geometri, dan aplikasi hukum waris Islam.

Dalam karya Algebra, ia gunakan istilah jadhr (root) yang berasal dari istilah
radix/root, untuk penekanan awal. Menurut David E. Smith, ide pencatuman kata
’akar’ dalam istilah matematika awalnya selalu ditulis dalam tulisan Arab.

Terjemah edisi Latin menyebut radix sebagai istilah umum warisan peradaban
Romawi yaitu Latus. Radix (root) berasal dari kata jadhr dalam bahasa Arab, sedang
Latus (side) merupakan sisi dari suatu persegi geometri. Istilah ini tak memiliki
sinonim dalam bahasa Yunani. Al-Khwarizmi menggunakan istilah mal(harta) yang
dimaksud adalah pengganti square(sesuatu ) yang tak dapat diketahui meski
terkadang digunakan untuk pengganti istilah thing (sesuatu). Persamaan lain yang
digunakan secara khusus adalah istilah simple number yang disebut sebagai dirham
(mata uang Arab).

Dengan menggunakan ketiga istilah tersebut, Al-Khwarizmi membuat dalil bahwa


semua jenis masalah yang ada dapat digolongkan pada salah satu dari enam persamaan
dasar seperti di bawah ini:

1. Akar sama dengan bilangan (bx = c).

2. Mal sama dengan akar (ax2 = bx).

3. Mal sama dengan bilangan (ax2 = c).

4. Bilangan dan mal sama dengan akar (c + ax2 = bx).

5. Bilangan sama dengan akar ditambah mal (c = bx + ax2).

6. Mal sama dengan bilangan ditambah akar (ax2 = c + bx).

Keenam persamaan tersebut menunjukkan bahwa Al-Khwarizmi tidak mengenal


keberadaan bialangan negatif atau bilangan nol sebagai suatu koefisien. Al-Khwarizmi
mengatakan bahwa terdapat dua hasil dari akar quadrat, tetapi ia hanya menuliskan
nilai positif, yang mungkin dapat menjadi hasil irasional.

Al-Khwarizmi membuat aturan (aljabar dan al-muqabalah) untuk menyelesaikan


masing-masing dari keenam persamaan diatas untuk menyederhanakan persoalan
terhadap masing-masing bentuk persamaan. Dalam bahasa matematika ,istilah aljabar
lebih cenderung mengacu kepada pengertian suatu nilai positif, seperti contoh di dalam
aljabar : x 2  40 x  4 x 2 dapat diubah menjadi bentuk aljabar 5 x 2  40 x

Contoh lain dari buku Al-Khwarizmi adalah: 50 + x 2 = 29 + 10x

Dengan proses al-muqabalah, direduksi menjadi 21 + x 2 = 10x.

Kedua operasi tersebut digabungkan dengan operasi aritmatika seperti perkalian,


penjumlahan, pengurangan, dan pembagian dari bilangan nominal dan binominal.

Selanjutnya dari buku tersebut Al-Khwarizmi memberi contoh penyelesaian bentuk


ketiga yang digabung dengan persamaan quadrat, serta jenis persamaan yang berbeda
dengan bantuan angka-angka yang memakai ide keseimbangan permukaan atau
umumnya siswa saat ini mengatakan sebagai ruas kanan ruas kiri.

Anda mungkin juga menyukai