Anda di halaman 1dari 36

PENUGASAN

MATEMATIKA

DISUSUN OLEH

NAMA : ARIE FRISDYAN

KELAS : XII PH 1

SMK NEGERI 3 PANGKALPINANG


2023
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi

Muhammad bin Musa al-Khawarizmi adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan
geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwarizm (sekarang Khiva, Uzbekistan)
dan wafat sekitar tahun 850. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah
Kehormatan di Baghdad.
Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan
notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika
beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran
Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus
sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.

Kontribusi beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan. Kata
Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan
notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan logaritma diambil dari
kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa
Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.
Beberapa buku beliau yang terkenal, yaitu al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala
(Buku Rangkuman Kalkulasi dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan) adalah buku matematika
yang ditulis tahun 830.
Buku tersebut merangkum definisi aljabar. Buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin
berjudul Liber algebrae et almucabala oleh Robert of Chester (Segovia, 1145) dan juga oleh Gerard
of Cremona.
Metode beliau dalam menyelesaikan linear dan notasi kuadrat dilakukan dengan meredusi notasi ke
dalam 6 bentuk standar (dimana b dan c adalah angka positif)

 Angka ekual kuadrat (ax2 = c)


 Angka ekual akar (bx = c)
 Kuadrat dan akar ekual (ax2 + bx = c)
 Kuadrat dan angka akar ekual (ax2 + c = bx)
 Akar dan angka kuadrat ekual (bx + c = ax2)
 Kuadrat ekual akar (ax2 = bx)
Dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi aljabar
(penyimpanan atau melengkapkan) dan al-muqābala (menyeimbangkan). Aljabar adalah proses
memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan nilai yang sama di
kedua sisi. Contohnya, x2 = 40x – 4x2 disederhanakan menjadi 5x2 = 40x. Al-muqābala adalah proses
memberikan kuantitas dari tipe yang sama ke sisi notasi. Contohnya, x2 + 14 = x + 5 disederhanakan
ke x2 + 9 = x.
Buku kedua besar beliau adalah tentang aritmatika, yang bertahan dalam Bahasa Latin, tapi hilang
dari Bahasa Arab yang aslinya. Translasi dilakukan pada abad ke-12 oleh Adelard of Bath, yang juga
menerjemahkan tabel astronomi pada 1126.

Pada manuskrip Latin,biasanya tak bernama,tetapi umumnya dimulai dengan kata: Dixit
algorizmi (Seperti kata al-Khawārizmī), atau Algoritmi de numero Indorum (al-Kahwārizmī pada
angka kesenian Hindu), sebuah nama baru di berikan pada hasil kerja beliau oleh Baldassarre
Boncompagni pada 1857. Kitab aslinya mungkin bernama Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-
Hind (Buku Penjumlahan dan Pengurangan berdasarkan Kalkulasi Hindu)
Buku ketiga beliau yang terkenal adalah Kitāb ṣūrat al-Arḍ (Buku Pemandangan
Dunia atau Kenampakan Bumi diterjemahkan oleh Geography), yang selesai pada 833 adalah revisi
dan penyempurnaan Geografi Ptolemeus, terdiri dari daftar 2402 koordinat dari kota-kota dan tempat
geografis lainnya mengikuti perkembangan umum.
Hanya ada satu copi dari Kitāb ṣūrat al-Arḍ, yang tersimpan di Perpustakaan Universitas
Strasbourg. Terjemahan Latinnya tersimpan di Biblioteca Nacional de España di Madrid. Judul
lengkap buku beliau adalah Buku Pendekatan Tentang Dunia, dengan Kota-Kota, Gunung, Laut,
Semua Pulau dan Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi berdasarkan
pendalaman geografis yamg ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius.
Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang menulis pengaruh
lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sanagat bermanfaat untuk
menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan praktis. Baik dalam
salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena itu, Hubert Daunicht
merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat. Ia berusaha mencari pendekatan yang
mirip dengan peta tersebut.
Cabang Ilmu Matematika dan Penjelasannya

Matematika merupakan ilmu hitung yang sering digunakan ke dalam kehidupan sehari-
hari.
Para ahli mengelompokkan matematika kedalam beberapa cabang ilmu matematika.
Berikut beberapa cabang ilmu matematika yang dapat dipelajari di sekolah, yaitu:
1. Aritmatika
Aritmatika merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari matematika modern.

Biasanya materi yang diajarkan dalan arimatika yaitu mengenai teori bilangan, aritmatika
sosial, FPB, KPK, barisan dan deret.

2. Logika
Logika merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari mengenai gabungan dari
ilmu berpikir dengan pembuktian, maka dari itu hasil yang didapat harus sesuai dengan
bukti yang valid.

Materi yang diajarkan dalam logika biasanya berupa induksi matematika, logika
matematika dan ilmu himpunan.

3. Aljabar
Aljabar merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari hubungan antara simbol x
dengan y dan rumus matematika agar dapat hasil dari persamaan.

Biasanya materi dalam aljabar yang diajarkan berupa persamaan dan


pertidaksamaan, fungsi kuadrat, aljabar dasar dan logaritma.
4. Geometri Dimensi Dua
Geometri dimensi dua merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari mengenai
unsur, bangun ruang dan perhitungan bangun datar.

Dalam geometri dimensi dua biasanya akan lebih berfokus dalam aspek sudut, garis dan
bangun datar.

5. Geometri Koordinat
Geometri koordinat atau biasa disebut dengan geometri analisis merupakan cabang ilmu
matematika yang mempelajari mengenai geometri dengan teori aljabar.

Biasanya dalam geometri koordinat menggunakan sebuah sistem yang bernama sistem
kartesius sehingga sering dikatakan sebagai seni menentukan koordinat.

6. Trigonometri
Trigonometri merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari mengenai teori
kesebangunan ruang terutama segitiga.

Dalam trigonometri akan mengenal istilah sinus, cosinus, tangen, secan, cosecan, dan
cotangen.

7. Geometri Dimensi Tiga


Geometri dimensi tiga merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari mengenai
pengukuran bangun ruang.
Bangun ruang tersebut seperti balok, kubus, prisma, kerucut, bola, limas dan tabung.
Biasanya dalam geometri dimensi tiga akan mencari titik tembus, geometri sudut,
geometri jarak, irisan dan penampang.

8. Matriks
Matriks merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari mengenai teknik
penyusun bilangan, simbol atau unsur numerik lainnya. Dalam unsur matrik disebut
dengan elemen atau anggota matriks.

9. Vektor
Vektor merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari mengenai besaran jarak
yang ditempuh.

Objek dalam vektor memiliki besaran, arah dan dapat dipanjangkan dengan vektor
lainnya.

Untuk mengukur vektor dapat digunakan aljabar seperti penambahan, pengurangan, cross
atau dot product.
10. Transformasi Geometri
Transformasi geometri merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari penentuan
titik koordinat.

Penentuan titik koordinat dilakukan untuk menentukan posisi baru dalam sebuah bidang.
Biasanya dilakukan dengan cara translasi, refleksi, rotasi, dilatasi atau regangan.

11. Kalkukus
Kalkulus merupakab cabang ilmu matematika yang mempelajari mengenai perubahan
unsur dalam matematika. Perubahan unsur matematika berfokus dalam limit, integral,
turunan dan deret tak terhingga. Kalkulus dibagi menjadi dua jenis, yaitu kalkulus
differensial dan kalkulus integral. Kalkulus differensial berfokus pada nilai turunan dari
suatu fungsi, sedangkan kalkulus integral berfokus pada penjumlahan yang
berkesinambungan.
12. Peluang
Peluang merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari suatu kemungkinan yang
akan terjadi. Media dari peluang seperti kartu, dadu, atau bola yang keluar.

Dengan mempelajari materi peluang, maka dapat memperkirakan kemungkinan dalam


memenangkan suatu permainan.

13. Statiska
Statiska merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari pengolahan data.

Statiska dibagi menjadi dua jenis, yaitu data tunggal dan data berkelompok.

Data tunggal merupakan data yang tidak terdapat interval diantara nilai yang dihitung
sedangkan data berkelompok merupakan data yang terdapat interval diantata nilai yang
dihitung.

Dalam statiska ada beberapa istilah yang wajib diketahui, yaitu mean (nilai rata-rata),
modus (nilai yang paling sering muncul) dan median (nilai tengah).
Sejarah dan Cerita di Balik Teorema Pythagoras

Sejarah penemuan teorema Pythagoras. Pembuktian teorema Pythagoras dibahas tuntas, hingga
perkembangannya dari versi awal menjadi versi modern. sebuah rumus yang mungkin udah ga
asing lagi bagi sebagian besar pembaca Zenius Blog. Sebuah rumus yang udah diajari sejak
kalian duduk di bangku SMP. Sebuah rumus yang keliatannya simpel tapi
ternyata powerful banget lho. Yep, sesuai judul artikel, kali ini gue akan bercerita tentang rumus
Pythagoras. Untuk selanjutnya, gue akan sebut Teorema Pythagoras ya.

NB: Teorema adalah suatu pernyataan yang bisa dibuktikan kesahihannya. Rumus
adalah representasi matematis dari suatu teorema.
Buat refresh ingatan lu sedikit, apa itu teorema Pythagoras? Teorema Pythagoras adalah suatu
pernyataan mengenai relasi atau hubungan sisi-sisi dalam suatu segitiga siku-siku. Misalkan kita
diberikan sebuah segitiga siku-siku sebagai berikut:

Teorema Pythagoras mengatakan bahwa dalam suatu segitiga siku-siku, jumlah kuadrat dari
sisi-sisi yang saling tegak lurus sama dengan kuadrat dari sisi miringnya.

Secara matematis, kita bisa bilang bahwa untuk segitiga siku-siku seperti pada gambar diatas,
persamaan ini berlaku:
Kita masuk ke contoh sederhana deh. Misalkan, pak Made ingin membuat wahana flying
fox seperti skema segitiga siku-siku yang terlihat di bawah ini.

Ilustrasi cara mencari sisi miring dalam phytagoras.

Tinggi menara adalah 30 m. Jarak dari menara ke dataran seberang adalah 40 m. Berapakah
panjang tali yang diperlukan pak Made untuk dipasang dari atas menara, menyusuri perairan ke
dataran seberang? Walah, gampanglah soal ini buat lu.

Misalkan a adalah tinggi menara, b adalah jarak antara menara dan dataran di seberangnya,
dan c adalah panjang tali flying fox yang diperlukan. Dengan teorema Pythagoras, kita dapat:

(c)² = (a)² + (b)²


(c)² = (30)² + (40)²
(c)² = 900+1600
(c)² = 2500
c = 50

Karena panjang selalu bernilai positif, kita ambil c = 50. Jadi, panjang tali yang diperlukan pak
Made adalah 50 m.

Keliatannya simpel yah. Tapi perhitungan jarak pada hubungan sisi-sisi segitiga ini pastinya
banyak kita temukan di berbagai aspek kehidupan. Oleh karenanya, teorema Pythagoras menjadi
fondasi trigonometri. Teorema Pythagoras menjadi dasar perhitungan buat teorema-teorema lain
di matematika, khususnya trigonometri. Dan tanpa trigonometri, kita tidak akan punya banyak
hal yang membentuk peradaban manusia sekarang. Tanpa trigonometri, tidak akan ada sains,
arsitektur, ilmu kelautan, astronomi, bahkan ga akan ada tuh rumah, mobil, komputer, dan
berbagai teknologi modern yang kita nikmati sekarang.

Nah, ada beberapa cerita menarik di balik sebuah teorema sederhana yang membangun
peradaban kita ini. Ternyata eh ternyata:
(1) Bukan Pythagoras yang pertama kali menemukan perhitungan ini

(2) Teorema Pythagoras yang kita ketahui sekarang berbeda dengan pernyataan teorema
Pythagoras ketika Pythagoras hidup pada zaman Yunani kuno.

Waduh, siapa dong yang nemuin? Kalo bukan dia yang nemuin, kok bisa nama Pythagoras yang
dipake untuk teorema ini? Trus gimana lagi tuh ceritanya teorema Pythagoras bisa berubah?

Oke, pada artikel ini gue akan bercerita tentang seluk-beluk teorema Pythagoras. Bagaimana
teorema ini bisa dinamai Pythagoras? Bagaimana pula perkembangannya dari awal hingga versi
yang kita sering pake di masa sekarang? Buat lu yang ngakunya pecinta Matematika, lu wajib
banget baca artikel ini sampe habis. Artikel ini juga sangat gue rekomendasikan buat lu yang lagi
melatih skill pembuktian rumus. Langsung aja ya.
Terus kenapa malah Pythagoras yang mendapatkan “penghargaan” dan namanya dipake untuk
menamai perhitungan relasi antar segitiga siku-siku?

Pythagoras mendapat kredit/penghargaan atas teorema ini karena dia dianggap sebagai orang
yang membawa pengetahuan tersebut ke peradaban Yunani yang selanjutnya menjadi pusat ilmu
pengetahuan pada zamannya.

Pythagoras juga diusung sebagai yang pertama kali berhasil mendokumentasikan


serta membuktikan teorema ini secara sistematis. Saking senengnya doi ketika berhasil
membuktikan perhitungan ini, menurut legenda, Pythagoras sampe mengorbankan 100 ekor sapi!
Sejak saat itu, pengetahuan relasi antar sisi-sisi segitiga siku-siku disebut sebagai Teorema
Pythagoras.
Matematika dalam Ilmu Astronomi

Di masa-masa keemasannya, dunia Islam telah melahirkan berbagai tokoh yang tidak hanya alim
dalam ilmu agama, tetapi juga piawai dalam ilmu-ilmu umum, seumpama Astronomi dan
Matematika. Di antaranya, kita mengenal Jabir bln Sinan al- Battani, ulama pionir Trigonometri
dan penemu hukum Sinus dan Cosinus, Omar Kayyam yang bemama lengkap Ghiyath al-Din
Abu al-Fath Umar ibn lbrahim al-Nisaburi al-Khayyami, seorang cendekiawan muslim pakar
bidang astronomi, sastra, dan matematika. Karyanya Rubaiyah di bidang sastra sangat terkenal,
begitu pula karya monumentalnya di bidang matematika (aljabar) Treatise on Demonstration of
Problems of Algebra. Kemudian, Al-Khawarizmi yang bemama lengkap Muhammad ibn Musa
Al-Khawarizmi, seorang ilmuwan muslim kelahiran Khawarizm, Iran. Al-Khawarizmi dikenal
sebagai ahli di bidang astronomi, geografi, dan matematika. la luga dikenal sebagai pencetus
angka 0 dan mengenalkan sistem notasi desimal serta tanda pengkalian dua sebagaimana yang
dipakai sekarang.

Ilmu di dalam Islam memiliki sifat Universal, karena sifat dasarnya telah berhasil menghindari
terjadinya pertentangan antara wahyu dan akal. Islam dengan sumber pokoknya Al-Quran adalah
agama yang amat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan. Dikotomi ilmu-ilmu agama
versus ilmu umum, ilmu dunia versus ilmu akhirat, dan sejenisnya, pada praktiknya lebih banyak
memberi dampak negatif dari pada positif. Menurut Mulyadi hal ini cenderung mengarah pada
terbentuknya kepribadan terbelah (split personality), dan secara komunal, mengarah pada
terciptanya disintegrasi kebudayaan dan peradaban.
Kajian tentang konsep integrasi keilmuan juga sudah dicanangkan oleh berbagai Universitas
Islam Negeri di Indonesia, bahwa Sesungguhnya konsep integrasi keilmuan di masing-masing
UIN di-Indonesia secara substansial adalah sama, yakni memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu
umum dan menghilangkan dikotomi antar dua keilmuan tersebut.

Sekarang kita akan membahas lebih spesifik yaitu Integrasi Matematika dan Astronomi yang
memiliki hubungan satu sama lain dan memiliki fungsi yang sangat banyak terkait Ibadah umat
Islam dan juga kehidupan sehari-hari. Ilmu-ilmu Matematika, yang pada hakikatnya merupakan
studi tentang pengukuran, merupakan bidang kedua setelah metafisika, dan ia dibagi, misalnya,
oleh Ibn Khaldun (w. 1402) ke dalam empat subdivisi :

1. Geometri, yaitu cabang matematika yang mengkaji tentang kuantitas (pengukuran-


pengukuran) secara umum, yang bisa bersifat terputus (discontinous) karena terdiri
dari angka-angka atau berkesinambungan, seperti figur-figur geometris. Mereka
bisa bersifat satu dimensi, seperti garis, atau tiga dimensi, seperti benda-benda
padat matematis (mathematichal solid). Pengukuran-pengukuran dan sifat-sifat
yang mereka miliki, baik oleh mereka sendiri atau dalam bentuk gabungan dengan
yang lain inilah yang dipelajari dalam geometri.
2. Aritmetika, yaitu cabang Matematika yang mempelajari sifat-sifat esensial dan
aksidental dari jumlah yang terputus, yang disebut bilangan (number)
3. Musik, yakni cabang Matematika yang mempelajari proporsi suara dan bentuk-
bentuk (modus)nya dan pengukuran-pengukuran numerik mereka. Hasilnya adalah
pengetahuan tentang melodi-melodi musik
4. Astronomi, yaitu cabang matematika yang menetapkan bentuk-bentuk bola langit,
menentukan posisi dan jumlah dari setiap planet dan bintang tetap, dan
memungkinkan kita untuk mempelajari hal-hal tersebut dari gerak-gerak samawi
yang bisa kita lihat dari benda-benda langit sferik, presisi mereka dan resesinya.
Setiap cabang Matematika memiliki subdivisinya masing-masing, Namun pada tulisan ini kita
akan lebih banyak membahas pada subdivisi yang keempat yaitu Astronomi. Astronomi
memiliki satu subdivisi yaitu daftar-daftar astronomis. Ini semua didasarkan pada kalkulasi
sesuai dengan kaidah-kaidah aritmetika. Disiplin ini berkaitan dengan alur gerakan-gerakan yang
khas bagi setiap bintang dan dengan karakter gerakan tersebut, cepat, lambat, langsung dan
sebagainya, sebagaimana yang dibuktikan oleh alat-alat astronomi. Ia berguna untuk
menunjukkkan posisi-posisi bintang dalam lingkaran mereka pada waktu tertentu, dengan cara
menghitung gerak-gerak mereka sesuai dengan kaidah kaidah yang dikembangkan oleh karya-
kakarya astronomis.

Gambar: Koordinat Bola Langit (Sumber: Internet)


Astronomi sebagai khazanah keilmuan di dalam Islam sering pula disebut sebagai ‘ilm al-hai’ah,
‘ilm al-ḥisāb, ‘ilm al-miqāt dan ‘ilm al-falak. Namun dari istilah-istilah tersebut, ilmu falak lebih
populer sebagai sinonim dari Astronomi. Kata falak sendiri berasal dari bahasa Arab yang
mempunyai persamaan makna dengan kata madār atau orbit. Di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, falak diartikan sebagai lingkaran langit atau cakrawala. Dilihat dari sisi
terminologis, astronomi adalah ilmu yang mempelajari tentang gerakan-gerakan bintang tetap
dan planet-planet. Farid Wajdi mendefinisikannya sebagai ilmu tentang lintasan benda-benda
langit, matahari, bulan, bintang, dan planet-planetnya. Senada dengan dua definisi
tersebut, Almanak Hisab Rukyat menyatakan astronomi sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari lintasan benda-benda langit, seperti matahari, bulan, bintang bintang, dan benda-
benda langit lainnya dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit tersebut
serta kedudukannya dari benda-benda langit lainnya.
Berdasarkan rumusan definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa objek formal Astronomi adalah
benda-benda langit, sedangkan objek materialnya adalah lintasan dari benda-benda langit
tersebut. Sehingga dapat dinyatakan bahwa ada beberapa ilmu yang mempunyai objek formal
yang sama dengan astronomi, tetapi berbeda dalam objek materialnya. Di antara ilmu-ilmu yang
juga mengkaji benda-benda langit adalah astrologi, astrofisika, astromekanik, kosmografi, dan
kosmologi.

Penelitian Astronomi mengarahkan perhatiannya pada cara benda-benda angkasa tersebut


bergerak. Langkah berikutnya melalui metode geometris mereduksi keberadaan dari bentuk-
bentuk tertentu dan posisi dari benda-benda (bola-bola) angkasa, yang membutuhkan kejadian-
kejadian tersebut yang dapat diserap oleh indera. Dengan ketepatan equinox, maka astronomi
dapat membuktikan bahwa pusat bumi tidak sama dengan pusat bola matahari. Demikian juga
dari gerak langsung dan mundur (retrogate) bintang-bintang, astronomi menyimpulkan adanya
bola-bola kecil (epicycles) yang mengelilingi bintang-bintang atau planet-planet yang bergerak di
dalam bola lingkaran mereka yang besar. Ia juga dapat membuktikan adanya sebuah bintang
yang memiliki beberapa planet atau bulan yang mengitarinya.

Pengetahuan mengenai integrasi Matematika dan Astronomi diharapkan agar umat Islam tidak
terjebak dalam pemahaman dikotomis ilmu, agar memahami dan memposisikan bahwa
Matematika dan Astronomi merupakan satu kesatuan hierarkies yang tak terpisahkan antara satu
dengan yang lain dan dengan cabang-cabang ilmu lainnya. Semua cabang ilmu sejatinya berada
dan berasal dari akar yang sama yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
KONSEP DASAR MATEMATIKA (dalam Ekonomi & Bisnis)

Pendahuluan
Matematika merupakan suatu alat analisis yang digunakan dalam berbagai bidang
ilmu, salah satunya ilmu ekonomi. Karena fungsinya sebagai salah satu alat (analisis),
maka matematika bersifat pendukung. Keberadaan ilmu matematika diharapankan
dapat memudahkan seseorang memahami ilmu yang diperlajarinya. Misalnya dalam
ilmu ekonomi, perilaku pelaku ekonomi (konsumen) dimodelkan dalam sebuah fungsi
matematika, sebagai implikasi dari teori-teori yang ada (hukum permintaan, teori
utilitas dll). Ada beberapa kelebihan yang dimiliki matematika sebagai alat analisis,
seperti :

 “Bahasa” yang digunakan lebih ringkas dan tepat.


 Kaya akan dalil-dalil matematis sehingga mempermudah pemakaiannya.
 Mendorong kita untuk menyatakan asumsi-asumsi secara jelas.
 Memungkinkan penyelesaian kasus dengan n
Meskipun demikian, pemakaian matematika sebagai alat analisis juga tidak luput dari
kekurangan, salah satunya keterbatasan dalam hal asumsi yang dimiliki. Pemakaian
asumsi menjadi keharusan dalam matematika, hal ini terlalu menyederhanakan
permasalahan yang ada sehingga analsis terhadap permasalahan ekonomi terkadang
menjadi terlalu sempit. Selain itu, pendekatan matematika dalam ekonomi juga
mengharuskan segalanya dikuantitatifkan (numerikal). Memang pendekatan angka
(kuantitatif) lebih bersifat universal, tapi tidak segala sesuatu dapat didekati dengan
pendekatan angka.

Oleh karena itulah, pendekatan (alat analisis) dalam ilmu ekonomi seharusnya lebih
komperhensif, tidak sebatas pada pendekatan secara matematik saja, tetapi juga
memahami konteks keilmuan yang ada, sehingga analisis yang sifatnya kualitatif juga
dapat dilakukan.

Dalam memahami alat matematika untuk analisis ekonomi ada beberapa hal dasar
yang perlu dipahami, seperti: model matematika, bilangan, operasi aljabar, dan teknik-
teknik lainnya seperti penyederhanaan dan pemfaktoran.

Model Matematika
Dalam matematika, model biasanya direpresentasikan oleh persamaan/fungsi
matematis dan kurva/grafik. Dalam model matematik, ada beberapa unsur yang perlu
dikenalkan, seperti: variabel, parameter dan konstanta.

 Variabel diartikan sebagai sesuatu yang besarnya dapat berubah. Dalam ekonomi,
misalnya harga, laba, pendapatan, biaya dan lain-lain.
 Parameter biasa disebut sebagai koefisien dari suatu variabel. Singkatnya, angka
yang menjelaskan karakter suatu variabel.
 Konstanta merupakan besaran/angka yang nilainya tidak berubah. Contohnya k,

1000, dan lain-lain.


Sistem Bilangan
Penggunaan angka (bilangan) merupakan suatu keniscayaan di dalam matematika,
oleh karena itu setidaknya kita mengenal dengan baik kategorisasi/pengelompokan
bilangan itu sendiri. Guna memudahkan pengelompokan bilangan di bawah terdapat
Bagan Sistem Bilangan.

Awal mulanya jenis bilangan yang dikenal adalah bilangan asli, setelah itu kita
mengenal bilangan cacah dan akhirnya mengenal bilangan bulat. Bagan Sistem
Bilangan memulai dari keberadaab bilangan bulat (karena bilangan cacah dan asli
masuk dalam bilangan bulat) yang dilanjut dengan bilangan pecahan. Gabungan
antara bilangan bilangan bulat dengan pecahan disebut dengan bilangan rasional.
Setelah itu munculkah bilangan irrasional. Bilangan irrasional secara sederhana adalah
bilangan dalam bentuk desimal yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan,
misalnya . Gabungan bilangan rasional dan irrasional ini dikatakan sebagai bilangan
real (nyata). Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ditemukan juga

bilangan tidak nyata (imajiner), yaitu negatif akar ( ) yang biasa disimbolkan
dengan i.
 Bilangan Bulat : …., -2, -1, 0, 1, 2, ….
 Bilangan Pecahan :
 Bilangan Rasional : perbandingan antara dua bilangan bulat.
 Bilangan Irrasional : bilangan yang tidak dapat ditunjukkan sebagai perbandingan

dua bilangan bulat. Misalnya : , π, dll.


 Bilangan Nyata/Real : bilangan yang mengisi seluruh kekosongan antara bilangan
bulat.
 Bilangan Tak Nyata/Imajiner : merupakan akar dari bilangan negatif. Diyakini
keberadaannya tapi tidak diketahui posisinya dalam garis bilangan,

contohnya : , dll
Eksponen dan Radikal
Bilangan eksponen adalah bilangan berpangkat. Semua bilangan dapat dipangkatkan,
tetapi tidak semua bilangan dapat menjadi pangkat. Hanya bilangan rasional saja yang
dapat menjadi pangkat suatu bilangan.
Sifat-sifat Eksponen :

Operasi Aljabar
Operasi hitung yang dikenal dalam matematika ada empat; penjumlahan (+),
pengurangan (-), perkalian (x) dan pembagian (:). Selain operasi hitung dikenal pula
sifat-sifat yang terdapat dalam operasi hitung itu sendiri, seperti sifat komutatif,
assosiatif, distributif, dan lain-lain. Tidak semua sifat berlaku dalam operasi hitung.
Mungkin sifat tertentu hanya berlaku pada operasi tertentu saja dan operasi tertentu
hanya memiliki beberapa sifat saja. Berikut akan dijelaskan sifat-sifat pada operasi
aljabar.

 Komutatif.
Sifat atau hukum komutatif merupakan sifat yang berlaku pada operasi penjumlahan
dan perkalian. Dimana operasi kedua bilangan tidak ditentukan oleh urutannya.

 Assosiatif
Sifat atau hukum assosiatif digunakan pada operasi penjumlahan dan perkalian yang
terjadi pada lebih dari dua bilangan. Dimana hasilnya akan sama apabila operasi
bilangan dilakukan dengan urutan yang berbeda.

 Distributif
Sifat atau hukum distributif digunakan pada dua operasi yang berbeda.

 Pembatalan
Sifat pembatalan biasa digunakan untuk menyederhanakan operasi hitung pada
bilangan.

 Unsur Penyama
Jika suatu bilangan dioperasikan dengan suatu bilangan lain menghasilkan bilangan
itu sendiri, maka lain tersebut dikatakan sebagai unsur penyama bagi operasi hitung
tersebut. Misalnya bilangan 0 merupakan unsur penyama bagi penjumlahan dan
pengurangan. Sedangkan 1 merupakan unsur penyama bagi perkalian dan pembagian.
 Kebalikan
Jika suatu bilangan dioperasikan dengan bilangan lainnya menghasilkan unsur
penyamanya, maka bilangan lainnya itu merupakan kebalikan dari bilangan aslinya.

Pemfaktoran
Pemfaktoran merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menyederhanakan
pernyataan matematika. Suatu faktor adalah satu diantara pengali-pengali yang
terpisah dalam suatu hasil kali.

Proses pemfaktoran dimulai dengan cara mencari nilai-nilai bersama pada suatu
pernyataan matematika. Berikut contoh-contohnya :
SEJARAH DITEMUKAN DAN PERKEMBANGAN ANGKA NOL

Nah, bagi kamu yang merasa penasaran dengan angka nol siapa penemunya, ternyata kisahnya
cukup panjang loh, berikut ringkasannya.

Angka Nol Pertama Digunakan Bangsa Babilonia


Ternyata sudah digunakan sejak dulu oleh bangsa Babilonia. Angka tersebut digunakan sebagai
pembatas dan terjadi ketika 300 SM. Bangsa Babilonia ini tinggal di lembah Mesopotamia dan
awalnya mereka menggunakan angka nol dengan simbol dua garis miring sehingga bisa
digunakan untuk mewakili kolom nomor yang kosong.

Simbol tersebut digunakan untuk membedakan angka puluhan, ratusan, dan ribuan. Sekalipun
bangsa Babilonia sudah menggunakan angka 0 tetapi mereka belum memahami sifat-sifat dari
angka tersebut dengan baik. Sehingga angka nol masih belum memiliki nilai numerik secara
khusus.

Digunakan Bangsa Maya di Amerika Serikat


600 tahun kemudian akan juga ditemukan pada peradaban bangsa Maya yang jaraknya 12 mil
dari bangsa Babilonia. Bangsa ini hidup di Benua Amerika dan menggunakan angka 0 sebagai
sistem perhitungan kalender.

Nah, pada saat itu juga belum menggunakan simbol angka 0 dengan sempurna. Bangsa Maya
menggunakan simbol tersebut dengan bentuk mata. Sekalipun mereka sangat terkenal dan pandai
dalam bidang matematika, mereka tetapi mereka juga tidak memahami angka 0 untuk
menghitung persamaan.

Bisa dikatakan bahwa saat itu angka nol bukan sesuatu yang penting bagi bangsa Maya.

Menjadi Angka yang Memiliki Nilai Sendiri di India


Perkembangan angka 0 terus berlanjut sampai berkembang di India pada tahun 458 M. Konsep
tersebut pertama kali muncul dalam bentuk pengucapan pada sebuah persamaan matematika,
puisi, dan nyanyian.
Angka nol dalam bahasa Sansekerta disebut dengan kata “sunya”, dan menggunakan simbol
dalam beberapa kata, seperti “hampa”, “ruang”, atau bahkan “angkasa”. Kemudian
perkembangan tersebut berlanjut pada tahun 628 M dimana seorang astronom dan ahli
matematika bernama Brahmagupta berhasil mengembangkan sifat-sifat dari angka tersebut.

Menjadi seorang matematikawan India, Brahmagupta berhasil menunjukkan angka nol juga
memiliki fungsi untuk memisahkan angka positif dan negatif. Tidak hanya itu, tetapi dia juga
berhasil mengembangkan operasi matematika untuk penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian dengan menggunakan angka 0.

Hal tersebut dapat diketahui melalui rumus 3 + (-3) = 0. Pada saat itu orang-orang India juga
menuliskan angka nol dengan simbol sebuah titik saja. Untuk pertama kalinya dalam sejarah
dunia angka nol telah memiliki nilai tersendiri.

Diperkenalkan oleh Intelektual Muslim Al-Khawarizmi


Berkembang dari India, angka nol menuju China dan Timur Tengah. Pada tahun 773 masehi
angka nol telah populer dan diadopsi di Baghdad. Orang-orang Arab menyebut angka tersebut
“sifr” yang memiliki arti “ kosong” dan memiliki simbol titik.

Ahli matematikawan dari Persia dengan nama Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi
menyarankan bahwa angka tersebut harus digunakan dalam perhitungan, jika tidak terdapat suatu
nomor di tempat puluhan. Sehingga saat ini 0 menjadi semakin terkenal dan cukup penting
karena matematikawan yang bekerja di Bayt Al Hikmah.

Menggunakan angka tersebut untuk mencetak menciptakan teori aljabar di abad ke-9. Ilmuwan
ini juga berhasil untuk mengembangkan berbagai macam metode mengalikan dan membagikan
angka yang disebut dengan algoritma.

Muncul di Eropa pada Abad ke-12


Pada akhirnya angka nol ini sudah sampai ke Eropa di abad ke-12. Angka tersebut dibawa oleh
bangsa moor yang muslim ke Maroko untuk menaklukkan Andalusia. Namun pada saat itu
banyak pertentangan di kalangan Eropa. Beberapa orang menganggap bahwa akan nol
merupakan angka setan atau kode yang membahayakan Negara.

Pemerintah Italia juga sempat melarang penggunaan angka nol yang berawal berasal dari India
Arab. Namun matematikawan Italia Leonardo Fibonacci dengan teori Fibonacci untuk
melibatkan angka 0. Teori tersebut digunakan dan cukup populer untuk membantu penyusunan
pembukuan bagi banyak pedagang.

Sekalipun harus digunakan secara diam-diam angka 0 masih tetap digunakan di daerah Eropa.
Nama “sifr” akhirnya harus berubah menjadi “chiper”, yang memiliki arti sandi atau kode.

Perkembangan angka 0 ini terus berjalan hingga tahun 1600, angka nol sudah bebas digunakan
secara luas di daerah Eropa loh. Pada saat itu, Rene Descartes telah menciptakan koordinat
kartesian. Kemudian, diikuti oleh Isaac Newton dan Gottfried Leibniz yang membukakan Jalan
bagi perkembangan ilmu fisika, teknik, komputer, dan berbagai macam teori keuangan maupun
ekonomi.

Dari perjalanan panjang tersebut akan nol mulai tersebar ke seluruh penjuru dunia dan mulai
melekat dalam perhitungan.

Kesimpulan
Penemu angka nol sebenarnya sudah ada sejak 300 sebelum Masehi oleh bangsa Babilonia.
Kemudian semakin berkembang dengan adanya bangsa Maya dan seorang ilmuwan matematika
dari India yang membuat angka nol memiliki simbol titik.

Terhenti pada tahun 773 Al-Khawarizmi mulai menyempurnakan nilai nol dan digunakan dalam
perhitungan matematika, hingga perkembangan tersebut berjalan sampai saat ini.

Sejarah Angka Romawi dan Penggunaannya


Hingga Kini

Saat ini, sebagian dari kita mungkin hanya beberapa saja yang kerap menggunakan angka
romawi dalam keseharian. Entah itu untuk penulisan nomor rumah, nama jalan, atau sebagainya.
Dalam perjalanannya, ada sejarah panjang mengenai angka romawi ini. Seperti apa ya kira-kira?

Seperti namanya, angka Romawi pada dasarnya merupakan sistem penomoran yang berasal dari
Roma. Dalam sistem ini, angka diwakili oleh kombinasi huruf dari alfabet Latin, dengan
penggunaan simbol-simbol. Beberapa simbol yang digunakan dalam penulisan angka romawi itu
meliputi I untuk 1, V untuk 5, X untuk 10, L untuk 50, C untuk 100, D untuk 500 dan M untuk
1000.
Cara penulisannya sendiri terbilang susah-susah gampang. Dimana kita mengenal ada 4 cara
disana, termasuk dengan pengulangan, pengurangan, penjumlahan ataupun gabungan. Sebagai
contoh, penulisan abad kedua puluh; dalam angka romawi ini ditulis dengan abad XX. Atau pada
Perang Dunia Kedua, kita bisa menuliskannya dengan Perang Dunia II, dan seterusnya. Lantas,
dari mana asalnya angka-angka ini?

Sejarah dan Penggunaannya Saat Ini

Melansir historylearning, sejarah angka Romawi pada dasarnya dimulai pada abad ke-8 hingga
ke-9 SM. Diperkirakan pada waktu yang sama dengan berdirinya Roma kuno di sekitar Bukit
Palantine.

Meski begitu, sistem angka justru berlaku lebih lama dari kekaisaran itu sendiri, dimana ini tetap
digunakan secara umum sampai abad ke-14. Tepatnya ketika mereka digantikan oleh sistem
Arab, yang diperkenalkan ke Eropa pada abad ke-11.

Kala itu, angka ini bagaimanapun terbukti sangat gigih, karena dapat bertahan di Barat hingga
abad 14 dan 15. Bahkan dalam akuntansi dan catatan bisnis lainnya (dimana perhitungan
sebenarnya akan dilakukan dengan menggunakan sempoa). Penggantian dengan padanan “Arab”
yang lebih nyaman terjadi secara bertahap, dan angka Romawi masih digunakan sampai
sekarang dalam konteks tertentu.

Beberapa contoh penggunaannya saat ini bisa ditemukan pada nama raja dan paus. Misalnya
Elizabeth II dari Inggris dan Paus Benediktus XVI. Ini disebut sebagai nomor regnal dan
biasanya dibaca sebagai ordinal; misalnya II diucapkan “yang kedua”.

Tradisi ini sendiri dimulai di Eropa secara sporadis pada Abad Pertengahan, mulai digunakan
secara luas di Inggris pada masa pemerintahan Henry VIII. Sebelumnya, raja tidak dikenal
dengan angka tetapi dengan julukan seperti Edward the Confessor dan sebagainya.

Dalam Kalender Republik Prancis, yang diprakarsai selama Revolusi Prancis, tahun diberi
nomor dengan angka Romawi – dari tahun I (1792) ketika kalender ini diperkenalkan hingga
tahun XIV (1805) ketika ditinggalkan.

Hal yang sama berlaku ketika kita bicara tentang buku atau film, dimana volume buku dan
nomor bab dinyatakan dalam angka romawi. Begitu juga pada beberapa sekuel film, video game,
dan karya lainnya. Sebagai contoh Rocky II, Grand Theft Auto V dan seterusnya.
Sistem angka Romawi diturunkan dari angka Etruscan kuno, yang diadaptasi dari simbol Attic
Yunani. Angka ini pada kenyataannya berasal dari torehan-torehan pada tongkat hitungan, yang
digunakan oleh para penggembala Italia dan Dalmasia hingga abad ke-19.

Sistemnya sendiri bisa dibilang agak cacat karena tidak ada simbol untuk nol (0) dan tidak ada
metode nyata untuk menghitung di atas beberapa ribu selain menambahkan garis di sekitar angka
untuk menunjukkan kelipatan.

Sejarah matematika

Halaman dari Buku Ikhtisar Lebih kurang dengan Penyelesaian dan Perimbangan karya Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī (sekitar 820
Masehi)

Cabang pengkajian yang diketahui sebagai sejarah matematika adalah penyelidikan terhadap
asal mula penemuan di dalam matematika dan sedikit perluasannya, penyelidikan terhadap
cara dan notasi matematika pada masa silam.

Sebelum zaman modern dan penyebaran pengetahuan pengetahuan ke seluruh dunia, contoh-
contoh tertulis dari pengembangan matematika telah mengalami kemilau hanya di beberapa
tempat. Tulisan matematika terkuno yang telah ditemukan adalah Plimpton 322 (matematika
Babilonia lebih kurang 1900 SM),[1] Lembaran Matematika Rhind (Matematika Mesir lebih
kurang 2000-1800 SM)[2] dan Lembaran Matematika Moskwa (matematika Mesir lebih
kurang 1890 SM). Semua tulisan itu membahas teorema yang umum diketahui
sebagai teorema Pythagoras, yang tampaknya dijadikan pengembangan matematika tertua dan
sangat tersebar luas setelah aritmetika dasar dan geometri.

Sumbangan matematikawan Yunani memurnikan metode-metode (khususnya menempuh


pengenalan penalaran deduktif dan kekakuan matematika di dalam pembuktian matematika)
dan perluasan isi bahasan matematika.[3] Kata "matematika" itu sendiri diturunkan dari kata
Yunani kuno, μάθημα (mathema), yang berfaedah "mata pelajaran".[4] Matematika Cina
menciptakan sumbangan dini, termasuk notasi posisional. Sistem bilangan Hindu-Arab dan
aturan penggunaan operasinya, dipakai hingga kini, mungkin dikembangakan menempuh
kuliah pada milenium pertama Masehi di dalam matematika India dan telah diteruskan ke
Barat menempuh matematika Islam.[5][6] Matematika Islam, pada gilirannya, mengembangkan
dan memperluas pengetahuan matematika ke peradaban ini.[7] Banyak naskah bercakap
Yunani dan Arab tentang matematika selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, yang
mengarah pada pengembangan matematika lebih jauh lagi di Zaman Pertengahan Eropa.

Dari zaman kuno menempuh Zaman Pertengahan, ledakan kreativitas matematika seringkali
disertai oleh abad-abad kemandekan. Bersumber pada ratus tahun Renaisans Italia pada ratus
tahun ke-16, pengembangan matematika baru, berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru,
diproduksi bangun pada pertumbuhan eksponensial yang berlanjut hingga kini.

Matematika prasejarah

Asal mula pemikiran matematika terletak di dalam konsep bilangan, besaran, dan bangung.
[8]
Pengkajian modern terhadap fosil hewan menunjukkan bahwa konsep ini tidak berlanjut
unik untuk manusia. Konsep ini mungkin juga dijadikan bagian sehari-hari di dalam kawanan
pemburu. Bahwa konsep bilangan berkembang tahap demi tahap seiring waktu adalah bukti di
beberapa bahasa zaman kini mengawetkan perbedaan selang "satu", "dua", dan "banyak", tetapi
bilangan yang lebih dari dua tidaklah demikian.[8]

Benda matematika tertua yang sudah diketahui adalah tulang Lebombo, ditemukan di
pegunungan Lebombo di Swaziland dan mungkin bersumber dari tahun 35000 SM.[9] Tulang
ini berisi 29 torehan yang selisih yang sengaja digoreskan pada tulang fibula baboon.
[10]
Terdapat bukti bahwa kaum perempuan biasa menghitung untuk mengingat siklus haid
mereka; 28 hingga 30 goresan pada tulang atau batu, disertai dengan tanda yang selisih.
[11]
Juga artefak prasejarah ditemukan di Afrika dan Perancis, dari tahun 35.000 SM dan
berumur 20.000 tahun,[12] menunjukkan upaya dini untuk menghitung waktu.[13]

Tulang Ishango, ditemukan di dekat batang air Sungai Nil (timur laut Kongo), berisi sederetan
tanda lidi yang digoreskan di tiga lajur memanjang pada tulang itu. Artian umum adalah
bahwa tulang Ishango menunjukkan peragaan terkuno yang sudah diketahui tentang
barisan bilangan prima[10] atau kalender lunar enam bulan.[14] Periode Predinastik Mesir dari
milenium ke-5 SM, secara grafis menampilkan rancangan-rancangan geometris. Telah diakui
bahwa kontruksi megalit di Inggris dan Skotlandia, dari milenium ke-3 SM, menggabungkan
gagasan-gagasan geometri seperti lingkaran, elips, dan tripel Pythagoras di dalam rancangan
mereka.[15]

Timur Dekat kuno


Mesopotamia

Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh


bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban
helenistik.[16] Dinamai "Matematika Babilonia" karena peran utama kawasan Babilonia sebagai
tempat untuk berupaya bisa. Pada zaman peradaban helenistik Matematika Babilonia berpadu
dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Selanjutnya
di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi dijadikan pusat
penting pengkajian Matematika Islam.

Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan Matematika


Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an.
[17]
Ditulis di dalam tulisan paku, lempengan ditulisi ketika tanah liat masih basah, dan dibakar
di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di selangnya adalah karya
rumahan.

Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun peradaban
kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem berlibat metrologi sejak tahun 3000
SM. Dari lebih kurang 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada
lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-
soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.[18]
Sebagian akbar lempengan tanah liat yang sudah diketahui bersumber dari tahun 1800 hingga
1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan lebih
kurang bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar.[19] Lempengan itu juga
meliputi tabel perkalian dan cara penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat.
Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran untuk √2 yang akurat hingga lima
tempat desimal.

Matematika Babilonia ditulis memanfaatkan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari


sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu jam,
dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit pada
busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Kemajuan orang Babilonia di dalam
matematika didukung oleh fakta bahwa 60 memiliki banyak pembagi. Juga, tidak seperti orang
Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana
angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih akbar, seperti di
dalam sistem desimal. Bagaimanapun, mereka kekurangan kesetaraan koma desimal, dan
sehingga nilai tempat suatu simbol seringkali harus dikira-kira sesuai konteksnya.

Mesir

Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak
peradaban helenistik, Yunani menggantikan bahasa Mesir sebagai bahasa tertulis untuk kaum
terpelajar Bangsa Mesir, dan sejak itulah matematika Mesir melebur dengan matematika
Yunani dan Babilonia yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika
di Mesir berlanjut di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam,
ketika bahasa Arab dijadikan bahasa tertulis untuk kaum terpelajar Mesir.

Tulisan matematika Mesir yang sangat panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang
dikata juga "Lembaran Ahmes" sesuai penulisnya), diperkirakan bersumber dari tahun 1650
SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari Kerajaan
Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM.[20] Lembaran itu adalah manual instruksi untuk
pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara
perkalian, perbagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga dijadikan bukti untuk
pengetahuan matematika lainnya,[21] termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata
aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan
Eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6).[22] Lembaran itu juga berisi cara
menyelesaikan persamaan linear orde satu [23] juga barisan aritmetika dan geometri.[24]
Juga tiga unsur geometri yang tertulis di dalam lembaran Rhind menyiratkan bahasan sangat
sederhana mengenai geometri analitik: (1) pertama, cara memperoleh hampiran yang
akurat kurang dari satu persen; (2) kedua, upaya kuno penguadratan lingkaran; dan (3) ketiga,
penggunaan terdini kotangen.

Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman
Kerajaan Pertengahan, bertarikh lebih kurang 1890 SM.[25] Naskah ini berisikan soal
kata atau soal kisah, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan. Satu soal dipandang memiliki
kebutuhan khusus karena soal itu memberikan metoda untuk memperoleh
volume limas terpenggal: "Jika Anda dikatakan: Limas terpenggal setinggi 6 satuan panjang,
yakni 4 satuan panjang di bawah dan 2 satuan panjang di atas. Anda menguadratkan 4, sama
dengan 16. Anda menduakalilipatkan 4, sama dengan 8. Anda menguadratkan 2, sama dengan
4. Anda menjumlahkan 16, 8, dan 4, sama dengan 28. Anda ambil sepertiga dari 6, sama
dengan 2. Anda ambil dua kali lipat dari 28 twice, sama dengan 56. Maka lihatlah, hasilnya
sama dengan 56. Anda memperoleh kebenaran."

Akhirnya, lembaran Berlin (kira-kira 1300 SM [26]) menunjukkan bahwa bangsa Mesir kuno
dapat menyelesaikan persamaan aljabar orde dua.[27]

Matematika Yunani

Pythagoras dari Samos

Matematika Yunani merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Yunani selang
tahun 600 SM hingga 300 M.[28] Matematikawan Yunani tinggal di kota-kota sepanjang
Mediterania bagian timur, dari Italia hingga ke Afrika Utara, tetapi mereka dibersatukan oleh
budaya dan bahasa yang sama. Matematikawan Yunani pada periode setelah Iskandar
Luhur kadang-kadang dikata Matematika Helenistik.

Thales dari Miletus

Matematika Yunani lebih berbobot daripada matematika yang dikembangkan oleh


kebudayaan-kebudayaan pendahulunya. Semua naskah matematika pra-Yunani yang masih
terpelihara menunjukkan penggunaan penalaran induktif, yakni pengamatan yang berulang-
ulang yang dipakai untuk membangun aturan praktis. Sebaliknya, matematikawan Yunani
memanfaatkan penalaran deduktif. Bangsa Yunani memanfaatkan logika untuk menurunkan
simpulan dari definisi dan aksioma, dan memanfaatkan kekakuan matematika untuk
membuktikannya.[29]

Matematika Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira 624 hingga 546
SM) dan Pythagoras dari Samos (kira-kira 582 hingga 507 SM). Meskipun perluasan
pengaruh mereka dipersengketakan, mereka mungkin diilhami oleh Matematika Mesir dan
Babilonia. Menurut legenda, Pythagoras bersafari ke Mesir untuk mempelajari matematika,
geometri, dan astronomi dari pendeta Mesir.

Thales memanfaatkan geometri untuk menyelesaikan soal-soal lebih kurang ketinggian


piramida dan jarak perahu dari garis pantai. Dia dihargai sebagai orang pertama yang
memanfaatkan penalaran deduktif untuk diterapkan pada geometri, dengan menurunkan
empat akhir suatu peristiwa wajar dari teorema Thales. Hasilnya, dia dianggap sebagai
matematikawan sejati pertama dan pribadi pertama yang menghasilkan temuan matematika.
[30]
Pythagoras membangun Mazhab Pythagoras, yang mendakwakan bahwa matematikalah
yang menguasai semesta dan semboyannya adalah "semua adalah bilangan". [31] Mazhab
Pythagoraslah yang menggulirkan istilah "matematika", dan merekalah yang memulakan
pengkajian matematika. Mazhab Pythagoras dihargai sebagai penemu bukti pertama teorema
Pythagoras,[32] meskipun diketahui bahwa teorema itu memiliki sejarah yang panjang, bahkan
dengan bukti keujudan bilangan irasional.

Eudoxus (kira-kira 408 SM hingga 355 SM) mengembangkan metoda kelelahan, sebuah
rintisan dari Integral modern. Aristoteles (kira-kira 384 SM hingga 322 SM) mulai menulis
hukum logika. Euklides (kira-kira 300 SM) adalah contoh terdini dari format yang masih
dipakai oleh matematika ketika ini, yaitu definisi, aksioma, teorema, dan bukti. Dia juga
mengkaji kerucut. Bukunya, Elemen, diketahui di segenap warga terdidik di Barat hingga
pertengahan ratus tahun ke-20.[33] Selain teorema geometri yang terkenal, seperti teorem
Pythagoras, Elemen menyertakan bukti bahwa akar kuadrat dari dua adalah irasional dan
terdapat tak-hingga banyaknya bilangan prima. Saringan Eratosthenes (kira-kira 230 SM)
dipakai untuk menemukan bilangan prima.

Archimedes (kira-kira 287 SM hingga 212 SM) dari Syracuse memanfaatkan metoda
kelelahan untuk menghitung luas di bawah busur parabola dengan penjumlahan barisan tak
hingga, dan memberikan hampiran yang cukup akurat terhadap Pi.[34] Dia juga mengkaji spiral
yang mengharumkan namanya, rumus-rumus volume benda putar, dan sistem rintisan untuk
menyatakan bilangan yang sangat akbar.

Matematika Cina

Sembilan Bab tentang Seni Matematika.

Matematika Cina permulaan adalah selisih bila dibandingkan dengan yang bersumber dari
belahan dunia lain, sehingga cukup masuk cara melakukan sesuatu bila dianggap sebagai hasil
pengembangan yang mandiri.[35] Tulisan matematika yang dianggap tertua dari Cina
adalah Chou Pei Suan Ching, berangka tahun selang 1200 SM hingga 100 SM, meskipun
angka tahun 300 SM juga cukup masuk cara melakukan sesuatu.[36]

Hal yang dijadikan catatan khusus dari penggunaan matematika Cina adalah sistem notasi
posisional bilangan desimal, yang dikata pula "bilangan batang" di mana sandi-sandi yang
selisih dipakai untuk bilangan-bilangan selang 1 dan 10, dan sandi-sandi lainnya sebagai
perpangkatan dari sepuluh.[37] Dengan demikian, bilangan 123 ditulis memanfaatkan lambang
untuk "1", disertai oleh lambang untuk "100", selanjutnya lambang untuk "2" disertai lambang
utnuk "10", disertai oleh lambang untuk "3". Cara seperti inilah yang dijadikan sistem bilangan
yang sangat canggih di dunia pada ketika itu, mungkin dipakai beberapa ratus tahun sebelum
periode masehi dan tentunya sebelum dikembangkannya sistem bilangan India.[38] Bilangan
batang memungkinkan penyajian bilangan sebesar yang diinginkan dan memungkinkan lebih
kurang yang dilaksanakan pada suan pan, atau (sempoa Cina). Tanggal penemuan suan
pan tidaklah pasti, tetapi tulisan terdini bersumber dari tahun 190 M, di dalam Catatan
Tambahan tentang Seni Gambar karya Xu Yue.

Karya tertua yang masih terawat mengenai geometri di Cina bersumber dari peraturan
kanonik filsafat Mohisme lebih kurang tahun 330 SM, yang disusun oleh para pengikut Mozi
(470–390 SM). Mo Jing menjelaskan berbagai aspek dari banyak disiplin yang berkaitan
dengan pengetahuan fisika, dan juga memberikan sedikit kekayaan informasi matematika.

Pada tahun 212 SM, Kaisar Qín Shǐ Huáng (Shi Huang-ti) memerintahkan semua buku di
dalam Kekaisaran Qin selain daripada yang formal diakui pemerintah haruslah dibakar.
Dekret ini tidak dihiraukan secara umum, tetapi akhir suatu peristiwa dari perintah ini adalah
begitu sedikitnya informasi tentang matematika Cina kuno yang terpelihara yang bersumber
dari zaman sebelum itu. Setelah pembakaran buku pada tahun 212 SM, dinasti Han (202 SM–
220 M) menghasilkan karya matematika yang barangkali sebagai perluasan dari karya-karya
yang kini sudah hilang. Yang terpenting dari semua ini adalah Sembilan Bab tentang Seni
Matematika, judul lengkap yang muncul dari tahun 179 M, tetapi bangun sebagai bagian di
bawah judul yang selisih. Beliau terdiri dari 246 soal kata yang melibatkan pertanian,
perdagangan, pengerjaan geometri yang menggambarkan rentang ketinggian dan
perbandingan dimensi untuk menara pagoda Cina, teknik, survey, dan bahan-bahan segitiga
siku-siku dan π. Beliau juga memanfaatkan prinsip Cavalieri tentang volume lebih dari seribu
tahun sebelum Cavalieri mengajukannya di Barat. Beliau menciptakan bukti matematika
untuk teorema Pythagoras, dan rumus matematika untuk eliminasi Gauss. Liu Hui memberikan
komentarnya pada karya ini pada ratus tahun ke-3 M.

Zhang Heng (78–139)

Sebagai tambahan, karya-karya matematika dari astronom Han dan penemu Zhang Heng (78–
139) memiliki perumusan untuk pi juga, yang selisih dari cara lebih kurang yang
dilaksanakan oleh Liu Hui. Zhang Heng memanfaatkan rumus pi-nya untuk memilihkan
volume bola. Juga terdapat karya tertulis dari matematikawan dan teoriwan musik Jing Fang
(78–37 SM); dengan memanfaatkan koma Pythagoras, Jing mengamati bahwa 53 perlimaan
sempurna menghampiri 31 oktaf. Ini selanjutnya mengarah pada penemuan 53 temperamen
sama, dan tidak pernah dihitung dengan tepat di tempat lain hingga seorang Jerman, Nicholas
Mercator melaksanakannya pada ratus tahun ke-17.

Bangsa Cina juga menciptakan penggunaan diagram kombinatorial kompleks yang diketahui
sebagai kotak aneh dan lingkaran aneh, dikemukakan di zaman kuno dan disempurnakan oleh
Yang Hui (1238–1398 M). Zu Chongzhi (abad ke-5) dari Dinasti Selatan dan
Utara menghitung nilai pi hingga tujuh tempat desimal, yang bertahan dijadikan nilai pi
sangat akurat selama nyaris 1.000 tahun.

Bahkan setelah matematika Eropa mulai mencapai kecemerlangannya pada masa Renaisans,
matematika Eropa dan Cina adalah tradisi yang saling terpisah, dengan menurunnya hasil
matematika Cina secara signifikan, hingga para misionaris Jesuit seperti Matteo
Ricci membawa gagasan-gagasan matematika kembali dan selanjutnya di selang dua hukum
budaya istiadat dari ratus tahun ke-16 hingga ratus tahun ke-18.
Matematika India

Arca Aryabhata. Karena informasi tentang keujudannya tidak diketahui, perupaan Aryabhata
didasarkan pada daya khayal seniman.

Peradaban terdini anak benua India adalah Peradaban Lembah Indus yang mengemuka di
selang tahun 2600 dan 1900 SM di kawasan aliran Sungai Indus. Kota-kota mereka teratur
secara geometris, tetapi dokumen matematika yang masih terawat dari peradaban ini belum
ditemukan.[39]

Matematika Vedanta dimulakan di India sejak Zaman Besi. Shatapatha Brahmana (kira-kira
ratus tahun ke-9 SM), menghampiri nilai π,[40] dan Sulba Sutras (kira-kira 800–500 SM) yang
merupakan tulisan-tulisan geometri yang memanfaatkan bilangan irasional, bilangan prima,
aturan tiga dan akar kubik; menghitung akar kuadrat dari 2 hingga sebagian dari seratus
ribuan; memberikan cara konstruksi lingkaran yang luasnya menghampiri persegi yang
diberikan,[41] menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat; mengembangkan tripel Pythagoras
secara aljabar, dan memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras.

Pāṇini (kira-kira ratus tahun ke-5 SM) yang mendefinisikan aturan-aturan atur bahasa
Sanskerta.[42] Notasi yang dia gunakan sama dengan notasi matematika modern, dan
memanfaatkan aturan-aturan meta, transformasi, dan rekursi. Pingala (kira-kira ratus tahun
ke-3 hingga ratus tahun pertama SM) di dalam risalahnya prosody memanfaatkan peralatan
yang selaras dengan sistem bilangan biner. Pembahasannya tentang kombinatorika meter
selaras dengan versi dasar dari teorema binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan dasar
tentang bilangan Fibonacci (yang dikata mātrāmeru).[43]

Surya Siddhanta (kira-kira 400) memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, dan
balikan sinus, dan meletakkan aturan-aturan yang memilihkan gerak sejati benda-benda
langit, yang selaras dengan jabatan mereka sebenarnya di langit.[44] Daur waktu kosmologi
dikemukakan di dalam tulisan itu, yang merupakan salinan dari karya terdahulu, selaras
dengan rata-rata tahun siderik 365,2563627 hari, yang hanya 1,4 detik lebih panjang
daripada nilai modern sebesar 365,25636305 hari. Karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab dan bahasa Latin pada Zaman Pertengahan.

Aryabhata, pada tahun 499, memperkenalkan fungsi versinus, menghasilkan


tabel trigonometri India pertama tentang sinus, mengembangkan teknik-teknik
dan algoritma aljabar, infinitesimal, dan persamaan diferensial, dan memperoleh solusi
seluruh bilangan untuk persamaan linear oleh sebuah cara yang setara dengan cara modern,
bersama-sama dengan lebih kurang astronomi yang akurat sesuai sistem heliosentris gravitasi.
[45]
Sebuah terjemahan bahasa Arab dari karyanya Aryabhatiya tersedia sejak ratus tahun ke-8,
disertai oleh terjemahan bahasa Latin pada ratus tahun ke-13. Dia juga memberikan nilai π
yang selaras dengan 62832/20000 = 3,1416. Pada ratus tahun ke-14, Madhava dari
Sangamagrama menemukan rumus Leibniz untuk pi, dan, memanfaatkan 21 suku, untuk
menghitung nilai π sebagai 3,14159265359.

Anda mungkin juga menyukai