Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi Sumber Daya
Manusia (SDM) serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang penting artinya untuk meningkatkan daya saing Bangsa Indonesia dalam
menghadapi era globalisasi. Kesehatan bersama pendidikan dan ekonomi merupakan unsur utama
yang menentukan mutu sumber daya manusia.

Salah satu masalah sosial yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya status gizi
masyarakat. Hal ini mudah dilihat, misalnya dari berbagai masalah gizi, seperti kurang gizi,
anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan yodium, dan kurang vitamin A. Rendahnya status
gizi jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Oleh karena status gizi mempengaruhi
kecerdasan, daya tahan tubuh terhadap penyakit, kematian bayi, kematian ibu, dan menurunnya
produktifitas kerja.

Indonesia saat ini menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan masalah
gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kuranya persediaan
pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi. Sebaliknya masalah
gizi lebih disebabkan karena kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan
kurangnya pengetahuan tenteng gizi, menu seimbang dan kesehatan.

Anemia defisiensi besi merupakan masalah umum dan luas dalam bidang gangguan gizi
di dunia. Kekurangan zat besi bukan satu-satunya penyebab anemia. Secara umum penyebab
anemia yang terjadi di masyarakat adalah kekurangan zat besi. Prevalensi anemia defisiensi besi
masih tergolong tinggi sekitar dua miliar atau 30% lebih dari populasi manusia di dunia.
Prevalensi ini terdiri dari anak-anak, wanita menyusui, wanita usia subur, dan wanita hamil di
negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalah gizi terutama anemia
defisiensi besi. Wanita hamil berisiko tinggi mengalami anemia defisiensi besi karena ke butuhan
zat besi meningkat secara signifikan selama kehamilan. Pada masa kehamilan zat besi yang
dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil menginjak triwulan kedua
sampai dengan triwulan ketiga. Pada triwulan pertama ke hamilan, kebutuhan zat besi lebih
rendah disebabkan jumlah zat besi yang ditransfer ke janin masih rendah.

Kebutuhan ibu akan zat gizi selama menyusui lebih tinggi dari pada tahap manapun dalam
kehidupan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi dalam ASI, kebutuhan zat gizi
untuk memproduksi ASI dan untuk memenuhi kesehatan ibu sendiri. Ibu menyusui dan bayi
termasuk kedalam kelompok rentan gizi, kelompok ini paling mudah menderita kelainan gizi bila
terkena kekurangan penyediaan bahan pangan. Pada umumnya kelompok ini berhubungan
dengan proses pertumbuhan yang relatif pesat, yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah
relatif besar.

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu saat mengalami kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan mbulnya gangguan kesehatan
ibu dengan tanda atau gejala antara lain badan lemah dan muka pucat. KEK pada ibu selama
hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi seper anemia, infeksi dan berat badan ibu dak
bertambah secara normal, persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature),
perdarahan setelah persalinan serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. Sedangkan
masalah pada janin seper dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, tetanus, masalah pemberian minum, infeksi gangguan hematologi, kemaan neonatal,
cacat bawaan, asfeksia dan BBLR.

Balita penting sekali diberikan gizi seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan, agar
tidak terjadi masalah gizi pada anak. Pertumbuhan dan perkembangan sangat dipengaruhi oleh
status gizi, jika asupan gizi kurang pada anak sejak lahir hingga lima tahun akan berpengaruh
pada kualitas otaknya. Perkembangan otak ini tidak dapat diperbaiki bila balita kekurangan gizi
pada masa emas tersebut.

Status gizi anak balita dilihat dari indikator BB/U secara nasional prevalensi berat-kurang
pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Terjadi
peningkatan dibandingkan tahun 2010 (17,9%). Prevalensi pendek anak balita secara nasional
tahun 2013 adalah 37,2%, yang berarti terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan
2007 (36,8%). Prevalensi pendek anak balita sebesar 37,2% terdiri dari 18% sangat pendek dan
19,2% pendek.

Masalah gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita masih menjad masalah gizi utama
yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara langsung disebabkan oleh asupan yang
kurang dan tingginya penyakit infeksi. Hal ini berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan
pelayanan kesehatan yang tidak memadai, gangguan akses makanan, perawatan ibu yang tidak
adekuat serta kurangnya pengetahuan ibu tentang cara pemberian makanan yang baik untuk anak
usia penyapihan.

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Usia 0-24 bulan merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, yang sering diistilahkan sebagai periode emas.
Tahapan periode emas dimulai sejak di dalam kandungan ketika kehamilan memasuki trimester
ke-3 hingga usia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, perkembangan otak anak mencapai 50% melonjak
hingga 80% saat berumur 2 tahun. Pada umur 5 tahun perkembangan otak mencapai 90% dan
ketika umur 10 tahun mencapai 100%.

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi
bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada
bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif
ini. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan
utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pada tahun 2001 World
Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama
enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya
(bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.

WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk memulai dan


mencapai ASI eksklusif yaitu dengan menyusui dalam satu jam setelah kelahiran Menyusui
secara ekslusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau minuman lain, bahkan air putih
sekalipun. Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau, siang dan
malam. Tidak menggunakan botol susu maupun empeng. Mengeluarkan ASI dengan memompa
atau memerah dengan tangan, disaat tidak bersama anak serta mengendalikan emosi dan pikiran
agar tenang.

Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan
gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Tumbuh kembang optimal dapat dicapai dengan
melakukan beberapa hal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding,
WHO/UNICEF merekomendasikan 4 hal penting yang harus dilakukan yaitu; memberikan air
susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah 2 bayi lahir, memberikan hanya air
susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan,
memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24
bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Manusia yang
memasuki tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh akibat perubahan atau
penurunan fungsi organ-organ tubuh. Kesehatan lansia dipengaruhi proses menua. Proses menua
didefenisikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan
detrimental. Keadaan ini menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dan
kemampuan bertahan hidup berkurang. Proses menua setiap individu dan setiap organ tubuh
berbeda, hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup, lingkungan, dan penyakit degeneratif.

Proses menua dan perubahan fisiologis pada lansia mengakibatkan beberapa kemunduran
dan kelemahan, serta implikasi klinik berupa penyakit kronik dan infeksi. Status gizi pada lanjut
usia dipengaruhi oleh berbagai hal. Perubahan fisiologis, komposisi tubuh, asupan nutrisi dan
keadaan ekonomi merupakan hal-hal yang dapat memicu terjadinya berbagai masalah gizi pada
lanjut usia. Dengan makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan
anatomik dan fungsional atas organ tubuhnya makin besar. Penurunan fungsional dari organ-
organ tersebut akan menyebabkan lebih mudah timbulnya masalah kesehatan pada lanjut usia.
Masalah gizi yang seringkali erjadi pada lanjut usia juga dipengaruhi oleh sejumlah perubahan
fisiologis

1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum

Untuk menganilisis masalah gizi serta faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi
pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, anak sekolah serta lansia di Desa

B. Tujuan Khusus
 Untuk Menganalisis status gizi(BB/U, TB/U, BB/TB, IMT/U) anak usia 0-60 bulan di
Desa
 Untuk mengetahui pola asuh anak usia 0-60 bulan di Desa
 Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pola pemberian makan serta asupan makan
anak usia 0-60 bulan anak usia
 Untuk mengetahui frekuensi makan pada anak usia 0-60 dan anak usia
 Untuk menganalisis tingkat asupan zat gizi pada anak usia 0-60 bulan dan pada anak usia
 Untuk mengetahui pengetahuan ibu te ntang ASI eksklusif
 Untuk menganalisis tingkat asupan zat gizi pada ibu hamil dan ibu menyusui
 Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil dan ibu menyusui terkait masalah kesehatan
gizi
 Untuk menganalisis frekuensi makan, pola makan serta tingkat asupan zat gizi pada lansia
di Desa

1.3 Manfaat
 Manfaat bagi penyelenggara
Dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan memperkaya pengalaman dalam
menentukan perencanaan program gizi di tingkat pedesaan untuk mampu melakukan
pengumpulan, pengolahan, analisa serta mampu mengenal masalah dan penyebab
masalah, sehingga mampu merencanankan program intervensi gizi secara tepat dan
efektif di tingkat pedesaan.

 Manfaat bagi masyarakat


Dengan adanya kegiatan ini diharapkan kepada masyarakat dan tokoh masyarakat ditingkat
pedesaan serta Pemerintah Desa sebagai lokasi Praktek dapat menumbuhkan partisipasi
masyarakat dalam upaya perbaikan gizi dan usaha mengurangi penyakit gizi.

 Manfaat bagi instansi


Dengan adanya kegiatan ini diharapkan kepada instansi terkait terutama pihak puskesmas dan
kecamatan serta perangkat desa agar memiliki informasi dan dapat mengetahui permasalahan
gizi dan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya sehingga dapat menyusun rencana perbaikan
gizi dalam program gizi dan kesehatan masyarakat.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup variabel adalah mengenai permasalahan gizi pada balita, ibu hamil, ibu
menyusui, anak sekolah dan lansia dan ruang lingkup lokasi ialah di Desa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Anak balita merupakan anak yang berada dalam rentan usia 1-5 tahun kehidupan. Balita
merupakan istilah yang digunakan untuk anak usia 1-3 tahun (toodler) dan 4-5 tahun (preschool).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014, anak balita adalah anak
usia 12 bulan sampai dengan 59 bulan. Masa ini adalah periode yang sangat penting bagi tumbuh
kembangnya sehingga biasa disebut dengan golden period. Pada masa ini juga pertumbuhan
dan perkembangan anak sangat pesat baik secara fisik, psikologi, mental, maupun sosialnya

Status gizi adalah suatu kondisi di dalam tubuh yang dapat dipengaruhi oleh konsumsi
makanan seseorang setiap hari. Status gizi merupakan keadaan status pada tubuh manusia yang
berhubungan dengan konsumsi makanan, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun
eksternal seperti usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, penyakit, serta keadaan sosial ekonomi
(Wolley, Gunawan, & Warouw, 2016).

Status gizi balita yang baik adalah dimana tumbuh kembang fisik dan mental balita seimbang.
Status gizi yang buruk dapat menempatkan balita pada terhambatnya proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Gizi yang baik dapat membuat balita memiliki berat badan normal dan
memiliki badan yang sehat, tidak mudah terserang penyakit infeksi, menjadi manusia yang lebih
produktif, serta terlindungi dari berbagai macam penyakit kronis dan kematian dini.

Indikator penilaian status gizi dapat dilakukan dengan tiga rumus, yaitu BB/U, TB/U,
dan BB/TB. BB/U menyajikan keadaan gizi secara umum dikarenakan berat badan berhubungan
positif dengan usia maupun tinggi badan. TB/U menyajikan tentang ada atau tidaknya indikasi
gangguan gizi kronis yang diakibatkan oleh keadaan tertentu dalam jangka waktu lama, antara
lain keadaan kemiskinan, kebiasaan hidup yang tidak sehat, serta pola asuh yang tidak tepat sejak
lahir. Indeks yang terakhir adalah BB/TB menyajikan indikasi gangguan gizi bersifat akut yang
diakibatkan oleh suatu kondisi yang singkat misalnya adalah wabah penyakit dan bencana
kelaparan.

Status gizi diklasifikasikan berdasarkan tiga rumus, yang pertama adalah BB/U, digunakan
untuk mengklasifikasikan gizi buruk, gizi kurang (underweight), gizi baik, maupun gizi lebih
(overweight). Kedua adalah BB/TB yang digunakan untuk mengklasifikasikan kurus sekali,
kurus (wasting), serta gemuk (obesitas). Terakhir adalah TB/U yang digunakan untuk
menentukan sangat pendek, pendek (stunting), dan tinggi normal.
Penyebab langsung masalah status gizi yaitu ketidakseimbangan antara asupan makanan dan
penyakit infeksi. Kedua penyebab langsung tersebut saling berkaitan, jika asupan makanan yang
dikonsumsi kurang dari kebtuhan maka menyebabkan daya tahan tubuh melemah sehingga
memudahkan penyakit infeksi untuk masuk kedalam tubuh sehingga balita berisiko terjadi
wasting.

Faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita secara tidak langsung yaitu seperti pola
asuh ibu terhadap anak misalnya cara merawat anak, cara ibu memberi makanan kepada anak,
cara mempertahankan kesehatan dan kebersihan anak, serta bagaimana ibu memberikan kasih
sayangnya kepada anak. Hal lain yang mempengaruhi seperti kecukupan nutrisi dalam sebuah
keluarga, sanitasi lingkungan, kemudahan dalam akses layanan kesehatan, usia balita, jenis
kelamin balita, rumah sebagai tempat tinggal, pendidikan dan pekerjaan orang tua. Pemberian
pola asuh yang salah dapat menyebabkan makanan yang balita konsumsi tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuhnya.

ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,lactose dan garam-garam
organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.
Pada usia 6 bulan pertama, bayi hanya perlu diberikan ASI saja atau dikenal dengan sebutan ASI
eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi 0-6 bulan tanpa pemberian
tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, dan nasi tim.

Pemberian makanan yang baik dan tepat pada bayi sejak lahir hingga usia dua tahun
merupakan salah satu upaya mendasar untuk mencapai kualitas pertumbuhan dan perkembangan
bayi serta untuk memenuhi hak bayi atas ASI. Pola pemberian makan pada bayi lahir sampai 2
tahun yang di rekomendasikan dalam Global Strategy on Infant and Child Feeding adalah sebagai
berikut : (1) Inisiasi Menyusu Dini, (2) Menyusui secara ekslusif selama 6 bulan, (3) MP-ASI
diberikan mulai bayi berumur 6 bulan; dan (4) tetap menyusui hingga anak berusia 24 bulan atau
lebih.

Menyusui adalah cara alami untuk memberikan asupan gizi, imunitas dan memelihara
emosional secara optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Tidak ada susu buatan
(Susu Formula) yang dapat menyamai ASI baik dalam hal kandungan nutrisi, faktor
pertumbuhan, hormon dan terutama imunitas. Karena imunitas bayi hanya bisa didapatkan dari
ASI.

ASI mengandung kolostrom yaitu zat kekebalan teutama IgA yang bermanfaat untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit dan infeksi. Kolostromnya mengandung protein, vitamin
A yang tinggi, karbohidrat dan lemak rendah sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi pada hari-
hari pertama kelahiran. ASI membantu mengeluarkan mekonium (feses bayi), membantu
pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi melalui interaksi dan kontak langsung antara
ibu dan bayi. Ibu yang berhasil menyusui bayinya secara eksklusif akan merasakan kepuasan dan
kebahagiaan yang mendalam.

ASI juga meningkatkan jalinan kasih sayang (bonding) ibu dan bayi. ASI dapat meningkatkan
kecerdasan bayi. Memberikan ASI sebagai makanan terbaik bagi bayi merupakan awal langkah
untuk membangun manusia Indonesia yang sehat dan cerdas di masa depan (Fikawati dkk, 2015).
ASI mengandung nutrisi atau zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Kandungan gizi nya yang sesuai kebutuhan bayi menjadikan ASI dapat mencegah maloklusi
/ kerusakan gigi (Fikawati dkk, 2015).

Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam darah.
(WHO,2015). National Institute of Health(NIH) Amerika 2011 menyatakan bahwa anemia terjadi
ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah merah yang cukup (Fikawati, Syafiq, & Veretamala,
2017).

Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah
daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah dalam
produksinya guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal. Anemia gizi besi
adalah anemia yang timbul karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah
merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu.

Secara definisi, anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat
besi dalam tubuh sehingga kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak cukup ditandai dengan
gambaran sel darah merah yang hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh)
transferrin menurun, mampu ikat besi total (TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum
tulang dan tempat lain sangat kurang atau tidak sama sekali.

Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi atau ganguan
genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan asupan zat
besi.Kehilangan darah yang cukup banyak, seperti saat menstruasi, kecelakaan dan donor darah
berlebihan jugadapat menghilangkan zat besi dalam tubuh.Wanita yang mengalami menstruasi
setiap bulan berisiko menderita anemia. Kehilangan darah secara perlahan-lahan di dalam tubuh,
seperti ulserasi polip kolon dan kanker kolon juga dapat menyebabkan anemia.(Briawan, 2014).

Selain zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul pada anak-anak dan
remaja.Aplastic anemia terjadi bila sel yang memproduksi butiran darah merah tidak dapat
menjalankan tugasnya.Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau obat
tertentu.Adapun jenis berikutnya adalah haemolityc anemia, yang terjadi karena sel darah merah
hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaharuinya. Penyebab
anemia jenis ini 10 bermacam-macam, bisa bawaan seperti talasemia atau sickle cell anemia.
Batas normal kadar haemoglobin untuk balita yaitu 11g/dL, anak usia sekolah 12g/dL, pria
dewasa 13g/dL, wanita dewasa 12g/dL dan ibu hamil 11g/dL.

Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda Veretamala (2017) dalam
bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan Remaja penyebab anemia antara lain:

a. Meningkatnya Kebutuhan Zat Besi

Peningkatan kebutuhan zat besi pada masa remaja memuncak pada usia antara14-15
tahun untuk perempuan dan satu sampai dua tahun kemudian pada laki-laki. Setelah kematangan
seksual, terjadi penurunan kebutuhan zat besi, sehingga terdapat peluang untuk memperbaiki
kekurangan zat besi terutama pada remaja laki-laki. Sedangkan pada remaja perempuan,
menstruasi mulai terjadi satu tahun setelah puncak pertumbuhan dan menyebabkan kebutuhan zat
besi akan tetap tinggi sampai usia reproduktif untuk mengganti kehilangan zat besi yang terjadi
saat menstruasi.Itulah sebabnya kelompok remaja putri lebih rentan mengalami anemia dibanding
remaja putra.

b. Kurangnya Asupan Zat Besi

Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah rendahnya asupan dan buruknya
bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang berlawanan dengan tingginya kebutuhan zat
besi pada masa remaja.

c. Kehamilan pada Usia Remaja

Masih adanya praktik tradisional pernikahan dini di negara-negara di Asia Tenggara juga
berkontribusi terhadap kejadian anemia gizi besi. Pernikahan dini umunya berhubungan dengan
kehamilan dini, dimana kehamilan meningkatkan 11 kebutuhan zat besi dan berpengaruh
terhadap semakin parahnya kekurangan zat besi dan anemia gizi besi yang dialami remaja
perempuan.

d. Penyakit Infeksi dan Infeksi

Parasit Sering terjadinya penyakit infeksi dan infeksi parasit di negara berkembang juga
dapat meningkatkan kebutuhan zat besi dan memperbesar peluang terjadinya status gizi negatif
dan anemia gizi besi.
e. Sosial-Ekonomi

Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia, remaja yang tinggal di
wilayah perkotaan lebih banyak memiliki pilihan dalam menentukan makanan karena
ketersediaannya yang lebih luas di bandingkan pedesaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
juga menunjukan bahwa masyarakat pedesaan (22,8%) lebih banyak mengalami anemia di
bandingkan dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan (20,6%) .

f. Status Gizi

Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia. Remaja dengan status
gizi kurus mempunyai risiko mengalami anemia 1,5 kali dibandingkan remaja dengan status gizi
normal. Hal tersebut juga di dukung oleh studi yang di lakukan oleh Briawan dan Hardinsyah
(2010) bahwa status gizi normal dan lebih merupakan faktor protektif anemia.

g. Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai
macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan,
media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan tertentu
sehingga seseorang 12 berprilaku sesuai keyakinan tersebut. Pada beberpa penelitian terkait
anemia ditemukan pula pada mereka yang memiliki pengetahuan yang rendah terkait anemia.

Gejala Anemia Menurut Natalia Erlina Yuni (2015) dalam bukunya yang berjudul kelainan
darah menyebutkan gejala anemia sebagai berikut:

- kulit pucat
- detak jantung meningkat
- sulit bernafas
- kurang tenaga atau cepat lelah
- pusing terutama saat berdiri
- sakit kepala
- siklus menstruasi tidak menentu
- lidah yang bengkak dan nyeri
- kulit mata dan mulut berwarna kuning
- limpa atau hati membesar
- penyembuhan luka atau jaringan yang terganggu.
Anemia memiliki dampak buruk pada kesehatan bagi penderitanya, terutama pada golongan
rawan gizi yaitu, anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan menyusui dan juga pekerja.
Menurtut (Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017) dampak anemia sebagai beritkut:

 Menurunkan Daya tahan terhadap infeksi

Defisiensi zat besi menyebabkan menurunnya daya tahan terhadap penyakit infeksi dan
meningkatnya kerentanan mengalami keracunan (Bersamin et al., 2008).Pada populasi yang
mengalami kekurangan zat besi, kematian akibat penyakit infeksi meningkat karena kurangnya
zat besi berdampak pada system imun.

 Mengganggu Produktivitas kerja

Selain itu, anemia juga berdampak pada produktivitas kerja dan juga menyebabkan
kelelahan .

 Berdampak saat kehamilan

Anemia yang terjadi pada masa hamil berhubungan dengan kejadian BBLR (Berat Bayi
Lahir Rendah) dan peningkatan risiko kematian ibu dan bayi perinatal. Selama kehamilan, anemia
diasosiasikan dengan peningkatan kesakitan dan kematian.Anemia tingkat berat diketahui
merupakan faktor risiko kematian ibu.Untuk janinnya sendiri, anemia selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko BBLR, kelahiran prematur, dan defisiensi zat besi serta anemia pada bayi
nantinya.

Salah satu faktor di antara sekian banyak yang mempengaruhi keberhasilan suatu kehamilan
adalah gizi. Status gizi ibu hamil salah satunya berpengaruh terhadap berat badan–lahir bayi yang
ternyata sangat erat hubungannya dengan tingkat kesehatan dan angka kematian bayi. Ibu hamil
membutuhkan konsumsi energi dan zat gizi yang cukup guna menopang pertumbuhan dan
kesehatan janin dan dirinya sendiri. Kehamilan yang berjarak kurang dari setahun kehamilan
sebelumnya akan menguras cadangan zat-zat gizi, walaupun pertumbuhan janin mungkin dapat
dilindungi, namun kesehatan ibu dapat menurun.

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu
menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi.

Kurang energi kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang
berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kurang gizi akut disebabkan oleh
tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari segi
kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein
(untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik
disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang
baik dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah
yang cukup, atau disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi
yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin
gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh.

Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur resiko KEK kronis pada wanita usia
subur (WUS) / ibu hamil adalah lingkar lengan atas (LILA). Sasarannya adalah wanita pada usia
15 sampai 45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil, menyusui dan pasangan usia subur (PUS).
Ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila LILA kurang dari 23,5
cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR.

Setelah melahirkan, para ibu memiliki kebutuhan energi dan gizi yang lebih banyak dari
sebelum ibu melahirkan. Karena sang ibu memiliki kewajiban memberikan ASI eksklusif pada
bayi selama minimal 6 bulan pertama pasca kelahiran, demi meningkatkan kekebalan tubuh dan
pemenuhan protein utama pada bayi. Selain menyusui, ibu juga mengalami masa nifas selama 6
minggu sampai 3 bulan pasca melahirkan.

Nifas adalah keluarnya darah dari rahim ibu hamil setelah atau bersamaan dengan proses
kelahiran bayi. Darah nifas ini keluar disebabkan adanya pemulihan organ genetalia agar
berfungsi normal seperti masa sebelum hamil dan melahirkan. Untuk itu para ibu memerlukan
gizi dan nutrisi yang sangat menunjang bagi pemulihan organ genetalia ini dan proses menyusui
bayi dengan ASI eksklusif.

Status gizi ibu yang kurang ketika menyusui tidak berpengaruh besar terhadap mutu ASI,
kecuali pada volumenya, meskipun kadar vitamin dan mineralnya lebih rendah. Lain halnya
dengan kondisi malnutrisi ekstrim yang berkepanjangan, kuantitas dan kualitas ASI dapat
berpengaruh. Kondisi ini dimungkinkan karena produksi ASI bukan proses yang terjadi sesaat
tetapi merupakan proses yang sudah dimulai sejak kehamilan, sehingga gizi pada masa kehamilan
pun turut berpengaruh, dengan demikian kekurangan gizi pada masa menyusui tidaklah terlalu
mengkhawatirkan jika gizi pada waktu hamil tercukupi.

Kebutuhan gizi ibu menyusui lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan selama kehamilan.
Pemberian ASI yang berhasil akan disertai dengan menurunnya berat badan ibu secara berangsur
selama enam bulan sesudah melahirkan. Selama hamil sebagian besar ibu dapat menyimpan
sebanyak 2-4 kg lemak pada tubuh. Waktu menyusui, sebagian lemak ini dapat digunakan untuk
memenuhi sebagian kebutuhan tambahan energi yang diperlukan untuk memproduksi ASI.

Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Manusia yang
memasuki tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh akibat perubahan atau
penurunan fungsi organ-organ tubuh.

Menurut WHO, lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:

1. Usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun


2. Lansia (elderly) : usia 60-74 tahun
3. Lansia tua (old) : usia 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old): usia diatas 90 tahun

Departemen Kesehatan RI memberikan batasan lansia sebagai berikut:

1. Virilitas (prasenium) : masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan


jiwa (usia 55-59 tahun)
2. Usia lanjut dini (senescen) : kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini
(usia 60-64 tahun). Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit
degeneratif : usai diatas 65 tahun.

Kesehatan lansia dipengaruhi proses menua. Proses menua didefenisikan sebagai perubahan
yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan detrimental. Keadaan ini
menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dan kemampuan bertahan hidup
berkurang. Proses menua setiap individu dan setiap organ tubuh berbeda, hal ini dipengaruhi oleh
gaya hidup, lingkungan, dan penyakit degenerative. Proses menua dan perubahan fisiologis pada
lansia mengakibatkan beberapa kemunduran dan kelemahan, serta implikasi klinik berupa
penyakit kronik dan infeksi.

Perubahan yang sering terjadi pada lansia antara lain, pergerakan dan kestabilan terganggu,
intelektual terganggu, isolasi diri (depresi), inkontinensia, defisiensi imunologis, infeksi,
konstipasi, malnutrisi, iatrogenesis dan insomnia, kemunduran penglihatan, pendengaran,
pengecapan, pembauan, komunikasi dan integritas kulit, serta kemunduran proses penyembuhan.

Status Gizi pada lanjut usia dipengaruhi oleh berbagai hal. Perubahan fisiologis, komposisi
tubuh, asupan nutrisi dan keadaan ekonomi merupakan hal-hal yang dapat memicu terjadinya
berbagai masalah gizi pada lanjut usia. Dengan bertambahnya umur, kemampuan mengecap,
mencerna, dan mematobolisme makanan berubah. Penurunan indera pengecap dan pencium pada
lansia menyebabkan sebagian besar kelompok umur ini tidak dapat lagi menikmati aroma dan
rasa makanan. Keadaan ini dapat menyebabkan lansia kurang menikmati makanan dan
mengalami pemurunan nafsu makan dan asupan makanan.Gangguan rasa pengecap juga
merupakan manifestasi penyakit sistemik pada lansia disebabkan kandidiasis mulut dan defisiensi
nutrisi.

Kegemukan atau obesitas disebabkan oleh pola konsumsi makanan yang berlebihan, banyak
mengandung lemak, karbohidrat dan protein yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Kegemukan
yang terjadi pada lansia disebabkan karena menurunnya metabolisme yang tidak diimbangi
dengan peningkatan aktivitas fisik atau penurunan jumlah makanan, sehingga kalori jumlahnya
berlebihan diubah menjadi lemak dan mengakibatkan kegemukan. Lansia yang aktivitas fisiknya
menurun, sebaiknya konsumsi energi dikurangi untuk mencapai keseimbangan energi dan
mencegah terjadinya obesitas.

Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi lansia antara lain, persentase lemak tubuh
biasanya meningkat sejalan dengan bertambahnya umur, oleh karena itu kejadian gizi lebih
banyak di jumpai pada orang dewasa.

 Pria memerlukan zat gizi lebih banyak dibandingkan dengan wanita karena postur dan
luas permukaan tubuh lebih besar atau lebih luas dibandingkan wanita. Banyak penelitian
yang melaporkan bahwa wanita mudah mengalami kelebihan berat badan daripada pria.
Sedangkan pria, jumlah sel lemak lebih banyak pada wanita, disamping itu juga wanita
mempunyai basal metabolisme rate (BMR) yang lebih rendah daripada laki-laki.
 Pola makan antara pria dan wanita berbeda. Perbedaan ini menyebabkan timbulnya
kecenderungan pada pria untuk mengalami masalah kesehatan dibandingkan dengan
wanita. Berdasarkan riset yang dilakukan di Amerika Serikat, pria lebih menyukai jenis
makanan seperti daging dan produk unggas, sedangkan wanita lebih menyukai sayuran
dan buah – buahan.
 Pendidikan mencerminkan tingkat kecerdasan dan keterampilan seseorang. Pendidikan
yang memadai mempunyai andil yang besar terhadap kemajuan ekonomi. Statistik
Penduduk lansia menunjukkan kondisi pendidikan lansia yang rendah ini terlihat pada
tingginya persentase penduduk lansia yang tidak bersekolah sebanyak
 35,53% dan yang tidak menamatkan SD (Sekolah dasar) sebanyak 30,77% dan yang tamat
SD sebanyak 21,27% . Dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan berpengaruh terhadap
pekerjaan dan pendapatan serta pengetahuan untuk mendapatkan informasi makanan yang
mengandung gizi yang diperlukan dalam tubuh.
Angka Kecukupan Energi (AKE) merupakan rata-rata tingkat konsumsi energy dengan
pangan yang seimbang yang disesuaikan dengan pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis
kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas fisik. Angka Kecukupan Protein (AKP) merupakan rata-rata
konsumsi protein untuk menyeimbangkan protein agar tercapai semua populasi orang sehat
disesuaikan dengan kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas fisik. Kecukupan
karbohidrat sesuai dengan pola pangan yang baik berkisar antara 50-65% total energi, sedangkan
kecukupan lemak berkisar antara 20-30% total energi.

Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhi


kesehatan gizi :
1. Kejadian wasting
1. Tingkat ekonomi 2. Pemberian ASI eksklusif
2. Tingkat pengetahuan 3. Anemia
3. Tingkat pendidikan 4. Kekurangan energy kronik
4. Pola asupan (KEK)
5. Pola asuh 5. Gizi lebih dan gizi kurang
6. Jumlah anggota keluarga pada lansia

1. Penyakit infeksi yang


diderita
2. Kesehatan lingkungan
3. Pelayanan kesehatan

B. Hipotesis
Faktor tingkat pengetahuan, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, pola asupan, pola asuh,
jumlah anggota keluarga, penyakit infeksi, kesehatan lingkungan, dan pelayanan kesehatan
mempengaruhi masalah kesehatan gizi di dalam masyarakat.
C. Definisi Operasional
D.
E. NO VARIABEL DEFINISI CARA ALAT SKALA
UKUR UKUR UKUR

1 Tingkat ekonomi Kedudukan atau Wawancara Kuisioner Ordinal


posisi seseorang atau mengisi
dalam kelompok kuisioner
masyarakat yang
ditentukan oleh jenis
aktivitas ekonomi,
pendidikan serta
pendapatan.
2 Tingkat Hasil dari ranah tahu Wawancara Kuisioner Ordinal
pengetahuan dan ini terjadi karena atau mengisi
setelah seseorag kuisioner
melakukan
penginderaan
terhadap suatu obyek
tertentu penginderaan
terjadi melalui panca
indera manusia yaitu
penglihatan,
pendengaran,
penciuman, perabaan
dan rasa. Sebagian
besar pengetahuan
manusia melalui mata
dan telinga
3 Tingkat Suatu kondisi jenjang Wawancara Kuisioner Ordinal
pendidikan pedidikan yang atau mengisi
dimiliki oleh kuisioner
seseorang melalui
pendidikan formal
yang dipakai oleh
pemerintah serta
disahkan oleh
departemen
pendidikan.
4 Pola Asupan Suatu cara atau usaha Wawancara Kuisioner Ordinal
dalam pengaturan atau megisi Form food
jumlah dan jenis kuisioner dan recall
makanan dengan form food
informasi gambaran recall
dengan meliputi
mempertahankan
kesehatan, status
nutrisi, mencegah
atau membantu
kesembuhan penyakit
5 Pola Asuh Suatu proses yang Wawancaea Kuisioner Ordinal
ditujukan untuk atau mengisi
meningkatkan serta kuisioner
mendukung
perkembangan fisik,
emosional, sosial,
finansial, dan
intelektual seorang
anak sejak bayi
hingga dewasa
6 Jumlah anggota Jumlah orang yang Wawancara Kuisioner Ordinal
keluarga berada di dalam satu atau mengisi
rumah yang memiliki kuisioner
hubungan darah.
7 Kejadian wasting Kondisi ketika berat Antropometri Timbangan Rasio
badan anak menurun berat badan
sangat kurang, atau dan
bahkan berada di microtoice
bawah rentang
normal.
8 Pemberian asi Pemberian ASI sedini Kuisioner Wawancara Ordinal
eksklusif dan sebanyak
mungkin sejak bayi
dilahirkan hingga
bayi berusia 6 bulan
tanpa tambahan
cairan ataupun
makanan lain, bahkan
air putih sekalipun.
9 Anemia Tubuh dalam keadaan Kuisioner Wawancara Ordinal
kekurangan sel darah
merah sehat atau
hemoglobin

10 Kekurangan Masalah kurang gizi Pengukuran Pita LILA, Rasio


energi kronik yang sering terjadi LILA dan timbangan
(KEK) pada wanita hamil, antropometri berat badan
yang disebabkan oleh dan
kekurangan energy microtoice
dalam jangka waktu
yang cukup lama

11 Gizi lebih Kelebihan zat gizi Antropometri Timbangan Rasio


yang disebabkan oleh berat badan
kelebihan konsumsi dan
energi dan protein microtoice
12 Gizi kurang Gangguan kesehatan Antropometri Timbangan Rasio
akibat kekurangan berat badan
atau dan
ketidakseimbangan microtoice
zat gizi yang
diperlukan untuk
pertumbuhan,
aktivitas berfikir dan
semua hal yang
berhubungan dengan
kehidupan
13 Penyakit infeksi Masalah Kuisioner Wawancara Ordinal
yang diderita kesehatan yang
disebabkan oleh
organisme seperti
virus, bakteri,
jamur, dan parasit
14 Kesehatan Aspek-aspek Kuisioner Wawancara Ordinal
lingkungan kesehatan manusia
dan penyakit yang
ditentukan oleh
faktor-faktor di
lingkungan
15 Pelayanan Konsep yang Kuisioner Wawancara Ordinal
kesehatan digunakan dalam
memberikan layanan
kesehatan kepada
masyarakat
BAB III

METODOLOGI

3.1 Desain

Penelitian ini merupakan survei cepat (rapid survey) bersifat kualitatif dan kuantitatif
dengan menggunakan rancangan desain cross sectional. Survei ini akan menggambarkan tentang
permasalahan gizi dan kesehatan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah gizi
serta penanggulangan masalah gizi melalui Perencanaan Program Intervensi Gizi masyarakat di
Desa…..

3.2 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal…..yang bertempat di Desa…..

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi yang diambil dalam pengumpulan data dasar gizi kesehatan ini adalah balita,
ibu hamil, ibu menyusui, lansia dan anak sekolah di Desa…..

3.3.2 Sampel

Sampel yang diambil dalam pengumpulan data dasar gizi kesehatan ini adalah keseluruhan
dari balita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia dan anak sekolah.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut :

 Menyusun sampling menurut kecamatan sampel balita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia dan
anak sekolah
 Lalu dirandom, berikan teknik random sampling
 Mengumpulkan dan membagi sampel yang setara bagi peserta PBL
3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.

 Data primer
Data primer penelitian ini meliputi data antropometri, status gizi, pendidikan, pekerjaan,
riwayat penyakit, pelayanan kesehatan, pengetahuan, sikap tentang gizi, perilaku tentang gizi,
kesehatan lingkungan, sosial budaya, balita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia, anak sekolah dan
asupan makanan.

 Data sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi keadaan umum lokasi
penelitian meliputi luas wilayah, batas wilayah, jumlah penduduk.

Cara pengumpulan data :


 Data primer
Data pendidikan, pekerjaan, riwayat penyakit, pelayanan kesehatan, pengetahuan, sikap
tentang gizi, perilaku tentang gizi, kesehatan lingkungan, sosial budaya, balita, ibu hamil, ibu
menyusui, lansia dan anak sekolah diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner. Status
gizi balita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia dan anak sekolah diperoleh dengan antropometri.
Sedangkan data asupan zat gizi diperoleh dengan menggunakan metode food recall dan food
frequency.

 Data sekunder
Gambaran umum desa, luas dan batas wilayah, jumlah penduduk, sarana dan prasarana
umum, sarana pelayanan kesehatan, dan tenaga pelayanan kesehatan diperoleh melalui
penelusuran dokumen desa.

3.5 Pengumpulan Data


Teknik yang dipakai dalam mengumpulkan data untuk setiap jenis data yang akan
dikumpulkan adalah observasi, wawancara dan pengukuran antropometri.
3.6 Instumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada kegiatan praktek belajar
lapangan perencanaan program gizi di Desa…..sebagai berikut :
 Data pendidikan, pekerjaan, riwayat penyakit, pelayanan kesehatan, pengetahuan,
sikap tentang gizi, perilaku tentang gizi, kesehatan lingkungan, sosial budaya, balita, ibu
hamil, ibu menyusui, lansia dan anak sekolah diperoleh dengan wawancara dengan
menggunakan kuesioner.
 Data asupan zat gizi diperoleh dengan menggunakan metode food recall dan food
frequency.
 Status gizi balita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia dan anak sekolah diperoleh dengan
pengukuran antropometri yaitu menggunakan dacin, timbangan digital, microtoise, pita
LILA.

3.7 Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1 Pengolahan data

a) Untuk pengolahan data pengetahuan, perilaku, sikap tentang gizi, asupan makanan, pola
makan, pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, riwayat penyakit, pelayanan kesehatan, dan
kesehatan lingkungan. Data yang diperoleh di periksa kembali kelengkapannya kemudian
data itu dikelompokkan dan diberikan skor. Kemudian skor yang diperoleh dijumlahkan
hasilnya dan dibandingkan dengan jumlah seluruh sampel dan di hitung dengan
menggunakan rumus rata-rata sebagai berikut :

= × %

Keterangan :

X : Rata – rata pengetahuan tentang gizi/perilaku tentang gizi/sikap tentang gizi/kesehatan


lingkungan

n : Jumlah nilai skor yang didapat

N : Jumlah sampel

Hasil yang diperoleh disajikan dalam skala ordinal dengan kategori sesuai definisi operasional.

b) Status gizi
Penentuan status status gizi balita ditentukan menggunakan indikator BB/U, TB/U, BB/U
dan IMT/U sesuai dengan standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010.
Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi
balita dan anak sekolah dengan batasan sebagai berikut :
Indeks BB/U
 Gizi lebih, bila Z-Score terletak > 2 SD
 Gizi baik, bila Z-Score terletak ≤ 2 SD s/d > -2 SD
 Gizi kurang, bila Z-Score terletak ≤ - 2 SD s/d > -3 SD
 Gizi buruk, bila Z-Score terletak ≤ - 3 SD

Indeks TB/U
 Tinggi, bila Z-Score terletak > 2 SD
 Normal, bila Z-Score terletak ≤ 2 SD s/d > -2 SD
 Pendek, bila Z-Score terletak ≤ - 2 SD s/d > -3 SD
 Sangat Pendek, bila Z-Score terletak ≤ - 3 SD

Indeks BB/TB
 Gemuk, bila Z-Score terletak > 2 SD
 Normal, bila Z-Score terletak ≤ 2 SD s/d > -2 SD
 Kurus, bila Z-Score terletak ≤ - 2 SD s/d > -3 SD
 Kurus Sekali, bila Z-Score terletak ≤ - 3 SD

c) Penilaian status gizi dewasa

IMT = BB ( Kg ) / TB²

Keterangan :
IMT : Indeks massa tubuh
BB : Berat badan
TB : Tinggi badan

 Obesitas, > 27,0


 Gemuk, > 25,0 s/d 27,0
 Normal, > 18,5 s/d 25,0
 Kurus, 17,0 s/d 18,5
 Sangat kurus, < 17,0

Penentuan status gizi ibu hamil ditentukan dengan cara mengukur LILA ibu hamil .

Hasil yang diperoleh dikategorikan menjadi :

 KEK, apabila LILA < 23,5


 Normal, apabila LILA > 23,5

3.7.2 Analisa data

a) Univariat
Analisa data deskritif masing-masing variabel telah di tabulasi untuk melihat status gizi,
asupan makanan, pengetahuan, sikap, pendidikan, sosial budaya, riwayat penyakit, kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan, data tentang balita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia dan anak
sekolah.

b) Bivariat
Analisa tabel untuk mengetahui hubungan dua variabel dan dilakukan uji statistik. Jenis uji
statistik yang digunakan yaitu Uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95 %.

3.8 Penyajian Data

Penyajian data disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, grafikal.

 Tekstural : Penyajian data dengan menggunakan teks atau narasi


 Tabular : Penyajian data dengan menggunakan table
 Grafikal : Penyajian data menggunakan grafik

3.9 Penentuan Prioritas Masalah

 Menganalisis Community
Menjabarkan semua variabel dan semua masalah yang ada di desa tersebut untuk
mendapatkan masalah - masalah yang ada di desa tersebut lalu ditentukan prioritas
masalahnya dengan menggunakan metode delbeq. Tahapan penentuan prioritas masalah dan
teknis penetapan alternatif pemecahan masalah menggunakan metode Delbeq.

 Menginventalisir Kriteria
Peserta dibagikan formulir inventarisasi kriteria yg berisikan instruksi dimana setiap anggota
akan menetapkan kriteria berdasarkan seriusitas masalah menurutr pendapatnya masing-masing.

Contoh formulir

Inventarisasi criteria menurut seriusitas


masalah yang mempengaruhi pelayanan
Urutan Serius
kesehatan
No

Dan seterusnya

Kriteria yang digunakan yang digunakan dalam penentuan prioritas masalah ini adalah :

a) Prioritas masalah pada balita

Inventarisasi Kriteria Menurut Tingkat


Keseriusan Masalah Yang Mempengaruhi
Pelayanan Kesehatan
Menurunnya Produktifitas
Berdampak Untuk Masa Depan
Kemampuan Menyebarnya Penularan

Mengakibatkan
Yang Tinggi Penderitaan Yang Lama
Mempunyai Kecenderungan Yang Tinggi
Timbul Didaerah Prioritas
Mengenai Penduduk Usia Dini
Total
Rata-Rata
b) Prioritas masalah pada ibu hamil

Inventarisasi Kriteria Menurut Tingkat


Keseriusan Masalah Yang Mempengaruhi
Pelayanan Kesehatan
Menurunnya Produktifitas
Berdampak Untuk Masa Depan
Kemampuan Menyebarnya Penularan

Mengakibatkan
Yang Tinggi Penderitaan Yang Lama
Mempunyai Kecenderungan Yang Tinggi
Timbul Didaerah Prioritas
Mengenai Penduduk Usia Dini
Total
Rata-Rata

c) Prioritas masalah pada ibu menyusui

Inventarisasi Kriteria Menurut Tingkat


Keseriusan Masalah Yang Mempengaruhi
Pelayanan Kesehatan
Menurunnya Produktifitas
Berdampak Untuk Masa Depan
Kemampuan Menyebarnya Penularan

Mengakibatkan
Yang Tinggi Penderitaan Yang Lama
Mempunyai Kecenderungan Yang Tinggi
Timbul Didaerah Prioritas
Mengenai Penduduk Usia Dini
Total
Rata-Rata

d) Prioritas masalah pada lansia

Inventarisasi Kriteria Menurut Tingkat


Keseriusan Masalah Yang Mempengaruhi
Pelayanan Kesehatan
Menurunnya Produktifitas
Berdampak Untuk Masa Depan
Kemampuan Menyebarnya Penularan

Mengakibatkan
Yang Tinggi Penderitaan Yang Lama
Mempunyai Kecenderungan Yang Tinggi
Timbul Didaerah Prioritas
Mengenai Penduduk Usia Dini
Total
Rata-Rata

e) Prioritas masalah pada anak sekolah

Inventarisasi Kriteria Menurut Tingkat


Keseriusan Masalah Yang Mempengaruhi
Pelayanan Kesehatan
Menurunnya Produktifitas
Berdampak Untuk Masa Depan
Kemampuan Menyebarnya Penularan

Mengakibatkan
Yang Tinggi Penderitaan Yang Lama
Mempunyai Kecenderungan Yang Tinggi
Timbul Didaerah Prioritas
Mengenai Penduduk Usia Dini
Total
Rata-Rata

3.9.1 Mengkaji dan mengevaluasi kriteria

 Semua kriteria yang telah diinventarisasikan oleh semua peserta.


 Kemudian kriteria dikaji ulang satu persatu untuk klasifikasi masing – masing kriteria
kriteria yang hampir sama maksudnya digabungkan.
 Jumlah kriteria dapat ditambah kalau dirasa perlu.
 Diskusi diakhiri setelah semua kriteria jelas dan disetujui oleh kelompok.

3.9.2 Penetapan skor metode delbeq

 Setiap anggota diminta memberikan nilai skor terhadap masalah yang dibahas.
 Variasi skor antara 1 – 10 dan setiap masalah diberi nomor dan dicatat dalam kartu
indeks khusus (dibagikan). Setiap anggota akan memberikan skor terhadap
keseluruhan masalah. Lalu menjumlahkan hasil skoring seluruh anggota akan
diperoleh urutan proritas masalah.
 Pimpinan rapat mendiskusikan degan tujuan agar setiap anggota dapat menjelaskan
dan memperbaiki skor yang telah disampaikan

Kuisioner Balita
Nama :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Jumlah anggota Keluarga :
Berilah tanda (x) pada jawaban yang anda pilih !
1. Dalam sehari berapa kali anak ibu makan?
a. 1 c. 3
b. 2 d. sekehendak anak
2. Apa saja jenis makanan yang anak ibu konsusmsi dalam sekali makan?
a. nasi dan lauk
b. Nasi, lauk, dan sayur
c. Nasi, lauk, sayur dan buah
d. Nasi, lauk, sayur, buah dan susu
3. Seberapa sering ibu membawa anak ibu ke posyandu?
a. seminggu sekali c. Jika sempat
b. dua bulan sekali d. tidak pernah
4. Dalam sehari berapa kali anak ibu mengonsumsi buah dan sayuran?
a. sekali c. tergantung si anak
b. setiap makan d. jika ada di rumah
5. Apakah anak ibu sering mengkonsumsi jajanan ?
a. ya c. kadang-kadang
b. tidak d. sekehendak anak
Berilah tanda () pada setiap pernyataan yang anda pilih !
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anak ibu hanya diberikan asi sampai usia 6 bulan ?

2 Apakah ibu memberikan makanan lain (pisang, nasi, roti, dan lain – lain)
selain asi saat anak berusia 0 – 6 bulan ?
3 Apakah ibu memberikan susu formula saat anak berusia 0 – 6 bulan ?

4 Apakah menurut ibu memberikan asi penting bagi anak ?

5 Apakah dalam masa pemberian asi pada anak ibu mendapat dukungan dari
keluarga ?
Kuisioner Lansia
Nama :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Jumlah anggota Keluarga :
Berilah tanda (x) pada jawaban yang anda pilih !
1. Dalam sehari berapa kali bapak/ibu makan?
a. 1 c. 3
b. 2 d. sekehendak
2. apa saja jenis makanan yang dikonsumsi dalam sekali makan ?
a. . nasi dan lauk
b. Nasi, lauk, dan sayur
c. Nasi, lauk, sayur dan buah
d. Nasi, lauk, sayur, buah dan susu
3. Dalam sehari berapa kali ibu/bapak mengonsumsi buah dan sayuran?
a. sekali c. sekehendak
b. setiap makan d. jika ada di rumah
4. Berapa kali dalam sehari ibu/bapak mengonsumsi makanan atau minuman manis ?
a. sekali c. sering
b. sekehemdak d. setiap sore
5. apakah bapak/ibu menyukai makanan atau minuman manis?
a. iya
b. tidak

6. apakah bapak/ibu merokok?


a. iya c. sesekali
b. tidak d. sering
7. apakah bapak/ibu mengalami penurunan nafsu makan?
a. ya c. pernah sesekali
b. tidak d. sering
8. berapa banyak porsi makanan yang bapak/ibu konsumsi setiap kali makan ?
a. porsi kecil tapi sering c. porsi besar tapi jarang
b. porsi sedang d. porsi besar dan sering
9. apakah dalam sebulan terakhir bapak/ibu menderita sakit ?
a. ya c. pernah sesekali
b. tidak d. sering
10. seberapa sering bapak/ibu mengunjungi posyandu?
a. sesekali c. jika sempat
b. setiap kali diadakan d. tidak pernah
Kuisioner Ibu Hamil
Nama :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Jumlah anggota Keluarga :
Berilah tanda (x) pada jawaban yang anda pilih !
1. Dalam sehari berapa kali mengkonsumsi makanan pokok ?
A. 1 kali
B. 2 kali
C. 3 kali
D. Sekehendak

2. Apa saja jenis makanan yang dikonsumsi dalam sekali makan ?


A. Nasi dan lauk
B. Nasi, lauk dan sayur
C. Nasi, lauk, sayur dan buah
D. Nasi, lauk, sayur, buah dan susu

3. Selama masa kehamilan, dalam sehari berapa kali ibu mengkonsumsi susu hamil ?
A. 1 kali
B. 2 kali
C. 3 kali
D. Tidak sama sekali
4. Selama masa kehamilan, dalam sehari berapa kali ibu mengalami mual dan muntah ?
A. 1 kali
B. 2 kali
C. Lebih dari 3 kali
D. Tidak sama sekali
5. Apakah selama masa kehamilan ibu ada menambah porsi makan dalam setiap kali makan ?
A. Ya
B. Tidak
C. Kadang – kadang
D. Sering

Berilah tanda () pada setiap pernyataan yang anda pilih !


NO PERTANYAAN YA TIDA
K
1 Apakah selama kehamilan ibu ada merasa lemas, lesu, letih, dan sakit kepala
?
2 Apakah selama kehamilan ibu sering mengkonsumsi sayuran hijau ?

3 Apakah selama kehamilan ibu ada mengkonsumsi tablet penambah darah ?

4 Apakah ibu ada melakukan pengecekan kadar darah merah dalam sebulan
terakhir ?
5 Apakah ibu ada melakukan kunjungan posyandu secara rutin?
Kuisoner Ibu Menyusui
Nama :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Jumlah anggota Keluarga :

Berilah tanda () pada setiap pernyataan yang anda pilih !


NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah selama menyusui ibu ada merasa lemas, lesu, letih, dan sakit kepala ?

2 Apakah selama menyusui ibu sering mengkonsumsi sayuran hijau ?

3 Apakah selama masa menysusi ibu ada mengkonsumsi tablet penambah darah ?

4 Apakah ibu ada melakukan pengecekan kadar darah merah dalam sebulan
terakhir ?
5 Apakah selama masa menyusui ibu ada melakukan kunjungan posyandu secara
rutin?
6 Apakah selama masa menyusui ibu sering mengkonsumsi hati ayam ?

7 Apakah selama masa menyusui ibu rutin mengkonsumsi sarapan pagi ?

8 Apakah selama masa menyusui ibu merokok ?

9 Apakah selama masa menyusui ibu mengalami penurunan nafsu makan ?

10 Apakah selama masa menyusui ibu sering mengkonsumsi makanan cepat saji ?
Kuisioner Anak Sekolah
Nama :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Jumlah anggota Keluarga :
Berilah tanda (x) pada jawaban yang anda pilih !
1. Apakah kamu makan pagi di rumah sebelum berangkat sekolah?
a. Selalu
b. Kadang-kadang, seminggu = ...........kali
c. Tidak pernah

2. Apakah alasan kamu tidak suka makan pagi? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Tidak menyukai makanan pagi hari
b. Terburu-buru berangkat sekolah
c. Merasa mual jika makan pagi
d. Malas
e. Dan lain-lain(sebutkan)..................................

3. Makanan dan minuman apa saja yang biasa kamu makan ketika pagi hari? (jawaban
boleh lebih dari satu)
a. Nasi dan lauk
b. Roti
c. Nasi goreng
d. Tidak makan sama sekali
e. Lain – lain (sebutkan)......

4. Apakah kamu jajan pagi sebelum mulai belajar di sekolah ?


a. Selalu
b. Kadang-kadang (seminggu = ........... kali)
c. Tidak pernah

5. Makanan apa saja yang kamu konsumsi selama di sekolah?


a. Nasi goreng
b. Roti
c. Chiki (makanan kemasan)
d. Minuman kemasan
e. Tidak pernah
6. Kapan saja kamu jajan dalam 1 hari? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Pagi sebelum belajar di sekolah
b. Saat istirahat
c. Saat pulang sekolah
d. Sore hari
e. Malam hari
f. Tidak pernah

7. Apakah kamu mengalami pusing, mudah lelah, lesu dan letih?


a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
8. Dalam sehari berapa kali kamu mengonsumsi sayuran hijau?
a. Sekali sehari
b. Sekehendak
c. Setiap makan
d. tidak pernah
9. Apakah menstruasi kamu teratur?
a. Sebulan sekali
b. Dua bulan sekali
c. Lebih dari 2 bulan (sebutkan)……
d. Belum menstruasi

10. Apa kamu mengonsumsi tablet penambah darah?


a. Iya, kadang-kadang
b. Sering
c. Iya, setiap hari
d. Tidak pernah

Anda mungkin juga menyukai