Anda di halaman 1dari 13

KONTRASEPSI

SUNTIK
KB suntik adalah alat kontrasepsi sementara, berupa suntikan yang di dalamnya berisi cairan hormon sintesis
progesterone yang digunakan untuk mencegah kehamilan selama jangka waktu tertentu (biasanya antara 1-3 bulan).
Cairan hormon yang terkandung dalam suntikan akan dapat mengentalkan lendir rahim yang akan menghambat
pembuahan. Jenis suntikan KB sendiri bisa dibedakan berdasarkan pola waktu pemakaiannya. Di Indonesia sendiri, KB
suntik yang sering digunakan adalah jenis suntikan per bulan dan suntikan setiap 3 bulan.

Untuk suntikan yang dilakukan per bulan, mengandung hormon progestin dan hormon estrogen, Untuk suntikan per
3 bulan, mengandung hormon progestin. Suntikan ini diberikan setiap 3 bulan. Pemakaiannya tergantung kondisi masing-
masing ibu, dan tujuan penundaan kehamilannya.
APA ITU
KONTRASEPSI
SUNTIK?
CARA PEMBERIAN

Waktu Pemberian

- Setelah melahirkan : hari ke 3 - 5 pasca salin dan setelah ASI berproduksi


- Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30 hari setelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi)
- Dalam masa haid : hari 1-7 siklus haid, asal ibu tidak hamil.

Lokasi Penyuntikan

- Daerah bokong/pantat, DMPA diberikan setiap 3 bulan / IM. (Saifuddin, 2006)


DI DAERAH PANTAT SETELAH MELAHIRKAN

CARA PEMBERIAN

SETELAH KEGUGURAN
SAAT MENSTRUASI
JENIS

- DMPA (Depot Medroxy Progesterone Asetat) = Depo Provera

Dosis progestonerone 150mg dalam bentuk partikel. Suntikan setiap 12 minggu

- NET-TEN (Norethinddrone Enanthate) = Noristerat

Dosis 200mg sekali setiap 8 minggu atau sekali tiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (3x suntikan pertama)
selanjutnya sekali setiap 12 minggu

- CICLOFEM

Dosis 50mg noretindron enantat (progesteron) dan 5 mg estradiol (estrogen) disuntikan setiap bulan. Diharapkan
dapat menstruasi setiap bulan karena komponen esterogennya
JENIS JENIS KONTRASEPSI
SUNTIK
KEUNTUNGAN

DMPA (Depo Provera) dan NET-EN

- Tidak berpangaruh pada hubungan suami istri


- Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
- Tidak berpengaruh pada ASI
- Jangka waktu pemakaian lebih panjang
- Mengurangi kunjungan ke tenaga kesehatan
- Efek samping sangat kecil
- Mengurangi jumlah perdarahan
- Mengurangi nyeri saat haid
- Mencegah anemia
- Mencegah kehamilan ektopik

CYCLOFEM
- Menstruasi teratur setiap bulan
- Kurang menimbulkan perdarahan-bercak/ perdarahan irreguler lainnya
- Kurang menimbulkan amenore
- Efek samping lebih cepat menghilang setelah suntikan dihentikan
Mencegah kehamilan ektopik Tidak berpangaruh pada ASI
Menstruasi teratur setiap bulan Mencegah anemia
KERUGIAN

DMPA (Depo Provera) dan NET-EN

- Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak/ spotting, atau perdarahan sampai 10 hari
dan amenore
- Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga
- Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan
- Efektifitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat obatan epilepsy (fenitoin dan barbiturate) atau
obat TBC (rifampisin)
- Penambahan berat badan
- Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B, dan HIV/AIDS
- Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian

CICLOFEM

- Penyuntikan lebih sering


- Biaya keseluruhan lebih tinggi
- Kemungkinan efek sampingnya karena esterogen
KETERGANTUNGAN SAKIT KEPALA PERUBAHAN POLA HAID
PELAYANAN KESEHATAN

KERUGIAN
PENYUNTIKAN TIDAK TERLINDUNG MUAL MUNTAH BB NAIK
BIAYA LEBIH TINGGI EFEK SAMPING
LEBIH SERING DARI IMS

DMPA (Depo Provera) dan NET-EN

- Gangguan haid
- BB naik
- Sakit kepala

CICLOFEM

- Amenore
- Mual muntah
- Pusing
- Perdarahan bercak
SAKIT KEPALA

MUAL MUNTAH

BB NAIK EFEK SAMPING

GANGGUAN HAID AMENORE/ TIDAK MENSTRUASI

Anda mungkin juga menyukai