OLEH :
DARMA HERMAWAN
10.06.057
OLEH :
DARMA HERMAWAN
10.06.057
LEMBAR PERSETUJUAN
OLEH :
DARMA HERMAWAN
NIM : 10.06.057
OLEH :
DARMA HERMAWAN
NIM : 10.06.057
(Dra. Cut Fatimah, M. Si, Apt) ( Drs. Nelson Simanjuntak) (Dra. Basaria
Silalahi, Apt)
ABSTRAK
am studi : Analisa Farmasi dan Makanan Fakultas MIPA Universitas Sari Mutiara Indonesia
n : 2013
a : Darma Hermawan
: PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT DALAM BEDAK MARCK YANG
BEREDAR DI APOTEK SEKITAR DAERAH SUNGGAL SECARA TITRASI ASAM
BASA TAHUN 2013
ah Halaman : vii + 43
stakaan : 6 buah
Telah dilakukan penelitian kadar Asam salisilat pada sediaan Bedak Marckyang
beredar di Apotek sekitar Daerah Sunggal secara Titrasi Asam Basa Tahun 2013.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada penetapan kadar Asam salisilat pada
sediaan Bedak Marck dari tiga sampel dengan nomor Batch yang berbeda memenuhi
persyaratan yang di keluarkan oleh badan pom bahwasannya kadar asam salisilat dalam
bedak marcks maksimal 0,5%.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia_Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan baik. Karya Tulis Ilmiah ini di susun dengan judul"PENETAPAN
KADAR ASAM SALISILAT PADA BEDAK MARCK YANG BEREDAR DI APOTEK
SEKITAR SUNGGAL SECARA TITRASI ASAM BASA TAHUN 2013”.
Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
serta dorongan dari pihak secara langsung maupun tidak langsung, sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat saya selesaikan.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. W. Purba, selaku ketua Yayasan Universitas Sari Mutiara Indonesia dan Ibu Dr.
Ivan Elisabeth, M, Kes selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia.
2. Ibu Dra. Ganda Mauli Simorangkir, Apt selaku Ketua Program Studi Analisa Farmasi dan
Makanan Fakultas MIPA Universitas Sari Mutiara Indonesia.
3. Ibu Dra. Basaria Silalahi , Apt. selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan
mengarahkan serta memberikan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Dra. Fanny L.Tobing. selaku sekretaris selaku Sekretaris Program Studi Analisa Farmasi dan
Makanan Fakultas MIPA Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Seluruh staf Pegawai di Program Studi Analisa Farmasi dan Makanan Fakultas MIPA
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan, yang telah membimbing penulis selama mengikuti
perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa pendidikan di
Program Studi Analisa Farmasi dan Makanan Fakultas MIPA Universitas Sari Mutiara Indonesia
Medan, yang telah membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan.
7. Yang teristimewa untuk kedua Orang Tua penulis yang sangat penulis cinta dan sayangi,
Ayahanda H.Markum,Spd dan Ibunda Hj.Sudarmi,Spd, buat abang saya Darma Agusanda S.kep
dan adik saya Darma Satrio,serta keluarga besar saya. Yang telah banyak memberikan dukungan
baik secara moral dan moril, semangat dan juga doa yang tulus kepada penulis.
8. Serta sahabat dan teman-teman penulis terkhususnya pacar saya Ratna Sari, Putra Maulana Nst,
Tobok Jonathan Sianturi,Herman gaol, Arif, Ida Royani, Dina Indriani, Ari Dwi, Anggraini
Lestari, serta seluruh teman-teman 3.2 dan 3.1 yang banyak membantu,dan memberikan
dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama kepada penulis.
Medan, Juli 2013
Darma Hermawan
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK.................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3 Pembatasan Masalah................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................... 3
1.6 Metodologi Penelitian................................................................................. 3
1.7 Lokasi Penelitian......................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
OH
2.2Farmakologi
2.2.1 Pemakaian
Asam salisilat bersifat sebagai fungsisida dan juga sebagai keratolitika.Asam salisilat
sebagai obat luar pada kulit dapat dapat menyebabkan destruksi epithelium kulit.Umumnya
asam–asam bersifat bakteriostatik oleh karena asam dapat melepaskan ion hydrogen.
Adapunion hydrogen akan merusak protolasma sel bakteri, sehingga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan lama kelamaan bakteri akan mati.
2.2.2 Mekanisme kerja
Turunan asam pada umumnya digunakan sebagai anti jamur setempat pada
kulit.Mekanisme kerja pada anti jamur turunan ini di sebabkan oleh efek keratolitika.Asam
salisilat mempunyai efek keratolitika dan digunakan secara local untuk menghilangkan
kutil.Proses penyerapan kulit dan kesanggupan larut dalam lipoid dari suatu obat penting,
karena dapat menentukan mudah atau sulitnya di serap kulit. Asam salisilat mengiritasi kulit,
mukosa dan merusak epitel kulit.
Sediaan asam salisilat dalam bentuk serbuk tabur adalah campuran kering bahan obat
atau zat kimia yang di haluskan dan di tujukan untuk pemakaian luar. Karena mempunyai
permukkaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
di dapatkan.
Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topical dapat di kemas dalam
wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaanpada kulit.Pada
umumnya serbuk tabur harus dapat melewati ayakan dengan derajat kehalusan tertentu,
seperti tertera pada pengayakan dengan derajat halus, agar tidak menimbulkan iritasi pada
bagian yang peka.
2.2.3 Absorbsi Ektraksi
Asam salisilat cepat sekali di absorbsi oleh kulit, terutama bila berada dalam
campuran lemak. Setelah di absorbsi, salisilat di temukan dalam berbagai cairan tubuh seperti
cairan sinoviall, peritoneal, pada pemakaian asam salisilat dapat menimbulkan introksikasi
sistemik. Ekskresi asam salisilat terutama di lakukan melalui ginjal. Di dalam urine
ditemukan salisisat dalam bentuk asli.
Ekskresi oleh ginjal berlangsung cukup lambat, 50% dari suatu dikluarkan dalam 24
jam dan jumlah kecil masih di temukan setelah usia 48 jam atau lebih, kadar salisilat dalam
serum dapat di pertahankan dengan konstan jika dosis yang di berikan tiap 4-6 jam.
2.2.4 Efek Toksik
Asam salisilat mengiritasi kulit pada pemakaian yang lama, dan dari preparat asam
salisilat juga dapat menyebabkan dermatitis, gejela keracunan secara sistematik dapat terjadi
bila pemakaian asam salisilat dalam sediaan pada daerah yang luas dari tubuh, dengan
konsentrasi 5%.Asam salisilat (asam O-hidroksibenzoat) mempunyai aktifitas antibakteri
tetapi isonernya yaitu para (asam p-hidrosibenzoat) tidak mempunyai aktifitas antibakteri.
Kebalikannya terjadi pada esternya, yaitu metil salisilat yang mempunyai sifat
antibakteri yang sangat kecil, tetape metil p-hidroksibenzoat memberikan sifat anti
bakteri.Sejumlah ester p-hidroksibenzoat (terutama metil dan propil) digunakan sebagai
pengawet, berbagai sediaan farmasi dan kosmetika.Perbedaan aksi antibakteri dari asam
bebas dan esternya dapat dijelaskan melalui pembentukan ikatan hydrogen. Hanya
isomer orto (asam salisilat) menunjukkan sifat analgetik dan antifiretik.
Asam salisilat suatu asam kuat dengan pKa = 3,0 dan asam p-hidroksibenzoat
mempunyai pKa= 4,5. Asam salisilat kurang larut dalam air jika dibanding isomer para,
tetapi koefisien partisi (benzene/air) lebih besar dari sekitar 300 kali.
2.3. Teori Asam Basa
Pada dasarnya prinsip dasar asam basa adalah netralisasi. Yang dimaksud dengan
asam basa adalah penetapan kadar asam dengan menggunakan larutan basa. Pada titrasi asam
basa ini sebagai pentiter digunakan natrium hidroksida. Kedalam larutan sampel di
tambahkan larutan standart basa dengan jumlah yang berlebihan secara kuantitatif , sehingga
standart yang kita tambahkan ini di titrasi kembali dengan standart asam.
2.3.1 Teori Archenius
Menurut Archenuis, asam adalah suatu zat yang bila dilarutkan dalam air berdisosiasi
menghasilkan ion hydrogen (H+) sebagai satu-satunya ion positif.
HCL→ H+ + CL-
Asam
Basa adalah suatu zat yang bila di larutkan dalam air berdisosiasi menghilangkan ion
hidroksida( OH-) sebagai satu-satunya ion negatif.
NaOH→Na + + OH-
Basa
2.3.2 Teori Bronsted – Lowry
Teori ini merupakan teori umum dari asam basa, karena dapat di terapkan pada semua
jenis pelarut, termasuk pelarut organik.
Menurut teori ini, asam adalah suatu zat yang cenderung untuk melepaskan proton (
donor proton) sedangkan basa cenderung untuk mengikat proton ( akseptorm proton ).
Reaksi : HB → H+ + B-
Asam Proton Basa Konjungsi
Reaksi : B- + H+ →HB
Basa Proton Asam Konjungsi
2.3.3 Prinsip Titrasi Asam Basa
Prinsip titrasi asam basa adalah suatu reaksi netralisasi ion-ion hidroksida yang
mengandung molekoul air.
Reaksi : H+ +O H-→ H2O
Titrasi asam basa menggunakan larutan standart sekunder dan larutan primer. Larutan
standart sekunder adalah larutan yang belum diketahui secara pasti normalitasnya, sehingga
untuk mengetahui normalitasnya harus di standarisasi kembali dengan baku primer.
Contohnya : NaOH , HCL , H2SO4
Sedangkan larutan baku primer adalah larutan yang sudah diketahui pasti
normalitasnya yang di buat dengan cara menimbang dan melarutkan zat baku primer dalam
sejumlah tertentu pelarut .
Contoh : Kalium Biftalat, Asam oksalat , natrium karbonat anhidrat.
2.3.4 Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan
reaksi asam basa. Bila titran digunakan baku basa maka penetapan tersebut dinamakan
alkalimetri, dan bila titran yang di gunakan baku asam maka penetapan tersebut dinamakan
acidimetric.
2.3.5 Indikator asam basa
Indikator asam basa adalah senyawa organic yang berubah warnanya dalam larutan
sesuai dengan pH larutan, contohnya adalah kertas lakmus yang berwarna merah dalam
larutan yang bersifat asam, dan berwarna biru dalam larutan basa.Indikator asam basa
biasanya merupakan asam basa lemah agar dapat dikatakan protalit lemah.
Berdasarkan zat yang bereaksi :
1. Titrasi asam kuat dengan basa lemah.
Titrasi asam klorida dengan amonium hidroksida.
Contoh : HCL + NH4OH → NH4CL + H2O
2. Ttitrasi asam kuat dan basa kuat.
Titrasi NaOH dengan HCL
Contoh : NaOH + HCL → NaCL + H2O
3. Titrasi asam lemah dan basa kuat
Titrasi asam asetat dengan natrium hidroksida.
Contoh : CH3COOH + NaOH → CH3COONa +H2O.
% Kadar = 100%
Keterangan :
V : Volume titrasi (ml)
N : Normalitas NaOH
B : Berat asam salisilat dalam sampel yang ditimbang (mg)
Berat sampel per kemasan : 4000 mg
Kesetaraan : 1 ml NaOH 0,1N setara dengan 13,8 mg Asam salisilat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 PERHITUNGAN NORMALITAS LARUTAN NaOH 0,1 N
(Lampiran I, hal 17)
4.1.2 DATA PERHITUNGAN KADAR SAMPEL KODE A
(Lampiran II, hal 19)
4.1.3 DATA PERHITUNGAN KADAR SAMPEL KODE B
(Lampiran II, hal 23)
4.1.4 DATA PERHITUNGAN KADAR SAMPEL KODE C
(Lampiran II, hal 27)
4.1.5 DATA PERHITUNGAN PERSENTASE KADAR RATA-RATA
DAN PERHITUNGAN STANDART DEVIASI KADAR ASAM SALISILAT
(Lampiran III, hal 31)
4.2 PEMBAHASAN
Penetapan kadar Asam salisilat dalam sediaan Bedak Marcks dilakukan secara titrasi asam
basa dengan Natrium hidroksida 0,1 N sebagai pentiternya.
Penambahan indikator Fenolftalein yang bertujuan untuk mengetahui titik akhir titrasi, yang
diketahui dari perubahan sampai merah muda
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Kadar Asam salisilat yang diperoleh pada sediaan Bedak Marck yang diperiksa, yaitu:
- Sampel kode A adalah 0,28%
- Sampel kode B adalah 0,30%
- Sampel kode C adalah 0,39%
Ketiga sampel diatas Memenuhi persyaratan yang di keluarkan oleh Badan Pom
bahwasannya kadar asam salisilat dalam bedak marcks maksimal 0,5%.
5.2 SARAN
Disarankan kepada penelitian selanjutnya agar kadar Asam salisilat diperiksa pada
sediaan lain, misalnya pada bedak dengan merek lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Arsil. 2007. Analis Farmasi Secara Titrtimetri. Cetakan II. Medan: CV Bin Harun
Anief, M. 2003. Ilmu Meracik ObatI.Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia.Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Gusnistar. G. Sulistia, dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Hadjar. M. J. 1993. Ilmu Kimia Analisis III. Yogyakarta
Jr. R. A. Day, A. L. Underword. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN HASIL PEMBAKUAN LARUTAN NaOH
Kadar = 100%
= 100%
= 0,30%
Kadar = 100%
= 100%
= 0,28%
A3. Berat Penimbangan = 150,7 mg
Volume titrasi = 0,12 ml
Normalitas NaOH = 0,0956
Tiap 1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 13,8 mg
Kadar = 100%
= 100%
= 0,26%
A4. Berat Penimbangan = 150,3 mg
Volume titrasi = 0,13 ml
Normalitas NaOH = 0,0956
Tiap 1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 13,8 mg
Kadar = 100%
= 100%
= 0,28%
Kadar = 100%
= 100%
= 0,28%
Kadar = 100%
= 100%
= 0,30%
Kadar = 100%
= 100%
= 0,33%
B2. Berat Penimbangan = 150,4 mg
Volume titrasi = 0,16 ml
Normalitas NaOH = 0,0956
Tiap 1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 13,8 mg
Kadar = 100%
= 100%
= 0,35%
Kadar = 100%
= 100%
= 0,32%
Kadar = 100%
= 100%
= 0,30%
Kadar = 100%
= 100%
= 0,30%
Kadar = 100%
= 100%
= 0,32%
Kadar = 100%
= 100%
= 0,39%
Kadar = 100%
= 100%
= 0,39%
Kadar = 100%
= 100%
= 0,37%
Kadar = 100%
= 100%
= 0,39%
Kadar = 100%
= 100%
= 0,37%
LAMPIRAN III
PERHITUNGAN PERSENTASE KADAR RATA-RATA DAN STANDART DEVIASI
ASAM SALISILAT DALAM BEDAK MARCK
I. UNTUK SAMPEL DENGAN KODE A
Kadar A1 (I) = 0,30%
Kadar A2 (II) = 0,28%
Kadar A3 (III) = 0,26%
Kadar A4 (IV) = 0,28%
Kadar A5 (V) = 0,28%
Kadar A6 (VI) = 0,30%
=
= 0,29%
II = 100%
= 100%
= 3,44%
=
= 0,27%
III = 100%
= 100%
= 3,70%
=
= 0,27%
IV = 100%
= 100%
= 3,70%
=
= 0,28%
V = 100%
= 100%
= 0%
- Persen kadar rata-rata V dan VI =
=
= 0,29%
VI = 100%
= 100%
= 3,44%
=
= 0,30%
I = 100%
= 100%
= 0%
Persentase penyimpangan terkecil terhadap persentase rata-rata adalah 0% maka kadar Asam
salisilat yang dipakai 0,30%
II. UNTUK SAMPEL DENGAN KODE B
Kadar B1 (I) = 0,33%
Kadar B2 (II) = 0,35%
Kadar B3 (III) = 0,32%
Kadar B4 (IV) = 0,30%
Kadar B5 (V) = 0,30%
Kadar B6 (VI) = 0,32%
=
= 0,34%
II = 100%
= 100%
= 2,94%
=
= 0,33%
III = 100%
= 100%
= 3,70%
=
= 0,31%
Persen deviasi III dan
IV = 100%
= 100%
= 3,22%
=
= 0,30%
V = 100%
= 100%
= 0%
=
= 0,31%
VI = 100%
= 100%
= 3,22%
- Persen kadar rata-rata VI dan I =
=
= 0,31%
I = 100%
= 100%
= 3,22%
Persentase penyimpangan terkecil terhadap persentase rata-rata adalah 0% maka kadar Asam
salisilat yang dipakai 0,30%
=
= 0,39%
Persen deviasi I dan
II = 100%
= 100%
= 0%
=
= 0,38%
III = 100%
= 100%
= 2,63%
=
= 0,36%
IV = 100%
= 100%
= 2,77%
- Persen kadar rata-rata IV dan V =
=
= 0,37%
V = 100%
= 100%
= 5,40%
=
= 0,38%
VI = 100%
= 100%
= 2,63%
=
= 0,38%
Persen deviasi VI dan
I = 100%
= 100%
= 2,63%
Persentase penyimpangan terkecil terhadap persentase rata-rata adalah 0% maka kadar Asam
salisilat yang dipakai 0,39%