LAPORAN KASUS Vertigo
LAPORAN KASUS Vertigo
Oleh:
Pembimbing:
RSUD ARJAWINANGUN
DESEMBER 2019
BAB I
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Jenis kelamin : Laki - Laki
Usia : 52 tahun
Alamat : Gegesik Cirebon
Pekerjaan : sudah tidak bekerja
Agama : Islam
Status perkawinan : Sudah menikah
Tanggal masuk : 13 desember 2019
Tanggal pemeriksaan : 16 desember 2019
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Kelemahan Anggota gerak sebelah kanan
Keluhan tambahan : Bibir mencong ke kiri, lateralisasi (+), tidak bisa
mengeluarkan suara
2
tidak ada riwayat trauma selama 1 bulan terakhir. Pasien tidak merasa adanya
nyeri kepala maupun pusing saat terjadi kelemahan.
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama.
Pernafasan : 24x/menit
SpO2 : 97%
Suhu : 36,3oC
- Kepala : Normocephal
- Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, trikiasis -
-/-, pupil bulat, isokor, RCL +/+, RCTL +/+
3
- Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
- Thoraks : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
- Cor : BJ I-II regular, Gallop (-), Murmur (-)
- Pulmo : Rh (-/-), Wh (-/-)
- Abdomen : Datar, simetris, nyeri tekan - , bising usus -
- Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
B. Status Neurologis
- Pupil
Kiri
Kanan
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 2 mm 2 mm
RCL + +
RCTL + +
Kanan Kiri
Brudzinski I - -
Brudzinski II - -
- Saraf Kranial
Kanan Kiri
4
N. II (Opticus)
A. RCL + +
B. RCTL + +
N. III (Oculomotorius) + +
N. IV (Trochlearis) + +
N. V (Trigeminal)
A. Mengunyah +
B. Sensibilitas +
wajah Tidak ada penilaian
C. Refleks kornea
N. VI (Abducens) + +
N. VII (Facialis)
A. Mencucurkan Tidak Simetris
bibir
B. Kerut dahi Simetris
C. Tersenyum Simetris
D. Perasa lidah Tidak ada penilaian
E. Angkat alis Simetris
N. IX (Glossofaringeus)
A. Posisi Uvula +
B. Pengecapan 1/3 Tidak ada penilaian
posterior lidah
N. X (Vagus) +
+
Menelan
N. XI (Asesorius)
A. Menoleh + +
B. Mengangkat + +
bahu
N. XII (Hipoglossus)
A. Menjulurkan Deviasi kekanan
lidah
B. Tremor Tidak ada
C. Atrofi lidah Tidak ada
- Motorik
5
Kekuatan Kanan Kiri
Refleks fisiologis
A. Biceps + +
B. Triceps + +
C. Patella + +
D. Achiles + +
Refleks patologis
A. Hoffman + +
B. Tromner + +
C. Babinski + +
D. Chaddok - -
E. Oppenheim - -
F. Gordon - -
G. Schifer - -
H. Gorda - -
- Siriraj Score
Tabel. 1 Siriraj Score
6
= 0 + 0 + 2 + 9 – 3 – 12 = -4
= -4 infark serebral
7
Laboratorium, tanggal 06-10-2019 22:21
Hematologi
Darah Lengkap
Hematokrit 46.4 % 35 – 47
Indeks Eritrosit
MCH 27.8 Pg 26 – 34
Hitung Jenis
Limfosit 26.6 % 25 – 40
Monosit 8 % 2–8
8
Basofil 0.2 % 0–1
Luc 0 % 3–6
Kimia Klinik
Rontgent thorax:
Kesan : Pembesaran jantung tanpa bendungan paru
Tidak tampak TB Paru
MDCT :
Kesan : Small infarct lesion pada ganglia basalis kiri
Mastoiditis kronis kanan
V. RESUME
Subyektif
A. Pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun diantar oleh
keluarganya pada tanggal 13 Desember 2019 dengan keluhan
kelemahan anggota gerak sebelah kanan SMRS.
B. Bibir mencong ke kiri, lateralisasi (+), tid ak dapat berbicara
Obyektif
Pemeriksaan Fisik:
9
- Tanda vital : Tekanan darah : 160/80mmHg
Nadi : 71x/menit
Pernafasan : 20x/menit
SpO2 : 96%
Status Neurologis:
- Kekuatan motorik : 4444 5555
4444 5555
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Hemiparese dekstra + lateralisasi dekstra
Diagnosis Topis : Infark hemisphere serebri sinistra
Diagnosis Patologis : Trombosis serebri
Diagnosis Etiologis : Stroke non-hemoragik dengan infark
Stroke hemoragik
VIII. PENATALAKSANAAN
- IUFD RL 20 tpm
- Ondansentron 3x1 amp
10
- Inj. Citikolin 2x500mg
- Candesartan 2x16mg
- Ranitidine 2x1mg
- Betahistine 3x1mg
- Plunarizin 3x1mg
- Manitol 125g 4x1
- Saran pemeriksaan : CT scan
IX. PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : ad dubia
- Quo ad Functionam : ad dubia
- Quo ad Sanationam : ad dubia
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Stroke merupakan gabungan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Stroke terbagi menjadi 2
berdasarkan proses yang mendasari terjadinya gangguan peredaran darah otak
yaitu stroke hemoragik dan non-hemoragik.
Stroke hemoragik meliputi 15% dari keseluruhan kasus stroke yang terjadi
apabila susunan pembuluh darah otak mengalami ruptur sehingga timbul
perdarahan di dalam jaringan otak atau di dalam ruang subarachnoid. Stroke
non hemoragik atau stroke iskemik merupakan 85% dari seluruh kasus stroke.
Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan atau penurunan aliran
darah otak(2).
2.2 Epidemiologi
Data statistik di Amerika melaporkan bahwa setiap tahun terjadi 750.000 kasus
stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit,
ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke. Di Indonesia, stroke
merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker.
Berdasarkan riskesdas 2013, prevalensi stroke naik dari 7% menjadi 10,9%.
Peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia diakibatkan kegemukan
karena pola makan kaya lemak atau kolesterol serta gaya hidup sedentari(3).
12
(10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta
masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis nakes
dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰), DI Yogyakarta
(16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil(3).
Prevalensi penyakit stroke pada kelompok yang didiagnosis nakes serta yang
didiagnosis nakes atau gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur,
tertinggi pada umur ≥75 tahun (43,1‰ dan 67,0‰). Prevalensi stroke yang
terdiagnosis sama tinggi pada laki-laki dan perempuan. Prevalensi stroke
cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah baik yang
didiagnosis nakes (16,5‰) maupun diagnosis nakes atau gejala (32,8‰).
Prevalensi stroke di kota lebih tinggi dari di desa, baik berdasarkan diagnosis
nakes (8,2‰) maupun berdasarkan diagnosis nakes atau gejala (12,7‰).
Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bekerja baik yang
didiagnosis nakes (11,4‰) maupun yang didiagnosis nakes atau gejala (18‰).
Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis atau gejala lebih tinggi pada kuintil
indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah masing masing 13,1 dan
12,6 per mil(3).
2.3 Etiologi
Pembentukan atheroma dimulai dari penumpukan progresif lemak yang
bersirkulasi pada lapisan dibawah tunika intima arteri besar dan sedang. Disrupsi
permukaan endotel memicu aktivasi platelet yang mengeluarkan thromboxane A2
sehingga mendukung proses agregasi platelet yang dapat diamati pada Gambar 3.
Pembentukan jaringan fibrosa menstabilkan agregasi platelet dan membentuk
trombus putih. Terbentuknya trombosis biasanya dipercabangan arteri dan
umumnya pada permukaan antara arteri karotis internal dan arteri vertebra atau
antara arteri vertebra dan arteri basiler. Pada bagian tubuh dengan aliran darah yang
lambat, sel darah merah dapat bergabung dengan agregat tersebut sehingga
membentuk trombus merah. Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi
13
serebral adalah penyebab utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab
paling umum dari stroke (4).
Emboli yang terjadi berupa bekuan darah, lemak, bakteri, tumor dan udara
sehingga menyebabkan sumbatan. Tempat disangkutnya atau berhentinya
emboli umumnya di pembuluh darah kecil. Emboli berasal dari jantung kiri atau
plak di arteri karotis yang mengalami arterosklerosis. Daerah yang mengalami
stroke adalah daerah yang dialiri oleh arteri serebral medials. Bagian dari otak
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat kemudian tidak
mendapatkan darah dan oksigennya, akibatnya sel-sel dari bagian otak itu dapat
mati.
14
bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien dapat
mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami
awitan yang sulit dibedakan dari perdarahan intraserebral(4).
2.4 Klasifikasi
Stroke non hemoragik dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi penggumpalan,
yaitu:
A. Stroke Non Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak, melainkan di
tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler sistemik. Embolisasi
kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung dengan shunt yang
menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel.
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
gangguan pada katup mitralis, fibrilasi atrium, infark kordis akut dan
embolus yang berasal dari vena pulmonalis. Kelainan pada jantung ini
menyebabkan curah jantung berkurang dan serangan biasanya muncul
disaat penderita tengah beraktivitas fisik seperti berolahraga.
B. Stroke Non Hemoragik Trombus
Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke otak. Dapat dibagi
menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri karotis)
merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus dan stroke pembuluh
darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Trombosis
pembuluh darah kecil terjadi ketika aliran darah terhalang, biasanya ini
terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit atherosklerosis.
15
darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Emboli berasal dari trombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli dapat terjadi karena katup-katup jantung yang rusak akibat RHD, MCI
dan endocarditis. Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak
secara bertahap. Pada tahap awal terjadi penurunan aliran darah sehingga terjadi
pengurangan kadar suplai O2. Proses ini mendorong terjadinya kegagalan
energi. Proses selanjutnya meliputi kegagalan homeostasis ion dan kerusakan
mitkondria sel. Toksisitas yang diperantarai oleh radikal bebas akan merusak
sel-sel saraf yang masih baik. Sementara itu, cedera repurfusi mengakibatkan
proses inflamasi sel-sel saraf yang dapat menyebabkan apoptosis.(2).
16
B. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan
membau, mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan,
refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung
terganggu, lidah lemah.
C. Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect,
kebingungan.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan
sebagai Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil
atau serangan awal stroke. Berikut ini adalah manifestasi klinis stroke
berdasarkan lokasi penyumbatan arteri:
A. Pembuluh besar dalam sirkulasi anterior yang dapat diamati pada Tabel 2.
1. Arteri cerebri media
a) Sumbatan total: Kontralateral hemiplegia, hemianasthesia,
homonymous hemianopia, pandangan cenderung pada sisi
ipsilateral. Dapat pula terjadi global aphasia pada hemisphere yang
dominan dan ansognosia, constructional aphasia, dysarthria pada
hemisphere non dominan.
b) Sumbatan partial: Lemah tangan / lengan atau lemah wajah dengan
aphasia broca dengan atau tanpa kelemahan lengan. Ataupun dapat
terjadi aphasia wernicke tanpa kelemahan.
17
Tabel 2. Manifestasi Klinis Oklusi Arteri Serebri Anterior & Media
18
2. Arteri cerebri anterior: Respons motorik dan verbal menurun,
paraparesis, dan inkontinensia urin.
3. Arteri choroid anterior: Hemiplegia contralateral, hemianasthesia,
homonymous hemianopia.
4. Arteri carotis interna: Gejala mirip dengan gejala pada arteri cerebri
media, namun juga terdapat transient monocular blindness.
5. Arteri carotis communis: Gejala sama dengan pada carotis interna.
B. Pembuluh darah besar dalam sirkulasi posterior yang dapat diamati pada
Tabel 3.
Tabel 3. Manifestasi Klinis Oklusi Arteri Serebri Posterior
19
ipsilateral dan badan kontralateral, diplopia, hoarseness, dysarthria,
dysphagia, Wallenberg’s syndrome. Infark cerebral dan edema dapat
mengakibatkan respiratory arrest.
3. Arteri basilaris: Gejala pusing (dizziness), diplopia, dysarthria, kaku
wajah, gejala hemisensorik.
4. Arteri cerebelli superior: Ataxia cerebellar ipsilateral, mual muntah,
dysarthria, rasa kebal kontralateral, tidak merasakan sensasi suhu pada
ekstremitas, badan, dan wajah.
5. Arteri cerebelli anterior inferior: Penurunan pendengaran ipsilateral,
lemah wajah, vertigo, mual muntah, nystagmus, tinnitus, cerebellar
ataxia, kebal contralateral.
C. Pembuluh kecil (lacunar stroke): Gejala dapat berupa hemiparesis motorik,
ataxic hemiparesis, dysarthria, dan aphasia broca.
20
atau perawatan lainnya di rumah sakit?
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi kerusakan pada otak.
Pemeriksaan ketangkasan gerak perlu dilakukan pada penderita stroke. Hal
ini karena adanya gangguan ketangkasan gerak. Namun, perlu dibedakan
dengan gangguan ketangkasan akibat lesi pada serebelum. Pada penderita
stoke gangguan ketangkasan gerak akan disertai gangguan upper
motoneuron yang berupa:
1) Tonus otot pada sisi yang lumpuh meninggi.
2) Refleks tendon meningkat pada sisi yang lumpuh.
3) Refleks patologis positif (misal refleks Babinski, Chaddocck dan
Oppenheim pada sisi yang lumpuh.
Keterangan:
Selain itu, terdapat juga skor gajah mada yang dapat membantu diagnosis
yaitu:
21
1) Tiga positif atau 2 dan ketiganya:
penurunan kesadaran? nyeri kepala? refleks Babinsky?
Ya : stroke perdarahan
C. Pemeriksaan Penunjang
Dua jenis teknik pemeriksaan imaging (pencitraan) untuk mengevaluasi
kasus stroke atau penyakit pembuluh darah otak (Cerebrovascular
Disease/CVD), yaitu Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI). CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging
yang paling mudah, cepat dan relatif murah untuk kasus stroke. Namun
dalam beberapa hal, CT scan kurang sensitif dibanding dengan MRI,
misalnya pada kasus stroke hiperakut. Perbandingan antara tehnik tersebut
dapat diamati pada Tabel 6.
22
Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau
MRI. Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan
penyebab dari stroke, apakah perdarahan atau tumor otak. Kadang
dilakukan angiografi yaitu penentuan susunan pembuluh darah/getah
bening melalui kapilaroskopi atau fluoroskopi. Diagnosis banding dari
stroke non-hemoragik adalah stroke hemoragik jenis pendarahan
intraserebral ataupun subarachnoid yang juga dapat diketahui dari gejala
klinis pada Tabel 5, yaitu:
23
Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang Dapat hilang
sebentar
gangguan N III
24
Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15% (sistolik
maupun diastolik) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila tekanan darah
sistolik (TDS) >220 mmHg atau tekanan darah diastolic (TDD) >120 mmHg.
Pada pasien stroke iskemik akut yang akan diberi terapi trombolitik (rtPA),
tekanan darah diturunkan hingga TDS <185 mmHg dan TDD <110 mmHg.
Selanjutnya, tekanan darah harus dipantau hingga TDS <180 mmHg dan TDD
<105 mmHg selama 24 jam setelah pemberian rtPA. Obat antihipertensi yang
digunakan adalah labetalol, nitropaste, nitroprusid, nikardipin, atau diltiazem
intravena. Informasi mengenai obat antihipertensi dapat diamati pada Tabel
3(6).
Penurunan tekanan darah pada stroke akut dapat dipertimbangkan hingga lebih
rendah dari target di atas pada kondisi tertentu yang mengancam target organ
lainnya, misalnya diseksi aorta, infark miokard akut, edema paru, gagal ginjal
akut dan ensefalopati hipertensif. Target penurunan tersebut adalah 15-25%
pada jam pertama, dan TDS 160/90 mmHg dalam 6 jam pertama.
25
Nikardipin Penyekat 5 mg/jam Awitan Bradikardia,
Clevidipin kanal IV, 2.5 cepat (1-5 hipotensi, durasi
Verapamil kalsium mg/jam menit), lama (4-6 jam).
Diltiazem tiap 15 tidak
menit, terjadi
sampai 15 rebound.
mg/jam. Eliminasi
tidak
dipengaru
hi oleh
disfungsi
hati/ renal,
potensi
interaksi
obat
rendah.
Beta Blocker
Labetalol Antagonis 10-80 mg Awitan Bradikardia,
reseptor IV tiap 10cepat (5- hipoglikemia,
α1, β1, β2 menit 10 menit). durasi lama (2-12
sampai jam). Gagal jantung
300 kongestif,
Esmolol mg/hari; bronkospasme.
Antagonis infus 0,5-2
Awitan Bradikardia, gagal
selektif mg/menit. segera, jantung kongestif.
reseptor durasi
β1. 0,25-0,5 singkat <
mg/kg IV 15 menit.
bolus
disusul
dosis
pemelihar
aan.
Alfa Blocker
Fentolamin Antagonis 5-20 mg Awitan Takikardia, aritmia.
reseptor IV. cepat (2
α1, α2. menit),
durasi
singkat
26
(10-15
menit)
Vasodilator Langsung
Hidralasin NO terkait 2,5-10 mg Serum sickness-
dengan IV bolus like, drug-induced
mobilisasi (sampai lupus, durasi jam (3-
kalsium 40 mg). 4 jam), awitan
dalam otot lambat (15-30
polos. menit)
Thiopental Aktivasi 30-60 mg Awitan Depresi miokardial
reseptor IV. cepat (2
GABA menit),
durasi Bronkospasme,
Trimetafan singkat (5- retensi urin,
Blockade 1-5 mg/ 10 menit). siklopegia,
ganglionik menit IV Awitan midriasis
Fenoldipam . segera, Hipokalemia,
durasi takikardia,
Agonis 0,001- 1,6 singkat (5- bradikardia.
DA-1 dan µg/kg/ 10 menit) Keracunan sianid,
Sodium reseptor menit IV; vasodilator serebral
Nitroprusid alfa 2 tanpa (dapat
bolus Awitan < mengakibatkan
Nitrogliserin 15 menit, peningkatan
Nitrovaso durasi 10- tekanan
dilator 0,25-10µ/ 20 menit. intracranial) refleks
kg/ menit takikardi.
Nitrovaso IV. Produksi
dilator 5-1000 Awitan methemoglobin,
µg/kg/me segera, , reflek takikardia.
nit IV Awitan 1-
2 menit,
durasi 3-5
menit.
27
mg/dl) harus diobati dengan dekstrosa 40% intravena atau infuse glukosa 10-
20%.
2.9 Pencegahan
Pencegahan primer stroke berdasarkan Guideline Stroke yang disusun oleh
PERDOSSI meliputi:
28
B. Penanganan stress dan istirahat cukup
1) Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari
2) Mengendalikan stress dengan cara berpikir positif sesuai dengan jiwa
bersikap ramah dan mendekatkan diri pada Tuhan yang maha esa dan
mensyukuri hidup yang ada. Stress kronis dapat meningkatkan tekanan
darah. Penanganan stress menghasilkan respon relaksasi yang
menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.
C. Pemeriksaan kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter dalam hal diet
dan obat
Faktor-faktor resiko seperti penyakit jantung, hipertensi, dislipidemia,
diabetes mellitus (DM) harus dipantau secara teratur. Faktor-faktor resiko
ini dapat dikoreksi dengan pengobatan teratur, diet dan gaya hidup sehat.
Target yang harus dicapai pada faktor resiko tersebut, meliputi:
1) Pengendalian hipertensi dilakukan dengan target tekanan darah 140/90
mmHg. Jika menderita diabetes mellitus atau penyakit ginjal kronis,
target tekanan darah 130/80 mmHg.
2) Pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus dengan
target HbA1C <7%.
3) Pengendalian kadar kolesterol pada penderita dislipidemia dengan diet
dan obat penurun lemak. Target kadar kolesterol LDL <100 mg/dL
penderita yang bersiko tinggi stroke sebaiknya target kolesterol LDL
sebaiknya <70 mg/dL.
4) Terdapat bukti-bukti tentang faktor resiko yang bersifat
infeksi/inflamasi misalnya infeksi gigi. Kesehatan gigi dan mulut
sebaiknya diperhatikan secara teratur.
2.10 Komplikasi
A. Komplikasi dini (0-48 jam pertama)
1. Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan TIK, herniasi hingga kematian
29
2. Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium
awal
B. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)
1. Pneumonia: akibat immobilisasi lama
2. Infark miokard
3. Emboli paru: cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, sering kali
pada saat penderita mulai mobilisasi
4. Stroke rekuren: dapat terjadi setiap saat
5. Deep vein thrombosis: akibat tirah baring yang lama,
memungkinkan trombus terbentuk di pembuluh darah balik pada
bagian yang lesi. Hal ini menyebabkan oedem pada tungkai bawah.
C. Komplikasi jangka panjang
Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskuler lain
2.11 Prognosis
Setelah stroke, sel otak mati dan hematom yang terbentuk akan diserap
kembali secara bertahap. Proses alami ini selesai dalam waktu 3 bulan. Pada
saat itu, 1/3 orang yang selamat menjadi tergantung dan mungkin mengalami
komplikasi yang dapat menyebabkan kematian atau cacat. Diperkirakan ada
500.000 penduduk yang terkena stroke, dari jumlah tersebut:
30
Daftar Pustaka
4. Netter FH, Jones HR, Srinivasan J, Allam GJ, Baker RA, editor. Netter’s
neurology. 2nd ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2012. 749 hlm.
6. Gunawan, Sulistis Gan et al. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI;
2007.
31