MELANIE KLEIN
Disusun sebagai tugas Teori Kepribadian Barat
Dosen Pengajar : Ajeng Nova Dumpratiwi, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
Disusun oleh :
Melanie Reizes Klein lahir pada tanggal 30 Maret 1882 di Wina, Austria. Ia
lahir sebagai anak terakhir dari empat bersaudara, dari pasangan Dr. Moriz Reizes dan
istri keduanya, Libussa Deutsch Reizes. Klein percaya bahwa ia lahir sebagai seorang
anak yang kehadirannya tidak direncaakan. Keyakinannya ini membuatnya merasa
ditolak oleh orang tuanya. Melanie merasa ada jarak dengan ayahnya, yang lebih
mencintai kakak perempuannyam Emelie (Sayers, 1991). Ketika Melanie lahir,
ayahnya sudah lama melawan Yahudi Ortodoks dan menolak untuk menerapkan agama
apapun dalam kehidupannya. Akibatnya, Klein tumbuh Dalam keluarga yang tidak
proagama, namun juga tidak antiagama.
Saat Klein berusia 18 tahun, ayahnya meninggal, teteapi tragedi yang lebih
besar terjadi dua tahun kemudian, yaitu ketika kakak laki-laki yang sangat dicintainya,
Emmanuel, meninggal. Kematian Emmanuel sangat mengguncang Klein. Ketika masih
berduka cita atas kematiannya, Melanie menikahi Arthur Klein, seorang Insinyur
teman dekat Emmanuel. Pernikahan ini diyakini Melanie sebagai penyebab dari
kegagalannya menjadi seorang dokter sehingga di sepanjang sisa hidupnya, ia terus
menyesal karena tidak mencapai tujuannya itu (Grosskurth, 1986).
Klein berpisah dengan suaminya pada tahun 1919, namun perceraiannya baru
terjadi beberapa tahun kemudian. Setelah perpisahannya, ia membangun praktik
psikoanalisis di Berlin dan membuat makalah mengenai analisisnya terhadap Erich.
Makalah ini merupakan kontribusi pertamanya dalam literature psikoanalisis. Erich,
dalam makalah tersebut, tidak diperkenalkan sebagai anaknya bahkan sampai beberapa
waktu lamanya setelah kematian Klein (Grosskurth, 1998). Tidak merasa puas akan
analisis yang dilakukan oleh Ferenczi terhadap dirinya sendiri, Klein mengakhiri
hubungan dengannya. Kemudian, ia mulai dianalisis oleh Karl Abraham, anggota lain
dari lingkaran dalam Freud. Setelah hubungan ini berjalan selama empat belas bulan,
Klein mengalami tragedy lain yaitua kematian Abraham. Pada titik saat itu, Klein
memutuskan untuk melakukan analisis terhadap dirinya sendiri (self-analysis), analisis
yang terus dilakukan selama sisa hidupnya. Sebelum tahun 1919, semua psikoanalisis,
termasuk Freud, membuat teori mengenai perkembangan anak berdasarkan
penanganan terapi mereka pada orang dewasa. Kasus tunggal Freud yang berhubungan
dengan anaknya hanyalah Little Hans. Ia adalah anak laki-aki yang ,enjadi pasiennya
hanya dalam sekali pertemuan. Melanie Klein mengubah situasi tersebut dengan
melakukan psikoanalisis langsung pada anak. Terapi yang dilakukannya pada anak
yang sangat muda, termasuk anaknya sendiri, meyakinkannya bahwa anak-anak
menyimpan perasaan positif dan negative terhadap ibunya, Merek juga
mengembangkan superego lebih awal daripada yang diyakini oleh Freud. Pandangan
yang berbeda dari standar teori psikoanalisis ini menyebabkan munculnya banyak
kritik dari koleganya di Berlin sehingga membuatnya tidak merasa nyaman lagi tinggal
dikota tersebut. Kemudian, padatahun 1926, Ernest Jones mengundangnya ke London
untuk menganilisis anak-anaknya dan menyampaikan serangkaian kuliah mengenai
analisis anak. Serangkaian kuliah tersebut kemudian menghasilkan buku pertamanya,
The Psycho-Analysis of Children (Klein, 1932). Pada tahun 1927, ia memutuskan
pindah ke Inggris dan menetap disana sampai ia meninggal pada tanggal 22 September
1960.
Teori Relasi Objek
Teori relasi objek merupakan bagian dari teori Freud mengenai teori insting,
tetapi penyebabnya berbeda setidaknya dalam tiga hal. Pertama, teori relasi objek tidak
terlalu menekankan dorongan-dorongan biologis dan lebih menekankan pada
pentingnya pola yang konsisten dalam hubungan interpersonal. Kedua, kebalikan dari
teori Freud yang bersifat paternalistis dan menekankan pada kekuatan dan kontrol
ayah, teori relasi objek cenderung lebih maternal dengan menekankan keintiman dan
pengasuhan ibu. Ketiga, teori relasi objek umumnya lebih memandang kontak dan
hubungan sebagai motif utama tingkah laku manusia—bukan kesenangan seksual.
Secara lebih spesifik dijabarkan bahwa teori mengandung banyak makna sesuai
dengan jumlahnya. Pada dasarnya, bab ini berkonsentrasi pada hasil kerja Melanie
Klein, tetapi akan dibahas pulsa sekilas mengenai teori lain, di antaranya Margaret
S.Mahler, Heinz Kohut, John Bowlby, dan Mery Ainsworth. Sebagai gambaran,
Mahler menganggap penting kemampuan mempertahankan diri pada pembentukan diri
sendiri, sedangkan Bowlby menekankan tahapan pemisahan kecemasan dan Aisworth
lebih kepada membedakan gaya kedekatan.
Jika Klein disebut sebagai ibu dari teori relasi objek, maka Freud adalah
ayahnya. Telah disebutkan bahwa Freud (1915/1957) meyakini setiap insting atau
dorongan memiliki sebuah dorongan (impetus), sumber (a source), tujuan 9an aim),
dan objek (an object). Tujuan dan objek berdampak pada factor psikologis. Walaupun
kelihatannya tiap dorongan yang berbeda mempunyai tujuannya masing-masing,
namun tujuan dasar keduanya selalu sama—yaitu untuk mengurangi ketegangan
dengan mencapai kesenangan. Dalam istilah Freudian, manusia adalah objek suatu
dorongan, bagian dari seseorang atau sesuatu yang dapat membuat tercapainya suatu
tujuan. Klein dan teori relasi objek lainnya memulai dari asumsi dasar yang
dikemukakan Freud tersebut. Kemudian, mereka berspekulasi mengenai bagaimana
kenyataan atau khayalan seorang bayi di awal hubungan dengan ibunya atau dengan
payudara ibunya. Juga bagaimana keduanya menjadi model dari hubungan
interpesonalnya di masa mendatang. Bagaimanapun, hubungan pada orang dewasa
tidak selalu seperti pandangan mereka. Bagian terpenting dari hubungan ini adalah
representasi dari psikis internal pada objek-objek yang terkait erat, seperti payudara
ibunya dan penis ayahnya yang pernah diintroyeksikan atau diambil dari struktur psikis
seorang bayi dan kemudian diproyeksikan terhadap pasangan hidupnya.
Daftar pustaka
Feist, Jess. Feist Gregory J. 2013. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
REFLEKSI
Dalam biografi Melanie Klein, memiliki perjalanan hidup yang cukup rumit
untuk anak yang seusianya pada saat itu. Dia sudah dihadapkan dengan beberapa
cobaan hidup sejak kecil. Dimasa kecil nya hidupnya banyak diiringi kesedihan. Ketika
sudah memiliki suami pun hubungan Melanie berakhir dengan perpisahan.