Anda di halaman 1dari 8

BIOGRAFI TOKOH PSIKOLOGI

MELANIE KLEIN
Disusun sebagai tugas Teori Kepribadian Barat
Dosen Pengajar : Ajeng Nova Dumpratiwi, S.Psi., M.Psi., Psikolog.

Disusun oleh :

JANUAR ADI ANSHORI


F100190096

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
BIOGRAFI MELANIE KLEIN

Melanie Reizes Klein lahir pada tanggal 30 Maret 1882 di Wina, Austria. Ia
lahir sebagai anak terakhir dari empat bersaudara, dari pasangan Dr. Moriz Reizes dan
istri keduanya, Libussa Deutsch Reizes. Klein percaya bahwa ia lahir sebagai seorang
anak yang kehadirannya tidak direncaakan. Keyakinannya ini membuatnya merasa
ditolak oleh orang tuanya. Melanie merasa ada jarak dengan ayahnya, yang lebih
mencintai kakak perempuannyam Emelie (Sayers, 1991). Ketika Melanie lahir,
ayahnya sudah lama melawan Yahudi Ortodoks dan menolak untuk menerapkan agama
apapun dalam kehidupannya. Akibatnya, Klein tumbuh Dalam keluarga yang tidak
proagama, namun juga tidak antiagama.

Pada masa kanak-kanak, Klein mengamati kedua orangtuanta menjalani


pekerjaan yang tidak mereka sukai. Ayahnya seorang dokter yang bekerja dibidang
obat-obatan, yang kemudian berakhir dengan bekerja sebagai asisten dokter gigi.
Ibunya memiliki sebuah toko tumbuhan dan reptile. Sebuah pekerjaan yang sulit,
memalukan, dan menakutkan untuk seseorang yang takut akan ular (H. Segal, 1979).
Meskipun ayahnya bergelar dokter dan tidak memiliki penghasilan yang mencukupi
keluarganya, Klein bercita-cita menjadi seorang dokter sama seperti ayahnya.

Hubungan-hubungan Klein di awal kehidupannya merupakan hubungan-


hubungan yang tidak sehat atau berakhir dengan tragedy. Ia merasa diabaikan oleh
ayahnya, yang dipandangnya sebagai sosok yang dingin dan jauh, sedangkan hubungan
dengan ibunya. Klein memilki kedekatan dengan kakak perempuannya Sidonie, yang
lebih tua empat tahun darinya dan sering mengajarkannya aritmatika juga membaca.
Sayangnya, Sidonie meninggal ketika Melanie berusia empat tahun. Pada tahun-tahun
berikutnya, Melanie mengaku tidak pernah merasa sangat sedih atas kematian Sidonie
(H. Segal, 1992). Setelah kematian Sidonei, Klein menjadi sangat dekat dengan kakak
laki-lakinya Emmanuel, yang merupakan kakak laki-laki satu-satunya dan berusia lima
tahun lebih tua dari Melanie. Ia sangat mengagumi dan terobsesi pada Emmanuel.
Kemungkinan obsesi ini kemudian berpengaruh pada kesulitannya dalam membina
hubungan dengan laki-laki. Seperti Sidonie, Emmanuel juga mengajari Melanie dengan
sangat baik sehingga Melanie dengan sangat baik sehingga Melanie berhasil lolos
dalam ujian masuk sebuah sekolah persiapan yang bereputasi baik (Petot, 1990).

Saat Klein berusia 18 tahun, ayahnya meninggal, teteapi tragedi yang lebih
besar terjadi dua tahun kemudian, yaitu ketika kakak laki-laki yang sangat dicintainya,
Emmanuel, meninggal. Kematian Emmanuel sangat mengguncang Klein. Ketika masih
berduka cita atas kematiannya, Melanie menikahi Arthur Klein, seorang Insinyur
teman dekat Emmanuel. Pernikahan ini diyakini Melanie sebagai penyebab dari
kegagalannya menjadi seorang dokter sehingga di sepanjang sisa hidupnya, ia terus
menyesal karena tidak mencapai tujuannya itu (Grosskurth, 1986).

Sayangnya, pernikahan Klein tidak bahagia, ia menghindari hubungan seksual


dan tidak ingin hamil (Grosskurth, 1986). Meskipun demikian, ia mempunyai tiga naka
dari pernikahannya dengan Arthur, yaitu Melitta, lahir tahun 1904; Hans, lahir tahun
1907; dan Erich, lahir pada tahun 1909, keluarga Klein pindah ke Budapest karena
Arthur ditugaskan disana. Disana, Klein bertemu dengan Sandor Ferenczi, salah satu
anggota lingkaran dalam Freud, yang kemudian mengenalkannya pada dunia
psikoanalisis. Ketika ibunya meninggal pada tahu 1914, Klein mengalami depresi dan
meminta Ferenczi untuk menganalisisnya. Pengalaman ini merupakan titik balik dalam
kehidupannya. Pada tahun yang sama, ia membaca buku Freud yang berjudul On
Dreams (1901/1953) “dan dalam seketika menyadari apa yang menjadi tujuan saya.
Setidaknya, untuk tahun-tahun dimana saya merasa sangat antusias mencari apa yang
dapat memuaskan saya, baik secara intelektual maupun emosional” (dikutip dalan
Grosskurth, 1986, hlm. 69). Pada saat yang sama ketika ia mulai mengenal Freud,
lahirlah anak ketiganya, Erich. Kelin sangat mempercayai psikoanalisis dan mengajar
anaknya sesuai dengan prinsip-psrinsip Freudian. Sebagai bagian dari pengajarannya,
ia mulai menerapkan psikoanalisis terhadap Erich sejak ia masih kecil. Selain itu, ia
juga menganalisis Melitta dan Hans, yang di masa mendatang keduanya malah
menemui analis lain. Melitta, yang kemudian menjadi psikoanalisis, menemui Karen
Horney dan juga analis lain. Hubungan antara Horney dan Klein sangat menarik karena
di kemudian hari, Klein menganalisis dua puteri Horney yang termuda ketika usia
mereka dua belas dan sembilan tahun (putri tertua Horney yang berusia empat belas
tahun menolak dianalisis). Tidak seperti Melitta yang dianalisis dengan sukarela, kedua
putri Horney merasa terpaksa menghadiri sesi analisis. Sesi ini beukan sesi untuk
menyembuhkan gangguan neurotic, melainkan sesi dengan tujuan pencegahan (Quinn,
1987).

Klein berpisah dengan suaminya pada tahun 1919, namun perceraiannya baru
terjadi beberapa tahun kemudian. Setelah perpisahannya, ia membangun praktik
psikoanalisis di Berlin dan membuat makalah mengenai analisisnya terhadap Erich.
Makalah ini merupakan kontribusi pertamanya dalam literature psikoanalisis. Erich,
dalam makalah tersebut, tidak diperkenalkan sebagai anaknya bahkan sampai beberapa
waktu lamanya setelah kematian Klein (Grosskurth, 1998). Tidak merasa puas akan
analisis yang dilakukan oleh Ferenczi terhadap dirinya sendiri, Klein mengakhiri
hubungan dengannya. Kemudian, ia mulai dianalisis oleh Karl Abraham, anggota lain
dari lingkaran dalam Freud. Setelah hubungan ini berjalan selama empat belas bulan,
Klein mengalami tragedy lain yaitua kematian Abraham. Pada titik saat itu, Klein
memutuskan untuk melakukan analisis terhadap dirinya sendiri (self-analysis), analisis
yang terus dilakukan selama sisa hidupnya. Sebelum tahun 1919, semua psikoanalisis,
termasuk Freud, membuat teori mengenai perkembangan anak berdasarkan
penanganan terapi mereka pada orang dewasa. Kasus tunggal Freud yang berhubungan
dengan anaknya hanyalah Little Hans. Ia adalah anak laki-aki yang ,enjadi pasiennya
hanya dalam sekali pertemuan. Melanie Klein mengubah situasi tersebut dengan
melakukan psikoanalisis langsung pada anak. Terapi yang dilakukannya pada anak
yang sangat muda, termasuk anaknya sendiri, meyakinkannya bahwa anak-anak
menyimpan perasaan positif dan negative terhadap ibunya, Merek juga
mengembangkan superego lebih awal daripada yang diyakini oleh Freud. Pandangan
yang berbeda dari standar teori psikoanalisis ini menyebabkan munculnya banyak
kritik dari koleganya di Berlin sehingga membuatnya tidak merasa nyaman lagi tinggal
dikota tersebut. Kemudian, padatahun 1926, Ernest Jones mengundangnya ke London
untuk menganilisis anak-anaknya dan menyampaikan serangkaian kuliah mengenai
analisis anak. Serangkaian kuliah tersebut kemudian menghasilkan buku pertamanya,
The Psycho-Analysis of Children (Klein, 1932). Pada tahun 1927, ia memutuskan
pindah ke Inggris dan menetap disana sampai ia meninggal pada tanggal 22 September
1960.
Teori Relasi Objek

Teori relasi objek merupakan bagian dari teori Freud mengenai teori insting,
tetapi penyebabnya berbeda setidaknya dalam tiga hal. Pertama, teori relasi objek tidak
terlalu menekankan dorongan-dorongan biologis dan lebih menekankan pada
pentingnya pola yang konsisten dalam hubungan interpersonal. Kedua, kebalikan dari
teori Freud yang bersifat paternalistis dan menekankan pada kekuatan dan kontrol
ayah, teori relasi objek cenderung lebih maternal dengan menekankan keintiman dan
pengasuhan ibu. Ketiga, teori relasi objek umumnya lebih memandang kontak dan
hubungan sebagai motif utama tingkah laku manusia—bukan kesenangan seksual.

Secara lebih spesifik dijabarkan bahwa teori mengandung banyak makna sesuai
dengan jumlahnya. Pada dasarnya, bab ini berkonsentrasi pada hasil kerja Melanie
Klein, tetapi akan dibahas pulsa sekilas mengenai teori lain, di antaranya Margaret
S.Mahler, Heinz Kohut, John Bowlby, dan Mery Ainsworth. Sebagai gambaran,
Mahler menganggap penting kemampuan mempertahankan diri pada pembentukan diri
sendiri, sedangkan Bowlby menekankan tahapan pemisahan kecemasan dan Aisworth
lebih kepada membedakan gaya kedekatan.

Jika Klein disebut sebagai ibu dari teori relasi objek, maka Freud adalah
ayahnya. Telah disebutkan bahwa Freud (1915/1957) meyakini setiap insting atau
dorongan memiliki sebuah dorongan (impetus), sumber (a source), tujuan 9an aim),
dan objek (an object). Tujuan dan objek berdampak pada factor psikologis. Walaupun
kelihatannya tiap dorongan yang berbeda mempunyai tujuannya masing-masing,
namun tujuan dasar keduanya selalu sama—yaitu untuk mengurangi ketegangan
dengan mencapai kesenangan. Dalam istilah Freudian, manusia adalah objek suatu
dorongan, bagian dari seseorang atau sesuatu yang dapat membuat tercapainya suatu
tujuan. Klein dan teori relasi objek lainnya memulai dari asumsi dasar yang
dikemukakan Freud tersebut. Kemudian, mereka berspekulasi mengenai bagaimana
kenyataan atau khayalan seorang bayi di awal hubungan dengan ibunya atau dengan
payudara ibunya. Juga bagaimana keduanya menjadi model dari hubungan
interpesonalnya di masa mendatang. Bagaimanapun, hubungan pada orang dewasa
tidak selalu seperti pandangan mereka. Bagian terpenting dari hubungan ini adalah
representasi dari psikis internal pada objek-objek yang terkait erat, seperti payudara
ibunya dan penis ayahnya yang pernah diintroyeksikan atau diambil dari struktur psikis
seorang bayi dan kemudian diproyeksikan terhadap pasangan hidupnya.

Meskipun Klein terus menyebut dirinya sebagai Freudian, namun ia


melanjutkan teori psikoanalisanya di luar batasan yang telah ditetapkan oleh Freud. Di
lain pihak, Freud sendiri cenderung mengabaikan Klein. Freud tidak banyak
berpendapat ketika Klein memintanya memberikan saran. Contohnya pada tahun 1925,
ketika Ernest Jones mengemukakan pujiannya dan menuliskan betapa Klein
mengembangkan “hasil kerja yang dangat bernilai” mengenai analisis masa kanak-
kanak dan teraoi bermain, Freud hanya menjawab “hasil karya Melanie Klein di Wina
ini mengundang keraguan dan kontroversi”.

Daftar pustaka

Feist, Jess. Feist Gregory J. 2013. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
REFLEKSI
Dalam biografi Melanie Klein, memiliki perjalanan hidup yang cukup rumit
untuk anak yang seusianya pada saat itu. Dia sudah dihadapkan dengan beberapa
cobaan hidup sejak kecil. Dimasa kecil nya hidupnya banyak diiringi kesedihan. Ketika
sudah memiliki suami pun hubungan Melanie berakhir dengan perpisahan.

Dalam perjalanan hidupnya ini sangat mempengaruhi dirinya dalam membuat


teori relasi objek. Dalam teorinya Melanie membahas diantaranya Kehidupan psikis
bayi, fantasi, objek, pemisahan, identifikasi proyektif, internalisasi, ego, superego,
Oedipus complex, pengembangan oedipal perempuan/laki-laki. Ketika dia mulai
mempelajari psikoanalisis pun dia selalu merasa tidak puas dengan yang telah dia
kerjakan, dia selalu ingin melakukan lebih.

Anda mungkin juga menyukai