Anda di halaman 1dari 67

ANALISIS HEAD SUCTION PADA POMPA ELEKTRIK

UNTUK SISTEM PEMADAM KEBAKARAN DI GEDUNG


APARTEMENT MADISON PARK.

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Kerja Praktek

Disusun oleh :

Disa Dwi Setiawan 201623042

Elza Yuni Lestari 201623044

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL
Jakarta
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Disa Dwi Setiawan 201623042
: Elza Yuni Lestari 201623044
Judul Laporan : Analisis head suction pada pompa elektrik untuk sistem
pemadam kebakaran di gedung apartemen madison
park

Telah diperiksa dan dilakukan presentasi Kerja Praktek Program Studi Teknik
Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Industri Institut Sains dan Teknologi Al
Kamal.
Hari :-
Tanggal :-
Tempat : Kampus Institut Sains dan Teknologi Al Kamal
Nama Penguji :-
Mengetahui :
Dosen Penguji Dosen pembimbing

XXXXXXXXXXXXXXXXXX Rahmat Wijaya S.T., M.T.

Ketua Program Studi Teknik Mesin

i
Indra Saputra S.T.,M.T.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala kemuliaan, keagungan dan pujian hanyalah milik Allah SWT yang
telah menjadikan ilmu sebagai sifat kesempurnaan yang paling tinggi. Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan yang pantas disembah selain Allah SWT. Aku
bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah hamba dan utusan-Nya yang telah Allah
istimewakan dengan seluruh kesempurnaan.
Alhamdulillah, dengan curahan rahmat dan hidayah Allah penulis telah
berhasil menyelesaikan laporan analisa head suction pada pompa elektrik untuk
sistem pemadam kebakaran di gedung apartemen madison park.

Dalam menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini adalah perwujudan dari


sebuah proses pendidikan yang telah ditempuh selama ini yang merupakan salah
satu fase dari suatu kehidupan. Perjuangan bukan hanya tercapainya tujuan,
namun suatu proses yang mengawali dan memulai tahapan-tahapan pendewasaan
diri dalam menyelesaikan masalah baik hambatan dan rintangan yang terjadi
dengan sebaik-baiknya, karena merupakan sebuah wujud nyata untuk mencapai
dan memperoleh hasil yang sempurna hingga berakhir dengan sebuah
keberhasilan. Namun dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih yang telah membantu hingga terselesainya laporan ini. Diantaranya
yaitu kepada yang terhormat :
1. Allah SWT yang memberikan kesehatan, kelancaran dan kemudahan
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Dede Rukmayadi S.T, M.Si selaku rektor Institut Sains dan
Teknolgi Al-Kamal.
3. Bapak Indra Saputra, MT. sebagai ketua program studi Teknik Mesin
Institut Sains dan Teknologi Al- Kamal Jakarta.

ii
4. Seluruh Dosen Teknik Mesin dan seluruh Dosen Institut Sains dan
Teknologi Al- Kamal Jakarta yang telah memberikan ilmu dan membagi
pengalamanya.
5. Bapak kris susilo, selaku chief engineering di apartemen madison park,
yang bersedia meluangkan waktu dan bantuannya serta memberi petunjuk
dan arahan kepada penulis dalam kerja lapangan.
6. Bapak Puguh Murba Setiawan selaku apartement manager yang bersedia
meluangkan waktu dan bantuannya serta memberi petunjuk dan arahan
kepada penulis dalam observasi lapangan.
7. Kepada Nurdin selaku supervesor di apartement madison park yang
bersedia membantu untuk mempermudah pelaksanaan kerja praktek di
gedung madison park.
8. Kepada kedua orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan
do’a dan dukungan demi tercapainya cita-cita.
9. Kepada senior dan alumni mahasiswa Institute Sains dan Teknologi Al
Kamal yang telah membagi nasehat dan pengalamannya selama masa
perkuliahan.
10. Rekan-rekan kerja di PT. Inner City Management dan PT. Agung
Podomoro Land. Divisi mecanical dan electrical pada khususnya.
11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan
Kerja Praktek ini.
Di dalam menyelesaikan laporan Kerja Praktek ini, penulis telah berusaha
semaksimal mungkin, sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang ada untuk
dapat menghasilkan laporan yang baik. Namun penulis sadar sepenuhnya bahwa
laporan kerja praktek ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata semoga laporan
Kerja Praktek ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya, Institusi pendidikan,
dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, 15 Oktober 2019
Penulis

iii
Elza Yuni Lestari Disa Dwi Setiawan

ABSTRAK
Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan di
gedung sebagai preventif (pencegah) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari
sistem sprinkler, sistem hidran dan Fire Extinguisher. Dan pada tempat-tempat
tertentu digunakan juga sistem fire gas.Tetapi pada umumnya sistem yang
digunakan terdiri dari: sistem sprinkler, hidran dan fire extinguisher.
Ada 3 pompa yang digunakan dalam sistem sprinkler dan Hydran, yaitu
elektrik pump, diesel pump dan jockey pump. Jockey pump berfungsi untuk
menstabilkan tekanan di instalasi, dan secara otomatis akan bekerja apabila ada
penurunan tekanan. Dan jika ada head sprinkler yang pecah atau hydran
digunakan, maka yang bekerja secara otomatis pompa elektrik bekerja, dan
secara otomatis pula jockey pump akan berhenti bekerja. Pompa elektrik pump
(atau elektrik pump) merupakan pompa utama yang bekerja bila head sprinkler
atau hydran digunakan. Sedang pompa diesel merupakan pompa cadangan, jika
pompa elektrik gagal bekerja selama 10 detik, maka secara otomatis pompa ini
akan bekerja.
Laporan kerja praktek ini disusun untuk menganalisa secara mendasar
mengenai kinerja pompa pemadam kebakaran yang terpasang digedung
apartemen Madison park dimana gedung tersebut di bangun tahun 2014 oleh PT.
Agung Podomoro Land diatas tanah seluas 33042 m 2 dengan total 1028
hunian,128 kios dan 12 ruang failtas. Agar meminimalisir kesalahan sistem kami
akan mengambil data sesuai dilapangan sebagai bahan acuan kami dalam
menganalisa supaya sistem tetap berjalan efektif.

Kata kunci : Pompa pemadam kebakaran, splinker dan hydrant.

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangunan tingkat tinggi sangat populer pada jaman sekarang, karena dinilai
lebih efektif dan efien dengan kondisi yang ada. Semakin meningkatnya
pertambahan penduduk tetapi tata guna lahan yang semakin terbatas menjadi
masalah baru dalam era modernisasi saat ini. Dalam membangun sesuatu
bangunan yang diperuntukkan untuk kapasasitas daya guna yang besar dengan
kondisi lahan yang kurang memadai luasannya, maka dipilihlah bangunan tinggi
sebagai salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Semakin tingginya suatu bangunan mempunyai resiko yang semakin tinggi
pula. Oleh karena itu dalam membangun suatu struktur bangunan tinggi
mempunyai persyaratan yang lebih kompleks. Apabila bangunan tersebut
didirikan di Indonesia, maka bangunan tersebut harus memenuhi syarat Standart
Nasional Indonesia (SNI).

Gambar 1.1 Gedung Apartemen Madison Park, Jakarta barat.

1
(Sumber : Data Perusahaan, 2019)

Dalam hal ini kami akan membahas lebih jauh mengenai sistem pemadam
kebakaran pada gedung Madison park yang berlokasi di jalan Letjen S. Parman
kavling 28 Jakarta Barat. Pedoman yang kami gunakan yaitu peraturan pemerintah
pusat maupun peraturan daerah mengenai persyaratan keandalan gedung terhadap
bahaya kebakaran dan Standart Nasional Indonesia (SNI) yang digunakan.
Sesuai dengan SNI 03-1736-2000 mengenai bangunan gedung, kecuali rumah
tinggal tunggal dan rumah deret sederhana, harus dilindungi terhadap bahaya
kebakaran dengan proteksi aktif. Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada
fungsi, klasifikasi, luas, ketinggian, volume bangunan, dan jumlah dan kondisi
penghuni dalam bangunan gedung. Pada sistem proteksi aktif yang perlu
diperhatikan meliputi Sistem Pemadam Kebakaran Sistem Deteksi & Alarm
Kebakaran Sistem Pengendalian Asap Kebakaran dan Pusat Pengendali
Kebakaran.

1.2 Alasan Pemilihan Judul


Pemilihan judul ini kami ambil setelah melakukan observasi di lapangan
dengan beberapa temuan kendala yang terjadi di lapangan. Akhirnya kami
memilih untuk melakukan pendekatan pada beberapa kendala yang terjadi pada
sistem pemadam kebakaran. Laporan ini juga sebagai penerapan ilmu mesin-mein
fluida.

1.3 Tujuan Kerja Praktek


1.3.1 Tujuan secara umum
Secara umum kerja praktek ini bertujuan untuk :
1. Mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja secara
langsung serta mampu memecahkan permasalahan yang ada dari dasar
dan mampu menyampaikannya dengan jelas.
2. Mengetahui secara nyata penerapan teknologi (sesuai bidang kajian)
yang terjadi pada perusahaan.

2
3. Mengamalkan pengetahuan teoritis ilmu-ilmu dasar dengan
perilakunya pada saat diterapkan dilapangan.
4. Memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana
Program Studi Teknik Mesin di Institut Sains & Teknologi Al-Kamal.
5. Menambah pengalaman dan pembelajaran dari kerja praktek ini agar
nantinya bisa menjadi pekerja yang professional.

1.3.2 Tujuan Secara Khusus


Secara khusus kerja praktek ini bertujuan untuk :
1. Mempelajari kondisi umum perusahaan meliputi profil dan struktur
organisasi
2. Terlibat secara langsung dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada
sebuah perusahaan baik kegiatan teknis atau kegiatan non teknis agar
mendapatkan manfaat dan pegangan ketika nanti terjun dalam dunia kerja.

1.4 Manfaat Kerja Praktek


1.4.1 Bagi Mahasisa
1. Mengetahui dengan jelas mengenai realita dunia kerja secara langsung.
2. Meningkatkan keterampilan dan kreatifitas diri dalam lingkungan kerja
yang sesuai dengan disiplin ilmu yang telah dipelajari.
3. Menambah wawasan dan keterampilan yang relevan untuk meningkatkan
kompetensi, kecerdasan intelektual dan emosi.
4. Menjadi bahan persiapan menghadapi dunia kerja dan menyiapkan
langkah-langkah yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dalam
lingkungan kerja di masa mendatang.
5. Mahasiswa dapat belajar lebih professional dalam mengerjakan setiap
pekerjaan dengan keterampilan yang baik secara detail dalam setiap
pekerjaan yang dilakukan.

1.4.2 Bagi Perusahaan


1. Membantu tugas dari karyawan instansi terkait dalam menyelesaikan
sebuah pekerjaan.

3
2. Membantu dan memberi masukkan sesuai keadaan yg terjadi dalam
perusahaan
3. Sebagai sarana untuk menjalin hubungan kerjasama yang baik antara
perusahaan dengan Institut Sains & Teknologi Al-Kamal khususnya
fakultas Teknik Mesin dan sebagai wujud kepedulian perusahaan terhadap
masa depan generasi muda.
4. Sebagai sarana perusahaan dalam membangun citra baik bagi calon
pekerja baru yg ingin berkarir.

1.4.3 Bagi perguruan tinggi


1. Menjalin relasi antara perguruan tinggi dengan pihak kampus.
2. Membesarkan nama kampus melalui kinerja para mahasiswa yang
melakukan kerja praktek pada perusahaan.

1.5 Ruang Lingkup


1.5.1 Pengenalan Perusahaan

Gambar 1.2 PT. AGUNG PODOMORO LAND.Tbk


(sumber : Data Perusahaan, 2019)
PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) adalah pemilik, pengembang,
dan pengelola real estat terintegrasi terdiversifikasi terkemuka di segmen real estat
ritel, komersial, dan perumahan dengan kepemilikan yang beragam.
Kami memiliki model pengembangan properti terintegrasi, mulai dari
pembebasan lahan dan/atau pengadaan, hingga desain dan pengembangan, hingga
manajemen proyek, penjualan, penyewaan dan pemasaran komersial, hingga

4
operasi dan manajemen pengembangan superblok, mal perbelanjaan, kantor, hotel,
dan apartemen dan rumah tinggal.
Kami dikenal sebagai pelopor pengembangan superblock. Proyek
landmark kami yang berkualitas tinggi, untuk beberapa nama adalah Kota
Podomoro, Kota Kuningan, dan Kota Senayan.
APLN menggabungkan pendekatan visioner untuk desain dengan
penekanan pada eksekusi cepat dan waktu ke pasar. Berdasarkan pengalaman dan
sumber daya Grup Agung Podomoro, kami telah bertanggung jawab untuk
menghadirkan sejumlah properti landmark di pasar seperti Kompleks Kota
Podomoro andalan kami dan Kota Senayan yang terkenal.
Kami juga memelopori konsep superblok, menyatukan perumahan, ritel,
rekreasi dan ruang kantor dalam satu kompleks pengembangan bertingkat
terintegrasi untuk menciptakan ruang hidup perkotaan yang menyenangkan dan
sangat nyaman, dengan komponen penjualan dan sewa.
Superblok kami memberi konsumen cara hidup alternatif melalui
pengembangan Superblock berkualitas tinggi kami, yang menawarkan
kemungkinan gaya hidup urban yang seimbang dan menyenangkan bagi ribuan
konsumen.
Dengan memanfaatkan jaringan dan nama merek kami yang baik, tim
pemasaran kami yang kuat dan berpengalaman biasanya dapat menghasilkan
minat uang muka yang kuat untuk menghasilkan uang melalui penjualan,
deposito, dan cicilan. Kami juga memperhatikan dengan seksama campuran aliran
pendapatan yang berasal dari penjualan versus pendapatan berulang.

Motto PT. Agung Podomoro Land adalah Harmoni dalam bekerja dengan
klien, mitra bisnis, pemegang saham, dan masyarakat. Gairah dan ketekunan
mengoptimalkan upaya kami. Kualitas dipertahankan pada setiap tahap
pengembangan. Sadar lingkungan menaruh perhatian pada aspek lingkungan dari
setiap proyek. ( Sumber Data Perusahaan )

5
1.6 Perumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan kami bahas pada laporan kerja praktek ini
mengenai pompa untuk penyedia air pada sistem instalasi pipa pemadam
kebakaran yang sering terjadi beberapa masalah antara lain :

 Sering terjadinya kehilangan daya hisap pada pompa.


 Temperature pompa yang panas
 Suara yang bising dari pompa

1.7 Batasan Masalah


Dalam penyusunan kerja praktek ini penulis akan membatasi pembahasan
masalah pada kinerja daya hisap pompa yang terpasang pada gedung Madison
Park. Dimana pompa tersebut terdiri dari pompa elektrik.

1.8 Metode Penelitian.


1.8.1 Tahapan Pelaksanaan Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan kerja praktek kewajiban melaporkan log aktivitasnya
setiap minggu kepada pembimbing materi secara langsung atau, agar pembimbing
dapat memonitor kesesuaian kegiatan kerja praktek.
Rencana pelaksanaan kerja praktek adalah selama 12 minggu pada bulan oktober
sampai dengan november 2019 dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1.1 Rencana Pelaksanaan Kerja Praktek

Maret April Mei


No Rencana Kegiatan Minggu Ke-
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Pengenalan

Perusahaan
2 Kerja Praktek √ √
3 Pengambilan Data √ √ √ √
4 Pembahasan dan
√ √ √ √
Analisa
Penyusunan
5 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Laporan

Keterangan :
1. Pengenalan Perusahaan meliputi tentang visi dan misi perusahaan, tata
tertib dan struktur organisasi perusahaan.

6
2. Kerja Praktek, tahapan ini mahasiswa melakukan tugas sesuai yang di
instruksikan oleh perusahaan.
3. Pengambilan Data pada tahapan ini mahasiswa mengambil data yang
dibutuhkan dalam pembahasan bedasarkan dari sumber-sumber yang
terkait.
4. Pembahasan dan Analisa, dalam hal ini mahasiswa akan membahas
mengenai sistem pemadam kebakaran dan menganalisa sesuai rumusan
dan batasan masalah yang ada.
5. Penyusunan Laporan ini dibuat sebagai bukti pertanggung jawaban
terhadap tugas yang sudah diberikan oleh perusahaan dan perguruan
tinggi.

1.8.2 Metode Pengambilan Data


Dalam menyusun laporan kerja praktek ini penulis menggunakan metode
sebagai berikut :
 Metode Interview
Metode ini merupakan metode pengumpulan data dimana penulis
memberikan beberapa pertanyaan kepada responden untuk mendapatkan
data – data yang akurat sesuai keadaan di lapangan
 Metode Literature
Dalam metode ini penulis mengumpulkan data – data dari beberapa
sumber buku yang berkaitan dengan batasan masalah.

1.9 Sistematika Penulisan

Kerja praktek ini ditulis sesuai sistematika berikut :


Bab I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan bagi
penulis dari penulisan laporan kerja praktek ini, dan ruang
lingkup pekerjaan yang akan dilakukan.
Bab II PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini berisi mengenai perusahaan.
Bab III LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang landasan ilmu yang digunakan
berdasarkan pustaka yang ada.
Bab IV PEMBAHASAN

7
Bab ini berisi tentang hasil analisis data dari lapangan dan
metode yang digunakan dalam mencari penyebab masalah
yang terjadi pada batasan masalah.
Bab V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan solusi permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka ini merupakan referensi, sumber dan acuan
yang mampu di pertanggung jawabkan kebenarannya.

LAMPIRAN
Lampiran yang penulis sertakan merupakan gambar ataupun
data yang menjadi dasar analisa penulis

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 PROFIL PERUSAHAAN

Gambar 2.1 AGUNG PODOMORO LAND TOWER

8
(Sumber : Data Perusahaan, 2019)
APLN didirikan pada 30 Juli 2004 dengan nama PT Tiara Metropolitan
Jaya. Pada tahun 2010, pemegang saham kami menyelesaikan restrukturisasi
perusahaan, sesuai dengan mana enam perkembangan dan perusahaan induknya
dialihkan ke kendali kami. APLN, adalah entitas terdaftar unggulan (IDX: APLN)
dari Agung Podomoro Group (APG), adalah salah satu pengembang real estat
yang tumbuh paling cepat dan terbesar di Indonesia dengan minat pada superblok,
properti ritel, perkantoran, apartemen dan perumahan, dan hotel.
APG mendirikan pengembangan pertamanya, sebuah kompleks
perumahan di daerah Simprug, Jakarta Selatan, pada tahun 1969 dan
menyelesaikan pembangunannya pada tahun 1973. Dari tahun 1973 hingga
sekarang, anggota APG menyelesaikan atau memulai pembangunan lebih dari 70
proyek properti, dengan mayoritas ditujukan kepada kelas menengah segmen
masyarakat, dengan proyek-proyek mulai dari apartemen murah sampai
apartemen mewah di Jakarta Selatan, perumahan, perumahan mewah, dan mal
lingkungan, ruko, hotel, soho dan menara perkantoran.
Agung Podomoro Group merupakan salah satu pengembang properti
terbesar di Indonesia. Proyek properti yang dijalani APG antara lain membangun
perumahan, apartemen dan super-blok. APG didirikan pertama kali pada tahun
1969 oleh Anton Haliman.
Pada saat itu proyek pertamanya adalah kompleks perumahan di kawasan
Simprug, Jakarta Selatan. Selain itu, APG juga menjadi pelopor pembangunan
perumahan mewah (real estate) di Sunter, Jakarta Utara. Mewujudkan visi, APG
membangun kompleks perumahan dengan fasilitas lengkap untuk para
penghuninya, seperti sekolah, pusat rekreasi, tempat ibadah, rumah sakit, dan
pasar. Kemudian, grup mulai melebarkan usahanya dengan menggandeng
beberapa perusahaan. Kini bisnis properti grup terdiri dari kompleks perumahan,
pergudangan, dan industri.
Sejak tahun 1986, perusahaan diambil alih oleh Trihatma Kusuma
Haliman yang kemudian diambil kembali oleh PT. Indofica Housing. Pada saat itu
perusahaan mampu memperluas area pengembangannya hingga lebih dari 517
hektar yang dipakai sebagai pembangunan kawasan eksklusif di Jakarta Utara
yang menjadi salah satu pencapaian luar biasa dalam pembangunan real estate di
Jakarta.

9
Pada periode krisis keuangan yang melanda Indonesia di tahun 1997,
ketika banyak usaha mengalami kesulitan, Agung Podomoro berhasil melaluinya
berkat strategi yang diambil oleh manajemen atas grup ini, seperti keputusan
krusial untuk membayar sebagian besar hutang APG pada awal 1997,
mengesampingkan devaluasi mata uang, dan memperkenalkan kebijakan uang
ketat. Pengalaman dari Bapak Trihatma saat mengatasi kesulitan dalam krisis
Pertamina di tahun 1974 memberikan kepercayaan diri dan sikap yang tepat dalam
grup untuk menghadapi situasi ini.
APG kemudian memandang krisis 1997 sebagai tantangan dan kesempatan
yang sangat baik. Dengan kecermatan melihat perubahan pasar, APG menemukan
potensi besar di pasar. Salah satunya adalah kebutuhan untuk tempat tinggal di
tengah kota. Langkah pertama yang dilakukan adalah membeli lahan dari BPPN
(Badan Penyehatan Perbankan Nasional) dan juga properti yang dimiliki
pengembang-pengembang yang tekena dampak yang cukup berat dari krisis.
Sebenarnya, semenjak tahun 1995 APG telah menjalankan proyek-proyek
yang dibangun dengan konsep yang mirip dan kesadaran akan keterbatasan lahan
di kota. Pembangunan Menteng Executive Apartment memberikan pilihan bagi
masyarakat untuk tinggal di kawasan kolektif yang berlokasi di daerah suburban
kota dan menjadi sebuah terobosan dalam pengembangan real estate. Sukses
dengan proyek di Menteng, pada tahun 2000 dan selanjutnya, APG mulai berfokus
pada pembangunan apartemen.
Hingga tahun 2012, APG telah menyelesaikan 16 apartemen, 15 kawasan
hunian dan 16 kawasan komersial mixed-use. Beberapa proyek APG antara lain
Bukit Mediterania Samarinda, Permata Mediterania, Gading Grande Residences,
Bukit Golf Mediterania, Villa Serpong, Permata Hijau Residences, The
Pakubuwono Residences, Jakarta Residences, Thamrin Residences, Mediterania
Marina Residences, The Peak at Sudirman, Sudirman Park, Central Park, Kelapa
Gading Square, Mangga Dua Square, Thamrin City, dan beberapa proyek-proyek
mewah lainnya. Seiring dengan perjalanan waktu, APG melebarkan sayapnya ke
pembangunan Superblok, Mall, kawasan industri dan pergudangan. Pada tahun
2012 grup ini mulai berkembang ke lokasi-lokasi lain di Jakarta, Bandung, Bogor,
Kerawang, Balikpapan dan Bali.
Sertifikat ISO 9001 untuk Menteng Executive Apartment dan Bukit
Gading Mediterania di Kelapa Gading adalah sebuah pernyataan akan kapabilitas

10
dan komitmen manajemen APG yang profesional terhadap para pemegang
sahamnya. Pada tahun 2014, APG membuka universitas yang diberi nama
Podomoro University, berlokasi di kawasan Central Park, Jakarta.
PT Agung Podomoro Group Tbk. (“APG” atau “Perseroan”) adalah suatu
perseroan terbatas berkedudukan di Jakarta Barat, didirikan menurut dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia
berdasarkan Akta No. 29 tanggal 30 Juli 2004, dibuat di hadapan Sri Laksmi
Damayanti, S.H., sebagai pengganti Siti Pertiwi Henny Singgih, S.H., Notaris di
Jakarta, yang telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No.C-
21538.HT.01.01.TH.2004 tanggal 26 Agustus 2004 dan telah didaftarkan dalam
Daftar Perusahaan sesuai UUWDP dengan TDP No. 090217027994 di Kantor
Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Barat No. 1589/BH.09.02/X/2004 tanggal
4 Oktober 2004, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. 91 tanggal 12 November 2004.
Sejak pendirian, Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali mengalami
perubahan. Anggaran Dasar Perseroan yang terakhir adalah: Akta No. 7 tanggal 5
Juni 2012 yang dibuat di hadapan Ardi Kristiar, S.H., pengganti Yulia, S.H.,
Notaris di Jakarta Selatan, yang isinya sehubungan dengan perubahan Pasal 3,
Pasal 5 ayat 12, Pasal 18 ayat 2 dan Pasal 18 ayat 5 Anggaran Dasar Perseroan.
Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah memperoleh persetujuan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-
35086.AH.01.02. Tahun 2012 tanggal 27 Juni 2012 dan telah didaftarkan dalam
Daftar Perseroan sesuai Undang-Undang Perseroan Terbatas dengan No.
0058436.AH.01.09. Tahun 2012 tanggal 27 Juni 2012 dan telah diterima dan
dicatat dalam database Sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Penerimaan
Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan No. AHU.01.10-24859
tanggal 6 Juli 2012, telah didaftarkan dalam Daftar Perseroan sesuai Undang-
Undang Perseroan Terbatas dengan No. AHU-0061792. AH.01.09 Tahun 2012
tanggal 6 Juli 2012 serta telah didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai
Undang- Undang tentang Wajib Daftar Perusahaan dengan TDP No.
09.02.1.68.27994 tanggal 6 Juli 2012.

11
2.2 Visi dan Misi PT Agung Podomoro Group :
 Mengoptimalkan pengembalian investasi dari rekan usaha dan pemegang
saham
 Menjadi perusahaan pengembang yang mampu memberikan nilai lebih
bagi para karyawan.
 Berperan aktif untuk mendukung program pemerintah dalam rangka
mendorong pembangunan perkotaan dan dalam meningkatkan indeks
pengembangan manusia.
 Memenuhi kebutuhan masyarakat akan perumahan dan area komersial
yang berkualitas.

2.3 Latar Belakang Gedung


Gedung apartmen merupakan sebuah hunian bertingkat yang mempunyai
fasilitas pendukung dan mempunyai nilai investasi yang tinggi untuk di kota yang
berkembang. Dimana kota tersebut mempunyai lahan tanah yang minim namun
tingkat populasi manusianya tinggi maka dari itulah apartemen di bangun.
Apartmen madison park sendiri di bangun tahun 2012 dan selesai pembangunan
pada tahun 2014. Pada tahun 2015 apartmen madison park di resmikan dan mulai
beroprasi..
Konsep apartemen madison park sendiri adalah smart green dimana
gedung tersebut mempunyai banyak taman di setiap bagiannya. Untuk huniannya
sendiri sudah ada fitur smart home dimana segala kegiatannya mampu di kontrol
menggunakan smart phone seperti membuka atau menutup korden, mematikan
atau menyalakan lampu dan perangkat elektronik lainnya.
Apartement madison park ini terdiri dari 36 lantai dan 1 lantai basement
dengan luasan luasan 33042 m2 yang terdiri dari 1028 hunian, 128 kios, 12
ruangan fasilitas yaitu ruang fitnes, balai warga dan ruang pendidikan. Alamat
apartemen ini di jl. letjen s. Parman kavling 28 grogol petamburan, Jakarta barat.

2.4 Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi perusahaan merupakan sebuah susunan yang
mendeskripsikan komponen – komponen yang mengatur perusahaan dimana
setiap individu ( SDM ) yang berada pada lingkungan perusahaan tersebut
memiliki posisi dan fungsi masing – masing dalam menjalankan kegiatan
operasional untuk mencapai tujuan dan misi yang ditargetkan dan diinginkan.

12
Berikut adalah struktur organisasi yang ada pada PT. Agung Podomoro Land
TBK.

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. AGUNG PODOMORO LAND Tbk.


(Sumber : Data Perusahaan, 2019)

BAB III

13
LANDASAN TEORI
3.1 Diagram Alur Penelitian

Mulai

Studi atau mempelajari masalah

Pengambilan Data
Interview
Literature
Data Lapangan

Perhitungan NPSHa dan NPSHr

Analisa Hasil Perhitungan Daya Hisap

Pengecekan Kualitas Perangkat TIDAK


Pada Sistem

IYA

Kesimpulan dan Saran

Selesai

3.2 Pengertian Kebakaran

14
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kitakehendaki, merugikan pada umumnya sukar dikendalikan (Perda DKI,
1992).
Klasifikasi Kebakaran yang dimaksud dengan klasifikasi kebakaran adalah
penggolongan atau pembagian atas kebakaran berdasarkan pada jenis benda /
bahan yang terbakar. Dengan adanyavklasifikasi kebakaran tersebut diharapkan
akan lebih mudah atau lebih cepat dan lebih tepat mengadakan pemilihan media
pemadaman yang akan dipergunakan untuk melaksanakan pemadaman (Perda
DKI, 1992).
Menurut Perda DKI (1992)
klasifikasi kebakaran sesuai dengan bahan bakar yang terbakar dan bahan
pemadaman untuk masing –masing kelas yaitu:

1) Kelas A
Termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang mudah terbakar
biasa, misalnya : kertas, kayu, maupun plastik. Cara mengatasinya yaitu bisa
denganmenggunakan ait untuk menurunkan suhunya sampai di bawah titik
penyulutan,serbuk kering untuk mematikan proses pembakaran atau
menggunakan halogen untukmemutuskan reaksi berantai kebakaran.
2) Kelas B
Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan seperti cairan
combustible dengan cairan flammable, seperti bensin, minyak tanah, dan bahan
serupa lainnya.Cara mengatasinya dengan bahan foam.

3) Kelas C
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik yang bertegangan untuk
mengatasinyayaitua dengan menggunakan bahan pemadaman kebakaran non
kondusif agarterhindar dari sengatan listrik.

4) Kelas D

15
Kebakaran pada bahan logam yang mudah terbakar seperti titanium,
alumunium,magnesium, dan kalium. Cara mengatasinya yaitu powder khusus
kelas ini.

3.3 Definisi Api


Api adalah “Suatu massa zat gas yang timbul karena adanya reaksi
eksotermis dan dapat menghasilkan panas, nyala, cahaya, asap, dan bara.” Suatu
reaksi kimia yang diikuti radiasi cahaya dan panas. Reaksi kimia disini
mengandung pengertian adanya proses yang sedang berlangsung secara kimiawi.
(Dinas Kebakaran DKI Jakarta,1994).
Untuk menimbulkan api awalan diperlukan 3 (tiga) unsur:
 Benda / bahan bakar (fuel ) : harus menjadi uap terlebih dahulu
 Panas (Heat/energi) : harus cukup untuk menentukan titik nyala.
 Oksigen : sebagai oksidator

3.4 Sistem Pemadam Kebakaran


Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan di gedung
sebagai preventif (pencegah) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem
sprinkler, sistem hidran dan Fire Extinguisher. Dan pada tempat-tempat tertentu
digunakan juga sistem fire gas.Tetapi pada umumnya sistem yang digunakan
terdiri dari: sistem sprinkler, hidran dan fire extinguisher.
Ada 3 pompa yang digunakan dalam sistem sprinkler dan Hydran, yaitu
elektrik pump, diesel pump dan jockey pump. Jockey pump berfungsi untuk
menstabilkan tekanan di instalasi, dan secara otomatis akan bekerja apabila ada
penurunan tekanan. Dan jika ada head sprinkler yang pecah atau hydran
digunakan, maka yang bekerja secara otomatis pompa elektrik bekerja, dan secara
otomatis pula jockey pump akan berhenti bekerja. Pompa elektrik pump (atau
elektrik pump) merupakan pompa utama yang bekerja bila head sprinkler atau
hydran digunakan. Sedang pompa diesel merupakan pompa cadangan, jika pompa
elektrik gagal bekerja selama 10 detik, maka secara otomatis pompa ini akan
bekerja. ( Sumber : Data Perusahaan )

3.5 Peraturan Pemerintah


Pada peraturan pemerintah mengenai sistem proktesi kebakaran aktif telah
disyaratkan sebagai berikut. Perancangan dan pemasangan sistem pipa tegak harus
sesuai dengan SNI 03-1745-2000, atau edisi terbaru, Tata Cara Perencanaan dan

16
Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan gedung.
Gedung baru harus dilengkapi dengan Sistem Pipa Tegak Kelas I sesuai
dengan ketentuan bila salah satu kondisi berikut ini ada:
(1) Lebih dari tiga tingkat diatas tanah.
(2) Lebih dari 15 m di atas tanah dan ada lantai antara atau balkon.
(3) Lebih dari satu tingkat di bawah tanah.
(4) Lebih dari 6 m di bawah tanah.
Gedung bertingkat tinggi harus dilindungi seluruhnya dengan Sistem Pipa
Tegak Kelas I berdasarkan ketentuan. Dalam hunian pertemuan yang baru,
panggung biasa dengan luas lebih dari 93 m2 harus dilengkapi dengan slang 40
mm (1½ inch) untuk pertolongan awal pemadaman kebakaran pada kedua sisi
panggung.Sambungan slang harus sesuai dengan ketentuan SNI 03-3989-2000,
atau edisi terbaru, Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Springkler
Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan gedung kecuali
bila digunakan ketentuan SNI 03-1745-2000, atau edisi terbaru, untuk sistem pipa
tegak kelas II dan kelas III.( Sumber : Peraturan Mentri PU No. 26/PRT/M/2008 ).

3.6 HYDRANT

Sistem fire hydrant adalah sebuah sistem yang memiliki saluran air
bertekanan, terdiri dari reservoir, pompa, saluran distribusi, dan perangkat
outputnya untuk memadamkan api skala besar.
Cara kerja sistem ini dapat dibilang cukup terstruktur. Dimulai dari tugas
reservoir yang merupakan tandon penampungan media air, lalu kemudian
dialirkan menuju lokasi kebakaran. Untuk mendistribusikan air dari reservoir,
dibutuhkan hydrant pump yang bekerja memompa dan menstabilkan tekanan air.
Kemudian air mengalir melalui jaringan pemipaan. Setelah sampai di jaringan
output hydrant yakni hydrant box, adapun klasifikasi hydrant box menyesuaikan
penempatannya berikut klasifikasi hydrant box :

a) OHB (OUTDOOR HYDRANT BOX)


OHB ini juga biasa di sebut hydrant halaman, utntuk penempatan hydrant box
jenis ini biasanya di peruntukan di daerah luar gedung. Dimana hydrant ini

17
berfungsi untuk melakukan pemadaman kebakaran besar yang dilakukan dari luar
gedung oleh petugas pemadam kebakaran.

Gambar 3.1 Outdoor Hydrant Box


(Sumber : Data Perusahaan, 2019)

b) IHB (INDOOR HYDRANT BOX)


IHB atau biasa disebut indoor hydrant box merupakan hydrant box yang
diletakkan pada bangunan gedung sebagai sarana pemadaman yang di lakukan
oleh petugas keamanan gedung untuk melindungi jiwa.

18
Gambar 3.2 Indoor Hydrant Box
(Sumber : Data Perusahaan, 2019)

Pada hydranyt box dibutuhkan aksesoris pendukung untuk mengalirkan air


menuju lokasi kebakaran. Berikut adalah aksesoris hydrant yaitu :
1) Valve adalah sebuah katup yang mengatur keluarnya media air pada
hydrant pillar. Fungsinya sama seperti keran dalam kehidupan sehari-
hari.

19
Gambar 3.3 Gate Valve Hydrant Box
(sumber : Data Perusahaan)

2) Nozzle merupakan aksesoris hydrant yang berbentuk corong. Nozzle


ini berfungsi sebagai pengontrol arah media air menuju titik lokasi
kebakaran.

Gambar 3.4 Nozzle Hydrant Box


(sumber : Data Perusahaan)

20
3) Fire hose merupakan selang yang akan digunakan untuk mengalirkan
media air dari hydrant box menuju lokasi kebakaran. Selang ini dapat
digulung atau disimpan di hose rack.

Gambar 3.5 Fire Hose Canvas


(sumber : Data Perusahaan)

4) Hose rack adalah aksesoris dimana Anda bisa menyimpan selang


hydrant. Tujuannya agar selang tidak kusut dan mempermudah saat
proses pemadaman api berlangsung.

Gambar 3.6 Hose Rack Hydrant Box


(sumber : Data Perusahaan)

21
5) Siamese connection ini berguna untuk menghubungkan mobil
pemadam kebakaran dengan jaringan hydrant pada gedung sebagai
suplai air cadangan. Sitem ini berguna untuk mengantisipasi bila
proses pemadaman cukup lama sehingga menghabiskan air pada tangki
reservoir yg tersedia.

Gambar 3.7 Siamese Connection


(sumber : Data Perusahaan)
3.7 Tanki Reservoir
Tanki reservoir yaitu sebuah tempat penampungan air yang berguna untuk
memadamkan api ketika terjadi kebakaran.tanki ini dilengkapi dengan sistem
deteksi otomatis dimana akan terjadi alarm jika tekanan atau tinggi muka air turun
hingga batas yang telah di tentukan.

Gambar 3.8 Tanki CT (collection tank)


(sumber : Data Perusahaan)

22
3.8 Hydrant pump
Hydrant pump adalah sebuah mesin yg berguna untuk mengalirkan air
bertekanan dari tangki hingga titik api kebakaran. Pada hydrant pump ini secara
umum di pasang lebih dari 1 pompa dan pada tiap pompanya mempunyai cara
kerja yang berbeda-beda. Berikut kalsifikasi pompa beserta kegunaannya :

 Jockey pump
Jokey pump merupakan pompa yang berguna menjaga kesetabilan
tekanan pada pipa hydrant. Dalam kondisi normal Tekanan pada pipa
hydrant bisa berkurang karena kebocoran pipa yang disebabkan oleh
korosif atau karat pada instalasi hydrant.
Jokey pump dapat beroprasi secara manual ataupun otomatis yang
diatur pada Panel Kontrol. Jika pada toggle/selector switch di control
panel diposisikan pada manual maka untuk mengoprasikan kita tekan
tombol ON dan untuk mematikan tekan tombol OFF.
Jika Toggle/selector switch diposisikan pada auto maka
sepenuhnya jockey pump bekerja secara otomatis dan dikendalikan
menggunakan pressure switch.
Pressure switch ini di setting ON ketika tekanan berkurang 2 bar
dari tekanan standby hydrant yang telah di tentukan dan OFF secara
otomatis ketika tekanan tercapai.
(sumber : peraturan pemerintah, 2008)

23
Gambar 3.9 Jokey Pump Hydrant
(sumber : Data Perusahaan)
 Elecktrik pompa
Pompa hydrant elektrik adalah pompa utama pada jaringan
instalasi fire hydrant yang fungsinya memasok air dari groundtank
(tandon reservoir) ke pipa – pipa dalam saluran fire hydrant sampai ke
ujung pengeluaran (nozzle) pada hydrant pillar untuk luar gedung atau
hydrant box yang ada di dalam gedung saat terjadi kebakaran pada
area yang diproteksi. Disebut sebagai pompa hydrant elektrik karena
menggunakan energi listrik untuk menggerakkan turbin saat bekerja
mengalirkan air.
Pompa Hydrant Elektrik bekerja secara Sentrifugal End Suction
yaitu mendorong air dengan tekanan besar melalui turbin yang ada di
dalam body pompa hydrant elektrik menjauh dari center (gerakan
sentrifugal). Putaran pompa saat bekerja bisa mencapai pada
kecepatan 2.900 rpm. Dan dapat mengalirkan air sampai pada 2850
liter/menit.

24
Pemasangan pompa harus diperhatikan, agar tidak terjadi
kesalahan dalam operasi dan mudah saat akan melakukan inspeksi
dan maintenance rutin. Hal ini menjadi penting karena jika terjadi
kesalahan yang mendasar pada penempatan pompa, akan menyulitkan
kontraktor karena harus membongkar seluruh sistem pemipaan pada
jaringan instalasi fire hydrant.
Dilihat dari fungsi pompa yang sangat dominan dalam setiap
jaringan fire hydrant. Maka standarisasi dari komponen pompa ini
harus jelas. Setiap pompa harus terdaftar sebagai pompa khusus untuk
alat pemadam api. Pengujian terhadap pompa hydrant elektrik ini
dilakukan oleh organisasi pihak ketiga yang berkompeten. Seperti, UL
(Underwriters Laboratories) yang merupakan badan organisasi
keamanan kerja internasional yang berpusat di Northbrook, Illinois,
Amerika Serikat. Organisasi ini sejak tahun 1894 telah menerbitkan
beberapa standar sertifikasi, testing, validasi, inspeksi, audit dan
training terhadap peralatan keamanan dan komponen listrik seperti
pompa hydrant elektrik ini. Dalam instalasi pompa hydrant elektrik,
kontraktor menggunakan acuan Internasional dari NFPA 20 (National
fire protection association) sebagai kode utama untuk membantu
dalam proses instalasi pompa kebakaran tersebut.

Gambar 3.10 Pompa Elektrik Hydrant


(sumber : Data Perusahaan)

25
 Pompa Diesel
Pompa Hydrant Diesel adalah pompa yang memiliki fungsi sebagai
backup atau menggantikan kerja pompa hydrant electric saat terjadi
pemadaman listrik di area kebakaran sebagai pendorong air yang
berasal dari reservoir ke jaringan hydrant. Saat listrik menyala, Pompa
ini menstabilkan tegangan dalam jaringan instalasi fire hydrant atau
fire sprinkle yang turun seiring dengan keluarnya air dari output
jaringan fire hydrant seperti hydrant pillar yang berada di luar gedung
maupun hydrant box yang ada di dalam gedung.
Pompa hydrant diesel dan equipment lainnya dalam fire hydrant
dirancang agar dapat menyala dan berfungsi dengan baik setidaknya
selama lebih dari 45 menit dan memiliki pasokan air pada tandon
paling tidak 2400 liter/menit untuk menanggulangi kebakaran yang
terjadi sebelum petugas pemadam kebakaran daerah tersebut datang
ke lokasi.
Dalam instalasi pompa hydrant diesel, harus mengikuti acuan yang
ditetapkan oleh pemerintah di negara terkait. Seperti SNI 03-1745-
2000 sebagai standar dalam tata cara perencanaan akses bangunan dan
akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung.
Untuk rujukan Internasional bisa menggunakan Standar NFPA 20
(National Fire Protection Association) mengenai instalasi pompa
sentrifugal. Standar ini selain sebagai acuan dalam instalasi pompa
hydrant diesel juga sebagai gambaran pola kerja yang akan
memudahkan pekerja dalam proses instalasi sampai proses testing
sesaat setelah semua komponen terpasang dengan baik.
Pompa hydrant diesel digunakan saat terjadi kebakaran di area
yang diproteksi dengan jaringan instalasi fire hydrant dan pompa
utama yang bertenaga listrik mengalami kerusakan atau gagal fungsi
karena saat terjadi kebakaran listrik di area tersebut dipadamkan
secara sengaja maupun tidak sengaja sehingga supply air dari
reservoir pada jaringan fire hydrant mati yang menyebabkan

26
kebakaran tidak dapat dipadamkan. Saat itulah pompa hydrant diesel
akan menyala secara otomatis berdasarkan pressure switch. Pompa
hydrant diesel terhubung dengan panel diesel stater, mesin ini yang
mengatur untuk pompa hydrant diesel bekerja secara otomatis.

Gambar 3.11 Pompa Diesel hydrant


(sumber : Data Perusahaan)

3.9 Sistem Pemadam Api Sprinkler


Sistem pemadaman Api Sprinkler adalah sistem pamadam yang terdiri dari
sistem suplai air dengan tekanan yang memadai, serta mengalir melewati sistem
pemipaan yang tersambung ke kepala sprinkler. Sistem pemadaman ini yang
paling banyak digunakaan sebagai media pemadaman.
Dalam pembangunan sebuah gedung terdapat suatu utilitas keamanan
salah satunya adalah sistem instalasi sprinkler yang dirancang sesuai dengan
standar proteksi kebakaran yang disiapkan untuk mencegah, memadamkan dan
menanggulangi kebakaran dalam bangunan gedung. Pada perencanaan sistem
sprinkler ini bertujuan untuk memahami dan melakukan perhitungan pada
kecepatan aliran dan tekanan serta merencanakan kebutuhan air pada pemadaman
fire fighting gedung. Penulis melakukan penganalisaan dan perhitungan dengan
menentukan discharge coefficient of the sprinkler k-factor pada kecepatan aliran

27
fluida, selanjutnya menggunakan presure loss dari Hazen-Williams dan dilakukan
kebutuhan air dengan mengacu pada Azas Bernoulli, yang penulis sebut dengan
metode Step by Step. Dari hasil perhitungan ini didapat bahwa hubungan antara
kecepatan aliran pada sprinkler otomatis ini dengan pressure loss yang terjadi
dipengaruhi oleh area yang direncanakan, diameter pipa yang digunakan serta
panjang pipa. Dimana perencanaan ini mengacu pada standar yang berlaku seperti
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan National Fire Protection Association
(NFPA) yang harus dipakai dalam perencanaan siste sprinkler otomatis pada
sebuah gedung.

3.10 Sistem Sprinkler Otomatis


Sistem sprinkler adalah suatu sistem yang bekerja secara otomatis dengan
memancarkan air bertekanan ke segala arah untuk memadamkan kebakaran atau
setidak-tidaknya mencegah meluasnya kebakaran (NFPA 13, 1999). Instalasi
sprinkler ini dipasang secara tetap/permanen di dalam bangunan yang dapat
memadamkan kebakaran secara otomatis dengan menyemprotkan air di tempat
mula terjadi kebakaran. Sistem sprinkler secara otomatis dianggap cara yang
paling efektif dan ekonomis untuk manerapkan air bagi pemadaman api. Sistem
sprinkler ini akan bekerja bila segelnya pecah akibat adanya panas dari api
kebakaran. Sistem sprinkler terdiri dari beberapa jenis, yaitu (NFPA 13, 1999):
1) Sistem basah (wet pipe system)
2) Sistem kering (dry pipe system)
3) Sistem curah (deluge system)
4) Sistem pra aksi (preaction system)
5) Sistem kombinasi (combined system)

3.11 Standar Instalasi Fire Sprinkler


Dalam melakukan instalasi sistem fire fighting seperti sprinkler, harus
mematuhi dan mengacu pada standar instalasi fire sprinkler yang telah ada agar
sistem yang dibuat dapat berjalan dengan baik saat ada kebakaran di dalam
gedung. Standar instalasi fire sprinkler yang biasanya digunakan oleh operator
yaitu NFPA 13 (National Fire Protection Assosiation) dan SNI 03-3989-2000

28
tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatis untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
Standar instalasi fire sprinkler dari SNI ini mencakup persyaratan yang
harus ada dalam instalasi sprinkler dengan menggunakan instalasi pipa basah yang
sasarannya adalah sebagai proteksi pemadam kebakaran pada gedung-gedung
bertingkat, bangunan pabrik atau industru, dan bangunan lainnya yang masuk
klasifikasi sifat hunian.
Fire Springkle adalah proteksi pemadam kebakaran di dalam gedung yang
dipasang secara permanen / tetap. Sistem ini akan bekerja secara otomatis dengan
menyemprotkan air ke area api saat kepala sprinkle pecah karena telah mencapai
suhu tertentu. Desain pemipaan sprinkle diatur sedemikian rupa sehingga seluruh
ruangan dapat tercover terkena air saat ada kebakaran.
Standar instalasi fire sprinkle mengharuskan sistem yang dibangun
memiliki paling tidak satu jenis sistem persediaan air yang bekerja secara otomatis
dengan tekanan dan kapasitas cukup. Air dalam tandon tidak boleh mengandung
serat dan bahan yang dapat mengganggu kerja dari sistem sprinkler.
Sistem pipa sprinkler harus dapat ditahan dengan sempurna oleh kerangka
gedung dan dengan tambahan beban pipa tersebut yang telah berisi air. Beban
yang ditanggung oleh kerangka gedung ini minimum sebesar 113kg yang berada
pada titik gantungan. Pemilihan kepala sprinkle juga harus diperhatikan.
Dalam standar instalasi fire sprinkle disebutkan bahwa dalam pemasangan
di area tempat pegolahan kertas, pabrik alkali, pabrik pupuk organik, ruang
penguapan, ruang penyepuhan listrik, ruang penyimpanan garam dan ruang lain
yang mempunyai potensi terkena uap korosif harus dipilih kepala sprinkle yang
memiliki bahan yang tahan korosi, atau kepala sprinkle diberi lapisan pelindung
sesuai dengan syarat pabrik. Ukuran kepala sprinkle berbeda dengan tempat yang
diproteksi, misalnya untuk tempat yang berpotensi terhadap kebakaran ringan
cukup menggunakan kepala sprinkle dengan ukuran lubang 10 mm, kebakaran
sedang 15 mm, sedangakan untuk tempat yang berpotensi terjadi kebakaran besar
menggunakan kepala sprinkle dengan ukuran yang lebih besar yaitu 20 mm.

3.12 Penentuan kecepatan aliran

29
Untuk menentukan kecepatan aliran pada kepala sprinkler terjauh node MRH
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Qp = Density x area coverage by sprinkler
Nilai density didapat berdasarkan grafik area/density curves pada NFPA-13 yang
mana bangunan gedung Hotel XX ini termasuk kedalam ordinary hazard yang
memiliki nilai 0.15 gm/ft2 = 6.1 L/min/m2.

Gambar 3.12 Density Curve


(Sumber : NFPA-13 edisi 1999)
Untuk kecepatan aliran pada node selanjutnya dilakukan perhitungan dengan
persamaan:
qs = k x (p)0.5
Nilai k = 80 didapat ukuran nominal lubang kepala sprinkler 15 mm.(sumber
NFPA-13)

3.13 Penentuan jumlah kepala sprinker


Untuk menghitung jumlah kepala sprinkler (head Sprinkler) terlebih
dahulu menentukan klasifikasi dari bangunan tersebut apakah termasuk bahaya
kebakaran ringan (light hazard) atau bahaya kebakaran sedang (ordinary
hazard).dimana untuk luasan maksimum luas pengaman per head sprinkler bahaya
kebakaran ringan (ordinary hazard) adalah sebesar 12.1 m2. Untuk perhitungan
jumlah head sprinkler secara gross dapat dilakukan dengan cara membagi antara
luasan gedung masing-masing lantai tersebut dibagi dengan luasan maksimum

30
luas pengaman per head sprinkler sedangkan untuk menghitung jumlah detail
sebenarnya dapat dilakukan pada gambar denah dengan mengikuti aturan jarak
sprinkler dengan acuan tidak lebih dari jumlah yang dihitung secara gross
tersebut.

3.14 Menentukan kebutuhan air


Sebelum menentukan kebutahan air, kita harus mengetahui sumber air yang
dizinkan berdasarkan SNI 03-1475-2000, yaitu:
1) Suatu sistem pengairan umum yang tekanan dan laju alirannya mencukupi.
2) Pompa air otomatis yang dihubungkan dengan sumber air yang telah disetujui
sesuai standar yang diisyaratkan.
3) Pompa pemadam api manual yang dapat dioperasikan dengan peralatan kendali
jarak jauh.
4) Tangki-tangki grafitasi yang dipasang sesuai standar.
Pada gedung MADISON PARK sumber air diambil dari PDAM dan dari Sumur
Dalam yang terlebih dahulu ditampung pada tangki khusus untuk pemadaman
kebakaran (Ground water tank). Kapasitas ground water tank ditentukan oleh
debit terbesar yang diperlukan untuk sistem proteksi kebakaran yang ada pada
bangunan dan waktu menunggu kedatangan pasukan pemadam kebakaran. Waktu
menunggu adalah 60 menit. Maka untuk menentukan kebutuhan air tiap lantai
yaitu:
V=QxT
Dimana : Q = Q tiap sprinkler (liter/menit) x jumlah sprinkler yang pecah
T = Waktu operasi

3.15 Cara Mengaktifkan Hydrant Pump


Ketiga jenis pompa hydrant yang telah kita bahas dapat diaktifkan baik
secara manual atau otomatis. Semuanya bisa di atur pada control panel. Control
panel berfungsi untuk menjalankan dan mengontrol berjalannya sistem hydrant.
Dalam control panel ini tekanan dalam pipa menjadi landasan aktifnya sebuah
sistem pompa hydrant. Dimana tiap pompa berjalan sesuai ketentuan yang telah di
tentukan.

31
Tekanan air diukur dalam pound per inci persegi (psi), yaitu kekuatan air
yang bergerak melalui hoselines. Konsepnya, saat tekanan meningkat, aliran
otomatis meningkat. Selama sumber air memiliki kapasitas yang diperlukan, maka
pompa akan terus mengalirkan media air ke saluran output, yakni hydrant box.
Ketika terjadi kebakaran maka peran suatu sistem proteksi kebakaran
sangatlah vital. Hampir sebagian besar sistem proteksi yang terpasang berbasis air
seperti sistem sprinkler otomatis. Semua sistem berbasis air ini harus didukung
oleh suplai air yang sesuai agar sistem proteksi kebakaran tersebut dapat
memadamkan ataupun mengendalikan api saat terjadi kebakaran, sehingga ketika
suplai air tidak bisa mendukung, maka hasilnya akan bisa menjadi bencana besar.
Pada umumnya, suplai air ini di suplai oleh pompa pemadam kebakaran (fire
pump) yang berfungsi untuk memastikan aliran air dan tekanan sesuai dengan
desain sistem proteksi kebakaran.
Pompa pemadam kebakaran merupakan jantung dari sistem proteksi
kebakaran, berhasil atau tidaknya sistem proteksi kebakaran dalam memadamkan
api sangat tergantung dari pompa kebakaran ini. Sesuai dengan fungsinya yang
menyediakan aliran air dan tekanan untuk memungkinkan sistem proteksi
kebakaran berbasis air untuk memadamkan api dan mempertahankan fasilitas
terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh kebakaran. Tanpa adanya suplai air
yang cukup, maka sistem proteksi kebakaran tidak mampu memadamkan api dan
meletakkan fasilitas atau bangunan anda dalam resiko akibat kerusakan fisik,
potensi kematian orang yang berada di fasilitas tersebut dan potensi gangguan
operasional bisnis.
Inspeksi yang dilakukan secara regular, pengetesan pompa mingguan dan
perawatan sistem pompa yang sesuai standar merupakan hal yang penting untuk
memastikan sistem proteksi dalam keadaan siap dan andal. Sistem pemadam
kebakaran apapun yang anda miliki seperti sistem sprinkler otomatis, sistem busa
atau foam, water spray sistem atau sistem pemadaman berbasis air lainnya,
dengan tidak aktifnya pompa pemadam kebakaran untuk mensuplai air, maka
fasilitas anda dalam kondisi beresiko.
Meskipun sistem proteksi kebakaran didesain dengan sangat cermat,
pengalaman menunjukkan bahwa dengan kurangnya inspeksi, pengetesan,

32
perawatan dan pelatihan respon kondisi darurat akan mengakibatkan tidak
beroperasinya atau terlambatnya pengoperasian pompa pemadam kebakaran disaat
sangat dibutuhkan dalam kondisi kebakaran.
Dengan perannya sebagai andalan utama untuk mensuplai air yang
dibutuhkan terhadap sistem proteksi kebakaran berbasis air, maka pompa
pemadam kebakaran harus dapat diandalkan. Jika pompa pemadam kebakaran ini
tidak beroperasi dengan benar, maka akan menjadi titik terlemah dalam sistem
terpadu proteksi kebakaran di area anda dan dapat mengakibatkan bahaya
kebakaran di area anda menjadi tidak dapat dikendalikan dan hasilnya dapat
mengakibatkan kerugian yang besar.
Pompa pemadam kebakaran merupakan sistem mekanikal yang
bergantung pada desain yang tepat, instalasi yang sesuai standar dan perawatan
yang rutin agar bisa mendapatkan kinerja yang maksimal dari pompa pemadam
kebakaran. Suatu unit pompa terdiri dari pompa, penggerak pompa dan panel
pengontrol pompa. Pada umumnya, pemicu aktifnya pompa pemadam kebakaran
adalah turunnya tekanan air ketika sistem sprinkler otomatis bekerja. Turunnya
tekanan air ini mengaktifkan pressure switch yang akan mengirim sinyal ke panel
pengontrol pompa untuk mengaktifkan pompa. Dalam beberapa contoh desain
lainnya seperti sistem foam water sprinkler yang menggunakan head sprinkler tipe
terbuka atau open, maka sinyal aktifnya pompa pemadam kebakaran berasal dari
aktifnya sistem deteksi kebakaran seperti sistem deteksi panas.
Komponen komponen dari unit pompa pemadam kebakaran telah didesain
khusus untuk diaplikasikan pada sistem proteksi kebakaran. Biasanya sertifikasi
dari beberapa badan sertifikasi seperti UL atau FM Approved menunjukkan bahwa
pompa pemadam kebakaran tersebut telah melewati serangkaian protokol
pengetesan untuk memastikan kinerja pompa pemadam kebakaran tersebut.
Dalam setiap pemasangan sistem pompa pemadam kebakaran harus mengikuti
panduan standar yang berlaku atau standar internasional yang diikuti oleh fasilitas
anda. Dengan mengikuti standar tersebut maka pompa pemadam kebakaran dapat
berkerja di kondisi yang diperlukan tanpa dipengaruhi oleh kondisi disekitarnya.
Pompa Diesel, pada umumnya harus seluruhnya independen dari semua fungsi di

33
area atau fasilitas anda, dengan sistem baterai, maka keandalan pompa pemadam
kebakaran tidak tergantung dari kondisi di luar.
Untuk pompa listrik, keandalan dari pompa pemadam kebakaran ini datang dari
sumber listrik yang didedikasikan untuk pompa itu sendiri dan tidak terhubung
dengan sistem kelistrikan dari operasional fasilitas atau area di sekitarnya,
sehingga ketika terjadi gangguan di sistem kelistrikan di salah satu area tidak
mengganggu sistem.
Sebagai tambahan, salah satu anggota dari tim respon darurat harus
ditugaskan untuk merespon segala kejadian kebakaran untuk memastikan pompa
pemadam kebakaran aktif, berfungsi secara normal dan juga untuk memastikan
pompa pemadam kebakaran tidak dimatikan hingga kebakaran berhasil
dipadamkan atau dapat dikendalikan.

3.16 Perhitungan Sistem Pompa


Untuk mengendalikan tekanan pada sistem ini, dipakai pressure switch untuk
mengendalikan masing-masing pompa tersebut. Jadi digunakan 3 (tiga) pressure
switch untuk sistem pompa :
 1 buah pressure switch untuk pompa listrik
 1 buah pressure switch untuk pompa diesel
 1 buah pressure switch untuk pompa pacu
Disamping pompa-pompa tersebut dapat start secara otomatis melalui pressure
switch dalam panel pompa juga terdapat sarana untuk menstart pompa secara
manual, jadi dalam panel pompa ada switch untuk mengoperasikan sistem secara
manual maupun otomatis.

3.17 Penentuan Kapasitas Pompa


Flow head dan kapasitas pompa didesain untuk memenuhi stand pipe terjauh saja
Karena kemungkinan besar tidak akan terjadi pengoperasian stand pipe secara
bersamaan (Faisal,Arif & Widodo , 2014.)
Didefinisikan sebagai energy tiap satuan berat dalam instalasi pompa dibedakan 2
jenis head.
 Head statis (Tidak dipengaruhi debit hanya beda tekanan dan ketinggian)

34
 Head Dinamis(Dipengaruhi debit terdiri dari losses karena gesekan,
fitting/percabangan dan juga diameter saat masuk dan keluar saluran)

3.18 Daya Pompa


Daya pompa adalah besarnya energi persatuan waktu atau kecepatan dalam
melakukan kerja .Ada beberapa pengertian daya, yaitu :
 Daya hidrolik (hydraulic horse power)
Daya hidrolik (daya pompa teoritis) adalah daya yang dibutuhkan untuk
mengalirkan sejumlah zat cair. Daya ini dapat dihitung dengan rumus :

HHP= .
Dimana :
HHP : Daya Hidrolik Pompa ( Hp)
Q : Kapasitas Pompa
H : Total Head Pompa
y : Berat Spesifik pompa
 Daya Poros Pompa (Break Horse Power)
Untuk mengatasi kerugian daya yang dibutuhkan oleh poros yang
sesungguhnya adalah lebih besar dari pada daya hidrolik.
Besarnya daya poros sesungguhnya adalah sama dengan effisiensi pompa atau
dapat dirumuskan sebagai berikut :

BHP = atau NP =
Dimana :
BHP : Brake Horse Power
HHP : Hidrolik Horse Power

3.20 Head Pompa


Total head pompa adalah kemampuan tekanan maksimum pada titik kerja
pompa,sehingga pompa tersebut mampu mengalirkan air dari satu tempat
ketempat lainya. Beberapa parameter yang digunakan untuk menentukan head

35
pompa diantaranya yaitu friction loss pipa , priction loss fitting dan valve,
pressure drop peralatan (Device loss)dan geodetic head (elevation loss).

3.21 Effisiensi Pompa


Effisiensi pada dasarnya didefinisikan sebagai perbandingan antara output dan
input atau perbandingan antara HHP Pompa dengan BHP pompa. Harga effisiensi
yang tertinggi sama dengan satu harga effisiensi pompa yang didapat dari pabrik
pembuatnya. Effisiensi pompa merupakan perkalian dari beberapa effiaiensi,
yaitu:

= x vx
Dimana :

: Efisiensi Pompa

: Efisiensi hidrolis

v : Efisiensi volumetris

m : Efisiensi mekanis

Gambar 3.13 Grafik fungsi dari Angka Reynold (Reynolds Number) dan
Kekasaran relatif

36
(sumber : pompa dan kompresor, Ir.sularso dan Prof. Haruo Tahara)

3.22 Prinsip Dasar Pompa Sentrifugal


Prinsip-prinsip dasar pompa sentrifugal adalah sebagai berikut:
Gaya sentrifugal bekerja pada impeller untuk mendorong fluida ke sisi
luar sehingga kecepatan fluida meningkat.kecepatan fluida yang tinggi diubah
oleh casing pompa (volute atau diffuser) menjadi tekanan atau head.
 Cara kerja Pompa Sentrifugal
Pompa ini digerakkan oleh motor. Daya dari motor diberikan pada poros
pompa untuk memutar impeller yang dipasangkan pada poros tersebut. Akibat
dari putaran impeler yang menimbulkan gaya sentrifugal, maka zat cair akan
mengalir dari tengah impeler keluar lewat saluran di antara sudut-sudut dan
meninggalkan impeler dengan kecepatan yang tinggi.
Zat cair yang keluar dari impeler dengan kecepatan tinggi kemudian melalui
saluran yang penampangnya semakin membesar yang disebut volute, sehingga
akan terjadi perubahan dari head kecepatan menjadi head tekanan. Jadi zat cair
yang keluar dari flens keluar pompa head totalnya bertambah besar. Sedangkan
proses pengisapan terjadi karena setelah zat cair dilemparkan oleh impeller,ruang
diantara sudut-sudut menjadi vakum, sehingga zat cair akana terisap
masuk.Selisih energy persatuan berat atau head total dari zat cair pada flens keluar
dan flens masuk disebut sebagai head total pompa. Sehingga dapat dikatakan
bahwa pompa sentrifugal berfungsi megubah energy mekanik motor menjadi
energy aliran fluida. Energi inilah yang mengakibatkan pertambahan head
kecepatan, head tekanan dan head potensial secara kontinu.
 Klasifikasi Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu:
Bentuk arah aliran yang terjadi di impeller. Aliran fluida dalam impeller dapat
berupa axial flow, mixed flow, atau radial flow.
Bentuk konstruksi dari impeller. Impeller yang digunakan dalam pompa
sentrifugal dapat berupa open impeller, semi-open impeller, atau close impeller.
Banyaknya jumlah suction inlet. Beberapa pompa sentrifugal memiliki suction
inlet lebih daru dua buah . Pompa yang memiliki satu suction inlet disebut single-

37
suction pump sedangkan untuk pompa yang memiliki dua suction inlet disebut
double- suction pump.
Banyaknya impeller. Pompa sentrifugal khusus memiliki beberapa impeller
bersusun . Pompa yang memiliki satu impeller disebut single stage pump
sedangkan pompa yang memiliki lebih dari satu impeller disebut multi-stage
pump.
Kapasitas
Kapasitas rendah :<20m3/jam
Kapasitas menengah : 20-60 m3 / jam
Kapasitas tinggi : > 60 m3 / jam
Tekanan Discharge
Tekanan menengah : 5 - 50 Kg / cm2
Tekanan tinggi: > 50 Kg / cm2
 Komponen Utama Pompa Sentrifugal
Pompa ini memiliki beberapa komponen-komponen penyusunnya baik itu
komponen yang bergerak maupun yang tidak bergerak, seperti berikut:
1. Shaft (Poros), bagian ini berfungsi untuk meneruskan momen putar
dari penggerak selama pompa dalam kondisi beroperasi, komponen
ini berfungsi juga sebagai dudukan impeller dan bagian yang
bergerak lainnya.
2. Impeller, berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa
menjadi energi kecepatan pada fluida yang dipompakan
secara continue (terus menerus). Dengan adanya proses ini maka
saluran suction (hisap) akan bekerja secara maksimal dan terus
menerus sehingga tidak ada kekosongan fluida dalam rumah
pompa.
3. Shaft sleeve, berfungsi untuk melindungi shaft dari erosi, korosi
dan keausan padastuffing box. komponen ini bisa sebagai internal
bearing, leakage joint dan distance sleever.
4. Wearing ring, komponen ini dipasang pada casing (wearing ring
casing) dan impeller (wearing ring impeller). Fungsi utama dari

38
komponen ini yaitu untuk meminimalisir terjadinya kebocoran
akibat adanya celah antara casing dengan impeller.

3.23 KAVITASI dan NPSH


A. KAVITASI
Daerah aliran pada mata impeller pompa biasanya lebih kecil daripada daerah
aliran dari pipa hisap pompa atau daerah aliran yang melalui sudu pompa. Ketika
cairan di pompa masuk mata pompa sentrifugal, penurunan daerah aliran sebagai
akibat peningkatan kecepatan aliran disertai dengan penurunan tekanan. Semakin
besar laju aliran pompa, semakin besar pula tekanan jatuh antara pompa hisap dan
mata impeller. Jika tekanan jatuh cukup besar, atau jika temperatur cukup tinggi,
tekanan jatuh dapat menyebabkan cairan menjadi uap ketika tekanan local berada
di bawah tekanan saturasi fluida yang di pompa. Gelembung-gelembung uap
terbentuk oleh tekanan jatuh pada mata impeller yang mengalir sepanjang sudu
impeller oleh aliran fluida. Ketika gelembung2 itu masuk wilayah dimana tekanan
local lebih besar daripada tekanan saturasi, maka gelembung2 uap tiba-tiba
pecah. Proses pembentukan dan pecahnya secara tiba-tiba dari gelembung2 uap
dalam pompa disebut dengan kavitasi.
Kavitasi pada pompa sentrifugal mempunyai pengaruh signifikan terhadap
performasi pompa. Kavitasi mendegradasi (menurunkan) performansi pompa,
akibat fluktuasi laju aliran dan tekan discharge. Kavitasi dapat juga menjadi
penyebab hancurnya komponen2 dalam pompa. Ketika sebuah pompa,
gelembung2 uap terbentuk secara langsung pada daerah tekanan rendah yang di
balik sudu impeller yang berputar. Gelembung2 uap ini kemudian bergerak
mendekati sudu impeller dimana mereka pecah dan menyebebkan kejutan fisik
pada permukaan sudu pompa. Kejutan fisik ini membuat lubang-lubang kecil pada
permukaan sudu impeller. Masing-masing lubang itu berukuran sangat kecil, akan
tetapi akibat akumulasi dari jutaan lubang2 ini yang terbentuk selama periode jam
atau hari dapat secara bertahap merusak impeller pompa. Kavitasi dapat juga

39
menyebabkan getaran pompa berlebih dimana getaran tersebut dapat merusak
bantalan pompa, ring dan sil.

Sejumlah kecil pompa sentrifugal didesain untuk beropearasi dibawah kondisi


dimana kavitasi tak mampu dihindari. Pompa ini harus didesain secara khusus dan
dimaintain untuk menahan sejumlah kecil kavitasi yang terjadi selama operasinya.
Banyak pompa sentrifugal yang tidak di desain untuk menahan kavitasi.
Kebisingan adalah salah satu indikasi bahwa pompa sentrifugal terjadi kavitasi.
Sebuah pompa yang ter-kavitasi suaranya dapat seperti kaleng yang berisi
kelereng yang dikocok. Indikasi lainnya dapat diamati dari stasiun operasi jarak
jauh yang sedang berfluktuasi tekanan discharge-nya (keluarnya).

B. Net Positive Suction Head (NPSH)


Untuk menghindari kavitasi pada pompa sentrifugal, tekanan fluida pada
semua titik dalam pompa harus dijaga diatas tekanan saturasi. Jumlah yang
digunakan untuk menentukan tekanan cairan yang dipompa untuk menghindari
kavitasi disebut net positive suction head (NPSH). Net positive suction head
(NPSH) adalah perbedaan antara tekanan pada pipa hisap pompa dan tekanan
saturasi pada cairan yang sedang dipompa. Net positive suction head (NPSH)
adalah nilai minimum dari net positive suction head (NPSH) yang cukup untuk
menghindari kavitasi. Kondisi yang harus ada untuk menghindari kavitasi adalah
bahwa net positive suction head (NPSH) yang tersedia harus lebih besar daripada
atau sama dengan net positive suction head (NPSH) yang dibutuhkan. Kebutuhan
ini dapat dinyatakan secara matematis ebagai berikut:
NPSHA ≥ NPSHR
Formula untuk NPSHA dapat dinyatakan sebagai persamaan berikut:
NPSHA = P suction – P saturation
Ketika pompa centrifugal menghisap dari tangki atau reservoir lainnya, maka
tekanan dari pipa hisap pompa adalah penjumlahan tekanan absolute pada
permukaan cairan pada tangki dan tekanan karena perbedaan ketinggian antara
permukaan cairan pada tangki dan pipa hisap pompa dikurang head loss karena
gesekan pada garis hisap dari tangki ke pompa.

40
NPSHA = Pa + Pst – hf – Psat

Dimana:
NPSHA = NPSH yang tersedia
Pa = tekan absolute pada permukaan cairan

Pst = tekanan karena perbedaan ketinggian antara permukaan cairan


dan pipa hisap.
hf = head losses pada pipa hisap pompa

Psat = tekanan saturasi dari cairan yang dipompa

3.24 Pencegahan Kavitasi


Jika pompa mengalami kavitasi, beberapa perubahan pada desain sistem
atau operasi adalah penting untuk meningkatkan NPSHA diatas NPSHR dan
menghentikan kavitasi. Salah satu metode untuk meningkatkan NPSHA adalah
meningkatkan tekanan pada pipa hisap pompa. Sebagai contoh, jika sebuah
pompa menghisap dari sebuah tangki yang tertutup, maka kenaikan level cairan
pada tangki atau peningkatan tekanan pada ruang diatas cairan akan meningkatkan
tekanan hisap.
Mungkin juga meningkatkan NPSHA dengan menurunkan temperatur
cairan yang dipompa. Menurunkan temperatur cairan akan menurunkan tekanan
saturasi, sehingga menyebabkan NPSHA meningkat. Ingat lagi dari mode
perpindahan panas sebelumnya dimana kondensor uap yang besar biasanya
mendinginkan kondensat kurang dari temperatur saturasi yang disebut depresi
kondensat, untuk mencegah kavitasi dalam pompa kondensat.
Jika head losses pada pipa hisap pompa dapat dikurangi, maka
NPSHA akan berkurang. Beragam metode untuk mengurangi head losses
termasuk meningkatkan diameter pipa, mengurangi jumlah lekukan pipa (elbo),
valve dan fitting (tahanan) dalam pipa, dan menurunkan panjang pipa. Dapat juga
menghentikan kavitasi dengan mengurangi NPSHR untuk pompa. NPSHR tidak

41
konstan untuk pompa yang diberikan dibawah semua kondisi, tetapi bergantung
pada factor tertentu.
Secara khusus, NPSHR dari pompa meningkat secara signifikan karena laju
aliran yang melalui pompa meningkat. Oleh karena itu, pengurangan laju aliran
melalui pompa yaitu dengan mengecilkan valve discharge yang menurunkan
NPSHR. NPSHR juga bergantung pada kecepatan pompa. Semakin
cepat rotasi impeller pompa, semakin besar NPSHR. Oleh karena itu, jika
kecepatan dari pompa centrifugal dikurangi, maka NPSHR pompa menurun.
Meskipun demikian, laju aliran pompa paling sering diperhatikan sebagai
kebutuhan dari sistem.
NPSH yang dibutuhkan untuk mencegah kavitasi ditentukan melalui
pengujian oleh produsen pompa dan bergantung pada factor-faktor diantaranya
tipe inlet (saluran masuk ) impeller, desain impeller, laju aliran pompa, kecepatan
rotasi impeller, dan tipe cairan yang dipompa. Produsen pompa secara khusus
menyediakan kurva NPSHR sebagai fungsi laju aliran pompa untuk cairan
tertentu (biasanya air) dalam buku manual pompa.
 Kurva Karakteristik Pompa Centrifugal
Untuk pompa centrifugal yang beroperasi pada kecepatan konstan, laju aliran
yang melalui pompa adalah bergantung pada perbedaan tekanan atau head pada
pompa. Semakin rendah head pompa, semakin tinggi laju aliran. Buku manual
untuk pompa spesifik biasanya mengandung kurva laju aliran pompa versus head
pompa yang disebut kurva karakteristik pompa. Setelah pompa diinstalasi pada
sistem, pompa biasanya diuji untuk menjamin bahwa laju aliran dan head pompa
berada dalam spesifikasi yang dibutuhkan. Tipikal Kurva karakteristik pompa
centrifugal ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

42
Gambar 3.14 kurva pompa sentrifugal
(sumber : pompa dan kompresor, Ir.sularso dan Prof. Haruo Tahara)

Ada beberapa istilah yang biasa digunakan dan berhubungan dengan kurva
karakteristik pompa yang di definisikan sebagai berikut:
 Shut off yaitu head maksimum yang dapat dikembangkan oleh pompa
sentrifugal pada kecepatan tertentu.
 Pompa run out adalah aliran maksimum yang dapat di kembangkan oleh
pompa tersebut tanpa merusaknya.
Pompa sentrifugal di desain dan di oprasikan serta di lindungi dari kondisi run out
pada saatkeadaan shut off head.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Alur Proses


Pada bab ini akan di lakukan pembahasan mengenai permasalahan yang
ada pada sistem pompa hydrant antara lain : hilangnya daya hisap pompa,
temperature bodi pompa yang panas dan suara yang bising pada area pompa

43
dengan cara pengumpulan data spesifikasi pompa dan data aktual pompa di
lapangan.

4.2 Bahan dan Alat


Bahan yang dimaksud disini adalah sebuah sistem pompa hydrant yang
telah di pasang dan alat yang kami gunakan dalam pengecekan sistem pompa
hydrant antara lain :
 Tanki air atau ground water tank
 Jockey pump, elektic pump dan diesel pump
 Preasure gauge
 Tang ampere
 Hand tools

4.3 Spesifikasi dan Data Aktual Di lapangan

1. Spesifikasi
Spesifikasi ini merupakan kapasitas mesin dan pompa yang tercantum
pada mesin dan pompa yang di buat oleh pabrikannya.

a) Pompa jockey

44
Gambar 4.1 Pompa Jockey (sumber : Data Perusahaan)
 Tipe : Vertical Multistage Pump
 Kapasitas : 10 GPM
 Model pompa : PVM4-240, 2880 RPM
 Motor elektrik :7,5HP, 2880 RPM, 380V/50HZ/3Ph
 Kontrol pompa : Automatic, direct on line strarting
b) Pompa Elektrik

Gambar 4.2 Pompa Elektrik (Sumber : Data Perusahaan)


 Tipe : Horizontal Split Case Pump
 Kapasitas : 1000 GPM
 Model pompa : 6”1923BF, 2950 RPM
 Motor elektrik :300HP, 3000RPM, 380V/50HZ/3Ph
 Kontrol pompa : Automatic, direct on line strarting
c) Pompa Diesel

45
Gambar 4.3 Pompa Diesel (Sumber : Data Perusahaan)
 Tipe : Horizontal Split Case Pump
 Kapasitas : 1000 GPM
 Model pompa : 6”1923BF, 2350 RPM
 Diesel engine :315HP, 2350 RPM
 Kontrol pompa : Automatic, microcontroller
2. Gambar Ruang Pompa
Gambar ruang pompa ini merupakan sebuah gambaran tata letak
peralatan sistem di ruang pompa dan akan kami analisa kembali sebagai
faktor pertimbangannya.

Gambar 4.4 Sistem pompa Pemadam Kebakaran


( Sumber : Data Perusahaan )

46
PERHITUNGAN POMPA PEMADAM KEBAKARAN
1 Pompa Utama / Elektrik Pemadam Kebakaran
a. Kapasitas Pompa (Q Pump )
Kapasitas pompa dihitung berdasarkan jumlah pipa tegak seluruh gedung.
Berdasarkan SNI 03-1745-2000 hal. 26-27. Jumlah pipa tegak 3 riser hidran.
Berdasarkan SNI 03-1745-2000 hal. 27, pasal 7.9.1.3.2 Untuk sistem
kombinasi pada bangunan yang
dilengkapi dengan proteksi springkler otomatis secara parsial, laju aliran harus
dinaikkan dengan jumlah
yang setara dengan kebutuhan sprinkler yang dihitung secara hidraulik atau
568 liter/menit (150 gpm).
Jumlah pipa tegak pada tiap lantai terdapat 3 riser hidran
 Sistem kombinasi parsial :
1 riser hidran terjauh + springkler = 500 gpm
riser hidran ke-2 = 250 gpm
riser hidran ke-3 = 250 gpm
Sehingga dipilih pompa dengan kapasitas : 1000 gpm
≈ 3.783 lpm

b. Head Pompa (H Pump )


Berdasarkan rumus Hazen-Williams , dari kapasitas aliran di atas dengan
kecepatan maksimum 2 m/s,
maka didapat :
- Æ Pipa 150 : 150 mm
- Friksi Pipa : 0.14 m/m
- Panjang Pipa : 150 m
Head Total : HS + HF + HR
1. Head Statik (HS ) : 110 m
2. Head Friksi (HF) : 11,8 m
3. Head Sisa (HR ) : 69.00 m +
Head Total = 110 + 11,8 + 69

47
= 190,8 meter atau dibulatkan menjadi 200 meter

c. Daya Pompa (P Pump )


h = 200 m
≈ 284 psi
Q = 3,784 lpm
EP = 65%
Maka
BHP = h×Q
4570 × EP
= 254 HP
P = 189 Kw

2. Pompa Joki Pemadam Kebakaran


a. Kapasitas Pompa (QPump )
Kapasitas pompa sebesar kebutuhan untuk kestabilan sistem.
Q Pump = 10 gpm
= 37.85 lpm
b. Head Pompa (H Pump )
Head pompa sama dengan tekanan pompa utama tanpa aliran
=284 psi
≈ 200 m
c. Daya Pompa (P Pump )
h = 200 m
≈ 284 psi
Q = 37,85 lpm
EP = 65%
Maka
BHP = h×Q
4570 × EP
= 2.54 HP
P = 1.9 Kw

48
3. Reservoir Pemadam Kebakaran
Kapasitas tangki reservoir pemadam kebakaran selama 60 menit adalah sebesar :
(1000 GPM x 3,785 x 60 menit )/ 1000 = 227 m³
Jadi volume reservoir yang dibutuhkan adalah 227 m³

PERHITUNGAN RUGI GESEK PADA HIDRAN PADA TITIK


TERJAUH

Dalam perhitungan ini kami akan menganalisa dan menghitung ulang


kembali tekanan hisap yang tersedia pada sistem, sesuai atau tidak dengan tekanan
hisap pada pompa tersebut.
 Section 1 ini terdapat 2 belokan pipa dengan sudut belokan masing-masing
90º. Panjang keseluruhan pipa di section I adalah 2 meter.
Tabel 1. Data instalasi dari reservoar ke suction pompa
Pipa Dari Reservoar ke suctin pompa
Diameter (m) Panjang (m)
1 0,2 1
2 0,2 1

 Section 2 ini terdapat 2 belokan pipa dengan sudut belokan masing-masing


90º. Panjang keseluruhan pipa di section II adalah 1 meter. Section II ini
melewati 1 gate valve dan 1 check valve.
Tabel 2. Data dari Discharge ke header
Pipa Dari Discharge ke pompa
Diameter (m) Panjang (m)
1 0,15 1

 Section III ini terdapat 6 belokan pipa dengan sudut belokan masing-
masing 90º. Panjang keseluruhan pipa di section III adalah 60 meter.
Section 3 ini melewati 1 fiting tee.
Tabel 3. Data instalasi dari Header ke A
Pipa Dari discharge ke A
Diameter (m) Panjang (m)

49
1 0,20 60

 Section IV ini terdapat 1 belokan pipa dengan sudut belokan masing-


masing 90º. Panjang keseluruhan pipa di section IV adalah 34 meter.
Section 4 ini melewati 1 fiting tee.
Tabel 4. Data instalasi dari A titik ke titik B
Pipa Dari Reservoar ke pompa
Diameter (m) Panjang (m)
1 0,15 11
Data instalasi dari A ke B

 Section V ini terdapat 1 belokan pipa dengan sudut belokan masing-


masing 90º. Panjang keseluruhan pipa di section V adalah 11 meter.
Section V ini melewati 1 fiting tee.
Tabel 5. Data instalasi dari titik B ke titik C
Pipa Dari Instalasi titik B ke titik C
Diameter (m) Panjang (m)
1 0,15 11

 Section VI ini terdapat 2 belokan pipa dengan sudut belokan masing-


masing 90º. Panjang keseluruhan pipa di section VI adalah 110 meter.
Section VI ini melewati 36 fiting tee.
Tabel 6. Data instalasi dari titik C ke titik D
Pipa Dari titik C ke titik D
Diameter (m) Panjang (m)

1 0,065 110

 Section VI ini terdapat 1 belokan pipa dengan sudut belokan 90º. Panjang
keseluruhan pipa di section VI adalah 3 meter. Section VI ini melewati 1
fiting Tee.

Tabel 7. Data instalasi dari D ke LANDING VALVE


Pipa Dari Reservoar ke pompa
Diameter (m) Panjang (m)

1 0,065 3

50
Data instalasi dari D ke LANDING VALVE

Sehingga menghasilkan kerugian gesek pada tabel berikut :


Tabel 8. Tabel Section kerugian gesek

Section Kerugian gesek Kecepatan Laju aliran (m3/s)


(m) (m/s)
Section I 0,066 3,08 0,063083
Section II 2,048 5,45 0,063083
Section III 2,216 3,08 0,063083
Section IV 1,249 4,09 0,047313
Section V 1,062 2,73 0,031542
Section VI 1,062 2,73 0,031542
Section VII 4,125 7,20 0,015771

Total kerugian gesek =11,8 m


Head Pompa = Rugi gesek + tinggi tekanan statis + tekanan
minimal nozzle
= 11,9 meter + 110 + 69
= 190,8 meter dibulatkan 200 meter

a. Pemilihan Pompa
Berdasarkan data telah diketahui, bahwa:
Q = 1000 GPM = 3,785 m3/min
Htot = 190,8 m
Berdasarkan Diagram Pemilihan Pompa Standard yang diperlihatkan
pada Gambar 9, maka didapat pompa dengan spesifikasi sebagai berikut:
Pompa yang dipilih adalah:
Tipe : Horizontal Split Case Pump
 Kapasitas : 1000 GPM
 Model pompa : 6”1923BF, 2950 RPM
 Motor elektrik :300HP, 3000RPM, 380V/50HZ/3Ph

51
 Kontrol pompa : Automatic, direct on line strarting

Gambar 9. Diagram Pemilihan Pompa Standar


(Sularso, 2006)

PETHITUNGAN NPSH
NPSH dihitung untuk mengetagui kinerja pompa untuk problem kavitasi.
Syarat kerja pompa yang tidak mengalami kavitasi adalah NPSH yang
tersedia > NPSH yang diperlukan.
1. Hsv (NPSH yang tersedia)
Npsh yang tersedia adalah head yang dimiliki oleh zat cair pada sisi isap
pompa (ekivalen dengan tekananmutlak pada sisi isap pompa), dikurangi
dengan tekanan uap jenuh zat cair di tempat tersebut. NPSH yang tersedia
dapat ditulis sebagai berikut:

Dimana :
hsv : NPSH yang tersedia (m)
Pa : tekanan atmosfir (1,0332,274 kgf/cm2 = 10332
kgf/m2)

52
Pv :tekanan uap jenuh(0,04325kgf/cm2= 432,5
kgf/m2)
 : berat zat cair per satuan volume (0,9957 kgf/l )
= 995,7 kgf/m3)
hs :head hisap statis (-3,9 m)
hls :kerugian head didalam pipa isap (0,5 m)

NPSHa =

= 10,38  0,43 - 3,6  0,5

= 5,85 meter

2. Hsvn (NPSH yang diperlukan)


Agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi, maka
harus dipenuhi persyaratan berikut:
Hsvn = σ x Hn
Q = Kapasitas = 3,783 m³/min

Ns =

=108
Nilai besaran σ (koefisien kavitasi) diperlihatkan pada gambar xx
Maka σ = 0,04

53
Gambar 10.Grafik ns & Koefisien Kavitasi
(Sularso, 2006)
Hsvn = 0,03 x192,1 m = 5,763 m
NPSHa ( 5,85 m ) > NPSHr ( 5,763 m ).
Jadi diperoleh hasil akhir bahwa NPSH yang tersedia > NPSH yang
diperlukan jadi kesimpulannya yaitu tidak terjadi kavitasi pada
pompa

Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dapat dilihat bahwa
pada bagian pertama yaitudari reservoar ke pompa dengan panjang
pipa 3,5 Meter dan berdiameter 200 mm atau 8”. Pada section ini
melewati 1 buah gate valve.Bagian ini disebut Section I. Pada
section ini dari hasil perhitungan diperoleh laju aliran air, V =
0,063083 m3/s dan mempunyai sudut belokan berjumlah 1 elbow
90º sehingga total kerugian gesek 0,095 meter.
Pada section I Termasuk pompa, diperoleh kapsitas Q = 1000 GPM
atau 3,783 lpm atau 3783 m3/jam dengan kapasitas reservoir = 227
m3. Selain itu juga daya total yang diperlukan oleh pompa dari data
yang diperoleh P = 189 Kw. Dari perhitungan yang telah dilakukan
menghasilkan Head total = 190,8 meter sehingga dibulatkan

54
menjadi 200 meter. Dengan demikian perhitungan analisa masih
memenuhi dengan actual nya.

BAB V
PENUTUP
5.1 ANALISA
Dari pengecekan dan perhitungan yang telah kami lakukan ada beberapa
indikasi penyebab terjadinya kerusakan antara lain :
 Terjadi kerusakan pada foot valve pada ujung pipa hisap sehingga
menyebabkan fluida di dalam pipa hisap habis dan menyebabkan daya
hisap pompa sentrifugal tersebut menghilang.
 Kerusakan bearing pompa yang sudah tidak berfungsi dengan baik dan
menyebabkan getaran pada pompa.
 Adanya gesekan pada pompa disebabkan bearing/bantalan pompa
penyangga poros yang sudah tidak presisi sehingga menyebabkan suhu
panas dan suara yang bising pada pompa.

5.2 KESIMPULAN
Setelah melaksanakan kerja praktek di PT. Agung Podomoro Land tbk dan
melakukan pengecekan sistem pada gedung pada apartemen madison park kami
dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
 Suatu sistem gedung perlu di lakukan perawatan secara berkala supaya
meminimalisir kegagalan sistem saat hendak digunakan.
 Perlunya pergantian air pada pipa hydrant dan sprinkler untuk perawatan
instalasi pipa tsb
 Sistem pedam kebakaran sangatlah penting maka dari itu setiap terjadi
indikasi masalah harus ditangani dengan cepat
 Pompa sentrifugal merupakan pompa yang kurang sesuai untuk di
gunakan pada sistem dengan tangki reservoir negatif ( letak muka air di
bawah pompa)

55
5.3 SARAN
Selama melakukan kerja praktek di PT. Agung Podomoro Land tbk , kami
manganalisa dan menarik kesimpulan sebagai landasan kami untuk memberikan
saran mengenai sistem pemadam kebakaran apartement madison park yaitu : perlu
dilakukan pembongkaran pada pompa untuk mengganti bearing/bantalan poros
pompa dan memperbaiki foot valve yang tidak bisa menutup kembali karna
berkarat.

56
DAFTAR PUSTAKA

1. Ir. SULARSO,MsME & Prof. Haruo Tahara (2006). POMPA dan


KOMPRESOR cetakan kesembilan. Jakarta : PT. Penebar Swadaya
2. Badan Standarisasi Nasional SNI 03-3989-2001. Instalasi Pompa yang
terpasang tetap untuk proteksi kebakaran. Jakarta : Badan Standarisasi
Nasional
3. National Fire Protection Association ( NFPA) 20. (2013). Standard for fire
installation of pump fire sytem. Amerika : American National Strandard.
4. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR :26/PRT/M/2008
TANGGAL 30 DESEMBER 2008. tentang PERSYARATAN TEKNIS
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG DAN
LINGKUNGAN.
5. PT. Agung Podomoro Land tbk. company profile. Jakarta Barat
6. Manajement gedung apartement Madison Park. Gambar dan spesifikasi teknis
pompa

57
Lampiran Gambar 1

Gambar 5.1 Detail Susunan Sistem Pompa Pemadam kebakaran


( Sumber : Data Perusahaan )

58
Gambar 5.2 Kurva Performa Pompa Multistage
( Sumber : Data Perusahaan)

59
Gambar 5.3 kurva Performa Pompa Horizontal Split Case
( Sumber : Data Perusahaan )

60

Anda mungkin juga menyukai